Nim : 06071381924060
Mata Kuliah : Bimbingan Konseling Lintas Budaya
Dosen Pengampu : Dra. Harlina, M.Sc.
Sigit Dwi Sucipto, M.Pd.
TUGAS PERTEMUAN 2
“HAKIKAT BUDAYA DAN MULTIBUDAYA”
SOAL
JAWABAN
1. Hakikat Budaya
Secara etimologis, kata 'budaya' berasal dari bahasa Sanskerta, buddhayah,
bentuk jamak dari kata buddhi yang berarti akal atau budi. Dalam bahasa Inggris,
budaya disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau
mengerjakan, bisa juga diartikan mengolah tanah atau bertani. Dalam bahasa
Indonesia, kata culture kadang diterjemahkan menjadi "kultur" (Koentjaraningrat,
1986). Budaya merupakan suatu cara hidup yang terbentuk dari banyak unsur yang
rumit (agama, politik, adat istiadat, bahasa, seni, dll) dan berkembang pada sebuah
kelompok orang atau masyarakat. Budaya sering kali dianggap warisan dari generasi
ke generasi dan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang
cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis.
Ada pendapat yang membahas kata budaya sebagai suatu perkembangan dari
kata majemuk budidaya yang berarti budi yang diperdayakan. Budi yang merupakan
paduan akal dan perasaan untuk menimbang baik dan buruk, sedangkan daya adalah
kemampuan melakukan sesuatu atau kemampuan bertindak. Dengan demikian
budaya dapat diartikan hal-hal yang berkaitan dengan akal dan cara hidup manusia
yang selalu berubah dan berkembang dari waktu ke waktu.
Budaya atau yang disebut peradaban mengandung pengertian yang luas,
meliputi pemahaman suatu bangsa yang kompleks meliputi pengetahuan,
kepercayaan, seni, moral, hukum, adat istiadat (kebiasaan) dan pembawaan lainnya
yang diperoleh dari anggota masyarakat. Para ahli sudah banyak yang beragam
budaya. Dari hasil penyelidikan tersebut timbul dua pemikiran tentang munculnya
suatu budaya atau peradaban. Pertama, adanya hukum yang disebabkan oleh tindakan
besar yang menuju perbuatan yang sama dan yang disebabkan oleh yang sama. Kedua
anggapan bahwa tingkat budaya atau peradaban sebagai akibat tingkat perkembangan
dan hasil evaluasi masing-masing proses sejarahnya. Budaya diserap dari bahasa
Sansekerta buddhayah, yaitu bentuk jamak dari Buddhi yang berarti budi atau akal.
Kebudayaan dapat diartikan segala hal yang berhubungan dengan budi dan akal.
Secara global budaya yang salah satu atau beberapa hal memiliki nilai atau serupa
dengan satu wilayah budaya.
Beberapa pengertian budaya yang berbeda dengan pengertian di atas, yaitu:
A. Budaya adalah cara berfikir dan cara merasa yang menyatakan diri dalam
seluruh segi kehidupan sekelompok manusia yang membentuk kesatuan sosial
(masyarakat) dalam suatu ruang dan waktu.
B. Budaya adalah sesuatu hal secara keseluruhan yang mencangkup pengetahuan,
seni, moral, hukum, adat serta kemampuan lainnya yang diperoleh manusia
sebagai anggota masyarakat.
C. Budaya merupakan hasil karya, rasa dan cipta masyarakat. Karya yaitu
masyarakat yang menghasilkan tekhnologi dan kebudayaan kebendaan yang
terabadikan pada keperluan masyarakat. Rasa yang meliputi jiwa manusia yaitu
yang sangat tinggi di mana aturan-aturan terwujud oleh kaidah-kaidah dan nilai-
nilai sehingga dengan rasa itu, manusia mengerti tidak sendiri, bisa menilai diri
dari segala keadannya.
D. This kata culture yang merupakan kata asing yang sama artinya dengan budaya
berasal dari kata latin colere yang berarti mengolah, mengerjakan, terutama
mengolah tanah atau bertani. Dari arti ini mengembangkan arti budaya sebagai
segala daya upaya serta tindakan manusia untuk mengolah tanah dan mengubah
alam.
