Anda di halaman 1dari 7

Artikel II

Pendahuluan :

Berdasarkan survei dari United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization
(UNESCO) Indonesia menempati peringkat terendah dengan kualitas guru dan
kemamuan baca yang tidak baik. Permasalah pertama, adalah lemahnya para guru dalam
menggali potensi anak karena guru sering memaksakan kehendak dan tidak menggali
potensi siswa. Permasalah kedua, adalah bahwa pendidikan di Indonesia menghasilkan
“manusia robot”. Karena pendidikan yang tidak seimbang antara kognitif dan juga prilaku
belajar afektif. Permasalahan ketiga adalah sistem pendidikan yang top-down (gaya
bank). Guru sebagai pemberi isi dan murid menghafal. Permasalahan keempat yaitu dari
model pendidikan yang demikian maka manusia yang dihasilkan pendidikan ini hanya
siap untuk memenuhi kebutuhan zaman dan bukannya bersikap kritis terhadap
zamannya.. Kualitas siswa masih rendah, pengajar kurang kreatif dan profesional, biaya
pendidikan yang mahal, bahkan aturan UU pendidikan kacau. Kurang kreatifnya para
pendidik dalam membimbing siswa serta kurikulum yang sentralistik membuat potret
pendidikan semakin buram.

Pembahasan :

1. Kualitas Pendidikan di Indonesia


Kualitas pendidikan diartikan sebagai kemampuan lembaga pendidikan dalam
mendayagunakan sumber-sumber pendidikan untuk meningkatkan kemampuan
belajar seoptimal mungkin. Berikut masalah pendidikan di Indonesia.
a. Memberantas Masalah Buta Aksara

Menurut Kemendiknas 2011 sebanyak 4,8% penduduk Indonesia masih


berada di bawah garis buta aksara, yaitu 8,5 juta jiwa. Masyarakat buta aksara
yang paling banyak adalah dari daerah terpinggir dan terbelakang. Solusi tepat
untuk mengatasi hal tersebut adalah melakukan pendekatan “Holistik Integratif”
kepada masyarakat daerah tertinggal dan terbelakang.
b. Meningkatkan Sarana dan Prasarana Sekolah
sarana dan prasarana yang memadai, sekolah akan kesulitan dalam hal
mewujudkan peserta didik yang terdidik, terlatih, terbimbing, berprestasi
dengan mampu bersaing dengan siswa sekolah lain yang unggul karena
didukung dengan sarana prasarana di dalamnya. Namun, Banyak sekolah
sekolah di desa plosok yang mana bangunannya kurang mendukung untuk
proses pembelajaran.
c. Guru Profesional Anti Kekerasan Sebagai Tenaga Pendidik
Masalah ketiga adalah kekerasan dalam dunia pendidikan. Guru sebagai
pengemban tugas terbesar tidak boleh menggunakan kekerasan baik fisik
maupun psikis dalam mendidik. guru harus mampu menjalankan profesinya
secara kompeten dan professional dalam mendidik yang salah satunya adalah
kesadaran diri bahwa pendidikan yang kondusif dan bermoral adalah pendidikan
yang jauh dari kekerasan. Selain guru, peran orang tua dalam membentuk
kepribadian anak juga tidak kalah pentingnya karena orang tua berfungsi
sebagai guru di luar sekolah

Sekolah adalah lokasi penting dimana para "Nation Builders" Indonesia


diharapkan dapat berjuang membawa negara bersaing di kancah global. Namun,
dunia pendidikan di Indonesia masih memiliki beberapa kendala yang berkaitan
dengan mutu pendidikan diantaranya adalah keterbatasan akses pada pendidikan,
jumlah guru yang belum merata, serta kualitas guru itu sendiri dinilai masih kurang.
Beberapa Penyebab rendahnya kualitas pendidikan.

a. Kurangnya efektifitas dalam penyelenggaraan pendidikan


b. Kurangnya efisiensi dalam pengajaran
c. Standarisasi yang kurang bermutu
d. Inovasi Pendidikan yang kurang berkembang

Ada dua faktor yang mempengaruhi kualitas pendidikan, khususnya di Indonesia

a. Faktor internal, meliputi jajaran dunia pendidikan baik Departemen Pendidikan


Nasional, Dinas Pendidikan daerah, dan juga sekolah yang berada di garis depan
b. Faktor Eksternal adalah masyarakat pada umumnya. Dimana masyarakat
merupakan ikon pendidikan dan merupakan tujuan dari adanya pendidikan yaitu
sebagai objek dari pendidikan

Banyak faktor-faktor yang menyebabkan kualitas pendidikan di Indonesia


semakin terpuruk. Faktor-faktor tersebut yaitu :

