Anda di halaman 1dari 21

BAB 4

KONSEP AKHLAK ISLAM DAN PERANANNYA DALAM PENGEMBANGAN


BUDAYA DAN SAINTEK, KONSEPSI ISLAM TENTANG SENI SEBAGAI ESTETIKA
ISLAMI, KONTRIBUSI AKHLAK TERHADAP ETOS KERJA

DOSEN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM:


Bapak Abdul Fadhil

DISUSUN OLEH:
Muhammad Fauzan Azemi(1704519009)
Nur Azizah Fitriani(1704519031)
Rossalina Apriyanti(1704519002)

KELAS:
AK 1

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

2019

1|MAKALAH BAB 4
KONSEP AKHLAK ISLAM DAN PERANANNYA DALAM PENGEMBANGAN
BUDAYA DAN SAINTEK
1. Pengertian Akhlak Menurut Bahasa dan Istilah

• Secara bahasa
Kata akhlak secara bahasa verasal dari bahasa Arab “Al Khulk” yang diartikan sebagai
perangai, tabiat. Budi pekerti, dan sifat seseorang. Jadi akhlak seseorang diartikan
sebagai budi pekerti yang dimiliki oleh seseorang terkait dengan sifat-sifat yang ada pada
dirinya.
• Secara istilah
Kata akhlak menurut istilah khususnya dalam islam diartikan sebagai sifat atau perangai
seseorang yang telah melekat dan biasanya akan tercermin dari perilaku orang tersebut. 
• Jadi akhlak adalah
perilaku manusia yang nampak maupun yang  tidak nampak seperti kegiatan hati. Akhlak
bukanlah sebatas sopan santun kepada sesama manusia tetapi lebih luas lagi, yakni
meliputi hubungan dengan Allah (Hablum minallah), hubungan dengan sesama manusia
(Hablum minannas), dan hubungan dengan alam sekitar  (Hablum minal ‘alam).Akhlak
yang baik akan mengangkat manusia ke derajat yang tinggi dan mulia.

2. Karateristik Akhlak

1. Mampu di pahami
Islam selalu bersandar pada penilaian yang logis dan alasan yang dapat diterima oleh akal
yang lurus dan naluri yang sehat, yaitu dengan menjelaskan kebaikan dibalik apa yang
diperintahkan-Nya dan kerusakan dari terjadinya apa yang dilarang-Nya.Walaupun harus
mampu untuk dilogiskan namun, jangan sampai fikiran logis kita bertentangan dengan
wahyu yang sudah ada.
2. Moral yang universal
Moral dalam Islam berdasarkan karakteristik manusiawi yang universal, yaitu larangan
bagi suatu ras manusia berlaku juga bagi ras yang lain, bahkan umat Islam dan umat-
umat yang lain adalah sama dihadapan moral Islam yang universal. Dalam surat Al-
Maidah ayat 8 :
”Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap suatu kaum mendorong kamu untuk
berlaku tidak adil.Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada taqwa.”
3. Kesesuaian dengan Fitrah
Islam datang dengan membawa suatu yang sesuai dengan fitrah dan tabiat manusia serta
penyempurnaannya. segala yang telah digariskan-Nya.Islam menjadikan mulia dan
membuat batasan hukum untuknya agar dapat memelihara kebaikan masyarakat dan
individu manusia itu sendiri.
4. Memperhatikan Realita.
Penyesuaian dengan keadaan yang ada dan Al-Qur’an tidak membebankan kepada
manusia suatu kewajiban untuk mencintai musuh-musuhnya, karena hal ini merupakan
sesuatu hal yang tidak dimiliki jiwa manusia,
2|MAKALAH BAB 4
 5. Akhlak itu Komprehensif (Menyeluruh)
Islam mengajarkan bahwa hubungan kita dengan Tuhan, hubungan kita dengan sesame
manusia, dan hubungan kita dengan diri kita sendiri serta alam itu semua dapat terlihat
dengan akhlak yang kita gunakan untuk membangun hubungan tersebut.
6. Tawazun (Keseimbangan)
Tawazun dalam etika Islam yaitu menggabungkan sesuatu dengan penuh keserasian dan
keharmonisan, tanpa sikap berlebihan maupun pengurangan.Sesuai dengan kadarnya.

3. Faktor Pembangun Akhlak

1. Suara Batin
Dalam diri manusia terdapat suatu kekuatan yang sewaktu-waktu memberikan peringatan
jika tingkah laku manusia berada di ambang bahaya dan keburukan. Kekuatan tersebut
adalah ‘suara batin’. Fungsi dari suara batin itu ialah memperingatkan bahayanya
perbuatan buruk dan berusaha mencegahnya, serta sebaliknya juga merupakan kekuatan
untuk mendorong manusia melakukan perbuatan baik.
2. Kebiasaan
Salah satu faktor penting dalam tingkah laku manusia adalah kebiasaan. Kebiasaaan
merupakan perbuatan yang selalu diulang-ulang sehingga menjadi mudah dikerjakan.
Contoh kebiasaan positif yaitu shalat Tahajjud, sedangkan contoh negatifnya misalnya
merokok.
3.  Lingkungan
Salah satu factor yang turut menentukan kelakuan seseorang atau suatu masyarakat
adalah lingkungan. Lingkungan merupakan sesuatu yang melingkungi manusia, misalnya
tumbuhan, udara dan manusia lainnya.

4. Pengertian Budaya

Budaya berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak


dari buddhi (budia atau akal); diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi, dan
akal manusia.

5. Pembangunan Akhlak Dalam Pengembangan Budaya

Sebagai makhluk budaya, manusia memiliki akal dan jiwa yang mengatur atau
menentukan perilaku manusia. Tiap orang sebagai individu memiliki kekhasan perilaku
dan pembawaan sifat atau karakter yang berbeda satu sama lainnya yang disebut sebagai
kepribadian.
Isi dari kepribadian terdiri dari pengetahuan, perasaan, dan dorongan naluri. Dikaitkan
dengan akhlak dan budi pekerti, manusia sebagai makhluk yang memiliki pikiran dan
akal budi yang didasari dengan pengetahuan yang diperkuat oleh perasaan dan dorongan
naluri alamiah, tentunya dapat mejalankan kehendak kehidupannya sesuai dengan akhlak
dan budi pekerti yang bersifat positif yang menghasilkan suatu orientasi terhadap nilai