2. Hakikat Multibudaya
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang, dimiliki dan dipegang teguh
dalam sebuah kelompok lingkungan dan diwariskan dari masa ke masa, generasi ke
generasi. Menurut Kamus besar bahasa indonesia kata „budaya‟ utamanya
didefinisikan sebagai akal budi, hal ini mengacu pada serapan yang diambil dari
bahasa sansekerta „buddayah‟, yang merupakan bentuk jamak dari „buddhi‟, yang
berarti akal. Dengan demikian, kebudayaan berarti hal-hal yang berkaitan dengan
akal. Selanjutnya KBBI mendefinisikan budaya sebagai sesuatu yang sudah menjadi
kebiasaan dan sukar diubah, dengan demikian jelas bahwa sesuatu yang disebut
sebagai suatu hal yang sudah mengakar pada masyarakatnya yang nilai-nilainya sulit
diubah.
Budaya memiliki dimensi yang luas dan kompleks (Yuliarmi, N. N. 2011;
Rahim, M., Tahir, M., & Rumbia, W. A. 2014; Mohammad Adib, D., & Bambang
Nugrohadi, D. 1992) yang berhubungan dengan segala hasil daya kreasi manusia.
Oleh karena itu, sukar untuk merumuskan pengertian budaya yang dapat melingkupi
semua aspek budaya. Kuncaraningrat (dalam Ismael, 2004) mengatakan bahwa
kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta, yaitu budhayah, yaitu bentuk jamak dari
kata buddhi yang berarti budi atau akal. Budaya juga dipandang sebagai seperangkat
nilai, keyakinan, harapan, dan karakteristik tingkah laku dari suatu kelompok yang
menyediakan anggota dengan norma, perencanaan, dan aturan untuk hidup sosial
(Elliot, 1996; Glading, dalam Erfort, 2004).
Budaya dalam arti sempit atau khusus meliputi ras dan etnik (Sperry, 2007), dan
dalam arti luas meliputi ras atau etnik, gender, usia, status ekonomi, nasionalitas,
orientasi seksual, dan religion, dan spritualitas. Dalam bahasa Indonesia kata budaya
dan kultur memiliki arti yang sama, maka dalam makalah ini kedua kata akan
digunakan secara bergantian. Budaya yang berkembang dalam masyarakat akan
membentuk cara berpikir, berperilaku dalam menjalani kehidupan. Budaya dapat
dipahami sebagai cara hidup seseorang atau sekelompok orang (McLoid, 2006).
Kasadaran budaya harus dikembangkan di sekolah supaya anak menunjukkan respek
terhadap budaya mereka sendiri, dan respek terhadap budaya orang lain.
Jika merujuk pada hakekat multibudaya, sebelum individu dilahirkan, pola
berpikir dan berperilaku (budaya) yang telah disiapkan untuk membimbing ide
mempengaruhi pemikiran dan keputusan yang diambilnya sekaligus mengontrol
setiap bagian kehidupannya. Seiring waktu berlalu, individu dihadapkan pada
kenyataan bahwa banyak ragam pola berpikir dan bertindak budaya hingga pada
akhimya dalam diri individu muncul keyakinan bahwa pola pikir dan pola tindaknya
yang terbaik diantara beragam budaya yang lain. Sekalipun individu menyadari
bahwa ada kebiasaan atau bagian dari budayanya tidak lebih unggul dari budaya
lainnya, namun tantangan perubahan sosial tidak serta merta mampu mengubah
kebiasaan yang dibawa sejak lahir dengan budaya baru yang dipandang lebih baik.
Dengan demikian budaya melahirkan komitmen bahkan fanatisme. Perbedaan
budaya tidak jarang memicu perselisihan hingga pertikaian antar kelompok budaya.
Karena itulah maka perspektif multibudaya diperlukan.
Konsep multibudaya (multicultural) berakar dari konsep budaya (cultural). Kata
ini sepadan dengan istilah diversity (keragaman). Dari sinilah tergambar bahwa
multibudaya merupakan pertemuan dan perpaduan berbagam budaya. Secara
sederhana multikultural dapat dipahami sebagai keragaman budaya dalam satu
komunitas. Di dalamnya terdapat interaksi, toleransi, dan bahkan integrasi-
desintegrasi. Konsep masyarakat multibudaya diperkenalkan untuk membedakannya
dengan masyarakat monobudaya (monoculture). Masyarakat monobudaya terdiri atas
masyarakat asli (archais) yang belum berakulturasi dengan masyarakat dengan
budaya berbeda Sedangkan masyarakat multibudaya adalah masyarakat yang terdiri
atas etnis dan kebudayaan yang beranekaragam namun hidup berdampingan.
