Anda di halaman 1dari 10

LIVING QUR’AN DALAM TRADISI ASSURO MACA DI DESA

RANNALOE KABUPATEN GOWA

Ahmad Fakhri1, Muh. Nur Halim2, Tiara Sani3, Andi Nurima4, Salman Al Farisi5,
Kasmia6, Muh. Sofyan7,Muh. Rifal8
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar
1
fahriahmad323@gmail.com, 2halimn687@gmail.com, 3sanitiara979@gmail.com,
4
andinurima10803@gmail.com, 5sa9511285@gmail.com,
6
kasmiaherman0214@gmail.com, 7anipratiwi1011@gmail.com,
8
rifalmksmuhammad@gmail.com
Abstract
This article is about the study of living Qur'an in assuro maca tradition in
Rannaloe village, Gowa district, South Sulawesi. This tradition is an assimilation
between the existing Hindu tradition embraced by the community with Islamic
traditions after the arrival of Islam in South Sulawesi, especially in Rannaloe
village. The method used in this research is field research, namely by collecting
research data through interviews with anthropological approaches. The results
obtained based on the data that has been collected show that in the tradition of
assuro maca in the village of Rannaloe, the prayers offered mostly use the
Makassar language which contains wishes for salvation for the deceased and for
all Muslims, besides that several verses in the Qur'an are also read including al-
Ikhlas, surah al-Falaq, surah al-Nas, surah al-Fatihah, and surah al-Baqarah
verses 1-5 and salawat to the prophet Muhammad Saw.

Keywords: Assuro maca, al-Qur’an, Tradition

Abstak
Artikel ini berisi tentang kajian living Qur’an dalam tradisi assuro maca di desa
Rannaloe kabupaten Gowa Sulawesi Selatan. Tradisi ini merupakan asimilasi
antara tradisi hindu yang ada dianut oleh masyarakat dengan tradisi Islam
setelah datangnya Islam di Sulawesi Selatan khususnya di desa Rannaloe.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah field research atau
penelitian lapangan, yaitu dengan mengumpulkan data-data penelitian melalui
hasil wawancara dengan pendekatan antropologi. Hasil yang diperoleh
bersarkan data-data yang telah dikumpulkan menunjukkan bahwa dalam tradisi
assuro maca di desa Rannaloe do’a yang dipanjatkan sebagian besar
menggunakan bahasa Makassar yang berisi harapan keselamatan bagi orang
yang sudah meninggal dan bagi seluruh umat muslim, selain itu beberapa ayat
dalam al-Qur’an juga dibaca diantaranya yaitu al-Ikhlas, surah al-Falaq, surah

1
al-Nas, surah al-Fatihah, dan surah al-Baqarah ayat 1-5 serta shalawat kepada
nabi Muhammad saw.

Kata Kunci: Assuro maca, al-Qur’an, Tradisi.

PENDAHULUAN
Indonesia adalah negara yang memiliki beragam tradisi, setiap tempat dan
wilayah tentu saja memiliki tradisinya sendiri. Kekayaan tradisi yang dimiliki bangsa
Indonesia sudah menjadi identitas tersendiri dan merupakan suatu hal yang harus
disyukuri, dengan tradisi yang beragam masyarakat Indonesia bisa saling bertukar
pengetahuan terkait filosofi tradisi (philoshopy of tradition) yang ada. Namun bagi
masyarakat Islam terutama para ulama ataupun cendekiawan muslim, pembahasan
terhadap tradisi ini selalu menjadi hal yang diperdebatkan, baik itu hukum ataupun
kedudukanya. Tradisi adalah salah satu ekspresi budaya yang sangat erat kaitannya
dengan agama, setiap agama ataupun tradisi pasti akan menghadapi problem intens di
antara keduanya.
Sulawesi Selatan merupakan salah satu wilayah di Indonesia yang memiliki
banyak tradisi dan kebudayaan. Tradisi-tradisi yang ada di daerah yang ada di Sulawesi
Selatan sudah menjadi kebiasaan sejak zaman dahulu hingga sekarang, dan sudah
menjadi identitas sosial masyarakat setempat. Tradisi sendiri diartikan sebagai kebiasaan
yang ada, yang diajarkan turun temurun dari nenek moyang serta sudah menjadi identitas
masyarakat baik itu yang mengandung unsur budaya maupun unsur keagamaan.
Tradisi dan agama seharusnya selalu beriringan, agar antar keduanya tidak terjadi
konflik atau ketimpangan yang ujungnya akan terjadi penolakan di kalangan masyarakat.
Penyebaran agama khususnya di Sulawesi Selatan disebarkan dengan cara yang cermat,
proporsional, dan cerdas. Para penyiar Islam atau para muballig menggunakan
pendekatan terhadap tradisi yang ada di tengah masyarakat kemudian memasukkan nilai-
nilai secara perlahan nilain-nilai Islam di dalamnya sehingga terjadilah asimilasi antara
tradisi setempat dengan tradisi Islam.1 Proses asimilasi budaya dilakukan oleh para
muballig ini dilakukan agar agama Islam dapat diterima oleh masyarakat setempat,
bahkan jika tidak proses kulturasi yang dilakukan oleh para muballig agama Islam akan
ditolak oleh masyarakat.2
Salah satu budaya yang menjadi hasil dari asimilasi budaya setempat dan agama
Islam adalah budaya assuro maca. Pada penelitian ini peneliti bertujuan untuk
mengetahui ataupun mendalami tradisi assuro maca dan manfaat dari penelitian ini yaitu
untuk mengedukasi Masyarakat mengenai tradisi assurro maca yang di fokuskan di Desa
Rannaloe kabupaten Gowa Sulawesi selatan.
1
Rahim and Sakka. Risky Rahim and Abdul Rahman A Sakka, ‘Budaya Assuro Maca Di
Kecamatan Lau, Kabupaten Maros’, h.
2
Rahim and Sakka. Risky Rahim and Abdul Rahman A Sakka, ‘Budaya Assuro Maca Di
Kecamatan Lau, Kabupaten Maros’, h.

