Anda di halaman 1dari 9

BUDAYA DAN MASYARAKAT MADANI

A. Budaya Dalam Islam

Budaya merupakan hasil dari interaksi antara manusia dengan segala isi yang ada di alam raya ini.
Manusia diciptakan Allah SWT dibekali dengan akal pikiran sehingga dia mampu untuk berkarya di
muka bumi ini dan secara hakikatnya menjadi khalifah di muka bumi ini (dalam Rafael Raga Maran,
1999). Selain dianugerahi akal, manusia juga memiliki intelegensiasi, perasaan, emosi, keinginan, dan
perilaku. Al-Quran memandang kebudayaan sebagai suatu proses dan meletakkannya sebagai
eksistensi hidup manusia Kebudayaan merupakan suatu totalitas kegiatan manusia yang meliputi
kegiatan akal, hati dan tubuh yang menyatu dalam suatu perbuatan, karena itu secara umum
kebudayaan dapat dipahami sebagai hasil olah akal budi, cipta rasa, karsa dan karya manusia, yang
tidak lepas dari nilai-nilai kemanusiaan. Walaupun demikian, ia bisa lepas dari nilai-nilai ketuhanan
ketika manusia telah mengabaikan eksistensi Tuhan di dalam hidupnya. Kebudayaan Islam adalah
hasil olah akal budi, cipta, rasa, karsa, dan karya manusia yang dilandasi oleh nilai-nilai tauhid. Islam
sangat menghargai akal manusia untuk berpikiran dan berkembang. Hasil oleh akal, budi, rasa, dan
karsa yang telah terseleksi oleh nilai-nilai kemanusiaan yang bersifat universal berkembang menjadi
sebuah peradaban. Dalam perkembangannya, budaya perlu dibimbing oleh wahyu dan aturan-
aturan yang mengikat agar tidak terperangkap pada ambisi yang bersumber dari nafsu hewani,
sehingga akan merugikan manusia.

Agama berfungsi untuk membimbing manusia dalam mengembangkan akal budinya sehingga
menghasilkan kebudayaan yang beradab atau peradaban Islam. Sehubungan dengan hasil
perkembangan budaya yang dilandasi nilai- nilai ketuhanan atau disebut sebagai peradaban Islam,
maka fungsi agama di sini akan semakin jelas ketika perkembangan dan dinamika kehidupan umat
manusia itu sendiri mengalami kebakaran karena keterbatasan dalam memecahkan persoalan
kehidupan yang sendiri, disini sangat terasa perlunya suatu bimbingan wahyu. Kebudayaan ini akan
terus berkembang, tidak akan pernah berhenti selama masih ada kehidupan manusia. Segala sesuatu
yang berkaitan dengan aktivitas dan kreativitas manusia baik dalam konteks hubungan dengan
sesamanya maupun dengan alam lingkungannya akan selalu terkait dengan kebudayaan. Hal ini
menunjukkan bahwa manusia sebagai makhluk budaya dan makhluk sosial yang tidak akan pernah
berhenti dari aktivitasnya dan tidak akan pernah bisa hidup tanpa orang lain. Kebudayaan baru akan
berhenti apabila manusia sudah tidak sanggup lagi menggunakan akal budinya. Misi utama kerasulan
Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam adalah untuk memberikan bimbingan kepada umat
manusia agar dalam mengembangkan kebudayaannya tidak melepaskan diri dari nilai-nila kahanan.
Sebagaimana sabdanya "Sesungguhnya aku diutus Allah untuk menyempurnakan akhlak", artinya
Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam mempunyai tugas pokok untuk membimbing manusia
agar mengembangkan kebudayaannya sesuai dengan petunjuk Allah. Sebelum Nabi diutus bangsa
Arab sudah cukup berbudaya tetapi budaya yang dikembangkan terlepas dari nilai-nilai ketuhuanan
yang bersifat universal. Landasan pengembangan kebudayaan mereka adalah hawa nafsu
Fenomena kehidupan masyarakat dilihat dari aspek agama dan budaya yang memiliki keterkaitan
satu sama lain yang terkadang banyak disalah artikan oleh sebagian orang yang belum memahami
bagaimana menempatkan posisi agama dan posisi budaya dalam suatu kehidupan masyarakat.
Dalam kehidupan manusia, agama dan budaya jelas tidak berdiri sendiri, keduanya memiliki
hubungan yang sangat erat dalam dialektikanya, selaras menciptakan dan kemudian saling
menegasikan Agama sebagai pedoman hidup manusia yang diciptakan oleh Tuhan, dalam menjalani
kehidupannya. Sedangkan kebudayaan adalah sebagai kebiasaan tata cara hidup manusia yang
diciptakan oleh manusia itu sendiri dari hasil daya cipta, rasa dan karsanya yang diberikan oleh
Tuhan. Agama dan kebudayaan saling mempengaruhi satu sama lain. Agama mempengaruhi
kebudayaan, kelompok masyarakat, dan suku bangsa. Kebudayaan cenderung berubah-ubah yang
berimplikasi pada keaslian agama sehingga menghasilkan penafsiran berlainan. Sejak awal sejarah
lahirnya manusia, terdapat satu bentuk petunjuk yang berupa wahyu ilahi melalui seorang Rosul
(agama Allah). Agama-agama Allah tersebut pada prinsipnya merupakan agama-agama yang yang
menyerahkan diri hanya kepada Tuhan Yang Satu. Mengenai konsep Tuhan Yang Satu dan ajaran
penyerahan diri kepada Allah SWT, tetaplah sama. Hubungan semua Rosul sejak Adam A.S. Sampai
Muhammad SAW berdasarkan ajaran yang mereka bawakan, bagaikan mata rantai yang selalu
datang berkesinambungan dan merupakan penyempurnaan ajaran sebelumnya sehingga agama
Allah tersebut akan mampu menjawab seluruh hajat manusia di berbagai zaman, kapan dan dimana
saja. Konsep budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang
merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal),

Diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris,
kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin colere, yaitu mengolah atau mengerjakan.
Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan
sebagai “kultur” dalam bahasa Indonesia. Kemudian penger- tian ini berkembang dalam arti culture,
yaitu sebagai sebagai daya dan aktivitas manusia untuk mengolah dan mengubah alam.

Kebudayaan mempunyai kegunaan sangat besar bagi manusia. Hasil karya manusia menimbulkan
teknologi yang mempunyai kegunaan utama dalam melindungi manusia terhadap lingkungan
alamnya. Sehingga kebudayaan memiliki peran sebagai berikut : 1) Suatu hubungan pedoman
antarmanusia atau kelompoknya 2) Wadah untuk menyalurkan perasaan dan kemampuan-
kemampuan lain. 3) Sebagai pembimbing kehidupan das penghidupan manusia 4) Pembeda manusia
dan binatang 5) Petunjuk-petunjuk tentang bagaimana manusia harus bertindak dan berprilaku di
dalam pergaulan. 6) Pengatur agar manusia dapat mengerti bagaimana seharusnya bertindak.
Berbuat 7) Sebagai modal dasar pembangunan.

Kebudayaan dan peradaban seringkali dianggap sebagai hal yang sama, padahal berbeda. Jika
kebudayaan adalah bentuk ungkapan tentang semangat mendalam suatu masyarakat, maka
manifestasi-manifestasi kemajuan mekanis dan teknologisnya lebih berkaitan dengan peradaban.
Kalau kebudayaan lebih banyak direfleksikan dalam seni, sastra, religi (agama), dan moral, maka
peradaban lebih terefleksi dalam politik, ekonomi, dan teknologi.

