Anda di halaman 1dari 23

BAB II

PEMBAHASAN AGAMA SEBAGAI SUMBER MORAL DAN AKHLAK


MULIA DALAM KEHIDUPAN

A. DEFINISI AGAMA DALAM KEHIDUPAN

            Agama menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sistem yang


mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang
Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan
manusia serta lingkungannya.

Kata "agama" berasal dari bahasa Sanskerta,āgama yang berarti "tradisi".


Sedangkan kata lain untuk menyatakan konsep ini adalah religi yang berasal
dari bahasa Latin religio dan berakar pada kata kerja re-ligare yang berarti
"mengikat kembali". Maksudnya dengan berreligi, seseorang mengikat dirinya
kepadaTuhan.

Émile Durkheim mengatakan bahwa agama adalah suatu sistem yang


terpadu yang terdiri atas kepercayaan dan praktik yang berhubungan dengan hal
yang suci. Kita sebagai umat beragama semaksimal mungkin berusaha untuk terus
meningkatkan keimanan kita melalui rutinitas beribadah, mencapai rohani yang
sempurna kesuciannya

Definisi tentang agama dipilih yang sederhana dan meliputi. Artinya


definisi ini diharapkan tidak terlalu sempit atau terlalu longgar tetapi dapat
dikenakan kepada agama-agama yang selama ini dikenal melalui penyebutan
nama-nama agama itu. Agama merupakan suatu lembaga atau institusi penting
yang mengatur kehidupan rohani manusia. Untuk itu terhadap apa yang dikenal
sebagai agama-agama itu perlu dicari titik persamaannya dan titik perbedaannya.
Manusia memiliki kemampuan terbatas, kesadaran dan pengakuan akan
keterbatasannnya menjadikan keyakinan bahwa ada sesuatu yang luar biasa diluar
dirinya. Sesuatu yang luar biasa itu tentu berasal dari sumber yang luar biasa juga.
Dan sumber yang luar biasa itu ada bermacam-macam sesuai dengan bahasa
manusianya sendiri. Misal Tuhan, Dewa, God,Syang-ti, Kami-Sama dan lain-lain
atau hanya menyebut sifat-Nya saja seperti Yang Maha Kuasa, Ingkang Murbeng
Dumadi, De Weldadige, dan lain-lain.

Keyakinan ini membawa manusia untuk mencari kedekatan diri kepada


Tuhan dengan cara menghambakan diri, yaitu: menerima segala kepastian yang
menimpa diri dan sekitarnya dan yakin berasal dari Tuhan menaati segenap
ketetapan, aturan, hukum dll yang diyakini berasal dari Tuhan.

Dengan demikian diperoleh keterangan yang jelas, bahwa agama itu


penghambaan manusia kepada Tuhannya. Dalam pengertian agama terdapat 3
unsur, ialah manusia, penghambaan dan Tuhan. Maka suatu paham atau ajaran
yang mengandung ketiga unsur pokok pengertian tersebut dapat disebut agama.

B. PENGERTIAN MORAL

1. Moral berasal dari kata bahasa Latin mores yang berarti adat kebiasaan.Kata
mores ini mempunyai sinonim mos,moris,manner mores atau manners,moral.

Dalam bahasa Indonesia,kata moral berarti akhlak (bahasa Arab)atau


kesusilaan yang mengandung makna tata tertib batin atau tata tertib hati nurani
yang menjadi pembimbing tingkah laku batin dalam hidup.Kata moral ini
dalam bahasa Yunani sama dengan ethos yang menjadi etika. Secara etimologis
,etika adalah ajaran tentang baik buruk, yang diterima masyarakat umum
tentang sikap,perbuatan,kewajiban,dan sebagainya.

Moral secara ekplisit adalah hal-hal yang berhubungan dengan proses


sosialisasi individu tanpa moral manusia tidak bisa melakukan proses
sosialisasi. Moral dalam zaman sekarang mempunyai nilai implisit karena
banyak orang yang mempunyai moral atau sikap amoral itu dari sudut pandang
yang sempit. Moral itu sifat dasar yang diajarkan di sekolah-sekolah dan
manusia harus mempunyai moral jika ia ingin dihormati oleh sesamanya. Moral
adalah nilai ke-absolutan dalam kehidupan bermasyarakat secara utuh.
Penilaian terhadap moral diukur dari kebudayaan masyarakat setempat.

Moral adalah perbuatan/tingkah laku/ucapan seseorang dalam ber


interaksi dengan manusia. apabila yang dilakukan seseorang itu sesuai dengan
nilai rasa yang berlaku di masyarakat tersebut dan dapat diterima serta
menyenangkan lingkungan masyarakatnya, maka orang itu dinilai mempunyai
moral yang baik, begitu juga sebaliknya.Moral adalah produk dari budaya dan
Agama. Jadi moral adalah tata aturan norma-norma yang bersifat abstrak yang
mengatur kehidupan manusia untuk melakukan perbuatan tertentu dan sebagai
pengendali yang mengatur manusia untuk menjadi manusia yang baik.

1. Akhlak adalah tingkah laku, gambaran tentang perilaku yang seyogyanya


dimiliki seseorang muslim dalam rangka berhubungan dengan Allah,
sesama manusia, dan alam. akhlak menurut bahasa berarti tingkah laku
perangai atau tabiat. Akhlak menurut istilah adalah pengetahuan yang
menjelaskan tentang baik dan buruk. Sedangkan menurut Imam Ghazali akhlak
adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan perbuatan-perbuatan
dengan gampang dan mudah tanpa memerlukan pertimbangan dan pemikiran.