2
Adapun penelitian yang relevan dengan penelitian kami yaitu Jurnal yang ditulis
oleh Risky Rahim dengan judul Jurnal “Budaya Assuro maca di Kabupaten Maros
Kecamatan Lau”.3 Perbedaan antara penelitian kami dengan penelitian tersebut adalah
penelitian yang kami tuilis adalah kajian terkait Living Al-Qur’an. Adapun pendekatan
yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan antropologi. Antropologi adalah
sebuah disiplin ilmu sosial dan kemanusiaan yang mempelajari manusia dalam berbagai
aspeknya, termasuk aspek budaya, sosial, biologis, dan historis. Antropologi berusaha
untuk memahami manusia sebagai makhluk sosial dan budaya, serta bagaimana manusia
berinteraksi dengan lingkungan dan sesama manusia.4
Dalam kamus antropologi yang mengikuti tradisi Adat Istiadat ini, fokusnya
adalah pada bias-bias keagamaan yang muncul dalam keseharian masyarakat asli dan
mencakup hal-hal seperti nilai-nilai budaya, hukum, dan hukum-hukum yang jelas-jelas
berkaitan satu sama lain sebelum akhirnya menjadi suatu hal yang tidak dapat dielakkan.
semacam sistem yang mengubah perilaku manusia atau interaksi sosial. Sebaliknya,
tradisi dalam sosiologi digambarkan sebagai tanda kepercayaan melalui metode
pelemparan koin. Selain itu, tradisi merupakan produk norma, kaidah, dan bias. Tradisi
bukan hanya satu hal yang tidak bisa diubah; pada kenyataannya, tradisi berakar pada
berbagai upaya manusia. Penting bagi kita untuk memahami bahwa Islam bukanlah anti
budaya atau anti tradisi; itu adalah agama yang sama sekali berbeda. Islam akan
menggantikan adat istiadat dan tradisi yang telah ada sebelumnya, baik secara korektif
(memperbaiki) maupun secara selektif (seleksi).
Metode yang kami gunakan adalah field research atau penelitian lapangan. Oleh
karenanya setelah kita mengumpulkan data, baik itu hasil wawancara, dokumentasi, dan
lain-lain. Hal yang perlu dilakukan selanjutnya adalah melakukan analisis terkait makna
dan data yang telah diperoleh. Kemudian data tersebut di susun lalu dilakukan
penyaringan terkait data yang diperlukan atau yang tidak diperlukan. Langkah
selanjutnya memeriksa data dengan tujuan agar bisa menjawab masalah yang diajukan
didalam penelitian ini. Langkah terakhir adalah menentukan kesimpulan berdasarkan
data-data yang telah dikumpulkan.
Pembahasan terkait assuro maca ini tentu saja sangatlah luas. Oleh karena itu,
pada penelitian ini, penulis akan berfokus pada perngertian assuro maca, bagaimana
living qur’an dalam tradisi assuro maca, serta bagaimana nilai-nilai bacaan ayat al-
Qur’an dalam tradisi assuro maca.

PEMBAHASAN
Pengertian Assuro maca
Assuro maca merupakan sebuah tradisi yang berkembang di tengah masyarakat
Bugis-Makassar dan sampai saat ini masih eksis, 5 termasuk di desa Rannaloe kab Gowa
Sulawesi Selatan. Tradisi Assuro maca menurut masyarakat setempat merupakan bentuk
3
Risky Rahim and Abdul Rahman A Sakka, ‘Budaya Assuro Maca Di Kecamatan Lau, Kabupaten
Maros’, Journal of Pedagogical and Social Sciences, 1.1 (2021), 57–66.
4
Kottak, Conrad P. (2018). "Anthropology: Appreciating Human Diversity". McGraw-Hill
Education.

