Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PENGKONDISIAN BUDAYA
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliyah “ Manajemen Lintas Budaya”

Oleh :

Resna Apriliani Dewi

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI PRIMA GRAHA

FAKULTAS EKONOMI

TAHUN AKADEMIK 2019 / 2020


Kata Pengantar

Assalamu’alaikum Wr. Wb, puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “ Pengkondisian Budaya”. Shalawat beserta salam semoga tetap trcurahkan kepada
jungjungan kita nabi Muhammad SAW. Yang menjadi tauladan bagi kita semua.

Tugas makalah yang penulis buat untuk memenuhi syarat dalam penilaian mata
kuliah Manajemen Lintas Budaya.

Penulis juga berterima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan
makalah ini. Penulis berharap makalah kami ini dapat bermanfaat bagi pembaca guna
memahami Manajemen Lintas Budaya.

Semoga makalah ini dapat berguna bagi pembaca. Kurang lebihnya mohon maaf.
Wassalamualaikum Wr. Wb

Malingping, 10 November 2019

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.

Manajemen lintas budaya sendiri adalah Manajemen Lintas Budaya adalah ilmu yang
berusaha untuk memahami bagaimana budaya nasional mempengaruhi praktek manajemen,
mengidentifikasi persamaan dan perbedaan lintas budaya dalam praktek manajemen dan
berbagai konteks organisasi, serta meningkatkan efektivitas dalam manajemen global.

Manusia dalam kesehariannya tidak akan lepas dari kebudayaan, karena manusia
adalah pencipta dan pengguna kebudayaan itu sendiri. Manusia hidup karena adanya
kebudayaan, sementara itu kebudayaan akan terus hidup dan berkembang manakala manusia
mau melestarikan kebudayaan dan bukan merusaknya. Dengan demikian manusia dan
kebudayaan tidak dapat dipisahkan satu sama lain, karena dalam kehidupannya tidak
mungkin tidak berurusan dengan hasil-hasil kebudayaan, setiap hari manusia melihat dan
menggunakan kebudayaan.

Rasa saling menghormati dan menghargai akan tumbuh apabila antar sesama manusia
menjujung tinggi kebudayaan sebagai alat pemersatu kehidupan, alat komunikasi antar
sesama dan sebagai ciri khas suatu kelompok masyarakat. Kebudayaan berperan penting bagi
kehidupan manusia dan menjadi alat untuk bersosialisasi dengan manusia yang lain dan pada
akhirnya menjadi ciri khas suatu kelompok manusia. Manusia sebagai mahluk sosial
membutuhkan alat sebagai jembatan yang menghubungkan dengan manusia yang lain yaitu
kebudayaan.

B. Rumusan Masalah
a. Apakah Itu Budaya
b. Apakah Itu Gegar Budaya
c. Apa saja Pengelompokan Budaya

C. Tujuan Penulisan
a. Mengetahui definisi Budaya
b. Mengetahui apa Gegar Budaya
c. Mengetahui Pengelompokan Budaya
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………….i

DAFTAR ISI…………………………………………………………………..……....ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang………………………………………………………...…1
B. Rumusan Masalah…………………………………………………....1
C. Tujuan Penulisan………………………………………………….…...1

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Budaya…………………………………………………..…2
B. Gegar Budaya………………………………………………………..…...3
C. Pengelompokan Budaya………………………………….…..….11

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan…………………………………………………………....…12
B. Saran…………………………………………………………….……...…...12

DAFTAR PUSTAKA
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Budaya
Kata budaya dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai pikiran, akal
budi atau adat-istiadat. Secara tata bahasa, pengertian kebudayaan diturunkan dari kata
budaya yang cenderung menunjuk pada pola pikir manusia. Kebudayaan sendiri diartikan
sebagai segala hal yang berkaitan dengan akal atau pikiran manusia, sehingga dapat
menunjuk pada pola pikir, perilaku serta karya fisik sekelompok manusia.

