NIM : 20102220004
Prodi : Agribisnis
1.
Pengertian akhlak dan beberapa tinjauannya
A. Pengertian Akhlak
Kata “akhlak” berasal dari bahasa Arab “khuluq”, jamaknya “khuluqun”, menurut lughat
diartikan sebagai budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabiat.[1] Kata “akhlak” ini lebih
luas artinya daripada moral atau etika yang sering dipakai dalam bahasa Indonesia sebab
“akhlak” meliputi segi-segi kejiwaan dari tingkah laku lahiriah dan batiniah seseorang.[2]
Kata “akhlak” mengandung segi-segi persesuaian dengan perkataan “khalqun” yang berarti
kejadian serta erat hubungannya dengan khaliq yang berarti Pencipta, dan makhluk yang
berarti yang diciptakan.
Perumusan pengertian akhlak timbul sebagai media yang memungkinkan adanya hubungan
baik antara Khaliq dengan makhluk dan antara makhluk dengan makhluk.
Demikian juga hadits Nabi SAW:
ُ ُبع ِْث
)ت ِال ُ َت ِّم َم َمكا َ ِر َم ْاالَ ْخالَ ِق (رواه احمد
Artinya: “Aku diutus untuk menyempurnakan perangai (budi pekerti) yang mulia” (HR.
Ahmad)
Adapun pengertian akhlak menurut ulama akhlak, antara lain sebagai berikut:
Pertama, ilmu akhlak adalah ilmu yang menentukan batas antara baik dan buruk, terpuji dan
tercela, tentang perkataan atau perbuatan manusia, lahir dan batin.
Kedua, ilmu akhlak adalah pengetahuan yang memberikan pengertian baik dan buruk, ilmu
yang mengatur pergaulan manusia dan menentukan tujuan mereka yang terakhir dari
seluruh usaha dan pekerjaan mereka.
Imam Al-Ghazali dalam Ihya Ulumuddin menyatakan bahwa akhlak ialah daya kekuatan
(sifat) yang tertanam dalam jiwa dan mendorong perbuatan-perbuatan spontan tanpa
memerlukan pertimbangan pikiran. Jadi, akhlak merupakan sikap yang melekat pada diri
seseorang dan secara spontan diwujudkan dalam tingkah laku dan perbuatan.
Jika tindakan spontan itu baik menurut pandangan akal dan agama, tindakan tersebut
dinamakan akhlak yang baik (akhlakul karimah/akhlakul mahmudah). Sebaliknya, jika
tindakan spontan itu jelek, disebut akhlak madzmudah.
Selain istilah akhlak, lazim juga dipergunakan istilah “etika”. Perkataan ini berasal dari
bahasa Yunani, “ethes” yang berarti adapt kebiasaan. Dalam pelaran filsafat, etika
merupakan cabang dari ilmu filsafat. Mengenai hal ini para ahli memberikan pengertian yang
berbeda-bedar, antara lain:
1. Etika ialah ilmu tentang tingkah laku manusia prinsip-prinsip yang disistematisasikan
tentang tindakan moral yang betul (Webster’s wict).
2. Bagian filsafat yang memperkembangkan teori tentang tindakan: hujah-hujahnya dan
tujuan yagn diarah, diarahkan pada makna tindakan (Ensiklopedia Winkler Prins).
3. Ilmu tentang filsafat moral, tindakan mengenai fakta, tetapi tentang nilai-nilai, tidak
mengenai sifat tindakan manusia, tetapi tentang idenya, karena itu bukan ilmu yang positif,
tetapi ilmu yang formatif (New American Dict)
4. Ilmu tentang moral atau prinsip kaidah-kaidah moral tentang tindakan-tindakan dan
kelakuan (A.S. Hornby Dict).
Berdasarkan pengertian di atas, etika menurut filsafat adalah ilmu yang menyelidiki, hal
yang baik dan yang buruk dengan memerhatikan amal perbuatan manusia sejauh dapat
diketahui oleh akal pikiran.
Antar etika dengan akhlak terdapat persamaan dan perbedaan. Persamaannya adalah
sama-sama membahas masalah baik dan buruknya tingkah laku manusia sehingga akhlak
sering disebut dengan etika Islam. Adapun perbedaannya adalah etika bertitik dari akal
pikiran, tidak dari agama, sedangkan akhlak bertitik dari akal pikiran, tidak dari agama,
sedangkan akhlak (etika Islam) berdasarkan ajaran Allah dan Rasul-Nya.
Untuk membedakan secara tegas antara akhlak (etika Islam) dengan etika filsafat, yaitu
bahwa:
1. Etika Islam mengajarkan dan menuntun manusia pada tingkah laku yang baik dan
menjauhkan diri dari tingkah laku yang buruk
2. Etika Islam menetapkan bahwa sumber moral, ukuran baik-buruknya perbuatan
didasarkan kepada ajaran Allah SWT, (Al-Qur’an) dan ajaran Rasul-Nya (Sunnah)
3. Etika Islam bersifat universal dan komprehensif, dapat diterima oleh seluruh umat
manusia di segala waktu dan tempat.
4. Dengan rumus-rumus yang praktis dan tepat dengan fitrah (naluri) dan akal pikiran
manusia, etika Islam dapat dijadikan pedoman oleh seluruh manusia.
5. Etika Islam mengatur dan mengarahkan fitrah manusia ke jenjang akhlak yang luhur
dan meluruskan perbuatan manusia di bawah pancaran sinar petunjuk Allah SWT menuju
keridhaan-Nya, sehingga selamatlah manusia dari pikiran-pikiran dan perbuatan-perbuatan
yang keliru dan menyesatkan.
