Proposal
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar
Sarjana Agama Jurusan Aqidah Filsafat Islam
UIN Alauddin Makassar
Oleh :
MUHAMMAD FAHRUL IRAS
NIM : 30200115032
pulau terbanyak di dunia. Hal inilah yang mejadikan negara Indonesia menjadi
negara yang besar dengan beragam etnik, tradisi, agama dan budaya didalamnya.
Budaya merupakan hasil cipta, karsa dan rasa manusia yang berhubungan dengan
alam dan menjadi ciri khas yang menjadi keindahan serta ciri khas suatu daerah.
jelas menampakkan kesamaan kodrat manusia dari berbagai suku, bangsa, dan
ras.2
masyarakat. Selain itu, manusia dan masyarakat memerlukan pula kepuasan, baik
sebagian besar dipenuhi oleh kebudayaan yang bersumber pada masyarakat itu
1
Santri Sahar, Pengantar Antropologi: Integrasi Ilmu Dan Agama (Makassar: Cara Baca,
2015), h.156.
2
Rafael Raga Maran, Manusia Dan Kebudayaan Dalam Perspektif Ilmu Budaya Dasar
(Jakarta: Rineka Cipta, 2007), h. 15.
Terjemahnya:
“Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap
kepadanya. Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan.
Di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu
sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas
segala sesuatu”.3
perjalanan hidup manusia baik secara fisik maupun rohani. oleh karenanya
dengan ajaran Luhur dalam melaksanakan ritual yang berkaitan dengan siklus
secara rutin sesuai dengan yang telah dianjurkan oleh nenek moyang terdahulu.
dilanggar atau dirombak.4 Dalam pengertian ini dapat disimpulkan bahwa suatu
ۡوا بَ ۡل نَتَّبِ ُع َمٓا َأ ۡلفَ ۡينَا َعلَ ۡي ِه َءابَٓا َءن َۚٓا َأ َولَ ۡو َك<<انَ َءابَ<<ٓاُؤ هُم
ْ ُُوا َمٓا َأن َز َل ٱهَّلل ُ قَال
ْ يل لَهُ ُم ٱتَّبِع
َ َِوِإ َذا ق
Terjemahnya:
3
Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya, (Bandung: CV JUMANATUL
]`ALI-ART (J-ART), 2005).
4
Bungaran Antonius Simanjuntak, Tradisi, Agama, dan Akseptasi Modernisasi Pada
Masyarakat Pedesaan Jawa, (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2016), h. 14.
3
“Dan apabila dikatakan kepada mereka,“Ikutilah apa yang telah
diturunkan Allah,” mereka menjawab, “(Tidak!) Kami mengikuti apa
yang kami dapati pada nenek moyang kami (melakukannya).”
Padahal, nenek moyang mereka itu tidak mengetahui apa pun dan
tidak mendapat petunjuk”.5
Ayat ini memberikan isyarat bahwa tradisi orang tua sekalipun tidak dapat
diikuti jika tradisi tersebut tidak memiliki dasar-dasar yang dibenarkan oleh
agama atau dengan pertimbangan akal sehat dan pertimbangan nalar yang
kemudian dalam pertimbangan tersebut juga berdasarkan dari ilmu yang dapat
QS. Al-Ma’idah [5]: 104 atau berdasarkan pada petunjuk ilahi, termasuk yang
sudah ada dalam Sunnah dan Rasul-Nya saw. sebagaimana yang juga telah
Hal ini dipaparkan dalam al-Qur’an setelah terdapat banyak uraian tentang
menunjukkan kesesatan.7
mampu membangun suatu hubungan dalam sebuah lingkungan atau dengan kata
lain tradisi mampu menciptakan dan menyambung tali silaturrahmi. Hal ini
yang turut andil dalam pelaksanaan tradisi tersebut. Bukan hanya dengan keluarga
tetapi akan banyak orang lain yang ikut serta dalam pelaksanaan sebuah tradisi.
