Anda di halaman 1dari 26

AGAMA SEBAGAI SUMBER MORAL,

AKHLAK DAN ETIKA“


27 November 2017rivandyfahmiharis95gmailcom

1. Agama sebagai Sumber Moral


2. Pengertian Agama
Agama menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sistem yang mengatur tata
keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata
kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta
lingkungannya.
Kata “agama” berasal dari bahasa Sanskerta,āgama yang berarti “tradisi”. Sedangkan
kata lain untuk menyatakan konsep ini adalah religi yang berasal dari bahasa
Latin religio dan berakar pada kata kerja re-ligare yang berarti “mengikat kembali”.
Maksudnya dengan berreligi, seseorang mengikat dirinya kepadaTuhan.
Secara terminologis, Hasby as-Shiddiqi mendefinisikan agama sebagai undang-
undang ilahi yang didatangkan Allah untuk menjadi pedoman hidup dan kehidupan
manusia di alam dunia untuk mencapai kerajaan dunia dan kesentosaan di akhirat.
Agama adalah peraturan Tuhan yang diberikan kepada manusia yang berisi sistem
kehidupan manusia untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat.

Endang Saefudin Anshari menyimpulkan bahwa agama meliputi: sistem kredo


kepercayaan atas adanya sesuatu yang mutlak di luar manusia; sistem ritus tata cara
peribadatan manusia kepada yang mutlak; dan sistem norma atau tata kaidah yang
mengatur hubungan manusia dengan sesame manusia dan hubungan dengan alam
lainnya sesuai dan sejalan dengan tata keimanan.

Dengan demikian diperoleh keterangan yang jelas, bahwa agama itu penghambaan
manusia kepada Tuhannya. Dalam pengertian agama terdapat 3 unsur, ialah manusia,
penghambaan dan Tuhan. Maka suatu paham atau ajaran yang mengandung ketiga
unsur pokok pengertian tersebut dapat disebut agama.

1. Pengertian Moral, Susila, Budi Pekerti, Akhlak, dan Etika


2. a) Pengertian Moral
Moral berasal dari kata bahasa Latin mores yang berarti adat kebiasaan.Katamores ini
mempunyai sinonim mos,moris,manner mores atau manners,moral.
Dalam bahasa Indonesia,kata moral berarti akhlak (bahasa Arab)atau kesusilaan yang
mengandung makna tata tertib batin atau tata tertib hati nurani yang menjadi
pembimbing tingkah laku batin dalam hidup.Kata moral ini dalam bahasa Yunani
sama dengan ethos yang menjadi etika. Secara etimologis ,etika adalah ajaran tentang
baik buruk, yang diterima masyarakat umum tentang sikap,perbuatan,kewajiban,dan
sebagainya.
Sidi Gazalba mengartikan moral sebagai kesesuaian dengan ide-ide yang umum
diterima tentang tindakan manusia, mana yang baik dan mana yang wajar. Jadi moral
adalah tindakan yang umum sesuai dengan dan diterima oleh lingkungan tertentu atau
kesatuan sosial tertentu.

Dengan demikian moral dapat diartikan dengan “menyangkut baik buruknya manusia
sebagai manusia,” moralitas dapat diartikan dengan “keseluruhan norma-norma dan
nilai-nilai dan sikap moral seseorang atau masyarakat. Moral mengacu pada baik
buruk perilaku bukan pada fisik seseorang.

1. b) Pengertian Susila dan Budi Pekerti


Secara terminology, susila adalah aturan-aturan hidup yang baik. Orang yang susila
adalah orang yang berkelakuan baik, sedangkan orang yang a susila adalah orang
yang berkelakuan buruk. Susila biasanya bersumber pada adat yang berkembang di
masyarakat setempat tentang suatu perbuatan itu tabu atau tidak tabu, layak atau tidak
layak. Dengan demikian susila menunjuk pada arti perilaku baik yang dilakukan
seseorang.

Budi secara istilah adalah yang ada pada manusia yang berhubungan dengan
kesadaran yang didorong oleh akal. Sementara pekerti adalaha apa yang terlihat pada
manusia karena didorong oleh perasaan. Budi pekerti adalah perbuatan dari hasil akal
dan rasa yang berwujud pada karsa dan tingkah laku manusia.

1. c) Pengertian Akhlak
Berikut ini adalah pengertian akhlak secara istilah dari sebagian para ulama:

 Ahmad Amin dalam bukunya Al-Akhlakmendefinisikan akhlak sebagai kehendak


yang biasa dilakukan.
 Ibn Maskawih dalam kitabnya Tahzib al-Akhlak wa Tathirul A’raq,
mendefinisikan akhlak sebagai “keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya
untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui pemikiran dan pertimbangan
sebelumnya”
 Imam Ghazali dalam kitabnya, Ihya ‘Ulumuddin, mendefinisikan akhlak sebagai:
“segala sifat yang tertanam dalam hati, yang menimbulkan kegiatan-kegiatan
dengan ringan dan mudah tanpa memerlukan pemikiran sebagai pertimbangan.”
Akhlak adalah suatu keadaan yang tertanam dalam jiwa berupa keinginan kuat yang
melahirkan perbuatan-perbuatan secara langsung dan berturut-turut tanpa memikirkan
pemikiran lebih lanjut.

Dari beberapa definisi dan uraian singkat di atas, kita dapat mengambil dua hal
penting tentang akhlak, yaitu:

 Akhlak yang berpangkal pada hati, jiwa, atau kehendak


 Akhlak merupakan perwujudan perbuatan sebagai kebiasaan (bukan perbuatan
yang dibuat-buat, tetapi sewajarnya).
Dengan demikian akhlak dalam ajaran Islam merupakan perbuatan manusia sebagai
ekspresi atau ungkapan dari kondisi jiwa. Akhlak meskipun berpangkal dari jiwa tapi
ia tidak berhenti di dalam jiwa saja melainkan ternyatakan dalam perbuatan.

1. d) Pengertian Etika
Secara istilah etika adalah ilmu yang membicarakan tentang tingkah laku manusia.
Sebagian ahli yang lain mengemukakan definisi etika sebagai teori tentang laku
perbuatan manusia dipandang dari segi nilai baik dan buruk sejauh yang dapat
ditentukan akal. Hanya saja ilmu akhlak atau etika Islam tidak hanya bersumber pada
akal, melainkan pula yang terpenting adalah Al-Qur’an dan Hadits.

1. Hubungan Moral, Susila, Budi Pekerti, Akhlak, dan Etika


Etika (ilmu akhlak) bersifat teoritis sementara moral, susila, akhlak lebih bersifat
praktis. Artinya moral itu berbicara soal mana yang baik dan mana yang buruk, susila
berbicara mana yang tabu dan mana yang tidak tabu, akhlak berbicara soal baik buruk,
benar salah, layak atau tidak layak. Sementara etika lebih berbicara kenapa perbuatan
itu dikatakan baik atau kenapa perbuatan itu buruk. Etika menyelidiki, memikirkan,
dan mempertimbangkan tentang yang baik dan buruk, moral menyatakan ukuran yang
baik tentang tindakan itu dalam kesatuan sosial tertentu. Moral itu hasil dari penelitian
etika.

Akhlak karena bersumber pada wahyu maka ia tidak bisa berubah. Meskipun akhlak
dalam Islam bersumber kepada Al-Qur’an dan Sunnah sementara etika, moral, dll.
bersumber pada akal atau budaya setempat, tetap saja bahwa semuanya mempunyai
keterkaitan yang sangat erat. Dalam hal ini akhlak Islam sangat membutuhkan
terhadap etika, moral, dan susila karena Islam mempunyai penghormatan yang besar
terhadap penggunaan akal dalam menjabarkan ajaran-ajaran Islam, dan Islam sangat
menghargai budaya suatu masyarakat. Kalaupun adat local menyimpang, Islam
mengajarkan kepada umatnya agar mengubahnya tidak sekaligus melainkan secara
bertahap.

Jika dilihat dari maknanya maka persamaan dari moral, akhlak dan etika adalah pada
fungsinya. Semua berfungsi pada pengarah atau petunjuk agar seseorang mengetahui
mana perbuatan yang baik dan mana perbuatan yang buru. Dengan itu manusia
diharapkan senantiasa melakukan perbuatan-perbuatn yang baik, agar tercipta
masyarakat yang warganya berperilaku baik dan sopan.