3
rasa syukur warga atas rezeki yang diperolehnya, dan juga sebagian masyarakat percaya
bahwa tradisi Assuro maca merupakan suatu doa untuk menolak bala, mendoakan para
leluhur, serta tradisi ini juga dapat memperkuat hubungan silaturahmi dengan Masyarakat
setempat.6
Secara etimologi tradisi berasal dari Bahasa Inggris yaitu, tradition. Ada yang
mengatakan kata tradisi tersebut berasal dari bahsa latin yang merupakan kata benda dari
kata tradere atau traderer yang berarti mengarahkan, menstramisikan, dan
menyampaikan.7 Dengan demikian tradisi ialah sesuatu yang di transmisikan. Sedangkan
dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata tradisi adalah segala sesuatu seperti adat,
kebiasaan ajaran, kepercayaan, dan sebagainya yang turun temurun dilakukan oleh nenek
moyang. Sedangkan asuro maca, terdiri dari dua kata yaitu, assuro dan ammaca. Dalam
Bahasa Makassar Assuro berarti menyuruh, memohon, meminta. Sedangkan ammaca
berarti membaca. Jadi, Assuro maca adalah usaha sesorang untuk meminta orang lain
membacakan doa keselamatan atau kesyukuran, serta doa yang diperuntukkan kepada
orang yang sudah meninggal. Biasanya orang yang diminta untuk membacakan do’a atau
ma’baca adalah orang yang dianggap memiliki ilmu agama yang dalam, rajin
menjalankan syari’at serta dipercaya masyarakat. 8 Hal tersebut dilakukan dengan maksud
agar do’a dan harapan yang dipanjatkan cepat sampai dan terkabulkan oleh tuhan.

Macam-macam Assuro maca


Masyarakat Islam di daerah Sulawesi Selatan mengenal berbagai macam assuro
ammaca yang ada di Makassar masing-masing memiliki perbedaan. Adapun macam-
macam assuro maca tersebut adalah:
1. Appalak pammase
Dalam bahasa Makassar appalak pammase berarti meminta kasih sayang atau
rahmat. Appalak pammase dikenal juga oleh masyarakat dengan istilah Appalak tulung
yang dalam bahasa Makassar berarti meminta pertolongan. Maksudnya kita berharap
kepada allah dengan meminta pertolongan agar kita diberikan berkah berupa
kesembuhan, keselamatan, dan lain-lain. Appalak pammase ini biasanya dilakukan ketika
membeli kendaraan, hal ini dilakukan dengan maksud agar bisa terhindar dari
kecelakaan atau keburukan ketika menggunakan kendaraan tersebut.9
2. Annyonka Bala

5
Rahim and Sakka. Risky Rahim and Abdul Rahman A Sakka, ‘Budaya Assuro Maca Di
Kecamatan Lau, Kabupaten Maros’, Journal of Pedagogical and Social Sciences, 1.1 (2021) h. 58-59
6
Muh. Syahrir dg. Ngalli, (Imam Dusun Tangkala Desa Rannaloe), wawancara, Sabtu tanggal 21
Oktober 2023
7
Rahim and Sakka. Risky Rahim and Abdul Rahman A Sakka, ‘Budaya Assuro Maca Di
Kecamatan Lau, Kabupaten Maros’, h.
8
Rahim and Sakka. Risky Rahim and Abdul Rahman A Sakka, ‘Budaya Assuro Maca Di
Kecamatan Lau, Kabupaten Maros’ h.
9
Abu Elsah, “Tradisi Assuro Ammaca dalam Tinjauan Syariat”, t.dt.