B. Etos Kerja, Sikap Terbuka dan Adil

Suatu kegiatan adalah cermin dari kerja dan kerja membuahkan amal yang bermanfaat bagi diri,
keluarga, masyarakat, dan lingkungan dimana kita berada, karena Rasulullah bersabda “Sebaik-
baiknya manusia ialah orang yang paling banyak manfaatnya bagi sesama”. Dalam Al-Quran surat Ali
Imran ayat 110 Allah SWT berfirman:
‫كنتم خير أمة أخرجت للناس تأمرون بالمعروف وتنهون عن المنكر وتؤمنون باهلل ولو أمن أهل الكتب لك ان خ يرا لهم منهم المؤمن ون‬
‫وأكثرهم الفسيفون‬

Artinya: Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu)
menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah da yang mungkar, dan beriman kepada Allah.
Sekiranya Ahli Kitab beriman. Tentulah itu lebih baik bagi mereka. Di antara mereka ada yang
beriman. Namun kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik

Dalam ayat di atas, kriteria “manusia terbaik” di antara manusia yang diciptakan Allah SWT yaitu
dituntut untuk menyuruh kepada yang ma’ruf, mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada
Allah. Kalau kita mampu melaksanakan hal ini maka keberadaan kita diharapkan bisa menjadi
rahmat pembawa kebahagiaan dan kesejahteraan. Kita tentu merasa bahagia ketika kita mampu
menghargai, mengabdikan seluruh karsa, cipta, dan karya kita sebagai ibadah kepada Allah.
Memenuhi fungsi setiap makhluk yang diciptakan yakni mengabdi kepada Allah dan berbuat baik
kepada manusia merupakan suatu kebahagiaan.

Selanjutnya dalam konteks budaya, yang selalu menjadi perhatian kaum muslim adalah etos kerja.
Keniscayaan etos kerja sebagai muslim dapat dilihat melalui:

a. Iman

Iman merupakan dasar utama yang mendorong seorang muslim bekerja. Iman berarti keyakinan
yaitu yang diyakini dalam kalbu, diucapkan melalui lidah, dan diamalkan dalam perbuatan. Artinya
kalau kita bekerja maka pekerjaan yang digeluti dilakukan sebaik mungkin dengan penuh keyakinan
dan ia yakin bahwa pekerjaan itu akan membawa manfaat bagi diri, keluarga, dan masyarakat. Hal
ini menimbulkan rasa memiliki terhadap pekerjaannya (sense of belonging). Kalau rasa memiliki
sudah ada maka ia akan melaksanakan pekerjaan itu dengan penuh tanggung jawab (sense of
responsibility). Dengan dasar iman, seorang pekerja akan menciptakan pekerjaannya sebagai
amanah. Sebagaimana dia melaksanakan pekerjaannya dengan sepenuh hati dan maksimal.

b. Ikhlas

Orang yang bekerja dengan ikhlas tidak pernah mengharapkan selain dari Allah, karena itu seorang
yang bekerja dengan ikhlas tidak pernah merasa kecewa atau frustasi. Niatnya dari awal hanya
karena Allah semata atau untuk memenuhi kewajibannya sebagai hamba-Nya sehingga ia yakin
benar bahwa tidak mendapatkan di dunia pasti yang mendapatkan pahala di akhirat sesuai dengan
janji Allah dalam Al-Quran surah Az-Zalzalah [99] ayat 7.

‫فمن يعمل مثقال ذرة خيرا يره‬

Artinya: Maka barangsiapa mengerjakan kebaikan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat
(balasannya.
Sebaliknya yang bekerja bukan karena Allah pasti selalu diliputi kekecewaan sebab harapannya
selalu lebih besar dari yang diperolehnya Semakin besar harapan seseorang dari nilai nyata yang
diperolehnya, maka makin besar tingkat kekecewaannya, karena itu dengan prinsip ikhlas orang
akan bekerja dengan tenang dan harapannya hanya kepada Allah.

c. Ihsan

Gambaran Islam yang diajarkan Jibril kepada Rasulullah adalah “Bekerja atau beribadah lah kamu
kepada Allah seolah-olah kamu melihat Nya dan apabila kamu tidak melihat-Nya yakinlah bahwa
sesungguhnya Allah melihat apa yang kau lakukan”.

