Dengan demikian diperoleh keterangan yang jelas, bahwa agama itu penghambaan
manusia kepada Tuhannya. Dalam pengertian agama terdapat 3 unsur, ialah manusia,
penghambaan dan Tuhan. Maka suatu paham atau ajaran yang mengandung ketiga
unsur pokok pengertian tersebut dapat disebut agama.
Dengan demikian moral dapat diartikan dengan “menyangkut baik buruknya manusia
sebagai manusia,” moralitas dapat diartikan dengan “keseluruhan norma-norma dan
nilai-nilai dan sikap moral seseorang atau masyarakat. Moral mengacu pada baik
buruk perilaku bukan pada fisik seseorang.
Budi secara istilah adalah yang ada pada manusia yang berhubungan dengan
kesadaran yang didorong oleh akal. Sementara pekerti adalaha apa yang terlihat pada
manusia karena didorong oleh perasaan. Budi pekerti adalah perbuatan dari hasil akal
dan rasa yang berwujud pada karsa dan tingkah laku manusia.
1. c) Pengertian Akhlak
Berikut ini adalah pengertian akhlak secara istilah dari sebagian para ulama:
Dari beberapa definisi dan uraian singkat di atas, kita dapat mengambil dua hal
penting tentang akhlak, yaitu:
1. d) Pengertian Etika
Secara istilah etika adalah ilmu yang membicarakan tentang tingkah laku manusia.
Sebagian ahli yang lain mengemukakan definisi etika sebagai teori tentang laku
perbuatan manusia dipandang dari segi nilai baik dan buruk sejauh yang dapat
ditentukan akal. Hanya saja ilmu akhlak atau etika Islam tidak hanya bersumber pada
akal, melainkan pula yang terpenting adalah Al-Qur’an dan Hadits.
Akhlak karena bersumber pada wahyu maka ia tidak bisa berubah. Meskipun akhlak
dalam Islam bersumber kepada Al-Qur’an dan Sunnah sementara etika, moral, dll.
bersumber pada akal atau budaya setempat, tetap saja bahwa semuanya mempunyai
keterkaitan yang sangat erat. Dalam hal ini akhlak Islam sangat membutuhkan
terhadap etika, moral, dan susila karena Islam mempunyai penghormatan yang besar
terhadap penggunaan akal dalam menjabarkan ajaran-ajaran Islam, dan Islam sangat
menghargai budaya suatu masyarakat. Kalaupun adat local menyimpang, Islam
mengajarkan kepada umatnya agar mengubahnya tidak sekaligus melainkan secara
bertahap.
Jika dilihat dari maknanya maka persamaan dari moral, akhlak dan etika adalah pada
fungsinya. Semua berfungsi pada pengarah atau petunjuk agar seseorang mengetahui
mana perbuatan yang baik dan mana perbuatan yang buru. Dengan itu manusia
diharapkan senantiasa melakukan perbuatan-perbuatn yang baik, agar tercipta
masyarakat yang warganya berperilaku baik dan sopan.
Jika dilihat dari sisi sumber, etika bersumber pada rasio sedangan akhlak bersumber
pada Al-Quran dan Hadist sementara rasio hanya mendukung terhadap apa yang
dikemukakan oleh Al-Quran dan Hadist. Sementara moral umumnya berdasarkan
pada ketentuan atau kebiyasaan umum yang berlaku dimasyarakat.
Selain itu etika bersifat teoritis sementara moral dan akhlak lebih bersifat praktis.
Artinya moral itu berbicara soal mana yang baik dan buruk, akhlak berbicara soal baik
dan buruk, benar dan salah, layak dan tidak layak, sementara itu etika lebih berbicara
kenapa perbuatan itu dikatakan baik atau buruk. Etika menyelidiki, memperhatikan
dan mempertimbangkan tentang yang baik dan buruk, moral menyatakan ukuran yang
baik tentang tindakan itu dalam kesatuan sosial tertentu, moral itu hasil dari penelitian
etika.