Sedangkan definisi kebudayaan menurut Koentjaraningrat sebagaimana dikutip


Budiono K, menegaskan bahwa, “menurut antropologi, kebudayaan adalah seluruh sistem
gagasan dan rasa, tindakan, serta karya yang dihasilkan manusia dalam kehidupan
bermasyarakat, yang dijadikan miliknya dengan belajar”. Pengertian tersebut berarti
pewarisan budaya-budaya leluhur melalui proses pendidikan.
Pengertian Budaya Menurut Para Ahli
berikut ini adalah beberapa pendapat para ahli mengenai Pengertian budaya, adapun para
ahli tersebut diantaranya :

 R. Seokmono
Budaya merupakan hasil kerja atau hasil usaha manusia yang berupa benda maupun hasil
buah pemikiran manusia dimasa hidupnya.

 Koentjaraningrat
Budaya adalah suatu sistem gagasan dan rasa, suatu tindakan serta karya yang dihasilkan
oleh manusia didalam kehidupan yang bermasyarakat.

 Kluckhohn dan Kelly


Budaya ialah segala konsep hidup yang tercipta secara historis, baik itu yang implisit atau
yang eksplisit, irasional, rasional, yang terdapat di suatu waktu, yang menjadi acuan yang
potensial untuk tingkah laku manusia.

 E.B. Taylor
Budaya merupakan keseluruhan yang kompleks yang meliputi kepercayaan, kesusilaan,
seni, adat istiadat, hukum, kemampuan dan kebiasaan lainnya yang sering dipelajari oleh
masyarakat.

 Effat al-Syarqawi
Berdasarkan dari sudut pandang Agama Islam, Budaya merupakan khazanah sejarah
sekelompok masyarakat yang tercermin didalam kesaksian dan juga berbagai nilai yang
menggariskan bahwa suatu kehidupan harus memiliki makna dan tujuan rohaniah.
.

pengertian kebudayaan berbeda dengan pengertian di atas, yaitu:

Pengertian kebudayaan tersebut mengispirasi penulis untuk menyimpulkan bahwa akal


adalah sumber budaya, apapun yang menjadi sumber pikiran, masuk dalam lingkup
kebudayaan. Karena setiap manusia berakal, maka budaya identik dengan manusia dan
sekaligus membedakannya dengan makhluk hidup lain. Dengan akal manusia mampu
berfikir, yaitu kerja organ sistem syaraf manusia yang berpusat di otak, guna
memperoleh ide atau gagasan tentang sesuatu. Dari akal itulah muncul nilai-nilai budaya
yang membawa manusia kepada ketinggian peradaban.

Dengan demikian, budaya dan kebudayaan telah ada sejak manusia berpikir, berkreasi
dan berkarya sekaligus menunjukkan bagaimana pola berpikir dan interpretasi manusia
terhadap lingkungannya. Dalam kebudayaaan terdapat nilai-nilai yang dianut masyarakat
setempat dan hal itu memaksa manusia berperilaku sesuai budayanya. Antara
kebudayaan satu dengan yang lain terdapat perbedaan dalam menentukan nilai-nilai
hidup sebagai tradisi atau adat istiadat yang dihormati. Adat istiadat yang berbeda
tersebut, antara satu dengan lainnya tidak bisa dikatakan benar atau salah, karena
penilaiannya selalu terikat pada kebudayaan tertentu.
Manusia dan kebudayaan adalah dua hal yang saling berkaitan. Manusia dengan
kemampuan akalnya membentuk budaya, dan budaya dengan nilai-nilainya menjadi
landasan moral dalam kehidupan manusia. Seseorang yang berperilaku sesuai nilai-nilai
budaya, khususnya nilai etika dan moral, akan disebut sebagai manusia yang berbudaya.
Selanjutnya, perkembangan diri manusia juga tidak dapat lepas dari nilainilai budaya
yang berlaku.

