Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH KOMUNIKASI LINTAS AGAMA

Tentang

PENGARUH BUDAYA DALAM KONTEKS KEHIDUPAN MANUSIA

Dipresentasikan Untuk Memenuhi Persyaratan Perkuliahan Program Studi Ilmu Komunikasi


Semester VII Mata Kuliah Komunikasi Lintas Agama

OLEH

Kelompok 8/ Ilmu Komunikasi-2 Humas


Rafli Maulana Lubis
NIM: 0105192025
Afni Apriani
NIM: 0105192044
Putri Salwa Kurnia Balqis
NIM: 0105192036

DOSEN PENGAMPU
Dr. Hendripal Panjaitan, Spd. M.A.,M.Si.
NIDN: 201189021

PROGRAM STUDI
ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
MEDAN
2022
A. Pendahuluan
Di zaman modernisasi dan globalisasi saat ini, telah banyak memberikan andil dalam
penyebaran pengetahuan atau informasi dalam ruang lingkup global dan massif. Adanya teknologi
seperti internet, transportasi, media massa dan tenologi lainnya menjadi dalang utama dalam
penyebaran informasi yang ada di seluruh dunia. Informasi yang berasal dari seluruh dunia tersebar
ke seluruh dunia, sehingga setiap individu atau masyarakat dapat mengetahui informasi-informasi
yang ada di seluruh belahan dunia. Informasi-informasi tersebut berupa nilai-nilai, pemikiran atau
pemahaman, ideologi, dan budaya atau kultur. Salah satu informasi yang banyak dirasakan oleh
banyak masyarakat saat ini adanya penyebaran berbagai macam budaya yang ada diseluruh dunia.
Sehingga masyarakat dapat mengetahui berbagai macam budaya yang ada di seluruh dunia.
Budaya pada hakikatnya ada di setiap kelompok masyarakat. Ditinjau dari kemunculanya
budaya berasal dari sekelompok masyarakat tertentu yang memiliki kepentingan untuk mengelola
alam. Dalam mengelola alam, memunculkan suatu interaksi dan kerjasama antar kelompok
masyarakat. Seperti dalam agama Alqur’an surah Al-Hujurat ayat 13 yang berbunyi:

َ َ‫ارفُ ْوا ۚ ا َِّن ا َ ْك َر َم ُك ْم ِع ْندَ اللّٰ ِه اَتْ ٰقى ُك ْم ۗا َِّن اللّٰه‬


‫ع ِل ْي ٌم‬ ُ ‫اس اِنَّا َخلَ ْق ٰن ُك ْم ِم ْن ذَ َك ٍر َّوا ُ ْن ٰثى َو َجعَ ْل ٰن ُك ْم‬
َ َ‫شعُ ْوبًا َّوقَبَ ۤا ِٕى َل ِلتَع‬ ُ َّ‫ٰيٰٓاَيُّ َها الن‬
‫َخ ِبي ٌْر‬
Artinya : “Wahai manusia! sungguh, kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan, kemudian kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar
kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang
yang paling bertakwa. Sungguh, Allah maha mengetahui.”
Ayat ini memberi makna bahwa dalam kehidupannya manusia harus saling mengenal
antara satu dengan yang lain, baik yang berhubungan dengan interaksi sosial maupun dalam
keimanan kepada Allah. Manusia tidak dapat hidup sendiri dan memerlukan orang lain dan
lingkungan alamnya. Dengan berinteraksi manusia akan menghadapi berbagai konflik dan
sosialisasi, oleh itu setiap individu harus mampu berinteraksi dengan yang lainnya, sehingga
tercipta kebersamaan dan keharmonisan serta semua masalah yang dihadapi dapat diselesaikan.
Sehingga dari sini dapat diketahui bahwa budaya memiliki pengaruh dalam kehidupan
manusia di segala bidang kehidupan. Namun menjadi pertanyaan seberapa besar pengaruhnya
dalam kehidupan manusia dan seperti apa pengaruh budaya dalam kehidupan manusia dalam
beberapa bidang kehidupan. Pada makalah ini akan membahas dan menjawab kedua pertanyaan

1
diatas. Dalam menjawab pertanyaan kedua, peneliti menggunakan tiga bidang kehidupan untuk
mendeskripsikan dan menjelaskan seperti apa pengaruh budaya dalam kehidupan manusia.
Peneliti memilih tiga bidang kehidupan manusia yaitu bisnis, kesehatan, dan pendidikan.
B. Pembahasan
Pemakalah menjabarkan tentang pengaruh budaya dalam konteks kehidupan manusia,
yang terdiri dari konteks dunia bisnis, konteks dunia kesehatan dan konteks dunia pendidikan.
Namun sebelum membahas pengaruh budaya dalam konteks kehidupan manusia, pemakalah akan
terlebih dahulu menjelaskan tentang pengertian budaya dan budaya dalam pandangan islam.
Diantaranya adalah:

1. Pengertian Budaya
Budaya menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) memiliki empat pengertian yaitu
1) Hasil pikiran dan akal budi, 2) Adat istiadat, 3) Sesuatu mengenai kebudayaan yang sudah
berkembang dan 4) Sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan dan sukar diubah. Maksud dari
kebudayaan dalam pengertian ketiga memiliki arti hasil kegiatan dan penciptaan batin (akal budi)
manusia seperti kepercayaan, kesenian, dan adat istiadat. Secara istilah, kebudayaan dapat
diartikan sebagai keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang digunakan untuk
memahami lingkungan serta pengalamannya dan yang menjadi pedoman tingkah lakunya.
Menurut Kamus Oxford, mengartikan budaya atau culture sebagai “way of life” yakni,
sistem adat, ide, dan perilaku manusia yang menjadi kebiasaan bersama dalam hidup
bermasyarakat. Misalnya budaya sopan santun yang dimiliki oleh suatu masyarakat, sopan santun
ini dinilai sebagai hal yang berharga untuk mencapai tujuan hidup bersama sehingga diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari.1 Adapun beberapa pendapat ahli mengenai kebudayaan diantaranya
adalah sebagai berikut:2
1. Ki Hajar Dewantara, kebudayaan berarti buah budi manusia yang merupakan hasil
perjuangan manusia terhadap dua pengaruh kuat, yakni alam dan zaman (kodrat dan
masyarakat). Selain itu bukti kejayaan hidup manusia untuk mengatasi berbagai rintangan
dan kesukaran di dalam kehidupannya guna mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang
awalnya bersifat tertib dan damai.

1
Fauzia, Gesekan Dakwah dengan Budaya (Belajar dari Perubahan Masyarakat Arab) (Jakarta: Capita Selecta Ulul
Albab, 2017), h. 10.
2
Noorkasiani, dkk, Sosiologi Keperawatan (Jakarta: Buku Kedokteran EGC, 2007), h. 13.

2
2. Sultan Takdir Alisyahbana, kebudayaan adalah manifestasi dari cara berfikir hingga
menurutnya, pola kebudayaan itu sangat luas karena semua tingkah laku dan perbuatan
tercakup didalamnya dan dapat diungkapkan pada basis dan cara berpikir, termasuk
perasaan karena perasaan juga merupakan maksud dari pikiran.
3. Koentjaranigrat, kebudayan berarti keseluruhan gagasan dan karya manusia yang harus
dibiasakan dengan belajar beserta beserta keseluruhan dari hasil budi pekertinya.
4. Anderson, Sikap melibatkan fenomena psikologis yang diwujudkan dalam tingkah laku
atau tindakan berdasarkan sudut pandang, keyakinan atau pendapat sebagai reaksi terhadap
sesuatu atau beberapa peristiwa dalam aspek bahasa dan non-bahasa.3

Sehingga dari pengertian diatas dapat disimpulkan pengertian budaya adalah hasil
pemikiran masyarakat atau individu terhadap realitas di lingkungan sekitarnya sehingga menjadi
suatu pemahaman atau pengetahuan yang disepakati oleh masyarakat dilingkungan tersebut yang
terkandung nilai-nilai didalamnya. Budaya yang lahir akan terus dilestarikan oleh generasi
selanjutnya di suatu lingkungan masyarakat tertentu dan menjadi kebiasaan pada setiap masyarakat
atau individu di lingkungan tersebut dalam menjalani kehidupan sehari-hari.4