Akhlak karena bersumber pada wahyu maka ia tidak bisa berubah. Akhlak dalam
islam bersifat tetap dan tidak bisa diubah-ubah oleh pemikiran manusia. Apa yang
dikatakan baik oleh Al-Quran dan apa yang dikatakan buruk oleh Hadist maka smapai
kapanpun akan seperti itu.
Meskipun akhlak bersumber pada Al-Quran dan Hadist sedangkan moral dan etika
bersumber pada akal atau budaya sertempat, tetap saja bahwa semuanya mempunyai
keterkaitan yang sangat erat.
Agama itu mendidik manusia menjadi tenteram, damai, tabah, dan tawakal
Agama itu dapat membentuk dan mencetak manusia menjadi: berani berjuang
menegakkan kebenaran dan keadilan, sabar, dan takut berbuat dosa
Agama memberi sugesti kepada manusia agar dalam jiwanya tumbuh sifat-sifat
mulia dan terpuji, toleransi, dan manusiawi.
Dengan demikian peran agama sangat penting dalam kehidupan manusia, salah
satunya, sebagai sumber akhlak. Agama yang diyakini sebagai wahyu dari Tuhan
sangat efektif dan memiliki daya tahan yang kuat dalam mengarahkan manusia agar
tidak melakukan tindakan amoral.
Kekuatan ilmu yang berwujud hikmah, yaitu bisa menentukan benar dan salah
Kekuatan amarah yang wujudnya adalah berani, keadaan kekuatan amarah yang
tunduk kepada akal pada waktu dinyatakan atau dikekang.
Kekuatan nafsu syahwat (keinginan) yang wujudnya adalah iffah, yaitu keadaan
syahwat yang terdidik oleh akal.
Kekuatan keseimbangan di antara yang tiga di atas.
Empat sendi akhlak tersebut akan melahirkan perbuatan-perbuatan baik, yaitu jujur,
suka member kepada sesame, tawadu, tabah, berani membela kebenaran, menjaga diri
dari hal-hal yang haram. Sementara empat sendi-sendi akhlak batin yang tecela adalah
:
3. Menjaga kesehatan
Menjaga kesehatan bagi seorang muslim adalah wajib dan merupakan bagian dari
ibadah kepada Allah SWT dan sekaligus melaksanakan amanah dari-Nya.
2. Bermuraqabah
Muraqabah adalah rasa kesadaran seorang muslim bahwa dia selalu diawasi oleh
Allah SWT. Dengan demikian dia tenggelam dengan pengawasan Allah dan
kesempurnaan-Nya sehingga ia merasa akrab, merasa senang, merasa berdampingan,
dan menerima-Nya serta menolak selain Dia.
3. Bermuhasabah
Yang dimaksud dengan muhasabah adalah menyempatkan diri pada suatu waktu
untuk menghitung-hitung amal hariannya. Apabila terdapat kekurangan padayang
diwajibkan kepadanya maka menghukum diri sendiri dan berusaha memperbaikinya.
4. Muhajadah
Mujahadah adalah berjuang, bersungguh-sungguh, berperang melawan hawa nafsu.
Perwujudannya yaitu :
§ Benar
§ Amanah / Jujur
§ Iffah, yaitu menjaga diri dari perbuatan yang dilarang oleh Allah.
· Memelihara keturunan
· Bersikap diri dan mendo’akan agar mereka selalu dalam ampunan dan
kasih sayang Allah SWT.
ENDAHULUAN
Agama adalah suatu kepercayaan yang di yakini seseorang untuk membuat hidupnya
lebih tentram dan mengantarkan seseorang itu dalam kebaikan. Hal tersebut terbukti dengan
berkembangannya zaman. pada hakikatnya dulu manusia masih berada dalam masa jahiliyah
yaitu masa kebodohan yang belum mengenal kasta dan agama, dimana seseorang tersebut masih
dalam tahap pencarian jati diri. Dengan keadaan seperti itu manusia semakin dalam kebodohan
dan merajalela sehingga Allah menyampaikan wahyu kepada malaikat Jibril untuk disampaikan
kepada para rasulNya, disitulah agama mulai di sebarluaskan.