A. Gegar Budaya

 Pengertian Gegar Budaya


Gegar budaya (culture shock) adalah suatu penyakit yang berhubungan dengan
pekerjaan atau jabatan yang diderita orang-orang yang secara tiba-tiba berpindah atau
dipindahkan ke suatu daerah tertentu. Sebagaimana kebanyakan penyakit lainnya, gegar
budaya juga mempunyai gejala-gejala dan pengobatan secara tersendiri.

Gegar budaya ditimbulkan oleh kecemasan yang disebabkan oleh kehilangan tanda-
tanda dan lambang-lambang dalam pergaulan sosial. Tanda-tanda tersebut meliputi seribu
satu cara yang kita lakukan dalam dalam mengendalikan diri sendiri dalam menghadapi
situasi sehari-hari: kapan berjabat tangan dan apa yang harus kita katakan bila bertemu
dengan orang, kapan bagaimana memberikan tip, bagaimana berbelanja, kapan menerima
dan menolak undangan, kapan membuat pernyataan-pernyataan dengan sengguh-sungguh
dan kapan sebaliknya. Petunjuk-petunjuk ini yang mungkin dalam bentuk kata-kata,
isyarat-isyarat, ekspresi wajah, kebiasan-kebiasaan, atau norma-norma, kita peroleh
sepanjang perjalanan hidup kita sejak kecil. Begitu pula aspek-aspek budaya kita lainnya,
seperti bahasa dan kepercayaan yang kita anut. Demi ketentraman hidup kita semua

Bila seseorang memasuki suatu budaya asing, semua atau hampir semua petunjuk itu
lenyap. Ia bagaikan ikan yang keluar dari air. Meskipun anda berpikiran luas dan beritikad
baik, anda akan kehilangan pegangan. Lalu anda akan mengalami frustasi dan kecemasan.
Biasanya orang-orang menghadapi frustasi dengan cara yang hampir sama. Pertama-tama
mereka menolak lingkungan yang menyebabkan ketidak nyamanan. (Mulyana &
Rahmat,2001;174)

Menurut Stewart (1974) Komunikasi antar budaya adalah komunikasi yang terjadi
dibawah suatu kondisi kebudayaan yang berbeda bahasa, norma-norma, adat istiadat dan
kebiasaan. Dalam menjalani proses komunikasi antar budaya pasti akan mengalami suatu
keterkejutan budaya yang berbeda dengan budaya kita. Menurut Dedi Mulyana dalam
buku komunikasi antar budaya mengatakan bahwa Gegar budaya ditimbulkan oleh
kecemasan yang disebabkan oleh kehilangan tanda-tanda dan lambang-lambang dalam
pergaulan sosial.

Budaya berkenaan dengan cara manusia hidup. Manusia belajar berpikir,


mempercayai dan mengusahakan apa yang patut menurut budayanya. Bahasa,
persahabatan, kebiasaan makan, praktik komunikasi, tindakan-tindakan sosial, kegiatan
ekonomi dan politik, dan tekhnologi. Semua itu berlandaskan pola-pola budaya . ada
orang-orang yang berbicara bahasa tagalog, memakan ular, menghindari minuman keras
yang terbuat dari anggur, menguburkan orang-orang yang mati, berbicara melalui telepon,
atau meluncurkan roket ke bulan, ini semua karena mereka telah dilahirkan atau sekurang-
kurangnya dibesarkan dalam suatu budaya yang mengandung unsur-unsur tersebut. Apa
yang orang-orang lakukan, bagaimana mereka bertindak, bagaimana mereka hidup dan
berkomunikasi, merupakan respons-respons terhadap dan fungsi-fungsi dari budaya
mereka.

Budaya adalah suatu konsep yang membangkitkan minat. Secara formal budaya
didefinisikan sebagai tatanan pengetahuan, pengalaman, kepercayaan diri, nilai, sikap,
hirarki, agama, waktu, peranan, hubungan ruang, makna, konsep alam semesta, objek-
objek materi dan milik yang diperoleh sekelompok besar orang dari generasi kegenerasi
melalui usaha individu dan kelompok. Budaya menampakkan diri dalam pola-pola bahasa
dan dalam bentuk-bentuk kegiatan dan perilaku yang berfungsi sebagai model-model bagi
tindakan-tindakan penyesuaian diri dan gaya komunikasi yang memungkinkan orang-
orang tinggal dalam suatu masyarakat disuatu lingkungan geografis tertentu pada suatu
tingkat perkembangan teknis tertentu dan pada suatu saat tertentu.

