Anda di halaman 1dari 27

Nama: Muhammad wildan Thoyibi

NIM : 20102220004
Prodi : Agribisnis

1.
Pengertian akhlak dan beberapa tinjauannya

A. Pengertian Akhlak
Kata “akhlak” berasal dari bahasa Arab “khuluq”, jamaknya “khuluqun”, menurut lughat
diartikan sebagai budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabiat.[1] Kata “akhlak” ini lebih
luas artinya daripada moral atau etika yang sering dipakai dalam bahasa Indonesia sebab
“akhlak” meliputi segi-segi kejiwaan dari tingkah laku lahiriah dan batiniah seseorang.[2]
Kata “akhlak” mengandung segi-segi persesuaian dengan perkataan “khalqun” yang berarti
kejadian serta erat hubungannya dengan khaliq yang berarti Pencipta, dan makhluk yang
berarti yang diciptakan.
Perumusan pengertian akhlak timbul sebagai media yang memungkinkan adanya hubungan
baik antara Khaliq dengan makhluk dan antara makhluk dengan makhluk.
Demikian juga hadits Nabi SAW:
ُ ‫ُبع ِْث‬
)‫ت ِال ُ َت ِّم َم َمكا َ ِر َم ْاالَ ْخالَ ِق (رواه احمد‬
Artinya: “Aku diutus untuk menyempurnakan perangai (budi pekerti) yang mulia” (HR.
Ahmad)
Adapun pengertian akhlak menurut ulama akhlak, antara lain sebagai berikut:
Pertama, ilmu akhlak adalah ilmu yang menentukan batas antara baik dan buruk, terpuji dan
tercela, tentang perkataan atau perbuatan manusia, lahir dan batin.
Kedua, ilmu akhlak adalah pengetahuan yang memberikan pengertian baik dan buruk, ilmu
yang mengatur pergaulan manusia dan menentukan tujuan mereka yang terakhir dari
seluruh usaha dan pekerjaan mereka.
Imam Al-Ghazali dalam Ihya Ulumuddin menyatakan bahwa akhlak ialah daya kekuatan
(sifat) yang tertanam dalam jiwa dan mendorong perbuatan-perbuatan spontan tanpa
memerlukan pertimbangan pikiran. Jadi, akhlak merupakan sikap yang melekat pada diri
seseorang dan secara spontan diwujudkan dalam tingkah laku dan perbuatan.
Jika tindakan spontan itu baik menurut pandangan akal dan agama, tindakan tersebut
dinamakan akhlak yang baik (akhlakul karimah/akhlakul mahmudah). Sebaliknya, jika
tindakan spontan itu jelek, disebut akhlak madzmudah.
Selain istilah akhlak, lazim juga dipergunakan istilah “etika”. Perkataan ini berasal dari
bahasa Yunani, “ethes” yang berarti adapt kebiasaan. Dalam pelaran filsafat, etika
merupakan cabang dari ilmu filsafat. Mengenai hal ini para ahli memberikan pengertian yang
berbeda-bedar, antara lain:
1. Etika ialah ilmu tentang tingkah laku manusia prinsip-prinsip yang disistematisasikan
tentang tindakan moral yang betul (Webster’s wict).
2. Bagian filsafat yang memperkembangkan teori tentang tindakan: hujah-hujahnya dan
tujuan yagn diarah, diarahkan pada makna tindakan (Ensiklopedia Winkler Prins).
3. Ilmu tentang filsafat moral, tindakan mengenai fakta, tetapi tentang nilai-nilai, tidak
mengenai sifat tindakan manusia, tetapi tentang idenya, karena itu bukan ilmu yang positif,
tetapi ilmu yang formatif (New American Dict)
4. Ilmu tentang moral atau prinsip kaidah-kaidah moral tentang tindakan-tindakan dan
kelakuan (A.S. Hornby Dict).
Berdasarkan pengertian di atas, etika menurut filsafat adalah ilmu yang menyelidiki, hal
yang baik dan yang buruk dengan memerhatikan amal perbuatan manusia sejauh dapat
diketahui oleh akal pikiran.
Antar etika dengan akhlak terdapat persamaan dan perbedaan. Persamaannya adalah
sama-sama membahas masalah baik dan buruknya tingkah laku manusia sehingga akhlak
sering disebut dengan etika Islam. Adapun perbedaannya adalah etika bertitik dari akal
pikiran, tidak dari agama, sedangkan akhlak bertitik dari akal pikiran, tidak dari agama,
sedangkan akhlak (etika Islam) berdasarkan ajaran Allah dan Rasul-Nya.
Untuk membedakan secara tegas antara akhlak (etika Islam) dengan etika filsafat, yaitu
bahwa:
1. Etika Islam mengajarkan dan menuntun manusia pada tingkah laku yang baik dan
menjauhkan diri dari tingkah laku yang buruk
2. Etika Islam menetapkan bahwa sumber moral, ukuran baik-buruknya perbuatan
didasarkan kepada ajaran Allah SWT, (Al-Qur’an) dan ajaran Rasul-Nya (Sunnah)
3. Etika Islam bersifat universal dan komprehensif, dapat diterima oleh seluruh umat
manusia di segala waktu dan tempat.
4. Dengan rumus-rumus yang praktis dan tepat dengan fitrah (naluri) dan akal pikiran
manusia, etika Islam dapat dijadikan pedoman oleh seluruh manusia.
5. Etika Islam mengatur dan mengarahkan fitrah manusia ke jenjang akhlak yang luhur
dan meluruskan perbuatan manusia di bawah pancaran sinar petunjuk Allah SWT menuju
keridhaan-Nya, sehingga selamatlah manusia dari pikiran-pikiran dan perbuatan-perbuatan
yang keliru dan menyesatkan.
Akhlak, disamping dikenal dengan istilah etika, juga dikenal dengan istilah moral. Perkataan
moral berasal dari bahasa Latin “mores”, jamak dari “mos” yang berarti: adat kebiasaan.
Dalam bahasa Indonesia, moral diterjemahkan dengan arti susila.
Yang dimaksud dengan moral adalah sesuatu yang sesuai dengan ide-ide umum tentang
tindakan manusia, yang baik dan wajar, sesuai dengan ukuran tindakan yang diterima
umum, meliputi kesatuan social atau lingkungan tertentu. Dengan demikian, jelaslah
persamaan antara etika dan moral. Namun, ada pula perbedaannya, yakni etika lebih
banyak bersifat teori, sedangkan moral lebih banyak bersifat praktis.

B. Dasar Hukum Akhlak


Dalam Islam, dasar atau alat pengukur yang menyatakan baik-buruknya sifat seseorang itu
adalah Al-Qur’an dan As-Sunah Nabi SAW. Apa yang baik menurut Al-Qur’an dan As-
Sunah, itulah yang baik untuk dijadikan pegangan dalam kehidupan sehari-hari. Sebaliknya,
apa yang buruk menurut al-Qur’an dan as-Sunnah, itulah yang tidak baik dan harus dijauhi.
[3]
Ketika ‘Aisyah ditanya tentang akhlak Rasulullah, ia menjawab:
‫ان ُخلُقُ ُه ْالقُرْ اَ َن‬
َ ‫َك‬
Artinya: “Akhlak Rasulullah ialah Al-Qur’an”
Maksud perkataan ‘Aisyah adalah bahwa segala tingkah laku dan tindakan Rasul, baik yang
lahir maupun batin senantiasa mengikuti petunjuk dari al-Qur’an. Al-Qur’an selalu
mengajarkan umat Islam untuk berbuat baik dan menjauhi segala perbuatan yang buruk.
Ukuran baik dan buruk ini ditentukan oleh Al-Qur’an.[4]
Al-Qur’an menggambarkan akhlak orang-orang beriman, kelakuan mereka yang mulia dan
gambaran kehidupan mereka yang tertib, adil, luhur dan mulia. Berbanding dengan
perwatakan orang-orang kafir dan munafik yang jelek dan merusak. Gambaran mengenai
akhlak mulai dan akhlak keji begitu jelas dalam perilaku manusia sepanjang sejarah. Al-
Qur’an juga menggambarkan perjuangan para Rasul untuk menegakkan nilai-nilai mulia dan
murni di dalam kehidupan dan bagaimana mereka ditentang oleh kefasikan, kekufuran, dan
kemunafikan yang mencoba menggoyah tegaknya akhlak yang mulia sebagai teras
kehidupan yang luhur dan murni itu.