d. Ibadah

Bila pekerjaan yang kita lakukan didasari oleh ketiga unsur iman, ikhlas, dan ihsan maka semua
pekerjaan itu akan berubah menjadi ibadah, sebab hanya ibadah yang akan mendapatkan pahala
dari Allah di akhirat kelak. Padahal di dunia telah pula dinikmati hasil dan manfaatnya.

e. Ilmu

Orang yang sangat mengetahui arti lafal-lafal yang dibaca tentu lebih banyak pahalanya daripada
orang yang shalat tapi tidak mengerti makna y yang dibacanya. Mencari ilmu, meningkatkan
produktivitas, mencari inovasi dan kreasi baru, dan meningkatkan efisiensi tidak dibatasi oleh usia,
ruang, dan waktu, sebab Nabi SAW bersabda “Tuntutlah ilmu itu mulai dari buayan sampai ke liang
lahat”. Usaha untuk menuntut ilmu wajib bagi pria dan wanita, betapa tinggi manfaat ilmu tersebut.
Kalau kita mengikuti keputusan Nabi Sulaiman ketika memilih antara kekuasaan, harta, dan ilmu
maka ia spontan untuk memilih ilmu, sebab ia yakin bahwa dengan ilmu ia bisa berkuasa dan dengan
ilmu pula ia bisa menghasilkan harta. Ilmu adalah lampu penerang di dalam kegelapan arah ketika
tersesat dan perahu ketika berlayar.

f. Islam

Sifat Islam yaitu menyerahkan seluruhnya kepada Allah setelah kita berupaya semaksimal mungkin
untuk menetapkan takdir-Nya. Apa takdir yang ditentukan-Nya kita pasrah menerimanya. Namun,
hal ini tidak berarti bahwa manusia harus bersikap patalis tanpa ikhtiar, tidak demikian adanya.
Pasrah adalah tunduk kepada karunia-Nya dengan hukum-hukum sunnah dan pasrah kepada
hukum-hukum qaliyah-Nya. Dalam mengaplikasikan sikap adil dan terbuka, maka sebagai ikhtibar
dapat dicermati peristiwa penyembelihan bekurban yang bersejarah yang dibebankan Allah kepada
Nabi Ibrahim. Ketika itu Nabi Ibrahim bersikap sebagai seorang ayah yang cukup arif dan bijaksana
untuk menyelesaikan hal ini. La memanggil Ismail putranya, lalu ia menyampaikan perintah Allah
secara bijaksana yang menyangkut Ismail. Nabi Ibrahim memberi kesempatan kepada Ismail untuk
mengemukakan pikirannya ketika ia mendapat perintah untuk menyembelih nya, padahal Ibrahim
mampu bertindak otoriter, misalnya ia langsung Ismail tanpa pemberitahuan terlebih dahulu tetapi
nabi Ibrahim bersifat terbuka dan bertanggung jawab, akhirnya Ismail dengan ikhlas dan bersedia
disembelih sebagai kurban.

C. Masyarakat Beradab Dan Sejahtera


Di dalam literatur Islam kontemporer, masyarakat beradab sering disemaknakan dengan masyarakat
madani. Kendatipun, substansi masyarakat madani itu ada sejak Nabi SAW. Membangun kota
Madinah, namun gagasan untuk kembali membangun masyarakat ala madani baru belakangan
populer di Indonesia. Oleh karena itu, terma ini agak “asing” bagi sebagian masyarakat. Secara
konseptual, konsep ini mulai berkembang di Barat dan tentunya memiliki hubungan dengan
peradaban masyarakat Barat la muncul setelah sekian lama terlupakan dalam perdebatan wacana
ilmu sosial modern, kemudian mengalami revitalisasi terutama ketika Eropa Timur dilanda
gelombang reformasi di tahun-tahun pertengahan 80-an hingga awal 90-an

1.Konsep Masyarakat Madani

Istilah masyarakat madani sebenarnya hanya salah satu di antara beberapa istilah yang sering
digunakan ketika menerjemahkam civil society ke dalam bahasa Indonesia. Padanan katanya adalah
masyarakat warga atau masyarakat kewargaan, masyarakat sipil, masyarakat beradab atau
masyarakat berbudaya.