Budaya juga berkenaan dengan sifat-sifat dari objek-objek materi yang memainkan
peranan penting dalam kehidupan sehari-hari. Objek-objek seperti rumah, alat dan mesin
yang digunakan dalam industri dan pertanian, jenis-jenis transportasi, dan alat-alat perang,
menyediakan suatu landasan utama bagi kehidupan sosial. Budaya berkesinambungan dan
hadir dimana-mana, budaya meliputi semua peneguhan perilaku yang diterima selama
periode kehidupan. Budaya juga berkenaan dengan bentuk dan struktur fisik serta
lingkungan sosial yang mempengaruhi hidup kita. Sebagian besar pengaruh budaya
terhadap kehidupan kita tidak kita sadari. Mungkin suatu cara untuk memahami pengaruh
budaya adalah dengan membandingkan dengan komputer elektronik: kita memprogram
komputer agar melakukan sesuatu, budaya kita pun memprogram kita agar melakukan
sesuatu yang menjadikan kita apa adanya. Budaya kita secara pasti mempengaruhi kita
sejak dalam kandungan hingga mati-dan bahkan setelah matipun kita dikuburkan dengan
cara-cara yang sesuai dengan budaya kita.

Budaya dan komunikasi tidak dapat dipisahkan oleh karena budaya tidak hanya
menentukan siapa berbicara dengan siapa, tentang apa, dan bagaimana orang yang
menyandi pesan, maka yang ia miliki untuk pesan, dan kondisi-kondisi untuk mengirim,
memperhatikan dan menafsirkan pesan. Sebenarnya seluruh perbendaharaan perilaku kita
sangat bergantung pada budaya tempat kita dibesarkan. Konsekuensinya, budaya
merupakan landasan komunikasi, bila budaya beraneka ragam, maka beraneka ragam pula
praktik-praktik komunikasi.

 Faktor penyebab culture shock


Fenomena culture shock bersifat kontekstual dan dialami dengan berbeda-beda dari
generasi ke generasi berikutnya. Faktor yang mendorong bagaimana munculnya culture
shock juga akan sangat spesifik tergantung pada di daerah mana individu tersebut berasal,
di daerah mana individu berada, serta pada tahun atau masa seperti apa, akan sangat
bervariasi.

Ketakutan merupakan faktor terbesar yang mendorong timbulnya kecemasan ketika


individu mengetahui akan menempati tempat yang berbeda dalam jangka waktu yang tidak
singkat. Ketakutan ini akan menimbulkan sebuah kecemasan dan akan menjalar kepada
rasa percaya diri yang kurang. Dengan rasa percaya diri yang kurang tersebut individu
akan cenderung memperoleh hasil yang kurang maksimal dalam berinteraksi atau berusaha
menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya. Inilah yang kemudian harus segera diatasi
agar tidak menjadi berkelanjutan.

Menurut pendapat Parrillo (2008) yang diperoleh dari situs menyatakan ada beberapa
faktor yang mempengaruhi culture shock yaitu:

1) Faktor pergaulan

Pada faktor ini, individu cenderung mengalami ketakutan akan perbedaan pergaulan
disetiap tempat yang baru. Ketakutan ini menjadikan individu merasa canggung dalam
menghadapi situasi yang baru, tempat tinggal yang baru dan suasana yang baru. Akibat
ketidak pahaman mengenai pergaulan ini, individu juga akan merasa terasing dengan
orang-orang disekelilingnya yang dirasa baru baginya.