Jika dilihat dari sisi sumber, etika bersumber pada rasio sedangan akhlak bersumber
pada Al-Quran dan Hadist sementara rasio hanya mendukung terhadap apa yang
dikemukakan oleh Al-Quran dan Hadist. Sementara moral umumnya berdasarkan
pada ketentuan atau kebiyasaan umum yang berlaku dimasyarakat.

Selain itu etika bersifat teoritis sementara moral dan akhlak lebih bersifat praktis.
Artinya moral itu berbicara soal mana yang baik dan buruk, akhlak berbicara soal baik
dan buruk, benar dan salah, layak dan tidak layak, sementara itu etika lebih berbicara
kenapa perbuatan itu dikatakan baik atau buruk. Etika menyelidiki, memperhatikan
dan mempertimbangkan tentang yang baik dan buruk, moral menyatakan ukuran yang
baik tentang tindakan itu dalam kesatuan sosial tertentu, moral itu hasil dari penelitian
etika.

Akhlak karena bersumber pada wahyu maka ia tidak bisa berubah. Akhlak dalam
islam bersifat tetap dan tidak bisa diubah-ubah oleh pemikiran manusia. Apa yang
dikatakan baik oleh Al-Quran dan apa yang dikatakan buruk oleh Hadist maka smapai
kapanpun akan seperti itu.
Meskipun akhlak bersumber pada Al-Quran dan Hadist sedangkan moral dan etika
bersumber pada akal atau budaya sertempat, tetap saja bahwa semuanya mempunyai
keterkaitan yang sangat erat.

1. Agama Sebagai Sumber Moral


Agama memiliki peranan penting dalam usaha menghapus krisis moral dengan
menjadikan agama sebagai sumber moral. Allah SWT telah memberikan agama
sebagai pedoman dalam menjalani kehidupan di dinia ini. Dalam konteks Islam
sumber moral itu adalah Al-Qur’an dan Hadits.

Menurut kesimpulan A.H. Muhaimin dalam bukunya Cakrawala Kuliah Agama


bahwa ada beberapa hal yang patut dihayati dan penting dari agama, yaitu:

 Agama itu mendidik manusia menjadi tenteram, damai, tabah, dan tawakal
 Agama itu dapat membentuk dan mencetak manusia menjadi: berani berjuang
menegakkan kebenaran dan keadilan, sabar, dan takut berbuat dosa
 Agama memberi sugesti kepada manusia agar dalam jiwanya tumbuh sifat-sifat
mulia dan terpuji, toleransi, dan manusiawi.
Dengan demikian peran agama sangat penting dalam kehidupan manusia, salah
satunya, sebagai sumber akhlak. Agama yang diyakini sebagai wahyu dari Tuhan
sangat efektif dan memiliki daya tahan yang kuat dalam mengarahkan manusia agar
tidak melakukan tindakan amoral.

2. Akhlak Mulia dalam Kehidupan


3. Akhlak Mulia dan Akhlak Tercela
Sesuai dengan perintah Allah dan Rasul-Nya yang kemudian melahirkan perbuatan
yang baik, maka itulah yang dinamakan akhlak mulia. Jika tidak sesuai dengan
ketentuan Allah dan Rasul-Nya, maka dinamakan akhlak tercela.
Menurut Imam Al-Ghazali ada empat sendi yang menjadi dasar bagi perbuatan-
perbuatan baik, yaitu:

 Kekuatan ilmu yang berwujud hikmah, yaitu bisa menentukan benar dan salah
 Kekuatan amarah yang wujudnya adalah berani, keadaan kekuatan amarah yang
tunduk kepada akal pada waktu dinyatakan atau dikekang.
 Kekuatan nafsu syahwat (keinginan) yang wujudnya adalah iffah, yaitu keadaan
syahwat yang terdidik oleh akal.
 Kekuatan keseimbangan di antara yang tiga di atas.
Empat sendi akhlak tersebut akan melahirkan perbuatan-perbuatan baik, yaitu jujur,
suka member kepada sesame, tawadu, tabah, berani membela kebenaran, menjaga diri
dari hal-hal yang haram. Sementara empat sendi-sendi akhlak batin yang tecela adalah
:

 Keji, pintar busuk, bodoh


 Tidak bisa dikekang
 Rakus dan statis
 Aniaya
Keempat sendi akhlak tercela itu akan melahirkan berbagai perbuatan yang tercela
yang dikendalikan oleh nafsu seperti sombong, khianat, dusta, serakah, malas, kikir,
dll. yang akan mendatangkan malapetaka bagi diri sendiri maupun orang lain.

1. Akhlak Mulia dalam Kehidupan


1) Akhlak kepada Allah
Akhlak kepada Allah dapat diartikan sebagai sikap atau perbuatan yang seharusnya
dilakukan oleh manusia sebagai makhluk, kepada tuhan sebagai khalik.

Perwujudan akhlak kepada Allah antara lain :


 Menauhidkan, yaitu mengesakan bahwa Allah adalah pencipta, bahwa Allah yang
wajib disembah oleh kita.
 Beribadah
 Bersyukur
 Berdoa
 Berdzikir
 Tawakal, yaitu sikap pasrah kepada Allah atas ketentuannya sambil berusaha
 Mahabbah (cinta), yaitu merasa dekat dan ingat terus kepada Allah yang
diwujudkan dengan ketaatan kepada-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
 Cinta dan ikhlas kepada Allah SWT.
 Berbaik sangka kepada Allah SWT.
 Rela terhadap qada dan qodar dari Allah SWT.
 Bersyukur atas nikmat Allah SWT.
 Bertawakkal/berserah diri kepada Allah SWT.
 Senantiasa mengingat Allah SWT.

2) Akhlak kepada Diri Sendiri


1. Berakhlak terhadap jasmani :
2. Menjaga kebersihan
Islam menjadikan kebersihan sebagian dari iman. Seseorang muslim harus suci, bersih
dari pakaian maupun tempat, terutama saat akan melaksanakan beribadah kepada
Allah, disamping suci dari kotoran maupun hadas.

2. Menjaga makan dan minum


Makan dan minum merupakan kebutuhan vital bagi tubuh manusia, jika tidak ada
makan dan minum dalam keadaan tertentu yang normal maka manusia akan mati.
Allah SWT memerintahkan kepada manusia agar makan dan minum dari yang halal
dan tidak berlebihan.

3. Menjaga kesehatan
Menjaga kesehatan bagi seorang muslim adalah wajib dan merupakan bagian dari
ibadah kepada Allah SWT dan sekaligus melaksanakan amanah dari-Nya.

4. Berbusana yang alami


Dari segi kebutuhan alaminya, badan manusia perlu ditutup dan dilindungi dari
gangguan bahaya alam sekitarnya, seperti dingin, panas dll. Karena itu Allah SWT
memerintahkan manusia menutup auratnya dan Allah menciptakan bahan-bahan di
alam ini untuk dibuat pakaian sebagai penutup badan.

1. Akhlak terhadap jiwa :


2. Bertaubat dan menjahukan diri dari dosa
Taubat adalah meninggalkan seluruh dosa dan kemaksiatan, menyesali perbuatan dosa
yang telah lalu dan berkeinginan teguh untuk tidak mengulangi lagi perbuatan dosa
tersebut pada waktu yang akan datang.

2. Bermuraqabah
Muraqabah adalah rasa kesadaran seorang muslim bahwa dia selalu diawasi oleh
Allah SWT. Dengan demikian dia tenggelam dengan pengawasan Allah dan
kesempurnaan-Nya sehingga ia merasa akrab, merasa senang, merasa berdampingan,
dan menerima-Nya serta menolak selain Dia.

3. Bermuhasabah
Yang dimaksud dengan muhasabah adalah menyempatkan diri pada suatu waktu
untuk menghitung-hitung amal hariannya. Apabila terdapat kekurangan padayang
diwajibkan kepadanya maka menghukum diri sendiri dan berusaha memperbaikinya.

4. Muhajadah
Mujahadah adalah berjuang, bersungguh-sungguh, berperang melawan hawa nafsu.

1. Berakhlak terhadap akal


2. Menuntut ilmu
Menuntut ilmu merupakan kewajiban bagi setiap muslim, sekaligus sebagai bentuk
akhlak seorang muslim. Muslim yang baik, akan memberikan porsi terhadap akalnya
yakni berupa penambahan pengetahuan dalam sepanjang hayatnya.