C. Tujuan Akhlak
Pada dasarnya, tujuan pokok akhlak adalah agar setiap muslim berbudi pekerti, bertingkah
laku, berperangai atau beradat istiadat yang baik sesuai dengan ajaran Islam. Disamping itu,
setiap muslim yang berakhlak yang baik dapat memperoleh hal-hal berikut:
1. Ridha Allah SWT
Orang yang berakhlak sesuai dengan ajaran Islam, senantiasa melaksanakan segala
perbuatannya dengan hati ikhlas, semata-mata karena mengharapkan ridha Allah.
2. Kepribadian muslim
Segala perilaku muslim, baik ucapan, perbuatan, pikiran maupun kata hatinya
mencerminkan sikap ajaran Islam.
3. Perbuatan yang mulia dan terhindar dari perbuatan tercela
Dengan bimbingan hati yang diridhai Allah dengan keikhlasan, akan terwujud perbuatan-
perbuatan yang terpuji, yang seimbang antara kepentingan dunia dan akhirat serta terhindar
dari perbuatan tercela.[6]

D. Pembagian Akhlak
Akhlak dapat dibagi berdasarkan sifatnya dan berdasarkan objeknya. Berdasarkan sifatnya,
akhlak terbagi menjadi dua bagian. Pertama, akhlak mahmudah (akhlak terpuji) atau akhlak
karimah (akhlak yang mulia). Yang termasuk ke dalam akhlak karimah (akhlak terpuji),
diataranya: ridha kepada Allah, cinta dan beriman kepada Allah, beriman kepada malaikat,
kitab, rasul, hari kiamat, takdir, taat beribadah, selalu menepati janji, melaksanakan amanah,
berlaku sopan dalam ucapan dan perbuatan, qanaah (rela terhadap pemberian Allah),
tawakal (berserah diri), sabar, syukur, tawadhu’ (merendahkan hati) dan segala perbuatan
yang baik menurut pandangan Al-Qur’an dan Al-Hadits.
Kedua, akhlak mazhmumah (akhlak tercela) atau akhlak sayyi’ah (akhlak yang jelek).
Adapun yang termasuk akhlak madzmumah ialah: kufur, syirik, muurtad, fasik, riya’, takabur,
mengadu domba, dengki atau iri, kikir, dendam, khianat, memutus silaturahmi, putus asa,
dan segala perbuatan tercela menurut pandangan Islam.
Berdasarkan objeknya, akhlak dibedakan menjadi dua: Pertama, akhlak kepada khaliq.
Kedua, akhlak kepada makhluk, yang terbagi menjadi:

1. Akhlak kepada Rasulullah


2. Akhlak kepada keluarga
3. Akhlak kepada diri sendiri
4. Akhlak kepada sesame/orang lain
5. Akhlak kepada lingkungan alam.

2.
Pengertian Tasawuf dan dasar dasarnya

1.Pengertian Tasawuf Secara lughawi


Secara lughawi pengertian tasawuf dapat dilihat menjadi beberapa macam pengertian,
seperti di bawah ini.

Pertama tasawuf berasal dari kata ahlu suffah ‫ ا هل ا لصفة‬yang berarti sekelompk orang pada
masa Rasulullah SAW, yang hidupnya berdiam di serambi-serambi masjid, mereka
mengabdikan hidupnya untuk beribadah kepada Allah SWT.

Kedua tasawuf berasal dari kata shafa ( ‫ )صفا ء‬berarti “bersih” atau “suci” maksudnya adalah
orang-orang yang menyucikan dirinya di hadapan Tuhan-Nya.

Ketiga tasawuf berasal dari kata shaf ( ‫)صف‬artinya orang-orang yang ketika shalat selalu
berada di saf paling depan.

Keempat, istilah tasawuf dinisbahkan kepada orang-orang dari bani Shufah.

Kelima, tasawuf berasal dari kata saufi (‫ ) سو فئ‬yang berarti kebijaksanaan.

Keenam, tasawuf berasal dari kata shaufanah yaitu sebangsa buah-buahan kecil yang
berbulu dan banyak yang tumbuh di padang pasir di tanah arab.

Ketujuh, tasawuf berasal dari kata shuf ( ‫ )صو ف‬yang berarti bulu domba atau wol.

2.Pengertian tasawuf secara istilah

Pengertian tasawuf secara istilah adalah ilmu yang mengajarkan kepada manusia untuk
mengenal dan mendekatkan diri kepada Allah.pada bingkai global, urgensi tasawuf yang
disajikan bagi kalangan intelektual muda, seperti para mahasiswa, adalah upaya positif
untuk sadar dan mengenal pada eksistensi dirinya, sehingga ia akan sampai pada eksistensi
Tuhannya. Konsep pendidikan tasawuf yang terkenal adalah : “ barang siapa mengenal
dirinya, maka ia akan mengenal Tuhannya”.

Menurut Muhammad Ali Al-Qossab, tasawuf adalah akhlak yang mulia, yang timbul pada
masa yang mulia dari seorang yang mulia ditengah-tengah kaum yang mulia.

Menurut Al-Junaid ai-Baghdadi mendefinisikan tasawuf sebagai berikut: “hendaknya kita


berhubungan dengan al-Haqq tanpa perantara (wasilah)” dan dikitab lain dia juga
mendefinisikan tasawuf adalah “hendaknya hidup dan matimu diserahkan kepada al-Haqq”.

LIHAT KE HALAMAN ASLI


Dhia Syarafana Islamy

FOLLOW
Pengertian , Dasar Akhlak Tasawuf, Persamaan, Perbedaannya dengan Etika Dan Moral

26 Mei 2015 09:45 |Diperbarui: 17 Juni 2015 06:35


A.Pengertian
1.Pengertian Akhlak, Etika dan Moral

a.Pengertian Akhlak

Kata akhlah berasal dari bahasa Arab khuluq yang jamaknya akhlaq. Menurut bahasa
akhlak adalah perangai, tabiat, dan agama. Dinamakan khuluq karena etika bagaikan
khalqah (karakter) pada dirinya. Dengan demikian khuluq adalah etika yang menjadi pilihan
dan diusahakan seseorang. Adapun etika yang sudah menjadi tabiat bawaannya dinamakan
al-khaym.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata akhlak diartikan sebagai budi perkerti, watak,
dan tabiat.

Berkaitan dengan pengertian khuluq yang berarti agama, Al-Fairuzzabadi berkata,


“ketahuilah, agama pada dasarnya adalah akhlak. Barang siapa memiliki akhlak mulia,
kualitas agamanya pun mulia. Agama diletakkan di atas landasan akhlak utama, yaitu
kesabaran, memelihara diri, keberanian, dan keadilan.”

Secara sempit, pengertian akhlak dapat diartikan dengan:

1.Kumpulan kaidah untuk menempuh jalan yang baik

2.Jalan yang sesuai untuk menuju akhlak

3.Pandangan akal tantang kebaikan dan keburukan.

Pengertian akhlak menurut istilah, Menurut imam Al-Ghozali “akhlak adalah daya kekuatan
(sifat) yang tertanam dalam jiwa yang mendorong perbuatan-perbuatan yag spontan tanpa
memerlukan pertimbangan pikiran.

Jadi, akhlak merupakan sikap yang melekat pada diri seseorang dan secara spontan
diwujudkan dalam tingkah laku dan perbuatan.

b.Pengertian Etika

Etika berasal dari bahasa yunani “ethos” yang berarti kebiasaan (perbiatan).netika adalah
teori tentang perbuatan manusia dilihat dari baik dan buruknya. Etika memurut filsafat
adalah ilmu yang menyelidiki perbuatan baik dan perbuataan buruk dengan memperhatikan
amal perbuatan manusia sejauh dapat diketahui oleh akal pikiran.

c.Pengertian Moral

Moral berasal dari bahasa latin mores. Kata Jama’ dari mos yang berarti adat kebiasaan.
Menurut istilah moral adalah sesuai dengan ide-ide yang umum diterima tentang tindakan
manusia. Yang baik dan wajar, sesuai dengan ukuran tindakan yang oleh umum diterima,
meliputi kesatuan social atau lingkungan tertentu.
B, Pengertian Tasawuf

1.Pengertian Tasawuf Secara lughawi

Secara lughawi pengertian tasawuf dapat dilihat menjadi beberapa macam pengertian,
seperti di bawah ini.

Pertama tasawuf berasal dari kata ahlu suffah ‫ ا هل ا لصفة‬yang berarti sekelompk orang pada
masa Rasulullah SAW, yang hidupnya berdiam di serambi-serambi masjid, mereka
mengabdikan hidupnya untuk beribadah kepada Allah SWT.

Kedua tasawuf berasal dari kata shafa ( ‫ )صفا ء‬berarti “bersih” atau “suci” maksudnya adalah
orang-orang yang menyucikan dirinya di hadapan Tuhan-Nya.

Ketiga tasawuf berasal dari kata shaf ( ‫)صف‬artinya orang-orang yang ketika shalat selalu
berada di saf paling depan.

Keempat, istilah tasawuf dinisbahkan kepada orang-orang dari bani Shufah.

Kelima, tasawuf berasal dari kata saufi (‫ ) سو فئ‬yang berarti kebijaksanaan.

Keenam, tasawuf berasal dari kata shaufanah yaitu sebangsa buah-buahan kecil yang
berbulu dan banyak yang tumbuh di padang pasir di tanah arab.

Ketujuh, tasawuf berasal dari kata shuf ( ‫ )صو ف‬yang berarti bulu domba atau wol.

2.Pengertian tasawuf secara istilah

Pengertian tasawuf secara istilah adalah ilmu yang mengajarkan kepada manusia untuk
mengenal dan mendekatkan diri kepada Allah.pada bingkai global, urgensi tasawuf yang
disajikan bagi kalangan intelektual muda, seperti para mahasiswa, adalah upaya positif
untuk sadar dan mengenal pada eksistensi dirinya, sehingga ia akan sampai pada eksistensi
Tuhannya. Konsep pendidikan tasawuf yang terkenal adalah : “ barang siapa mengenal
dirinya, maka ia akan mengenal Tuhannya”.