Lawan masyarakat madani adalah “masyarakat liar” (savage society). Namun, ini sekedar
memberikan makna simplistis, agar orang cepat menarik perbandingan di mana kata yang pertama
merujuk pada masyarakat yang saling menghargai nilai-nilai sosial-kemanusiaan (termasuk dalam
kehidupan politik), sedangkan kata yang kedua jika dapat dibenkan penjelasan men pemikiran
Thomas Hobes, bermakna identik dengan masyarakat tahap

“keadaan alami” (state of nAture) yang tanpa hukum sebelumnya lahirnya negara, yakni setiap
manusia merupakan serigala bagi sesamanya (homo homini lupus). Eksistensi civil society sebagai
abstraksi sosial dihadapkan secara kontradiktif dengan masyarakat alami (natural society)

Untuk kasus Indonesia, istilah yang paling popular dan banyak digandrungi adalah masyarakat
madani. Istilah kata “madani” merujuk pada Madinah, sebuah kota yang sebelumnya bernama
Yatsrib di wilayah Arab, di mana masyarakat Islam di bawah kepemimpinan Nabi Muhammad saw
pernah membangun peradaban yang tinggi. Menurut Nurcholis Madjid, kata “madinah” berasal dari
bahasa Arab “madaniyah”, yang berarti peradaban. Karena itu masyarakat madani berasosiasi pada
makna “masyarakat beradab”.

Dalam masyarakat madani, nilai-nilai peradaban menjadi ciri utama. Karena itu di dalam sejarah
pemikiran filsafat, sejak filsafat Yunani sampai masa filsafat Islam juga terkenal istilah madinah atau
yang berarti kota. Yaitu masyarakat yang maju dan berperadaban. Masyarakat madani menjadi
simbol idealisme yang diharapkan oleh setiap masyarakat.

Saat ini umat Islam menghadapi banyak tantangan, seperti mereka yang sibuk mempermasalahkan
pemecahan ketegangan antara masalah agama dengan dunia. Dalam konteks ini, Islam berada dalam
Garis Tengah, tidak mempertentangkan antara keduanya. Islam tidak mengenal susunan hirearki
dalam mengembangkan umat, dan berhasil membentuk umat. Namun keinginan membentuk
masyarakat madani, lambat laun semakin kuat seperti yang telah ada pada keputusan MPR 1998,
menjadikan masyarakat madani sebagai tujuan reformasi pembangunan, meletekkan dasar-dasar
kerangka dan agenda reformasi, pembangunan agama, dan sosial budaya dalam usaha mewujudkan
sivil society.
Posisi umat Islam untuk mengiringi terwujudnya civil society, kembali kepada SDM umat Islam itu
sendiri. Dalam percaturan global, baik dalam bidang politik, ekonomi, militer, ilmu pengetahuan dan
teknologi, belum mampu menunjukkan peranannya yang signifikan. Dalam kaitan ini, umat Islam
khususnya di Indonesia perlu mengembangkan keunggulan yang bersif normatif dan potensial
menjadi suatu realitas.

Untuk itu umat Islam harus mengikuti langkah-langkah dasar menuju masyarakat madani (Civil
Society) yang dalam konteks Islam mempunyai lima fondasi (the five foundation of good society):

1.Tauhid, yakni kalimat laa ilaaha illallah sebagai kalimat tahrir (pembebasan) dari penyembahan
terhadap maskhluk menuju penyembahan Allah SWT. Aqidah ini penting sekali karena masyarakat
yang pondasinya lemah tidak dapat berumur panjang.