2. Memiliki spesialisasi ilmu yang dikuasai


Setiap muslim harus mempunyai bidang spesialisasi yang ditekuninya. Spesialisasi ini
tidak harus bersifat ilmu syariah, namun bisa juga dalam bidang-bidang lain, sperti
ekonomi, tehnik, politik dll.

3. Mengajarkan ilmu kepada orang lain


Termasuk akhlak muslim terhadap akalnya adalah menyampaikan atau mengajarkan
apa yang dimilikinya kepada orang yang membutuhkan ilmunya.
4. Mengamalkan ilmu dalam kehidupan
Diantara tuntutan dan sekaligus akhlak terhadap akalnya adalah merealisasikan
ilmunya dalam “alam nyata” karena akan berdosa seorang yang memiliki ilmu namun
tidak mengamalkannya.

Perwujudannya yaitu :

§ Kreatif dan dinamis


§ Sabar

§ Benar

§ Amanah / Jujur

§ Iffah, yaitu menjaga diri dari perbuatan yang dilarang oleh Allah.

§ Tawadu, yaitu sikap rendah hati dan tidak sombong

3) Akhlak kepada Ibu, Bapak, dan Keluarga


Perwujudannya yaitu :

· Berbakti kepada kedua orang tua


· Mendoakan orang tua

· Adil terhadap saudara

· Membina dan mendidik keluarga

· Memelihara keturunan

· Mendengarkan nasihat-nasihatnya dengan penuh perhatian, mengikuti


anjuran dan tidak melarang aturannya.

· Tidak membentak kedua orang tua, menyakiti hatinya, apalagi memukul.


Kedua orang tua harus dirawat dengan baik.

· Bersikap diri dan mendo’akan agar mereka selalu dalam ampunan dan
kasih sayang Allah SWT.

· Menjaga nama baik kedua orang tua.

4) Akhlak terhadap Orang/Masyarakat


Untuk dapat menjalin hubungan yang baik dengan orang lain, harus disertai dengan
akhlak, antara lain:

 Membangun sikap ukhuwah atau persaudaraan


 Melakukan silaturahmi
 Ta’awun, yaitu saling tolong menolong dalam hal kebajikan
 Bersikap adil
 Bersikap pemaaf dan penyayang
 Bersikap dermawan
 Menahan amarah dan berkata yang baik (lemah lembut)
 Sikap musawah dalam arti persamaan dalam hidup bermasyarakat maupun
persamaan dalam hukum
 Tasamuh, yaitu saling menghormati
 Bermusyawarah
 Menjalin perdamaian
 Menolong dan membantunya bila sedang membutuhkan bantuan atau pertolongan.
 Menghindari berkata buruk atau menyakiti hati orang lain.
5) Akhlak kepada Alam
Perwujudannya yaitu :