2) Faktor teknologi

Dewasa ini perkembangan teknologi semakin melaju pesat. Perkembangan teknologi


yang semakin mutakhir ini menyebabkan masyarakat harus selalu ingin berusaha untuk
mengikuti perkembangan teknologi agar mampu bersaing di dunia global. Teknologi juga
merupakan faktor penting dalam mempengaruhi timbulnya masalah culture shock.
Individu merasa takut tidak bisa mengikuti perkembangan teknologi di tempat tinggal
barunya sehingga individu cenderung akan merasakan ketakutan. Individu disini dituntut
untuk berpikir keras bagaimana caranya untuk dapat mengikuti perkembangan teknologi
serta mampu mengaplikasikannya dikehidupannya.

3) Faktor geografis

Faktor geografis identik dengan keadaan geografis di daerah tersebut. Faktor


geografis ini merupakan faktor lingkungan secara fisik, misalnya perbedaan cuaca,
perbedaan letak wilayah seperti daerah pantai dengan daerah pegunungan. Hal ini akan
menyebabkan individu tersebut mengalami gangguan kesehatan.

4) Faktor bahasa keseharian

Bahasa merupakan cerminan dari sebuah kebudayaan yang beradab. Bahasa tidak bisa
dianggap dengan sebelah mata dewasa ini. Individu yang mengalami kekagetan terhadap
budaya baru sering kali dihubungkan dengan faktor bahasa sebagai salah satu ketakutan
yang cukup besar ketika akan menetap ditempat yang baru. Tidak menguasai atau bahkan
tidak mengerti sama sekali bahasa merupakan suatu hal yang wajar yang menyebabkan
timbulnya culture shock.

5) Faktor ekonomi

Ketakutan terhadap biaya hidup yang berbeda yang memiliki kemungkinan lebih
tinggi merupakan salah satu faktor penyebab timbulnya culture shock. Ini merupakan hal
umum yang terjadi bahwa setiap daerah di negara Indonesia memiliki kemampuan
konsumsi yang berbeda-beda. Perbedaan inilah yang menyebabkan individu guncang
ketika dihadapkan pada permasalahan tempat tinggal yang baru. Individu harus mulai
berusaha, bersiap serta berwaspada mengantisipasi agar mampu bertahan hidup ditempat
tinggal yang baru.

6) Faktor adat istiadat

Faktor ini merujuk pada tradisi-tradisi yang biasa dilakukan oleh masyarakat di setiap
daerah yang notebene memiliki ciri khas kebudayaan yang berbeda satu sama lain. Untuk
itu individu harus mampu beradaptasi dengan adat istiadat di daerahnya yang baru. Namun
beradaptasi dengan adat istiadat yang baru bukanlah hal yang mudah bagi seorang
pendatang, maka individu cenderung mengalami kekagetan budaya terutama dalam hal
adat istiadat tersebut.

7) Faktor agama

Agama dianggap sebagai salah satu penghambat individu dalam usahanya


menyesuaikan di tempat tinggal yang baru. Individu mengalami ketakutan tersendiri
terhadap agama yang menjadi perbedaan yang sangat rentan dan tidak bisa disatukan
dengan mudahnya.

 Solusi Pemecahan Masalah Culture shock


Dari bebrapa faktor penyebab terjadinya culture shock, kelompok merumuskan solusi
untuk mengatasinya. Antara lain yaitu :

1. Faktor pergaulan
Individu harus belajar membiasakan diri beradaptasi dan berinteraksi dengan
lingkungan barunya, dengan pembiasaan ini akan menumbuhkan rasa percaya diri dari
individu tersebut dalam bersosialisasi dengan orang-orang dan lingkungan barunya
tersebut. Pergaulan yang baik akan membuat seseorang lebih mudah menjalani kehidupan
sosialnya.

2. Faktor teknologi
Dewasa ini teknologi semakin berkembang pesat dikalangan orang banyak, semakin
pesat teknologi berkembang maka orang-orang dituntut untuk semakin keras mempelajari
dan mengaplikasikan teknologi yang ada dalam kehidupannya. Seorang individu yang
berada di lingkungan baru baginya pasti akan merasakan perbedaan teknologi yang
berkembang di lingkungan tersebut, terlebih lagi apabila individu yang berasal dari daerah
pelosok kemudian datang ke daerah yang cukup pesat perkembangan teknologinya.