2. Budaya Dalam Pandangan Islam


Budaya pada hakikatnya selalu ada di setiap kelompok masyarakat manapun termasuk pada
saat rasul menyebarkan islam di Mekkah dan Madinah. Nabi Muhammad SAW dalam
menjalankan dakwahnya senantiasa dihadapi oleh berbagai macam budaya yang ada pada
lingkungan tempat ia berdakwah yaitu Mekkah dan Madinah. Dalam menyebarkan islam pun rasul
selalu bersinggungan dengan budaya yang ada dan setelah islam berkembang di negara jazirah
Arab, maka selanjutnya islam disebarka ke berbagai benua, sehingga potensi berjumpa dengan
budaya yang ada di jazirah dengan budaya yang ada di luar jazirah tentunya adalah sebuah
kepastian.
Begitu juga dengan perkembangan Islam di Indonesia juga senantiasa bersinggungan
dengan banyaknya budaya di Indonesia, mengingat Indonesia memiliki beragam budaya yang ada.
Meskipun dengan beragamnya budaya di Indonesia, Islam dapat diterima dengan baik oleh

3
Thor Kerr, “Urban Studies : Boar And Mobility,” Routledge 5, no. 1 (2019): 1–337.
4
Tri Dayakisni dan Salis Yuniardi, Psikologi Lintas Budaya (Malang: Universitas Muhammadiyah, 2004), h. 5.

3
masyarakat Indonesia kala itu dan mampu berkembang dengan pesat seperti sekarang sehingga
menjadi negara dengan umat islam terbesar di dunia.
Tentunya agama Islam bukanlah hasil budaya dari arab, karena islam adalah agama samawi
(agama yang turun dari langit yang berasal dari tuhan). Meskipun ada agama yang berasal dari
pemikiran manusia sehingga menjadi sebuah agama atau kepercayaan seperti agama kejawen yang
berasal dari daerah jawa. Islam diturunkan oleh Allah SWT karena adanya realitas kerusakan
masyarakat dimana nilai-nilai yang ada di masyarakat tidak sesuai dengan nilai-nilai ketuhanan,
seperti perang saudara yang berkecamuk, pembunuhan bayi perempuan, penyembahan berhala,
minuman keras, dan lainnya. Islam muncul di tengah-tengah kaum yang tertinggal kala itu.
Sehingga nilai-nilai yang ada dalam Al-Quran dan adanya rasul yang diutus semata-mata untuk
mengembalikan mereka untuk berada di jalan kebenaran atau ketuhanan yaitu untuk meyakini
Allah dan memiliki aturan keseimbangan dari Allah seperti dalam QS Ar-Rahman: 1-9 dan QS
Ali-Imran ayat 51.5
QS Ar-Rahman ayat 1-9 yang artinya: “1.(Tuhan) Yang Maha Pemurah, 2. Yang telah
mengajarkan al Quran. 3. Dia menciptakan manusia. 4. Mengajarnya pandai berbicara. 5.
Matahari dan bulan (beredar) menurut perhitungan. 6. Dan tumbuh-tumbuhan dan pohon-
pohonan kedua-duanya tunduk kepada-Nya. 7. Dan Allah telah meninggikan langit dan Dia
meletakkan neraca (keadilan). 8. Supaya kamu jangan melampaui batas tentang neraca itu. 9.
Dan tegakkanlah timbangan itu dengan adil dan janganlah kamu mengurangi neraca itu.”

QS Ali-Imran ayat 51 yang berbunyi:


ٌ ‫ص َرا‬
‫ط ُّم ْست َ ِق ْي ٌم‬ ِ ‫ا َِّن اللّٰهَ َربِ ْي َو َربُّ ُك ْم فَا ْعبُد ُْوهُ ٰۗهذَا‬
Artinya : “ Sesungguhnya Allah itu Tuhanku dan Tuhanmu, karena itu sembahlah Dia. Inilah jalan
yang lurus”.
Untuk menjawab pandangan islam terhadap budaya, dapat ditinjau dari sejarah Nabi
Muhammad SAW, sehingga dengan perjalanan hidup nabi dalam menyebarkan islam dengan
adanya budaya yang ada pada masyarakat saat itu, dapat diketahui pandangan islam terhadap
budaya. Pada zaman rasul, budaya yang ada dan berkembang di masyarakat Mekkah seperti, tidak
membolehkan istri dari anak angkatnya dinikahi oleh ayah angkatnya. Namun, Allah SWT

5
Althaf Nabil Mustafa, Pandangan Islam Terhadap Budaya (Jakarta: Capita Selecta Ulul Albab, 2018), h. 6.

4
membolehkan rasul sebagai ayah angkat Zaid menikahi mantan istri anak angkatnya. Dalam AQ
Al-Ahzab ayat 37.6
QS Al-Ahzab ayat 37 yang berbunyi:
‫ق اللّٰهَ َوت ُ ْخ ِف ْي فِ ْي نَ ْفسِكَ َما اللّٰهُ ُم ْب ِد ْي ِه‬
ِ َّ ‫ع َليْكَ زَ ْو َجكَ َوات‬ َ ‫ِك‬ ْ ‫ع َل ْي ِه ا َ ْمس‬
َ َ‫ع َل ْي ِه َوا َ ْن َع ْمت‬ ْٰٓ ‫َو ِا ْذ تَقُ ْو ُل ِللَّذ‬
َ ُ‫ِي ا َ ْنعَ َم اللّٰه‬
‫علَى ْال ُمؤْ ِمنِيْنَ َح َر ٌج‬ َ َ‫ط ًر ۗا زَ َّوجْ ٰن َك َها ِل َك ْي ََل َي ُك ْون‬
َ ‫ضى زَ ْيدٌ ِم ْن َها َو‬ ٰ َ‫اس َواللّٰهُ ا َ َح ُّق ا َ ْن ت َْخ ٰشىهُ ۗ فَلَ َّما ق‬ َ ۚ َّ‫َوت َْخشَى الن‬
‫ط ًر ۗا َو َكانَ ا َ ْم ُر اللّٰ ِه َم ْفعُ ْو ًَل‬ َ َ‫فِ ْٰٓي ا َ ْز َواجِ ا َ ْد ِع َي ۤا ِٕى ِه ْم اِذَا ق‬
َ ‫ض ْوا ِم ْن ُه َّن َو‬
Artinya: “Dan (ingatlah), ketika engkau (Muhammad) berkata kepada orang yang telah diberi
nikmat oleh Allah dan engkau (juga) telah memberi nikmat kepadanya, “Pertahankanlah terus
istrimu dan bertakwalah kepada Allah,” sedang engkau menyembunyikan di dalam hatimu apa
yang akan dinyatakan oleh Allah, dan engkau takut kepada manusia, padahal Allah lebih berhak
engkau takuti. Maka ketika Zaid telah mengakhiri keperluan terhadap istrinya (menceraikannya),
Kami nikahkan engkau dengan dia (Zainab) agar tidak ada keberatan bagi orang mukmin untuk
(menikahi) istri-istri anak-anak angkat mereka, apabila anak-anak angkat itu telah menyelesaikan
keperluannya terhadap istrinya. Dan ketetapan Allah itu pasti terjadi”.
Melalui peristiwa ini, Allah Swt. hendak memperjelas status anak angkat dalam Islam serta
menghapus pandangan dan anggapan para sahabat ketika mereka di masa jahiliyah. Dulu mereka
beranggapan bahwa anak angkat itu sama statusnya dengan anak kandung. Dengan pernikahan
antara Nabi dan Zainab yang merupakan bekas istri dari anak angkat Nabi yaitu Zaid bin Haritsah
maka umat Islam tidak lagi merasa berat ketika ingin menikahi bekas istri anak angkat mereka.
Nabi Muhammad juga pernah mengubah budaya arab seperti minum minuman keras.
Sebelum islam datang, minuman keras sudah menjadi hal yang biasa dikonsumsi di zaman
jahiliyah. Tentunya minuman keras memiliki dampak buruk seperti, melalaikan manusia dari nilai-
nilai ketuhanan karena kesadaran kontrol emosi yang kurang, membuat pola pikir menjadi rendah,
kemampuan berpikir mati/tidak berfungsi. Maka dari itu, islam hadir untuk bertahap untuk
mengubah budaya tersebut, dimulai dari mewajari dalam QS An-Nahl ayat 67, kemudian Allah
mengatakan bahwa khamr ada manfaatnya, namun lebih banyak mudhorotnya dalam QS Al-
Baqarah ayat 219 dan ketiga melarang orang-orang sholat dalam keadaan mabuk dalam QS An-
Nisa ayat 43, kemudian mengharamkannya dalam QS Al-Maidah ayat 90-91.7

6
Ibid.
7
Ibid.

5
QS An-Nahl ayat 67 yang berbunyi:
َ‫سنً ۗا ا َِّن فِ ْي ٰذلِكَ َ َٰليَةً ِلقَ ْو ٍم يَّ ْع ِقلُ ْون‬ ِ ‫ت النَّ ِخ ْي ِل َو ْاَلَ ْعنَا‬
َ ُ‫ب تَت َّ ِخذُ ْونَ ِم ْنه‬
َ ‫س َك ًرا َّو ِر ْزقًا َح‬ ِ ‫َو ِم ْن ث َ َم ٰر‬
Artinya: “Dan dari buah kurma dan anggur, kamu membuat minuman yang memabukkan dan
rezeki yang baik. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Allah)
bagi orang yang berakal”.