Pada makalah kali ini, saya akan menjabarkan secara detail mengenai pengertian agama
dalam Al-Qur’an, makna semantik kata Ad-din (agama), serta perbedaan Millah dan din dari segi
makna maupun penggunaan lafalnya .
RUMUSAN MASALAH
PEMBAHASAN
A. Pengertian Agama
وماAgama, Religi dan Din (pada umumnya) adalah satu sistema credo (tata-keimanan
atau tata-keyakinan) atas adanya sesuatu Yang Mutlak di luar manusia dan satu sistema ritus
(tata-peribadatan) manusia kepada yang dianggapnya Yang Mutlak itu serta sistema norma (tata-
kaidah) yang mengatur hubungan manusia dengan alam lainnya, sesuai dan sejalan dengan tata-
keimanan dan tata peribadatan termaksud. Agama, Religi dan Din masing-masing memiliki arti
etimologis sendiri-sendiri, masing-masing memiliki riwayat dan sejarahnya sendiri-sendiri, akan
tetapi dalam arti teknis terminologis, ketiga istilah itu mempunyai makna yang sama.[1]
Dalam bahasa Arab, “Agama” adalah ad-din. Al-Qur’an menggunakan kata din untuk menyebut
semua jenis agama dan kepercayaan kepada Tuhan, Secara bahasa, Ad-Din artinya taat, tunduk,
dan berserah diri. Adapun secara istilah berarti sesuatu yang dijadikan jalan oleh manusia dan
diikuti (ditaati) baik berupa keyakinan, aturan, ibadah dan yang semacamnya, benar ataupun
salah. sebagaimana firman Allah SWT :
. ل ُك ْم ِد ْينُ ُك ْم و ِلي ِديْن
‘Untukmulah agamamu dan untukkulah agamaku’ (QS. Al-kafirun: 6)
. ُال ْسل ِم ِديْنا فل يُ ْقبل ِم ْنه ِ ْ وم ْن يبْتغِ غيْر
‘Barang siapa mencari agama selain (agama) islam, maka agama itu tidak akan diterima
darinya’ (QS. Ali Imran: 85)
الدي ِْن ُك ِل ِه
ِ ُظ ِهرهُ على ْ ق ِلي
ِ س ْو لهُ بِا ْل ُهدى و ِدي ِْن ْالح
ُ هُو الَّذِى أ ْرسل ر
‘Dialah yang telah mengutus rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama Kebenaran untuk
Dia menangkan atas semua agama’ (QS. Al-fath: 28) . [2]
Pada ayat pertama dan kedua di atas dibicarakan tentang agama islam (agama orang-
orang mukmin) dan agama selain islam (agama orang-orang kafir) sebagaian dua agama yang
berbeda. Sedang pada ayat ketiga dibicarakan tentang keunggulan agama kebenaran (islam yang
dibawa Nabi Muhammad Saw.) atas semua agama baik agama islam yang dibawa oleh nabi-nabi
sebelumnya maupun agama dan kepercayaan yang sesat. Pada kesemuanya itu digunakan
istilah din.
B. Makna Semantik (bahasa) Kata Din
Kata Din adalah bentuk mashdar (kata dasar) dari kata kerja dana-yadinu yang memiliki
banyak makna, antara lain:
Setiap agama yang lahir di masyarakat manusia, apapun macam ajarannya selalu memiliki dua
wajah ajaran, yakni :
1. Wajh sirriy bathiniy yakni ajaran bathiniah, bersifat kebatinan dan kepercayaan.
2. Wajh zhahiriy fiqhiy ‘amaliy yakni ajaran lahiriah yang bersifat praktis dan terapan. Selain itu,
unsur yang terdapat dalam agama antara lain:
1. Pengakuan adanya “kekuatan Gaib” yang menguasai, mengatur, atau mempengaruhi kehidupan
manusia.
2. Keyakinan bahwa keselamatan hidup manusia tergantung adanya hubungan baik dengan
“kekuatan Gaib” tersebut.