3. Faktor geografis
Karena faktor geografis ini berkaitan erat dengan kondisi fisik lingkungan maka hal
ini dapat diatasi dengan cara individu lebih menjaga kesehatan yang cenderung menurun
ketika individu tersebut tinggal di suatu tempat tinggal yang baru, yang tentunya jauh
berbeda dengan tempat tinggal semula. Pencegahan yang baik perlu dilakukan secara
terus menerus agar individu tetap berada di kondisi yang prima dalam menjalani aktifitas
sehari-hari.

4. Faktor bahasa keseharian


Untuk mengatasinya kelompok memberikan solusi diantaranya yaitu dengan
menumbuhkan kemauan belajar bahasa kepada setiap individu ketika tinggal ditempat
yang baru. Kemauan belajar bahasa tersebut bisa dilakukan dengan cara meminta bantuan
kepada teman yang memang berasal dari daerah tersebut untuk mengajarkan bahasa
keseharian di daerah tersebut.

5. Faktor ekonomi
Faktor ekonomi ini dapat diatasi dengan cara pengelolaan keuangan yang baik sesuai
dengan kebutuhan masing-masing individu, agar individu dapat menyesuaikan
pemasukan keuangan dengan pengeluarannya. Pada saat proses pendidikan alan lebih
baiknya individu juga melakukan program saving money, untuk mengatasi kebutuhan
tidak terduga.
6. Faktor adat istiadat
Pada dasarnya melekatnya kebudayaan terhadap seorang individu membutuhkan
proses dan waktu, semua tidak terjadi begitu saja. Solusi menurut kelompok adalah
individu harus lebih membuka dirinya terhadap adat istiadat, kebiasaan, tingkah laku
yang umumnya terjadi dimasyarakat. Dengan cara tersebut diharapkan individu dapat
lebih menghindari terjadinya culture shock/gegar budaya.

7. Faktor agama
Solusinya yaitu individu harus lebih meningkatkan sikap toleransinya antar umat
beragama.

 Masalah Penyesuaian Diri Dalam Lingkungan Budaya


Penyesuaian diri merupakan suatu proses dinamis yang bertujuan untuk mengubah
perilaku individu agar terjadi hubungan yang lebih sesuai antara diri individu dengan
lingkungannya. Atas dasar pengertian tersebut dapat diberikan batasan bahwa
kemampuan manusia sanggup untuk membuat hubungan-hubungan yang menyenangkan
antara manusia dengan lingkungannya.
 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Penyesuaian Diri.
Secara keseluruhan kepribadian mempunyai fungsi sebagai penentu primer terhadap
penyesuaian diri. Penentu berarti faktor yang mendukung, mempengaruhi, atau
menimbulkan efek pada proses penyesuaian diri. Penentu penyesuaian diri identik dengan
faktor-faktor yang mengatur perkembangan dan terbentuknya pribadi secara bertahap.
Penentu-penentu itu dapat dikelompokkan sebagai berikut:

a) Kondisi-kondisi fisik, termasuk didalamnya keturunan, konstitusi fisik,


susunan saraf, kelenjar, dan system otot, kesehatan, penyakit, dsb.
b) Perkembangan dan kematangan, khususnya kematangan intelektual, social,
moral, dan emosional.
c) Penentuan psikologis, termasuk didalamnya pengalaman, belajarnya,
pengkondisian, penentuan diri, frustasi, dan konflik.
d) Kondisi lingkungan, khususnya keluarga dan sekolah.
e) Penentuan cultural termasuk agama..
 Permasalahan-Permasalahan Penyesuaian Diri Remaja.
Contoh :
Penyesuaian diri remaja dengan kehidupan disekolah. Permasalahan penyesuaian diri
di sekolah mungkin akan timbul ketika remaja mulai memasuki jenjang sekolah yang
baru, baik sekolah lanjutan pertama maupun sekolah lanjutan atas. Mereka mungkin
mengalami permasalahan penyesuaian diri dengan guru- guru, teman, dan mata pelajaran.
Sebagai akibat antara lain adalah prestasi belajar menjadi menurun dibanding dengan
prestasi disekolah sebelumnya.