Konsep yang diterapkan dalam hal ini adalah konsep sunnah taqririyah
dimana konsep ini merupakan bukti kuat bahwa Nabi membolehkan keberlakuan
5
Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya, (Bandung: CV JUMANATUL
]`ALI-ART (J-ART), 2005), h. 27.
6
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an Vol. 1,
(Jakarta: Lentera Hati, 2002), h. 458-480.
7
M. Quraish Shihab, Tafsi r Al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an Vol.5,
(Jakarta: Lentera Hati, 2002), h. 458-480.
4
beberapa tradisi yang dapat diterima dalam ajaran Islam. 8 Sehingga pada dasarnya
dapat dikatakan bahwa Islam juga membolehkan beberapa tradisi untuk dilakukan
dengan syarat bahwa tradisi yang dilakukan tersebut masih sejalan dengan syariat
Mawang Kec. Somba Opu digelar tradisi Perjamuan Makan Saat Nipaerangngi.
Tradisi ini dianggap penting dan bahkan dianggap wajib oleh masyarakat
bagaimana yang seharusnya dilakukan, dari anekah ritual tersebut sehingga pada
satu sisi tidak meninggalkan budaya sebagai orang Bugis Makassar namun pada
sisi lain juga tidak bertentangan dengan ajaran dasar agama Islam.
1. Fokus Penelitian
Fokus penelitian ini adalah seperti yang terdapat dalam judul yaitu
Teologi), sehingga penelitian ini berfokus kepada setiap proses yang ada
dalam tradisi Perjamuan Makan Saat Nipaerangngi dimulai dari hari pertama
2. Deskripsi Fokus
8
Ratno Lukito, Pergumulan Antara Hukum Islam dan Adat di Indonesia, (Jakarta: Inis,
1998), h.7.
5
Fokus penelitian menjelaskan tentang proses pelaksanaan Perjamuan
Saat Nipaerangngi, dan fokus yang terakhir adalah prespektif teologi terhadap
mendefinisikan setiap kata yang terdapat dalam judul dan dianggap penting
serta yang menjadi variabel dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:
masyarakat.
kata yang berasal dari bahasa Arab artinya adalah ilmu kalam yang
Tabel 1.1
Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus
No Fokus Penelitian Deskripsi Fokus
1. Perjamuan Makan Saat Hajatan a. Pengertian dan Sejarah tradisi
Kematian Nipaerangngi Perjamuan Makan Saat
Nipaerangngi
b. Proses tradisi Perjamuan Makan
9
Hamka Haq, Pengaruh Teologi dalam Ushul Fikih, (Makassar: Alauddin University
Press, 2013), h. 19.
6
Saat Hajatan Nipaerangngi
2. Pandangan masyarakat terhadap a. Masyarakat umum
Perjamuan Makan Saat
Nipaerangngi
3. Tujuan Tradisi Perjamuan Makan a. Nilai aqidah dan sosial
saat Nipaerangngi
C. Rumusan Masalah
Nipaerangngi?
D. Kajian Pustaka
Pada bagian ini peneliti berusah untuk mencari suatu informasi yang telah
Hal ini dilakukan untuk dijadikan sebagai bahan perbandingan dalam menemukan
7
kekurangan dan kelebihan yang telah ada sebelumnya. Selain itu, dalam penelitian
ini peneliti juga menggunakan buku-buku ataupun skripsi untuk dijadikan sebagai
bahan referensi dalam mencari dan menentukan teori yang erat hubungannya
Baraka, Kabupaten Enrekang” yang ditulis oleh Hasmira pada tahun 2017. Dia
menerangkan bahwa tradisi Mangdoja adalah tradisi perayaan hari kematian yang
diperingati pada hari pertama, ke-3,7,11,41 dan ke-100 setelah kematian dengan
cara memotong hewan. Dari hasil penelitian ini, dominan masyarakat percaya
bahwa tradisi ini bertujuan untuk untuk meminta Do’a keselamatan untuk mayit.10
yang ada di Desa Salemba Kec Ujung Loe Kab Bulukumba yang disusun oleh
Fahmi Pasra dengan pendekatan Studi Unsur-unsur Budaya Islam tahun 2017.