 Memperhatikan dan merenungkan penciptaan alam


 Memanfaatkan alam
Pengertian Moral, Susila, Etika, dan Akhlak Kata moral berasal dari bahasa Latin mores yang berarti
kebiasaan (Daud Ali,2005:353). Moral juga berarti ajaran tentang baik buruk yang diterima umum
mengenai perbuatan, sikap, dan kewajiban (Kamus Besar, l990: 592). Dengan pengertian semacam ini
moral berfungsi sebagai standart ukuran suatu perbuatan itu baik atau buruk menurut adat istiadat atau
pandangan umum suatu masyarakat, jadi bersifat lokal.Sesuatu dikatakan baik menurut adat istiadat di
Minangkabau Sumatera belum tentu baik menurut adat istiadat di jawa Tengah. Setiap kelompok
masyarakat yang mendiami suatu wilayah memiliki adat istiadat sendiri-sendiri, dengan demikian juga
memiliki standart moral sendiri-sendiri pula.(Asmaran,l994:4). Moral memang bersifat lokal. Searti dengan
moral adalah etika. Etika berasal dari bahasa Yunani ethos yang berarti kebiasaan, bisa kebiasaan baik atau
kebiasaan buruk (Daud Ali, 2005:354). Akan tetapi antara moral dan etika ada perbedaannya. Etika lebih
dipandang sebagai ilmu atau filsafat (Mustofa,ed.,2006: 256). Disebutkan bahwa etika adalah ilmu tentang
apa yang baik dan apa yang buruk serta tentang hak dan kewajiban moral (Kamus Besar, l990: 236).
Dengan demikian standart baik dan buruk ditentukan akal sehat dari sang filosof atau ilmuwan, bukan adat
istiadat sesuatu masyarakat. Di dalam bahasa Jawa dikenal istilah susilo (dalam ejaan bahasa Indonesia
menjadi susila) dan berarti sopan, baik perilakukunya, atau memiliki tatakrama (Mangun Suwito,
2002:142). Bersusila identik dengan moralis, artinya orang yang baik perilakuknya, orang sopan, dan orang
yang memiliki tatakrama, dalam bahasa Jawa disebut memiliki ungggah-ungguh. Moralis atau susila jika
dikaitkan dengan etika laksana fondasi dan bangunan.Etika sebagai ilmu atau filsafat menjadi landasan
berperilaku untuk menjadi manusia moralis. Etika identik dengan potensi dan moral atau susila sebagai
aktualisasinya. Berdekatan dengan term moral, etika, dan susila, dalam Islam dikenal istilah akhlaq (dalam
ejaan bahasa Indonesia menjadi akhlak). Akhlak menjadi salah satu kerangka dasar Islam di samping
aqidah dan syari’ah (Daud Ali, 200:l33). Dengan demikian akhlak menempati posisi penting di dalam Islam.
Nabi Muhammad mengaku: ‫ ) يث لحد ا ( ق االخال م ر مكا التمم بعثت انما‬Artinya: (Aku di utus hanyalah untuk
menyempurnakan kemulyaan akhlak : al-Hadis) Kata akhlak merupakan bentuk jamak dari kata khuluq dan
berarti tingkah laku, perangai, dan tabiat (Djatnika,1987:25). Secara etimologis akhlak berarti kekuatan
jiwa yang mendorong perbuatan secara spontan tanpa dipikirkan terlebih dulu (Ibnu Maskawaih, l329 H: l5).
Dengan demikian akhlak berarti kualitas pribadi yang telah melekat pada jiwa. Apabila dorongan itu
menurut akal maupun agama dikatakan baik, maka akhlaknya dikatakan baik pula. Ia disebut orang yang
memiliki akhlakularimah. Sebaliknya, jika dorongan jiwa yang melahirkan perbuatan buruk, maka perbuatan
itu disebut ber-akhlaq al-mazmumah (Mustofa, ed.,2006:256).Dalam bahasa jawa, akhlak berarti
budipekerti.Orang yang selalu berbuat baik disebut berbudi bowo leksono (orang yang berbudi luhur), dan
orang yang selalu berbuat jelek disebut berbudhi candholo (orang yang budi pekertinya jelek). Baik buruk
akhlak didasarkan pada sumber nilai (Ibrahim, l979:124), dalam hal ini akhlak identik dengan filsafat
tingkah laku. Hanya saja sumber nilai akhlak didasarkan pada Alquran dan Hadis Nabi Muhammad. Di sinilah
letak perbedaan antara etika dengan akhlak. Pertimbangan baik buruk dalam akhlak didasarkan pada
wahyu, sementara etika didasarkan pada rasio, dan moral didasarkan pada kesepakatan bersama yang
bersifat lokal. B. Ruang Lingkup Moral, etika, maupun akhlak sungguhpun berbeda dari segi titik tolak
penilain ,namun ketiganya adalah sama-sama menjelaskan mengenai baik dan buruk suatu perbuatan
manusia. Dengan demikian, ruang lingkup moral, etika, susila, dan akhlak (selanjutnya cukup disebut moral
mengikuti aturan formal dari DIKTI) adalah ajaran baik dan buruknya suatu perbuatan manusia, bagaimana
supaya manusia mau berbuat baik, dan bagaimana supaya manusia tidak mau berbuat tidak baik dalam
semua lapangan kehidupan. Manusia sebagai makhluk yang bermobilitas tinggi, di manapun ia pasti
berbuat. Di saat ia berbuat, ia dapat diteropong dari segi baik atau buruk perbuatannya.Tidak ada satu pun
yang lolos dari penilaian baik atau buruk. Dalam hal ini Allah berfirman: Artinya : “ Barangsiapa yang
mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya. dan Barangsiapa yang
mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan) nya pula“. (QS. Az
Zalzalah: 7-8 ) C. Agama sebagai Sumber Moral Alquran dan Assunnah adalah sumber petunjuk bagi
manusia, Artinya : “(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya
diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai
petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil)“. (QS. Al Baqarah : l85 ). Artinya : “ Sebelum
(Al Quran), menjadi petunjuk bagi manusia, dan Dia menurunkan Al Furqaan. Sesungguhnya orang-orang
yang kafir terhadap ayat-ayat Allah akan memperoleh siksa yang berat; dan Allah Maha Perkasa lagi
mempunyai Balasan (siksa) “. ( QS. Ali Imran : 4 ). atau para hambanya yang takwa kepada-Nya atau
muttaqin. Dalam hal ini Allah berfirman: Artinya : “ Alif laam miin. Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan
padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa “. ( QS. Al Baqarah : l - 2 ). Salah satu bagian dari
kehidupan adalah moral. Dengan demikian perbuatan manusia itu ketika diniali baik atau buruk, sumber
penilaian itu haruslah dari Alquran dan Assunnah. Artinya Alquran dan Assunnah menjadi sumber nilai
perbuatan manusia. Pengertian sumber nilai tidak hanya suatu perbuatan itu dinilai baik atau buruk,
melainkan juga menjadi acuan untuk berbuat sesuai dengan yang dikatakan baik oleh Alquran dan
assunnah, dan berdiam diri tidak melakukan sesuatu karena Alquran dan Assunnah mengatakannya tidak
baik. Orang tidak boleh mabuk-mabukan dan berjudi karena keduanya adalah perbuatan setan yang berarti
buruk. Artinya : “ Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban
untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah Termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah
perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan “. ( QS. Al Maidah : 90 ). Orang disuruh
hanya memakan makanan yang halalan thayyiban) karena itu adalah baik. Artinya : “ Hai sekalian manusia,
makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-
langkah syaitan; karena Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu “. (QS. Al Baqarah :
l68). Di Dalam Alquran sedemikian banyak, bahkan tak terhitung apa saja yang dikatakan baik dan apa saja
yang dikatakan buruk. Perbedaan baik dan buruk, halal dan haram, hak dan batal dijelaskan kriterianya
masing-masing oleh Alquran. Itulah sebabnya Salah satu dari nama Alquran - di samping nama-nama yang
lain - adalah al-furqan. Salah satu kriteria sesuatu dikatakan tidak baik karena akan berekibat dosa dan
tempat kembalinya ke neraka, sedangkan yang baik akan mendapatkan pahala dan tempat kembalinya
adalah surga dan ampunan Allah. Contohnya adalah seorang muslim kawin dengan wanita musyrik atau
seorang muslimah kawin dengan laki-laki musyrik , baik laki-laki maupun wanita musyrik, keduanya
mengajak ke neraka. Jika seorang muslim hanya kawin dengan wanita muslimah, perkawinan itu diajak oleh
Allah kepada ampunan-Nya dan surga. Demikian firman Allah: Artinya : “dan janganlah kamu menikahi
wanita-wanita musyrik, sebelum mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari
wanita musyrik, walaupun Dia menarik hatimu. dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik
(dengan wanita-wanita mukmin) sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak yang mukmin lebih baik
dari orang musyrik, walaupun Dia menarik hatimu. mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke
surga dan ampunan dengan izin-Nya. dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya (perintah-perintah-Nya)
kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran“. ( QS. Al Baqarah : 221 ). Karena Alquran dan
Assunnah sebagai sumber akhlak, setiap muslim untuk bisa berakhlakulkarimah, pertama-tama harus
mengetahui setiap yang dikatakan baik dan buruk oleh Alquran maupun Assunnah. Alquran terdiri atas 30
juz (bagian). Setiap juz terdiri ata 9 lembar. Setiap lembar terdiri atas 2 halaman. Setiap halaman terdiri
atas sejumlah ayat. Setiap ayat terdiri atas satu hingga sejumlah informasi atau petunjuk. Melalui kegiatan
pemahaman atau tafsir dapat diketahui maknanya mengandung kualitas baik atau buruk, dosa atau pahala,
manfaat atau madarat, hak atau batal, surga atau neraka sebagai balasan pelaku kandungan makna
tersebut.sementra itu Assunnah lebih banyak lagi. Naskah kitab-kitab hadis lebih tebal daripada Alquran.
“Shahih al-Bukhari” terdiri atas 99 kitab (dalam arti bab), Shahih Muslim terdiri atas 54 bab, Sunan Abu
Dawud terdiri atas 40 bab, Suinan at-Turmuzi terdiri atas 47 bab, Sunan Nasai terdiri atas 51 bab, Sunan
Ibnu Majah terdiri atas 38 bab, Sunan ad-Darimi terdiri atas 24 bab, Muwatta’ Malik terdiri 56 bab (Syuhudi
Ismail, l99l:85-94). Setiap bab terdiri atas sejumlah (secara umum banyak) sub bab. Setiap sub bab terdiri
atas sejumlah hadis. Setiap hadis terdiri atas sejumlah informasi atau petunjuk. Selain yang telah
disebutkan ini masih ada kitab-kitab hadis lain yang bersifat induk seperti Musnad Imam Ahmad bin Hanbal.
Kitab ini terdiri atas 6 jilid tebal, yang secara keseluruhan mengandung l0.000 hadis. 9000 hadis lebih
dalam kitab ini termasuk hadfis sahih yang dapat dijadikan sebagai sumber hukum atau pedoman dalam
beragama. Ketidaktahuan apa yang dikatakan baik atau buruk oleh Alquran maupun Assunnah
menyebabkan ketidaktahuan pula perbuatan (perasaan, pikiran, keyakinan, maupun perbuatan fisik) yang
dilakukan itu baik atau buruk, masuk kategori akhlaqul karimah atau akhaqul mazmuihah. Persoalannya
adalah, seberapa banyak yang sudah diketahui yang termasuk baik dan yang termasuk buruk menurut
Alquran dan Assunnah, dan seberapa banyak pula yang diketahui baik telah menjadi tabiat seorang muslim.
Dari sinilah setiap muslim telah dapat diukur atau mengukur dirinya sendiri telah termasuk ber-akhlaqul
karimah atau belum, masih jauh dari kriteria itu atau telah mendekatinya, secara umum termasuk orang
yang ber-akhlaqul karimah atau termasuk orang yang ber-akhlaqul mazmuhah. Di sinilah sekali lagi arti
penting pengakuan Nabi : ‫ ق خال اال رم مكا تمم ال بعثت انما‬- ‫ يث الحد‬Artinya: (Aku diutus hanya untuk
menyempurnakan kemulyaan akhlak- al-Hadis). Langkah selanjutnya menyatakan komitmen atas dasar
keyakinan “keharusan” untuk menjadi orang baik, orang bermanfaat, orang yang ber-akhlaqul karimah.
“Aku harus berbuat baik”, “Aku berhenti menjadi orang jahad”, “Aku harus bermanfaat bagi orang lain”,
“Aku tidak pernah akan merugikan orang lain”. Supaya komitmen itu memiliki energi sehingga mampu
melahirkan perbuatan konkrit, maka harus didasari argumentasi rasional atau bukti bahwa orang yang tidak
baik, orang jahad, orang yang ber-akhlaqul mazmumah ternyata merugikan orang lain, bahkan juga
merugikan dirinya sendiri. D. Akhlak Mulia Dalam Kehidupan Kita sebagai bangsa Indonesia memiliki ciri
menonjol dibanding dengan bangsa-bangsa lain di planet bumi ini. Kita umat Islam sebagai pemeluk agama
Islam terbesar dunia, tetapi sekaligus juga sangat korup, “Indonesia has lousy work ethic and seriouse
corruption (Kraar,l988:4) dan predikat korup ini masih lekat hingga sekarang, tahun 2007 ini). Selain itu
juga terdapat kondisi yang memprihatinkan, umpama:supremasi hukum amat lemah atau selalu berpihak
kepada pemilik uang, wajah politik dicirikan dengan money politic, demo-demo kolosal yang tidak lagi
berdasarkan pada moral vorce, melainkan atas dasar sponsor yang umumnya dari aktor politikus kotor,
kegemaran tawur massal yang disebabkan persoalan sepele, penghapusan jejak para pencuri negara atau
kekakyaan negara dengan cara money loundry di luar negeri seperti ke Hongkong atau Singapura, budaya
KKN yang amat sulit dikikis karena lembaga tertinggi pengikis KKN justru kelihatannya harus dikikis pula
karena berpraktik KKN. Di sisi lain, mayoritas di negri ini 82 % lebih adalah pemeluk Islam. Mayoritas
mereka buta huruf Alquran. Hanya 0, 00 % sekian yang yang paham kandungan Alquran maupun Assunnah
- dan ini juga termasuk kaum terpelajar, akademikus, administratur tingkat tinggi apalagi tingkat
rendahannya.Belum lagi mereka yang sudah paham kandungan Alquran kemudian digunakan sebagai
pembenar ambisi politik golongan dan pribadinya.Dengan demikian kondisi umum bangsa ini adalah kerdil
moral - untuk tidak mengatakan a moral - sebagian karena tidak tahu tentang standart-standart moral
(baik-buruk) dan sebagian lainnya karena nekad, aji mumpung, bermental jelek dan rakus.Ini masih
ditambah dengan budaya hedonistik yang menerpa seluruh lapisan masyarakat, yaitu segala sesuatu diukur
dengan uang.Idiom lillahi ta’la hanya tinggal formalistik di dalam niat ritus-ritus agama.Demikian pula idiom
rame ing gawe sepi ing pamrih terkubur begitu dalam di era konsumerisme dan sentitisme (peniruan) ini.
Untuk mengubah dari citra kerdil moral atau bahkan amoral ke moralis harus ada gerakan moral dari
seluruh komponen bangsa. Sejak dulu, konon bangsa kita adalah bangsa religius. Apapun agama yang
dipeluk oleh bangsa Indonesia: Hindu, Budha, Nasrani, Islam, dan Konghucu, para tokoh agamanya supaya
menjadikan skala prioritas memberikan pencerahan kepada masing-masing umatnya pada kandungan
ajaran moralatau akhlak baik (l) akhlak kepada Allah atau yang dipertuhan, (2) akhlak kepada manusia
mencakup (dalam Islam Rasulullah) pembawa ajaran agama, orang tua, kerabat dekat atau yang lainnya,
kepada diri sendiri, tetangga, dan masyarakat umum, (3) akhlak terhadap makhluk hidup non manusia
(binatang), dan (4) akhlak terhadap lingkungan hidup (Daud Ali,2005:356-359), mengemas kandungan
ajaran atau reinterpretasi terhadapnya dengan tampilan yang santun dan tidak menimbulkan sentimen
agama, mengedepankan ajaran toleransi dan mengasihani terhadap pemeluk agama lain. Baik secara umum
atau global maupun detail atau rinci, dalam semua bidang kehidupan Islam menghendaki harus baik. Untuk
diktum yang pertama Allah berfirman: Artinya : “Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan
menjadikan kamu pemakmurnya, karena itu mohonlah ampunan-Nya, kemudian bertobatlah kepada-Nya,
Sesungguhnya Tuhanku Amat dekat (rahmat-Nya) lagi memperkenankan (doa hamba-Nya)“. ( QS. Hud : 61
). Kebaikan yang diajarkan Islam tidak hanya terbatas didunia, melainkan mencakup kehidupan akhirat.
Tuntunan doa untuk ini sebagaimana firman Allah: Artinya : “ dan di antara mereka ada orang yang
bendoa: "Ya Tuhan Kami, berilah Kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah Kami dari
siksa neraka ". ( QS. Al Baqarah : 20l ). Untuk diktum yang kedua, Allah berfirman: Artinya : “Barangsiapa
yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya. dan Barangsiapa
yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya pula“. (QS. Az-
Zalzalah: 7–8) Di antara dua kutub moralitas global dan detail manusia diberi kebebasan untuk
mengapresiasi diri, berlomba, berangan-angan, bercita-cita, bertutur kata, dan berbuat yang baik. Allah
berfirman : Artinya : “ dan Katakanlah: "Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; Maka Barangsiapa yang
ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan Barangsiapa yang ingin (kafir) Biarlah ia kafir". Sesungguhnya
Kami telah sediakan bagi orang orang zalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka. dan jika
mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang
menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek “. ( QS. Al
Kahfi : 29 ). Artinya : “Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan“. ( QS. Al Baqarah : l48 )
Semakin seseorang berpacu ke arah kebaikan dan dapat mengaktualisasikannya ke dalam kehidupan
praktis, ia akan memperoleh predikat muhsinin. Allah berfirman: Artinya : “ ......dan berbuat baiklah,
karena Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik “. ( QS. Al Baqarah : l95 ). Orang-
orang seperti ini akan dimulyakan Allah. Yang paling mulya kedudukannnya di antara para muhsinin adalah
yang paling takwa diantara mereka. Allah berfirman: Artinya : “ Sesungguhnya orang yang paling mulia
diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu “ . ( QS. Al Hujarat : l3 ).