Kehidupan komunitas mereka tidak diatur oleh sistem budaya tunggal dan tertutup,
melainkan terdiri atas sistem nilai yang beragam.
Pengertian masyarakat multibudaya diperkenalkan pertama kali tahun 1964 di
Winnipeg/ Manitoba Kanada oleh sosiolog Charles Hobart pada Konferensi Dewan
Kanada tentang Kristen danYesus. Pengertian itu merujuk pada suatu fenomena
migrasi multietnis dan masyarakat dengan lingkup ruang yang besar, Meskipun
konsep masyarakat multibudaya masih problematik, secara umum masyarakat multi
budaya dinyatakan sebagai sebuah kumpulan beraneka ragam masyarakat yang
memiliki kebudayaan yang eksis satu sama lain di atas suatu wilayah. Misalnya
Hoffinan-Nowotny menekankan dalam suatu masyarakat multibudaya terdapat dua
atau lebih kelompok masyarakat yang terpisah dari kelompok mayoritas. Sekalipun
demikian, di antara mereka lahir kesadaran akan perasaan kebersamaan dan identitas
menyeluruh kehidupan bersama untuk membentuk perasaan bersama akan
ketentraman dan keamanan, Adam, 2007 (dalam Muslihati 2013).
Dapat disimpulkan, Multibudaya dalam masyarakat terdiri dari masyarakat
multikultur yang mencakup berbagai macam perspektif budaya yang berbeda.
Multikultural sebagai kesadaran merupakan suatu pendekatan yang didasarkan pada
keyakinan bahwa budaya merupakan salah satu kekuatan yang dapat menjelaskan
perilaku manusia. Budaya memiliki peranan yang sangat besar di dalam menentukan
arah kerjasama maupun konflik antar sesama manusia.
4. Aspek-Aspek Budaya
Jika dilihat dari aspek-aspek budaya, baik dari diri saya pribadi, keluarga
maupunlingkungan yang saya pahami antara lain sebagai berikut:
A. Bahasa
Pengaruh budaya bagi perilaku manusia sekitarnya akan terasa pada bahasa
sehari– hari. Bahasa digunakan untuk berkomunikasi antar manusia satu dengan
yang lain, apabila dan satu lingkungan memiliki bahasa keseharian, otomatis
siapapun pendatang mau tidak mau bisa memahami bahasa tersebut.
Contohnya: Pada saat saya mulai bersekolah di kabupaten, bahasa yang
digunakan disana berbeda dengan bahasa yang saya gunakan sehari-hari
dikampung. Otomatis pendatang dari kampung seperti saya harus belajar bahasa
keseharian mereka dilingkungan agar bisa berkomunikasi dengan baik.
Orang yang berasal suku Jawa, Bali, dan Madura yang berada dalam satu
organisasi yang sama. Mereka tidak mempermasalahkan latar belakang suku
yang dimiliki karena memiliki tujuan bersama untuk dicapai dalam organisasi
tersebut.
Lembaga agama yang menaungi beberapa ragam agama dan memiliki struktur
yang berbeda-beda. Lembaga agama tidak saling melengkapi karena adanya
perbedaan karakrteristik dari masyarakat yang berbeda pula.
Seorang wanita yang tidak diperbolehkan menggunakan jilbab saat bekerja di
suatu kantor swasta yang dinilai akan mengurangi nilai penampilan.
Mengadakan kegiatan gotong royong disetiap hari Minggu untuk menjaga
kebersihan serta kelestarian lingkungan.
Menghadiri undangan saat teman yang berbeda agama merayakan hari raya.
Tidak menyinggung ciri khas dari ras yang dimiliki oleh teman. Contohnya
adalah menyebutnya sebagai “orang negro” karena memiliki warna kulit hitam
atau menyebutnya dengan sebutan “cina” karena memiliki mata yang sipit.
Menyadari akan keberagaman budaya miliki bangsa lain dengan tetap
mempertahankan budaya sendiri sebagai identitas nasional.