4
Annyongka bala berarti menolak bala atau marabahaya. Maksud dari tradisi ini
adalah pengharapan atau do’a kepada allah agar bisa terlindung dari bala’ atau
marabahaya. Ritual ini biasanya dilakukan ketika orang masuk rumah. 10
3. Appadalleki
Appadalleki berarti memberi makanan. Tradisi ini biasanya dilakukan untuk
memberikan berbagai jenis makanan ataupun buah-buahan kepada orang yang
meninggal, dan mereka berharap dari persembahan yang mereka berikan itu diberi berkah
dan juga sebagai ucapan terima kasih kepada roh orang yang wafat.11
Adapun macam- macam Appadalleki yang ada di kalangan masyarakat adalah:
a. Assuro ammaca yang pertama biasanya di tujukan untuk kuburan orang shaleh
yang dianggap keramat contohnya assuro maca untuk roh Nabi Muhammad saw. atau
orang shaleh lainya ini, dilakukan agar mereka bisa menjadi perantara utuk
mempermudah mendapatkan keberkahan dari allah.12
b. Assuro ammaca untuk penghuni tempat yang dianggap keramat,seperti pohon,
laut, sumur dan lain-lain. Mereka biasa menyebutnya dengan sebutan patanna
butta/patanna kampong, patanna jeknek, patanna anrong pare, patanna panngadakkan,
patanna butta dan lainnya, tujuanya dilakukan ritual ini adalah agar mereka dilindungi
dari keburukan atau terhindar dari bala’atau marabahaya.13
4. Assuro maca a’ase beru
Assuro maca a’ase beru, adalah Assuro maca yang dilakukan oleh masyarakat
Makassar dalam menyambut atau memperingati musim panen, masyarakat biasanya
menyediakan bergbagai macam makanan tradisional untuk dimanakan dan memanjatkan
do’a bersama yang dipimpin oleh orang yang dianggap paham dengan agama sebagai
bentuk kesyukuran masyarakat atas hasil panen yang diterima.
5. Ammuntuli Bulang
Assuro maca ini biasanya dilakukan sebelum masuk bulan suci ramadhan, tradisi
ini masih dilakukan oleh sebagian suku Bugis-Makassar. Didalam tradisi di siapkan
berbagai jenis makanan yang biasa dipersiapkan. Kemudian setelah makanan siap, maka
dipanggilah orang yang di anggap alim untuk memimpin doa dengan harapan agar hati
menjadi suci atau bersih sebelum masuk bulan ramadhan. 14
6. Ammaca tau mate
Tradisi ini merupakan salah satu tradisi yang masih sering dilakukan oleh
masyarakat Bugis-Makassar pada umumnya. Tradisi ini dilakukan dengan maksud untuk

10
Abu Elsah, “Tradisi Assuro Ammaca dalam Tinjauan Syariat”
11
Abu Elsah, “Tradisi Assuro Ammaca dalam Tinjauan Syariat”
12
Abu Elsah, “Tradisi Assuro Ammaca dalam Tinjauan Syariat”
13
Abu Elsah, “Tradisi Assuro Ammaca dalam Tinjauan Syariat”
14
Abu Elsah, “Tradisi Assuro Ammaca dalam Tinjauan Syariat”

5
mendo’akan orang yang sudah meninggal serta menghadiahkan pahala sedekah makanan
yang disediakan kepadanya.15

Tradisi Assuro maca di Desa Rannaloe


Tradisi assuro maca di desa Rannaloe secara khusus, assuro maca yang masih
dilestarikan hingga saat ini adalah assuro maca dalam memperingati dan mendoakan
orang yang meninggal.16 Tradisi ini menurut masyarakat setempat masih sesuai dengan
syari’at agama Islam karena hanya mendo’akan orang yang telah meninggal serta
meniatkan pahala sedekah makanan yang disediakan kepada orang tersebut.17
, Menurut hasil wawancara dengan masyarakat setempat, tradisi ini sudah
berlangsung cukup lama namun, masyarakat setempat tidak mengetahui secara pasti
kapan pertama kali tradisi ini eksis di tengah masyarakat, hanya saja dapat dipastikan
bahwa tradisi ini sudah ada sebelum kemerdekaan bangsa Indonesia. 18 Tradisi ini dulunya
adalah tradisi hasil asimilasi antara tradisi sebelum datangnya Islam di desa Rannaloe
dengan tradisi Islam setelah Islam masuk di desa Rannaloe. 19 Tradisi tersebut merupakan
tradisi masyarakat Hindu yakni tradisi memberi sesajen berupa makanan kepada arwah
para leluhur, yang kemudian setelah Islam datang tradisi ini mengalami asimilasi dengan
tradisi Islam.20
Tradisi ini masih dipertahankan oleh masyarakat karena tradisi ini dinilai tidak
bertrntangan dengan nilai-nilai ajaran Islam, nilai-nilai yang dimaksud adalah bentuk
kesyukuran kepada anugerah tuhan, saling mendo’akan antar sesama umat Islam serta
saling berbagi dengan saudara sesama muslim.21 Tradisi ini menurut masyarakat tidak
bertentangan dalam al-Qur’an maupun syariat dikarenakan di dalam pelaksanaanya yaitu
diawali dengan niat mendoakan saudara atau saudari muslim yang sudah meninggal
maupun yang masih hidup serta membacakan ayat-ayat suci al-Qur’an.