QS Al-Baqarah ayat 219 yang berbunyi:


ۗ‫اس َواِثْ ُم ُه َما ٰٓ ا َ ْكبَ ُر ِم ْن نَّ ْف ِع ِه َم ۗا َويَسْـَٔلُ ْونَكَ َماذَا يُ ْن ِفقُ ْونَ ە‬
ِۖ ِ َّ‫ع ِن ْالخ َْم ِر َو ْال َم ْيس ۗ ِِر قُ ْل فِ ْي ِه َما ٰٓ اِثْ ٌم َكبِي ٌْر َّو َمنَافِ ُع ِللن‬َ َ‫يَسْـَٔلُ ْونَك‬
َ‫ت لَ َعلَّ ُك ْم تَتَفَ َّك ُر ْون‬ ٰ ْ ‫قُ ِل ْال َع ْف ۗ َو َك ٰذلِكَ يُبَ ِي ُن اللّٰهُ لَ ُك ُم‬
ِ ‫اَل ٰي‬
Artinya: “Mereka menanyakan kepadamu (Muhammad) tentang khamar dan judi. Katakanlah,
“Pada keduanya terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia. Tetapi dosanya lebih
besar daripada manfaatnya”. Dan mereka menanyakan kepadamu (tentang) apa yang (harus)
mereka infakkan. Katakanlah, “Kelebihan (dari apa yang diperlukan)”. Demikianlah Allah
menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu agar kamu memikirkannya”.

QS An-Nisa ayat 43 yang berbunyi:


‫سبِ ْي ٍل َحتّٰى‬ َ ‫ي‬ ْ ‫عابِ ِر‬ َ ‫س َك ٰارى َحتّٰى ت َ ْعلَ ُم ْوا َما تَقُ ْولُ ْونَ َو ََل ُجنُبًا ا ََِّل‬ ُ ‫ص ٰلوة َ َوا َ ْنت ُ ْم‬َّ ‫اَيُّ َها الَّ ِذيْنَ ٰا َمنُ ْوا ََل ت َ ْق َربُوا ال‬
َ ‫سفَ ٍر ا َ ْو َج ۤا َء ا َ َحدٌ ِم ْن ُك ْم ِمنَ ْالغ َۤا ِٕى ِط ا َ ْو ٰل َم ْست ُ ُم ال ِن‬
‫س ۤا َء فَلَ ْم ت َِجد ُْوا َم ۤا ًء فَت َ َي َّم ُم ْوا‬ َ ‫ع ٰلى‬ َ ‫ضى ا َ ْو‬ ٰٓ ٰ ‫ت َ ْغت َ ِسلُ ْوا َۗوا ِْن ُك ْنت ُ ْم َّم ْر‬
‫غفُ ْو ًرا‬َ ‫عفُ ًّوا‬َ َ‫س ُح ْوا بِ ُو ُج ْو ِه ُك ْم َوا َ ْي ِد ْي ُك ْم ۗ ا َِّن اللّٰهَ َكان‬َ ‫ام‬ َ ‫ص ِع ْيدًا‬
ْ َ‫ط ِيبًا ف‬ َ
Artinya: “Wahai orang yang beriman! Janganlah kamu mendekati salat ketika kamu dalam
keadaan mabuk, sampai kamu sadar apa yang kamu ucapkan, dan jangan pula (kamu hampiri
masjid ketika kamu) dalam keadaan junub kecuali sekedar melewati jalan saja, sebelum kamu
mandi (mandi junub). Adapun jika kamu sakit atau sedang dalam perjalanan atau sehabis buang
air atau kamu telah menyentuh perempuan, sedangkan kamu tidak mendapat air, maka
bertayamumlah kamu dengan debu yang baik (suci); usaplah wajahmu dan tanganmu dengan
(debu) itu. Sungguh, Allah Maha Pemaaf, Maha Pengampun".

QS Al-Maidah ayat 90-91 yang berbunyi:


‫ان فَاجْ تَنِبُوهُ لَ َعلَّ ُك ْم‬ َ ‫ش ْي‬
ِ ‫ط‬ َّ ‫ع َم ِل ال‬ َ ‫س ِم ْن‬ ٌ ْ‫اب َو ْاْل َ ْز ََل ُم ِرج‬ُ ‫ص‬ َ ‫يَاأَيُّ َها الَّذِينَ َءا َمنُوا ِإنَّ َما ْالخ َْم ُر َو ْال َم ْيس ُِر َو ْاْل َ ْن‬
‫ع ْن ِذ ْك ِر اللَّ ِه‬ َ ‫صدَّ ُك ْم‬ ُ َ‫ضا َء فِي ْالخ َْم ِر َو ْال َم ْيس ِِر َوي‬
َ ‫ان أ َ ْن يُوقِ َع بَ ْينَ ُك ُم ْالعَدَ َاوة َ َو ْالبَ ْغ‬
ُ ‫ط‬ َ ‫ش ْي‬
َّ ‫)إِنَّ َما ي ُِريدُ ال‬09( َ‫ت ُ ْف ِل ُحون‬
)09( َ‫ص ََلةِ فَ َه ْل أ َ ْنت ُ ْم ُم ْنت َ ُهون‬
َّ ‫ع ِن ال‬َ ‫َو‬

6
Artinya: “90. Wahai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya minuman keras, berjudi,
(berkurban untuk) berhala, dan mengundi nasib dengan anak panah, adalah perbuatan keji dan
termasuk perbuatan setan. Maka jauhilah (perbuatan-perbuatan) itu agar kamu beruntung. 91.
Dengan minuman keras dan judi itu, setan hanyalah bermaksud menimbulkan permusuhan dan
kebencian di antara kamu, dan menghalang-halangi kamu dari mengingat Allah dan
melaksanakan salat maka tidakkah kamu mau berhenti?”.
Adapun hadist mengenai khamr yang berbunyi: “Khamr atau minuman keras itu telah
dilaknat dzatnya, orang yang meminumnya, orang yang menuangkannya, orang yang menjualnya,
orang yang membelinya, orang yang memerasnya, orang yang meminta untuk diperaskan, orang
yang membawanya, orang yang meminta untuk dibawakan dan orang yang memakan harganya".
(Diriwayatkan oleh Ahmad (2/25,71), Ath-Thayalisi (1134), Al-Hakim At-Tirmidzi dalam Al-
Manhiyaat (hal: 44,58), Abu Dawud (3674)).8
Kedua sejarah tersebut menunjukkan islam mengubah budaya yang keliru dan tidak sesuai
dengan nilai-nilai islam di tempat atau lingkungan budaya itu berasal. Namun ada sejarah dimana
rasul tidak mempermasalahkan adanya budaya yang berkembang pada masa itu, yaitu penggunaan
jubah dan imamah (penutup kepala). Nilai penting busana adalah salah satunya untuk bisa menutup
aurat agar tidak mengundang syahwat sehingga tidak terjadi perzinahan. Busana jubah adalah
pakaian yang menutup aurat sehingga tidak mengundang syahwat sehingga hal tersebut sesuai
dengan nilai islam, tidak merusak nilai islam dan tidak dipermasalahkan. Untuk penutup kepala
atau imamah tidak diubah karena memiliki fungsi menjaga kepala dari teriknya cuaca, imamah
tidak menjadikan seseorang jauh dari nilai-nilai ketauhidan, tidak bertentangan dengan nilai-nilai
islam sehingga tidak masalah apabila digunakan dan dilestarikan.
Sehingga dari sini jelas islam memiliki pandangan terhadap budaya yang menjelaskan
bahwa apabila ada budaya yang bertentangan dengan nilai-nilai islam, ketuhanan, kemaslahatan,
kerahmatan lilalamin maka islam akan menghilangkan budaya tersebut, namun apabila ada budaya
yang tidak bertentangan dengan nilai-nilai islam, ketuhanan, kemaslahatan, dan kerahmatan
lilalamin dan atau justru malah mendukung nilai-nilai islam maka diperbolehkan atau tidak
dipermasalahkan. Sehingga hadirnya islam bukanlah untuk mengubah seluruh perilaku budaya
yang ada pada masyarakat tertentu, namun islam datang agar bisa menanamkan nilai-nilai

8
Detik Edu. https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-6064578/hukum-minum-alkohol-atau-khamr-dalam-al-quran-
dan-hadits. Diakses pada tanggal 11 November 2022, pukul 20.00 wib.