2. Nilai merupakan suatu bobot/kualitas perbuatan kebaikan yang terdapat dalam


berbagai hal yang dianggap sebagai sesuatu yang berharga, berguna, dan
memiliki manfaat.  

3. Norma berasal dari bahasa belanda norm, yang berarti pokok kaidah, patokan,
atau pedoman. Norma adalah bentuk nyata dari nila-nilai sosial di dalam
masyarakat yang berbudaya, memiliki aturan-aturan, dan kaidah-kaidah, baik
yang tertulis maupun tidak. Norma memungkinkan seseorang untuk
menentukan terlebih dahulu bagaimana tindakannya itu akan dinilai oleh orang
lain, norma juga merupakan kriteria bagi orang lain untuk mendukung atau
menolak perilaku seseorang.
4. Susila dan Budi Pekerti

Secara terminology, susila adalah aturan-aturan hidup yang baik. Orang


yang susila adalah orang yang berkelakuan baik, sedangkan orang yang a susila
adalah orang yang berkelakuan buruk. Susila biasanya bersumber pada adat
yang berkembang di masyarakat setempat tentang suatu perbuatan itu tabu atau
tidak tabu, layak atau tidak layak. Dengan demikian susila menunjuk pada arti
perilaku baik yang dilakukan seseorang.

Budi secara istilah adalah yang ada pada manusia yang berhubungan
dengan kesadaran yang didorong oleh akal. Sementara pekerti adalaha apa yang
terlihat pada manusia karena didorong oleh perasaan. Budi pekerti adalah
perbuatan dari hasil akal dan rasa yang berwujud pada karsa dan tingkah laku
manusia.

5. Etika

Secara istilah etika adalah ilmu yang membicarakan tentang tingkah


laku manusia. Sebagian ahli yang lain mengemukakan definisi etika sebagai
teori tentang laku perbuatan manusia dipandang dari segi nilai baik dan buruk
sejauh yang dapat ditentukan akal. Hanya saja ilmu akhlak atau etika Islam
tidak hanya bersumber pada akal, melainkan pula yang terpenting adalah Al-
Qur’an dan Hadits.

6. Hubungan Moral, Susila, Budi Pekerti, Akhlak, dan Etika

Etika (ilmu akhlak) bersifat teoritis sementara moral, susila, akhlak


lebih bersifat praktis. Artinya moral itu berbicara soal mana yang baik dan
mana yang buruk, susila berbicara mana yang tabu dan mana yang tidak tabu,
akhlak berbicara soal baik buruk, benar salah, layak atau tidak layak. Sementara
etika lebih berbicara kenapa perbuatan itu dikatakan baik atau kenapa perbuatan
itu buruk. Etika menyelidiki, memikirkan, dan mempertimbangkan tentang
yang baik dan buruk, moral menyatakan ukuran yang baik tentang tindakan itu
dalam kesatuan sosial tertentu. Moral itu hasil dari penelitian etika.

Akhlak karena bersumber pada wahyu maka ia tidak bisa berubah.


Meskipun akhlak dalam Islam bersumber kepada Al-Qur’an dan Sunnah
sementara etika, moral, dll. bersumber pada akal atau budaya setempat, tetap
saja bahwa semuanya mempunyai keterkaitan yang sangat erat. Dalam hal ini
akhlak Islam sangat membutuhkan terhadap etika, moral, dan susila karena
Islam mempunyai penghormatan yang besar terhadap penggunaan akal dalam
menjabarkan ajaran-ajaran Islam, dan Islam sangat menghargai budaya suatu
masyarakat.

Kalaupun adat local menyimpang, Islam mengajarkan kepada umatnya agar


mengubahnya tidak sekaligus melainkan secara bertahap.

C. AGAMA SEBAGAI SUMBER MORAL

Agama dalam bahasa Indonesia, religion dalam bahasa Inggris, dan di


dalam bahasa Arab merupakan sistem kepercayaan yang meliputi tata cara
peribadatan hubungan manusia dengan Sang Mutlak, hubungan manusia dengan
manusia, dan hubungan manusia dengan alam lainnya yang sesuai dengan
kepercayaan tersebut.

Dalam studi agama, para ahli agama mengklasifikasikan agama ke dalam


berbagai kategori. Menurut al-Maqdoosi agama diklasifikasikan menjadi 3
kategori:

1). agama wahyu dan non-wahyu

2). agama misionaris dan non-misionaris, dan

3). agama lokal dan universal. Berdasarkan klasifikasi manapun diyakini bahwa
agama memiliki peranan yang signifikan bagi kehidupan manusia karena di
dalamnya terdapat seperangkat nilai yang menjadi pedoman dan pegangan
manusia. Salah satunya adalah dalam hal moral.
Moral adalah sesuatu yang berkenaan dengan baik dan buruk. Tak jauh
berbeda dengan moral hanya lebih spesifik adalah budi pekerti. Akhlak adalah
perilaku yang dilakukan tanpa banyak pertimbangan tentang baik dan buruk.
Adapun etika atau ilmu akhlak kajian sistematis tentang baik dan buruk. Bisa juga
dikatakan bahwa etika adalah ilmu tentang moral. Hanya saja perbedaan antara
etika dan ilmu akhlak (etika Islam) bahwa yang pertama hanya mendasarkan pada
akal, sedangkan yang disebut terakhir mendasarkan pada wahyu, akal hanya
membantu terutama dalam hal perumusan.