pembacaan doa-doa yang bersumber dari Al-Quran, ceramah agama dan Takziah
dan sebagainya.11
8
Peristiwa Kematian (Kajian Ma’anil Al-Hadis) hasil penelitian tersebut
makanan di rumah ahli mayit pada peristiwa kematian, baik yang melarang
penelitian yang peneliti teliti. Penelitian yang pertama dan kedua persamaannya
berbeda dengan penelitian ketiga berusaha mengkaji kevalitan kedua hadis yang
sehingga tidak mengarah pada perdebatan dalam aspek syari’ah (hukum formal).
Adapun buku yang dianggap berkaitan dengan penelitian ini adalah buku
Sugira Wahid, Manusia Makassar, Makassar: Pustaka Refleksi Lokal 2010. Buku
tersebut berisi tentang sosial budaya masyarakat Makassar. Salah satu bab dalam
Dalam tata upacara adat kematian menjelaskan mengenai upacara adat kematian
pada masyarakat Cikoang Kabupaten Takalar yang merupakan salah satu daerah
etnis Makassar pada umumnya upacara tradisional masih dianggap sangat penting
kematian pada masyarakat Cikoang adalah merupakan kebiasaan yang telah ada
yang secara turun temurun diteruskan pada generasi berikutnya sehingga tetap di
12
Ghozali “Hadis-hadis Tentang Perkumpulan-perkumpulan Menjamu Makanan di Rumah Ahli
Mayit Pada Peristiwa Kematian (Kajian Ma’anil Al-Hadis)
9
bersangkutan. Maka dari itu buku ini memberikan sumbangan kepada peneliti
yang dijadikan sebagai pendukung teori yang digunakan dalam penelitian ini.
1. Tujuan
2. Kegunaan Penelitian
informasi kepada wilayah akademik tentang salah satu tradisi yang ada
lain:
10
Teologi Islam Terhadap Tradisi Perjamuan Makan Saat
Mawang.
2. Hasil penelitian ini dapat jadi bahan kajian untuk para peneliti yang
11
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Pandangan
1. Pengertian Pandangan
dan faktor peran persepsi. Sebuah. Definisi Persepsi Menurut Robbins dan
Judge, persepsi adalah proses dari manusia mengatur dan menafsirkan kesan
yang merupakan proses penerimaan yang nyata stimulus oleh individu melalui
indera atau disebut juga proses indrawi. Dengan kata lain persepsi dapat
13
Robbins dan Judge, Definisi Persepsi (2013)
12
yang berhubungan dengan bagaimana seseorang mempersepsi terhadap
objek.
objek. Rasa senang merupakan hal yang positif, sedangkan rasa tidak
pengetahuan yang mereka inginkan. Hasil akhir dari proses ini adalah mereka
2. Jenis Pandangan
a. Pandangan Ekstrenal
b. Pandangan Diri
14
UNY, Hakikat Pandangan, (2005), h.8
13
Persepsi diri adalah persepsi yang terjadi karena adanya hasutan itu
manusia dan objek ada dua16. Mereka positif dan persepsi negatif, yang
1) Pandangan Positif
data (diketahui atau tidak diketahui) secara positif. Dengan kata lain,
2) Pandangan Negatif
suatu aktivitas. Selain itu, persepsi positif atau negatif tergantung pada
15
Dannerius Sinaga. Sosiologi dan Antropologi (Klaten: PT. Intan Pariwara. Fadholi
Hernanto, 1988).
16
Koentjaraningrat. (2009). Pengantar Ilmu Antropologi (Jakarta: Rineka Cipta. Dedi
Saputra, 2009).
14
bagaimana individu menggambarkannya informasi dari pertanyaan
yang dirasakan.