7
ketuhanan pada masyarakat. Bila ada budaya yang bertentangan dengan hal tersebut, maka
otomatis islam akan menghapusnya.
Sehingga dapat ditarik kesimpulan, budaya dalam pandangan islam terbagi dua, yaitu
budaya yang sesuai dengan nilai-nilai islam, dan budaya yang tidak sesuai dengan nilai-nilai islam.
Jika ada budaya Indonesia yang bertentangan dengan nilai-nilai islam, maka secara bertahap harus
dirubah (dapat dihilangkan atau dimodifikasikan) agar sesuai dengan nilai-nilai islam, jika sesuai
dengan nilai-nilai islam maka tidak harus dirubah seperti yang pernah dilakukan oleh para Wali
Songo ketika berdakwah di Indonesia. Maka disini jelas islam tidak untuk merubah budaya secara
keseluruhan, tidak untuk membiarkan budaya secara keseluruhan, dan tidak untuk mewajibkan
seluruh budaya di dunia sama dengan budaya Arab. Namun islam hadir menata kebudayaan
menjadi lebih baik sesuai dengan nilai-nilai ketuhanan atau keseimbangan/thoyyibah.

3. Pengaruh Budaya Dalam Kehidupan Manusia

Di masa sekarang ini, budaya telah banyak berkembang dan terus menerus diwarisi oleh
banyak generasi sehingga sampai saat ini budaya terus ada dan dapat dilihat di saat ini. Dengan
beragamnya budaya tersebut menunjukkan bahwa budaya tersebut telah dilestarikan oleh banyak
generasi masyarakat dan melekat kedalam dirinya dan diaplikasikan kedalam kehidupannya
sehari-hari. Budaya yang melekat pada diri insan individu diimplementasikan kedalam
kehidupannya baik dalam kehidupan sosial-budaya, ekonomi, politik, kesehatan, pendidikan,
politik, dan lainnya. Hal yang menyebabkan budaya dapat lestari dan subur pada lingkungan
masyarakat tentu adanya masyarakat yang mengimplementasikan dan atau mengaplikasikan
budaya tersebut ke dalam kehidupan bermasyarakat maupun individu, sehingga suatu budaya
dapat terus ada dan terjaga eksistensinya bila terus menerus dilakukan oleh masyarakat atau
individu. Mengingat manusia pada hakikatnya menjalani kehidupannya berdasarkan keyakinan
yang belandaskan nilai-nilai yang dimilikinya, salah satunya adalah nilai-nilai budaya. Sehingga
pada hakikatnya budaya memiliki pengaruh yang besar dalam kehidupan manusia, karena setiap
perilaku dan tindakannya dilandasi, didasarkan dan berpijak pada nilai-nilai budaya yang
dimilikinya. Sehingga budaya memiliki pengaruh yang cukup besar dalam kehidupan yang dijalani
oleh setiap individu.

a. Pengaruh Budaya Dalam Konteks Dunia Bisnis

8
Salah satu sisi kehidupan individu atau masyarakat dalam menjalankan kehidupannya
adalah kehidupan bisnis. Pada umumnya, bisnis adalah bagian kehidupan manusia dalam bidang
usaha dari pekerjaan yang dijalani atau dapat mengacu pada dunia usaha dagang ataupun komersial
lainnya. Manusia dalam menjalani pekerjaan atau karir yang dimilikinya tentu juga terdapat nilai-
nilai budaya dalam pekerjaan yang digelutinya. Kerja merupakan perintah Allah kepada manusia.
Meskipun akhirat akhirat lebih kekal daripada dunia, namun Allah tidak memerintahkan hambanya
meninggalkan kerja untuk kebutuhan duniawi. Seperti yang terdapat pada QS. Al-Qashash ayat
77:

َ َ‫سنَ اللّٰهُ اِلَيْكَ َو ََل تَبْغِ ْالف‬


‫سادَ فِى‬ َ ْ‫َص ْيبَكَ ِمنَ الدُّ ْنيَا َواَحْ س ِْن َك َما ٰٓ اَح‬ َ ‫اَل ِخ َرة َ َو ََل ت َ ْن‬
ِ ‫سن‬ ٰ ْ ‫َّار‬
َ ‫ا ْبت َغِ فِ ْي َما ٰٓ ٰا ٰتىكَ اللّٰهُ الد‬
َ‫ض ۗا َِّن اللّٰهَ ََل ي ُِحبُّ ْال ُم ْف ِس ِديْن‬ ِ ‫ْاَلَ ْر‬
Artinya: “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (untuk kebahagiaan)
negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat
baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu. Dan janganlah
kamu berbuat kerusakan di bumi”.
Budaya kerja yang baik sangat diperlukan agar menjadi pekerja yang berbudi pekerti dan
mengerti nilai-nilai yang dijalaninya dan tidak membawa individu kepada penyimpangan. Nilai-
nilai budaya pada suatu pekerjaan merupakan bentuk sistem yang harus dijalankan bagi individu
yang memiliki profesi di bidang pekerjaan tersebut karena dalam suatu pekerjaan atau profesi
selalu ada namanya kode etik. Dalam kode etik ini, terdapat bermacam-macam aturan, perilaku,
norma yang harus diikuti dan akan membentuk suatu pola kebiasaan, kultur atau budaya yang
menjadi sistem sosial dalam melakukan pekerjaan tersebut. Individu haruslah mengikuti nilai-nilai
budaya yang ada pada pekerjaan atau profesi yang dimilikinya karena hal itu merupakan bagian
dari sistem sosial dan nilai-nilai yang dapat mencapai tujuan dari bisnis atau pekerjaan yang
dilakukan.
Bila berbicara terkait bisnis, tentu tidak dapat lepas dengan adanya suatu organisasi yang
bergerak di bidang bisnis, atau dikenal dengan istilah perusahaan. Perusahaan adalah bentuk
organisasi yang meliputi beragam fungsi dan dikoordinasikan melalui sistem tertentu untuk
menghasilkan barang atau jasa yang akan dikonsumsi oleh konsumen atau pemakai lainnya. 9

9
Muhammad Ridwan Jauhari, Pengaruh Budaya Perusahaan Terhadap Kinerja Perusahaan Studi Kasus Di Margaria
Group (Bandung: Gema Insani, 2017), h. 12.