Di tengah krisis moral manusia modern (seperti dislokasi, disorientasi)


akibat menjadikan akal sebagai satu-satunya sumber moral, agama bisa berperan
lebih aktif dalam menyelamatkan manusia modern dari krisis tersebut. Agama
dengan seperangkat moralnya yang absolut bisa memberikan pedoman yang jelas
dan tujuan yang luhur untuk membimbing manusia ke arah kehidupan yang lebih
baik.

Hubungan Agama dan Moral

Berbicara tentang moral asosiasinya akan tertuju pada penentuan baik dan
buruk sesuatu. Dengan rasio atau tradisi dapat juga dengan lainnya seseorang dapat
menentukan baik atau buruk.

Aliran rasionalisme berpendapat bahwa rasiolah yang menjadi sumber


moral bukanlah yang lain. Yang menentukan baik dan buruknya sesuatu adalah
akal dan pikiran manusia semata.

Aliran hedonisme berpendapat bahwa sumber kebaikan dan keburukan


adalah kebahagiaan. Sesuatu dikatakan baik jika mendatangkan kebahagiaan dan
sebaliknya sesuatu dikatakan buruk jika mendartangkan keburukan. Kebahagiian
yang dimaksud adalaj kebahagiaan individu aliran ini disebut egoistik hednisme,
aliran ini antara lain digagas oleh Epicurus (341-270).
Adalagi aliran hedoisme universal yang berpandangan bahwa kebaikan dan
keburukan diukur oleh kebahagiaan. Aliran ini digagas oleh John Stuart Mill
(1806-1873). Ia mengatakan ebaikan tertinggi (summmun bonum), adalah utility is
happiness for the greates number of sentimen being (kebahagiaan untuk jumlah
kebanyakan manusia yang sebesar-besarnya).

Aliran tradisionalisme berpendapat bahwa sumber kebaikan atau keburukan


adalah tradisi atau adat istiadat. Karena peradaban Barat mengalami trauma historis
berkenaan dengan agama, maka peradaban Barat berusaha menyingkirkan agama
dalam kehidupan mereka. Agama tidakhanya sekedar ritual peribadatan semata-
mata, diluar itu agama tidak berperan apa-apa. Sumber utama moral adalah akal
dengan variasi yang berbeda satu sama lain, karena akal manusia terbatas dan
relatif manusia moderen kehilangan pegangan mutalk. Dalam kondisi demikian, ia
mengalami risis moral yang dalam bentuknya ekstrim berakhir dengan bunuh diri.
Dalam hubungannya dengan ini Muhammad Qhutb menulis, janganlah mudah kita
ditipu oleh gagasan yang canggih dan tidak tahu persoalan sebenarnya, sebab
sepanjang moral telah diputuskan ikatannya dengan akidah terhadap Allah, maka
tidak akan kokoh (kuat) berpijak dimuka bumi ini serta memiliki tempat
bergantung terhadap akibat-akibat yang mengiringinya.

Atas dasar itulah, maka agama memiliki peranan penting usaha dalam
mengahpus krisis moral tersebut dengan menjadikan agama sebagai sumber moral.
Allah SWT telah memberikan agama sebagi pedoman dalam menjalani kehidupan
didunia ini agar mendapat kebahagiaan sejati, salah satunya adalah pedoman moral.
Melalui kitab suci dan para rosul, Allah telah mejelaskan prinsip-prinsip moral
yang harus dijadian pedoman oleh umat manusia. Dalam konteks islam sumber
moral itu adalah Al-Quran dan Hadist.

Mukti Ali mantan mentri agam pernah menyatakan, ‘agama menurut kami antar
lain memberi petunjuk bagaimana moral itu harus dijalankan, agamalah yang
memberikan hukum-hukum moral. Dan karenanya agamalah sanksi terakhir bagi
semua tindakan moral, sanksi agamalah yang membantu dan mempertahankan cita-
cita etik.’
Hamka menyatakan bahwa ‘agama ibarat tali kekang, yaitu tali kekang dari
penguburan pikiran (yang liar / binar), tali kekang dari penguburan hawa nafsu
(yang angkara murka), tali kekang daripada ucapan dan perilaku (yang keji).

Menurut kesimpulan A.H. Muhaimin dalam bukunya Cakrawala Kuliah


Agama bahwa ada beberapa hal yang patut dihayati dan penting dari agama, yaitu:

A. Agama itu mendidik manusia menjadi tenteram, damai, tabah, dan tawakal

B. Agama itu dapat membentuk dan mencetak manusia menjadi: berani berjuang
menegakkan kebenaran dan keadilan, sabar, dan takut berbuat dosa

C.  Agama memberi sugesti kepada manusia agar dalam jiwanya tumbuh sifat-
sifat mulia dan terpuji, toleransi, dan manusiawi.