Menurut Muhammad Ali Al-Qossab, tasawuf adalah akhlak yang mulia, yang timbul pada
masa yang mulia dari seorang yang mulia ditengah-tengah kaum yang mulia.

Menurut Al-Junaid ai-Baghdadi mendefinisikan tasawuf sebagai berikut: “hendaknya kita


berhubungan dengan al-Haqq tanpa perantara (wasilah)” dan dikitab lain dia juga
mendefinisikan tasawuf adalah “hendaknya hidup dan matimu diserahkan kepada al-Haqq”.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa ilmu tasawuf adalah ilmu yang mempelajari usaha
membersihkan diri, berjuang memerangi hawa nafsu, mencari jalan kesucian dengan
ma’rifat menuju keabadian, saling mengingatkan antar manusia, serta berpegang teguh
pada janji Allah SWT dan mengikuti syari’at Rosulullah SAW dalam mendekatkan diri dan
mencapai keridhoan-Nya.
C.Dasar-Dasar Tasawuf Dalam Al-Qur’an dan Hadis

Kajian tentang tasawuf semakin banyak diminti orang. Sebagai bukti, misalnya, semakin
banyaknya buku yang membahas tasawuf yang banyak kita temui telah mengisi berbagai
perpustakan terutama di Negara-negara yang berpenduduk muslim, juga Negara-negara
barat sekalipun yang mayoritas masyarakatnya adalah nonmuslim.

Tingkat ketertarikan mereka tidak dapat diklaim sebagai sebuah penerimaan bulat-bulat
terhadap tasawuf. Ketertarikan mereka terhadap tasawuf dapat dilihat pada dua
kecenderungan, yaitu pertama karena kecenderungan terhadap kebutuhan fitrah atau
naluriah;

Kedua, karena kecenderungan pada persoalan akademis. Kecenderungan pertaman


mengisyaratkan bahwa manusia membutuhkan sentuhan-sentuhan spiritual atau rohani.
Kecenderungan kedua mengisyaratkan bahwa kajian tasawuf menarik untuk dikaji secara
akademis-keilmuan.

Untuk melihat dasar-dasar tentang tasawuf, dalam kajian ini penulis akan mengetahkan
landasan-landasan naqli dari tasawuf. Landasan naqli yang kami maksudkan adalah
landasan Al-Qur’an dan Al-Hadis. Kami memandang perlu menyajikan kedua landasan ini
karena Al-Qur’an dan Al-Hadis merupakan kerangka acuan pokok yang selalu dipegang
umat islam.

1.Landasan Al-Qur’an

Tasawuf pada awal pembentukannya adalah akhlak atau keagamaan, dan moral
keagamaan ini banyak diatur dalm Al-Quran dan As-Sunnah. Jelaslah bahwa sumber
pertamanya adalah ajaran-ajaran islam. Sebab tasawuf ditimba dari Al-Quran dan As-
Sunnah, dan amalan-amalan serta ucpan para sahabat. Amalan serta ucapan para sahabt
itu tentu saja tidak keluar dari ruang lingkup Al-Quran dan As-Sunnah. Dengan begitu, justru
dua sumber utama tasawuf adalah Al-Quran dan As-Sunnah.

Al-Quran merupakan kitab Allah SWT. Yang di dalamnya terkandung muatan-muatan ajaran
Islam, baik akidah , syariah, maupun muamalah .ketiga muatan tersebut banyak tercermin
dalam ayat-ayat yang termaktub dalam Al-Quran. Ayat-ayat Al-Quran itu, di satu sisi
memang perlu dipahami secara tektual-lahiriah, tetapi di sisi lain, ada juga yang perlu
dipahami secara kontektual-rohaniah. Sebab jika dipahami hanya secara lahiriah, ayat-ayat
Al-Quran akan terasa kaku, kurang dinamis, dan tidak mustahil akan ditemukan persoalan
yang tidak dapat diterima secara psikis.

Secara umum. Ajaran islam mengatur kehidupan yang bersifat lahiriah dan batiniah.
Pemahaman terhadap unsur kehidupan yang bersifat batiniah pada gilirannya melahirkan
tasawuf. Unsur kehidupan tasawuf ini mendapat perhatian yangcukup besar dari sumber
ajaran Islam. Ak-Quran dam As-Sunnah, serta praktik kehidupan Nabi Muhammmad SAW
dan para sahabatnya. Al-Quran antara lain berbicara tentang kemungkinan manusia dapat
saling mencintai (mahabbah ) dengan Tuhan. Hal itu misalnya difirmankan Allah SWT dalam
Al-Quran.
Artinya: wahai orang-orang yang beriman ! Barang siapa di antara kamu yang murtad
(keluar) dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum, Dia mencintai
mereka dan merekanpun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang
beriman, tetapi bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan
yang tidak takut kepada celaaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah yang
diberikan-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Mahaluas (pemberian-Nya ),
Maha Mengetahui. (Q.S. Al-Ma’idah [5]:54)

Dalam Al-Quran, Allah SWT pun memerintahkan manusia agar senantiasa bertobat,
membersihkan diri, dan memohon ampunnan kepada-Nya sehingga memperoleh cahaya
dari-Nya.

2.Landasan Hadits

Dalam hadis Rasulullah SAW banyak dijumpai keterangan yang berbicara tentang
kehidupan rohaniah manusia. Berikut ini beberapa matan hadis yang dapat dipahami
dengan pendekatan tasawuf.

Artinya “barang siapa yang mengenal dirinya, maka akan mengenal Tuhannya”

Hadis ini di samping melukiskan kedekatan hubungan antara Tuhan dan manusia, sekalipun
mengisyaratkan arti bahwa manusia dan Tuhan adalah satu. Jadi barang siapa yang ingin
mengenal Tuhan cukup mengenal dan merenungkan perihal dirinya sendiri.

Dasar-dasar tasawuf baik Al-Quran , Al-Hadis, maupun teladan dari para sahabat, ternyata
merupakan benih-benih tasawuf dalam kedudukannya sebagai ilmu tentang tingkatan
(maqomat) dan keadaan ( ahwal). Dengan kata lain, ilmu tentang moral dan tingkah laku
manusia terdapat rujukannya dalam Al-Qura, bahwa pertumbuhan pertamanya, tasawuf
ternyata ditimba daro sumber Al-Quran.

3.
Thoharoh

PENGERTIAN, MACAM, DAN CARA THAHARAH


POSTED ON 18 MAY 2015 BY ADMIN LAW OFFICE
PENGERTIAN, MACAM, DAN CARA THAHARAH

PENGERTIAN THAHARAH

Thaharah menurut bahasa berarti bersuci. Menurut syara’ atau istilah adalah membersihkan
diri, pakaian, tempat, dan benda-benda lain dari najis dan hadas menurut cara-cara yang
ditentukan oleh syariat islam.

Thaharah atau bersuci adalah syarat wajib yang harus dilakukan dalam beberapa macam
ibadah. Seperti dalam QS Al-maidah ayat : 6

[5:6] Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka
basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh)
kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub maka mandilah, dan jika
kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau
menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayamumlah dengan
tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak
hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan
nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur.

Thaharah atau bersuci menurut pembagiannya dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu :

A. Bersuci lahiriah

Beberapa contoh yang bersifat lahiriah adalah membersihkan diri, tempat tinggal dan
lingkungan dari segala bentuk kotoran, hadas dan najis. Membersihkan diri dari najis adalah
membersihkan badan, pakaian atau tempat yang didiami dari kotoran sampai hilang rasa,
bau dan warnanya. QS Al-Muddassir ayat : 4

[74:4] dan pakaianmu bersihkanlah,

B. Bersuci batiniah

Bersuci batiniah adalah membersihkan jiwa dari kotoran batin berupa dosa dan perbuatan
maksiat seperti iri, dengki, takabur dll. Cara membersihkannya dengan taubatan nashoha
yaitu memohon ampun dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi.

MACAM-MACAM ALAT THAHARAH

Allah selalu memudahkan hambanya dalam melakukan sesuatu. Untuk bersuci misalnya,
kita tidak hanya bisa menggunakan air, tetapi kita juga bisa menggunakan tanah, batu, kayu
dan benda-benda padat lain yang suci untuk menggantikan air jika tidak ditemukan.

Dalam bersuci menggunakan air, kita juga harus memperhatikan air yang boleh dan tidak
boleh digunakan untuk bersuci.

Macam-macam air

Air yang dapat digunakan untuk bersuci adalah

· Air mutlak yaitu air yang suci dan mensucikan, yaitu air :

1. Air hujan

2. Air sumur

3. Air laut

4. Air sungai

5. Air danau/ telaga


6. Air salju

7. Air embun

QS Al- Anfal ayat : 11[8:11] (Ingatlah), ketika Allah menjadikan kamu mengantuk sebagai
suatu penenteraman daripada-Nya, dan Allah menurunkan kepadamu hujan dari langit untuk
mensucikan kamu dengan hujan itu dan menghilangkan dari kamu gangguan-gangguan
setan dan untuk menguatkan hatimu dan memperteguh denganya telapak kaki(mu).