9
Keterkaitan antara budaya dengan perusahaan tentu sangat berkaitan dan sangat dibutuhkan demi
eksistensi perusahaan.
Adanya budaya sebagai sistem kontrol sosial di dalam perusahaan sehingga individu-
individu yang ada di dalam organisasi mempunyai kesamaan persepsi, perilaku maupun cara untuk
menyelesaikan suatu masalah. Tujuan utama perusahaan menciptakan sistem kontrol sosial
tersebut karena adanya kepentingan tertentu yang harus direalisir. Untuk mendukung pencapaian
kepentingan tersebut diciptakanlah perangkat lunaknya yaitu budaya perusahaan, dengan adanya
budaya perusahaan tersebut diharapkan dapat memperkokoh perangkat keras yang telah
diciptakannya dalam hal ini seperti anggaran, aturan, pusat tanggung jawab dan lain-lain.
Menurut Robbins terdapat 5 fungsi budaya organisasi, yaitu menetapkan tapal batas,
membawa rasa identitas bagi anggota organisasi, mempermudah timbulnya komitmen,
meningkatkan kemantapan sistem sosial dan mekanisme pembuat makna dan kendali yang
memandu dan membentuk sikap serta perilaku karyawan.10 Adapun menurut Kreitner dan Kinicki,
secara umum terdapat tiga jenis budaya organisasi yaitu:11
1. Budaya konstruktif
Budaya kontruktif adalah budaya dimana para karyawan didorong untuk berinteraksi
dengan orang lain dan mengajarkan tugas dan proyeknya dengan cara yang membantu mereka
dalam memuaskan kebutuhannya untuk tumbuh dan berkembang. Tipe budaya ini mendukung
keyakinan normatif yang berhungan dengan pencapaian tujuan aktualisasi diri, penghargaan yang
manusiawi dan persatuan. Contohnya berhubungan secara positif dengan kepuasan kerja,
keinginan untuk tidak keluar dari perusahaan dan inovasi.
2. Budaya pasif- defensif
Budaya pasif – defensif bercirikan keyakinan yang memungkinkan bahwa karyawan
berinteraksi dengan karyawan lain dengan cara yang tidak mengancam keamanan kerja sendiri.
Budaya ini mendorong keyakinan normatif yang berhubungan dengan persetujuan, konvensional,
ketergantungan, dan penghidupan.
3. Budaya agresif defensif

10
Usmany, dkk, Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Komitmen Organisasional Dan Kinerja Karyawan (Studi
Pada Karyawan Pabrik Gondorukem Dan Terpentin Sukun Perum Perhutani Kesatuan Bisnis Mandiri Industri
Gondorukem Dan Terpentin II, Ponorogo) (Bandung: Cv Penerbit Diponegoro, 2016), h. 38–44.
11
Nel Arianty, “Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Pegawai,” Lincolin Arsyad 3, no. 2 (2014): 144–150,
http://journal.stainkudus.ac.id/index.php/equilibrium/article/view/1268/1127.

10
Budaya agresif – defensif mendorong karyawannya untuk mengerjakan tugasnya dengan
kerja keras untuk melindungi keamanan kerja dan status mereka. Tipe budaya ini lebih bercirikan
keyakinan normatif yang mencerminkan oposisi, kekuasaan, kompetitif dan perfeksionis.
Contoh pengaruh budaya dalam konteks bisnis dapat dilihat dari budaya bisnis Amerika
yang terbiasa dengan cold call, yaitu membuka hubungan bisnis dengan menelepon calon
pelanggan yang tidak dikenal. Cold call langsung kepada topik pembicaraan yaitu bisnis tanpa ada
basa basi terlebih dahulu. Budaya ini sesuai dengan tipikal dasar orang Amerika yang tidak suka
bertele-tele dan mengutamakan efisiensi. Berbeda dengan Afrika yang hubungan awal dalam suatu
bisnis memerlukan perantara. Perantara ini dapat membukakan pintu, memastikan kunjungan
diterima dengan hanngat, serta menilai prospek proposal yang akan diajukan.
Contoh lainnya yaitu cara menyapa yang berbeda-beda juga harus diperhatikan seperti
apakah budaya yang akan dihadapi terbiasa dengan membungkukkan badan, berpelukan,
berciuman pipi, tatapan mata, anggukan, ataupun sapaan yang biasa dilakukan. Selain perhatian
terhadap kebiasaan berbisnis, suatu pemahaman juga harus diperhatikan seperti dengan
kompleksnya tindakan membungkuk. Orang Jepang sadar hal itu susah dimengerti orang asing,
sehingga mereka tidak mengharapkan orang asing untuk membungkuk.12 Nabi Muhammad SAW
bersabda, Allah Swt merahmati seseorang yang ramah dan toleran dalam berbisnis”. (HR.
Tirmidzi dan Bukhari).
Contoh pengaruh budaya dalam konteks bisnis di Indonesia sendiri dapat dilihat dari
adanya culture hirarki dalam pekerjaan. Semakin tinggi jawabatannya maka akan lebih di hormati.
Dalam perusahaan, pegawai yang lebih rendah jabatannya harus menghormati atasan mereka
dengan panggilan Bapak/Ibu hingga mengikuti perintah mereka.

b. Pengaruh Budaya Dalam Konteks Dunia Kesehatan

Semua budaya memiliki kepercayaan mengenai penyakit dan kesehatan yang diperoleh
dari cara pandang mereka dan yang disampaikan dari generasi ke generasi. Budaya dan etnis
menciptakan pola kepercayaan dan persepsi yang unik mengenai kesehatan dan penyakit. Pada

12
Pengaruh Budaya Dalam Konteks Bisnis. https://muhammadirawansaputra.wordpress.com/2012/11/27/pengaruh-
budaya-pada-konteks-ruang-lingkup-bisnis/, diakses pada 12 November 2022, pukul 16.00 wib.

11
gilirannya, pola ini memengaruhi bagaimana penyakit dikenali, apa penyebabnya, bagaimana hal
tersebut diartikan, serta bagaimana dan kapan pelayanan kesehatan diperlukan.13
Masing-masing kebudayaan memiliki berbagai pengobatan untuk menyembuhkan anggota
masyarakatnya yang sakit. Berbeda dengan ilmu kedokteran yang menganggap bahwa penyebab
penyakit adalah kuman, kemudian diberi antibiotika dan obat tersebut dapat mematikan kuman
penyebab penyakit. Pada masyarakat tradisional tidak semua penyakit disebabkan oleh penyebab
biologis. Kadangkala mereka menghubung-hubungkan dengan sesuatu yang gaib, roh jahat atau
iblis yang mengganggu manusia dan menyebabkan sakit.
Andrews menyarankan paradigma yang komprehensif di mana sistem kepercayaan
kesehatan dibagi dalam 3 kategori besar: supernatural/magis/religius, holistik dan
ilmiah/biomedis, masing-masing dengan sistem yang sesuai dengan kepercayaan yang terkait.
Kami akan menggunakan kategori Andrews ini untuk mengatur pembahasan mengenai sejumlah
besar kepercayaan yang berasal dari budaya mengenai penyebab, perawatan, dan pencegahan
penyakit.

 Tradisi supernatural/magis/religius
Pengikut tradisi ini memegang kepercayaan yang kuat mengenai keberadaan ilmu sihir,
kekeuatan magis, dan roh jahat. Penyebab penyakit dari cara pandang ini,yaitu ilmu sihir,
melanggar hal yang tabu, mengganggu objek yang sakit, mengganggu roh yang menyebabkan
penyakit, dan kehilangan jiwa merupakan 5 kategori kepercayaan yang dianggap bertanggung
jawab atas penyakit. Untuk pengobatan penyakit dapat melibatkan hubungan yang positif dengan
roh, dewa dan sebagainya yang dilakukan oleh seorang penyembuh.
 Tradisi holistic
Premis yang mendasari holisme berhubungan dengan hubungan pikiran, tubuh serta jiwa
dan bagaimana orang-orang berinteraksi dengan lingkungannya. Penyebab penyakit dari
pendekatan holistik dan naturalis terhadap penyebab penyakit beranggapan bahwa ada hukum
alam yang mengatur segala sesuatu dan setiap orang yang ada di alam semesta. Pengobatan
penyakit dapat dilakukan dengan mengembalikan keseimbangan antar tubuh, pikiran dan jiwa, Di
Cina ada pengobatan yang mengembalikan keseimbangan yin dan yang.
 Tradisi Ilmiah/Biomedis

13
Komunikasi Pelayanan Kesehatan. https://ridwanlf.wordpress.com/2021/01/08/pengaruh-budaya-pada-konteks-
ruang-lingkup-kesehatan/, diakses pada 12 November 2022, pukul 17.00 wib.