Akhlak, disamping dikenal dengan istilah etika, juga dikenal dengan istilah moral. Perkataan
moral berasal dari bahasa Latin “mores”, jamak dari “mos” yang berarti: adat kebiasaan.
Dalam bahasa Indonesia, moral diterjemahkan dengan arti susila.
Yang dimaksud dengan moral adalah sesuatu yang sesuai dengan ide-ide umum tentang
tindakan manusia, yang baik dan wajar, sesuai dengan ukuran tindakan yang diterima
umum, meliputi kesatuan social atau lingkungan tertentu. Dengan demikian, jelaslah
persamaan antara etika dan moral. Namun, ada pula perbedaannya, yakni etika lebih
banyak bersifat teori, sedangkan moral lebih banyak bersifat praktis.
C. Tujuan Akhlak
Pada dasarnya, tujuan pokok akhlak adalah agar setiap muslim berbudi pekerti, bertingkah
laku, berperangai atau beradat istiadat yang baik sesuai dengan ajaran Islam. Disamping itu,
setiap muslim yang berakhlak yang baik dapat memperoleh hal-hal berikut:
1. Ridha Allah SWT
Orang yang berakhlak sesuai dengan ajaran Islam, senantiasa melaksanakan segala
perbuatannya dengan hati ikhlas, semata-mata karena mengharapkan ridha Allah.
2. Kepribadian muslim
Segala perilaku muslim, baik ucapan, perbuatan, pikiran maupun kata hatinya
mencerminkan sikap ajaran Islam.
3. Perbuatan yang mulia dan terhindar dari perbuatan tercela
Dengan bimbingan hati yang diridhai Allah dengan keikhlasan, akan terwujud perbuatan-
perbuatan yang terpuji, yang seimbang antara kepentingan dunia dan akhirat serta terhindar
dari perbuatan tercela.[6]
D. Pembagian Akhlak
Akhlak dapat dibagi berdasarkan sifatnya dan berdasarkan objeknya. Berdasarkan sifatnya,
akhlak terbagi menjadi dua bagian. Pertama, akhlak mahmudah (akhlak terpuji) atau akhlak
karimah (akhlak yang mulia). Yang termasuk ke dalam akhlak karimah (akhlak terpuji),
diataranya: ridha kepada Allah, cinta dan beriman kepada Allah, beriman kepada malaikat,
kitab, rasul, hari kiamat, takdir, taat beribadah, selalu menepati janji, melaksanakan amanah,
berlaku sopan dalam ucapan dan perbuatan, qanaah (rela terhadap pemberian Allah),
tawakal (berserah diri), sabar, syukur, tawadhu’ (merendahkan hati) dan segala perbuatan
yang baik menurut pandangan Al-Qur’an dan Al-Hadits.
Kedua, akhlak mazhmumah (akhlak tercela) atau akhlak sayyi’ah (akhlak yang jelek).
Adapun yang termasuk akhlak madzmumah ialah: kufur, syirik, muurtad, fasik, riya’, takabur,
mengadu domba, dengki atau iri, kikir, dendam, khianat, memutus silaturahmi, putus asa,
dan segala perbuatan tercela menurut pandangan Islam.
Berdasarkan objeknya, akhlak dibedakan menjadi dua: Pertama, akhlak kepada khaliq.
Kedua, akhlak kepada makhluk, yang terbagi menjadi:
2.
Pengertian Tasawuf dan dasar dasarnya
Pertama tasawuf berasal dari kata ahlu suffah ا هل ا لصفةyang berarti sekelompk orang pada
masa Rasulullah SAW, yang hidupnya berdiam di serambi-serambi masjid, mereka
mengabdikan hidupnya untuk beribadah kepada Allah SWT.
Kedua tasawuf berasal dari kata shafa ( )صفا ءberarti “bersih” atau “suci” maksudnya adalah
orang-orang yang menyucikan dirinya di hadapan Tuhan-Nya.
Ketiga tasawuf berasal dari kata shaf ( )صفartinya orang-orang yang ketika shalat selalu
berada di saf paling depan.
Keenam, tasawuf berasal dari kata shaufanah yaitu sebangsa buah-buahan kecil yang
berbulu dan banyak yang tumbuh di padang pasir di tanah arab.
Ketujuh, tasawuf berasal dari kata shuf ( )صو فyang berarti bulu domba atau wol.
Pengertian tasawuf secara istilah adalah ilmu yang mengajarkan kepada manusia untuk
mengenal dan mendekatkan diri kepada Allah.pada bingkai global, urgensi tasawuf yang
disajikan bagi kalangan intelektual muda, seperti para mahasiswa, adalah upaya positif
untuk sadar dan mengenal pada eksistensi dirinya, sehingga ia akan sampai pada eksistensi
Tuhannya. Konsep pendidikan tasawuf yang terkenal adalah : “ barang siapa mengenal
dirinya, maka ia akan mengenal Tuhannya”.
Menurut Muhammad Ali Al-Qossab, tasawuf adalah akhlak yang mulia, yang timbul pada
masa yang mulia dari seorang yang mulia ditengah-tengah kaum yang mulia.
FOLLOW
Pengertian , Dasar Akhlak Tasawuf, Persamaan, Perbedaannya dengan Etika Dan Moral
a.Pengertian Akhlak
Kata akhlah berasal dari bahasa Arab khuluq yang jamaknya akhlaq. Menurut bahasa
akhlak adalah perangai, tabiat, dan agama. Dinamakan khuluq karena etika bagaikan
khalqah (karakter) pada dirinya. Dengan demikian khuluq adalah etika yang menjadi pilihan
dan diusahakan seseorang. Adapun etika yang sudah menjadi tabiat bawaannya dinamakan
al-khaym.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata akhlak diartikan sebagai budi perkerti, watak,
dan tabiat.