Make Google view image button visible again: https://goo.gl/DYGbub

ENDAHULUAN
Agama adalah suatu kepercayaan yang di yakini seseorang untuk membuat hidupnya
lebih tentram dan mengantarkan seseorang itu dalam kebaikan. Hal tersebut terbukti dengan
berkembangannya zaman. pada hakikatnya dulu manusia masih berada dalam masa jahiliyah
yaitu masa kebodohan yang belum mengenal kasta dan agama, dimana seseorang tersebut masih
dalam tahap pencarian jati diri. Dengan keadaan seperti itu manusia semakin dalam kebodohan
dan merajalela sehingga Allah menyampaikan wahyu kepada malaikat Jibril untuk disampaikan
kepada para rasulNya, disitulah agama mulai di sebarluaskan.
Pada makalah kali ini, saya akan menjabarkan secara detail mengenai pengertian agama
dalam Al-Qur’an, makna semantik kata Ad-din (agama), serta perbedaan Millah dan din dari segi
makna maupun penggunaan lafalnya .

RUMUSAN MASALAH

1. Apa pengertian agama itu?


2. Apa sajakah Makna Semantik dari Kata Ad-Din itu?
3. Apa perbedaan Millah dan din dari segi makna maupun penggunaan lafalnya?

PEMBAHASAN
A. Pengertian Agama
‫وما‬Agama, Religi dan Din (pada umumnya) adalah satu sistema credo (tata-keimanan
atau tata-keyakinan) atas adanya sesuatu Yang Mutlak di luar manusia dan satu sistema ritus
(tata-peribadatan) manusia kepada yang dianggapnya Yang Mutlak itu serta sistema norma (tata-
kaidah) yang mengatur hubungan manusia dengan alam lainnya, sesuai dan sejalan dengan tata-
keimanan dan tata peribadatan termaksud. Agama, Religi dan Din masing-masing memiliki arti
etimologis sendiri-sendiri, masing-masing memiliki riwayat dan sejarahnya sendiri-sendiri, akan
tetapi dalam arti teknis terminologis, ketiga istilah itu mempunyai makna yang sama.[1]
Dalam bahasa Arab, “Agama” adalah ad-din. Al-Qur’an menggunakan kata din untuk menyebut
semua jenis agama dan kepercayaan kepada Tuhan, Secara bahasa, Ad-Din artinya taat, tunduk,
dan berserah diri. Adapun secara istilah berarti sesuatu yang dijadikan jalan oleh manusia dan
diikuti (ditaati) baik berupa keyakinan, aturan, ibadah dan yang semacamnya, benar ataupun
salah. sebagaimana firman Allah SWT :
. ‫ل ُك ْم ِد ْينُ ُك ْم و ِلي ِديْن‬
‘Untukmulah agamamu dan untukkulah agamaku’ (QS. Al-kafirun: 6)
. ُ‫ال ْسل ِم ِديْنا فل يُ ْقبل ِم ْنه‬ ِ ْ ‫وم ْن يبْتغِ غيْر‬
‘Barang siapa mencari agama selain (agama) islam, maka agama itu tidak akan diterima
darinya’ (QS. Ali Imran: 85)
‫الدي ِْن ُك ِل ِه‬
ِ ‫ُظ ِهرهُ على‬ ْ ‫ق ِلي‬
ِ ‫س ْو لهُ بِا ْل ُهدى و ِدي ِْن ْالح‬
ُ ‫هُو الَّذِى أ ْرسل ر‬
‘Dialah yang telah mengutus rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama Kebenaran untuk
Dia menangkan atas semua agama’ (QS. Al-fath: 28) . [2]
Pada ayat pertama dan kedua di atas dibicarakan tentang agama islam (agama orang-
orang mukmin) dan agama selain islam (agama orang-orang kafir) sebagaian dua agama yang
berbeda. Sedang pada ayat ketiga dibicarakan tentang keunggulan agama kebenaran (islam yang
dibawa Nabi Muhammad Saw.) atas semua agama baik agama islam yang dibawa oleh nabi-nabi
sebelumnya maupun agama dan kepercayaan yang sesat. Pada kesemuanya itu digunakan
istilah din.
B. Makna Semantik (bahasa) Kata Din
Kata Din adalah bentuk mashdar (kata dasar) dari kata kerja dana-yadinu yang memiliki
banyak makna, antara lain:

1) Ketaatan dan kemaksiatan (ath-tha’ah wa al ma’shiyah)


2) Kemuliaan dan kehinaan (al-’izzah wa adzillah)
3) Paksaan (al-ikrah)
4) Kesalehan (al-wara’)
5) Perhitungan (al-hisab)
6) Pembalasan (al-jaza’ wa al-mukafa’ah)
7) Putusan (al –qadha’)
8) Kekuasaan (as-sulthan wal hukm)
9) Pengaturan, pengurusan (at-tadbir
10) Tingkah laku (as- sirah)
11) Adat, kebiasaan (al ‘adah)
12) Keadaan ( al-hal),
13) Perkara, urusan ( asy- sya’n)
14) Ibadah (al’ibadah)
15) Millah dan madzhab
16) Tauhid

Makna Din dalam Al-Qur’an


Di dalam Al-Qur’an, kata yang berasal dari akar kata ) ‫ ن‬- ‫ ( د – ي‬disebutkan sebanyak 101
kali, dengan perincian sebagai berikut :
1. Yang bermakna Din disebutkan sebanyak 95 kali dalam bentuk-bentuk sebagai berikut:
a. Mashdar (kata dasar) : din-ad-din )‫ (دين–الدين‬:92 kali;
b. Isim Maf’ul (kata sifat bentuk pasif): madinun dan madinin)‫ ) مدينون–مدينين‬2 kali;
c Fi’il mudhari’ (kata kerja bentuk sekarang/ yang akan datang): yadinun )‫)يدينون‬
2. Yang bermakna Dain (hutang) sebanyak 6 kali:
a. mashdar dain )‫ )دين‬: 5 kali ;
b. Fi’il Madhi (bentuk lampau): tadayantum )‫ )تداينتم‬: 1 kali
Jika kita mengkaji kata din dalam Al-Qur’an, maka ketiga penggunaan kata
kerja dana yang dikemukakan oleh Dr. Muhammad Abdullah Daraz diatas, akan kita temukan
didalamnya. Yang paling banyak adalah penggunaan ketiga (dana bihi) yang bermakna agama
atau kepercayaan kepada Tuhan yang disebutkan sekitar 63 kali, baik agama islam maupun
agama dan kepercayaan lainnya. Penggunaan kedua(dana lahu) disebutkan 12 kali, yang
bermakna: “ketaatan dan ketundukan kepada Allah” dan (memurnikan) peribadatan kepadaNya.
Sedangkan penggunaan pertama (danahu) disebutkan sebanyak 15 kali, bermakna (hari
pembalasan) dan yang diberi balasan atau yang dikuasai.[3]
C. Perbedaan Millah dan din dari segi makna maupun penggunaan lafalnya
a. Dari segi makna, para ulama berkata : “Adapun apa yang dibebankan Allah kepada hamba-
hamba-Nya dinamakan syara’ jika di lihat dari segi undang-undang dan
penjelasan. Dinamakan din dari segi adanya ketundukan dan kepatuhan kepada syari’ (pembuat
syara’), dan dinamakan millah dari segi berupa himpunan taklif.
b. Dari segi penerapan kata, dibedakan bahwa kata millah tidak dirangkaikan kecuali kepada para
nabi dan kepada lafaz bermakna jama’ (suatu kaum atau umat), seperti millah Ibrahim (agama
Ibrahim),millah aba’i (agama nenek-moyangku), millatahum (agama mereka, umat Yahudi dan
Nashrani). Hampir tidak bisa ditemukan millah yang dirangkaikan pada lafal Allah atau kepada
individu (perseorangan). Oleh karenanya, tidak bisa dikatakan, misalnya millah Allah, millati
(millah ku) dan millah Zaid. Adapun kata Din bisa ditangkaikan kepada semua itu, seperti Din
Allah, Din Zaid, dini, dan dinukum.[4]
Dari berbagai definisi tentang agama diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa apa yang
disebut agama dalam sepanjang sejarah manusia itu haruslah memenuhi dua makna, yakni:
1. Al-halah an-nafsiyyah yaitu situasi kejiwaan (kondisi subyektif) orang yang beragama.
Sedangkan menurut Ustad Mahmud Abul Faidh adalah kepatuhan dan ketundukkan kepada
akidah apapun, baik yang berpaham monotheisme (satu Tuhan) ataupun politheisme (banyak
Tuhan).
2. Al-haqiqah al-kharijiyyah yaitu kenyataan lahiriah (realitas obyektif) orang yang beragama. Dari
segi ini, agama didefinisikan sebagai undang-undang teoritik yang memberi batasan terhadap
kekuatan ilahiah.[5]

Setiap agama yang lahir di masyarakat manusia, apapun macam ajarannya selalu memiliki dua
wajah ajaran, yakni :
1. Wajh sirriy bathiniy yakni ajaran bathiniah, bersifat kebatinan dan kepercayaan.
2. Wajh zhahiriy fiqhiy ‘amaliy yakni ajaran lahiriah yang bersifat praktis dan terapan. Selain itu,
unsur yang terdapat dalam agama antara lain:
1. Pengakuan adanya “kekuatan Gaib” yang menguasai, mengatur, atau mempengaruhi kehidupan
manusia.
2. Keyakinan bahwa keselamatan hidup manusia tergantung adanya hubungan baik dengan
“kekuatan Gaib” tersebut.
3. Sikap emosional pada hati dan jiwa manusia terhadap “Kekuatan Gaib” itu, seperti rasa takut,
rasa hormat, cinta, penuh harap, dan pasrah.
4. Tingkah laku tertentu yang bisa diamati sebagai buah dari ketiga unsur diatas, seperti sholat,
sembahyang, puasa, berdoa dan lain-lain.[6]
KESIMPULAN
Dalam bahasa Arab, “Agama” adalah ad-din. Al-Qur’an menggunakan kata din untuk
menyebut semua jenis agama dan kepercayaan kepada Tuhan, Secara bahasa, Ad-Din artinya
taat, tunduk, dan berserah diri. Adapun secara istilah berarti sesuatu yang dijadikan jalan oleh
manusia dan diikuti (ditaati) baik berupa keyakinan, aturan, ibadah dan yang semacamnya, benar
ataupun salah.
Ad-din memiliki makna tersendiri dalam Al-Qur’an, antara lain: ketaatan dan
kemaksiatan,Kemuliaan dan kehinaan, Paksaan, Kesalehan , Perhitungan , Pembalasan ,Putusan ,
kekuasaan, pengaturan, pengurusan, tingkah laku, adat, kebiasaan, keadaan, perkara/urusan,
Ibadah, Millah dan madzhab, tauhid, dan nama bagi sarana untuk menyembah Allah.
Dalam penulisan makalah ini tentu banyak kekurangan disana sini, hal itu tidak lain
dikarenakan keterbatasan pemakalah. Oleh karena itu, kritik dan saran dari bapak dosen
pengampu dan teman-teman sangat diharapkan pemakalah untuk menghindari kesalahan dalam
memahami suatu keilmuan dan juga untuk memperbaiki untuk pembuatan makalah selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA
Saufuddin, Endang. 1993. Wawasan Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Aziz, Imam 2004 Tafsir Maudhu’in Al-Muntaha, Yogyakarta: Pustaka Pesantren.