· Air yang suci tetapi tidak dapat mensucikan, yaitu air yang halal untuk diminum tapi tidak
dapat digunakan untuk bersuci seperti air teh, kopi, sirup, air kelapa dll.

· Air musyammas yaitu air yang terjemur oleh matahari dalam bejana selain emas dan
perak. Air ini makruh digunakan untuk bersuci

· Air mustakmal yaitu air yang telah digunakan untuk bersuci. Air ini tidak boleh digunakan
untuk bersuci walaupun tidak berubah rasa, bau maupun warnanya

· Air mutanajis yaitu air yang sudah terkena najis. Baik yang sudah berubah rasa, warna dan
baunya maupun yang tidak berubah dalam jumlah yang sedikit yaitu kurang dari dua kullah
(270 liter menurut ulama kontemporer)

CARA-CARA THAHARAH

Ada berbagai cara dalam bersuci yaitu bersuci dengan air seperti berwudhu dan mandi
junub atau mandi wajib. Ada juga bersuci dengan menggunakan debu, tanah yaitu dengan
bertayamum. Dan bisa juga menggunakan air,tanah,batu dan kayu (tissue atau kertas itu
masuk kategori kayu) yaitu dengan beristinja.

Cara-cara thaharah menurut pembagian najisnya:

1. Najis ringan (najis mukhafafah)

Najis mukhafafah adalah najis yang berasal dari air kencing bayi laki-laki yang belum makan
apapun kecuali air susu ibunya saja dan umurnya kurang dari 2 tahun. Cara membersihkan
najis ini cukup dengan memercikkan air kebagian yang terkena najis.

2. Najis sedang (najis mutawassitah)

Yang termasuk kedalam golongan najis ini adalah kotoran, air kencing dsb. Cara
membersihkannya cukup dengan membasuh atau menyiramnya dengan air sampai najis
tersebut hilang (baik rasa, bau dan warnanya).

3. Najis berat (najis mughalazah)

Najis berat adalah suatu materi yang kenajisannya ditetapkan berdasarkan dalil yang pasti
(qat’i) . yaitu anjing dan babi. Cara membersihkannya yaitu dengan menghilangkan barang
najisnya terlebih dahulu lalu mencucinya dengan air bersih sebanyak tujuh kali dan salah
satunya dengan tanah atau batu.

4.
Sholat fardhu

Shalat adalah bentuk peribadatan yang dilakukan oleh umat muslim yaitu dengan berhadap
hati kepada Allah SWT dan pelaksanaannya adalah dalam bentuk perkataan maupun
perbuatan yang diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salam sesuai dengan syarat-
syarat yang telah ditentukan syara’.
Secara Bahasa, kata shalat berasal dari bahasa Arab yang berarti do’a, sedangkan menurut
istilah, shalat didefinisikan sebagai suatu bentuk peribadatan dalam bentuk rangkaian
kegiatan yang dimulai dengan takbiratul ikram dan diakhiri dengan mengucapkan salam.
Terdapat shalat wajib dan macam-macam shalat sunnah yang dijalankan.

dalam Al-Qur’an Surat Al-Ankabut ayat 45, Allah juga berfirman:


َ ‫صاَل َة َت ْن َه ٰى َع ِن ْال َفحْ َشا ِء َو ْال ُم ْن َك ِر ۗ َولَ ِذ ْك ُر هَّللا ِ َأ ْك َب ُر ۗ َوهَّللا ُ َيعْ لَ ُم َما َتصْ َنع‬
‫ُون‬ َّ ‫ب َوَأق ِِم ال‬
َّ ‫صاَل َة ۖ ِإنَّ ال‬ َ ‫َما ُأوح َِي ِإلَي‬
ِ ‫ْك م َِن ْال ِك َتا‬

Artinya:

“Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan dirikanlah
shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar.
Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-
ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

Shalat merupakan bentuk peribadatan bagi umat muslim yang harus dikerjakan dengan
sebaik-baiknya guna memperoleh Ridlo dari Allah SWT. Shalat adalah Rukun Islam yang
kedua, dimana jika dilihat dari hukumnya, ibadah ini dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu shalat
Fardhu dan juga shalat sunnah. Pembahasan kali ini adalah tentang shalat fardhu dan
jenisnya.
Pengertian Shalat Fardhu (Shalat Wajib)

Shalat Fardhu atau yang sering kita sebut dengan shalat wajib adalah sholat yang apabila
dikerjakan akan mendapatkan pahala dari Allah SWT, dan Hukum Meninggalkan Shalat
Dengan Sengaja akan mendapatkan dosa. Dengan kata lain ibadah ini hukumnya wajib kita
kerjakan, karena apabila kita satu waktu saja meninggalkannya, maka kita akan
mendapatkan dosa dari Allah SWT.

Syarat – Syarat Melaksanakan Shalat

Beragama islam
Baligh dan berakal sehat
Suci dari hadast
Suci seluruh anggota tubuh, pakaian, dan tempat
Menutup aurat.
Telah masuk waktu yang telah ditentukan untuk masing-masing shalat
Menghadap kiblat
Mengetahui antara yang termasuk rukun dan sunnah shalat.
Rukun dan Tata Cara Shalat

1. Niat

Niat diucapkan ketika kita telah berdiri tegak dan menghadap ke kiblat dan niat yang kita
ucapkan harus sesuai dengan shalat yang akan kita kerjakan, misalnya saja Shalat Subuh.
Dan saat membaca niat, sebaiknya dilakukan di dalam hati dengan bersungguh-sungguh.
Untuk bacaan niat dari masing-masing shalat akan dijabarkan selanjutnya.

2.Berdiri tegak

Bagi mereka yang sedang sakit, shalat bisa dilakukan sambil duduk atau berbaring.

3.Takbiratul Ihram

Takbiratul ihram adalah tindakan dengan mengangkat kedua belah tangan yang disertai
dengan bacaan takbir, karen ta yaitu :

‫هللا َأ ْك َبر‬

Artinya “Allah Maha Besar.”

4. Membaca do’a iftitah pada rakaat pertama

ً‫ان هَّللا ِ ب ُْك َر ًة َوَأصِ ْيال‬


َ ‫َك ِبيرً ا َو ْال َح ْم ُد هَّلِل ِ َكثِيرا َو ُسب َْح‬

َ ْ‫ت َو ْاَألر‬
‫ض َح ِن ْي ًفا مُسْ لِمًا َو َما َأ َنا م َِن ْال ُم ْش ِركِين‬ ِ ‫ْت َوجْ ِه َي لِلَّذِى َف َط َر ال َّس َم َاوا‬
ُ ‫إنِي َوجَّ ه‬

َ ‫اي َو َم َماتِيْ هَّلِل ِ َربِّ ْال َعالَم‬


‫ِين‬ َ ‫صالَتِيْ َو ُن ُسكِيْ َو َمحْ َي‬
َ َّ‫ِإن‬

‫ِين‬ ُ ْ‫ك ُأمِر‬


َ ‫ت َوَأ َنا م َِن ْالمُسْ لِم‬ َ ِ‫ك لَ ُه َو ِب َذل‬
َ ‫الَ َش ِر ْي‬

Artinya:

“Segala puji bagi Alloh. Maha Suci Alloh dipagi dan petang hari.
Kuhadapkan jiwa ragaku pada Dzat yang menciptakan langit dan bumi dengan mengakui
kebenaran serta berserah diri, dan tidaklah aku termasuk golongan orang-orang yang
musyrik. Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, matiku hanya untuk Allah Tuhan
semesta alam. Tiada sekutu bagiNya karena dengan itu aku diperintah. Dan ketahuilah
sesungguhnya aku termasuk orang-orang muslim.”

5. Pada setiap rakaat membaca Al-Fatihah

ٰ ‫هَّللا‬
ِ ‫ِبسْ ِم ِ الرَّ حْ َم ِن الرَّ ح‬
‫ِيم‬

َ ‫ْال َح ْم ُد هَّلِل ِ َربِّ ْال َعالَم‬


‫ِين‬

‫الرَّ حْ ٰ َم ِن الرَّ حِيم‬


ِ ‫َمالِكِ َي ْو ِم ال ِّد‬
‫ين‬

ُ‫ك َنسْ َتعِين‬


َ ‫ك َنعْ ُب ُد َوِإيَّا‬
َ ‫ِإيَّا‬

‫اهْ ِد َنا الص َِّرا َط ْالمُسْ َتقِي َم‬

‫ين‬ “َ ‫ِين َأ ْن َعم‬


ِ ‫ْت َعلَي ِْه ْم غَ ي ِْر ْال َم ْغضُو‬
َ ِّ‫ب َعلَي ِْه ْم َواَل الضَّال‬ َ ‫اط الَّذ‬
َ ‫صِ َر‬

Artinya:

“Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Segala puji
bagi Allah, Tuhan semesta alam. Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Yang menguasai di
Hari Pembalasan. Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami
meminta pertolongan. Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) Jalan orang-orang yang telah
Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula
jalan) mereka yang sesat.”

Keunggulan surat Al fatihah :

Doa Mustajab agar Keinginan Tercapai


Doa Ketika Rindu Seseorang Dalam Islam
Doa Memikat Hati Pria Dalam Islam
Doa Agar Cepat Hamil Menurut Islam
Setelah itu, dilanjutkan membaca surat-surat pendek, misalnya Surat Al-Ikhlas, Surat An-
Nas, dan lainnya.