3. Sikap emosional pada hati dan jiwa manusia terhadap “Kekuatan Gaib” itu, seperti rasa takut,
rasa hormat, cinta, penuh harap, dan pasrah.
4. Tingkah laku tertentu yang bisa diamati sebagai buah dari ketiga unsur diatas, seperti sholat,
sembahyang, puasa, berdoa dan lain-lain.[6]
KESIMPULAN
Dalam bahasa Arab, “Agama” adalah ad-din. Al-Qur’an menggunakan kata din untuk
menyebut semua jenis agama dan kepercayaan kepada Tuhan, Secara bahasa, Ad-Din artinya
taat, tunduk, dan berserah diri. Adapun secara istilah berarti sesuatu yang dijadikan jalan oleh
manusia dan diikuti (ditaati) baik berupa keyakinan, aturan, ibadah dan yang semacamnya, benar
ataupun salah.
Ad-din memiliki makna tersendiri dalam Al-Qur’an, antara lain: ketaatan dan
kemaksiatan,Kemuliaan dan kehinaan, Paksaan, Kesalehan , Perhitungan , Pembalasan ,Putusan ,
kekuasaan, pengaturan, pengurusan, tingkah laku, adat, kebiasaan, keadaan, perkara/urusan,
Ibadah, Millah dan madzhab, tauhid, dan nama bagi sarana untuk menyembah Allah.
Dalam penulisan makalah ini tentu banyak kekurangan disana sini, hal itu tidak lain
dikarenakan keterbatasan pemakalah. Oleh karena itu, kritik dan saran dari bapak dosen
pengampu dan teman-teman sangat diharapkan pemakalah untuk menghindari kesalahan dalam
memahami suatu keilmuan dan juga untuk memperbaiki untuk pembuatan makalah selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Saufuddin, Endang. 1993. Wawasan Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Aziz, Imam 2004 Tafsir Maudhu’in Al-Muntaha, Yogyakarta: Pustaka Pesantren.
TERMINOLOGIS
dengan saksama
• Arab: Din berasal dari kata dana yadinu dinan berarti tatanan, sistem
atau tatacara hidup. Jadi Din berarti tatacara hidup KONSEP AGAMA SECARA ETIMOLOGIS DAN
TERMINOLOGIS
ketundukannya.
Agama dalam konsep Islam disebut Dien Kata Ad-Din berasal dari kata دينا و يدين دانyang
berarti tanggungan, hutang, keharusan penegakan peraturan. Ad-Din adalah huatang yang harus dibayar dan
dipertanggung jawabkan, atau peraturan yang harus dilaksanakan. Dalam kamus Bahasa Arab disebutkan beberapa
kemungkinan makna دينdalam Al-Qur’an diantaranya adalah : 1) = السلطان والحكمkekuasaan, 2) =الطاعةketaatan,
3) = الجزأpembalasan, 4) = العادةkebiasaan, 5) = الحسابperhitungan, 6) = الملةagama.[1]
Al-Qur’an mengungkapkan kata Ad-Din sebanyak 92 kali. Secara umum kata Ad-Din diungkap pada surat-
surat Makiyah sebanyak 47 kali. Dan pada surat-surat Madaniyah sebanyak 45 kali. Melihat pengungkapan kata Ad-
Din pada ayat Makiyah dan Madaniyah, maka dapat pula dikatakan bahwa porsi kata Ad-Din pada keduanya
berimbang. Walaupun lebih banyak pada surat-surat Makiyah. Kondisi ini mengindisikasikan bahwa di Makkah
dakwah Islam untuk memperkenalkan ajaran yang dibawa Muhammad, sedangkan pada zaman Madaniyah lebih
pada penataan atau pendalaman Ad-Din.