KONSEP AGAMA SECARA ETIMOLOGIS DAN

TERMINOLOGIS

KONSEP AGAMA SECARA ETIMOLOGIS

• Sanskerta : A=tidak GAMA=kacau, kocar-kacir, berantakan

AGAMA=tidak kacau, tidak kocar-kacir, tidak berantakan, atau adanya


keteraturan dan peraturan untuk mencapai arah atau tujuan tertentu.

• Latin: Religio, Religere= mengembalikan ikatan, memperhatikan

dengan saksama

AGAMA adalah tindakan manusia untuk mengembalikan ikatan atau

memulihkan hubungannya dengan Ilahi.

• Arab: Din berasal dari kata dana yadinu dinan berarti tatanan, sistem

atau tatacara hidup. Jadi Din berarti tatacara hidup KONSEP AGAMA SECARA ETIMOLOGIS DAN

TERMINOLOGIS

KONSEP AGAMA SECARA TERMINOLOGIS

• AGAMA : aturan atau tata cara hidup manusia dalam hubungannya

dengan Tuhan dan sesamanya (Ensiklopedi Nasional Indonesia)

• AGAMA : ajaran atau sistem yang mengatur tata keimanan

(kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta

tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan

manusia serta lingkungannya (Kamus Besar Bahasa Indonesia) UNSUR AGAMA

1. Keyakinan (credial, akidah), yaitu keyakinan akan

adanya sesuatu kekuatan supranatural yang diyakini

pengatur dan pencipta alam.

2. Peribadatan (ritual, ibadah), yaitu tingkah laku manusia

dalam berhubungan dengan kekuatan supranatural

tersebut sebagai konsekuensi atau pengakuan dan

ketundukannya.

3. Sistem nilai (Value, sumber hukum, syari’at) yang

mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya


atau alam semesta yang dikaitkan dengan keyakinan
Kajian Bahasa

Agama dalam konsep Islam disebut Dien Kata Ad-Din berasal dari kata ‫دينا‬ ‫و‬ ‫يدين‬ ‫ دان‬yang
berarti tanggungan, hutang, keharusan penegakan peraturan. Ad-Din adalah huatang yang harus dibayar dan
dipertanggung jawabkan, atau peraturan yang harus dilaksanakan. Dalam kamus Bahasa Arab disebutkan beberapa
kemungkinan makna ‫دين‬dalam Al-Qur’an diantaranya adalah : 1) ‫ = السلطان والحكم‬kekuasaan, 2) ‫=الطاعة‬ketaatan,
3) ‫ = الجزأ‬pembalasan, 4) ‫ = العادة‬kebiasaan, 5) ‫ = الحساب‬perhitungan, 6)‫ = الملة‬agama.[1]

Penggunaan kata Ad-Din dalam Al-Qur’an

Al-Qur’an mengungkapkan kata Ad-Din sebanyak 92 kali. Secara umum kata Ad-Din diungkap pada surat-
surat Makiyah sebanyak 47 kali. Dan pada surat-surat Madaniyah sebanyak 45 kali. Melihat pengungkapan kata Ad-
Din pada ayat Makiyah dan Madaniyah, maka dapat pula dikatakan bahwa porsi kata Ad-Din pada keduanya
berimbang. Walaupun lebih banyak pada surat-surat Makiyah. Kondisi ini mengindisikasikan bahwa di Makkah
dakwah Islam untuk memperkenalkan ajaran yang dibawa Muhammad, sedangkan pada zaman Madaniyah lebih
pada penataan atau pendalaman Ad-Din.

Ayat Makiyah Ayat Madaniyah Pola Ayat


36 26 ‫ِين‬
ِ ‫د‬
– 5 ‫دين‬
1 – ‫ِين‬
ِ ‫د‬
1 3 ‫دِينا‬
2 9 ‫دِينُ ُكم‬
– 2 ‫دِينِ ِه‬
5 5 ‫دِينِ ِهم‬
2 1 ‫دِينِي‬

Apabila mengkaji ad-Din dalam ayat-ayat Al-Qur’an, dapat ditari kesimpulan bahwa kata Ad-
Din mengandung empat makna yang saling terjalin satu sama lainnya dan tak dapat dipisahkan. Karena makna satu
dengan makna yang lain saling menjelaskan, sehingga menjadi satu kesatuan yang utuh. Makna-makna tersebut
adalah sebagai berikut :

a. Penyerahan Diri

‫إن الدين عند هللا اإلسلم اختلف الذين أوتوا الكتاب إال من بعد ما جاءهم العلم بغيا بينهم ومن يكفر بآيات هللا‬
‫فإن هللا سريع الحساب‬

“Sesungguhnya agama (yang diridai) di sisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al
Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka.
Barang siapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya”. (Q.S. Ali
‘Imran [3]: 19)md.

Makna Ad-Din pada ayat diatas yakni, kepatuhan kepada Allah dan ketetapan-Nya, berikrar dengan
ucapan dan hati tanpa rasa takabur, tidakj menyekutukan-Nya dengan yang lain serta tidak pula berpaling dari-
Nya. Aplikasinya dengan ibadah dan rendah diri (tunduk), taat pada perintah-Nya serta meninggalkan larangan-
larangan-Nya.[2]

(12)‫( وأمرت لن أكون أول المسلمين‬11)‫قل إني أمرت أن أعبد هللا مخلصا له الدين‬

“Katakanlah: “Sesungguhnya aku diperintahkan supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-
Nya dalam (menjalankan) agama. Dan aku diperintahkan supaya menjadi orang yang pertama-tama berserah
diri”.(Q.S. Az-Zumar [39]: 11-12)mk.

Dua ayat tersebut menjelaskan supaya manusia beribadah kepada Allah secara ikhlas. Penyembahan
terhadap sesuatu hanya dapat terjadi karena seseorang merasa lebih lemah terhadap sesuatu yang memiliki
kekuasaan dan kekuatan. Sehingga, dengan penyembahan ini si lemah merasa mendapat perlindungan dan
terhindar dari rasa kekhawatiran dan ketakutan.

Tegasnya, pada ayat tersebut bahwa seluruh alam semesta beserta isinya telah tunduk, taat, dan
berserah diri pada kekuasaan Allah.

b. Kerajaan dan Kekuasaan

Perkataan dien juga mempunyai arti kerajaan (judicious power). Konsep ini sangat berkaitan
dengan tauhid uluhiyyah yang merupakan perkara paling penting dalam aqidah Muslim. Seseorang itu tidak
diterima imannya dengan hanya percaya kepada Allah sebagai Rabb akan tetapi ia hendaklah iman kepada Allah
sebagai Ilah. Ini bermakna Allah adalah satu-satunya tuhan yang disembah, ditaati, Dialah penguasa dan Raja.

‫ما تعبدون من دونه إال أسماء سميتموها أنتم وآبآؤكم ما أنزل هللا بها من سلطان إن الحكم إال هلل أمر أال تعبدوا‬
‫إال إياه ذلك الدين القيم ولكن أكثر الناس ال يعلمون‬

“Kamu tidak menyembah yang selain Allah kecuali hanya (menyembah) nama-nama yang kamu dan nenek
moyangmu membuat-buatnya. Allah tidak menurunkan suatu keterangan pun tentang nama-nama itu. Keputusan
itu hanyalah kepunyaan Allah. Dia telah memerintahkan agar kamu tidak menyembah selain Dia. Itulah agama
yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”. (Qs: Yusuf:40)mk

‫قل يا أيها الناس إن كنتم في شك من ديني فل أعبد الذين تعبدون من دون هللا ولكن أعبد هللا الذي يتوفاكم‬
‫وأمرت أن أكون من المؤمنين‬

Katakanlah: “Hai manusia, jika kamu masih dalam keragu-raguan tentang agamaku, maka (ketahuilah) aku tidak
menyembah yang kamu sembah selain Allah, tetapi aku menyembah Allah yang akan mematikan kamu dan aku
telah diperintah supaya termasuk orang-orang yang beriman”,

Tauhid uluhiyyah ini yang membedakan musyrikin dengan mu’minin. Dari sinilah lahirnya Istilah al-
hakimiyyah dimana seoarang muslim harus menerima Syari’at Allah dan tidak boleh tunduk kepada undang-undang
buatan manusia. Kerana Allah Yang maha bijaksana dan maha mengetahui telah menetapkan hukum syari’ah yang
sesuai untuk manusia untuk ditegakkan dan dipatuhi.

c. Tunduk dan Patuh/Taat


‫هللا الذي جعل لكم الرض قرارا والسماء بناء وصوركم فأحسن صوركم ورزقكم من الطيبات ذلكم هللا ربكم‬
(65)‫( هو الحي ال إله إال هو فادعوه مخلصين له الدين الحمد هلل رب العالمين‬64)‫فتبارك هللا رب العالمين‬

“Allah-lah yang menjadikan bumi bagi kamu tempat menetap dan langit sebagai atap, dan membentuk kamu lalu
membaguskan rupamu serta memberi kamu rezeki dengan sebahagian yang baik-baik. Yang demikian itu adalah
Allah Tuhanmu, Maha Agung Allah, Tuhan semesta alam. Dialah Yang hidup kekal, tiada Tuhan (yang berhak
disembah) melainkan Dia; maka sembahlah Dia dengan memurnikan ibadah kepada-Nya. Segala puji bagi Allah
Tuhan semesta alam”. (Q.S. Al-Mukmin [40]:64-65)mk.

