PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM
(PAI)
Disusun Oleh :
A. Menggali Sumber Psikologi, Sosiologi, Filosofis dan Theologis Tentang Konsep Ketuhanan
Tuhan dalam Bahasa Indonesia merupakan terjemahan dari kata lord dalam bahasa Ingris, segnor
dalam bahasa Latin, senhor dari bahasa Portugis, dan maulaya/sayyidi dalam bahasa Arab. Semua kata di
atas menyaran pada makna “tuan”. Kata Tuhan berasal dari kata “tuan” yang mengalami gejala bahsa
paramasuai sehingga diberi bunyi “h” seperti empas menjadi hempas, embus menajdi hembus.
B. Esensi dan Urgensi Visi Ilahi Untuk Membangun Dunia yang Damai
Dalam prespektif tasawuf kejatuhan manusia membuat Ia semakin jauh dari Tuhan. Ketika manusia semakin jauh dari
Tuhan maka ia semakin jauh dari kebenaran dan kebaikan Tuhan. Manusia adalah makhluk yang mneyimpan kotradiksi di
dalam dirinya. Di satu sisi manusia adalah makhluk spiritual yang mengadung kebajikan, disisi lain adalah makhluk material
yang cenderung kepada keburukan. Dalam kahzanah Islam ada tipologi jiwa manusia: 1) jiwa yang selalu tergerak
melakukan keburukan (an-nafs al-amarah bi as-su‟), 2) jiwa yang selalu tergerak pada mencela diri (an-nafs al-lawwamah),
3) Jiwa yang tenag (an-nafs al-mutma‟innah).
KONSEP TENTANG ETIKA, MORAL, DAN
AKHLAK
Pengertian Etika, Moral Dan Akhlak Serta Karakteristik Etika Islam
Sedangkan Akhlak adalah ajaran yang berbicara tentang baik dan ukurannya adalah wahyu Allah yang
universal. Menurut Ibnu Miskawaih, akhlak adalah keadaan jiwa seseorang untuk mendorongnya untuk melakukan
perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan pikiran terlebih dahulu. Sedangkan al-Ghazali berpendapat
bahwa akhlak adalah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang timbul akibat perbuatan-perbuatan dengan mudah
tanpa memerlukan pertimbangan pikiran.
B. Karaktersitik Etika Islam
Adapun cakupan dari etika dalam Islam adalah sebagai berikut:
1. Etika Islam mengajarkan dan menuntun manusia kepada ting-kah laku yang baik dan menjauhkan
2. Etika Islam menetapkan bahwa yang menjadi sumber moral, ukuran baik buruknya perbuatan,
didasarkan kepada ajaran Allah Swt. (Alquran) dan ajaran Rasul-Nya (sunah).
3. Etika Islam bersifat universal dan komprehensif, dapat diterima oleh seluruh umat manusia di
4. Dengan ajaran-ajarannya yang praktis dan tepat, cocok dengan fitrah (naluri) dan akal pikiran
manusia (manusiawi), maka etika Islam dapat dijadikan pedoman oleh seluruh manusia
5. Etika Islam mengatur dan mengarahkan fithrah manusia ke jenjang akhlak yang luhur dan
meluruskan perbuatan manusia di bawah pancaran sinar petunjuk Allah Swt. menuju keridaan-Nya.
Indikator Manusia Berakhlak Dan Aktualisasinya Dalam Kehidupan
Demokrasi dalam Islam dianggap sebagai sistem yang Demokratis dalam kerangka konseptual Islam, banyak perhatian
diberikan pada beberapa aspek dalam konsep-konsep Islam yang sudah lama berakar, yaitu musyawarah (syura), persetujuan (ijma‟),
dan penilaian interpretative yang mandiri (ijtihad). Perlunya musyawarah merupakan konsekuensi politik kekhalifahan manusia.
Masalah musyawarah ini dengan jelas di sebutkan dalam Al-Qur‟an surat 42: 28, yang isinya berupa perintah kepada para pemimpin
dalam kedudukan apa pun untuk menyelesaikan urusan mereka yang dipimpinnya dengan cara bermusyawarah. Dengan demikian,
tidak akan terjadi kesewenag-wenangan dari seorang pemimpin kepada rakyat yang di pimpinnya.
B. Kontribusi Politik Umat Islam
Islam sebagai sebuah agama yang mencakup persoalan spiritual dan politik telah memberikan kontribusi yang cukup
signifikan terhadap kehidupan politik di Indonesia. Pertama ditandai dengan munculnya partai-partai yang berasaskan Islam serta
partai nasionalis yang berbasis umat Islam. Kedua ditandai dengan sikap pro aktifnya tokoh-tokoh politik Islam terhadap keutuhan
negara kesatuan Republik Indonesia, sejak proses kemerdekaan, masa-masa mempertahankan kemerdekaan, masa pembangunan
hingga masa reformasi.