Apabila mengkaji ad-Din dalam ayat-ayat Al-Qur’an, dapat ditari kesimpulan bahwa kata Ad-
Din mengandung empat makna yang saling terjalin satu sama lainnya dan tak dapat dipisahkan. Karena makna satu
dengan makna yang lain saling menjelaskan, sehingga menjadi satu kesatuan yang utuh. Makna-makna tersebut
adalah sebagai berikut :
a. Penyerahan Diri
إن الدين عند هللا اإلسلم اختلف الذين أوتوا الكتاب إال من بعد ما جاءهم العلم بغيا بينهم ومن يكفر بآيات هللا
فإن هللا سريع الحساب
“Sesungguhnya agama (yang diridai) di sisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al
Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka.
Barang siapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya”. (Q.S. Ali
‘Imran [3]: 19)md.
Makna Ad-Din pada ayat diatas yakni, kepatuhan kepada Allah dan ketetapan-Nya, berikrar dengan
ucapan dan hati tanpa rasa takabur, tidakj menyekutukan-Nya dengan yang lain serta tidak pula berpaling dari-
Nya. Aplikasinya dengan ibadah dan rendah diri (tunduk), taat pada perintah-Nya serta meninggalkan larangan-
larangan-Nya.[2]
(12)( وأمرت لن أكون أول المسلمين11)قل إني أمرت أن أعبد هللا مخلصا له الدين
“Katakanlah: “Sesungguhnya aku diperintahkan supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-
Nya dalam (menjalankan) agama. Dan aku diperintahkan supaya menjadi orang yang pertama-tama berserah
diri”.(Q.S. Az-Zumar [39]: 11-12)mk.
Dua ayat tersebut menjelaskan supaya manusia beribadah kepada Allah secara ikhlas. Penyembahan
terhadap sesuatu hanya dapat terjadi karena seseorang merasa lebih lemah terhadap sesuatu yang memiliki
kekuasaan dan kekuatan. Sehingga, dengan penyembahan ini si lemah merasa mendapat perlindungan dan
terhindar dari rasa kekhawatiran dan ketakutan.
Tegasnya, pada ayat tersebut bahwa seluruh alam semesta beserta isinya telah tunduk, taat, dan
berserah diri pada kekuasaan Allah.
Perkataan dien juga mempunyai arti kerajaan (judicious power). Konsep ini sangat berkaitan
dengan tauhid uluhiyyah yang merupakan perkara paling penting dalam aqidah Muslim. Seseorang itu tidak
diterima imannya dengan hanya percaya kepada Allah sebagai Rabb akan tetapi ia hendaklah iman kepada Allah
sebagai Ilah. Ini bermakna Allah adalah satu-satunya tuhan yang disembah, ditaati, Dialah penguasa dan Raja.
ما تعبدون من دونه إال أسماء سميتموها أنتم وآبآؤكم ما أنزل هللا بها من سلطان إن الحكم إال هلل أمر أال تعبدوا
إال إياه ذلك الدين القيم ولكن أكثر الناس ال يعلمون
“Kamu tidak menyembah yang selain Allah kecuali hanya (menyembah) nama-nama yang kamu dan nenek
moyangmu membuat-buatnya. Allah tidak menurunkan suatu keterangan pun tentang nama-nama itu. Keputusan
itu hanyalah kepunyaan Allah. Dia telah memerintahkan agar kamu tidak menyembah selain Dia. Itulah agama
yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”. (Qs: Yusuf:40)mk
قل يا أيها الناس إن كنتم في شك من ديني فل أعبد الذين تعبدون من دون هللا ولكن أعبد هللا الذي يتوفاكم
وأمرت أن أكون من المؤمنين
Katakanlah: “Hai manusia, jika kamu masih dalam keragu-raguan tentang agamaku, maka (ketahuilah) aku tidak
menyembah yang kamu sembah selain Allah, tetapi aku menyembah Allah yang akan mematikan kamu dan aku
telah diperintah supaya termasuk orang-orang yang beriman”,
Tauhid uluhiyyah ini yang membedakan musyrikin dengan mu’minin. Dari sinilah lahirnya Istilah al-
hakimiyyah dimana seoarang muslim harus menerima Syari’at Allah dan tidak boleh tunduk kepada undang-undang
buatan manusia. Kerana Allah Yang maha bijaksana dan maha mengetahui telah menetapkan hukum syari’ah yang
sesuai untuk manusia untuk ditegakkan dan dipatuhi.