6. Ruku’ dengan thuma’ninah

Pada saat ruku’, disertai dengan membaca bacaan ruku’ sebanyak 3 kali :

‫بحمْ دِه‬
َ ‫ان َر ِب َي ال َعظِ ِيم َو‬
َ ‫ُسب َْح‬

Artinya “Maha Suci Tuhan Maha Agung serta memujilah aku kepada-Nya.”

7. I’tidal

Ini merupakan gerakan berdiri tegak setelah melakukan ruku’ yaitu dengan mengangkat
kedua tangan setinggi telinga seraya membaca :

‫سمع هللا لمن حمده‬

Artinya:

“Allah mendengar orang yang memuji-Nya.”

Setelah itu, dilanjutkan dengan membaca :


‫ض َو ِم ْل ُء َما شِ ْئ تَ ِمنْ َشي ٍء َبعْ ُد‬
ِ ْ‫ت َو ِم ْل ُء األر‬
ِ ‫الحمْ دَ ِم ْل ُء ال َس َم َوا‬
َ ‫ك‬ َ َ‫َربّنا ل‬

Artinya:

“Ya Allah Tuhan kami! Bagi-Mu segala puji, sepenuh langit dan bumi, dan sepenuh barang
yang Kau kehendaki sesudah itu.”

8. Sujud sebanyak 2 kali

Ini merupakan gerakan tersungkur ke bumi yaitu dengan meletakkan dahi ke bumi. Adapun
bacaan ketika sujud adalah :

‫ان َر ِب َي األ َع ْل َي َوب ِح َمدِه‬


َ ‫ُسب َْح‬

Artinya:

“Maha Suci Tuhan Maha Tinggi serta memujilah aku kepada-Nya.”

Bacaan tersebut dibaca sebanyak 3 kali

9. Duduk diantara dua sujud

Bacaan duduk diantara dua sujud adalah :

‫اغفِرْ ِلي َوارْ ح َمني َواجْ ب ُرنِي َوارْ َفعْ ني َوارْ ُز ْقنيِ َو َعافِني َواعْ فُ َِعني‬
ْ ِّ‫َرب‬

Artinya:

“Ya Allah, ampunilah dosaku, belas kasihanilah aku dan cukupkanlah segala kekurangan
dan angkatlah derajat kami dan berilah rizki kepadaku, dan berilah aku petunjuk dan berilah
kesehatan kepadaku dan berilah ampunan kepadaku.”

10. Duduk Tasyadud/ Tahiyat awal

Pada shalat fardhu yang jumlah rakaatnya 3 atau empat, setelah selesai sujud yang kedua
pada rakaat kedua, kita duduk dengan membaca tahiyat awal, yaitu :

‫َّالحين ِ َأ ْش َه ُد‬
َ ‫ْك َأ ُّي َها ال َّن ِبيُّ َو َرحْ َم ُة هَّللا ِ َو َب َر َكا ُت ُه السَّال ُم َعلَ ْي َنا َو َعلَى عِ َبا ِد هَّللا ِ الص‬
َ ‫ات ِهَّلِل ِ ال َّساَل ُم َعلَي‬ َّ ‫ات‬
ُ ‫َالط ِّي َب‬ ُ ‫صلَ َو‬ ُ
َّ ‫اركات ال‬ ُ ‫ال َّت ِحي‬
‫َّات أل ُم َب‬
‫آل سيدنا م َُح َّم ٍد‬ َ
ِ ‫ص ِّل َعلى سيدنا م َُح َّم ٍد َو َعلى‬ َ َّ ُ
َ ‫محم ًَّدا َرسُو ُل هللا الل ُه َّم‬ ‫َأ‬
َ َّ‫ُ َو ش َه ُد ن‬ْ ‫َأ‬ ‫هَّللا‬ ‫اَّل‬ َ
‫نْ ال ِإل َه ِإ‬ ‫َأ‬

Artinya:

“Segala penghormatan yang berkat solat yang baik adalah untuk Allah. Sejahtera atas
engkau wahai Nabi dan rahmat Allah serta keberkatannya. Sejahtera ke atas kami dan atas
hamba-hamba Allah yang soleh. Aku naik saksi bahawa tiada Tuhan melainkan Allah dan
aku naik saksi bahawasanya Muhammad itu adalah pesuruh Allah.

11. Duduk Tasyadud akhir


Adapun bacaan yang dibaca ketika tahiyat akhir adalah sama dengan bacaan pada tahiyat
awal, hanya saja ditambah dengan sholawat atas Nabi Muhammad :

ِ ‫َو َعلَى‬
‫آل سيدنا م َُحمَّد‬

Artinya:

” YaAllah! Limpahilah rahmad atas keluarga Nabi Muhammad.”

Selain itu, juga disunnahkan untuk membaca sholawat ibrahimiyah :

‫ار ْكتَ َعلَى سيدنا إبراهيم‬ ِ ‫اركْ َعلَى سيدنا م َُح َّم ٍد َو َعلَى‬
َ ‫آل سيدنا م َُح َّم ٍد َك َما َب‬ َ ‫صلَّيْتَ َعلَى سيدنا إب َْراهِيم‬
ِ ‫وعلَي‬
ِ ‫آل َسيدنا ِإب َْراهِي َم و َب‬ َ ‫َك َما‬
َ ‫آل سيدناِإب َْراهِي َم في العالمين ِإ َّن‬
‫ك َحمِي ٌد َم ِجي ٌد‬ ِ ‫و علي‬

Artinya:

“Sebagaimana Engkau selawatkan ke atas Ibrahim dan atas keluarga Ibrahim. Berkatilah ke
atas Muhammad dan atas keluarganya sebagaimana Engkau berkati ke atas Ibrahim dan
atas keluarga Ibrahim di dalam alam ini. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha
Agung.”

12. Membaca salam

Adapun bacaannya adalah

ِ ‫اَل َّسالَ ُم َعلَ ْي ُك ْم َو َرحْ َم ُة‬


‫هللا‬

Artinya “Keselamatan dan rahmat Allah semoga tetap pada kamu sekalian.”

5.
Sholat sunnah
Salat sunah atau salat nawafil (jamak: nafilah) adalah salat yang dianjurkan untuk
dilaksanakan namun tidak diwajibkan sehingga tidak berdosa bila ditinggalkan dengan kata
lain apabila dilakukan dengan baik dan benar serta penuh ke ikhlasan akan tampak hikmah
dan rahmat dari Allah SWT yang begitu indah.

Macam macam sholat sunnah:

● Sunnah rawatib
sunnah ini adalah salah satu sholat sunah yang menyertai sholat fardhu. Dari segi waktu,
sholat rawatib dibagi menjadi dua, yakni sholat qabliyah dan ba'diyah.

Jika dilakukan sebelum sholat wajib, maka disebut sholat qabliyah. Sedangkan jika
dikejakan sesudah sholat wajib dinamakan sholat ba'diyah.

Dari segi hukum, sholat rawatib juga dibagi menjadi dua, yakni sunah muakkad dan sunah
ghairu muakkad. Sunah muakkad artinya sunah yang sangat dianjurkan karena banyaknya
keutamaan di dalamnya. Sedangkan sunah ghairu muakkad artinya sunah yang memiliki
sedkit keutamaan.

Berikut sholat rawatib yang dianjurkan dalam Islam, baik yang hukumnya sunah muakkad
atau ghairu muakkad. Sholat rawatib dari segi waktu dibagi menjadi dua yakni sholat
qabliyah, terdiri dari:

2 raakaat sebelum sholat subuh


4 rakaat sebelum sholat zuhur
2 rakaat sebelum sholat ashar
2 rakaat sebelum sholat magrib
2 rakaat sebelum sholat isya
Dan shalat sholat ba'diyah, yang terdiri dari:

2 rakaat sesudah sholat zuhur


2 rakaat sesudah sholat magrib
2 rakaat sesudah sholat isya
Untuk sholat berdasarkan hukumnya, dibagi menjadi dua yakni Sunah muakkad:

2 rakaat sebelum sholat subuh


4 rakaat sebelum sholat zuhur
2 rakaat sesudah sholat zuhur
2 rakaat sesudah sholat magrib
2 rakaat sesudah sholat isya
Sedangkan sunah ghairu muakkad:

2 rakaat sebelum sholat ashar


2 rakaat sebelum sholat magrib
2 rakaat sebelum sholat isya
Keutamaan sholat sunah rawatib:

Dibangunkan rumah di surga


Dalam suatu hadits dijelaskan bahwa seorang muslim yang mengerjakan 4 rakaat sholat
sebelum zuhur, 2 rakaat sesudahnya, 2 rakaat sesudah magrib, dua rakaat sesudah isya,
dan dua rakaat sebelum subuh akan dibangunkan rumah di surga.
Sholat sunah 2 rakaat sebelum subuh lebih baik dari dunia dan seluruh isinya,
Diharamkan dari api neraka.

● Sholat sunnah dhuha


Macam-macam sholat sunnah berikutnya adalah sholat yang dikerjakan di waktu dhuha,
yakni ketika matahari mulai naik 7 hasta sejak terbitnya atau sekitar pukul 7 pagi hingga
waktu sholat zuhur.