Kedua ayat tersebut menjelaskan, bahwa Ad-Din hanyalah milik Allah semata yaitu kekuasan mutlak
(absolute) untuk menciptakan langit, bumi dan seisinya. Atas kekuasaan-Nya pula Allah mengharuskan manusia
untuk tunduk dan mentaati segala perintah-Nya. Dalam ayat lain disebutkan

.‫أفغير دين هللا يبغون وله أسلم من في السماوات والرض طوعا وكرها وإليه يرجعون‬

“Maka apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah, padahal kepada-Nya-lah berserah diri segala
apa yang di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa dan hanya kepada Allahlah mereka
dikembalikan”. (Q.S. Ali ‘Imran [3]: 83)md.

Dalam ayat ini jelas Allah menegaskan, bahwa kekuasaan-Nya bersifat mutlak harus dipatuhi dan ditaati
oleh semua seluruh makhluq-Nya, baik sukarela maupun terpaksa. Ayat ini menunjukkan bahwa Ad-Din hanyalah
milik Allah semata, diakui atau tidak oleh makhluq Ad-Din berlaku mutlak.

d. Pertanggung Jawaban

Telah dijelaskan diatas bahwa kata Daana bisa menjadi Dain yang bermakna hutang. Dalam hal ini ia
berkaitan erat dengan perwujudan manusia yang merupakan suatu hutang yang perlu dibayar(lihat surah al-
Baqarah:245), manusia yang berasal dari tiada kemudian dicipta dan dihidupkan lalu diberi berbagai nikmat yang
tak terhingga.

Sebagai peminjam manusia sebenarnya tidak memiliki apa-apa, akan tetapi Pemilik sebenarnya adalah
Allah S.W.T manusia hanyalah diamanahi untuk dipergunakan dalam ibadah. Oleh kerana tidak memiliki apa-apa,
manusia tidak dapat membayar hutangnya maka satu-satunya jalan untuk membalas budi adalah dengan
beribadah, dan menjadi hamba Allah yang mana adalah tujuan daripada penciptaan manusia(al-Dhariyat:56) dan
selanjutnya hutangpun harus dipertanggungjawabkan

(6)‫( وإن الدين لواقع‬5)‫إنما توعدون لصادق‬

“Sesungguhnya apa yang dijanjikan kepadamu pasti benar, dan sesungguhnya (hari) pembalasan pasti
terjadi”. (Q.S. Adz Dzaariyat [51]: 51-56)mk.

Ayat ini menjelaskan kepada manusia kepada manusia bahwa semua yang dilakukan manusia baik/buruk,
salah/benar akan mendapatkan pembalasan.

(19)‫(يوم ال تملك نفس لنفس شيئا والمر يومئذ هلل‬18)‫( ثم ما أدراك ما يوم الدين‬17)‫وما أدراك ما يوم الدين‬
“Tahukah kamu apakah hari pembalasan itu? Sekali lagi, tahukah kamu apakah hari pembalasan itu? (Yaitu) hari
(ketika) seseorang tidak berdaya sedikit pun untuk menolong orang lain. Dan segala urusan pada hari itu dalam
kekuasaan Allah”. (Q.S. Al-Infithar [82]: 17-19)mk.

Makna Ad-Din diatas menginformasikan kapada kita bahwa hari Pembalasan sangatlah adil. Pada hari itu
manusia tidak bisa untuk menolong dirinya sendiri, hanya amal masing-masing yang menentukan dirinya, yaitu
mendapatkan kebahagiaan disisi Allah atau akan mendapatkan kesengsaraan.

e. Fitrah untuk Menyempurnakan Tatanan Hidup

Pengertian yang lain ialah kecendrungan (inclination). Sudah menjadi fitrahmanusia diciptakan
mempunyai kecendrungan untuk percaya kepada perkara yangsupernatural, percaya adanya tuhan yang mengatur
alam semesta dan kuasa ghaib tidak bisa apa yang dicerna oleh indera manusia. Inilah yang dinamakan dienul
fitrah

‫فأقم وجهك للدين حنيفا فطرة هللا التي فطر الناس عليها ال تبديل لخلق هللا ذلك الدين القيم ولكن أكثر الناس ال‬
‫يعلمون‬

“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah
menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus;
tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”(al-Rum:30)

Islam adalah agama yang sesuai dengan fitrah manusia dan setiap bayi tang lahir sebagai seorang Muslim.
Disamping itu sudah menjadi fitrah, manusia dijadikan oleh Allah sebagai makhluq sosial yang membutuhkan orang
lain dalam pemenuhan kebutuhannya. Maka mau tidak mau manusia harus berkerjasama didalam menata
kehidupannya

Kata dana juga berubah menjadi Maddana, dari kata ini lahirlah istilah madinahdan madani, maddana
yang bermakna membangun dan bermasyarakat, oleh karena itu madinah dan madani hanya boleh digunakan untuk
masyarakat yang beragama dan bukansekuler. Dari pengertian ini juga kita lihat bahwa hal ini berkaitan erat
dengan konsepkhilafah dimana manusia telah diamanahkan oleh Allah sebagai khalifahNya di muka bumi untuk
memakmurkan bumi dan membangun kedamaian dalam bermasyarakat yang sesuai dengan keinginan Allah

‫وعد هللا الذين آمنوا منكم وعملوا الصالحات ليستخلفنهم في الرض كما استخلف الذين من قبلهم وليمكنن لهم‬
‫دينهم الذي ارتضى لهم وليبدلنهم من بعد خوفهم أمنا يعبدونني ال يشركون بي شيئا ومن كفر بعد ذلك فأولئك‬
‫هم الفاسقون‬

“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang
shaleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan
orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah
diridai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam
ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apa pun
dengan Aku. Dan barang siapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang
fasik”. (an-Nur:55)
Kesimpulan

Dari beberapa definisi / maksud agama menurut Islam seperti yang telah diterangkan diatas, maka
jelaslah agama menurut sudut pandangan Islam sangat berbeda dengan persepsi Barat, agama dalam Islam adalah
cara hidup, cara berfikir, berideologi, dan bertindak. Agama meliputi sistem-sistem politik, ekonomi, sosial,
undang-undang dan ketata-negaraan.

Agama berperan dalam membentuk pribadi insan kamil disamping juga membentuk masyarakat
yang ideal, agama menitik beratkan pembentukan moral dan spiritual sesebuah masyarakat tetapi tidak lupa juga
membangun masyarakat dan membina pemerintahan yang kukuh dan berwibawa dimata dunia. Inilah yang
dinamakan agama menurut Islam, jadi apa yang dianggap agama oleh barat adalah bukan agama (tidak lengkap)
menurut Islam, ataupun Islam bukan hanya sekadar agama dalam pengertian Barat yang sempit.

Kelima makna Ad-Din bila dirangkai dalam suatu kalimat akan berbunyi sebagai berikut :

Ad-Din adalah undang-undang atau peraturan penguasa alam semesta untuk digunakan sebagai pedoman
hidup yang ditaati, dipatuhi, dan dimintai pertanggung jawaban; kebaikan dibalas baik, keburukan dibalas buruk
pula. Dengan definisi ini Ad-Dinmencakup segala aspek kehidupan yang mencakup masalah duniawi dan ukhrawi.

Para ulama mendefinisikan Ad-Din sebagai sesuatu yang mampu mengatur segala kehidupan di dunia dan
akhirat secara lengkap dan menyeluruh.

Anda mungkin juga menyukai