3|MAKALAH BAB 4
6. Pembangunan Akhlak Dalam Saintek

Di era modern perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat berpengaruh bagi
kehidupan manusia terutama etika masyarakat dengan berkembangnya sain dan
teknologi.
Keberadaan IPTEK dan manusia yang tidak akan pernah bisa terpisahkan tersebut
kemudian memunculkan beberapa dampak terhadap kehidupan manusia didunia. Baik
dampak positif maupun dampak negatif negative. Al-quran sebagai sumber etika
menjelaskan bahwa pada teknologi harus terkandung muatan etika yang selalu menyertai
hasil teknologi pada saat akan diterapkan. Sungguhpun hebat hasil teknologi, namun jika
diniatkan untuk menghancurkan sesama manusia, menghancurkan lingkungan, maka
sangat dilarang di dalam Islam. Jadi teknologi bukan merupakan sesuatu yang bebas nilai.
Demikian pula penyalahgunaan teknologi merupakan tindakan zhalim yang tidak patut
untuk dilanjutkan. Oleh sebab itu teknologi harus dapat dimanfaatkan baik langsung
ataupun tak langsung untuk membantu mendapatkan kemudahan.
Dan bukan untuk merusak, sehingga menimbulkan bencana, sebagaimana firman-Nya
dalam surat al-Qoshosh: 77.
“Dan raihlah apa yang dianugrahhan Allah kepadamu untuk kebahagiaan
kampung akhirat, tetapi jangan sekali-kali kamu mengabaikan nasibmu di dunia. Dan
berbuat baiklah sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu. Dan janganlah kamu
berbuat kerusakan di muka bumi, sesungguhnya Allah tidak suka kepada orang yang
berbuat kerusakan.”Islam dengan kitab suci al-quran, sesungguhnya memberikan etika
dan tujuan pengembangan iptek yang seara sistematis dapat dibagi dua, pertama, untuk
membantu manusia mendekatkan diri kepada allah SWT(subhanu wa ta’ala) dan kedua
membantu manusia dalam menjalankan kekhalifahannya di muka bumi.

4|MAKALAH BAB 4
KONSEPSI ISLAM TENTANG SENI SEBAGAI ESTETIKA ISLAMI
1. Definisi Seni

Seni yaitu penjelmaan rasa indah yang terkandung dalam jiwa manusia, dilahirkan
dengan perantaraan alat komunikasi ke dalam bentuk yang dapat ditangkap oleh indera
pendengar (seni suara), penglihatan (seni lukis), atau dilahirkan dengan perantaraan gerak
(seni tari, drama).2 Seni merupakan wujud yang terindra, dimana seni adalah sebuah
benda atau artefak yang dapat dirasa, dilihat dan didengar, seperti seni tari, seni musik
dan seni yang lain. Seni yang didengar adalah bidang seni yang menggunakan suara
(vokal maupun instrumental) sebagai medium pengutaraan, baik dengan alat-alat tunggal
(biola, piano dan lain-lain) maupun dengan alat majemuk seperti orkes simponi, band,
juga lirik puisi berirama atau prosa yang tidak berirama. Seni yang dilihat seperti seni
lukis adalah bidang seni yang yang menggunakan alat seperti kanvas, beragam warna-
warni dan memiliki objek tertentu untuk di lukis. Di dalam Islam, seni adalah penggerak
nalar yang bisa menjangkau lebih jauh apa yang berada di balik materi.3 Setiap manusia
berhak menggeluarkan kreativitas mereka seperti seni dalam membaca Al-Qur‟an, seni
kaligrafi dan lain-lain. Seni Islam adalah ekspresi tentang keindahan wujud dari sisi
pandangan Islam tentang alam, hidup dan manusia yang mengantar menuju pertemuan
sempurna antara kebenaran dan keindahan.

2. Pandangan Islam Terhadap Seni

Keindahan itu sebahagian dari seni. Ini bermakna Islam tidak menolak kesenian. Al-
Quran sendiri menerima kesenian manusia kepada keindahan dan kesenian sebagai salah
satu fitrah manusia semulajadi anugerah Allah kepada manusia. Seni membawa makna
yang halus, indah dan permai. Dari segi istilah, seni adalah sesuatu yang halus dan indah
dan menyenangkan hati serta perasaan manusia.

Konsep kesenian mengikut perspektif Islam ialah membimbing manusia ke arah konsep
tauhid dan pengabdian diri kepada Allah. Seni dibentuk untuk melahirkan manusia yang
benar-benar baik dan beradab. Motif seni bertuju kepada kebaikan dan berakhlak. Selain
itu, seni juga seharusnya lahir dari satu proses pendidikan bersifat positif dan tidak lari
dari batas-batas syariat. Seni Islam ialah seni yang bertitik tolak dari akidah Islam dan
berpegang kepada doktrin tauhid yaitu pengesaan Allah dan seterusnya direalisasikan
dalam karya-karya seni. Ia tidak bertolak dari akidah, syarak dan akhlak. Perbedaan di
antara seni Islam dengan seni yang lain ialah niat atau tujuan dan nilai akhlak yang
terkandung di dalam sesuatu hasil seni itu. Ini berbeda dengan keseniaan barat yang
sering mengenepikan persoalan akhlak dan kebenaran. Tujuan seni Islam ialah untuk
Allah karena ia memberi kesejahteraan kepada manusia. Dengan ini, seni Islam bukanlah
seni untuk seni dan bukan seni untuk sesuatu tetapi sekiranya pembentukan seni itu untuk
tujuan kemasyarakatan yang mulia, itu adalah bersesuaian dengan seni Islam.

5|MAKALAH BAB 4
Seni adalah sebahagian daripada kebudayaan. Din al-Islam meliputi agama kebudayaan,
maka dengan sendirinya kesenian merupakan sebahagian din al-Islam. Ia juga diturunkan
untuk menjawab fitrah, naluri atau keperluan asasi manusia yang mengarah kepada
keselamatan dan kesenangan. Firman Allah yang artinya “ Wahai anak-anak Adam,
pakailah perhiasan kamu ketika waktu sembahyang. Makanlah dan minumlah dan
janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak mengasih orang yang
berlebih-lebihan. Katakanlah “siapakah yang mengharamkan perhiasan Allah yang
dikeluarkanNya untuk hamba-hambaNya dan rezeki yang baik.” (al-A‟raf, ayat 31-32).

Namun pada sisi yang lain, berbagai larangan Nabi SAW dan para ulama mereka untuk
melukis dan menggambar mahluk hidup yang bernyawa/bersyahwat dalam mewujudkan
corak keindangan ruangan meskipun hal ini tidak ditemukan teks-nya secara langsung
dalam Al-Qur‟an, kegiatan mereka dalam mewujudkan gagasan keindahan, tak pernah
kehilangan arah. Kreasi dan potensi seni mereka, kemudian dialihkannya pada berbagai
bentuk kaligrafi Islam, dengan pola dan karaktersitik yang indah dan rumit. Mereka
membentuk corak ragam hias ruangan, benda-benda antik seperti gelas atau guci, karpet,
dansebagainya dengan berbagai ornamen bunga-bungaan atau tumbuh-timbuhan yang
dianggap bukan sejenis hewan atau manusia.