Sistem Politik Dalam Islam
A. Konsep Politik dalam Islam
Umat Islam berbeda pendapat tentang kedudukan politik dalam syariat Islam. Pendapat pertama menyatakan bahwa Islam
adalah suatu agama yang serba lengkap. Didalamnya terdapat antara lain sistem ketatanegaraan atau politik. Dalam bahasa lain,
sistem politik atau disebut juga fiqih siyasah merupakan bagian integral dalam ajaran Islam. Lebih jauh kelompok ini
berpendapat bahwa sistem ketatanegaraan yang harus diteladani adalah sistem yang telah dilaksanakan oleh Nabi Muhammad
SAW dan oleh para Khulafa‟ Al-Rasyidin yaitusistem khilafah.
Kedua, kelompok yang berpendirian bahwa Islam adalah agama dalam pengertian Barat. Artinya agama tidak ada
hubungannya dengan urusan kenegaraan. Menurut aliran ini Nabi Muhammad hanyalah seorang Rasul, seperti rasul-rasul yang
lain bertugas menyampaikan risalah Tuhan kepada segenap alam. Nabi tidak bertugas untuk mendirikan atau memimpin suatu
negara. Aliran ketiga menolak bahwa Islam adalah agama yang serba lengkap yang terdapat didalamnya segala sistem kehidupan
termasuk sistem ketatanegaraan, tetapi juga menolak pendapat bahwa Islam sebagaimana pendapat Barat yang hanya mengatur
hubungan manusia dengan Tuhan. Aliran ini berpendirian bahwa dalam Islam tidak terdapat sistem ketatanegaraan, tetapi
terdapat seperangkat tata nilai etika bagi kehidupan bernegara.
B. Sistem Pemerintahan dalam Islam
Menurut Harun Nasution, khilafah (pemerintahan) yang timbul sesudah wafatnya Nabi Muhammad, tidak
mempunyai bentuk kerajaan, tetapi lebih kepada model republik. Sebagaimana telah diketahui bahwa khalifah
pertama adalah Abu Bakar dan beliau tidak mempunyai hubungan darah dengan Nabi Muhammad. Khalifah
kedua, Umar bin Khattab juga tidak mempunyai hubungan darah dengan Abu Bakar, demikian pula khalifah
ketiga Ustman bin Affan dan khalifah keempat Ali bin Abi Thalib, satu sama lain tidak mempunyai hubungan
darah. Mereka adalah sahabat Nabi dan dengan demikian hubungan mereka sesama mereka merupakan
hubungan persahabatan.
Allah adalah penguasa yang absolut bagi alam semesta dan merupakan pokok wewenang bagi negara.
Melalui surat amanat, wewenang itu didelegasikan kepada manusia sebagai khalifah Allah di muka bumi.
Lembaga khilafat itu berdasarkan wahyu, yakni pernyataan-pernyataan al-Quran untuk pegangan khalifah
Allah, bukan semata-mata berdasarkan akal. Khalifah dicalonkan dan dipilih oleh para pemuka masyarakat,
yakni ahl al-halli wa al-aqdi. Khalifah mesti mengikuti suri tauladan khalifah yang sebelumnya. Pemilihan atau
penunjukkan seorang khalifah mesti diikuti oleh bai‟at dari masyarakat.
C. Nilai dasar dalam Politik Islam
Nilai-nilai dasar tersebut adalah :
1. Kemestian mewujudkan persatuan dan kesatuan umat sebagaimana tercantum dalam al-Quran surat al-Mukminun
ayat 52. “Sesungguhnya umat kamu ini umat yang satu, dan Aku Tuhan kamu, bertakwalah kamu kepada-Ku”.
2. Kemestian bermusyawarah dalam menyelesaikan masalah masalah ijtihadiyyah Q.S Syuro 38, Q.S. Ali Imron:
159. a) Urusan mereka diputuskan dengan musyawarah diantara mereka. b) Dan bermusyawarahlah dengan mereka
dalam urusan itu. Dalam kata al-Amr (urusan) tercakup urusan ekonomi, politik, sosial, budaya dan sebagainya.
3. Keharusan menunaikan amanat dan menetapkan hukum secara adil (Q.S Al-Nisa:58) “Sesungguhnya Allah
menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan menyuruh kamu apabila
taatilah Allah dan Rasul-Nya, dan orang-orang yang memegang kekuasaan di antara kamu” (Q.S AlNisa: 58).