Pengertian akhlak menurut istilah, Menurut imam Al-Ghozali “akhlak adalah daya kekuatan
(sifat) yang tertanam dalam jiwa yang mendorong perbuatan-perbuatan yag spontan tanpa
memerlukan pertimbangan pikiran.
Jadi, akhlak merupakan sikap yang melekat pada diri seseorang dan secara spontan
diwujudkan dalam tingkah laku dan perbuatan.
b.Pengertian Etika
Etika berasal dari bahasa yunani “ethos” yang berarti kebiasaan (perbiatan).netika adalah
teori tentang perbuatan manusia dilihat dari baik dan buruknya. Etika memurut filsafat
adalah ilmu yang menyelidiki perbuatan baik dan perbuataan buruk dengan memperhatikan
amal perbuatan manusia sejauh dapat diketahui oleh akal pikiran.
c.Pengertian Moral
Moral berasal dari bahasa latin mores. Kata Jama’ dari mos yang berarti adat kebiasaan.
Menurut istilah moral adalah sesuai dengan ide-ide yang umum diterima tentang tindakan
manusia. Yang baik dan wajar, sesuai dengan ukuran tindakan yang oleh umum diterima,
meliputi kesatuan social atau lingkungan tertentu.
B, Pengertian Tasawuf
Secara lughawi pengertian tasawuf dapat dilihat menjadi beberapa macam pengertian,
seperti di bawah ini.
Pertama tasawuf berasal dari kata ahlu suffah ا هل ا لصفةyang berarti sekelompk orang pada
masa Rasulullah SAW, yang hidupnya berdiam di serambi-serambi masjid, mereka
mengabdikan hidupnya untuk beribadah kepada Allah SWT.
Kedua tasawuf berasal dari kata shafa ( )صفا ءberarti “bersih” atau “suci” maksudnya adalah
orang-orang yang menyucikan dirinya di hadapan Tuhan-Nya.
Ketiga tasawuf berasal dari kata shaf ( )صفartinya orang-orang yang ketika shalat selalu
berada di saf paling depan.
Keenam, tasawuf berasal dari kata shaufanah yaitu sebangsa buah-buahan kecil yang
berbulu dan banyak yang tumbuh di padang pasir di tanah arab.
Ketujuh, tasawuf berasal dari kata shuf ( )صو فyang berarti bulu domba atau wol.
Pengertian tasawuf secara istilah adalah ilmu yang mengajarkan kepada manusia untuk
mengenal dan mendekatkan diri kepada Allah.pada bingkai global, urgensi tasawuf yang
disajikan bagi kalangan intelektual muda, seperti para mahasiswa, adalah upaya positif
untuk sadar dan mengenal pada eksistensi dirinya, sehingga ia akan sampai pada eksistensi
Tuhannya. Konsep pendidikan tasawuf yang terkenal adalah : “ barang siapa mengenal
dirinya, maka ia akan mengenal Tuhannya”.
Menurut Muhammad Ali Al-Qossab, tasawuf adalah akhlak yang mulia, yang timbul pada
masa yang mulia dari seorang yang mulia ditengah-tengah kaum yang mulia.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa ilmu tasawuf adalah ilmu yang mempelajari usaha
membersihkan diri, berjuang memerangi hawa nafsu, mencari jalan kesucian dengan
ma’rifat menuju keabadian, saling mengingatkan antar manusia, serta berpegang teguh
pada janji Allah SWT dan mengikuti syari’at Rosulullah SAW dalam mendekatkan diri dan
mencapai keridhoan-Nya.
C.Dasar-Dasar Tasawuf Dalam Al-Qur’an dan Hadis
Kajian tentang tasawuf semakin banyak diminti orang. Sebagai bukti, misalnya, semakin
banyaknya buku yang membahas tasawuf yang banyak kita temui telah mengisi berbagai
perpustakan terutama di Negara-negara yang berpenduduk muslim, juga Negara-negara
barat sekalipun yang mayoritas masyarakatnya adalah nonmuslim.
Tingkat ketertarikan mereka tidak dapat diklaim sebagai sebuah penerimaan bulat-bulat
terhadap tasawuf. Ketertarikan mereka terhadap tasawuf dapat dilihat pada dua
kecenderungan, yaitu pertama karena kecenderungan terhadap kebutuhan fitrah atau
naluriah;
Untuk melihat dasar-dasar tentang tasawuf, dalam kajian ini penulis akan mengetahkan
landasan-landasan naqli dari tasawuf. Landasan naqli yang kami maksudkan adalah
landasan Al-Qur’an dan Al-Hadis. Kami memandang perlu menyajikan kedua landasan ini
karena Al-Qur’an dan Al-Hadis merupakan kerangka acuan pokok yang selalu dipegang
umat islam.
1.Landasan Al-Qur’an
Tasawuf pada awal pembentukannya adalah akhlak atau keagamaan, dan moral
keagamaan ini banyak diatur dalm Al-Quran dan As-Sunnah. Jelaslah bahwa sumber
pertamanya adalah ajaran-ajaran islam. Sebab tasawuf ditimba dari Al-Quran dan As-
Sunnah, dan amalan-amalan serta ucpan para sahabat. Amalan serta ucapan para sahabt
itu tentu saja tidak keluar dari ruang lingkup Al-Quran dan As-Sunnah. Dengan begitu, justru
dua sumber utama tasawuf adalah Al-Quran dan As-Sunnah.