Prinsip-Prinsip Seni di dalam Islam adalah sebagai berkut :


1. seni yang dapat mengangkat martabat insane dan tidak meninggalkan nilai-nilai
kemanusiaan
2. seni yang dapat mementingkan persoalan akhlak dan kebenaran yang menyentuh aspek
estetika, kemanusiaan dan moral
3. seni yang dapat menghubungkan keindahan sebagai nilai yang tergantung kepada
seluruh kesahihan Islam itu sendiri, dimana menurut Islam seni yang mempunyai nilai
tertinggi adalah seni yang dapat mendorong kearah ketaqwaan, kema‟rufan dan moralitas
4. seni yang dapat menghubungkan manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia dan
manusia dengan alam sekitarnya

6|MAKALAH BAB 4
3. Batasan-Batasan Seni Dalam Islam

Ada beberapa batasan-batasan dalam Islam atau larangan dalam Islam terhadap berbagai
seni, seperti seni patung, dimana ada beberapa alasan yang melarang terhadap seni ini,
yaitu : Dalam surat Al-Anbiya ayat 21 dimana diuraikan tentang patung-patung yang
disembah oleh ayah Nabi Ibrahim dan kaumnya. Sikap Al-Qur‟an terhadap patung-
patung itu bukan sekedar menolaknya, tapi juga menghendaki penghancuran terhadap
patung-patung tersebut. Di sini Allah menginginkan bahwa patung-patung pahatan hasil
manusia tidak dijadikan sebagai suatu sembahan atau suatu yang menggambarkan kepada
suatu Maha Pencipta yaitu Tuhan untuk disembah atau berhala.
Selain itu juga ada batasan dalam seni musik, dimana sering kali orang lebih menyenangi
jenis-jenis musik yang terkadang bisa membuat kita lalai dan jauh dari agama, seperti
musik-musik Rock, yang bernuansa keras, bukan musik-musik yang Islami. Kemudian
juga seni bernyanyi, seperti kasus Inul Daratisda dimana seni yang ditampilkan bukanlah
seni bernyanyi melainkan gerakan-gerakan yang fulgar yang bisa mengarah kepada hal-
hal yang tidak baik untuk dipertontonkan. Tidak seperti syair-syair Islam yang bisa
memberi semangat spiritual kepada yang mendengarkannya. Ada beberapa dalil yang
mengatakan bahwa nyanyi itu diharamkan :
1. Berdasarkan Firman-Firman Allah yang terdapat dalam beberapa surat di dalam Al-
Qur‟an diantaranya surat Luqman ayat 6, An-Najm ayat 59-61, Al-Isra‟ ayat 64.13
2. Berdasarkan Hadist-hadist14 diantarannya :
Hadits Abu Malik Al-Asy‟ari ra bahwa Rasulullah Saw bersabda: “Sesungguhnya akan
ada di kalangan umatku golongan yang menghalalkan zina, sutera, arak, dan alat-alat
musik “al-ma’azif” (HR. Bukhari, Shahih Bukhari)

Hadits Aisyah ra Rasulullah Saw bersabda: “Sesungguhnya Allah mengharamkan


nyanyian-nyanyian (qoynah) dan menjualbelikannya, mempelajarinya atau mendengar-
kannya.” Kemudian beliau membacakan ayat di atas (HR. Ibnu Abi Dunya dan Ibnu
Mardawaih)

Selain itu aksi pornografi dan porno aksi adalah batasan yang sangat melanggar agama.
Disatu sisi orang memandang itu adalah suatu bentuk seni, tetapi di dalam Islam itu justru
menggarah kepada hal-hal yang tidak baik, haram untuk di kembangkan. Pengaruh dunia
barat dalam Islam terhadap seni seperti kasus kartun yang melecehkan Rasulullah saw,
Satanic Verses Salman Rusdi, film Buruan Cium Gue, rencana majalah Playboy versi
Indonesia

7|MAKALAH BAB 4
KONTRIBUSI AKHLAK TERHADAP ETOS KERJA
1. Kerja Dalam Islam
Apa yang dimaksud dengan kerja dalam Islam ?
Bekarja adalah segala aktivitas dinamis dan mempunyai tujuan untuk memenuhi
kebutuhan tertentu (jasmani dan rohani) , dan di dalamnya tersebut dia berupaya dengan
penuh kesungguhan untuk mewujudkan prestasi yang optimal sebagai bukti pengabdian
dirinya kepada Allah SWT. hampir di setiap sudut kehidupan , kita menjumpai begitu
banyaknya orang yang bekerja . para salesmen yang hilir mudik mendatangi toko dan
rumah, rumah , guru yang tekun berdiri di depan kelas , polisi yang mengatur lalu-lintas
dalam selingan hujan dan panas terik, serta segudang profesi lainnya.
Lihatlah, semua melakukan aktivitas, namun dari kesemuanya itu ada yang dikejar , ada
tujuan serta usaha (ikhtiar) yang sangat sungguh sungguh untuk mewujudkan aktivitasnya
tersebut mempunyai arti.
Namun, tidak semua aktifitas manusia bisa disebut dengan bekerja karena dalam bekerja
terkandung aspek yang harus dipenuhinya secara nalar, yaitu sebagai berikut :
1. Aktivitasnya dilakukan karena ada dorongan untuk mewujudkan sesuatu sehingga
tumbuh rasa tanggung jawab yang besar untuk mewujudkan sesuatu untuk menghasilkan
karya atau produk yang berkualitas. Bekerja bukan hanya sekedar mencari uang, tetapi
ingin mengaktualisasikannya secara optimal dan memilih nilai transdental yang luhur.
Baginya bekerja itu alah ibadah, sebuah upaya untuk menunjukan performance hidupnya
di hadapan Illahi bekerja seoptimal mungkin semata-mata karena ada panggilan untuk
memperoleh ridho Allah. Karena itu, sangat mustahil seseorang muslim mengaku dirinya
sebagai wakil Allah mengabaikan makna keterpanggilannya untuk bekerja secara
sempurna.
2. Apa yang ia lakukan itu karena kesengajaan , sesuatu yang direncanakan . karenanya,
terkandung di dalamnya satu gairah semangat untuk mengerahkan seluruh potensi yang
dimilikinya sehingga apa yang dikerjakannya benar-benar memberikan kepuasan dan
manfaat. Apa yang dilakukannya memiliki alasan-alasan Untuk mencapai arah dan tujuan
yang luhur, yang secara dinamis memberikan makna bagi diri dan lingkungannya sebagai
misi dirinya yang harus menjadi rahmat bagi alam semesta.

2. Akhlak Sebagai Teras Pembentukan Etika Kerja


Kenapa Perlu Kepada Akhlak (Etika) Kerja? Akhlak (etika) kerja dalam Islam
sebenarnya bermula dengan konsep dan pandangan Islam terhadap kerja itu sendiri.
Apabila kita berakhlak ini bermakna kita faham akan konsep kerja dalam Islam sebagai
jambatan menuju ke akhirat. Bekerja untuk mendapat pahala di sisi Allah SWT. Bahkan
kepentingannya dilihat dapat membimbing para pekerja ke arah melakukan kebaikan dan
menjauhi daripada segala kemungkaran. Namun begitu, berapa ramai di antara kita
memilih untuk melakukan pekerjaan mengikut pandangan hidup Islam? Di kala itulah
perlunya seseorang memiliki kefahaman dan kesadaran keagamaan terutama di dalam
konsep kerja bagi membimbing mereka menjauhi pekerjaan yang dilarang oleh Allah
SWT.