“Allah-lah yang menjadikan bumi bagi kamu tempat menetap dan langit sebagai atap, dan membentuk kamu lalu
membaguskan rupamu serta memberi kamu rezeki dengan sebahagian yang baik-baik. Yang demikian itu adalah
Allah Tuhanmu, Maha Agung Allah, Tuhan semesta alam. Dialah Yang hidup kekal, tiada Tuhan (yang berhak
disembah) melainkan Dia; maka sembahlah Dia dengan memurnikan ibadah kepada-Nya. Segala puji bagi Allah
Tuhan semesta alam”. (Q.S. Al-Mukmin [40]:64-65)mk.
Kedua ayat tersebut menjelaskan, bahwa Ad-Din hanyalah milik Allah semata yaitu kekuasan mutlak
(absolute) untuk menciptakan langit, bumi dan seisinya. Atas kekuasaan-Nya pula Allah mengharuskan manusia
untuk tunduk dan mentaati segala perintah-Nya. Dalam ayat lain disebutkan
.أفغير دين هللا يبغون وله أسلم من في السماوات والرض طوعا وكرها وإليه يرجعون
“Maka apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah, padahal kepada-Nya-lah berserah diri segala
apa yang di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa dan hanya kepada Allahlah mereka
dikembalikan”. (Q.S. Ali ‘Imran [3]: 83)md.
Dalam ayat ini jelas Allah menegaskan, bahwa kekuasaan-Nya bersifat mutlak harus dipatuhi dan ditaati
oleh semua seluruh makhluq-Nya, baik sukarela maupun terpaksa. Ayat ini menunjukkan bahwa Ad-Din hanyalah
milik Allah semata, diakui atau tidak oleh makhluq Ad-Din berlaku mutlak.
d. Pertanggung Jawaban
Telah dijelaskan diatas bahwa kata Daana bisa menjadi Dain yang bermakna hutang. Dalam hal ini ia
berkaitan erat dengan perwujudan manusia yang merupakan suatu hutang yang perlu dibayar(lihat surah al-
Baqarah:245), manusia yang berasal dari tiada kemudian dicipta dan dihidupkan lalu diberi berbagai nikmat yang
tak terhingga.
Sebagai peminjam manusia sebenarnya tidak memiliki apa-apa, akan tetapi Pemilik sebenarnya adalah
Allah S.W.T manusia hanyalah diamanahi untuk dipergunakan dalam ibadah. Oleh kerana tidak memiliki apa-apa,
manusia tidak dapat membayar hutangnya maka satu-satunya jalan untuk membalas budi adalah dengan
beribadah, dan menjadi hamba Allah yang mana adalah tujuan daripada penciptaan manusia(al-Dhariyat:56) dan
selanjutnya hutangpun harus dipertanggungjawabkan
“Sesungguhnya apa yang dijanjikan kepadamu pasti benar, dan sesungguhnya (hari) pembalasan pasti
terjadi”. (Q.S. Adz Dzaariyat [51]: 51-56)mk.
Ayat ini menjelaskan kepada manusia kepada manusia bahwa semua yang dilakukan manusia baik/buruk,
salah/benar akan mendapatkan pembalasan.
(19)(يوم ال تملك نفس لنفس شيئا والمر يومئذ هلل18)( ثم ما أدراك ما يوم الدين17)وما أدراك ما يوم الدين
“Tahukah kamu apakah hari pembalasan itu? Sekali lagi, tahukah kamu apakah hari pembalasan itu? (Yaitu) hari
(ketika) seseorang tidak berdaya sedikit pun untuk menolong orang lain. Dan segala urusan pada hari itu dalam
kekuasaan Allah”. (Q.S. Al-Infithar [82]: 17-19)mk.