B. Masyarakat
1. Pengertian Masyarakat
sejumlah manusia dalam arti seluas-luasnya dan terikat oleh suatu kebudayaan
memiliki bahasa bersama, yang merasa termasuk dalam kelompok itu, atau
ataupun kebudayaan yang sama.18 Banyak deskripsi yang dituliskan oleh para
society yang berasal dari kata Latin socius, berarti “kawan”. Istilah
masyarakat sendiri berasal dari akar kata Arab syaraka yang berarti “ikut serta,
masyarakat atau society merupakan manusia sebagai satuan sosial dan suatu
17
https://kbbi.web.id/
18
Dannerius Sinaga. Sosiologi dan Antropologi (Klaten: PT. Intan Pariwara. Fadholi
Hernanto, 1988).
19
Koentjaraningrat. Pengantar Ilmu Antropologi (Jakarta: RinekaCipta. Dedi Saputra,
2009).
20
Phil. Astrid S. Susanto. Pengatar Sosiologi dan Perubahan Sosial (Jakarta: Raja
Garindo Press. P.J. Bouman, 1999).
15
Dari beberapa pengertian tersebut, dapat dimaknai bahwa masyarakat
a. Masyarakat Modern
secara fungsional antara yang satu dengan yang lain dalam satu kelompok
semula dan untuk membentuk kembali hubungan yang sukar atau kacau
21
Dannerius Sinaga. Sosiologi dan Antropologi (Klaten: PT. Intan Pariwara. Fadholi
Hernanto, 1988).
22
Amiruddin, Pengantar Metode Penelitian Hukum (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Evarisan, 2010).
23
OK. Chairudin. Sosiologi Hukum (Jakarta: Sinar Grafika, 1993).
24
Amiruddin. Pengantar Metode Penelitian Hukum (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada,
2010).
16
sudah tidak terpaku pada adat-istiadat dan cenderung mempunyai
b. Masyarakat Tradisional
25
Dannerius Sinaga. Sosiologi dan Antropologi (Klaten: PT. Intan Pariwara. Fadholi
Hernanto, 1988), h.152.
26
P.J. Bouman. Ilmu Masyarakat Umum: Pengantar Sosiologi, (Jakarta: PT.
Pembangunan, 1980), h.54-58.
17
2) Kegiatan ekonomi masyarakat bertumpu pada sektor agraris.
mengenal.
Sosial control dan disiplin hukum adat akan digunakan oleh masyarakat
untuk mengatur ketertiban tata hidup sosialnya. Dari penjelasan tersebut, dapat
lebih patuh terhadap hukum adat daripada negara atau hukum nasional. Dalam
masyarakat tradisional hukum yang ada bersifat represif. Hukum dengan sanksi
menimbulkan hukuman.
C. Perjamuan Makan
sahih dari ‘Ashim bin Kulaib dari bapaknya dan laki-laki anshar, ia berkata :
27
Dannerius Sinaga. Sosiologi dan Antropologi (Klaten: PT. Intan Pariwara. Fadholi
Hernanto, 1988), h.156.
18
ia menghidangkan makanan, Rasullullah pun mengambil makanan tersebut dan
perbuatan baik”.28
D. Nipaerangngi
kematian Mayit. Peringatan kematian ini biasanya dilakukan pada saat mayat
tetangganya melakukan suatu tradisi yang tidak pernah lepas dengan pemahaman
dari nenek moyang mereka pada hari-hari ganjil seperti hari pertama, ke-3,7,11,41
sampai ke-100. Pemahaman Hajatan kematian yang dimasud dalam penelitian ini
adalah perayaan yang dilakukan dengan cara makan bersama dan pemotongan
Setelah doa selesai dibacakan dan diakhiri pidato imam, maka tuan rumah
tahlil yang khusus untuk pengiriman doa semacam itu sering dinamakan sedekah,
perubahan ucapan dari kata Shadaqah. Sedekah makanan itu biasanya baru
disuguhkan atau dibagikan setelah selesainya doa dalam tahlil, baik untuk makan
28
Ahmad Ibnu Isma’il al-Thahthawi, Hasyiyah ‘Ala Muragi al-Falah (Mesir : Maktabah
al-Babi al-Halabi, 1318), Juz. I, h. 514.