8|MAKALAH BAB 4
3. Apresiasi dan penghargaan yang tinggi kepada orang / muslim yang bekerja itu
ditunjukkan dengan prinsip-prinsip sebagai berikut :
1. Perintah untuk giat bekerja setelah selesainya ibadah. Allah berfirman :

“ apabila telah ditunaikan salat , maka bertebaranlah kamu di muka bumi dan carilah
karunia Allah dan ingatlah banyak-banyak supaya kamu beruntung “ ( Q.S Al-
jumu’ah:10 )
Perintah Allah itu memberikan 2 pelajaran penting : pertama , setiap selesai ibadah harus
bekerja mencari apa yang dianugerahkan Allah. Ibadah saja tidak cukup, hanya berdo’a
dan meminta kepada Allah tidak cukup, meminta rezeki tetapi tidak berbuat dan bekerja
untuk mencarinya adalah suatu sikap yang tidak ada tuntunannya. Kedua, dalam bekerja
haruslah didasari dengan ibadah dan dan ingat kepada Allah, sehingga banyaknya rezeki
dan kesibukan yang tinggi tidak akan menggoyahkan iman dan menjadi seseorang
berfikiran materialistis.
2. Perintah untuk selalu beraktivitas, dan dilarang kosong (menganggur) . Allah
berfirman dalam AL-Qur’an :

“ maka apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-
sungguh (urusan) yang lain.” (Q.S Alam Nasyrah (94) : 7 )
Ayat ini menunjukkan bahwa waktu kosong itu tidak baik. Dalam sebuiah pepatah bahas
Arab dikatakan : ‘ Al-faragh mafsadah” ( kekosongan itu adalah kerusakan ). Di lain
kesempatan Allah juga memerintahkan Nabi Muhammad Saw agar menyuruh kaumnya
beraktivitas ( bekerja ) sesuai dengan keadaanya asing-masing , yakni dalam Q.S Az-
zumar [39]:39

Katakanlah: "Hai kaumku, bekerjalah sesuai dengan keadaanmu, sesungguhnya aku akan
bekerja (pula), maka kelak kamu akan mengetahui, Q.S Az-zumar [39]:39

9|MAKALAH BAB 4
3. Larangan meminta-minta
Dalam sebuah hadis dikatakan bahwa tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah.
Lebih baik bekerja, meskipun pekerjaan itu oleh orang – orang dinilai sebagai pekerjaan
kasar. Dan sebaik – baiknya hasil adalah yang diperoleh dengan karyanya sendiri.
Sebagaimana dalam sebuah hadis.
Yang artinya “ abu hurairah r.a berkata : Rasulullah SAW bersabda : demi sekiranya
salah seorang dari kamu itu pergi mencari kayu bakar dan dipikul di atas punggungnya,
lebih baik daripada meminta – minta kepada orang – orang , baik diberi atau ditolak
( HR. Bukhari – muslim ). ( Yahya bin Syaraf An-Nawawiy 1987 : 454 ).

4. Di dalam berusaha seorang muslim tidak boleh berputus asa bila menemui
kegagalan dan kesulitan.
Berputus asa adalah tindakan yang biasa dilakukan oleh orang-orang kafir . budaya kerja
bukan hanya sekedar sisipan atau perintah sambil lalu, tetapi menempatkannya sebagai
tema sentral dalam pembangunan umat, karena untuk mewujudkan suatu pribadi dan
masyarakat yang tangguh hanya dimungkinkan apabila penghayatan terhadap esensi
bekerja dengan segala kemuliaannya dikajikan sebagai pokok kajian bagi setiap muslim,
sehingga akan tercipta budaya yang khas ini dalam setia kehidupan muslim 1.
Hanya pribadi-pribadi yang menghargai nilai kerja yang kelak akan mampu menjadikan
masyarakatnya sebagai masyarakat yang tangguh, dan sebaliknya, pribadi yang malas dan
bermental pengemis hanyalah akan mengorbankan masyarakat dan bahkan generasinya
sebagai umat yang terbelakang, terjajah, dan terbelenggu dalam kategori bangsa yang
memiliki nilai kerja kelas teri, tidak mempunyai wibawa, sebagaimana wibawa,
sebagaimana ibarat, ke dalam tak mengganjilkan dan keluar tak menggenapkan, ke atas
tak berpucuk, ke bawah tak berakar2.

Hal itu sebenarnya bisa dipahami , karena memang dengan seperti itu orang akan
semakin bisa memaknakan islam betul-betul sesuai dengan tuntunan permasalahan yang
saat ini dihadapi umat islam.

 Seorang insan minimal sekali diharuskan untuk dapat memberikan nafkah kepada dirinya
sendiri, dan juga kepada keluarganya.

 Dalam Islam terdapat banyak sekali ibadah yang tidak mungkin dilakukan tanpa biaya &
harta, seperti zakat, infak, shadaqah, wakaf, haji dan umrah. Sedangkan biaya/ harta tidak
mungkin diperoleh tanpa proses kerja. Maka bekerja untuk memperoleh harta dalam
rangka ibadah kepada Allah menjadi wajib. Kaidah fiqhiyah mengatakan :

ِ ‫َماالَ يَتِ ُّم ْال َو‬


ِ ‫اجبُ ِإالَّ بِ ِه فَه َُو َو‬
ٌ‫اجب‬
Suatu kewajiban yang tidak bisa dilakukan melainkan dengan pelaksanaan sesuatu, maka
sesuatu itu hukumnya wajib.

1
Tasmara , 1991 : 7
2
Ibid , hal . 7-8

10 | M A K A L A H B A B 4
Namun, terdapat Pertanyaan Besar Tentang Pekerjaan Kita, seperti :

 Apakah pekerjaan yang kita lakukan akan mengantarkan kita ke surga?


 Apa syarat – syarat yang dapat menjadikan pekerjaan kita sebagai sarana untuk
mendapatkan surga Allah SWT?
 Bagaimana menjadikan pekerjaan kita sebagai sarana untuk mendapatkan surga?

Maka, dalam semua pertanyaan itu tentu akan adanya suatu syarat. Adapun Syarat
Mendapatkan Surga Dengan Bekerja diantaranya adalah :

1. Niat Ikhlas Karena Allah SWT

‫النية الخاصة هلل تعالى‬


Artinya ketika bekerja, niatan utamanya adalah karena Allah SWT sebagai kewajiban
dari Allah yang harus dilakukan oleh setiap hamba. Dan konsekwensinya adalah ia selalu
memulai aktivitas pekerjaannya dengan dzikir kepada Allah. Ketika berangkat dari
rumah, lisannya basah dengan doa bismillahi tawakkaltu alallah.. la haula wala quwwata
illa billah.. Dan ketika pulang ke rumahpun, kalimat tahmid menggema dalam dirinya
yang keluar melalui lisannya.