Persoalan-persoalan umum yang seringkali dihadapi remaja antara lain memilih


sekolah. Jika kita mengharapkan remaja mempunyai penyesuaian diri yang baik,
seyogyanya kita tidak mendikte mereka agar memilih jenis sekolah tertentu sesuai
keinginan kita. Orangtua / pendidik hendaknya mengarahkan pilihan sekolah sesuai
dengan kemampuan, bakat, dan sifat-sifat pribadinya. Tidak jarang terjadi anak tidak mau
sekolah, tidak mau belajar, suka membolos, dan sebagainya karena ia dipaksa oleh
orangtuanya untuk masuk sekolah yang tidak ia sukai.

Upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk memperlancar proses penyesuaian diri


remaja khususnya di sekolah adalah:

a. Menciptakan situasi sekolah yang dapat menimbulkan rasa “ betah” (at home) bagi
anak-anak didik , baik secara social , fisik maupun akademis.
b. Menciptakan suasana belajar mengajar yang menyenangkan bagi anak.
c. Usaha memahami anak didik secara menyeluruh, baik prestasi belajar, social ,
maupun seluruh aspek pribadinya.
d. Menggunakan metode dan alat mengajar yang menimbulkan gairah belajar.
e. Menggunakan prosedur evaluasi yang dapat memperbesar motivasi belajar.
f. Ruang kelas yang memenuhi syarat-syarat kesehatan.
g. Peraturan / tata tertib yamg jelas dan dapat dipahami oleh siswa.
h. Teladan dari para guru dalam segi pendidikan.
i. Kerja sama dan saling pengertian dari para guru dalam melaksanakan kegiatan
pendidikan di sekolah.
j. Pelaksanaan program bimbingan dan penyuluhan yang sebaik-baiknya.
k. Situasi kepemimpinan yang penuh saling pengertian dan tanggung jawab baik pada
murid maupun pada guru.
l. Hubungan yang baik dan penuh pengertian antara sekolah dengan orang tua siswa dan
masyarakat.
B. Pengelompokan Budaya