5. Keniscayaan mendamaikan konflik antar kelompok dalam masyarakat Islam: “Dan jika ada dua golongan dari
A. Pengertian Taubat
Secara terminologi islam arti taubat adalah meninggalkan maksiat dalam
segala hal, menyesali dosa yang pernah di perbuat dan tidak mengulanginya
kembali. Dalam bahasa indonesia taubat disebut dengan tobat. Sedangkan dalam
kamus besar bahasa indonesia diartikan dengan sadar dan menyesal akan
dosanya dan berniat untuk memperbaiki perilaku yang dilakukannya. Diartikan
juga kembali kepada agama dan jalan yang benar.
B. Syarat-Syarat Taubat
Ada syarat-syarat tertentu yang harus dipenuhi bagi seseorang yang hendak bertaubat
pada Allah Ta‟ala, di antara syarat-syarat itu adalah sebagai berikut:
Islam. Jika ada orang kafir yang ingin bertaubat, maka hendaklah ia masuk islam terlebih
dahulu. Karna Allah tidak akanmenerima taubat seseorang yang masih dalam kekafiran.
Ikhlas. Hanya taubat yang didasari keikhlasanlah yang di terima Allah Ta‟ala, Taubat
yangdikarenakan riya` atau tujuan duniawi, tidak dikatakan sebagai taubat dan tidak akan
diterima taubatnya.
Penuh Penyesalan. Dengan penyesalanyang begitu mendalam, karena dosa yang telah
Didalam buku “Memuliakan Diri Dengan Taubat” karya Ibnu Tamiyah taubat dibagi menjadi
dua:
1. Wajib. Taubat yang wajib adalah bertaubat dari meninggalkan perintah atau mengerjakan
larangan Allah. Taubat jenis ini wajib dilakukan bagi semua orang mukalaf, sebagaimana yang
telah disabdakan Allah dalam kitabnya, dan melalui lisan para utusannya.
2. Sunnah. Taubat sunnah adalah taubat yang dilakukan karena meninggalkan perkara-perkara
yang di anjurkan (sunnah) atau mengerjakan perkara-perkara yang makruh. Barang siapa yang
melakukan taubat jenis pertama, maka ia termasuk di antara orang-orang yang baik. Dan barang
siapa yang melakukan kedua jenis taubat tadi, maka dia adalah termasuk bagian dari orang-orang
yang masuk surganya di dahulukan dan dekat dengan Allah Ta‟ala.
D. Manfaat Dan Hikmah Taubat
Adapaun manfat-manfaat taubat yang lain karena segala sesuatuyang di syariatkanAllah dan Rasulnya pasti mengandung banyak
berputus asa dari mengharap rahmat dan ampunan-Nya. Dia berkenan untuk menjadikan taubat sebagai „alat barter‟ untuk mengganti
akan terkumpul banyak noda, dan taubat itulah yang mampu mensucikannya. Orang yang bertaubat dengan sebenar-benarnya , niscaya
benarnya, maka hatinya akan menjadi tenang. Itulah salah satu alasan mengapaAllah memerintahkan kita untuk segera melakukan
Menurut Hamka, Islam mengajarkan pada manusia empat jalan untuk menuju kebahagiaan. Pertama, harus ada i‟tiqad, yaitu motivasi yang benar-benar berasal dari
dirinya sendiri. Kedua, yaqin, yaitukeyakinan yang kuat akan sesuatu yang sedang dikerjakannya. Ketiga, iman, yaitu yang lebih tinggi dari sekedar keyakinan, sehingga
dibuktikan oleh lisan dan perbuatan. Tahap terakhir adalah ad-diin, yaitu penyerahan diri secara total kepada Allah, penghambaan diri yang sempurna.
Naquib Al Attas
Prof. Syed Muhammad Naquib Al-Attas mendefinisikan kebahagiaan (sa‟adah/happiness) dalam Ma‟na Kebahagiaan dan Pengalamannya dalam Islam sebagai
berikut: ”Kesejahteraan” dan ”kebahagiaan” itu bukan dianya merujuk kepada sifat badani dan jasmani insan, bukan kepada diri hayawani sifat basyari; dan bukan pula dia
suatu keadaan akal-fikri insan yang hanya dapat dinikmati dalam alam fikiran dan nazar-akali belaka. Kesejahteraan dan kebahagiaan itu merujuk kepada keyakinan diri akan
Hakikat Terakhir yang Mutlak yang dicari-cari itu – yakni: keadaan diri yang yakin akan Hak Ta‟ala – dan penuaian amalan yang dikerjakan oleh diri itu berdasarkan
Jadi, kebahagiaan adalah kondisi hati, yang dipenuhi dengan keyakinan (iman), dan berperilaku sesuai dengan keyakinannya itu.
