Anda di halaman 1dari 4

BAB VIII

Konsep Etika dan Estetika Islami dalam Pengembangan Budaya dan Saintek

A. Akhlak, Budaya dan Akhlak Sebagai Penggerak Budaya


1. Akhlak
a. Akhlak yang secara kebahasaan (etimologi) berarti budi pekerti, perangi atau
disebut juga sikap hidup, adalah ajaran yang berbicara tentang baik dan
buruk yang ukurannya adalah wahyu.
b. Menurut bahasa para ahli mengarti kan akhlak dengan istilah watak, tabiat,
kebiasaan, perangai, dan aturan.
c. Secara termonologis akhlak adalah ilmu yang menentukan batas antara yang
baik dan yang buruk, terpuji atau tercela, menyangkut perkataan dan
perbuatan manusia lahir dan batin
d. Jika akhlak adalah perbuatan yang sudah tertanam dalam jiwa seseorang,
maka akhlak itu tempatnya dalam hati. Apabila hatinya baik akan muncul
sifat yang baik dan sebaliknya jika hatinya tidak baik maka yang muncul dan
keluar dari perilakunya adalah sifat yang tidak baik. Perilaku yang tidak baik
itu disebut dengan akhlak mazmumah (tercela).
2. Budaya
a. Kata budaya berasal dari bahasa Sansekerta “Buddhayah” Kata tersebut
merupakan bentuk jamak dari kata “buddi” yang berarti akal, pikiran atau
budi.
b. Dalam bahasa Sansekerta budaya memiliki arti sebagai segala sesuatu yang
berkaitan dengan akal, pikiran atau budi.
c. Dalam KBBI, budaya diartikan sebagai adat-istiadat, akal, pikiran, maupun
budi. Kata budaya lebih merujuk kepada pola pikir seorang manusia. Segala
hal tersebut berkaitan dengan bahasa atau metode komunikasi, kebiasaan
yang terjadi di lingkunganatau biasa disebut dengan adat-istiadat.
3. Akhlak sebagai penggerak budaya
Akhlak sebagai peggerak budaya, adalah pola prilaku yang berdasarkan
manifestasi nilai-nilai iman yang tertanam di dalam jiwa yang menampilkan
perbuatan dengan senang dalam komunitas manusia yang berbudaya. Apabila
perbuatan yang keluar dari komunitas budaya itu baik dan terpuji menurut
syariaat dan akal maka perbuatan komunitas budaya tersebut pada dasarnya
adalah akhlak sebagai penggerak utama budaya tersebut.