Namun di Indonesia, waktu shalat dhuha menurut pada ulama yakni pada pukul 9 pagi.
Jumlah rakaat sholat dhuha adalah dua rakaat, namun boleh dikerjakan lebih dari itu karena
tidak ada batasan jumlah rakaat.
Keutamaan sholat dhuha:
Dijamin kecukupan oleh Allah SWT
Dibangunkannya rumah dari emas di surgaSetara dengan pahala haji dan umrah
Menghapuskan dosa Mendapatkan pahala seperti halnya orang bersedekah.

● Sholat Sunnah Tasbih


Sholat tasbih merupakan macam-macam sholat sunnah yang dikerjakan dengan membaca
bacaan tasbih sebanyak 300 kali. Bacaan tasbihnya, "subhanallah, walhamdulillah, walaa
ilaaha illa allah, wallahu akbar." Artinya, "Maha Suci Allah, Segala Puji Bagi Allah, Allah
Maha Besar.

Sholat tasbih tidak bisa dilaksanakan dengan berjamaah dan didirikan sebanyak empat
rakaat. Jika dikerjakan siang hari, maka empat rakaat dengan satu salam.
Sedangkan jika dilaksanakan pada malam hari maka sebanyak empat rakaat dengan dua
salam.

Keutamaan sholat tasbih:


.Mendapatkan ketenangan hati
.Diringankannya cobaan dan ujian
.Menghapuskan segala dosa
.Mendekatkan diri pada Allah SWT.

● Sholat Sunnah Tahajud


Selain sholat tasbih macam-macam sholat sunnah lainnya adalah Sholat tahajud yang
dikerjakan pada kurun waktu setelah sholat isya dan sebelum sholat subuh. Sholat tahajud
dikerjakan setelah bangun tidur. Jumlah rakaat sholat tahajud adalah dua rakaat dan tidak
terbatas.

Namun dalam suatu hadits dijelaskan bahwa Nabi Muhammad mengerjakan sholat tahajud
lebih dari 11 atau 13 rakaat. Waktu utama melaksanakan sholat tahajud adalah sepertiga
malam terakhir, yakni antara pukul 01.00 hinga memasuki waktu subuh.
Keutamaan sholat tahajud:
- Ditinggikan derajatnya oleh Allah SWT
- Melepaskan ikatan dari setan
- Dikabulkannya segala doa
- Sebagai penghapus dosa-dosa yang telah lalu
- Diridai oleh Allah SWT
- Sebagai amalan yang akan menolong di akhirat kelak.

6.
Hakikat manusia

PENGERTIAN HAKIKAT
MANUSIA
Menurut bahasa, hakikat berarti
kebenaran atau sesuatu yang sebenar-
benarnya dari segala sesuatu. Dapat
juga dikatakan, bahwa hakikat itu
adalah inti dari segala sesuatu atau
yang menjadi jiwa sesuatu. Di
kalangan dunia tasawuf orang mencari
hakikat diri manusia yang sebenarnya,
karena itu muncul kata-kata mencari
sebenar-benar diri, atau sama dengan
mencari hakikat jasad, hati, roh, nyawa
dan rahasia. Jadi, hakikat manusia
adalah kebenaran atas diri manusia itu
sendiri sebagai makhluk yang
diciptakan oleh Allah SWT

Secara Umum Ada Beberapa


Hakikat Manusia
yang Harus Kita
Pahami yaitu :
1. Makhluk yang memiliki
tenaga dalam yang dapat
menggerakkan hidupnya
untuk memenuhi kebutuhan-
kebutuhannya.
2. Individu yang memiliki sifat
rasional yang bertanggung
jawab atas tingkah laku
intelektual dan sosial.
3. Seseorang yang mampu
mengarahkan dirinya ke
tujuan yang positif mampu
mengatur dan mengontrol
dirinya dan mampu
menentukan nasibnya.
4. Makhluk yang dalam proses
menjadi berkembang dan
terus berkembang tidak
pernah selesai selama
hidupnya.
5. Individu yang dalam hidupnya
selalu melibatkan dirinya
dalam usaha untuk
mewujudkan dirinya sendiri,
membantu orang lain dan
membuat dunia lebih baik
untuk ditempati.
6. Individu yang mudah
terpengaruh oleh lingkungan
terutama dalam bidang sosial.
Menurut Pemahaman
Jalaluddin tentang manusia, bahwa
manusia merupakan bagian dari kajian
filsafat. Oleh karena itu, tak
mengherankan jika banyak sekali
kajian atau pemikiran yang telah
dicurahkan untuk membahas tentang
manusia. Walaupun demikian,
persoalan tentang manusia akan tetap
menjadi misteri yang tak sepenuhnya
terselesaikan, karena keterbatasan
pengetahuan para ilmuan untuk
menjangkau segala aspek yang
terdapat dalam diri manusia, juga
manusia sebagai makhluk ciptaan
Allah SWT yang istimewa, agaknya
memang memiliki kehidupan yang
penuh rahasia (Jalaluddin, 2003 : 11).
1. Asal Mula Manusia
Jika kita berdebat tentang asal
mula manusia, maka yang terpikir
pertama kali adalah teori evolusinya
Charles Darwin. Dalam teori evolusi
Charles Darwin ini dijelaskan, bahwa
manusia pertama adalah kera,
sedangkan dalam kitab suci umat Islam
yaitu Al-Qur'an, dijelaskan bahwa
manusia pertama adalah Nabi Adam
a.s. Namun, hingga saat ini para
ilmuwan masih terus mencari bukti untuk memastikan asal mula manusia,
sebagai berikut :
a. Teori Asal Mula Manusia Versi
Charles Darwin
Pernyataan Darwin mendukung
bahwa manusia modern berevolusi dari
sejenis makhluk yang mirip kera.
Selama proses evolusi tanpa bukti ini
yang diduga telah dimulai dari 5 atau 6
juta tahun yang lalu, dinyatakan bahwa
terdapat beberapa bentuk peralihan
antara manusia modern dan nenek
moyangnya. Ditetapkanlah empat
kelompok dasar sebagai berikut di
bawah ini :
a. Australophithecines
b. Homo Habilis
c. Homo Erectus
d. Homo Sapiens
Genus yang dianggap sebagai
nenek moyangnya manusia yang mirip
kera tersebut oleh kaum Evolusionisme
digolongkan sebagai Australopithecus,
yang berarti "kera dari selatan".
Australophitecus, yang tidak lain
adalah jenis kera purba yang telah
punah, ditemukan dalam berbagai
bentuk. Beberapa dari mereka lebih
besar dan kuat serta tegap, sementara
yang lain lebih kecil dan rapuh serta
lemah. Dengan menjabarkan hubungan
dalam rantai tersebut sebagai
"Australopithecus > Homo Habilis>
Homo Erectus > Homo Sapiens,"
kaum Evolusionisme secara tidak
langsung menyatakan, bahwa setiap
jenis ini adalah nenek moyang jenis
selanjutnya2
.
b. Asal Mula Manusia Versi Al-
Qur'an
Saat Allah SWT merencanakan
penciptaan manusia, dan saat itulah
Allah mulai bercerita tentang asal-usul
manusia, oleh sebab itu Malaikat Jibril
sangat khawatir karena takut manusia
akan berbuat kerusakan di muka bumi.
Dengan demikian diabadikan
didalam kitab suci al-Qur‟an yang
berbunyi:
Artinya: Dan (ingatlah) ketika
Tuhanmu berfirman kepada para
malaikat, Sesungguhnya, Aku akan
menciptakan seorang manusia dari
tanah liat kering (yang berasal) dari
lumpur hitam yang diberi bentuk.
Maka, apabila Aku telah
menyempurnakan kejadiannya, dan
telah meniupkan ke dalamnya ruh
(ciptaan)-Ku, maka tunduklah kamu
kepadanya dengan bersujud (QS. Al-
Hijr, :15 28-29).
Firman inilah yang membuat
malaikat bersujud kepada manusia,
sementara Iblis tetap dalam
kesombongannya dengan tidak
melaksanakan firman Allah. Inilah
dosa yang pertama kali dilakukan oleh
makhluk Allah yaitu kesombongan.
Karena kesombongan tersebut Iblis
menjadi makhluk paling celaka dan
sudah dipastikan masuk neraka.
Kemudian Allah menciptakan Hawa
sebagi teman hidup Adam. Allah
berpesan pada Adam dan Hawa untuk
tidak mendekati salah satu buah di
surga, namun Iblis menggoda mereka
sehingga terjebaklah Adam dan Hawa
dalam kondisi yang menakutkan. Allah
menghukum Adam dan Hawa sehingga
diturunkan kebumi dan pada akhirnya
Adam dan Hawa bertaubat. Allah yang
maha pengasih dan maha penyayang
menerima Taubat mereka. Namun,
demi kemuliaan Allah SWT Adam dan
Hawa pun tetap diturunkan ke muka
bumi dan menetap di sana.
Adam adalah ciptaan Allah
yang memiliki akal sehingga memiliki
kecerdasan, bisa menerima ilmu
pengetahuan dan bisa mengatur
kehidupan sendiri. Inilah keunikan
manusia yang Allah ciptakan untuk
menjadi penguasa didunia, untuk
menghuni dan memelihara bumi yang
Allah ciptakan. Dari Adam inilah cikal
bakal manusia diseluruh permukaan
bumi. Melalui pernikahannya dengan
Hawa, Adam melahirkan keturunan
yang menyebar ke berbagai benua
diseluruh penjuru bumi; menempati
lembah, gunung, gurun pasir dan
wilayah lainnya diseluruh penjuru
bumi.
Hal ini dijelaskan dalam firman
Allah SWT yang
Artinya: Dan sesungguhnya Kami
muliakan anak-anak Adam; Kami
angkut mereka didaratan dan di lautan;
Kami berikan mereka rezeki dari yang
baik-baik dan Kami lebihkan mereka
dengan kelebihan yang sempurna atas
kebanyak makhluk yang telah Kami
ciptakan (QS. Al-Isra‟, 17 : 70).
Demikianlah dua pendapat
tentang asal mula manusia. Tentang
siapa sebenarnya manusia pertama di
bumi. Penulis lebih memilih bahwa
Adam a.s adalah manusia pertama
sesuai dengan apa yang ada dalam Al-
Quran. Apakah pembaca setuju bahwa
Nabi Adam a.s adalah nenek moyangnya manusia? Tergantung pada
kepercayaan diri masing-masing.....
2.hakikat Manusia Secara Umum
dan Secara Islam
a. Hakikat Manusia Menurut
Pandangan Umum
Hakikat manusia menurut
pandangan umum mempunyai arti
bermacam-macam, karena tedapat
berbagai ilmu dan perspektif yang
memaknai hakekat manusia itu sendiri.
Seperti dalam perspektif filsafat
menyimpulkan bahwa manusia
merupakan hewan yang berpikir
karena memiliki nalar intelektual.
Dalam perspektif ekonomi mengatakan
bahwa manusia adalah makhluk
ekonomi. Perspektif Sosiologi melihat
bahwa manusia adalah makhluk sosial
yang sejak lahir hingga matinya tidak
pernah lepas dari manusia lainnya.
Sedangkan, perspektif antropologi
berpendapat manusia adalah makhluk
antropologis yang mengalami
perubahan dan evolusi. Dan dalam
perspektif psikologi, manusia adalah
makhluk yang memiliki jiwa3
.
b. Hakikat Manusia Menurut
Pandangan Islam yaitu :
1. Manusia adalah Makhluk Ciptaan
Allah SWT.
2. Kemandirian dan Kebersamaan
(Individualitas dan Sosialita).
3. Manusia Merupakan Makhluk yang
Terbatas.
C. PENGERTIAN PENDIDIKAN
ISLAM DAN RELEVANSINYA
DENGAN FILSAFAT
Pemahaman tentang pendidikan
Islam dapat diawali dari penelusuran
terhadap pengertian pendidikan Islam itu sendiri. Sebab, dalam pengertian itu
terkandung indikator-indikator esensial
dalam pendidikan. Pengertian
pendidikan dengan seluruh totalitasnya
dalam konteks Islam inheren dengan
konotasi istilah tarbiyah, ta’lim dan
ta’dib yang harus dipahami secara
bersama-sama. Ketiga istilah ini
mengandung makna yang mendalam
menyangkut manusia dan masyarakat
serta lingkungan yang dalam
hubungannya dengan Tuhan saling
berkaitan satu sama lain. Istilah-istilah
itu pula sekaligus menjelaskan ruang
lingkup pendidikan Islam tersebut ;
informal, formal dan non formal
(Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir,
2006 : 9).
Menurut kajian Zulmuqim
mengenai kurikulum pendidikan Islam,
pada hakikatnya hal tersebut adalah
kajian yang tidak bisa dilepaskan dari
kajian Islam itu sendiri, karena
kurikulum pendidikan Islam
merupakan bagian dari pendidikan
Islam. Pendidikan Islam akan berjalan
dengan baik dan mencapai sasarannya
(Zulmuqim : 7)
Jadi, definisi pendidikan Islam
dapat dimaknai sebagai pengenalan
dan pengakuan yang secara berangsur-
angsur ditanamkan ke dalam diri
manusia, tentang tempat-tempat yang
tepat dari segala sesuatu di dalam
tatanan penciptaan, sehingga dapat
membimbing ke arah pengenalan dan
pengakuan tempat Tuhan yang tepat di
dalam tatanan wujud dan kepribadian
manusia. Jadi, pendidikan ini hanya
berlaku untuk makhluk Allah SWT
yng bernama „ manusia‟ saja.
Namun, hemat penulis, dengan
masuknya peran Filsafat ke dunia
pendidikan Islam, dimana ia
merupakan usaha yang dilakukan oleh
manusia untuk mendapatkan kebenaran, kebijaksanaan dan kearifan
secara logis di bidang pendidikan
Islam ini, maka Filsafat Pendidikan
Islam akan memainkan tugas dan
fungsinya untuk mengkritisi teori lama
yang sudah tidak relevan lagi untuk
terus dipakai, kemudian menghasilkan
teori baru yang lebih sesuai dengan
tuntutan dan perkembangan zaman
misalnya dan bisa juga dalam rangka
mencarikan solusi baru bagi berbagai
permasalahan pendidikan yang ada
(berperan sebagai problem solver).