Imam Ghozali
Menurut Ghazali kebahagiaan atau sa‟adah adalah ketika seseorang mencintai dan mentaati Allah SWT dengan taqwa. Sehingga meskipun di dunia kebahagiaan itu
sendiri sebenarnya sudah bisa didapatkan dengan mengenal Allah dan mentaati perintahnya, bahagia bukan merupakan hal yang temporal nan kondisional sebagaimana yang
tercantum dalam kamus The Oxford English Dictionary (1963) mendefinisikan bahagia (”happiness”) sebagai: ”Good fortune or luck in life or in particular affair; success,
prosperity.”
B. Konsep Muhasabah
Muhasabah berasal dari kata hasyib yahsabu hisab, yang artinya perhitungan.
Sedangkan pengertian muhasabah yakni upaya dalam melakukan introspeksi dan evaluasi
terhadap diri sendiri dalam melihat aspek kebaikan dan keburukan. Dalam Islam, muhasabah
ini bertujuan untuk memperbaiki hubungan kepada Allah (habluminallah), hubungan kepada
sesama manusia (habluminannas), serta hubungan dengan diri sendiri (habluminannafsi).
Ada banyak cara melakukan muhasabah diri, misalkan saja sebagai berikut:
Mengavaluasi soal niat, amalan, dan dosa-dosa.
menjalankan ajaran islam, dan meraih kedekatan dengan Allah dan kebahagiaanabadi.
4. Muhasabah dapat membuka pintu menuju ketenangan dan kedamaian spiritual, dan juga
menyebabkan seseorang takut kepada Allah dan siksaan-Nya. Muhasabah juga dapat
membangkitkan kedamaian dan ketakutan didalam hati manusia.
Macam-macam Muhasabah
1. Jenis yang pertama: Sebelum beramal, yaitu dengan berfikir sejenak ketika
hendak berbuat sesuatu, dan jangan langsung mengerjakan sampai nyata baginya
kemaslahatan untuk melakukan atau tidaknya. Al-Hasan berkata: “Semoga Allah
merahmati seorang hamba yang berdiam sejenak ketika terdetik dalam fikirannya
suatu hal, jika itu adalah amalan ketaatan pada Allah, maka ia melakukannya,
sebaliknya jika bukan, maka ia tinggalkan”.
A. Menelusuri Konsep dan Karakteristik Paradigma Qurani untuk Menghadapi Kehidupan Modern
Secara etimologis kata paradigma dari bahasa Yunani yang asal katanya adalah para dan digma.
Para mengandung arti “di samping‟, ”di sebelah‟, dan “keadaan lingkungan‟. Digma berarti “sudut
pandang‟, ”teladan‟, ”arketif; dan “ideal‟. Dapat dikatakan bah-wa paradigma adalah cara pandang,
cara berpikir, cara berpikir tentang suatu realitas. Adapun secara terminologis paradigma adalah cara
berpikir berdasarkan pandangan yang menyeluruh dan konseptual terhadap suatu realitas atau suatu
permasalahan dengan menggunakan teori-teori ilmiah yang sudah baku, eksperimen, dan metode
keilmuan yang bisa dipercaya. Dengan demikian, paradigma Qurani adalah cara pandang dan cara
berpikir tentang suatu realitas atau suatu permasalahan berdasarkan Al-Quran.
B. Menanyakan Alasan, “Mengapa Paradigma Qurani sangat Penting bagi Kehidupan Modern?”
Al-Quran bagi umat Islam adalah sumber primer dalam segala segi kehidupan. Al-Quran adalah sumber ajaran
teologi, hukum, mistisisme, pemikiran, pembaharuan, pendidikan, akhlak dan aspek- aspek lainnya. Tolok ukur benar /
salah, baik / buruk, dan indah / jelek adalah Al-Quran. Jika mencari sumber lain dalam menentukan benar / salah, baik /
buruk, dan indah / jelek, maka seseorang diangap tidak konsisten dalam berislam, suatu sikap hipokrit yang dalam
Untuk apa Al-Quran diturunkan? Apa tujuan Al-Quran diturunkan? Yusuf al-Qardhawi menjelaskan bahwa tujuan
3. mengarahkan manusia untuk beribadah secara baik dan benar kepada Allah,
5. membangun rumah tangga yang sakinah dan menempatkan posisi terhormat bagi perempuan,
A. Menggali Sumber Historis, Filosofis, Psikologis, Sosiologis, dan Pedagogis tentang Paradigma Qurani
karena umat Islam berada dalam puncak kemajuan dalam pelbagai aspek kehidupannya: ideologi, politik, sosial budaya,
ekonomi, ilmu pengetahuan dan teknologi, pertahanan dan keamanan. Karena kemajuan itu pula, maka dunia Islam menjadi
pusat peradaban, dan dunia Islam menjadi super-power dalam ekonomi dan politik.