12
Premis yang mendasari sistem pelayanan kesehatan ilmiah/biomedis berfokus pada
diagnosis objektif dan penjelasan ilmiah atas penyakit. Penyebab penyakit karena masalah biologis
dan ketidak normalan dalam struktur fisik atau fungsi kimianya. Pengobatan yang dilakukan untuk
mengembalikan tubuh pada kondisi normal melalui bedah atau terapi.
Beragamnya kepercayaan budaya menyangkut penyebab dan pengobatan penyakit
mengarah pada sejumlah metode yang berhubungan dengan pencegahan penyakit. Tidak seperti
pendekatan pada penyebab dan pengobatan penyakit yang bergantung pada metode sistematis,
banyak budaya yang menggunakan kombinasi dari pendekatan supernatural, holistik, dan
ilmiah/biomedis untuk mencegah.
Di Amerika dan budaya berteknologi tinggi lainnya, kesehatan yang baik didasarkan pada
pemeriksaan fisik tahunan, imunisasi, latihan dan nutrisi yang baik. Kaum muslim Afganistan
bergantung pada ajaran Quran dalam melindungi mereka dari penyakit, yaitu ta’wiz, ayat quran
ditulis di kertas dan dibungkus dan dimasukkan dalam kain atau dimasukkan dalam air untuk
diminum atau dibakar dan asapnya dan minyaknya diletakkan dekat pasien.
Suku Azande di Afrika Tengah mempunyai kepercayaan bahwa jika anggota jari kakinya
tertusuk sewaktu sedang berjalan biasa dan dia terkena penyakit tuberculosis maka dia dianggap
terkena serangan sihir. Sedangkan orang Kwakuit di bagian barat Kanada percaya bahwa penyakit
dapat disebabkan oleh dimasukkannya benda asing ke dalam tubuh dan yang terkena dapat mencari
pertolongan ke dukun.
Allah berfirman dalam QS. Al-Baqarah ayat 102 Al-Baqarah yang berbunyi:
ٓ ‫اس السِحْ َر َو َما‬ َ َّ‫س َلي ْٰمنُ َو ٰل ِكنَّ الش َّٰي ِط ْينَ َكفَ ُر ْوا يُعَ ِل ُم ْونَ الن‬ ُ ‫سلَي ْٰمنَ ۚ َو َما َك َف َر‬ ُ ‫َواتَّبَعُ ْوا َما تَتْلُوا الش َّٰي ِط ْينُ ع َٰلى ُم ْل ِك‬
َ‫ار ْوتَ ۗ َو َما يُ َع ِل ٰم ِن ِم ْن ا َ َح ٍد َحتّٰى يَقُ ْو َ َٓل اِنَّ َما نَحْ نُ ِِتْنٌَ َِ ََ ت َ ْكفُ ْر ۗ َِيَت َ َعلَّ ُم ْون‬
ُ ‫ار ْوتَ َو َم‬ُ ‫علَى ا ْل َملَ َكي ِْن ِببَا ِب َل َه‬
َ ‫ا ُ ْن ِز َل‬
‫ِم ْن ُه َما َما يُ َف ِرقُ ْونَ بِ ٖه بَ ْينَ ا ْل َم ْر ِء َو َز ْو ِج ٖه ۗ َو َما ُه ْم ِبض َۤا ِر ْينَ ِب ٖه ِم ْن ا َ َح ٍد ا ََِّل ِب ِا ْذ ِن اللّٰ ِه ۗ َويَت َ َعلَّ ُم ْونَ َما يَض هُر ُه ْم َو ََل‬
َ‫س ُه ْم ۗ َل ْو كَانُ ْوا َي ْع َل ُم ْون‬
َ ُ‫س َماش ََر ْوا ِب ٖ ٓه ا َ ْنف‬ َ ْ‫ق ۗ َو َل ِبئ‬ ٰ ْ ‫شت َ ٰرىهُ َما لَ ٗه ِِى‬
ٍ ََ ‫اَل ِخ َر ِة ِم ْن َخ‬ ْ ‫ع ِل ُم ْوا لَ َم ِن ا‬
َ ‫َي ْنفَعُ ُه ْم ۗ َولَقَ ْد‬
Artinya: “Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh setan-setan pada masa kerajaan Sulaiman.
Sulaiman itu tidak kafir tetapi setan-setan itulah yang kafir, mereka mengajarkan sihir kepada
manusia dan apa yang diturunkan kepada dua malaikat di negeri Babilonia yaitu Harut dan
Marut. Padahal keduanya tidak mengajarkan sesuatu kepada seseorang sebelum mengatakan,
“Sesungguhnya kami hanyalah cobaan (bagimu), sebab itu janganlah kafir.” Maka mereka
mempelajari dari keduanya (malaikat itu) apa yang (dapat) memisahkan antara seorang (suami)

13
dengan istrinya. Mereka tidak akan dapat mencelakakan seseorang dengan sihirnya kecuali
dengan izin Allah. Mereka mempelajari sesuatu yang mencelakakan, dan tidak memberi manfaat
kepada mereka. Dan sungguh, mereka sudah tahu, barangsiapa membeli (menggunakan sihir) itu,
niscaya tidak akan mendapat keuntungan di akhirat. Dan sungguh, sangatlah buruk perbuatan
mereka yang menjual dirinya dengan sihir, sekiranya mereka tahu”.
Ayat tersebut menjelaskan bahwa apabila mereka mempelajari sesuatu yang mencelakakan
dan tidak memberi manfaat kepada mereka. Dan barang siapa membeli atau menggunakan sihir
itu, niscaya tidak akan mendapat keuntungan di akhirat. Dan sungguh, sangatlah buruk perbuatan
mereka yang menjual dirinya dengan sihir, sekiranya mereka tahu dan jika mereka beriman dan
bertakwa, takut kepada azab Allah, pahala dari Allah pasti lebih baik daripada sihir yang
menyibukkan mereka.
Oleh sebab itu, budaya dan kesehatan sangat erat hubungannya. Masalah kesehatan yang
terjadi sekarang ini salah satunya karena budaya masyarakat itu sendiri. Pandangan masyarakat
terhadap tindakan yang mereka lakukan ketika mengalami sakit, ini akan dipengaruhi oleh budaya,
tradisi dan kepercayaan yang tumbuh dalam masyarakat tersebut. Misalnya pada zaman dahulu
masyarakat lebih mempercayai dukun untuk mengobati sebuah penyakit. Namun sekarang
masyarakat telah beralih mempercayai bidan/dokter untuk mengobati penyakit. Selain itu, budaya
juga memberikan pengaruh dalam konteks kesehatan seperti pasien muslim yang kekurangan gizi,
tidak disarankan memakan daging babi (karena haram) dan bayi yang diare dianggap sebagai
proses peningkatan kepandaian.

c. Pengaruh Budaya Dalam Konteks Dunia Pendidikan

Antara kebudayaan dan pendidikan mempunyai hubungan interaktif yang saling


membutuhkan, karena dalam proses pendidikan tidak dapat terlepas dari kebudayaan, sementara
perkembangan kebudayaan tidak terlepas dari proses pendidikan yang terjadi didalam masyarakat
tertentu. Menghilangkan kebudayaan dari proses pendidikan berarti membuang pendidikan
kesuatu daerah tak bertuan. Bagaimana bisa disepakati untuk membangun masyarakat Indonesia
yang baru tanpa kebudayaan. Pendidikan tanpa kebudayaan adalah hampa, sedangkan kebudayaan
tanpa pendidikan akan menuju kematian budaya itu sendiri.14

14
Myta Widyastuti, “Peran Kebudayaan Dalam Dunia Pendidikan The Role Of Culture In The World Of
Education” 1, no. 1 (2021): 54–64, https://journal.unindra.ac.id/index.php/jagaddhita.

