Konsep Etika dan Estetika Islami dalam Pengembangan Budaya dan Saintek
A. Akhlak, Budaya dan Akhlak Sebagai Penggerak Budaya
1. Akhlak a. Akhlak yang secara kebahasaan (etimologi) berarti budi pekerti, perangi atau disebut juga sikap hidup, adalah ajaran yang berbicara tentang baik dan buruk yang ukurannya adalah wahyu. b. Menurut bahasa para ahli mengarti kan akhlak dengan istilah watak, tabiat, kebiasaan, perangai, dan aturan. c. Secara termonologis akhlak adalah ilmu yang menentukan batas antara yang baik dan yang buruk, terpuji atau tercela, menyangkut perkataan dan perbuatan manusia lahir dan batin d. Jika akhlak adalah perbuatan yang sudah tertanam dalam jiwa seseorang, maka akhlak itu tempatnya dalam hati. Apabila hatinya baik akan muncul sifat yang baik dan sebaliknya jika hatinya tidak baik maka yang muncul dan keluar dari perilakunya adalah sifat yang tidak baik. Perilaku yang tidak baik itu disebut dengan akhlak mazmumah (tercela). 2. Budaya a. Kata budaya berasal dari bahasa Sansekerta “Buddhayah” Kata tersebut merupakan bentuk jamak dari kata “buddi” yang berarti akal, pikiran atau budi. b. Dalam bahasa Sansekerta budaya memiliki arti sebagai segala sesuatu yang berkaitan dengan akal, pikiran atau budi. c. Dalam KBBI, budaya diartikan sebagai adat-istiadat, akal, pikiran, maupun budi. Kata budaya lebih merujuk kepada pola pikir seorang manusia. Segala hal tersebut berkaitan dengan bahasa atau metode komunikasi, kebiasaan yang terjadi di lingkunganatau biasa disebut dengan adat-istiadat. 3. Akhlak sebagai penggerak budaya Akhlak sebagai peggerak budaya, adalah pola prilaku yang berdasarkan manifestasi nilai-nilai iman yang tertanam di dalam jiwa yang menampilkan perbuatan dengan senang dalam komunitas manusia yang berbudaya. Apabila perbuatan yang keluar dari komunitas budaya itu baik dan terpuji menurut syariaat dan akal maka perbuatan komunitas budaya tersebut pada dasarnya adalah akhlak sebagai penggerak utama budaya tersebut.
B. Rekonstruksi Pengembangan Budaya, Sains Dan Teknologi Berbasis Akhlak Mulia
Manusia selalu hidup dalam ruang kebudayaan yang ia ciptakan sendiri. Hubungan manusia dengan kebudayaan bersifat kausalitas, pada awalnya manusia melahirkan kebudayan dan selanjutnya kebudayaan melahiran manusia yang berbudaya. Manusia sebagai pencipta kebudayaan pada awalnya bebas dan tidak terikat, tetapi ketika telah terbentuk kebudayaan ia menjadi tidak bebas namun terikat oleh kebudayaan yang ia ciptakan sendiri. Rasul telah mencontohkan cara melakukan akulturasi antara ajaran Islam dan tradisi bangsa Arab pada abad ke -7. Ada tiga mekanisme yang dilakukan beliau untuk menyikapi tradisi yang telah berkembang kala itu. Pertama, menerima dan melestarikan tradisi yang dianggap baik, seperti tradisi musyawarah, kumpul-kumpul pada hari Jumat, dan khitan kedua, menerima dan memodifikasi tradisi yang secara substansi sudah baik, tetapi dalam beberapa aspek iplementasinya bertentangan dengan semangat tauhid, misalnya ritual haji dan umrah kurban dan poligami. Ketiga, menolak tradisi yang dianggap melanggengkan nilai, moralits, dan karakter jahiliyah dan menggantikannya dengan tradisi baru yang mengembangkan dan memperkuat nilai, moralitas dan karakter islam seperti tradisi berjudi, berhala, minum-minuman keras, dan poligami, dan kawin kontrak. Islam datang untuk mengatur dan membimbing masyarakat menuju kepada kehidupan yang baik dan seimbang, berlandaskan akhlak yang mulia. Dengan demikian, islam tidaklah datang untuk menghancurkan budaya yang telah dianut suatu masyarakat, akan tetapi dalam waktu yang bersamaan islam menginginkan agar umat manusia terhindar dari hal-hal yang tidak bermanfaat dan membawa mudharat di dalam kehidupannya, sehingga islam perlu meluruskan dan membimbing kebudayaan yang berkembang di masyarakat menuju kebudayaan yang beradab dan berkemajuan serta mempertinggi derajat kemanusiaan berlandaskan akhlak karimah. Suatu hal yang harus di sadari bahwa asas dari budaya Islam adalah menumbuhkembangkan kesadaran bertuhan . Maka dari itu, apapun bentuk manivestasi dari budaya Islam disadari atau tidak untuk menegakkan nilai-nilai ketuhanan pada setiap manusia dan tujuannya tidak lain dalam rangka mencari keridaan Tuhan Islam pada satu sisi dapat disebut sebagai high tradition, dan pada sisi lain disebut sebagai low tradition. Dalam sebutan pertama Islam adalah firman Tuhan yang menjelaskan syariat-syariat-Nya yang dimaksudkan sebagai petunjuk untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat, termaktub dalam nash kemudian dihimpun dalam Kitab Suci . Secara tegas dapat dikatakan hanya Tuhanlah yang paling mengetahui seluruh maksud, arti, dan maka setiap firman-Nya. Oleh karena itu, kebenaran Islam dalam dataran high tradition ini adalah mutlak. Khalifah Ali bin Abi Thalib «itsmar