Sejarah membuktikan para khalifah baik dari Dinasti Umayyah maupun Dinasti Abbasiyah, semisal Khalifah Al-
Mansur, Al-Ma mun (813- 833), Harun Ar-Rasyid (786-809), ‟ mendorong masyarakat untuk menguasai dan
mengembangkan Iptek. Al-Mansur telah memerintahkan penerjemahan buku-buku ilmiah dari bahasa Yunani ke dalam
bahasa Arab. Demikian juga, Harun Ar-Rasyid melakukan hal yang sama dengan khalifah yang sebelumnya. Harun
memerintahkan Yuhana (Yahya Ibn Masawaih (w. 857), seorang dokter istana, untuk menerjemahkan buku-buku kuno
mengenai kedokteran. Pada masa itu juga diterjemahkan karya-karya dalam bidang astronomi, seperti Sidhanta, sebuah
risalah India yang diterjemahkan oleh Muhammad Ibn Ibrahim Al-Fazari (w. 806).
B. Membangun Argumen tentang Paradigma Qurani sebagai Satu-satunya Model untuk Menghadapi
Kehidupan Modern
Imam Junaid al-Bagdadi menyatakan, “Meskipun orang tahu segala sesuatu tetapi jika dia tidak
mengenal Allah sebagai Tuhannya, maka identik dengan tidak tahu sama sekali”. Junaid ingin
menyatakan bahwa landasan Iptek adalah ma rifatullāh‟, dan Al-Quran adalah paradigma untuk
pengembangan Iptek. Penguasaan Iptek yang dilandasi ma rifatullāh ‟ akan membawa kemajuan
lahir batin, sejahtera dunia akhirat, dan rahmat bagi semua alam. Iptek dan kehidupan yang tidak
dipandu wahyu belum tentu membawa kesejahteraan, ketenteraman, dan kebahagiaan, sedangkan
Iptek dan kehidupan yang dipandu wahyu tentu akan mewujudkan kesejahteraan yang seimbang;
sejahtera lahir batin, dunia akhirat, jasmani rohani. Itulah paradigm Qurani dalam konsep dan
kenyataan kehidupan.
C. Mendeskripsikan Esensi dan Urgensi Paradigma Qurani dalam Menghadapi Kehidupan Modern
Ciri utama kehidupan modern adalah adanya pembangunan yang berhasil dan membawa kemajuan, kemakmuran,
dan pemerataan. Pembangunan yang berkesinambungan yang berimplikasi terhadap perubahan pola hidup masyarakat
ke arah kemajuan, dan kesejahteraan itu merupakan bagian dari indicator kehidupan modern. Lebih rinci, Nurcholis
Madjid (2008) menyatakan bahwa tolok ukur pembangunan yang berhasil adalah sebagai berikut.
2. Kemajuan dalam pemerintahan sendiri yang demokratis, mantap, dan skaligus tanggap terhadap kebutuhan-
3. Pertumbuhan hubungan sosial yang demokratis, termasuk kebebasan yang luas, kesempatan-kesempatan untuk
4. Tidak mudah terkena komunisme dan totaliarianisme lainnya, karena alasan-alasan tersebut .
Dewasa ini dunia Islam telah masuk ke fase modern. Langkah-langkah untuk lebih maju agar tidak tertinggal
oleh peradaban Barat,kiranya pemikiran Ismail Razi al-Faruqi perlu dikaji. Al-Faruqi menjabarkannya dengan
langkah sebagaiberikut.
Memadukan sistem pendidikan Islam. Dikotomi pendidikan umum dan pendidikan agama harus dihilangkan.
Meningkatkan visi Islam dengan cara mengukuhkan identitas Islam melalui dua tahapan; Tahap pertama yaitu
mewajibkan bidang studi sejarah peradaban Islam; Tahap keduayaitu Islamisasi ilmu pengetahuan.
Untuk mengatasi persoalan metodologi ditempuh langkah-langkah berupa penegasan prinsip-prinsip pengetahuan