2. Itqan, sungguh-sungguh dan profesional dalam bekerja

‫اإلتقان في العمل‬
Syarat kedua agar pekerjaan dijadikan sarana mendapatkan surga dari Allah SWT adalah
profesional, sungguh-sungguh dan tekun dalam bekerja. Diantara bentuknya adalah,
tuntas melaksanakan pekerjaan yang diamanahkan kepadanya, memiliki keahlian di
bidangnya dsb.

Dalam sebuah hadits Rasulullah bersabda

)‫ِإ َّن هللاَ ي ُِحبُّ ِإ َذا َع ِم َل َأ َح ُد ُك ْم َع َمالً َأ ْن يُ ْتقِنَهُ (رواه الطبراني‬


Sesungguhnya Allah mencintai seorang hamba yang apabila ia bekerja, ia
menyempurnakan pekerjaannya. (HR. Tabrani )

11 | M A K A L A H B A B 4
3. Sikap Jujur & Amanah

‫الصدق‡ واألمانة‬
Karena pada hakekatnya pekerjaan yang dilakukannya tersebut merupakan amanah, baik
secara duniawi dari atasannya atau pemilik usaha, maupun secara duniawi dari Allah
SWT yang akan dimintai pertanggung jawaban atas pekerjaan yang dilakukannya.
Implementasi jujur dan amanah dalam bekerja diantaranya adalah dengan tidak
mengambil sesuatu yang bukan menjadi haknya, tidak curang, obyektif dalam menilai,
dan sebagainya. Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW bersabda:

)‫ق اَْأل ِمي ُْن َم َع النَّبِيِّي َْن َوالصِّ ِّد ْيقِي َْن َوال ُّشهَ َدا ِء (رواه الترمذي‬ َّ ‫التَّا ِج ُر ال‬
ُ ‫ص ُد ْو‬
Seorang pebisnis yang jujur lagi dapat dipercaya, (kelak akan dikumpulkan) bersama para
nabi, shiddiqin dan syuhada’. (HR. Turmudzi)

4. Menjaga Etika Sebagai Seorang Muslim

‫التخلق باألخالق اإلسالمية‬


Bekerja juga harus memperhatikan adab dan etika sebagai seroang muslim, seperti etika
dalam berbicara, menegur, berpakaian, bergaul, makan, minum, berhadapan dengan
customer, rapat, dan sebagainya. Bahkan akhlak atau etika ini merupakan ciri
kesempurnaan iman seorang mu’min.

Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW bersabda :

َ ْ‫َأ ْك َم ُل ْال ُمْؤ ِمنِي َْن ِإ ْي َمانًا َأح‬


‫سنُهُ ْم ُخلُقًا (رواه الترمذي‬
Sesempurna-sempurnanya keimanan seorang mu’min adalah yang paling baik akhlaknya
(HR. Turmudzi)

5. Tidak Melanggar Prinsip-Prinsip Syariah

‫مطبقا بالشريعة اإلسالمية‬


Aspek lain dalam etika bekerja dalam Islam adalah tidak boleh melanggar prinsip-prinsip
syariah dalam pekerjaan yang dilakukannya.

12 | M A K A L A H B A B 4
Tidak melanggar prinsip syariah ini dapat dibagi menjadi beberapa hal :

Pertama dari sisi dzat atau substansi dari pekerjaannya, seperti memporduksi tidak boleh
barang yang haram, menyebarluaskan kefasadan (seperti pornografi), mengandung unsur
riba, maysir, gharar dsb.

Kedua dari sisi penunjang yang tidak terkait langsung dengan pekerjaan, seperti risywah,
membuat fitnah dalam persaingan, tidak menutup aurat, ikhtilat antara laki-laki dengan
perempuan, dsb.

‫ُول َوالَ تُ ْب ِطلُوا َأ ْع َمالَ ُك ْم‬


َ ‫ين َءا َمنُوا َأ ِطيعُوا هَّللا َ َوَأ ِطيعُوا ال َّرس‬
َ ‫يَاَأيُّهَا الَّ ِذ‬
Hai orang-orang yang beriman, ta`atlah kepada Allah dan ta`atlah kepada rasul dan
janganlah kamu merusakkan (pahala) amal-amalmu. (QS. Muhammad, 47 : 33)

6. Menghindari Syubhat

‫اإلبتعاد عن الشبهات‬
Dalam bekerja terkadang seseorang dihadapkan dengan adanya syubhat atau sesuatu yang
meragukan dan samar antara kehalalan dengan keharamannya. Seperti unsur-unsur
pemberian dari pihak luar, yang terdapat indikasi adanya satu kepentingan terntentu. Atau
seperti bekerja sama dengan pihak-pihak yang secara umum diketahui kedzliman atau
pelanggarannya terhadap syariah. Dan syubhat semacam ini dapat berasal dari internal
maupun eksternal. Oleh karena itulah, kita diminta hati-hati dalam kesyubhatan ini.
Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW bersabda, “Halal itu jelas dan haram itu jelas,
dan diantara keduanya ada perkara-perkara yang syubhat. Maka barang siapa yang
terjerumus dalam perkara yang syubhat, maka ia terjerumus pada yang diharamkan…”
(HR. Muslim)

7. Menjaga Ukhuwah Islamiyah

‫المراعاة باألخوة اإلسالمية‬


Aspek lain yang juga sangat penting diperhatikan adalah masalah ukhuwah islamiyah
antara sesama muslim. Jangan sampai dalam bekerja atau berusaha melahirkan
perpecahan di tengah-tengah kaum muslimin. Rasulullah SAW sendiri mengemukakan
tentang hal yang bersifat prefentif agar tidak merusak ukhuwah Islamiyah di kalangan
kaum muslimin. Beliau mengemukakan, “Dan janganlah kalian membeli barang yang
sudah dibeli saudara kalian” Karena jika terjadi kontradiktif dari hadits di atas, tentu
akan merenggangkan juga ukhuwah Islamiyah diantara mereka; saling curiga, su’udzon
dsb.

13 | M A K A L A H B A B 4
5. Ranjau-Ranjau Berbahaya Dalam Dunia Kerja

Dunia kerja adalah dunia yang terkadang dikotori oleh ambisi-ambisi negatif manusia,
ketamakan, keserakahan, keinginan menang sendiri, dsb. Karena dalam dunia kerja,
umumnya manusia memiliki tujuan utama hanya untuk mencari materi. Dan tidak jarang
untuk mencapai tujuan tersebut, segala cara digunakan. Sehingga sering kita mendengar
istilah, injak bawah, jilat atas dan sikut kiri kanan. (Na'udzu billah min dzalik). Oleh
karenanya, disamping kita perlu untuk menghiasi diri dengan sifat-sifat yang baik dalam
bekerja, kitapun harus mewaspadai ranjau-ranjau berbahaya dalam dunia kerja serta berusaha
untuk menghindarinya semaksimal mungkin. Karena dampak negatif dari ranjau-ranjau ini
sangat besar, diantaranya dapat memusnahkan seluruh pahala amal shaleh kita. Berikut
adalah diantara beberapa sifat-sifat buruk dalam dunia kerja yang perlu dihindari dan
diwaspadai :