19
di tempat atau dibawa pulang. Dengan perkataan lain, sedekah itu diberikan
Berkat berasal dari bahasa Arab, barkatun bentuk jamaknya adalah barakat yang
sabda Nabi Muhammad saw yang artinya : Berkumpullah pada jamuan makan
kamu, dan sebutlah asma Allah ketika hendak makan, niscaya Allah
memberkatikamu pada makan itu. (H.R. Imam Ahmad, Abu Dawud, Ibn Majah,
Dalam hadis Imam Abu Dawud dan al-Baihaqi, Nabi Muhammad saw.
Setelah itu ahli kelurga membaca yasin setiap malam jum’atnya atau
dalam empat kali jum’at, setelah membaca yasin empat kali jum’at tersebut
kemudian sampailah keempat puluh, setelah simayit telah empat pulah hari di
alam kubur maka ahli waris atau ahli kelurga yang ditinggal untuk memperingati
keempat puluhnya dengan mengadakan do’a bersama dan juga mengundang sanak
famili yang lainnya untuk menyampaikan do’a kepada mayit. Setelah habis empat
ahli famili berhak untuk memperingati seratusnya, apabila telah sampai seratusnya
menurut tradisi maka selesailah adat tersebut, akan tetapi hukum tidak terlepas
20
21
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian dan Lokasi Penelitian
1. Jenis Penelitian
Definisi dari penelitian itu sendiri yakni salah satu bentuk kegiatan
yang dilakukan untuk mencari sebuah data yang diperlukan lalu kemudian
kemudian masalah tersebut dianalisis, dan pada akhirnya hasil analisis dari
dimana jenis penelitian ini memiliki sifat kualitatif yang proses penelitiannya
akan menghasilkan sebuah data deskriptif yang berbentuk beberapa kata lisan
atau tulisan dari beberapa orang yang akan diamati dalam permasalahan yang
ada.30
2. Lokasi Penelitian
B. Pendekatan Penelitian
masyarakat di Kel. Mawang baik itu dalam bentuk tradisi yang dimiliki
29
Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta: PT. Bumi Aksara,
2007), h. 1.
30
Lexy J, Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Rosdakarya, 2005), h.4.
22
masyarakat, adat istadat bahkan kehidupan sehari-hari masyarakat dalam
C. Sumber Data
1. Data Primer
disusun secara sistematis. Informan yang terkait adalah Kepala Dusun dari
desa tersebut yang kemudian mengarahkan peneliti kepada kepala adat yang
begitu paham tentang tradisi yang menjadi objek penelitian, hal ini dilakukan
2. Data Sekunder
31
A. Hanafi, Pengantar Theology Islam, (Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1980), h. 11.
23
D. Metode Pengumpulan Data
1. Observasi
dan beberapa data yang terkait dengan keadaan dan perilaku masyarakat Kel.
Kematian.
2. Wawancara
dilakukan dengan cara sistem tanya jawab antara nara sumber dan informan.
(informan) yang dinilai ahli atau setidaknya mengetahui banyak hal tentang
penelitian ini peneliti memilih Kepala Desa, Kepala Dusun, Kepala Adat, dan
3. Dokumentasi
32
Syamsuddin AB, Dasar-Dasar Teori Metode Penelitian Sosial, (Jawa Timur: WADE
Group (WD), 2017), h. 102.
33
Bagong Suyanto dan Sutinah, Metode Penelitian Sosial, (Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2005), h. 71.