7.
Substansi aqidah islam

MAKNA AKIDAH-Akidah = ikatan dan perjanjian yang kokoh. Sehinggamanusia dalam hidup
ini terpola ke dalam ikatan danperjanjian baik dengan Allah, dengan sesama
manusiamaupun dengan alam.-Akidah secara terminologi, adalah kebenaran yang
dapatdipahami oleh akal sehat dan diterima oleh hati karenasesuai dengan fitrah manusia.-
Alat ukur akidah adalah hati. Dan yang paling tepatmengukur hati adalah dirinya sendiri.
Sehingga mengukurakidah hanya akan akurat manakala dievaluasi oleh pemilikhati itu
sendiri.
Pengertian Aqidah Islam
Secara etimologi (lughatan), aqidah berakar dari kata ‘aqada – ya’qidu – ‘aqdan yang berarti
simpul, ikatan, perjanjian dan kokoh. Setelah terbentuk menjadi aqidah berarti keyakinan.
Relevansi antara arti kata aqdan dan aqidah adalah keyakinan itu tersimpul dengan kokoh di
dalam hati, bersifat mengikat dan mengandung perjanjian.
Secara terminologis (isthilahan), terdapat beberapa definisi (ta’rif) antara lain:
1. Menurut Hasan al-Banna:
‫العقائد هي األمور التى يجب أن يصدق بها قلبك وتطمئن اليها نفسك وتكون يقينا عندك ال يمازجه ريب واليخالطه شك‬
“Aqidah adalah beberapa perkara yang wajib diyakini keberadaannya oleh hatimu,
mendatangkan ketentraman jiwa, menjadi keyakinan yang tidak bercampur sedikitpun
dengan keragu-raguan”
2. Munurut Abu Bakar Jabir al-Jazairy:
‫ ويثنى عليها صدره جازما‬,‫ يعقد عليها اإلنسان قلبه‬,‫ والسمع والفطرة‬,‫العقيدة هي مجموعة من قضايا الحق البدهية المسلمة بالعقل‬
‫ قاطعا بوجودها وثبوتها اليرى خالفها“ أنه يصح أو يكون أبدا‬,‫بصحتها‬
“Aqidah adalah sejumlah kebenaran yang dapat diterima secara umum (axioma) oleh
manusia berdasarkan akal, wahyu dan fithrah. (Kebenaran) itu dipatrikan oleh manusia di
dalam hati serta diyakini kesahihan dan kebenarannya secara pasti dan ditolak segala
sesuatu yang bertentangan dengan kebenaran itu”
Untuk lebih memahami kedua definisi di atas maka perlu dikemukakan beberapa catatan
tambahan:
1. Ilmu terbagi dua: pertama ilmu dharuri, kedua ilmu nazhari. Ilmu yang dihasilkan oleh
indera, dan tidak memerlukan dalil disebut ilmu dharuri. Misalnya anda melihat meja di
hadapan mata, anda tidak lagi memerlukan dalil atau bukti bahwa benda itu ada. Sedangkan
ilmu yang memerlukan dalil atau pembuktian itu disebut ilmu nazhari. Misalnya 1+1=2, tentu
perlu dalil untuk orang yang belum tahu teori itu. Di antara ilmu nazhari itu, ada hal-hal yang
karena sudah sangat umum dan terkenal maka tidak memerlukan lagi adanya dalil, misalnya
sepeda bannya ada dua sedangkan mobil bannya ada empat, tanpa dalil siapapun pasti
mengetahui hal tersebut. Hal inilah yang disebut badihiyah. Badihiyah adalah segala
sesuatu yang kebenarannya perlu dalil pembuktian, tetapi karena sudah sangat umum dan
mendarah daging maka kebenaran itu tidak perlu pembuktian lagi.
2. Setiap manusia memiliki fithrah mengakui kebenaran (bertuhan), indera untuk mencari
kebenaran, akal untuk menguji kebenaran dan memerlukan wahyu untuk menjadi pedoman
menentukan mana yang benar dan mana yang tidak. Tentang Tuhan, misalnya, setiap
manusia memiliki fithrah bertuhan, dengan indera dan akal dia bisa buktikan adanya Tuhan,
tapi hanya wahyulah yang menunjukkan kepadanya siapa Tuhan yang sebenernya.
3. Keyakinan tidak boleh bercampur sedikitpun dengan keraguan. Sebelum seseorang
sampai ke tingkat yakin dia akan mengalami lebih dahulu Syak (50%-50% antara
membenarkan dan menolak), kemudian Zhan (salah satu lebih kuat sedikit dari yang lainnya
karena ada dalil yang menguatkan), kemudian Ghalabatuz Zhan (cenderung menguatkan
salah satu karena dalilnya lebih kuat, tapi masih belum bisa menghasilkan keyakinan
penuh), kemudian Ilmu/Yakin (menerima salah satu dengan sepenuh hati karena sudah
meyakini dalil kebenarannya). Keyakinan yang sudah sampai ke ringkat ilmu inilah yang
disebut aqidah.
4. Aqidah harus mendatangkan ketenteraman jiwa. Artinya lahiriyah seseorang bisa saja
pura-pura meyakini sesuatu, akan tetapi hal itu tidak akan mendatangkan ketenangan jiwa
karena dia harus melaksanakan sesuatu yang berlawanan dengan keyakinannya. Kawin
paksa misalnya, hidup satu rumah dengan orang yang tidak pernah dia sukai, secara
lahiriyah hubungan mereka telah sukses karena berakhir dipelaminan namun jiwa mereka
tidaklah tenteram seperti kelihatan.
5. Bila seseorang sudah meyakini suatu kebenaran, dia harus menolak segala yang
bertentangan dengan kebenaran itu. Artinya seseorang tidak akan bisa meyakini sekaligus
dua hal yang bertentangan. Misalnya ada meyakini gula itu rasanya manis, tentunya anda
akan menolak untuk meyakini bahwa gula itu rasanya asin, tidak mungkin anda yakin bahwa
gula itu rasanya manis dan asin.
6. Tingkat keyakinan (aqidah) seseorang tergantung kepada tingkat pemahamannya
terhadap dalil. Misalnya:
– Anda akan meyakini adanya beasiswa bila anda mendapatkan informasi tentang beasiswa
tersebut dari orang yang anda kenal tidak pernah berbohong.
– Keyakinan itu akan bertambah apabila anda mendapatkan informasi yang sama dari
beberapa orang lain, namun tidak menutup kemungkinan bahwa anda akan meragukan
kebenaran informasi itu apabila ada syubuhat (dalil dalil yang menolak informasi tersebut).
– Bila anda melihat pengumuman beasiswa di fakultas maka bertambahlah keyakinan anda
sehingga kemungkinan untuk ragu semakin kecil
– Apabila anda diberi formulir pengajuan beasiswa maka keyakinan anda semakin
bertambah dan segala keraguan akan hilang bahkan anda tidak mungkin ragu lagi bahkan
anda tidak akan merubah pendirian anda sekalipun semua orang menolaknya
– Ketika anda bolak balik mengurus segala yang terkait dengan beasiswa maka
bertambahlah pengetahuan dan pengalaman anda tentang beasiswa yang diyakini tadi.