Proses Pelaksanaan Assuro maca


Proses pelaksanaan tradisi assuro maca khususnya di desa Rannaloe melalui
beberapa persiapan terlebih dahulu sebelum acara assuro ammaca dimulai, hal-hal yang
dipersiapkan adalah:

15
Ibrahim Zulhas’ari Mustafa, “Tradisi Assuro Maca dalam Masyarakat di Kabupaten Gowa;
Analisis Hukum Islam” (Shautuna, Vol. 2, No. 3, September 2021), h. 691.
16
Sawali Dg. Ngerang (Tokoh agama desa Rannaloe), wawancara, Sabtu tanggal 21 Oktober 2023.
17
Muh. Syahrir dg. Ngalli, (Imam Dusun Tangkala Desa Rannaloe), wawancara, Sabtu tanggal 21
Oktober 2023.
18
Sawali dg. Ngerang (Tokoh agama desa Rannaloe), wawancara, Sabtu tanggal 21 Oktober 2023.
19
Muh. Syahrir dg. Ngalli, (Imam Dusun Tangkala Desa Rannaloe), wawancara, Sabtu tanggal 21
Oktober 2023.
20
Ibrahim Zulhas’ari Mustafa, “Tradisi Assuro Maca dalam Masyarakat di Kabupaten Gowa;
Analisis Hukum Islam” (Shautuna, Vol. 2, No. 3, September 2021), h. 693.
21
Muh. Syahrir dg. Ngalli, (Imam Dusun Tangkala Desa Rannaloe), wawancara, Sabtu tanggal 21
Oktober 2023.

6
1. Biasanya masyarakat desa Rannaloe dalam memperingati atau mendo’akan
orang yang telah wafat dimulai pada hari pertama, hari ketujuh, hari ke- 40,
hari ke 100, setahun pertama, tahun kedua, tahun ketiga dan seterusnya.22
2. Mempersiapkan makanan serta barang-barang yang dibutuhkan seperti dupa,
kemenyan atau gula (jika kemenyan tidak ada) sebelum acara assuro maca.
3. Makanan selanjutnya disajikan serta barang-barang telah disiapkan
sebelumnya, kemudian tuan rumah memanggil keluarga, serta tetangga sekitar
untuk bergabung dan duduk bersama pak imam untuk memanjatkan do’a
bersama kepada orang yang telah meninggal.
4. Setelah do’a selesai dipanjatkan maka dilanjutkan dengan makan bersama
dengan makanan yang telah disediakan sebelumnya.23
Adapun bacaan yang dibaca ketika berdo’a sebagian besar menggunakan bahasa
Makassar, do’a tersebut berisi pengharapan keselamatan untuk orang yang telah
meninggal,24 selain itu terdapat beberapa ayat al-Qur’an yang dibaca, di antaranya adalah
surah al-Ikhlas, surah al-Falaq, surah al-Nas, surah al-Fatihah, surah al-Baqarah ayat 1-
5.25 Selain bacaan al-Qur’an dibcakan juga shalawat kepada nabi Muhammad saw. serta
doa keselamatan kepada seluruh umat Islam.26
Bacaan do’a yang di mana terdapat ayat al-Qur’an, menunjukkan bahwa tradisi
ini merupakan bentuk living qur’an yang diamalkan oleh masyarakat desa Rannaloe.
Bacaan-bacaan tersebut diajarkan oleh ulama yang menyebarkan Islam khusunya di desa
Rannaloe serta diajarkan terus-menerus oleh para imam desa, imam dusun dan pemuka
agama setempat.27

Keutamaan Ayat-ayat al-Qur’an dalam Tradisi Assuro Maca


Sebagaimana dalam penjelasan sebelumnya bahawa terdapat beberapa ayat al-
Qur’an yang diamalkan oleh masyarakat desa Rannaloe dalam tradisi assuro maca,
namun berdasarkan keterangan yang dikatakan oleh tokoh agama setempat, bacaam-
bacaan tersebut dibaca semata-mata pahalanya diniatkan kepada orang yang telah
meninggal tersebut, tanpa menjelaskan kenapa ayat tersebut dikhususkan untuk dibaca,
hal ini dikarenakan ketidaktahuannya terkait hal tersebut. 28 Oleh karena itu, peneliti akan
menjelaskan keterkaitan bacaa-bacaan tersebut dengan dalil-dalil yang ada, baik itu
dalam al-Qur’an, hadis serta keterangan ulama terkait ayat tersebut. Penjelasan tersebut
akan diuraikan sebagai berikut:
1. QS. Al-Ikhlas

22
Sawali dg. Ngerang (Tokoh agama desa Rannaloe), wawancara, Sabtu tanggal 21 Oktober 2023.
23
Sawali dg. Ngerang (Tokoh agama desa Rannaloe), wawancara, Sabtu tanggal 21 Oktober 2023.
24
Sawali dg. Ngerang (Tokoh agama desa Rannaloe), wawancara, Sabtu tanggal 21 Oktober 2023.
25
Sawali dg. Ngerang (Tokoh agama desa Rannaloe), wawancara, Sabtu tanggal 21 Oktober 2023.
26
Muh. Syahrir dg. Ngalli, (Imam Dusun Tangkala Desa Rannaloe), wawancara, Sabtu tanggal 21
Oktober 2023.
27
Sawali dg. Ngerang (Tokoh agama desa Rannaloe), wawancara, Sabtu tanggal 21 Oktober 2023.
28
Sawali dg. Ngerang (Tokoh agama desa Rannaloe), wawancara, Sabtu tanggal 21 Oktober 2023.