Al-Quran merupakan kitab Allah SWT. Yang di dalamnya terkandung muatan-muatan ajaran
Islam, baik akidah , syariah, maupun muamalah .ketiga muatan tersebut banyak tercermin
dalam ayat-ayat yang termaktub dalam Al-Quran. Ayat-ayat Al-Quran itu, di satu sisi
memang perlu dipahami secara tektual-lahiriah, tetapi di sisi lain, ada juga yang perlu
dipahami secara kontektual-rohaniah. Sebab jika dipahami hanya secara lahiriah, ayat-ayat
Al-Quran akan terasa kaku, kurang dinamis, dan tidak mustahil akan ditemukan persoalan
yang tidak dapat diterima secara psikis.
Secara umum. Ajaran islam mengatur kehidupan yang bersifat lahiriah dan batiniah.
Pemahaman terhadap unsur kehidupan yang bersifat batiniah pada gilirannya melahirkan
tasawuf. Unsur kehidupan tasawuf ini mendapat perhatian yangcukup besar dari sumber
ajaran Islam. Ak-Quran dam As-Sunnah, serta praktik kehidupan Nabi Muhammmad SAW
dan para sahabatnya. Al-Quran antara lain berbicara tentang kemungkinan manusia dapat
saling mencintai (mahabbah ) dengan Tuhan. Hal itu misalnya difirmankan Allah SWT dalam
Al-Quran.
Artinya: wahai orang-orang yang beriman ! Barang siapa di antara kamu yang murtad
(keluar) dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum, Dia mencintai
mereka dan merekanpun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang
beriman, tetapi bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan
yang tidak takut kepada celaaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah yang
diberikan-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Mahaluas (pemberian-Nya ),
Maha Mengetahui. (Q.S. Al-Ma’idah [5]:54)
Dalam Al-Quran, Allah SWT pun memerintahkan manusia agar senantiasa bertobat,
membersihkan diri, dan memohon ampunnan kepada-Nya sehingga memperoleh cahaya
dari-Nya.
2.Landasan Hadits
Dalam hadis Rasulullah SAW banyak dijumpai keterangan yang berbicara tentang
kehidupan rohaniah manusia. Berikut ini beberapa matan hadis yang dapat dipahami
dengan pendekatan tasawuf.
Artinya “barang siapa yang mengenal dirinya, maka akan mengenal Tuhannya”
Hadis ini di samping melukiskan kedekatan hubungan antara Tuhan dan manusia, sekalipun
mengisyaratkan arti bahwa manusia dan Tuhan adalah satu. Jadi barang siapa yang ingin
mengenal Tuhan cukup mengenal dan merenungkan perihal dirinya sendiri.
Dasar-dasar tasawuf baik Al-Quran , Al-Hadis, maupun teladan dari para sahabat, ternyata
merupakan benih-benih tasawuf dalam kedudukannya sebagai ilmu tentang tingkatan
(maqomat) dan keadaan ( ahwal). Dengan kata lain, ilmu tentang moral dan tingkah laku
manusia terdapat rujukannya dalam Al-Qura, bahwa pertumbuhan pertamanya, tasawuf
ternyata ditimba daro sumber Al-Quran.
3.
Thoharoh
PENGERTIAN THAHARAH
Thaharah menurut bahasa berarti bersuci. Menurut syara’ atau istilah adalah membersihkan
diri, pakaian, tempat, dan benda-benda lain dari najis dan hadas menurut cara-cara yang
ditentukan oleh syariat islam.
Thaharah atau bersuci adalah syarat wajib yang harus dilakukan dalam beberapa macam
ibadah. Seperti dalam QS Al-maidah ayat : 6
[5:6] Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka
basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh)
kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub maka mandilah, dan jika
kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau
menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayamumlah dengan
tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak
hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan
nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur.
Thaharah atau bersuci menurut pembagiannya dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu :
A. Bersuci lahiriah
Beberapa contoh yang bersifat lahiriah adalah membersihkan diri, tempat tinggal dan
lingkungan dari segala bentuk kotoran, hadas dan najis. Membersihkan diri dari najis adalah
membersihkan badan, pakaian atau tempat yang didiami dari kotoran sampai hilang rasa,
bau dan warnanya. QS Al-Muddassir ayat : 4
B. Bersuci batiniah
Bersuci batiniah adalah membersihkan jiwa dari kotoran batin berupa dosa dan perbuatan
maksiat seperti iri, dengki, takabur dll. Cara membersihkannya dengan taubatan nashoha
yaitu memohon ampun dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi.
Allah selalu memudahkan hambanya dalam melakukan sesuatu. Untuk bersuci misalnya,
kita tidak hanya bisa menggunakan air, tetapi kita juga bisa menggunakan tanah, batu, kayu
dan benda-benda padat lain yang suci untuk menggantikan air jika tidak ditemukan.
Dalam bersuci menggunakan air, kita juga harus memperhatikan air yang boleh dan tidak
boleh digunakan untuk bersuci.
Macam-macam air
· Air mutlak yaitu air yang suci dan mensucikan, yaitu air :
1. Air hujan
2. Air sumur
3. Air laut
4. Air sungai
7. Air embun
QS Al- Anfal ayat : 11[8:11] (Ingatlah), ketika Allah menjadikan kamu mengantuk sebagai
suatu penenteraman daripada-Nya, dan Allah menurunkan kepadamu hujan dari langit untuk
mensucikan kamu dengan hujan itu dan menghilangkan dari kamu gangguan-gangguan
setan dan untuk menguatkan hatimu dan memperteguh denganya telapak kaki(mu).