 Rendahnya Kualitas Sarana Fisik


 Rendahnya Kualitas Guru
 Rendahnya Kesejahteraan Guru
 Rendahnya Prestasi Siswa
 Kurangnya Pemerataan Kesempatan Pendidikan
 Rendahnya Relevansi Pendidikan dengan Kebutuhan
 Mahalnya Biaya Pendidikan
2. Ragam Problematika Pendidikan Indonesia
Dunia pendidikan kita masih menghadapi berbagai masalah internal yang cukup
mendasar dan bersifat kompleks. Rendahnya kualitas pada jenjang sekolah dasar
sangat penting untuk segera diatasi karena sangat berpengaruh terhadap pendidikan
selanjutnya.
 Masalah pemerataan pendidikan adalah persoalan bagaiman sistem pendidikan
dapat menyediakan kesempatan yang seluas-luasnya kepada seluruh warga
Negara
 Masalah mutu pendidikan terletak pada masalah pemprosesan pendidikan.
 Masalah Efisiensi Pendidikan adalah masalah pengelolaan pendidikan, terutama
dalam pemanfaatan dana dan sumber daya manusia.
 Masalah Relevansi Pendidikan Masalah relevansi pendidikan mencakup sejauh
mana sistem pendidikan dapat menghasilkan luaran yang sesuai dengan
kebutuhan pembangunan

Masalah-masalah makro yang merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi


berkembangnya masalah pendidikan yaitu :

 Perkembangan iptek dan seni.


 Laju pertumbuhan penduduk.
 Aspirasi masyarakat.
 Keterbelakangan budaya dan sarana kehidupan.
3. Solusi Pemecahan Problematika Pendidikan di Indonesia
a. Solusi Masalah Pemerataan Pendidikan Cara konvesional seperti Membangun
gedung sekola, Menggunakan gedung sekolah untuk double shift, sistem
pamong, SekolahDasarkecil pada daerah terpencil, Sistem guru kunjung, Sekolah
Menengah Tingkat Pertama terbuka, Kejar paket A dan b, Belajar jarak jauh,
seperti di universitas terbuka.
b. Solusi Masalah Mutu, Efisiensi dan Relevansi Pendidikan
 Seleksi yang lebih rasional terhadap masukan mentah khususnya untuk SLTA
dan PT.
 Pengembangan kemampuan tenaga kependidikan melalui studi lanjut.
 Penyempurnaan kurikulum
 Pengembangan prasarana yang menciptakan lingkungan yang tentram untuk
belajar
 Penyempurnaan sarana belajar seperti buku paket, media pembelajaran
 Peningkatan administrasi manajemen khususnya yang mengenai anggaran
 Kegiatan pengendalian mutu
c. Secara garus besar terdapat 2 solusi dari masalah-masalah
 Solusi sistemik, yakni solusi dengan mengubah sistem-sistem sosial yang
berkaitan dengan sistem pendidikan. Karena Indonesia masih menggunakan
sistem ekonomi kapitalisme.
 Solusi teknis, yakni solusi yang menyangkut hal-hal teknis yang berkait
langsung dengan pendidikan. Rendahnya kualitas guru, bisa di berikan
peningkatan kesejahteraan, membiayai guru melanjutkan ke jenjang
pendidikan yang lebih tinggi, dan memberikan berbagai pelatihan untuk
meningkatkan kualitas guru. Rendahnya prestasi siswa, meningkatkan
kualitas dan kuantitas materi pelajaran, meningkatkan alat-alat peraga dan
saranasarana pendidikan, dan sebagainya.
Hasil Analisis
a. Masalah pemerataan pendidikan adalah persoalan bagaiman sistem pendidikan dapat
menyediakan kesempatan yang seluas-luasnya kepada seluruh warga negara Indonesia.
Daerah yang memerlukan perhatian dalam masalah rendahnya pemerataan pendidikan
adalah daerah pelosok negeri atau terpencil. Selain akses dan distribusi yang sulit, akses
pendidikan pun sulit diselenggarakan di daerah-daerah tersebut, terutama daerah tertinggal.
Ketidakseimbangan pemerataan pendidikan ini terlihat jika dibandingkan dengan daerah di
pusat kota atau pemerintahan, dimana di tempat tersebut akses pendidikan cenderung merata.
Contohnya pemerataan pada pendidikan formal jenjang pra sekolah seperti play group dan
taman kanak-kanak karena pendidikan ini hanya banyak ditemukan di daerah perkotaan saja.

Hal ini pasti memiliki faktor seperti sebagian besar pendidikan masih fokus pada wilayah
perkotaan, splaygroup atau taman kanak-kanak tersedia namun belum memnuhi standar
kualifikasi yang baik, bahkan dengan kondisi sosial ekonomi masyarakat lebih banyak yang
kurang mampu pada segi finansial sehingga menyebabkan kurangnya kesadaran pendidikan
dari warga negara dan akses yang lambat karena keterbatasan teknologi.