7
Dalam hadis Nabi saw. memberikan perintah untuk membacakan surah al-Ikhlas
kepada orang yang telah meninggal. Hadis tersebut ialah:
‫ل‬JJ‫لم من دخ‬JJ‫لى هللا َع َلْي ِه َو س‬JJ‫ده َعن أبي ُهَر ْي َر ة َق اَل َق اَل َر ُس ول هللا ص‬JJ‫اني ِفي َفَو ائ‬JJ‫َو أخرج َأُبو اْلَقاِس م بن َعلّي الزنج‬
‫اْلَم َقاِبر ثَّم َقَر َأ َفاِتَح ة اْلكتاب و {قل ُهَو هللا أحد} و {َأْلَهاُك م التكاثر} ثَّم الَّلُهَّم ِإِّني جعلت َثَو اب َم ا َقَر أت من كالمك ألهل‬
‫اْلَم َقاِبر من اْلُم ؤمِنيَن َو اْلُم ْؤ ِم َنات َك اُنوا ُشَفَع اء َلُه ِإَلى هللا َتَع ا ى‬
29 ‫َل‬

Artinya:
Abu Abu Qasim Saad bin Ali al-Zanjani dalam kitab Fawaidnya meriwayatkan
dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah Saw bersabda: ‘Barangsiapa masuk ke
kuburan kemudian membaca al-Fatihah, al-Ikhlas, al-Takatsur, lalu berdoa:
Sesungguhnya saya jadikan bacaan saya dari firman-Mu untuk para ahli kubur,
baik mukminin dan mukminat, maka mereka akan menjadi pemberi syafaat
baginya di sisi Allah.
2. QS. al-Falaq dan al-Nas
Kedua surah ini sering disebut dengan sebutan mu’awizatain, adapun keutamaan
yang dimiliki kedua surah ini ketika dibaca untuk orang yang meninggal adalah:
‫ َو ُق ْل‬، ‫ ِإَذ ا َد َخ ْلُتُم اْلَم َقاِبَر َفاْقَر ُء وا ِبَفاِتَحِة اْلِكَت اِب َو اْلُمَع ِّو َذ َتْيِن‬:‫ َسِم ْع ُت َأْح َم َد ْبَن َح ْنَبٍل َيُقوُل‬: ‫َقاَل ُمَحَّم ُد ْبُن َأْح َم َد اْلَم ُروِز ُّي‬
30
‫ َفِإَّنُه َيِص ُل ِإَلْيِه ْم‬، ‫ َو اْج َع ُلوا َثَو اَب َذ ِلَك َأِلْهِل اْلَم َقاِبِر‬، ‫ُهَو ُهَّللا َأَح ٌد‬
Muhammad bin Ahmad al-Marwazi berkata: Saya mendengar Ahmad bin Hanbal
berkata, "Ketika kalian memasuki kuburan, bacalah Al-Fatihah dan mu’awizatain,
dan Qul Huwa Allahu Ahad. Dan jadikanlah pahala dari itu untuk penghuni
kuburan, karena mereka akan menerima manfaat darinya.
3. QS. Al-Fatihah
Membaca surah al-Fatihah dalam tradisi assuro maca dapat dilihat dari dua arah,
yaitu: Pertama, Menurut Ustadz Farid Nu’man Hasan dalam sebuah kajianya, al-Fatihah
dibaca sebelum berdoa sebagai pujian yang paling sempurna kepada Allah, hal ini sesuai
dengan hadis Nabi saw:
‫عَْن َفَض اَلَة ْبِن ُع َبْيٍد َقاَل َبْيَنا َر ُسوُل ِهَّللا َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َقاِع ٌد ِإْذ َد َخ َل َر ُجٌل َفَص َّلى َفَق اَل الَّلُهَّم اْغ ِف ْر ِلي َو اْر َحْمِني‬
‫َفَقاَل َر ُسوُل ِهَّللا َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َع ِج ْلَت َأُّيَها اْلُمَص ِّلي ِإَذ ا َص َّلْيَت َفَقَع ْدَت َفاْح َم ْد َهَّللا ِبَم ا ُهَو َأْهُلُه َو َص ِّل َع َلَّي ُثَّم اْدُع ُه‬
‫َقاَل ُثَّم َص َّلى َر ُجٌل آَخُر َبْع َد َذ ِلَك َفَحِم َد َهَّللا َو َص َّلى َع َلى الَّنِبِّي َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َفَقاَل الَّنِبُّي َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َأُّيَه ا‬
31
‫اْلُمَص ِّلي اْدُع ُتَج ْب‬
Artinya:
Dari Fadholah bin Ubaid ia berkata: Ketika Rasulullah shollallahu alaihi wasallam
duduk, tiba-tiba masuk seseorang laki-laki kemudian shalat. Ia berdoa (dalam
shalatnya): allahummaghfir lii warhamnii (Ya Allah ampunilah aku dan rahmatilah
aku). Rasulullah shollallahu alaihi wasallam bersabda: Wahai orang yang shalat,
‘Abd al-Rahman bin Abi Bakr, Syarh al-Sudur bi Syarh Hal al-Mauta wa al-Qubur,(Lebanon,
29