1. Hasad (Dengki)

Hasad atau dengki adalah suatu sifat, yang sering digambarkan oleh para ulama dengan
ungkapan "senang melihat orang susah, dan susah melihat orang senang." Sifat ini sangat
berbahaya, karena akan "menghilangkan" pahala amal shaleh kita dalam bekerja.Dalam
sebuah hadits Rasulullah SAW bersabda :

Dari Abu Hurairah ra berkata, sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda, “Jauhilah oleh
kalian sifat hasad (iri hati), karena sesungguhnya hasad itu dapat memakan kebaikan
sebagaimana api melalap kayu bakar. (HR. Abu Daud)

2. Saling Bermusuhan

Tidak jarang, ketika orang yang sama-sama memiliki ambisi dunia berkompetisi untuk
mendapatkan satu jabatan tertentu, atau ingin mendapatkan "kesan baik" di mata atasan, atau
sama-sama ingin mendapatkan proyek tertentu, kemudian saling fitnah, saling tuduh, lalu
saling bermusuhan. Jika sifat permusuhan merasuk dalam jiwa kita, dan tidak berusaha kita
hilangkan, maka akibatnya juga sangat fatal, yaitu bahwa amal shalehnya akan "dipending"
oleh Allah SWT, hingga mereka berbaikan.Dalam hadits lain Rasulullah SAW bersabda :

Dari Abu Hurairah ra berkata,bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Pintu-pintu surga dibuka
pada hari senin dan kamis, maka pada hari itu akan diampuni dosa setiap hamba yang tidak
menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun, kecuali seseorang yang sedang bermusuhan
dengan saudaranya sesama muslim, maka dikatakan kepada para malaikat, “Tangguhkan dua
orang ini sampai mereka berbaikan.” (HR. Muslim).

14 | M A K A L A H B A B 4
3. Berprasangka Buruk

Sifat inipun tidak kalah negatifnya. Karena ambisi tertentu atau hal tertentu, kemudian
menjadikan kita bersu'udzon atau berprasangka buruk kepada saudara kita sesama muslim,
yang bekerja dalam satu atap bersama kita, khususnya ketika ia mendapatkan reward yang
lebih baik dari kita. Sifat ini perlu dihindari karena merupakan sifat yang dilarang oleh Allah
& Rasulullah SAW, di samping juga bahwa sifat ini merupakan pintu gerbang ke sifat negatif
lainnya. Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW bersabda :

Dari Abu Hurairah ra berkata, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, “Jauhilah oleh kalian
prasangka buruk, karena sesungguhnya prasangka buruk itu adalah sedusta-dustanya
perkataan. Dan janganlah kalian mencari-cari berita kesalahan orang lain, dan janganlah
kalian mencari-cari kesalahan orang lain, dan janganlah kalian saling mementingkan diri
sendiri, dan janganlah kalian saling dengki, dan janganlah kalian saling marah, dan jangan
lah kalian saling memusuhi dan jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersudara. (HR.
Muslim)

4. Sombong

Di sisi lain, terkadang kita yang mendapatkan presetasi sering terjebak pada satu bentuk
kearogansian yang mengakibatkan pada sifat kesombongan. Merasa paling pintar, paling
profesional, paling penting kedudukan dan posisinya di kantor, dsb. Kita harus mewaspadai
sifat ini, karena ini merupakan sifatnya syaitan yang kemudian menjadikan mereka dilaknat
oleh Allah SWT serta dijadikan makhluk paling hina diseluruh jagad raya ini. Sifat ini pun
sangat berbahaya, karena dapat menjadikan pelakunya diharamkan masuk ke dalam surga
(na'udzu billah min dzalik). Dalam sebuah riwayat Rasulullah SAW bersabda :

15 | M A K A L A H B A B 4
5. Namimah (Mengadu Domba)

Indahnya dunia terkadang membutakan mata. Keingingan mencapai sesuatu, meraih


kedudukan tinggi, memiliki gaji yang besar, tidak jarang menjerumuskan manusia untuk
saling fitnah dan adu domba. Sifat ini teramat sangat berbahaya, karena akan merusak
tatanan ukhuwah dalam dunia kerja. Di samping itu, sifat sangat dimurkai oleh Allah serta
dibenci Rasulullah SAW.Dalam sebuah hadits rasulullah bersabda :

Dari Hudzaifah ra berkata bahwa Rasulullah SAW bersbada, “Tidak akan masuk surga
sesroang yang suka mengadu domba.” HR Bukhari Muslim)

6. Akhlak Profesi
Profesi merupakan pekerjaan yang bernilai positif, mendapatkan hasil dan sesuai dengan
keahliannya. Mengapa harus sesuai keahliannya? Karena Nabi Saw pernah bersabda, kira-
kira isinya begini : "Barangsiapa menyerahkan pekerjaan kepada seseorang yang bukan
ahlinya, maka tunggulah kehancurannya"
Seseorang yang ahli disebut sebagai seorang profesional. Keprofesionalam seseorang bisa
dilihat dari dua aspek, yaitu:
1. Ijazah atau sertifikat. Hal ini merupakan tolak ukur dari selembar kertas yang diberikan
oleh instansi terhadap seseorang yang memiliki kualifikasi tertentu atau telah menempuh
ujian kelulusan. Walaupun terkadang ada saja ijazah atau sertifikat palsu, atau ijazah yang
tidak sesuai dengan kemampuan seseorang, ijazah banyak digunakan untuk mengukur
keahlian seseorang.
2. Pengakuan dari para ahli. Ketika para ahli merekomendasikan seseorang, secara otomatis
ia akan mendapatkan dari masyarakat dengan mudah.

Dalam islam, diatur dengan jelas tentang bagaimana sebuah pekerjaan yang harus dijalani
dan dilakukan . islam mempunyai garis yang tegas dan jelas tentang akhlak produksi dan
sekaligus akhlak konsumsi.

1. Meletakkan kerja sebagai sebuah amalan soleh yang dilakukan dalam konteks dan tahap
yang runtut atas iman, ilmu dan amal. Karena itulah, maka kerja bernilai ibadah. Dari
sinilah , maka seorang muslim akan memandang kerja dengan dua pandangan.
 Pertama, sebagai suatu aktivitas yang bernilaai ibadah
 Kedua, sebagai sebuah aktivitas untuk memperoleh keuntungan finansial.
Karena itu, bagi seorang muslim, kegagalan dalam memperoleh finansial tidak boleh
menjadikan keputusasaan , karena itu hanyalah merupakan salah satu aspek dari kerja
tersebut.