24
pengakuratan atas data-data yang telah diperoleh. Dokumentasi ini biasanya
berbentuk sebuah fakta atas sesuatu yang ada biasanya berbentuk catatan,
E. Instrumen Penelitian
melakukan penelitiannya dan alat penelitian tersebut adalah penulis atau peneliti
itu sendiri. Sehingga dalam instrumen penelitian ini peneliti melakukan penelitian
menggunakan kamera.
Teknik pengolahan data dan analisis data yang digunakan penulis adalah
sebagai berikut:
yang penting dari semua hasil penelitian yang telah dilakukan baik itu dari
25
tersebut di susun secara sistematis dan hanya akan fokus terhadap fokus
3. Penarikan Kesimpulan
data-data yang diperoleh, dan hasil validasi tersebut yang pada akhirnya akan
DAFTAR PUSTAKA
26
Hasmira. (2017). Makna Perayaan Kematian (Studi Fenomenologi Masyarakat
Janggurara Terhadap Tradisi Mangdoja di Kecamatan Baraka,
Kabupaten Enrekang”. Skripsi. Makassar: Fak. Dakwah dan Komunikasi
UIN Alauddin Makssar.
Koentrajaningrat. (1988). Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Djambatan. h.
144
Lukito, R. (1998). Pergumulan Antara Hukum Islam dan Adat di Indonesia,
Jakarta: Inis. h.7.
Manzilati, Asfi. (2017). Metode Penelitian Kulitatif: Paradigma, Metode, dan
Aplikasi. Malang: UB Press. h. 8.
Moleong, L. J. (2005). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosdakarya.
Muhlis, P. (1995). Sejarah Kebudayaan Sulawesi. Jakarta:Perindo. h.7.
Narbuko, C. & Achmadi, A. (2007). Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. Bumi
Aksara. h. 1.
Pasrah, F. (2017) Upacara Adat Kematian di Desa Salemba Kec. Ujung Loe Kab.
Bulukumba (Studi Unsur-unsur Budaya Islam). Skripsi. Makassar: Fak.
Adab dan Humaniora UIN Alauddin Makssar.
Shihab, Q. (2002). Tafsir Al-Mishbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an
Vol. 1. Jakarta: Lentera Hati. h. 458-480.
Simanjuntak, B. A. (2016). Tradisi, Agama, dan Akseptasi Modernisasi Pada
Masyarakat Pedesaan Jawa. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia. h.
14.
Soekanto. (2013). Sosiologi Suatu Pengantar. PT. Raja Grafindo Persada. h. 14-
18.
Suyanto, B & Sutinah. (2005). Metode Penelitian Sosial. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group. h. 71.
Syamsuddin, A.B. (2017). Dasar-Dasar Teori Metode Penelitian Sosial. Jawa
Timur: WADE Group (WD). h. 102.
Syamsuddin, AB. (2017). Dasar-Dasar Teori Metode Penelitian Sosial. Jawa
Timur: Wade Group (WD).
Timo, N. E. (2010). Arsip Untuk Sorga. Nusa Tenggara Timur, CV. Inara
Kupang. h. 25-28.
27
28
Outline
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus
C. Rumusan Masalah
D. Kajian Pustaka
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Tradisi
B. Pengertian dan Sejarah Lahirnya Tradisi Perjamuan Makan
Saat Hajatan Kematian di Kel. Mawang.
C. Teologi
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Lokasi Penelitian
B. Pendekatan Penelitian
C. Sumber Data
D. Metode Pengumpulan Data
E. Instrument Penelitian
F. Tehnik Pengolahan dan Analisis Data
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Profil Kelurahan Mawang Kecamatan Somba Opu Kabupaten
Gowa
B. Proses Tradisi Perjamuan Makan Saat Nipaerangngi di Kel.
Mawang.
C. Pandangan Masyarakat Muslim terhadap Tradisi Perjamuan
Makan Saat Nipaerangngi di Kel. Mawang.
D. Tujuan Tradisi Perjamuan Makan saat Nipaerangngi di Kel.
Mawang.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Implikasi
Daftar Pustaka
Lampiran-lampiran
29