2 Sistem nilai moral yang benar berdasarkan wahyu ilahi. Dalam QS. Al- Baqarah [2] ayat 185)
dinyatakan bahwa Al-Quran itu sebagai petunjuk bagi umat manusia (hudallinnas). Menolak sistem
nilai yang dinamakan “Model Situation”.

‫شهر رمضان الذي انزل فيه القران هدى للناس وبينت من الهدى والفرقان‬

Artinya: Bulan Ramadan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al- Qur’an, sebagai petunjuk
bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang benar
dan yang batil).

3.Amal sholeh yang didasari akidah serta nilai-nilai moral yang benar, sehingga amal itu tidak hampa.
Tujuan amal itu menjadi jelas arahnya. Setiap kerja dan karya yang digelar dalam amal sholeh itu
mempunyai tujuan tertentu, yaitu illahi robbil alamin.

4. Keadilan, merupakan perintah yang pertama dalam Al-Quran. “Innallaha ya”muru bil”adl wal
ihsan.” Jadi, keadilan itu harus ada keseimbangan yang simetris. Semua orang mendapat apa yang
menjadi haknya dan bagi semua orang itu diminta apa yang menjadi kewajibannya

2. Peran Ummat Islam Dalam Mewujudkan Masyarakat Madani a. Keniscayaan Peranan ummat Islam

Salah satu wujud nyata dari masyarakat madani yang pernah diperankan Nabi SAW dan umat Islam
di Madinah adalah adanya kerja sama tar umat beragama untuk membangun dan mempertahankan
Madinah Pada Mattha lahirlah konstitusi Hudaibiyah yang dikenal dengan piagam Madinah Piagam
ini merupakan bentuk keseriusan umat Islam atas kerja sama dengan umat beragama lainnya dalam
menata harmonisitas dan kesejahteraan yang berkeadilan dalam kehidupan sosial dan politik.
Dengan demikian, untuk mohangan masyarakat madani, maka segala potensi umar hanus disatukan
agar menjadi kekuatan sosial. Sejalan dengan itu, umat Islam diharuskan untuk mengambil peranan
yang maksimal sebagai komponen terdepan menyuarakan dan menjalankan amar maruf dan nahyi
munkar sebagai benteng keberlangsungan masyarakat madani.

Umat Islam adalah umat yang diberikan kelebihan oleh Allah di a umat pemeluk agama yang lain.
Umat Islam memiliki aturan hidup yang sempurna dan sesuai dengan fitrah hidupnya. Dalam Q.S. Al-
Maidah [5] ayat 3 Allah SWT menegaskan:
ً ‫اليوم أكملت لكم دينكم واتممت عليكم نعمتي ورضيت لكم اإلسالم دينا‬
Artinya :Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu untukmu, dan telah Aku cukupkan nikmat-
Ku bagimu, dan telah Aku ridai Islam sebagai agamamu.

Kesempurnaan Islam menjadi nikmat, karena Islam memberikan dasar- dasar kehidupan yang
lengkap dalam berbagai aspek kehidupan. Petunjuk petunjuk dasar dalam ajaran Islam memberikan
kemudahan bagi manusia untuk mengenal Tuhannya dan mengenal dirinya dan mengetahui rahasia
dan lingkungannya. Ajaran Islam sangat menghargai akal dan menjadikan akal sebagai anugerah
tertinggi. Akal merupakan salah satu media terpenting untuk membangunan peradaban dan
merekayasa alam dan melestarikannya. Namun, akal tersebut harus selalu melihat kepada nash-nash
Alquran dan Sunnah agar ia terbimbing.