Dar al-Ma’rifah, 1996), h. 303


30
‘Ali bin Sultan Muhammad, Murqat al-Mafatih Syarh misykah al-Mashabih, (Baerut, Dar al-
Fikr, 2002), juz 3, h. 1228.
31
Muhammad Bin ‘ Isa Bin Saurah Bin Musa Bin Ad- Dahhak, Sunan At-Tirmidzi , Juz 4 ( Cet. II;
1395 H/1975M. :Mesir : Syirkah Maktabah Wa Matba‘ah Mustafah) . h. 393.

8
engkau telah tergesa-gesa. Jika engkau shalat dan duduk (untuk berdoa), pujilah
Allah dengan (pujian) yang Dia layak akan hal itu dan bersholawatlah untukku.
Kemudian berdoalah. Berikutnya, ada seorang laki-laki lain yang shalat setelah itu.
Ia memuji Allah dan bersholawat untuk Nabi shollallahu alaihi wasallam.
Kemudian Nabi shollallahu alaihi wasallam bersabda: Wahai orang yang shalat,
berdoalah niscaya dikabulkan untukmu (H.R al-Tirmidzi, dishahihkan oleh Syaikh
al-Albaniy)
Kedua, menghadiahkan al-Fatihah kepada orang yang neninggal sebagaimana
dalam hadits Rasulullah saw:
‫َع ِن اْبِن ُع َم َر َرِض َي ُهللا َع ْنُهَم ا َقاَل َسِم ْع ُت َر ُسْو َل ِهللا َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َيُقْو ُل ِإَذ ا َم اَت َأَح ُد ُك ْم َفَال َتْح ِبُسْو ُه َو َأْس ِر ُع ْو ا‬
32
‫ِبِه ِإَلى َقْبِر ِه َو ْلُيْقَر ْأ ِع ْنَد َر ْأِسِه ِبَفاِتَحِة اْلِكَتاِب َوِع ْنَد ِر ْج َلْيِه ِبَخ اِتَم ِة ُسْو َرِة اْلَبَقَرِة ِفي َقْبِر ِه‬
Artinya:
Diriwayatkan dari Ibnu Umar, Beliau berkata: Saya mendengar Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: 'Jika di antara kalian ada yang meninggal,
maka janganlah diakhirkan, segeralah dimakamkan. Dan bacakanlah di samping
kuburnya, Surat Al-Fatihah di dekat kepala dan ayat terakhir Surat Al-Baqarah di
dekat kakinya.
4. QS. Al-Baqarah ayat 1-5
Membaca surah al-Baqarah ayat 1-5 untuk orang yang telah meninggal, terdapat
penjelelasan ulama terkait hal ini,
‫ ِإَذ ا َم اَت َأَح ُد ُك ْم َفاَل َتْح ِبُسوُه َو َأْس ِرُعوا ِب ِه ِإَلى َقْب ِر ِه‬:‫ َسِم ْع ُت الَّنِبَّي َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َيُقوُل‬: ‫َو َع ْن َع ْبِد ِهَّللا ْبِن ُع َم َر َقاَل‬
33
‫َو ْلُيْقَر ْأ ِع ْنَد َر ْأِسِه َفاِتَح ُة اْلَبَقَر ِة َوِع ْنَد ِر ْج َلْيِه ِبَخ اِتَم ِة اْلَبَقَرِة‬
Artinya:
Dan dari Abdullah bin Umar berkata saya mendengar nabi saw. bersabda apa bila
salah seorang di antara kalian meninggal maka jangan diakhirkan dan
bersegaralah ke kuburan dan bacalah di dekat kepalanya awal surah al-Baqarah
dan ayat terakhir Surat Al-Baqarah di dekat kakinya.
Menurut pendapat ‘Ali bin Sultan dalam kitabnya, yang dimaksud dengan awal
surah al-Baqarah adalah mulai dari ayat pertama sampai ayat lima, dan yang dimaksud
dengan akhir surah al-Baqarah adalah mulai dari ayat ( ‫ )ٰا َم َن الَّرُسْو ُل‬sampai akhir surah.34