Dengan demikian peran agama sangat penting dalam kehidupan manusia,


salah satunya, sebagai sumber akhlak. Agama yang diyakini sebagai wahyu dari
Tuhan sangat efektif dan memiliki daya tahan yang kuat dalam mengarahkan
manusia agar tidak melakukan tindakan amoral.

Akhlak mulia adalah akhlak yang sesuai dengan ketentuan-ketentuanan


yang diajarkan Allah dan Rasul-Nya sedangkan akhlak tercela ialah yang tidak
sesuai dengan ketentuan-ketentuan Allah dan rasul-Nya

Menurut Imam Al-Ghazali ada empat sendi yang menjadi dasar bagi
perbuatan-perbuatan baik, yaitu:

A. Kekuatan ilmu yang berwujud hikmah, yaitu bisa menentukan benar dan salah

B. Kekuatan amarah yang wujudnya adalah berani, keadaan kekuatan amarah yang
tunduk kepada akal pada waktu dinyatakan atau dikekang.

C. Kekuatan nafsu syahwat (keinginan) yang wujudnya adalah iffah, yaitu


keadaan syahwat yang terdidik oleh akal.

D. Kekuatan keseimbangan di antara yang tiga di atas.


Empat sendi akhlak tersebut akan melahirkan perbuatan-perbuatan baik,
yaitu jujur, suka memberi kepada sesama, tawadu, tabah, berani membela
kebenaran, menjaga diri dari hal-hal yang haram.

Sementara empat sendi-sendi akhlak tecela adalah :

A. Keji, pintar busuk, bodoh

B. Tidak bisa dikekang

C. Rakus dan statis

D. Aniaya

Keempat sendi akhlak tercela itu akan melahirkan berbagai perbuatan yang
tercela yang dikendalikan oleh nafsu seperti sombong, khianat, dusta, serakah,
malas, kikir, dll. yang akan mendatangkan malapetaka bagi diri sendiri maupun
orang lain.

Manusia harus memiliki moral  dan akhlak yang baik karena tanpa moral
dan akhlak  yang baik manusia itu akan hancur dan hanya menjadi pengikut dari
paham-paham yang menyimpang di dunia ini.

D. AKHLAK MULIA SEBAGAI SUMBER MORAL

PENGERTIAN AKHLAK

Akhlak berasal dari kata “akhlaq” yang merupakan jama’ dari “khulqu” dari
bahasa Arab yang artinya perangai, budi, tabiat dan adab. Akhlak itu terbagi dua
yaitu Akhlak yang Mulia atau Akhlak yang Terpuji (Al-Akhlakul Mahmudah) dan
Akhlak yang Buruk atau Akhlak yang Tercela (Al-Ahklakul Mazmumah).
Akhlak yang mulia, menurut Imam Ghazali ada 4 perkara; yaitu bijaksana,
memelihara diri dari sesuatu yang tidak baik, keberanian (menundukkan kekuatan
hawa nafsu) dan bersifat adil. Jelasnya, ia merangkumi sifat-sifat seperti berbakti
pada keluarga dan negara, hidup bermasyarakat dan bersilaturahim, berani
mempertahankan agama, senantiasa bersyukur dan berterima kasih, sabar dan rida
dengan kesengsaraan, berbicara benar dan sebagainya.

Masyarakat dan bangsa yang memiliki akhlak mulia adalah penggerak ke


arah pembinaan tamadun dan kejayaan yang diridai oleh Allah Subhanahu Wataala.
Seperti kata pepatah seorang penyair Mesir, Syauqi Bei: "Hanya saja bangsa itu
kekal selama berakhlak. Bila akhlaknya telah lenyap, maka lenyap pulalah bangsa
itu".  

Akhlak yang mulia yaitu akhlak yang diridai oleh Allah SWT, akhlak yang
baik itu dapat diwujudkan dengan mendekatkan diri kita kepada Allah yaitu dengan
mematuhi segala perintahnya dan meninggalkan semua larangannya, mengikuti
ajaran-ajaran dari sunnah Rasulullah, mencegah diri kita untuk mendekati yang
ma’ruf dan menjauhi yang munkar, seperti firman Allah dalam surat Al-Imran 110
yang artinya “Kamu adalah umat yang terbaik untuk manusia, menuju kepada
yang makruf dan mencegah yang mungkar dan beriman kepada Allah”

Akhlak yang buruk itu berasal dari penyakit hati yang keji seperti iri hati,
ujub, dengki, sombong, nifaq (munafik), hasud, suudzaan (berprasangka buruk),
dan penyakit-penyakit hati yang lainnya, akhlak yang buruk dapat mengakibatkan
berbagai macam kerusakan baik bagi orang itu sendiri, orang lain yang di
sekitarnya maupun kerusakan lingkungan sekitarnya sebagai contohnya yakni
kegagalan dalam membentuk masyarakat yang berakhlak mulia samalah seperti
mengakibatkan kehancuran pada bumi ini, sebagai mana firman Allah Subhanahu
Wataala dalam Surat Ar-Ruum ayat 41 yang berbunyi:

Artinya

“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena


perbuatan tangan manusi, supay Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari
(akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (Q.S. Ar-
Ruum: 41).