1. Bahasa
Bahasa merupakan suatu pengucapan yang indah dalam elemen kebudayaan dan
sekaligus sebagai alat perantara yang paling utama bagi manusia untuk meneruskan atau
mengadaptasikan kebudayaan.
Bentuk bahasa ada dua, yaitu bahasa lisan dan bahasa tulisan.
2. Sistem Pengetahuan
Sistem pengetahuan berkisar pada pengetahuan tentang kondisi alam sekelilingnya
dan sifat-sifat peralatan yang digunakannya. Sistem pengetahuan meliputi flora dan fauna,
ruang pengetahuan tentang alam sekitar, waktu, ruang dan bilangan, sifat-sifat dan
tingkah laku sesama manusia serta tubuh manusia.
3. Sistem Kemasyarakatan atau Organisasi Sosial
Organisasi sosial merupakan sekelompok masyarakat yang anggotanya merasa satu
dengan sesamanya. Sistem kemasyarakatan atau organisasi sosial meliputi kekerabatan,
asosiasi, sistem kenegaraan, sistem kesatuan hidup, dan perkumpulan.
4. Sistem Peralatan Hidup dan Teknologi
Yang dimaksud dengan teknologi adalah jumlah dari semua teknik yang dimiliki oleh
para anggota dalam suatu masyarakat yang meliputi cara bertindak dan berbuat dalam
mengelola dan mengumpulkan bahan-bahan mentah.
Kemudian bahan tersebut dijadikan sebagai alat kerja, penyimpanan, pakaian, perumahan,
alat transportasi, dan kebutuhan hidup lainnya yang berupa material.
Unsur teknologi yang sangat menonjol adalah kebudayaan fisik yang meliputi alat
produksi, senjata, wadah, makanan dan minuman, pakaian, perhiasan, tempat tinggal,
perumahan, dan alat-alat transportasi.
5. Sistem Mata Pencaharian Hidup
Sistem mata pencaharian hidup adalah segala usaha atau upaya manusia untuk
medapatkan barang atau jasa yang dibutuhkan.
Sistem mata pencaharian hidup atau sistem ekonomi meliputi berburu, mengumpulkan
makanan, bercocok tanam, perikanan, peternakan, dan perdagangan.
6. Sistem Religi
Sistem religi bisa diartikan sebagai sebuah sistem yang terpadu antara keyakinan dan
praktek keagamaan yang berhubungan dengan hal-hal yang suci dan tidak dapat
dijangkau oleh akal dan pikiran.
Sistem religi meliputi sistem kepercayaan, sistem nilai, pandangan hidup, komunikasi
keagamaan, dan upacara keagamaan.
7. Kesenian
Secara sederhana kesenian dapat diartikan sebagai segala hasrat manusia terhadap
keindahan atau estetika. Bentuk keindahan yang beraneka ragam itu muncul dari sebuah
permainan imajinatif dan kreatif.
Memandang konsep kebudayaan seperti ini membawa konsekuensi pada bentuk
pengelompokan sosial, di mana dalam perkembangan kemudian wilayah budayanya
selalu dikaitkan dengan pengelompokan etnik (suku-bangsa). Artinya, pemilik suatu
budaya akan ditentukan lewat wilayah yang diakui oleh orang luar sebagai wilayah
kelompok etniknya.

BAB lll
PENUTUP

A. Kesimpulan

Kebudayaan yang sekarang ada harus tetap dilestarikan, karena kebudayaan merupakan
suatu yang diwariskan oleh nenek moyang kepada kita, dan kebudayaan merupakan suatu
identitas suatu suku, provinsi dan dalam ruang lingkup yang besar merupakan sebuah
identitas suatu negara, maka dari itu kita perlu untuk mempelajari dan menambah
wawasan tentang kebudayaan yang ada di sekitar kita, dengan adanya kesadaran untuk
menambah wawasan budaya, maka akan memberikan manfaat yang besar bagi kita
semua. Kebudayaan yang ada di Kalimantan Barat sangat banyak salah satunya adalah
kebudayaan Tionghoa yang ada di Pontianak, dengan adanya kebudayaan Tionghoa di
Pontianak akan memberikan pengaruh yang luas bagi masyarakat sekitarnya. Setiap
kebudayaan pasti memiliki sebuah permasalahan oleh karena itu , kita harus tau cara
mengatasi permasalahan yang ada dalam sebuah kebudayaan.

B. Saran
1. Agar kita dapat menghargai kebudayaan-kebudayaan yang telah dirintis oleh
nenek moyang, karena kebudayaan menggambarkan identitas suatu suku,
bangsa, ataupun Negara.
2. Kita sebagai generasi penerus harus dapat melestarikan dan menjaga
keasliannya
3. Agar dapat menjaga kebudayaan itu agar tetap menjadi kebudayaan
Indonesia, karena kita sebagai generasi penerus kalau tidak dapat
melestarikan dan menjaganya ,karena dengan adanya kebudayaan tionghoa
kita dapat menambah asset kebudayaan Indonesia dan juga dapat menarik wisatawan
asing ke indonesia
DAFTAR PUSTAKA

1. Koentjaraningrat, tahun buku 1974, Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan, Jakarta :


PT Gramedia
2. DRS. DARMANTO JATMAN, tahun buku 1993, Sekitar Masalah Kebudayaan, Bandung :
Penerbit Alumni
3. Elly M.Setiadi, tahun buku 2006, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar edisi tiga, Jakarta :
Kencana Prenadamedia Group

Anda mungkin juga menyukai