B. Rekonstruksi Pengembangan Budaya, Sains Dan Teknologi Berbasis Akhlak Mulia


Manusia selalu hidup dalam ruang kebudayaan yang ia ciptakan sendiri.
Hubungan manusia dengan kebudayaan bersifat kausalitas, pada awalnya manusia
melahirkan kebudayan dan selanjutnya kebudayaan melahiran manusia yang
berbudaya. Manusia sebagai pencipta kebudayaan pada awalnya bebas dan tidak
terikat, tetapi ketika telah terbentuk kebudayaan ia menjadi tidak bebas namun terikat
oleh kebudayaan yang ia ciptakan sendiri. Rasul telah mencontohkan cara melakukan
akulturasi antara ajaran Islam dan tradisi bangsa Arab pada abad ke -7. Ada tiga
mekanisme yang dilakukan beliau untuk menyikapi tradisi yang telah berkembang
kala itu. Pertama, menerima dan melestarikan tradisi yang dianggap baik, seperti
tradisi musyawarah, kumpul-kumpul pada hari Jumat, dan khitan kedua, menerima
dan memodifikasi tradisi yang secara substansi sudah baik, tetapi dalam beberapa
aspek iplementasinya bertentangan dengan semangat tauhid, misalnya ritual haji dan
umrah kurban dan poligami. Ketiga, menolak tradisi yang dianggap melanggengkan
nilai, moralits, dan karakter jahiliyah dan menggantikannya dengan tradisi baru yang
mengembangkan dan memperkuat nilai, moralitas dan karakter islam seperti tradisi
berjudi, berhala, minum-minuman keras, dan poligami, dan kawin kontrak.
Islam datang untuk mengatur dan membimbing masyarakat menuju kepada
kehidupan yang baik dan seimbang, berlandaskan akhlak yang mulia. Dengan
demikian, islam tidaklah datang untuk menghancurkan budaya yang telah dianut
suatu masyarakat, akan tetapi dalam waktu yang bersamaan islam menginginkan agar
umat manusia terhindar dari hal-hal yang tidak bermanfaat dan membawa mudharat
di dalam kehidupannya, sehingga islam perlu meluruskan dan membimbing
kebudayaan yang berkembang di masyarakat menuju kebudayaan yang beradab dan
berkemajuan serta mempertinggi derajat kemanusiaan berlandaskan akhlak karimah.
Suatu hal yang harus di sadari bahwa asas dari budaya Islam adalah
menumbuhkembangkan kesadaran bertuhan . Maka dari itu, apapun bentuk
manivestasi dari budaya Islam disadari atau tidak untuk menegakkan nilai-nilai
ketuhanan pada setiap manusia dan tujuannya tidak lain dalam rangka mencari
keridaan Tuhan
Islam pada satu sisi dapat disebut sebagai high tradition, dan pada sisi lain
disebut sebagai low tradition. Dalam sebutan pertama Islam adalah firman Tuhan
yang menjelaskan syariat-syariat-Nya yang dimaksudkan sebagai petunjuk untuk
mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat, termaktub dalam nash kemudian
dihimpun dalam Kitab Suci . Secara tegas dapat dikatakan hanya Tuhanlah yang
paling mengetahui seluruh maksud, arti, dan maka setiap firman-Nya. Oleh karena
itu, kebenaran Islam dalam dataran high tradition ini adalah mutlak.
Khalifah Ali bin Abi Thalib «itsmar khairan, fatruk maa bagha» yang artinya
berbuatlah kebaikan, dan tinggalkan yang sia-sia. Disamping itu, tembang-tembang,
permainan rakyat dan makanan juga dijadikan media inkulturasi Islam. Melalui
media dan strategi dakwah yang memadukan ajaran Islam dengan ekpresi budaya
lokal, banyak orang Jawa memeluk Islam, bahkan Islam menjadi agama mayoritas
suku Jawa. Pribumisasi Islam adalah psikologi indigenos yang mengembangkan
spritualitas keberagaman berangkat dari akar kearifan lokal. Khazanah kearifan lokal
itu ditafsirkan membentuk variasi keberagaman yang dapat dimaknai ke dalam
pelbagai unsur budaya. Ia mampu mengubah substansi spritualistas tanpa mengubah
bentuknya.
C. Konsep seni estetika islami
Dalam islam, estetika bentuk dari physical menuju hakikat dalam bentuk
makna yang lebih substantif. Keindahan dalam islam terkait dengan cinta maka
relatif dengan hikmah, dalam tasawuf ahli hikmah disebut dengan ahli cinta dan ahli
filsafat. Sementara untuk teori atau ajaran yang rinci tentang seni dengan bentuk-