A. PENGERTIAN AKHLAK MAHMUDAH (TERPUJI)

Akhlak mahmudah (terpuji) adalah perbuatan yang dibenarkan oleh agama


(Allah dan RasulNya). Contohnya : disiplin, hidup bersih, ramah, sopan-santun,
syukur nikmat, hidup sederhana, rendah hati, jujur, rajin, percaya diri, kasih
sayang, taat, rukun,  tolong-menolong, hormat dan patuh, sidik, amanah, tablig,
fathanah, tanggung jawab, adil, bijaksana, teguh pendirian, dermawan, optimis,
qana’ah, dan tawakal, ber-tauhiid, ikhlaas, khauf, taubat, ikhtiyaar, shabar, syukur,
tawaadu', husnuzh-zhan, tasaamuh dan ta’aawun, berilmu, kreatif, produktif,
akhlak dalam berpakaian, berhias, perjalanan, bertamu dan menerima tamu, adil,
rida, amal salih, persatuan dan kerukunan, akhlak terpuji dalam pergaulan remaja,
serta pengenalan tentang tasawuf.

1.      Contoh-Contoh Akhlak Mahmudah

Dalam pembahasan ini kami akan menjabarkan akhlak mahmudah yang


meliputi ikhlas, sabar, syukur, jujur, adil dan amanah.

a. Ikhlas

Kata ikhlas mempunyai beberapa pengertian. Menurut al-Qurtubi,


ikhlas pada dasarnya berarti memurnikan perbuatan dari pengaruh-pengaruh
makhluk. Abu Al-Qasim Al-Qusyairi mengemukakan arti ikhlas dengan
menampilkan sebuah riwayat dari Nabi Saw, “Aku pernah bertanya kepada
Jibril tentang ikhlas. Lalu Jibril berkata, “Aku telah menanyakan hal itu kepada
Allah,” lalu Allah berfirman, “(Ikhlas) adalah salah satu dari rahasiaku yang
Aku berikan ke dalam hati orang-orang yang kucintai dari kalangan hamba-
hamba-Ku.”

Keikhlasan seseorang ini, akan menghasilkan kemenangan dan


kejayaan. Anggota masyarakat yang mengamalkan sifat ikhlas, akan mencapai
kebaikan lahir-bathin dan dunia-akhirat, bersih dari sifat kerendahan dan
mencapai perpaduan, persaudaraan, perdamaian serta kesejahteraan.

b. Amanah

Secara bahasa amanah bermakna al-wafa’ (memenuhi) dan wadi’ah


(titipan) sedangkan secara definisi amanah berarti memenuhi apa yang
dititipkankan kepadanya. Hal ini didasarkan pada firman Allah SWT:
“Sesungguhnya Allah memerintahkan kalian untuk mengembalikan titipan-
titipan kepada yang memilikinya, dan jika menghukumi diantara manusia agar
menghukumi dengan adil…” (QS 4:58).

Dalam ayat lainnya, Allah juga berfirman: “Sesungguhnya Kami telah


menawarkan amanah kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka mereka
semua enggan memikulnya karena mereka khawatir akan mengkhianatinya,
maka dipikullah amanah itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat
zalim dan bodoh…” (QS. 33:72).

c. Adil

Adil berarti menempatkan/meletakan sesuatu pada tempatnya. Adil juga


tidak lain ialah berupa perbuatan yang tidak berat sebelah. Para Ulama
menempatkan adil kepada beberapa peringkat, yaitu adil terhadap diri sendiri,
bawahan, atasan/ pimpinan dan sesama saudara. Nabi Saw bersabda, “Tiga
perkara yang menyelamatkan yaitu takut kepada Allah ketika bersendiriaan dan
di khalayak ramai, berlaku adil pada ketika suka dan marah, dan berjimat
cermat ketika susah dan senang; dan tiga perkara yang membinasakan yaitu
mengikuti hawa nafsu, terlampau bakhil, dan kagum seseorang dengan dirinya
sendiri.” (HR. AbuSyeikh).

d. Bersyukur

Syukur menurut kamus “Al-mu’jamu al-wasith” adalah mengakui


adanya kenikmatan dan menampakkannya serta memuji (atas) pemberian
nikmat tersebut.Sedangkan makna syukur secara syar’i adalah : Menggunakan
nikmat AllahSWT dalam (ruang lingkup) hal-hal yang dicintainya. Lawannya
syukur adalah kufur.Yaitu dengan cara tidak memanfaatkan nikmat tersebut,
atau menggunakannya pada hal-hal yang dibenci oleh Allah SWT.

B. PENGERTIAN AKHLAK MAZMUMAH (TERCELA)

Akhlak Mazmumah (tercela) adalah perbuatan yang tidak dibenarkan oleh


agama (Allah dan RasulNya). Contohnya : hidup kotor, berbicara jorok/kasar,
bohong, sombong, malas, durhaka, khianat, iri, dengki, membangkang, munafik,
hasud, kikir, serakah, pesimis, putus asa, marah, fasik, dan murtad, kufur, syirik,
riya, nifaaq, anaaniah, putus asa, ghadlab, tamak, takabbur, hasad, dendam, giibah,
fitnah, dan namiimah, aniaya dan diskriminasi, perbuatan dosa besar (seperti
mabuk-mabukan, berjudi, zina, mencuri, mengkonsumsi narkoba), israaf,  tabdzir.

Dalam konteks pembahasan Akhlak itu, maka akhlak dapat di bagi kepada
3 (tiga) bagian yaitu :

1. Akhlak kepada Allah SWT

Akhlak kepada Allah adalah perbuatan hambaNya terhadap Allah SWT.