16 | M A K A L A H B A B 4
2. menunaikan kerja sebagai suatu perintah amalan yang harus dilakukan secara profesional
dikatakan sebagai amanah pada hakikatnya setiap waktu, kesempatan, dan aktivitas, akan
diminta pertanggung jawabannya oleh Allah. Dengan memahami hal ini, dalam
melakukan sebuah pekerjaan seseorang tidak boleh melakukan seenaknya ataupun asal-
asalan. Setiap kerja haruslah dilakukan dan dikelola dengan Management yang baik.
Islam sama sekali tidak menginginkan bahwa seorang muslim melakukan kerja hanya
sepenuhnya digantungkan kepada Allah dengan mengbaikan ikhtiar dan usaha.
Sebaliknya, ada kerinduan pada dirinya untuk mencapai hasil yang seoptimal mungkin
dan malu apabila pekerjaanya tidak dilaksanakan dengan baik karena itu merupakan salah
satu bentuk pengkhianatan kerja . karena itulah , profesionalisme dan kesempurnaan
adalah nilai yang dikehendaki oleh islam.
3. Melakukan kerja dengan wawasan masa depan dan wawasan ukhrawi. Artinya, dalam
melakukan kerja, seseorang harus mengingat kepentingan hari depannya. Sehingga,
dalam bekerja tidak hanya menggunakan kesempatan untuk mencari kepentingan pribadi
sebanyak mungkin dengan melakukan apa kelanjutannya dihari depan, kerugi – Rugian
dan resikonya. Karena bisa jadi keuntungan akan banyak didapat, tetapi orang lain akan
merasakan akibatnya. Sikap biasa ini disebut dengan oportunistik (‘aji mumpung “). Pada
prinsipnya islam akan menentang semua bentuk kesenangan yang didapat dengan
mendzalimi orang.
Sementara itu yang dimaksud dengan bekerja dengan wawasan ukhrawi adalah bahwa
dalam melaksanakan setiap kerja , seorang muslim harus merasakan semua akibat di
akhirat nanti. Oleh karenanya, seorang muslim tidak boleh sengaja melakukan
kecurangan dan tindakan-tindakan yang diharamkan/dilarang dalam menyelesaikan
sebuah kerja. Inilah salah satu kelebihan yang dimiliki islam. Dalam bekerja orang tidak
akan pernah merugikan orang lain, mengeksploitasi apalagi mengintimidasi orang lain.
Inilah sebuah sistem pengawasan yang tidak bisa di tandingi oleh sistem administrasi
ciptaan manusia. Tidak akan mampu walaupun orang lain mengetahuinya, tidak akan
melakukan korupsi dan manipulasi walaupun tidak ada bukti yang bisa diajukan untuk
menuntut.
Melanggar hal itu sama saja menyengaja dirinya untuk terjerumus dalam api neraka . hal
ini bisa dibaca dan disimpulkan dari ayat Allah yang berbunyi :

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri
memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah
kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.

17 | M A K A L A H B A B 4
7. Ciri-ciri orang yang berakhlak pada pekerjaan maupun profesi

Orang yang mempunyai dan menghayati akhlak Kerja akan tampak dalam kehidupannya
yang dilandaskan pada suatu keyakinan yang sangat mendalam bahwa pekerja itu ibadah
dan berprestasi itu indah. Ciri-ciri itu diantaranya :
1. Mereka kecanduan terhadap waktu
Salah satu esensi dan hakikat, dari akhlak bekerja adalah cara seseorang menghayati,
memahami, dan merasakan betapa berharganya waktu, satu detik berlalu waktu tidak
mungkin akan kembali. Waktu merupakan deposito yang berharga yang
dianugerahkan Allah secara gratis dan merata kepada setiap orang baik kaya maupun
miskin. Yaitu, 24jam atau 1.440menit atau 86.400detik setiap hari. Pada waktu ini
merupakan sehelai kertas kehidupan yang harus ditulis dengan deretan kalimat kerja
dan prestasi. Dia akan merasakan kehampaan yang luar biasa apabila waktu yang
dilaluinya tidak diisi dengan kreasi, kalimat kerjanya terputus, atau bahkan dia akan
kekosongan jiwa apabila ada waktu yang kosong serta tidak ada nilai apapun.
Baginya waktu adalah aset ilahiah yang sangat berharga, yang merupakan ladang
subur yang membutuhkan ilmu dan amal untuk diolah serta dipetik hasilnya pada
waktu yang lain. Ada peerumpamaan “alwaktu kassaif inlam taqhahu qhata’a” yang
artinya waktu bagaikan pedang, apabila tidak waspada, padahal itu akan memotong
kita sendiri. Maka waktu sangatlah penting dalam kehidupan.
2. Mereka memiliki moralitas yang bersih (ikhlas)
Ikhlas dalam artisan di sini yaitu bersih, murni (tidak terkontaminasi). Dan ikhlas
merupakan bentuk dari cinta, bentuk kasih sayang dan pelayanan tanpa ikatan. Cinta
yang putih terbentuk karena keikhlasan yang tidak ingin menjadi rusak karena
tercampur hal lain selain terpenuhinya dahaga cinta. Mereka takut bahwa suatu
pekerjaan yang dilatarbelakangi motivasi atau pamrih selain melaksanakan amanah
walaupun atas namakan ikhlas dan cinta akan menjadi komoditas semata-mata.
Keikhlasan hanya akan menjadi label atau simbol dari pengesahana dirinya untuk
berbuat munafik. Sikap ikhlas bukan hanya output dari cara dia melayani, melainkan
juga input atau masukan yang membentuk kepribadiannya didasarkan pada sikap
yang bersih. Bahkan, cara dirinya mencari rizqi makanan dan minuman yang masuk
ke dalam tubuhnya adalah bersih semata-mata.
3. Mereka kecanduan kejujuran
Di dalam jiwa orang yang jujur terdapat nilai ruhani yang memantulkan berbagai
sikap yang berpihak kepada kebenaran dan sikap moral yang terpuji (morally
upright). Dirinya telah dibelenggu, dikuasai, dan diperbudak oleh kejujuran, dia
merasa bangga karena menjadi budak Allah karena memang pada dasarnya
merupakan hamba Allah. Maka apabila ada tindakan yang menyimpang dari nilai
rohani kejujurannya, tipu berarti dia telah menghianati diri dan keyakinannya sendiri
dan telah menipu dirinya sendiri dihadapan Allah. Dan dalam kejujuran dan
keikhlasan itu tidak cukup, perlu adanya faktor dorongan lain yaitu berupa integritas
karena kejujurna dan integritas merupakan dua sisi mata uang dan dengan adanya
integritas ini mereka siapa menghadapi risiko dan seluruh akibatnya dihadapi dengan
gagah berani, kebanggaan, dan penuh suka cita, dan tidak pernah terfikirkan untuk
melemparkan tanggung jawabnya kepada orang lain.