Dalam konteks masyarakat Indonesia, di mana umat Islam adalah mayoritas, peranan umat Islam
sangat menentukan. Kondisi masyarakat Indonesia sangat bergantung pada kontribusi Islam.
Peranan umat Islam itu dapat direalisasikan dalam jalur hukum, sosial politik, ekonomi dan yang lain.
Sistem hukum, sosial politik, ekonomi dan yang lain memberikan ruang bagi umat Islam untuk
menyalurkan aspirasinya secara konstruktif bagi kepentingan bangsa secara keseluruhan.
Permasalahan pokok yang menjadi kendala pada saat ini adalah kemampuan dan konsistensi umat
islam Indonesia terhadap karakter dasarnya untuk mengimplementasikan ajaran Islam dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara melalui jalur-jalur yang ada.

b. Keniscayaan Sistem Ekonomi Islam

Dimaksud dengan sistem ekonomi Islam adalah sistem ekonomi yang menggunakan prinsip ekonomi
yang diasaskan dan dibatasi oleh ajaran-ajaran Islam. Sistem ekonomi Islam tersebut, bersumber
dari Alquran dan Hadis yang dikembangkan oleh pemikiran manusia yang memenuhi syarat dan ahli
dalam bidangnya. Jika Alquran dan Hadis dipelajari dengan seksama tampak jelas bahwa Islam
mengakui motif laba (profit) dalam kegiatan ekonomi. Namun, motif itu terikat atau dibatasi oleh
syarat syarat moral, sosial, dan pembatasan diri. Islam mengharamkan riba, tipu daya (gharar),
pemaksaan (ikrah), dan eksploitasi berlebihan dan muderat. Islam lebih mengedepankan ekonomi
pasar untuk mengembangkan harta Sebab, harta bukan saja untuk kesejahteraan pribadi tetapi juga
untuk kesejehtaraan sosial; bukan saja untuk tagangan tetapi juga untuk kepastian.

D.Zakat Dan Wakaf Sebagai Instrumen Kesejahteraan Umat

Dalam ajaran Islam ada dua dimensi utama hubungan yang harus dipelihara, yaitu hubungan
manusia dengan Allah dan hubungan manusia dengan manusia lain dalam masyarakat. Kedua
hubungan itu harus berjalan serentak. Menurut ajaran Islam, dengan melaksanakan kedua hubungan
itu hidup manusia akan sejahtera baik di dunia maupun di akhirat kelak. Untuk mencapai tujuan
kesejahteraan yang dimaksud, dalam Islam selain dari kewajiban zakat, masih disyariatkan untuk
memberi sedekah, infaq, hibah, dan wakaf kepada pihak-pihak yang memerlukan. Lembaga-lembaga
tersebut dimaksudkan untuk menjembatani dan memperdekat hubungan sesama manusia,
terutama hubungan antara kelompok yang kuat dengan yang lemah, antar yang kaya dengan yang
miskin.

a.Manajemen Zakat
Kata zakat merupakan kata dasar atau mashdar yang berasal dari zaka, yazki, tazkiyah, yang berarti
bertambah (al-ziyadah), tumbuh dan berkembang, bersih dan suci. Menurut istilah, sejumlah harta
tertentu yang diwajibkan Allah untuk diberikan kepada orang-orang yang berhak menerimanya.
Zakat adalah rukun Islam yang keempat, menurutjumhur ulama, zakat ditetapkan pada tahun kedua
Hijriah. Namun menurut sebagian ulama, seperti al- Thabary, ibadah ini telah ditetapkan ketika Nabi
saw masih berada di Mekah.

Zakat merupakan dasar prinsipil untuk menegakkan struktur sosial Islam. Zakat bukanlah derma atau
sedekah biasa, ia adalah sedekah wajib. Dengan terlaksananya lembaga zakat dengan baik dan benar
diharapkan kesulitan dan penderitaan fakir miskin dapat berkurang. Disamping itu dengan
pengelolaan zakat yang profesional, sebagian permasalahan yang terjadi dalam mayarakat yang ada
hubungannya dengan mustahiq juga dapat dipecahkan.

Zakat ada dua macam yaitu zakat mal (harta) dan zakat fitrah Zakat mal adalah sebagian dari harta
kekayaan seseorang atau badan hukum y wajib diberikan kepada orang-orang yang tertentu setelah
mencapai jumlah minimal tertentu dan setelah dimiliki selama jangka waktu tertentu pula.
Sedangkan zakat fitrah adalah zakat yang diwajibkan pada akhir puasa Ramadan. Hukumnya wajib
atas setiap orang muslim, kecil atau dewasa, laki- laki atauperempuan, budak atau merdeka.