KESIMPULAN
Tradisi assuro maca adalah salah satu tradisi yang berkembang di tengah
masyarakat di desa Rannaloe. Tradisi ini dalam bahasa Makassar berarti menyuruh orang
lain untuk membacakan do’a dengan maksud dan tujuan yang beragam, tergantung apa
yang keinginan tuan rumah. orang yang memimpin do’a dalam tradisi ini biasanya adalah

Sulaiman bin Ahmad bin Ayyub Abu al-Qasim al-Thabrani, Mu’jam al-Kabir, (Al-Qahirah,
32

Makbah ibn Taimiyah, 1994), juz 12, h. 444.


33
Muhammad bin Abdillah al-Khatib al-‘Umri, Misykah al-Mashabih, (Baerut, al-Maktabah al-
Islami, 1985), juz 1, h. 538.
34
‘Ali bin Sultan Muhammad, Murqat al-Mafatih Syarh misykah al-Mashabih, (Baerut, Dar al-
Fikr, 2002), juz 3, h. 1228.

9
orang yang dianggap paham akan agama atau orang shaleh dengan maksud agar do’a
yang dipanjatkan dapat segera dikabulkan oleh tuhan. Tradisi ini masih dipertahankan
oleh masyarakat karena masyarakat menganggap bahwa tradisi ini masih sesuai dengan
nilai-nilai yang diajarkan oleh agama Islam .
Proses pelaksaan tradisi assuro maca melalui beberapa persiapan terlebih dahulu
sebelum dilaksanakan, hal-hal itu dipersiapkan olehtuan rumah sebelum proses assuro
maca dimulai. Dalam assuro maca itu sendiri terdapat beberapa do’a yang dipanjatkan
oleh orang yang memimpind do’a tersebut, di anata do’a yang dibaca adalah membaca
beberapa ayat dalam al-Qur’an, yakni surah al-Ikhlas, surah al-Falaq, surah al-Nas, surah
al-Fatihah dan surah al-Baqarah ayat 1-5. Bacaan ayat atau pengamalan ayat al-Qur’an
dalam tradisi ini merupakan suatu bentuk living qur’an yang diamalkan oleh masyarakat
khususnya di desa Rannaloe Kabupaten Gowa Sulawesi Selatan.
Sebagaimana yang telah kami paparkan sebelumnya bahwa keutamaan surah yang
dibaca dalam tradisi assuro maca sangatlah banyak dan tidak bertentangan dengan al-
Qur’an maupun sunnah. Tergantung niat yang melaksanakan assuro maca.

DAFTAR PUSTAKA
Conrad, Kottak,(2018). "Anthropology: Appreciating Human Diversity". McGraw-Hill
Education.
Elsah, Abu. “Tradisi Assuro Ammaca dalam Tinjauan Syariat”, t.dt.
al-Syuyuthi, Jalaluddin. Al Hawi lil Fatawi Juz 2, ( Beirut : Darul Kutub Ilmiah).
Muhammad, Sultan, bin, ‘Ali. (2002). Murqat al-Mafatih Syarh misykah al-Mashabih,
(Baerut, Dar al-Fikr).
Muslim, Terjemah Shahih. "Shahih muslim." STUDI KITAB HADIS: Dari
Muwaththa’Imam Malik Hingga Mustadrak Al Hakim 54 (2020).
al-Rahman, ‘Abd (1996). Syarh al-Sudur bi Syarh Hal al-Mauta wa al-Qubur,(Lebanon,
Dar al-Ma’rifah).
Rahim, Risky and A Sakka, Rahman , Abdul, ‘Budaya Assuro maca Di Kecamatan Lau,
Kabupaten Maros’, Journal of Pedagogical and Social Sciences, 1.1 (2021), 57–
66.
al-Thabrani, Sulaiman bin Ahmad bin Ayyub Abu al-Qasim. (1994). Mu’jam al-Kabir.
(Al-Qahirah, Makbah ibn Taimiyah).
al-Tirmidzi, Muhammad Bin ‘Isa Bin Saurah Bin Musa Bin Ad- Dahhak, Sunan At-
Tirmidzi , Juz 4 ( Cet. II; 1395 H/1975M. :Mesir : Syirkah Maktabah Wa
Matba‘ah Mustafah).
al-‘Umri, Muhammad bin Abdillah al-Khatib. (1985). Misykah al-Mashabih. (Baerut, al-
Maktabah al-Islami).
Zulhas’ari, Mustafa, Ibrahim. “Tradisi Assuro maca dalam Masyarakat di Kabupaten
Gowa; Analisis Hukum Islam” (Shautuna, Vol. 2, No. 3, September 2021).

10

Anda mungkin juga menyukai