2. Akhlak kepada MakhlukNya

Akhlak kepada MakhlukNya adalah perbuatan hambaNya terhadap makhluk


Allah, seperti Malaikat, Jin, Manusia, dan Hewan.

3. Akhlak kepada Lingkungan

Akhlak kepada lingkungan adalah perbuatan hambaNya terhadap lingkungan


(semesta alam), seperti : tumbuh-tumbuhan, air (laut, sungai, danau), gunung,
dan sebagainya.

Contoh Sifat Mazmumah (Tercela) yaitu:

1. Penyakit hati antara lain disebabkan karena ada perasaan iri:


Iri adalah sikap kurang senang melihat orang lain mendapat kebaikan
atau keberuntungan. Sikap ini kemudian menimbulkan prilaku yang tidak baik
terhadap orang lain, misalnya sikap tidak senang, sikap tidak ramah terhadap
orang yang kepadanya kita iri atau menyebarkan isu-isu yang tidak baik. Jika
perasaan ini dibiarkan tumbuh didalam hati, maka akan muncul perselisihan,
permusuhan, pertengkaran, bahkan sampai pembunuhan, seperti yang terjadi
pada kisah Qabil dan Habil.

2. Penyakit hati disebabkan karena perasaan dengki.

Dengki artinya merasa tidak senang jika orang lain mendapatkan


kenikmatan dan berusaha agar kenikmatan tersebut cepat berakhir dan
berpindah kepada dirinya, serta merasa senang kalau orang lain mendapat
musibah. Sifat dengki ini berkaitan dengan sifat iri. Hanya saja sifat dengki
sudah dalam bentuk perbuatan yang berupa kemarahan, permusuhan, menjelek-
jelekkan, menjatuhkan nama baik orang lain.

3. Hasud

Hasud adalah sikap suka menghasud dan mengadu domba terhadap


sesama. Menghasud adalah tindakan yang jahat dan menyesatkan, karena
mencemarkan nama baik dan merendahkan derajat seseorang dan juga karena
mempublikasikan hal-hal jelek yang sebenarnya harus ditutupi. Saudaraku
(sidang pembaca) tahukah antum, bahwa iri, dengki dan hasud itu adalah suatu
penyakit. Pada mulanya iri yaitu perasaan tidak suka terhadap kenikmatan yang
dimiliki orang lain. Kemudian, jika dibiarkan tumbuh, iri hati akan berubah
menjadi kedengkian. Penyakit kedengkian jika dibiarkan terus akan berubah
menjadi penyakit yang lebih buruk lagi, yaitu hasud.

C. AKHLAK MAHMUDAH MELAHIRKAN INSAN YANG BERTAKWA

Sifat Mahmudah atau juga dikenali dengan akhlak terpuji ialah sifat yang
lahir didalam diri seseorang yang menjalani pembersihan jiwa dari sifat-sifat yang
keji dan hina (sifat mazmumah). Sifat Mazmumah boleh dianggap seperti racun-
racun yang boleh membunuh manusia secara tidak disedari dan sifat ini berlawanan
dengan sifat mahmudah yang sentiasa mengajak dan menyuruh manusia melakukan
kebaikan. Oleh itu, dalam Islam, yang menjadi pengukur bagi menyatakan sifat
seseorang itu sama ada baik atau buruk adalah berdasarkan kepada akhlak dan
perilaku yang dimilik oleh seseorang.

Dalam mengamalkan sifat-sifat mahmudah atau etika hidup yang murni, ia


merangkumi banyak aspek antaranya :

1. Akhlak Terhadap Diri Sendiri, seperti menjaga kesihatan diri, membersih jiwa
daripada akhlak yang buruk dan keji serta tidak melakukan perkara-perkara
maksiat.
2. Akhlak Terhadap Keluarga, seperti pergaulan dan komunikasi yang baik antara
suami isteri, berbuat baik kepada kedua ibu bapa, menghormati yang lebih tua
dan mengasihi orang-orang muda daripada kita.
3. Akhlak Terhadap Masyarakat, seperti sentiasa menjaga amanah, menepati
janji, berlaku adil, menjadi saksi yang benar dan sebagainya.

Akhlak dapat dibentuk dengan baik sekiranya kita benar-benar mengikuti


lunas-lunas yang telah disyariatkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Antara jalan terbaik
untuk membentuk akhlak yang mulia ialah :

1. Mempunyai Ilmu Pengetahuan. setiap mukmin perlu mempelajari apakah


yang dimaksudkan dengan akhlak terpuji (akhlak mahmudah) dan tahu
membezakan dengan akhlak yang keji ( akhlak mazmumah ).
2. Menyedari Kepentingan Akhlak Yang Diamalkan. Ini kerana akhlak
merupakan cermin diri bagi seseorang muslim dan membawa imej Islam,
malahan daya tarikan Islam juga bergantung kepada akhlak yang mulia.
3. Mempunyai Keazaman Yang Tinggi, melalui keazaman yang tinggi dan kuat
sahajalah jiwa seseorang dapat dibentuk untuk benar-benar menghayati sifat
yang mulia.