khairan, fatruk maa bagha» yang artinya berbuatlah kebaikan, dan tinggalkan yang sia-sia. Disamping itu, tembang-tembang, permainan rakyat dan makanan juga dijadikan media inkulturasi Islam. Melalui media dan strategi dakwah yang memadukan ajaran Islam dengan ekpresi budaya lokal, banyak orang Jawa memeluk Islam, bahkan Islam menjadi agama mayoritas suku Jawa. Pribumisasi Islam adalah psikologi indigenos yang mengembangkan spritualitas keberagaman berangkat dari akar kearifan lokal. Khazanah kearifan lokal itu ditafsirkan membentuk variasi keberagaman yang dapat dimaknai ke dalam pelbagai unsur budaya. Ia mampu mengubah substansi spritualistas tanpa mengubah bentuknya. C. Konsep seni estetika islami Dalam islam, estetika bentuk dari physical menuju hakikat dalam bentuk makna yang lebih substantif. Keindahan dalam islam terkait dengan cinta maka relatif dengan hikmah, dalam tasawuf ahli hikmah disebut dengan ahli cinta dan ahli filsafat. Sementara untuk teori atau ajaran yang rinci tentang seni dengan bentuk- bentuk di dalamnya belum dijelaskan secara rinci. Dengan demikian, tidak ada batasan tentang seni islam. D. Peran Seni Dalam Mengembangkan Harmoni Islam adalah agama yang sangat cocok untuk semua orang dan selalu mempertahankan budaya yang timbul ditengah masyarakat. Islam sendiri sebagai agama yang memiliki materi ajaran yang integral dan komprehensif, disamping mengandung ajaran utama sebagai syari'ah, juga memotivasi umat Islam untuk mengembangkan seni budaya Islam, yaitu seni budaya yang mencerminkan nilai-nilai Islam. Seni budaya memperoleh perhatian dalam Islam karena mempunyai peran yang sangat penting untuk membumikan ajaran utama sesuai dengan kondisi dan kebutuhan hidup umat manusia. Dan seni juga membawa makna yang halus, indah dan permai. Dari segi istilah, seni adalah sesuatu yang halus dan indah dan menyenangkan hati serta perasaan manusia sehingga menjadi harmonis. Di samping itu diharapkan dapat mengembangkan dan menumbuhkan perasaan yang baik, keindahan dan kebenaran menuju keseimbangan ‘material-spiritual’. Dengan tujuan untuk mencapai kreatifitas dan kesadaran akan Yang Maha Benar, Yang Maha Baik, dan Yang Maha Indah. Harmonis berarti sifat dan sikap menghargai. Sifat dan sikap menghargai harus ditunjukan oleh siapapun terhadap bentuk keselarasan yang ada di Indonesia. Sebab harmonis merupakan sikap yang paling sederhana, akan tetapi mempunyai dampak yang positif bagi integritas bangsa pada umumnya dan kerukunan bermasyarakat pada khususnya. Tidak adanya sikap harmonis dapat memicu konflik yang selamanya tidak kita harapkan. Kekacuan yang lebih besar yang terjadi saat ini adalah adanya berbagai kepentingan dari pihak tertentu yang cenderung mengambil keuntungan dari setiap kejadian dan berupaya meraih kemenangannya sendiri. Sehingga dari sinilah penulis memandang dengan penerarapan sebuah apresiasi seni dalam pendidikan Islam akan mampu mengembangkan sikap toleransi kepada semua pihak. Perbedaan memang wajar dalam kehidupan sosial di masyarakat. Perbedaan tersebut menjadikan karakteristik masyarakat menjadi beragam. Manusia dengan segala perbedaan tersebut berfikir bahwa harus membentengi dan menghindarinya. Adanya pebedaan tersebut harus kita sikapi dengan baik dan sudah seharusnya menjadikan hal tersebut menjadi perubahan yang lebih baik. Sebagai anggota masyarakat, kamu wajib menjaga keharmonisan dalam lingkungan masyarakat. Karakteristik masyarakat menjadi beragam dan beragama tentu harus menjalin hubungan sosial. Sebelum menjalin hubungan antar sesama manusia, kita terlebih dahulu harus menjalin hubungan antar sesama Tuhan dengan hubungan antar sesama diri sendiri, setelah kedua itu telah tercipta maka tidak akan sulit untuk menjalin hubungan antar sesama manusia, karena kunci terjalinnya suatu hubungan yang baik itu adalah diri sendiri dengan Maha Pencipta. Beberapa sikap yang dapat dilakukan untuk menjaga keharmonisan dalam masyarakat, antara lain: 1. Adanya kesadaran mengenai perbedaan sikap, watak, dan sifat. 2. Menghargai berbagai macam karakteristik masyarakat. 3. Bersikap ramah dengan orang lain. 4. Selalu berfikir positif. Mengimplementasikan seni bagi sesama umat manusia juga merupakan media untuk menjembatani rasa sikap/suasana yang harmonis untuk lebih bersikap toleran dan terbuka terhadap sesama atau budaya yang lainnya. Beberapa manfaat dari peran seni untuk mengembangkan sikap/suasana yang harmonis, yaitu: 1. Seni bermanfaat untuk menanamkan kesadaran multikultural dalam masyarakat plural. 2. Pendayagunaan dan pendidikan estetika untuk keluhuran dan kehalusan budi pekerti (alakhlaqul karimah) 3. Seni adalah alat intuisi intelektual untuk mencerdaskan emosi dan menyampaikan pesan sapiensial (bijaksana) yang mentransendensikan individu dan jiwa kolektif dunia kepada Allah.