14
Pendidikan dalam arti schooling telah dibatasi bagi pengembangan intelektual, sedangkan
nilai-nilai kebudayaan lain dalam arti pengembangan intelegensi emosional, intelegensi
interpersonal dan intrapersonal diabaikan sehingga menghasilkan manusia yang dikuasai oleh
nilai-nilai keserakahan, kekerasan dan tumpulnya rasa kemanusiaan hal ini disebabkan pendidikan
dijauhkan dari nilai budaya.
Budaya tidak dapat dipisahkan hubungannya dari pendidikan. Orang yang dibesarkan
dalam budaya akan belajar sesuai dengan apa yang dibutuhkan budaya mereka. Walaupun manusia
secara biologis sama, karena pengalaman budaya mereka, secara social, mereka tumbuh berbeda.
Sekolah mewakili salah satu dari pengalaman penting tersebut. Sekolah menjadi sebuah konteks
dimana baik proses sosialisasi maupun pembelajaran dalam menuntut ilmu terjadi. Adapun hadist
mengenai pentingnya pendidikan dan menuntut ilmu, yaitu:
‫ َو َم ْن أ َ َرادَ ُه َما فَعَلَ ْي ِه باِل ِع ْل ِم‬،‫اآلخ َرهَ فَعَلَ ْي ِه بِ ْال ِع ْل ِم‬
ِ َ‫ َو َم ْن أ َ َراد‬،‫َم ْن أ َ َرادَ الدُّ ْنيَا فَعَلَ ْي ِه بِاْل ِع ْل ِم‬
Artinya: "Barangsiapa yang hendak menginginkan dunia, maka hendaklah ia menguasai ilmu.
Barangsiapa menginginkan akhirat hendaklah ia menguasai ilmu, dan barangsiapa yang
menginginkan keduanya (dunia dan akhirat) hendaklah ia menguasai ilmu". (HR Ahmad).
Hadist tersebut menjelaskan bahwa dimanapun kita berada, kuncinya hanya satu yaitu ilmu
pengetahuan. Untuk itu senantiasalah kita mengembangkan diri dengan belajar terus agar semakin
banyak ilmu yang kita miliki, maka semakin mulia derajat dan hidup kita dihadapan Allah Swt
maupun manusia. Menuntut ilmu adalah keutamaan untuk mendapatkan amal jariyah di dunia
maupun di akhirat.
Beberapa alasan mengapa pendidikan merupakan ruang lingkup antarbudaya yang penting:
1) Pengetahuan yang berharga dapat diperoleh dari mempelajari persepsi dan pendekatan suatu
budaya pada pendidikan. Misalnya: bagi orang China, pendidikan merupakan hal yang penting
, diungkapkan dalam sebuah pepatah yang sederhana “ilmu merupakan harta yang mengikuti
pemiliknya kemanapun”. Sedangkan bagi orang Latin, pendidikan dianggap lebih dari sekedar
sekolah formal. Pendidikan dianggap merupakan jalan untuk memperbaiki keadaan ekonomi.
2) Tujuan tradisional sekolah erat hubungannya dengan kemampuan intelektual atau fungsi social
yang diasosiasikan dengan masyarakat pada umumnya. Fungsi sekolah yang paling jelas
adalah menanamkan pengetahuan dan kemampuan yang penting bagi seseorang dalam
kehidupan bermasayarakat. Misalnya: untuk bertahan hidup di Amerika Serikat, seperti yang
ditunjukkan dalam system pendidikannya, anda perlu memiliki pengetahuan dan ketrampilan

15
yang dibutuhkan untuk mendapatkan pekerjaan yang menjanjikan dan bergaji besar, sehingga
dapat menjamin kehidupan anda nantinya.
3) Menyadari pengetahuan informal suatu budaya. Anak-anak seharusnya menginternalisasi nilai
dasar dan kepercayaan budaya mereka. Mereka mempelajari perilaku yang dianggap pantas
dalam komunitas mereka dan mulai bersosialisasi dalam masyarakat tersebut. Di sekolah,
anak-anak mempelajari bagaimana bertingkah laku yang baik, hierarki nilai budaya,
bagaimana memperlakukan dan berinteraksi dengan orang lain, peranan gender, penghargaan
dan semua hal-hali nformal lainnya.
4) Pendidikan merupakan salah satu profesi terbesar di Amerika Serikat. Kesadaran akan
perbedaan budaya dalam pendidikan dapat menolong anda memahami perilaku komunikasi
tertentu ketika hal itu dimanifestasikan dalam ruangan kelas multicultural.
Intinya, setiap budaya mengajarkan tujuan yang sama, yaitu mengabadikan budaya mereka
dan meneruskan sejarah dan tradisinya dari generasi ke generasi. Jadi, di setiap budaya, sekolah
memiliki banyak fungsi. Sekolah membentuk kebiasaan seseorang. Apa yang dipelajari oleh anak,
serta bagaimana cara mereka belajar, sangat memperngaruhi pemikiran dan perilaku mereka.
Sekolah memberikan petunjuk dan nilai untuk hidup dengan layak. Pendidikan membentuk
karakter objeknya. Anak-anak dibentuk oleh sekolah, sehingga anak-anak menyadari apa yang
harus mereka ketahui supaya memperoleh hidup yang produktif, sukses, dan memuaskan.
Bila ditelaah tentang makna budaya dalam pendidikan, akan ditemukan bagaimana budaya
daerah dan budaya nasional sangat bermakna dalam pendidikan baik dalam konsep otonomi
maupun nasional baik budaya lisan maupun budaya tulisan atau budaya materi atau nonmateri.
Secara sederhana dapat digambarkan bagaimana makna budaya dalam pendidikan, diantaranya:15
 Norma-norma dan nilai-nilai yang dimiliki oleh suatu kebudayaan merupakan potensi dasar
pembentukan peserta didik yang cerdas intelektual, cerdas emosional, cerdas interpersonal
dan intrapesonal. Hasil dari proses pendidikan yang basednya norma dan nihildri nilai-nilai
kebudayaan akan menghasilkan peserta didik yang anorma dan jauh dari nilai
kemanusiaan. Dengan demikian budaya yang dianut dan akan dikembangkan serta
dilestarikan oleh pendidikan akan melahirkan manusia- manusia yang berahklak baik dan
berguna bagi bangsa dan negara.

15
Makna Budaya Dalam Pendidikan. https://media.neliti.com/media/publications/43447-ID-manajemen-
konflik-upaya-penyelesaian-konflik-dalam-organisasi.pdf , diakses pada 11 November 2022, pukul 20:30 wib.

16
 Keanekaragaman bahasa yang dimiliki oleh bangsa Indonesia akan menjadi alat interaksi
didalam proses pendidikan. Bahasa Indonesia yang merupakan bahasa persatuan lahir dari
keanegaragaman bahasa. Dalam arti bahasa daerah akan membantu interaksi dalam praksis
pendidikan daerah tersebut dimana mereka belum bisa berbahasa Indonesia, dengan
demikian bahasa mempunyai arti dalam interaksi ketika pelaksanaan proses pendidikan,
dan melalui bahasa inilah pesan- pesan pendidikan bisa dikirim dan diterima pada proses
pendidikan.
 Kebudayaan merupakan perekat persatuan bangsa dan keutuhan negara persatuan Republik
Indonesia. kebudayaan nasional yang tergambar dalam Sumpah Pemuda dan yang terilham
didalam semboyang bangsa Bhineka Tunggal Ika menjadi pemersatu bangsa, semangat ini
akan menjadi kepersatuan kita mulai dari sabang sampai merauke. Walaupun memiliki
budaya yang beranekaragam bila dibawa dalam konteks otonomi akan mempunyai makna
bahwa proses pendidikan merupakan kegiatan bersama untuk membangun daerah dan
membangun negara Indonesia dalam konteks pendidikan nasional.
 Budaya daerah dan nasional merupakan filterisasi terhadap kehidupan global yaitu
kebudayaan yang datang dari luar yang mengandung unsur negatif yang meracuni generasi
muda. Proses pendidikan yang merupakan pemanusiaan harus dapat mengadopsi budaya
global yang sifatnya positif untuk membuka horizon pemikiran dan menghindari peserta
didik dari pengaruh negatif. Hanya budaya yang kuatlah yang dapat menahan pengaruh
tersebut.
 Sistem sosial mempunyai arti yang besar untuk menunjang proses pendidikan yang
dilaksanakan sekolah dan melaksanakan pendidikan informal dan non formal untuk
menunjang keberhasilan proses pendidikan formal.
Ini hanya beberapa makna budaya dalam pendidikan dan kemungkinan masih banyak
makna yang lain. Yang jelas budaya suatu daerah dan budaya nasional sangat bermakna didalam
pendidikan. Dengan demikian budaya merupakan identitas dari suatu daerah yang akan
mempunyai nilai dalam pendidikan. Misalnya Budaya Jambi ³adat bersendi syara´ bersendi´. Bila
prinsip ini terus dilestarikan dan dikembangkan dalam proses pendidikan maka akan menghasilkan
output dan outcome manusia yang cerdas dan beragama serta berakhlak.
Dengan demikian apabila pendidikan tidak dilandasi oleh prinsip-prinsip dan kaidah
budaya, itu akan menyebabkan peserta didik tercabut dari akar budayanya. Ketika hal itu terjadi

17
maka mereka tidak akan mengenal budayanya dengan baik sehingga menjadi orang “asing” di
lingkungan budayanya. Apabila kebudayaan tidak ikut berperan dalam pendidikan, maka manusia
tidak akan dilandasi oleh pola perilaku (nilai-nilai kemanusiaan) dan tata struktur masyarakat yang
ada. Contonya seperti gotong royong, hidup rukun, menjalankan musyawarah untuk mufakat dan
menjalankan hidup sederhana.