· Air yang suci tetapi tidak dapat mensucikan, yaitu air yang halal untuk diminum tapi tidak
dapat digunakan untuk bersuci seperti air teh, kopi, sirup, air kelapa dll.
· Air musyammas yaitu air yang terjemur oleh matahari dalam bejana selain emas dan
perak. Air ini makruh digunakan untuk bersuci
· Air mustakmal yaitu air yang telah digunakan untuk bersuci. Air ini tidak boleh digunakan
untuk bersuci walaupun tidak berubah rasa, bau maupun warnanya
· Air mutanajis yaitu air yang sudah terkena najis. Baik yang sudah berubah rasa, warna dan
baunya maupun yang tidak berubah dalam jumlah yang sedikit yaitu kurang dari dua kullah
(270 liter menurut ulama kontemporer)
CARA-CARA THAHARAH
Ada berbagai cara dalam bersuci yaitu bersuci dengan air seperti berwudhu dan mandi
junub atau mandi wajib. Ada juga bersuci dengan menggunakan debu, tanah yaitu dengan
bertayamum. Dan bisa juga menggunakan air,tanah,batu dan kayu (tissue atau kertas itu
masuk kategori kayu) yaitu dengan beristinja.
Najis mukhafafah adalah najis yang berasal dari air kencing bayi laki-laki yang belum makan
apapun kecuali air susu ibunya saja dan umurnya kurang dari 2 tahun. Cara membersihkan
najis ini cukup dengan memercikkan air kebagian yang terkena najis.
Yang termasuk kedalam golongan najis ini adalah kotoran, air kencing dsb. Cara
membersihkannya cukup dengan membasuh atau menyiramnya dengan air sampai najis
tersebut hilang (baik rasa, bau dan warnanya).
Najis berat adalah suatu materi yang kenajisannya ditetapkan berdasarkan dalil yang pasti
(qat’i) . yaitu anjing dan babi. Cara membersihkannya yaitu dengan menghilangkan barang
najisnya terlebih dahulu lalu mencucinya dengan air bersih sebanyak tujuh kali dan salah
satunya dengan tanah atau batu.
4.
Sholat fardhu
Shalat adalah bentuk peribadatan yang dilakukan oleh umat muslim yaitu dengan berhadap
hati kepada Allah SWT dan pelaksanaannya adalah dalam bentuk perkataan maupun
perbuatan yang diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salam sesuai dengan syarat-
syarat yang telah ditentukan syara’.
Secara Bahasa, kata shalat berasal dari bahasa Arab yang berarti do’a, sedangkan menurut
istilah, shalat didefinisikan sebagai suatu bentuk peribadatan dalam bentuk rangkaian
kegiatan yang dimulai dengan takbiratul ikram dan diakhiri dengan mengucapkan salam.
Terdapat shalat wajib dan macam-macam shalat sunnah yang dijalankan.
Artinya:
“Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan dirikanlah
shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar.
Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-
ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
Shalat merupakan bentuk peribadatan bagi umat muslim yang harus dikerjakan dengan
sebaik-baiknya guna memperoleh Ridlo dari Allah SWT. Shalat adalah Rukun Islam yang
kedua, dimana jika dilihat dari hukumnya, ibadah ini dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu shalat
Fardhu dan juga shalat sunnah. Pembahasan kali ini adalah tentang shalat fardhu dan
jenisnya.
Pengertian Shalat Fardhu (Shalat Wajib)
Shalat Fardhu atau yang sering kita sebut dengan shalat wajib adalah sholat yang apabila
dikerjakan akan mendapatkan pahala dari Allah SWT, dan Hukum Meninggalkan Shalat
Dengan Sengaja akan mendapatkan dosa. Dengan kata lain ibadah ini hukumnya wajib kita
kerjakan, karena apabila kita satu waktu saja meninggalkannya, maka kita akan
mendapatkan dosa dari Allah SWT.
Beragama islam
Baligh dan berakal sehat
Suci dari hadast
Suci seluruh anggota tubuh, pakaian, dan tempat
Menutup aurat.
Telah masuk waktu yang telah ditentukan untuk masing-masing shalat
Menghadap kiblat
Mengetahui antara yang termasuk rukun dan sunnah shalat.
Rukun dan Tata Cara Shalat
1. Niat
Niat diucapkan ketika kita telah berdiri tegak dan menghadap ke kiblat dan niat yang kita
ucapkan harus sesuai dengan shalat yang akan kita kerjakan, misalnya saja Shalat Subuh.
Dan saat membaca niat, sebaiknya dilakukan di dalam hati dengan bersungguh-sungguh.
Untuk bacaan niat dari masing-masing shalat akan dijabarkan selanjutnya.
2.Berdiri tegak
Bagi mereka yang sedang sakit, shalat bisa dilakukan sambil duduk atau berbaring.
3.Takbiratul Ihram
Takbiratul ihram adalah tindakan dengan mengangkat kedua belah tangan yang disertai
dengan bacaan takbir, karen ta yaitu :
هللا َأ ْك َبر
َ ْت َو ْاَألر
ض َح ِن ْي ًفا مُسْ لِمًا َو َما َأ َنا م َِن ْال ُم ْش ِركِين ِ ْت َوجْ ِه َي لِلَّذِى َف َط َر ال َّس َم َاوا
ُ إنِي َوجَّ ه
Artinya:
“Segala puji bagi Alloh. Maha Suci Alloh dipagi dan petang hari.
Kuhadapkan jiwa ragaku pada Dzat yang menciptakan langit dan bumi dengan mengakui
kebenaran serta berserah diri, dan tidaklah aku termasuk golongan orang-orang yang
musyrik. Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, matiku hanya untuk Allah Tuhan
semesta alam. Tiada sekutu bagiNya karena dengan itu aku diperintah. Dan ketahuilah
sesungguhnya aku termasuk orang-orang muslim.”