Makna Ad-Din diatas menginformasikan kapada kita bahwa hari Pembalasan sangatlah adil. Pada hari itu
manusia tidak bisa untuk menolong dirinya sendiri, hanya amal masing-masing yang menentukan dirinya, yaitu
mendapatkan kebahagiaan disisi Allah atau akan mendapatkan kesengsaraan.
Pengertian yang lain ialah kecendrungan (inclination). Sudah menjadi fitrahmanusia diciptakan
mempunyai kecendrungan untuk percaya kepada perkara yangsupernatural, percaya adanya tuhan yang mengatur
alam semesta dan kuasa ghaib tidak bisa apa yang dicerna oleh indera manusia. Inilah yang dinamakan dienul
fitrah
فأقم وجهك للدين حنيفا فطرة هللا التي فطر الناس عليها ال تبديل لخلق هللا ذلك الدين القيم ولكن أكثر الناس ال
يعلمون
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah
menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus;
tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”(al-Rum:30)
Islam adalah agama yang sesuai dengan fitrah manusia dan setiap bayi tang lahir sebagai seorang Muslim.
Disamping itu sudah menjadi fitrah, manusia dijadikan oleh Allah sebagai makhluq sosial yang membutuhkan orang
lain dalam pemenuhan kebutuhannya. Maka mau tidak mau manusia harus berkerjasama didalam menata
kehidupannya
Kata dana juga berubah menjadi Maddana, dari kata ini lahirlah istilah madinahdan madani, maddana
yang bermakna membangun dan bermasyarakat, oleh karena itu madinah dan madani hanya boleh digunakan untuk
masyarakat yang beragama dan bukansekuler. Dari pengertian ini juga kita lihat bahwa hal ini berkaitan erat
dengan konsepkhilafah dimana manusia telah diamanahkan oleh Allah sebagai khalifahNya di muka bumi untuk
memakmurkan bumi dan membangun kedamaian dalam bermasyarakat yang sesuai dengan keinginan Allah
وعد هللا الذين آمنوا منكم وعملوا الصالحات ليستخلفنهم في الرض كما استخلف الذين من قبلهم وليمكنن لهم
دينهم الذي ارتضى لهم وليبدلنهم من بعد خوفهم أمنا يعبدونني ال يشركون بي شيئا ومن كفر بعد ذلك فأولئك
هم الفاسقون
“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang
shaleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan
orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah
diridai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam
ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apa pun
dengan Aku. Dan barang siapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang
fasik”. (an-Nur:55)
Kesimpulan
Dari beberapa definisi / maksud agama menurut Islam seperti yang telah diterangkan diatas, maka
jelaslah agama menurut sudut pandangan Islam sangat berbeda dengan persepsi Barat, agama dalam Islam adalah
cara hidup, cara berfikir, berideologi, dan bertindak. Agama meliputi sistem-sistem politik, ekonomi, sosial,
undang-undang dan ketata-negaraan.
Agama berperan dalam membentuk pribadi insan kamil disamping juga membentuk masyarakat
yang ideal, agama menitik beratkan pembentukan moral dan spiritual sesebuah masyarakat tetapi tidak lupa juga
membangun masyarakat dan membina pemerintahan yang kukuh dan berwibawa dimata dunia. Inilah yang
dinamakan agama menurut Islam, jadi apa yang dianggap agama oleh barat adalah bukan agama (tidak lengkap)
menurut Islam, ataupun Islam bukan hanya sekadar agama dalam pengertian Barat yang sempit.
Kelima makna Ad-Din bila dirangkai dalam suatu kalimat akan berbunyi sebagai berikut :
Ad-Din adalah undang-undang atau peraturan penguasa alam semesta untuk digunakan sebagai pedoman
hidup yang ditaati, dipatuhi, dan dimintai pertanggung jawaban; kebaikan dibalas baik, keburukan dibalas buruk
pula. Dengan definisi ini Ad-Dinmencakup segala aspek kehidupan yang mencakup masalah duniawi dan ukhrawi.
Para ulama mendefinisikan Ad-Din sebagai sesuatu yang mampu mengatur segala kehidupan di dunia dan
akhirat secara lengkap dan menyeluruh.