C. Kesimpulan
1. Budaya adalah hasil pemikiran masyarakat atau individu terhadap realitas di lingkungan
sekitarnya sehingga menjadi suatu pemahaman atau pengetahuan yang disepakati oleh
masyarakat dilingkungan tersebut yang terkandung nilai-nilai didalamnya. Budaya yang
lahir akan terus dilestarikan oleh generasi selanjutnya di suatu lingkungan masyarakat
tertentu dan menjadi kebiasaan pada setiap masyarakat atau individu di lingkungan tersebut
dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
2. Budaya dalam pandangan islam terbagi dua, yaitu budaya yang sesuai dengan nilai-nilai
islam, dan budaya yang tidak sesuai dengan nilai-nilai islam. Jika ada budaya Indonesia
yang bertentangan dengan nilai-nilai islam, maka secara bertahap harus dirubah (dapat
dihilangkan atau dimodifikasikan) agar sesuai dengan nilai-nilai islam, jika sesuai dengan
nilai-nilai islam maka tidak harus dirubah seperti yang pernah dilakukan oleh para Wali
Songo ketika berdakwah di Indonesia. Maka disini jelas islam tidak untuk merubah budaya
secara keseluruhan, tidak untuk membiarkan budaya secara keseluruhan, dan tidak untuk
mewajibkan seluruh budaya di dunia sama dengan budaya Arab. Namun islam hadir
menata kebudayaan menjadi lebih baik sesuai dengan nilai-nilai ketuhanan atau
keseimbangan / thoyyibah.
3. Budaya yang melekat pada diri insan individu diimplementasikan kedalam kehidupannya
baik dalam kehidupan sosial-budaya, ekonomi, politik, kesehatan, pendidikan, politik, dan
lainnya. Hal yang menyebabkan budaya dapat lestari dan subur pada lingkungan
masyarakat tentu adanya masyarakat yang mengimplementasikan dan atau
mengaplikasikan budaya tersebut ke dalam kehidupan bermasyarakat maupun individu,
sehingga suatu budaya dapat terus ada dan terjaga eksistensinya bila terus menerus
dilakukan oleh masyarakat atau individu. Mengingat manusia pada hakikatnya menjalani
kehidupannya berdasarkan keyakinan yang belandaskan nilai-nilai yang dimilikinya, salah

18
satunya adalah nilai-nilai budaya. Sehingga pada hakikatnya budaya memiliki pengaruh
yang besar dalam kehidupan manusia, karena setiap perilaku dan tindakannya dilandasi,
didasarkan dan berpijak pada nilai-nilai budaya yang dimilikinya. Sehingga budaya
memiliki pengaruh yang cukup besar dalam kehidupan yang dijalani oleh setiap individu.
Tujuan dari adanya budaya yang menjadi tolak ukur atau landasan individu dalam
bertindak supaya dapat menjalani kehidupannya dengan baik di lingkungan masyarakat.
Apalagi dalam suatu lingkungan masyarakat tentu memiliki budaya yang menjadi
kesepakatan bersama dalam menjalani kehidupan bermasyarakat, apalagi kehidupan
masyarakat memiliki banyak sisi atau sektor seperti pendidikan, sosial-budaya, ekonomi,
bisnis, politik, kesehatan, dan lainnya, sehingga sudah pasti dan menjadi suatu hukum
yang natural bahwa budaya memberikan pengaruh yang cukup besar dalam kehidupannya.
4. Budaya perusahaan dalam bidang usaha memiliki peran yang sangat penting dan berefek
besar dalam kemajuan perusahaan dan eksistensi perusahaan. Adanya budaya organisasi
dapat menentukan arah dan sasaran dari organisasi akan dibawa kemana nantinya. Karena
adanya budaya menentukan apa yang harus dan tidak harus dilakukan oleh perusahaan,
dalam hal manajemen atau pengoptimalan sumber daya perusahaan, sebagai alat untuk
menghadapi persoalan baik di internal maupun eksternal perusahaan, sebagai sistem
kontrol sosial bagi masing-masing anggota organisasi dalam bekerja sama untuk
memajukan perusahaan.
5. Budaya dan kesehatan sangat erat hubungannya. Masalah kesehatan yang terjadi sekarang
ini salah satunya karena budaya masyarakat itu sendiri. Pandangan masyarakat terhadap
tindakan yang mereka lakukan ketika mengalami sakit, ini akan dipengaruhi ioleh budaya,
tradisi dan kepercayaan yang tumbuh dalam masyarakat tersebut. Misalnya pada zaman
dahulu masyarakat lebih mempercayai dukun untuk mengobati sebuah penyakit. Namun
sekarang masyarakat telah beralih mempercayai bidan/dokter untuk mengobati penyakit.
Selain itu, budaya juga memberikan pengaruh dalam konteks kesehatan seperti pasien
muslim yang kekurangan gizi, tidak disarankan memakan daging babi (karena haram) dan
bayi yang diare dianggap sebagai proses peningkatan kepandaian.
6. Antara kebudayaan dan pendidikan mempunyai hubungan interaktif yang saling
membutuhkan, karena dalam proses pendidikan tidak dapat terlepas dari kebudayaan,
sementara perkembangan kebudayaan tidak terlepas dari proses pendidikan yang terjadi

19
didalam masyarakat tertentu. Menghilangkan kebudayaan dari proses pendidikan berarti
membuang pendidikan kesuatu daerah tak bertuan. Bagaimana bisa disepakati untuk
membangun masyarakat Indonesia yang baru tanpa kebudayaan. Pendidikan tanpa
kebudayaan adalah hampa, sedangkan kebudayaan tanpa pendidikan akan menuju
kematian budaya itu sendiri.

20
DAFTAR PUSTAKA

Arianty, N. (2014). Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Pegawai. Lincolin Arsyad,
3(2), 144–150.
http://journal.stainkudus.ac.id/index.php/equilibrium/article/view/1268/1127

Bakar, Abu, dkk, Dasar-Dasar Konseling Tinjauan Teori dan Praktik. Bandung: Cv Perdana
Mulya Sarana, 2010.

Dayakisni, Tri dan Salis Yuniardi, Psikologi Lintas Budaya. Malang: Universitas Muhammadiyah,
2004.

Detik Edu. https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-6064578/hukum-minum-alkohol-atau-


khamr-dalam-al-quran-dan-hadits.

Fauzia, Gesekan Dakwah dengan Budaya (Belajar dari Perubahan Masyarakat Arab). Jakarta:
Capita Selecta Ulul Albab, 2017.

Iryani, E. (2014). Makna Budaya Dalam Pendidikan. Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari
Jambi, 14(2), 111–112. https://media.neliti.com/media/publications/43447-ID-
manajemen-konflik-upaya-penyelesaian-konflik-dalam-organisasi.pdf

Kerr, Thor. “Urban Studies : Boar And Mobility.” Routledge 5, no. 1 (2019): 1–337.

Komunikasi Pelayanan Kesehatan. https://ridwanlf.wordpress.com/2021/01/08/pengaruh-budaya-


pada-konteks-ruang-lingkup-kesehatan/.

Mustafa, Althaf Nabil, Pandangan Islam Terhadap Budaya. Jakarta: Capita Selecta Ulul Albab,
2018.

Noorkasiani, dkk, Sosiologi Keperawatan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC, 2007.

Pengaruh Budaya Dalam Konteks Bisnis.


https://muhammadirawansaputra.wordpress.com/2012/11/27/pengaruh-budaya-pada-
konteks-ruang-lingkup-bisnis/.

Usmany, dkk, Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Komitmen Organisasional Dan Kinerja
Karyawan (Studi Pada Karyawan Pabrik Gondorukem Dan Terpentin Sukun Perum
Perhutani Kesatuan Bisnis Mandiri Industri Gondorukem Dan Terpentin II, Ponorogo).
Bandung: Cv Penerbit Diponegoro, 2016.

Widyastuti, Myta. “Peran Kebudayaan Dalam Dunia Pendidikan The Role Of Culture In The
World Of Education” 1, no. 1 (2021): 54–64.

21

Anda mungkin juga menyukai