a. Fungsi akidah islam ,diantaranya yaitu :


1. Sebagai pondasi untuk mendirikan bangunan Islam.
2. Merupakan awal dari akhlak yang mulia. Jika seseorang memiliki aqidahyang kuat pasti
akan melaksanakan ibadah dengan tertib, memiliki akhlak yang mulia, dan bermu’amalat
dengan baik.
3. Semua ibadah yang kita laksanakan jika tanpa ada landasan aqidah maka ibadah kita
tersebut tidak akan diterima

b. Sedangkan peran akidah dalam islam meliputi :


1. Aqidah merupakan misi pertama yang dibawa para rasul Allah.
Allah berfirman:Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk
menyerukan): “Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu” (QS. An-Nahl: 36).
2. Manusia diciptakan dengan tujuan beribadah kepada Allah.
Allah berfirman:”Dan tidaklah aku menciptakan jin dan manusia kecuali untuk menyembah-
Ku”. (QS. Adz-Dzariyat: 56).
3. Aqidah yang benar dibebanrkan kepada setiap mukallaf.
Nabi bersabda:”Aku diperintahkan untuk memerangi manusia hingga mereka bersaksi
bahwasanya tiada sesembahan yang sebenarnya selain Allah dan bahwasanya Muhammad
adalah rasul utusan Allah.” (Muttafaq ‘alaih).
4. Berpengang kepada aqidah yang benar merupakan kewajiban manusia seumur hidup.
Allah berfirman:”Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan Tuhan kami ialah Allah
kemudian merkea beristiqomah (teguh dalam pendirian mereka) maka para malaikat akan
turun kepada mereka (seraya berkata) : “Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu
merasa sedih dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang dijanjikan Allah
kepadamu.”(QS. Fushilat: 30).

5. Aqidah merupakan akhir kewajiban seseorang sebelum meninggalkan dunia yang fana
ini.
Nabi saw bersabda:“Barangsiapa yang akhir ucapannya “Tiada sesembahan yang berhak
disembah selain Allah niscaya dia akan masuk surga”. (HSR. Al-Hakim dan lainnya).
6. Aqidah yang benar telah mampu menciptakan generasi terbaik dalam sejarah umat
manusia, yaitu generasi sahabat dan dua generasi sesusah mereka.
Allah berfirman:”Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, kamu
menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar dan beriman kepada
Allah.” (QS. Ali-Imran: 110).
7. Kebutuhan manusia akan aqidah yang benar melebihi segala kebutuhan lainnya karena ia
merupakan sumber kehidupan, ketenangan dan kenikmatan hati seseorang. Dan semakin
sempurna pengenalan serta pengetahuan seorang hamba terhadap Allah semakin
sempurna pula dalam mengagungkan Allah dan mengikuti syari’at-Nya.

8.
Studi islam

Pendidikan pada Program ‘Studi Agama-agama’ diselenggarakan dengan menggunakan


pendekatan saintifik-kritis dan berbagai metode yang mengkombinasikan antara studi teoritis
dan praktis. Program riset yang dikembangkan pada Program Studi ini menjangkau mulai
dari isu-isu keagamaan normatif hingga praktik keagamaan dalam kehidupan seharihari
dengan semangat penghormatan atas berbagai tradisi keagamaan.

Profil Lulusan

A.Peneliti Muda
B.Fasilitator Perdamaian
C.Pekerja Sosial
D.Enterpreneur Keagamaan
Visi Program Studi

1.Menjadi pusat studi agama-agama yang unggul dan kompetitif melalui 2.penyelenggaraan
kegiatan akademik yang kontekstual dan dialogis, serta pengembangan potensi
kepemimpinan mahasiswa.

Misi Program Studi

1.Menyelenggarakan pendidikan interdisipliner dalam bidang studi agama-agama secara


kontekstual dan dialogis.
2 Mengembangkan riset dan publikasi ilmiah dalam bidang kehidupan sosial-keagamaan
yang mampu mempromosikan pemahaman lintasiman dan nilai-nilai perdamaian.
3.Menyelenggarakan forum-forum ilmiah yang berkontribusi pada pengembangan keilmuan
dan perdamaian.
4.Menyelenggarakan berbagai pelatihan untuk para pemimpin muda dalam rangka
mengembangkan kemampuan dan kepemimpinan di bidang dialog lintas-iman dan
perdamaian.
5.Mengembangkan layanan sosial yang mampu memberi kontribusi pada upaya-upaya
perdamaian dan resolusi konflik berbasis pada nilai-nilai keagamaan dan kemanusiaan.
6.Membangun kerja sama dengan berbagai pihak dalam rangka memperkuat kelembagaan
Prodi Studi Agama-agama.

Tujuan Program Studi

1.Menghasilkan intelektual muda yang memiliki pengetahuan teoritis dan metodologis di


bidang studi agama-agama, baik dalam bidang doktrin keagamaan maupun peran dan
fungsi sosialnya.
2.Menghasilkan peneliti muda yang memiliki pengetahuan teoritis dan metodologis dalam
bidang penelitian keagamaan, serta memiliki kemampuan menulis, presentasi, dan
mengambil keputusan yang tepat berdasarkan analisis objektif atas informasi dan data yang
tersedia, dan mengembangkan berbagai solusi alternatif terhadap persoalan kehidupan
keagamaan yang ada di lingkungannya.
3.Menghasilkan fasilitator perdamaian yang memiliki kemampuan dalam menfasilitasi dialog
antaragama, menjaga perdamaian (peace keeping), membangun perdamaian (peace
building), dan resolusi konflik (conflictresolution), terutama yang terkait dengan konflik
berbasis agama (religious-based conflict), serta mampu mendorong lahirnya kehidupan
keagamaan yang damai dalam masyarakat yang majemuk

Sasaran Program Studi

1.Meningkatkan iklim keilmuan Studi Agama-agama yang kondusif


2.Meningkatkan layanan pendidikan secara prima
3.Meningkatkan kualitas lulusan
4.Meningkatknya kualitas pengabdian masyarakat
5.Meningkatkan kualitas penelitian dan publikasi ilmiah.

Anda mungkin juga menyukai