Namun pemerinah sudah mengambil Langkah tentang hal ini dengan adanya peraturan
wajib belajar Sembilan tahun juga adanya bantuan berupa beasiswa, juga dana BOS. Bahkan
masyarakat yang tertinggal pendidikannya bisa mengikuti paket A dan paket B.

b. Masalah mutu pendidikan terletak pada masalah pemprosesan pendidikan.


Laporan UNESCO November 2007, menyebutkan peringkat Indonesia di bidang pendidikan
tuain dari 58 ke 62. Daiam peringkat 130 negara itu Maiaysia berada di urutan 56 dan korsel
ke-5. Rendahnya mutu pendidikan Indonesia juga tercermin pada kesulitan perubahaan
mencari tenaga kerja. Daya saing Indonesia menurut World Economic Forum 2007-2008
berada di level 54 dari 131 negara. Jauh di bawah peringkat daya saing sesame Negara
ASEAN, seperti Maiaysia yang berada di urutan ke-21 dan Singapura di urutan ke-7 hal ini
disebabkan oleh kualitas sumber daya manusia juga yang menjadi faktor penyebab
rendahnya daya saing di samping infrastruktur, birokrasi, lingkungan serta perangkat dan
penegakan hukum. Contoh dampak masalah mutu pendidikan
1. Masalah Buta Aksara
Menurut Kemendiknas 2011 sebanyak 4,8% penduduk Indonesia masih berada di
bawah garis buta aksara, yaitu 8,5 juta jiwa. Masyarakat buta aksara yang paling banyak
adalah dari daerah terpinggir dan terbelakang. Solusi tepat untuk mengatasi hal tersebut
adalah melakukan pendekatan “Holistik Integratif” kepada masyarakat daerah tertinggal
dan terbelakang.

2. Meningkatkan Sarana dan Prasarana Sekolah

Sarana dan prasarana yang memadai, sekolah akan kesulitan dalam hal
mewujudkan peserta didik yang terdidik, terlatih, terbimbing, berprestasi dengan mampu
bersaing dengan siswa sekolah lain yang unggul karena didukung dengan sarana
prasarana di dalamnya. Namun, Banyak sekolah sekolah di desa plosok yang mana
bangunannya kurang mendukung untuk proses pembelajaran.

c. Masalah Efisiensi Pendidikan adalah masalah pengelolaan pendidikan, terutama dalam


pemanfaatan dana dan sumber daya manusia.
1. Ketimpangan pendanaan pendidikan di daerah
Berdasarkan perimbangan keuangan antara Pusat dan Daerah, hanya sekitar 30 persen
dari sekitar 318 kabupaten/kota yang dapat menikmati proporsi DAU per-kapita yang
cukup lumayan, sehingga APBDnya dapat membiayai pendidikan di daerahnya dengan
baik. Tetapi sisanya, memperoleh pendapatan dari DAU yang terbatas sementara PADnya
kecil sehingga dana pendidikan yang dapat disediakan melalui APBD sangat terbatas,
bahkan sebagian hanya sekedar dapat untuk membiayai gaji guru.
Biaya operasional pendidikan sekolah negeri yang dapat diberikan oleh pemerintah hanya
sekitar 7% dari seluruh biaya rutin pendidikan, pada tingkat kabupaten/kota yang
DAUnya kecil prosentase itu bisa jauh lebih kecil, itulah penyebab orang tua masih harus
memberikan SPP ke sekolah.
d. Masalah Relevansi Pendidikan Masalah relevansi pendidikan mencakup sejauh mana sistem
pendidikan dapat menghasilkan luaran yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan

Bukti masalah relevansi pendidikan itu dapat disimak dari peringkat Human
Development Index (HDI) yang dipantau oleh UNDP yang menunjukkan kualitas pendidikan
di Indonesia dari tahun 1996 bearada pada eringkat 102 dari 174 negara, tahun 1999
peringkat 105 dari 174 negara, dan tahun 2000 peringkat 109 dari 174 negara dan dalam
prestasi belajar yang dipantau oleh IAEA (International Association for the Evaluation of
Educational Achievement) di bidang kemampuan membaca siswa SD, Indonesia berada pada
urutan ke-26 dari 27 negara; kemampuan matematika siswa SLTP berada di urutan 34 dari 38
negara; kemampuan bidang IPA siswa SLTP berada pada urutan ke 32 dari 38 negara (T.
Raka Joni, 2005).

https://media.neliti.com/media/publications/114279-ID-desentralisasi-dan-mahalnya-biaya-
pendid.pdf
https://media.neliti.com/media/publications/72335-ID-pengendalian-mutu-pendidikan-
konsep-dan.pdf

Anda mungkin juga menyukai