Akhlak dalam praktiknya ada yang mulia disebut akhlak mahmudah dan
ada akhlak yang tercela yang disebut akhlak madzmumah. Akhlak mulia adalah
akhlak yang sesuai dengan ketentuan-ketentuanan yang diajarkan Allah dan Rasul-
Nya sedangkan akhlak tercela ialah yang tidak sesuai dengan ketentuan-ketentuan
Allah dan rasul-Nya. Kemudian dari pada itu, kedua kategori akhlak tersebut ada
yang bersifat batin dan ada yang bersifat lahir. Akhlak batin melahirkan akhlak
lahir.

Menurut al-Ghazali sendi akhlak mulia ada empat: hikmah, amarah, nafsu,
keseimbangan di antara ketiganya. Keempat sendi tersebut melahirkan akhlak-
akhlak berupa: jujur, suka memberi kepada sesama, tawadlu, tabah, tinggi cita-cita,
pemaaf, kasih sayang terhadap sesama, menghormati orang lain, qana’ah, sabar,
malu, pemurah, berani membela kebenaran, menjaga diri dari hal-hal yang haram.
Sedangkan empat sendi akhlak batin yang tercela adalah keji, bodoh, rakus, dan
aniaya. Empat sendi akhlak tercela ini melahirkan sifat-sifat berupa: pemarah,
boros, peminta, pesimis, statis, putus asa.

Akhlak mulia dalam kehidupan sehari diwujudkan baik dalam hubungannya


dengan Allah – akhlak terhadap Allah, antara lain: tauhid, syukur, tawakal,
mahabbah; hubungannya dengan diri sendiri – akhlak terhadap diri sendiri, antara
lain: kreatif dan dinamis, sabar, iffah, jujur, tawadlu; dengan orang tua atau
keluarga – akhlak terhadap orang tua, antara lain: berbakti, mendoakannya, dll.;
hubungannya dengan sesama – akhlak terhadap sesama atau masyarakat, antara
lain: ukhuwah, dermawan, pemaaf, tasamuh; dan hubungannya dengan alam –
akhlak terhadap alam, antara lain: merenungkan, memanfaatkan. 

Hubungan Moral, Akhlak dan Etika

Jika dilihat dari maknanya maka persamaan dari moral, akhlak dan etika
adalah pada fungsinya. Semua berfungsi pada pengarah atau petunjuk agar
seseorang mengetahui mana perbuatan yang baik dan mana perbuatan yang buru.
Dengan itu manusia diharapkan senantiasa melakukan perbuatan-perbuatn yang
baik, agar tercipta masyarakat yang warganya berperilaku baik dan sopan.
Jika dilihat dari sisi sumber, etika bersumber pada rasio sedangan akhlak
bersumber pada Al-Quran dan Hadist sementara rasio hanya mendukung terhadap
apa yang dikemukakan oleh Al-Quran dan Hadist. Sementara moral umumnya
berdasarkan pada ketentuan atau kebiyasaan umum yang berlaku dimasyarakat.

Selain itu etika bersifat teoritis sementara moral dan akhlak lebih bersifat
praktis. Artinya moral itu berbicara soal mana yang baik dan buruk, akhlak
berbicara soal baik dan buruk, benar dan salah, layak dan tidak layak, sementara itu
etika lebih berbicara kenapa perbuatan itu dikatakan baik atau buruk. Etika
menyelidiki, memperhatikan dan mempertimbangkan tentang yang baik dan buruk,
moral menyatakan ukuran yang baik tentang tindakan itu dalam kesatuan sosial
tertentu, moral itu hasil dari penelitian etika.

Akhlak karena bersumber pada wahyu maka ia tidak bisa berubah. Akhlak
dalam islam bersifat tetap dan tidak bisa diubah-ubah oleh pemikiran manusia. Apa
yang dikatakan baik oleh Al-Quran dan apa yang dikatakan buruk oleh Hadist
maka smapai kapanpun akan seperti itu.

Meskipun akhlak bersumber pada Al-Quran dan Hadist sedangkan moral


dan etika bersumber pada akal atau budaya sertempat, tetap saja bahwa semuanya
mempunyai keterkaitan yang sangat erat.

 Akhlak kepada Allah

Akhlak kepada Allah dapat diartikan sebagai sikap atau perbuatan yang seharusnya
dilakukan oleh manusia sebagai makhluk, kepada tuhan sebagai khalik.

Akhlak terhadap Allah diantara lain, yaitu :

A. Cinta dan ikhlas kepada Allah SWT.

B. Berbaik sangka kepada Allah SWT.

C. Rela terhadap qada dan qodar dari Allah SWT.

D. Bersyukur atas nikmat Allah SWT.


E. Bertawakkal/berserah diri kepada Allah SWT.

F. Senantiasa mengingat Allah SWT.

 Akhlak kepada orang tua

A. Mendengarkan nasihat-nasihatnya dengan penuh perhatian, mengikuti anjuran


dan tidak melarang aturannya.

B. Tidak membentak kedua orang tua, menyakiti hatinya, apalagi memukul.


Kedua orang tua harus dirawat dengan baik.

C. Bersikap diri dan mendo’akan agar mereka selalu dalam ampunan dan kasih
sayang Allah SWT. 

D. Menjaga nama baik kedua orang tua.

 Akhlak kepada sesama manusia

A. Menolong dan membantunya bila sedang membutuhkan bantuan atau


pertolongan.