Zakat adalah salah satu bentuk distribusi kekayaan di kalangan umat Islam sendiri, dari golongan
umat yang kaya kepada golongan umat yang miskin. Hikmahnya adalah agar tidak terjadi jurang
pemisahan antara golongan kaya dan golongan miskin serta untuk menghindari penumpukan
kekayaan pada golongan kaya saja. Untuk melaksanakan lembaga zakat itu dengan baik dan sesuai
dengan fungsi dan tujuannya tentu harus ada aturan- aturan yang harus dilakukan dalam
pengelolaannya. Pengelolaan zakat yang berdasarkan pada prinsip-prinsip yang baik dan jelas akan
lebih meningkatkan manfaatnya yang nyata bagi kesejahteraan masyarakat.

Berhasilnya pengelolaan zakat tidak hanya tergantung pada banyaknya zakat yang terkumpul, tetapi
sangat tergantung pada dampak dai pengelolaan zakat tersebut dalam masyarakat. Zakat baru dapat
dikatakan berhasil dalam pengelolaannya apabila zakat tersebut benar-benar dapat mewujudkan
kesejahteraan dan keadilan sosial dalam masyrakat.

B. Manajemen Wakaf

Kata “wakaf” berasal dari bahasa Arab waqf yang berarti “menghentikan” atau “menahan”. Artinya,
seseorang menghentikan hak miliknya atas suatu harta dan menahan diri dari penggunaannya
dengan cara menyerahkan harta itu-kepada pengelola untuk digunakan bagi kepentingan umum.
Barang yang diwakafkan adalah barang yang bermanfaat dan tidak cepat habis karena dipakai, baik
harta yang tidak bergerak, seperti tanah, maupun harta bergerak seperti buku-buku.

Sebagai salah satu lembaga sosial Islam, wakaf erat kaitannya dengan sosial ekonomi masyarakat.
Walaupun wakaf merupakan lembaga Islam yang hukumnya sunnah, namun lembaga ini dapat
berkembang dengan baik d beberapa negara misalnya Mesir, Yordania, Saudi Arabia, Bangladesh,
dan lain-lain. Hal ini barangkali karena lembaga wakaf ini dikelola dengan manajemen yang baik
sehingga manfaatnya sangat dirasakan bagi pihak-pihak yang memerlukannya.

Di Indonesia sedikit sekali tanah wakaf yang dikelola secara produktif dalam bentuk suatu usaha
yang hasilnya dapat dimanfaatkan bagi pihak-pihak yang memerlukan termasuk fakir miskin.
Pemanfaatan tersebut dilihat dari segi sosial khususnya untuk kepentingan keagamaan memang
efektif, tetapi dampaknya kurang berpengaruh positif dalam kehidupan ekonomi masyarakat.
Apabila peruntukan wakaf hanya terbatas pada hal-hal di atas tanpa diimbangi dengan wakaf yang
dapat dikelola secara produktif, maka wakaf sebagai salah satusarana untuk mewujudkan
kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat, tidak akan dapat terealisasi secara optimal.

Agar wakaf di Indonesia dapat memberdayakan ekonomi umat, maka di Indonesia perlu dilakukan
paradigma baru dalam pengelolaan wakaf. Wakaf yang selama ini hanya dikelola secara konsumtif
dan tradisional, sudah saatnya kini wakaf dikelola secara produktif.

Di beberapa negara seperti Mesir, Yordania, Saudi Arabia, Turki, Bangladesh, wakaf selain berupa
sarana dan prasarana ibadah dan pendidikan juga berupa tanah pertanian, perkebunan, flat, uang,
saham, real estate dan lain-lain juga dikelola secara produktif. Dengan demikian hasilnya benar-
benar Dapat dipergunakan untuk mewujudkan kesejahteraan umat.

Anda mungkin juga menyukai