ٰ هَّللا
ِ ِبسْ ِم ِ الرَّ حْ َم ِن الرَّ ح
ِيم
Artinya:
“Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Segala puji
bagi Allah, Tuhan semesta alam. Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Yang menguasai di
Hari Pembalasan. Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami
meminta pertolongan. Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) Jalan orang-orang yang telah
Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula
jalan) mereka yang sesat.”
Pada saat ruku’, disertai dengan membaca bacaan ruku’ sebanyak 3 kali :
بحمْ دِه
َ ان َر ِب َي ال َعظِ ِيم َو
َ ُسب َْح
Artinya “Maha Suci Tuhan Maha Agung serta memujilah aku kepada-Nya.”
7. I’tidal
Ini merupakan gerakan berdiri tegak setelah melakukan ruku’ yaitu dengan mengangkat
kedua tangan setinggi telinga seraya membaca :
Artinya:
Artinya:
“Ya Allah Tuhan kami! Bagi-Mu segala puji, sepenuh langit dan bumi, dan sepenuh barang
yang Kau kehendaki sesudah itu.”
Ini merupakan gerakan tersungkur ke bumi yaitu dengan meletakkan dahi ke bumi. Adapun
bacaan ketika sujud adalah :
Artinya:
اغفِرْ ِلي َوارْ ح َمني َواجْ ب ُرنِي َوارْ َفعْ ني َوارْ ُز ْقنيِ َو َعافِني َواعْ فُ َِعني
ْ َِّرب
Artinya:
“Ya Allah, ampunilah dosaku, belas kasihanilah aku dan cukupkanlah segala kekurangan
dan angkatlah derajat kami dan berilah rizki kepadaku, dan berilah aku petunjuk dan berilah
kesehatan kepadaku dan berilah ampunan kepadaku.”
Pada shalat fardhu yang jumlah rakaatnya 3 atau empat, setelah selesai sujud yang kedua
pada rakaat kedua, kita duduk dengan membaca tahiyat awal, yaitu :
َّالحين ِ َأ ْش َه ُد
َ ْك َأ ُّي َها ال َّن ِبيُّ َو َرحْ َم ُة هَّللا ِ َو َب َر َكا ُت ُه السَّال ُم َعلَ ْي َنا َو َعلَى عِ َبا ِد هَّللا ِ الص
َ ات ِهَّلِل ِ ال َّساَل ُم َعلَي َّ ات
ُ َالط ِّي َب ُ صلَ َو ُ
َّ اركات ال ُ ال َّت ِحي
َّات أل ُم َب
آل سيدنا م َُح َّم ٍد َ
ِ ص ِّل َعلى سيدنا م َُح َّم ٍد َو َعلى َ َّ ُ
َ محم ًَّدا َرسُو ُل هللا الل ُه َّم َأ
َ َُّ َو ش َه ُد نْ َأ هَّللا اَّل َ
نْ ال ِإل َه ِإ َأ
Artinya:
“Segala penghormatan yang berkat solat yang baik adalah untuk Allah. Sejahtera atas
engkau wahai Nabi dan rahmat Allah serta keberkatannya. Sejahtera ke atas kami dan atas
hamba-hamba Allah yang soleh. Aku naik saksi bahawa tiada Tuhan melainkan Allah dan
aku naik saksi bahawasanya Muhammad itu adalah pesuruh Allah.
ِ َو َعلَى
آل سيدنا م َُحمَّد
Artinya:
ار ْكتَ َعلَى سيدنا إبراهيم ِ اركْ َعلَى سيدنا م َُح َّم ٍد َو َعلَى
َ آل سيدنا م َُح َّم ٍد َك َما َب َ صلَّيْتَ َعلَى سيدنا إب َْراهِيم
ِ وعلَي
ِ آل َسيدنا ِإب َْراهِي َم و َب َ َك َما
َ آل سيدناِإب َْراهِي َم في العالمين ِإ َّن
ك َحمِي ٌد َم ِجي ٌد ِ و علي
Artinya:
“Sebagaimana Engkau selawatkan ke atas Ibrahim dan atas keluarga Ibrahim. Berkatilah ke
atas Muhammad dan atas keluarganya sebagaimana Engkau berkati ke atas Ibrahim dan
atas keluarga Ibrahim di dalam alam ini. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha
Agung.”
Artinya “Keselamatan dan rahmat Allah semoga tetap pada kamu sekalian.”
5.
Sholat sunnah
Salat sunah atau salat nawafil (jamak: nafilah) adalah salat yang dianjurkan untuk
dilaksanakan namun tidak diwajibkan sehingga tidak berdosa bila ditinggalkan dengan kata
lain apabila dilakukan dengan baik dan benar serta penuh ke ikhlasan akan tampak hikmah
dan rahmat dari Allah SWT yang begitu indah.
● Sunnah rawatib
sunnah ini adalah salah satu sholat sunah yang menyertai sholat fardhu. Dari segi waktu,
sholat rawatib dibagi menjadi dua, yakni sholat qabliyah dan ba'diyah.
Jika dilakukan sebelum sholat wajib, maka disebut sholat qabliyah. Sedangkan jika
dikejakan sesudah sholat wajib dinamakan sholat ba'diyah.
Dari segi hukum, sholat rawatib juga dibagi menjadi dua, yakni sunah muakkad dan sunah
ghairu muakkad. Sunah muakkad artinya sunah yang sangat dianjurkan karena banyaknya
keutamaan di dalamnya. Sedangkan sunah ghairu muakkad artinya sunah yang memiliki
sedkit keutamaan.