bentuk di dalamnya belum dijelaskan secara rinci. Dengan demikian, tidak ada
batasan tentang seni islam.
D. Peran Seni Dalam Mengembangkan Harmoni
Islam adalah agama yang sangat cocok untuk semua orang dan selalu
mempertahankan budaya yang timbul ditengah masyarakat. Islam sendiri sebagai
agama yang memiliki materi ajaran yang integral dan komprehensif, disamping
mengandung ajaran utama sebagai syari'ah, juga memotivasi umat Islam untuk
mengembangkan seni budaya Islam, yaitu seni budaya yang mencerminkan nilai-nilai
Islam. Seni budaya memperoleh perhatian dalam Islam karena mempunyai peran
yang sangat penting untuk membumikan ajaran utama sesuai dengan kondisi dan
kebutuhan hidup umat manusia. Dan seni juga membawa makna yang halus, indah
dan permai. Dari segi istilah, seni adalah sesuatu yang halus dan indah dan
menyenangkan hati serta perasaan manusia sehingga menjadi harmonis. Di samping
itu diharapkan dapat mengembangkan dan menumbuhkan perasaan yang baik,
keindahan dan kebenaran menuju keseimbangan ‘material-spiritual’. Dengan tujuan
untuk mencapai kreatifitas dan kesadaran akan Yang Maha Benar, Yang Maha Baik,
dan Yang Maha Indah.
Harmonis berarti sifat dan sikap menghargai. Sifat dan sikap menghargai
harus ditunjukan oleh siapapun terhadap bentuk keselarasan yang ada di Indonesia.
Sebab harmonis merupakan sikap yang paling sederhana, akan tetapi mempunyai
dampak yang positif bagi integritas bangsa pada umumnya dan kerukunan
bermasyarakat pada khususnya. Tidak adanya sikap harmonis dapat memicu konflik
yang selamanya tidak kita harapkan.
Kekacuan yang lebih besar yang terjadi saat ini adalah adanya berbagai
kepentingan dari pihak tertentu yang cenderung mengambil keuntungan dari setiap
kejadian dan berupaya meraih kemenangannya sendiri. Sehingga dari sinilah penulis
memandang dengan penerarapan sebuah apresiasi seni dalam pendidikan Islam akan
mampu mengembangkan sikap toleransi kepada semua pihak.
Perbedaan memang wajar dalam kehidupan sosial di masyarakat. Perbedaan
tersebut menjadikan karakteristik masyarakat menjadi beragam. Manusia dengan
segala perbedaan tersebut berfikir bahwa harus membentengi dan menghindarinya.
Adanya pebedaan tersebut harus kita sikapi dengan baik dan sudah seharusnya
menjadikan hal tersebut menjadi perubahan yang lebih baik. Sebagai anggota
masyarakat, kamu wajib menjaga keharmonisan dalam lingkungan masyarakat.
Karakteristik masyarakat menjadi beragam dan beragama tentu harus
menjalin hubungan sosial. Sebelum menjalin hubungan antar sesama manusia, kita
terlebih dahulu harus menjalin hubungan antar sesama Tuhan dengan hubungan antar
sesama diri sendiri, setelah kedua itu telah tercipta maka tidak akan sulit untuk
menjalin hubungan antar sesama manusia, karena kunci terjalinnya suatu hubungan
yang baik itu adalah diri sendiri dengan Maha Pencipta.
Beberapa sikap yang dapat dilakukan untuk menjaga keharmonisan dalam
masyarakat, antara lain:
1. Adanya kesadaran mengenai perbedaan sikap, watak, dan sifat.
2. Menghargai berbagai macam karakteristik masyarakat.
3. Bersikap ramah dengan orang lain.
4. Selalu berfikir positif.
Mengimplementasikan seni bagi sesama umat manusia juga merupakan
media untuk menjembatani rasa sikap/suasana yang harmonis untuk lebih bersikap
toleran dan terbuka terhadap sesama atau budaya yang lainnya. Beberapa manfaat
dari peran seni untuk mengembangkan sikap/suasana yang harmonis, yaitu:
1. Seni bermanfaat untuk menanamkan kesadaran multikultural dalam masyarakat
plural.
2. Pendayagunaan dan pendidikan estetika untuk keluhuran dan kehalusan budi
pekerti (alakhlaqul karimah)
3. Seni adalah alat intuisi intelektual untuk mencerdaskan emosi dan menyampaikan
pesan sapiensial (bijaksana) yang mentransendensikan individu dan jiwa kolektif
dunia kepada Allah.

Anda mungkin juga menyukai