18 | M A K A L A H B A B 4
4. Mereka memiliki komitmen (aqidah, abad, itikad).
Yaitu keyakinan yang mengikat (abad) sedemikian kukuhnya sehingga membelenggu
seluruh hati nuraninya dan kemudian menggerakkan perilaku menuju arah tertentu
yang diyakininya (itikad).
5. Istiqamah, kuat pendirian
Yaitu kemampuan untuk bersikap secara taat asas, pantang menyerah, dan ampu
mempertahankan prinsip serta komitmennya walau harus berhadapan dengan risiko
yang membahayakan dirinya. Mereka mampu mengendalikan diri dan mengelola
emosinya secara efektif. Tetap teguh terhadap komitmen, positif, dan tidak rapuh
kendati berhadapan dengan situasi yang menekan.
6. Mereka kecanduan disiplin
Yaitu kemampuan untuk mengendalikan diri dengan tenang dan tetap taat walaupun
dalam situasi yang sangat menekan (cam controlled behavior: The ability do behave
in a controlled and calm way even in a difficult bor stressful situation).
Pribadi yang disiplin sangat berhati-hati dalam mengelola pekerjaan, serta penuh
tanggung jawab memenhi kewajibannya.
7. Konsekuen dan berani menghadapi tantangan (challenge)
Bagi mereka hidup adalah pilihan (Life is a choice) dan setiap pilihan merupakan
tanggung jawab pribadinya. Mereka tidak mungkin menyalahkan pihak manapun
karena pada akhirnya semua pilihan ditetapkan oleh dirinya sendirinya. Dasar
tanggung jawabnya mendorong perilakunya yang bergerak dinamis seakan-akan di
dalam dadanya ada “nyala api”, sebuah motivasi yang kuat untuk mencapai tujuan
dan menjaga apa yang telah menjadi keputusan.
8. Mereka tipe orang yang bertanggung jawab
Sikap dan tindakan seseorang di dalam menerima sesuatu sebagai amanah, dengan
penuh rasa cinta ia ingin menunaikannya dalam bentuk pilihan-pilihan yang
melahirkan amal prestatif.
9. Mereka bahagia karena melayani
Melayani dengan cinta bukan karena tugas atau pengaruh dari luar, melainkan benar-
benar sebuah obsesi yang sangat mendalam bahwa bahagia karena melayani yang
mana merupakan bentuk kesadaran dan kepeduliannya terhadap nilai kemanusiaan
yang mana merupakan investasi yang kelak akan dipetik keuntungannya, tidak hanya
diakhirat, tetapi didunia pun mereka sudah merasaknnya. Seperti yang telah
Rasulullah contohkan. Dan dengan mengambil keteladanan Rasulullah tersebut,
seharusnya setiap pribadi muslim sangat bangga untuk melayaninya karena melayani
adalah keterpanggilan sekaligus merupakan Citra dari umat islam.

19 | M A K A L A H B A B 4
8. Keutamaan (Fadhilah) Bekerja Dalam Islam
1. Orang yang ikhlas bekerja akan mendapatkan ampunan dosa dari Allah SWT.
Dalam sebuah hadits diriwayatkan :

)‫َم ْن َأ ْم َسى َكاالًّ ِم ْن َع َم ِل يَ ِد ِه َأ ْم َسى َم ْغفُوْ رًا لَهُ (رواه الطبراني‬


Barang siapa yang sore hari duduk kelelahan lantaran pekerjaan yang telah dilakukannya,
maka ia dapatkan sore hari tersebut dosa-dosanya diampuni oleh Allah SWT. (HR. Thabrani)
2. Akan diampuninya suatu dosa yang tidak dapat diampuni dengan shalat, puasa,
zakat, haji & umrah. Dalam sebuah riwayat dikatakan :

‫ قَا َل َو َما تُ َكفِّ ُرهَا يَا‬،ُ‫صياَ ُم َوالَ ْال َح ُج َوالَ ْال ُع ْم َرة‬ ِ ْ‫ِإ َّن ِمنَ ال ُّذنُو‬
ِّ ‫ الَ تُ َكفِّ ُرهَا الصَّالةُ َوالَ ال‬،‫ب لَ ُذنُوْ بًا‬
)‫ب ْال َم ِع ْي َش ِة (رواه الطبراني‬ َ ‫َرس ُْو َل هللاِ؟ قا َ َل ْالهُ ُم ْو ُم فِ ْي‬
ِ َ‫طل‬
‘Sesungguhnya diantara dosa-dosa itu, terdapat satu dosa yang tidak dapat dihapuskan
dengan shalat, puasa, haji dan umrah.’ Sahabat bertanya, ‘Apa yang dapat menghapuskannya
wahai Rasulullah?’ Beliau menjawab, ‘Semangat dalam mencari rizki.’ (HR. Thabrani)

3. Mendapatkan ‘Cinta Allah SWT’. Dalam sebuah riwayat digambarkan :

)‫ِإ َّن هللاَ يُ ِحبُّ ْال ُمْؤ ِمنَ ْال ُمحْ ت َِرفَ (رواه الطبراني‬
Sesungguhnya Allah SWT mencintai seorang mu’min yang giat bekerja. (HR. Thabrani)

4. Terhindar dari azab neraka


Dalam sebuah riwayat dikemukakan, “Pada suatu saat, Saad bin Muadz Al-Anshari berkisah
bahwa ketika Nabi Muhammad SAW baru kembali dari Perang Tabuk, beliau melihat tangan
Sa’ad yang melepuh, kulitnya gosong kehitam-hitaman karena diterpa sengatan matahari.
Rasulullah bertanya, ‘Kenapa tanganmu?’ Saad menjawab, ‘Karena aku mengolah tanah
dengan cangkul ini untuk mencari nafkah keluarga yang menjadi tanggunganku.” Kemudian
Rasulullah SAW mengambil tangan Saad dan menciumnya seraya berkata, ‘Inilah tangan
yang tidak akan pernah disentuh oleh api neraka’” (HR. Tabrani)

5. Bekerja mencari nafkah digolongkan dalam fi sabililah

Dari Ka'ab bin Umrah berkata, "Ada seseorang yang berjalan melalui tempat Rasulullah
SAW. Orang itu sedang bekerja dengan sangat giat dan tangkas. Para sahabat lalu berkata,
'Ya Rasulullah, andaikata bekerja seperti dia dapat digolongkan fi sabilillah, alangkah
baiknya.' Lalu Rasulullah bersabda, 'Jika ia bekerja untuk menghidupi anak-anaknya yang
masih kecil, itu adalah fi sabilillah; Jika ia bekerja untuk membela kedua orang tuanya yang
sudah lanjut usia, itu adalah fi sabilillah; dan jika ia bekerja untuk kepentingan dirinya
sendiri agar tidak meminta-minta, maka itu adalah fi sabilillah... (HR. Thabrani)

20 | M A K A L A H B A B 4
9. Perbedaan Profesi dan Pekerjaan
Profesi:

a. Mengandalkan suatu keterampilan atau keahlian khusus.

b. Dilaksanakan sebagai suatu pekerjaan atau kegiatan utama (purna waktu).

c. Dilaksanakan sebagai sumber utama nafkah hidup.

d. Dilaksanakan dengan keterlibatan pribadi yang mendalam.

Pekerjaan:

a. Tidak membutuhkan latar belakang pendidikan.

b. Tidak membutuhkan pengetahuan dan pengalaman yang mendalam

10. Persamaan Profesi dan Pekerjaan


a. Sama – sama dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidup (nafkah hidup )
b. Membutuhkan tenaga serta upaya untuk menyelesaikannya
c. Sama – sama dapat menghasilkan uang

21 | M A K A L A H B A B 4

Anda mungkin juga menyukai