Berikut sholat rawatib yang dianjurkan dalam Islam, baik yang hukumnya sunah muakkad
atau ghairu muakkad. Sholat rawatib dari segi waktu dibagi menjadi dua yakni sholat
qabliyah, terdiri dari:
Namun di Indonesia, waktu shalat dhuha menurut pada ulama yakni pada pukul 9 pagi.
Jumlah rakaat sholat dhuha adalah dua rakaat, namun boleh dikerjakan lebih dari itu karena
tidak ada batasan jumlah rakaat.
Keutamaan sholat dhuha:
Dijamin kecukupan oleh Allah SWT
Dibangunkannya rumah dari emas di surgaSetara dengan pahala haji dan umrah
Menghapuskan dosa Mendapatkan pahala seperti halnya orang bersedekah.
Sholat tasbih tidak bisa dilaksanakan dengan berjamaah dan didirikan sebanyak empat
rakaat. Jika dikerjakan siang hari, maka empat rakaat dengan satu salam.
Sedangkan jika dilaksanakan pada malam hari maka sebanyak empat rakaat dengan dua
salam.
Namun dalam suatu hadits dijelaskan bahwa Nabi Muhammad mengerjakan sholat tahajud
lebih dari 11 atau 13 rakaat. Waktu utama melaksanakan sholat tahajud adalah sepertiga
malam terakhir, yakni antara pukul 01.00 hinga memasuki waktu subuh.
Keutamaan sholat tahajud:
- Ditinggikan derajatnya oleh Allah SWT
- Melepaskan ikatan dari setan
- Dikabulkannya segala doa
- Sebagai penghapus dosa-dosa yang telah lalu
- Diridai oleh Allah SWT
- Sebagai amalan yang akan menolong di akhirat kelak.
6.
Hakikat manusia
PENGERTIAN HAKIKAT
MANUSIA
Menurut bahasa, hakikat berarti
kebenaran atau sesuatu yang sebenar-
benarnya dari segala sesuatu. Dapat
juga dikatakan, bahwa hakikat itu
adalah inti dari segala sesuatu atau
yang menjadi jiwa sesuatu. Di
kalangan dunia tasawuf orang mencari
hakikat diri manusia yang sebenarnya,
karena itu muncul kata-kata mencari
sebenar-benar diri, atau sama dengan
mencari hakikat jasad, hati, roh, nyawa
dan rahasia. Jadi, hakikat manusia
adalah kebenaran atas diri manusia itu
sendiri sebagai makhluk yang
diciptakan oleh Allah SWT
7.
Substansi aqidah islam
MAKNA AKIDAH-Akidah = ikatan dan perjanjian yang kokoh. Sehinggamanusia dalam hidup
ini terpola ke dalam ikatan danperjanjian baik dengan Allah, dengan sesama
manusiamaupun dengan alam.-Akidah secara terminologi, adalah kebenaran yang
dapatdipahami oleh akal sehat dan diterima oleh hati karenasesuai dengan fitrah manusia.-
Alat ukur akidah adalah hati. Dan yang paling tepatmengukur hati adalah dirinya sendiri.
Sehingga mengukurakidah hanya akan akurat manakala dievaluasi oleh pemilikhati itu
sendiri.
Pengertian Aqidah Islam
Secara etimologi (lughatan), aqidah berakar dari kata ‘aqada – ya’qidu – ‘aqdan yang berarti
simpul, ikatan, perjanjian dan kokoh. Setelah terbentuk menjadi aqidah berarti keyakinan.
Relevansi antara arti kata aqdan dan aqidah adalah keyakinan itu tersimpul dengan kokoh di
dalam hati, bersifat mengikat dan mengandung perjanjian.
Secara terminologis (isthilahan), terdapat beberapa definisi (ta’rif) antara lain:
1. Menurut Hasan al-Banna:
العقائد هي األمور التى يجب أن يصدق بها قلبك وتطمئن اليها نفسك وتكون يقينا عندك ال يمازجه ريب واليخالطه شك
“Aqidah adalah beberapa perkara yang wajib diyakini keberadaannya oleh hatimu,
mendatangkan ketentraman jiwa, menjadi keyakinan yang tidak bercampur sedikitpun
dengan keragu-raguan”
2. Munurut Abu Bakar Jabir al-Jazairy:
ويثنى عليها صدره جازما, يعقد عليها اإلنسان قلبه, والسمع والفطرة,العقيدة هي مجموعة من قضايا الحق البدهية المسلمة بالعقل
قاطعا بوجودها وثبوتها اليرى خالفها“ أنه يصح أو يكون أبدا,بصحتها
“Aqidah adalah sejumlah kebenaran yang dapat diterima secara umum (axioma) oleh
manusia berdasarkan akal, wahyu dan fithrah. (Kebenaran) itu dipatrikan oleh manusia di
dalam hati serta diyakini kesahihan dan kebenarannya secara pasti dan ditolak segala
sesuatu yang bertentangan dengan kebenaran itu”
Untuk lebih memahami kedua definisi di atas maka perlu dikemukakan beberapa catatan
tambahan:
1. Ilmu terbagi dua: pertama ilmu dharuri, kedua ilmu nazhari. Ilmu yang dihasilkan oleh
indera, dan tidak memerlukan dalil disebut ilmu dharuri. Misalnya anda melihat meja di
hadapan mata, anda tidak lagi memerlukan dalil atau bukti bahwa benda itu ada. Sedangkan
ilmu yang memerlukan dalil atau pembuktian itu disebut ilmu nazhari. Misalnya 1+1=2, tentu
perlu dalil untuk orang yang belum tahu teori itu. Di antara ilmu nazhari itu, ada hal-hal yang
karena sudah sangat umum dan terkenal maka tidak memerlukan lagi adanya dalil, misalnya
sepeda bannya ada dua sedangkan mobil bannya ada empat, tanpa dalil siapapun pasti
mengetahui hal tersebut. Hal inilah yang disebut badihiyah. Badihiyah adalah segala
sesuatu yang kebenarannya perlu dalil pembuktian, tetapi karena sudah sangat umum dan
mendarah daging maka kebenaran itu tidak perlu pembuktian lagi.
