Pendahuluan :
Berdasarkan survei dari United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization
(UNESCO) Indonesia menempati peringkat terendah dengan kualitas guru dan
kemamuan baca yang tidak baik. Permasalah pertama, adalah lemahnya para guru dalam
menggali potensi anak karena guru sering memaksakan kehendak dan tidak menggali
potensi siswa. Permasalah kedua, adalah bahwa pendidikan di Indonesia menghasilkan
“manusia robot”. Karena pendidikan yang tidak seimbang antara kognitif dan juga prilaku
belajar afektif. Permasalahan ketiga adalah sistem pendidikan yang top-down (gaya
bank). Guru sebagai pemberi isi dan murid menghafal. Permasalahan keempat yaitu dari
model pendidikan yang demikian maka manusia yang dihasilkan pendidikan ini hanya
siap untuk memenuhi kebutuhan zaman dan bukannya bersikap kritis terhadap
zamannya.. Kualitas siswa masih rendah, pengajar kurang kreatif dan profesional, biaya
pendidikan yang mahal, bahkan aturan UU pendidikan kacau. Kurang kreatifnya para
pendidik dalam membimbing siswa serta kurikulum yang sentralistik membuat potret
pendidikan semakin buram.
Pembahasan :
Hal ini pasti memiliki faktor seperti sebagian besar pendidikan masih fokus pada wilayah
perkotaan, splaygroup atau taman kanak-kanak tersedia namun belum memnuhi standar
kualifikasi yang baik, bahkan dengan kondisi sosial ekonomi masyarakat lebih banyak yang
kurang mampu pada segi finansial sehingga menyebabkan kurangnya kesadaran pendidikan
dari warga negara dan akses yang lambat karena keterbatasan teknologi.
Namun pemerinah sudah mengambil Langkah tentang hal ini dengan adanya peraturan
wajib belajar Sembilan tahun juga adanya bantuan berupa beasiswa, juga dana BOS. Bahkan
masyarakat yang tertinggal pendidikannya bisa mengikuti paket A dan paket B.
Sarana dan prasarana yang memadai, sekolah akan kesulitan dalam hal
mewujudkan peserta didik yang terdidik, terlatih, terbimbing, berprestasi dengan mampu
bersaing dengan siswa sekolah lain yang unggul karena didukung dengan sarana
prasarana di dalamnya. Namun, Banyak sekolah sekolah di desa plosok yang mana
bangunannya kurang mendukung untuk proses pembelajaran.
Bukti masalah relevansi pendidikan itu dapat disimak dari peringkat Human
Development Index (HDI) yang dipantau oleh UNDP yang menunjukkan kualitas pendidikan
di Indonesia dari tahun 1996 bearada pada eringkat 102 dari 174 negara, tahun 1999
peringkat 105 dari 174 negara, dan tahun 2000 peringkat 109 dari 174 negara dan dalam
prestasi belajar yang dipantau oleh IAEA (International Association for the Evaluation of
Educational Achievement) di bidang kemampuan membaca siswa SD, Indonesia berada pada
urutan ke-26 dari 27 negara; kemampuan matematika siswa SLTP berada di urutan 34 dari 38
negara; kemampuan bidang IPA siswa SLTP berada pada urutan ke 32 dari 38 negara (T.
Raka Joni, 2005).
https://media.neliti.com/media/publications/114279-ID-desentralisasi-dan-mahalnya-biaya-
pendid.pdf
https://media.neliti.com/media/publications/72335-ID-pengendalian-mutu-pendidikan-
konsep-dan.pdf