B. Menghindari berkata buruk atau menyakiti hati orang lain.

 Akhlak kepada diri sendiri

Macam-macam akhlak terhadap diri sendiri ada dua, yaitu:

A. Berakhlak terhadap jasmani :

1. Menjaga kebersihan

Islam menjadikan kebersihan sebagian dari iman. Seseorang muslim harus suci,
bersih dari pakaian maupun tempat, terutama saat akan melaksanakan
beribadah kepada Allah, disamping suci dari kotoran maupun hadas.
2. Menjaga makan dan minum

Makan dan minum merupakan kebutuhan vital bagi tubuh manusia, jika tidak
ada makan dan minum dalam keadaan tertentu yang normal maka manusia akan
mati. Allah SWT memerintahkan kepada manusia agar makan dan minum dari
yang halal dan tidak berlebihan.

3. Menjaga kesehatan

Menjaga kesehatan bagi seorang muslim adalah wajib dan merupakan bagian
dari ibadah kepada Allah SWT dan sekaligus melaksanakan amanah dari-Nya.

4. Berbusana yang alami

Dari segi kebutuhan alaminya, badan manusia perlu ditutup dan dilindungi dari
gangguan bahaya alam sekitarnya, seperti dingin, panas dll. Karena itu Allah
SWT memerintahkan manusia menutup auratnya dan Allah menciptakan
bahan-bahan di alam ini untuk dibuat pakaian sebagai penutup badan.

B. Akhlak terhadap jiwa :

1. Bertaubat dan menjahukan diri dari dosa

Taubat adalah meninggalkan seluruh dosa dan kemaksiatan, menyesali


perbuatan dosa yang telah lalu dan berkeinginan teguh untuk tidak mengulangi
lagi perbuatan dosa tersebut pada waktu yang akan datang.

2. Bermuraqabah

Muraqabah adalah rasa kesadaran seorang muslim bahwa dia selalu diawasi
oleh Allah SWT. Dengan demikian dia tenggelam dengan pengawasan Allah
dan kesempurnaan-Nya sehingga ia merasa akrab, merasa senang, merasa
berdampingan, dan menerima-Nya serta menolak selain Dia.

3. Bermuhasabah
Yang dimaksud dengan muhasabah adalah menyempatkan diri pada suatu
waktu untuk menghitung-hitung amal hariannya. Apabila terdapat kekurangan
padayang diwajibkan kepadanya maka menghukum diri sendiri dan berusaha
memperbaikinya.

4. Muhajadah

Mujahadah adalah berjuang, bersungguh-sungguh, berperang melawan hawa


nafsu.

C. Berakhlak terhadap akal

1. Menuntut ilmu

Menuntut ilmu merupakan kewajiban bagi setiap muslim, sekaligus sebagai


bentuk akhlak seorang muslim. Muslim yang baik, akan memberikan porsi
terhadap akalnya yakni berupa penambahan pengetahuan dalam sepanjang
hayatnya.

2. Memiliki spesialisasi ilmu yang dikuasai

Setiap muslim harus mempunyai bidang spesialisasi yang ditekuninya.


Spesialisasi ini tidak harus bersifat ilmu syariah, namun bisa juga dalam
bidang-bidang lain, sperti ekonomi, tehnik, politik dll.

3. Mengajarkan ilmu kepada orang lain

Termasuk akhlak muslim terhadap akalnya adalah menyampaikan atau


mengajarkan apa yang dimilikinya kepada orang yang membutuhkan ilmunya.

4. Mengamalkan ilmu dalam kehidupan

Diantara tuntutan dan sekaligus akhlak terhadap akalnya adalah merealisasikan


ilmunya dalam “alam nyata” karena akan berdosa seorang yang memiliki ilmu
namun tidak mengamalkannya.
BAB III

PENUTUP

            Adapun sebagai penutup dari makalah ini , kami dapat menarik kesimpulan
dan saran sebagai berikut:

A.    KESIMPULAN

1. Bahwa pada hakekatnya agama terutama islam merupakan sumber moral utama
dalam kehidupan bermasyarakat karena di dalam agama di ajarkan mana akhlak
yang baik dan mana akhlak yang buruk dan apa yang dilarang dan apa yang
diperbolehkan.
2. Dalam pembangunan suatu peradaban pembangunan moral sangatlah mutlak
karena suatu pembangunan tanpa moral yang kuat akan hanya membawa
pembangunan itu kepada suatu kehancuran.
3. Manusia harus memiliki moral dan akhlak yang baik karena tanpa moral dan
akhlak  yang baik manusia itu akan hancur dan hanya menjadi pengikut dari
paham-paham yang menyimpang di dunia ini.
4. Dalam agama islam ajaran tentang moral dan akhlak  telah menjadi inti dari
penyebaran agama islam.

B.    SARAN

1. Dalam pendidikan hendaknya tidak hanya ditanamkan hanya pengajaran


tentang ilmi-ilmu ilmiah tapi juga yang paling penting adalah penanaman
moral dan akhlak mulia  pada peserta didik.
2. Dalam pembahasan moral dan akhlak mulia hendaknya dibahas secara tuntas
namun mudah dijangkau dalam pemikiran sehingga tidak tumbuh tindakan-
tindakan yang tidak benar mengatasnamakan moral.
3. Moral dan akhlak mulia hendaknya tidak hanya dipelajari saja, namun
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Anda mungkin juga menyukai