2. Setiap manusia memiliki fithrah mengakui kebenaran (bertuhan), indera untuk mencari
kebenaran, akal untuk menguji kebenaran dan memerlukan wahyu untuk menjadi pedoman
menentukan mana yang benar dan mana yang tidak. Tentang Tuhan, misalnya, setiap
manusia memiliki fithrah bertuhan, dengan indera dan akal dia bisa buktikan adanya Tuhan,
tapi hanya wahyulah yang menunjukkan kepadanya siapa Tuhan yang sebenernya.
3. Keyakinan tidak boleh bercampur sedikitpun dengan keraguan. Sebelum seseorang
sampai ke tingkat yakin dia akan mengalami lebih dahulu Syak (50%-50% antara
membenarkan dan menolak), kemudian Zhan (salah satu lebih kuat sedikit dari yang lainnya
karena ada dalil yang menguatkan), kemudian Ghalabatuz Zhan (cenderung menguatkan
salah satu karena dalilnya lebih kuat, tapi masih belum bisa menghasilkan keyakinan
penuh), kemudian Ilmu/Yakin (menerima salah satu dengan sepenuh hati karena sudah
meyakini dalil kebenarannya). Keyakinan yang sudah sampai ke ringkat ilmu inilah yang
disebut aqidah.
4. Aqidah harus mendatangkan ketenteraman jiwa. Artinya lahiriyah seseorang bisa saja
pura-pura meyakini sesuatu, akan tetapi hal itu tidak akan mendatangkan ketenangan jiwa
karena dia harus melaksanakan sesuatu yang berlawanan dengan keyakinannya. Kawin
paksa misalnya, hidup satu rumah dengan orang yang tidak pernah dia sukai, secara
lahiriyah hubungan mereka telah sukses karena berakhir dipelaminan namun jiwa mereka
tidaklah tenteram seperti kelihatan.
5. Bila seseorang sudah meyakini suatu kebenaran, dia harus menolak segala yang
bertentangan dengan kebenaran itu. Artinya seseorang tidak akan bisa meyakini sekaligus
dua hal yang bertentangan. Misalnya ada meyakini gula itu rasanya manis, tentunya anda
akan menolak untuk meyakini bahwa gula itu rasanya asin, tidak mungkin anda yakin bahwa
gula itu rasanya manis dan asin.
6. Tingkat keyakinan (aqidah) seseorang tergantung kepada tingkat pemahamannya
terhadap dalil. Misalnya:
– Anda akan meyakini adanya beasiswa bila anda mendapatkan informasi tentang beasiswa
tersebut dari orang yang anda kenal tidak pernah berbohong.
– Keyakinan itu akan bertambah apabila anda mendapatkan informasi yang sama dari
beberapa orang lain, namun tidak menutup kemungkinan bahwa anda akan meragukan
kebenaran informasi itu apabila ada syubuhat (dalil dalil yang menolak informasi tersebut).
– Bila anda melihat pengumuman beasiswa di fakultas maka bertambahlah keyakinan anda
sehingga kemungkinan untuk ragu semakin kecil
– Apabila anda diberi formulir pengajuan beasiswa maka keyakinan anda semakin
bertambah dan segala keraguan akan hilang bahkan anda tidak mungkin ragu lagi bahkan
anda tidak akan merubah pendirian anda sekalipun semua orang menolaknya
– Ketika anda bolak balik mengurus segala yang terkait dengan beasiswa maka
bertambahlah pengetahuan dan pengalaman anda tentang beasiswa yang diyakini tadi.
5. Aqidah merupakan akhir kewajiban seseorang sebelum meninggalkan dunia yang fana
ini.
Nabi saw bersabda:“Barangsiapa yang akhir ucapannya “Tiada sesembahan yang berhak
disembah selain Allah niscaya dia akan masuk surga”. (HSR. Al-Hakim dan lainnya).
6. Aqidah yang benar telah mampu menciptakan generasi terbaik dalam sejarah umat
manusia, yaitu generasi sahabat dan dua generasi sesusah mereka.
Allah berfirman:”Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, kamu
menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar dan beriman kepada
Allah.” (QS. Ali-Imran: 110).
7. Kebutuhan manusia akan aqidah yang benar melebihi segala kebutuhan lainnya karena ia
merupakan sumber kehidupan, ketenangan dan kenikmatan hati seseorang. Dan semakin
sempurna pengenalan serta pengetahuan seorang hamba terhadap Allah semakin
sempurna pula dalam mengagungkan Allah dan mengikuti syari’at-Nya.
8.
Studi islam
Profil Lulusan
A.Peneliti Muda
B.Fasilitator Perdamaian
C.Pekerja Sosial
D.Enterpreneur Keagamaan
Visi Program Studi
1.Menjadi pusat studi agama-agama yang unggul dan kompetitif melalui 2.penyelenggaraan
kegiatan akademik yang kontekstual dan dialogis, serta pengembangan potensi
kepemimpinan mahasiswa.