Kata akhlaq berasal dari bahasa Arab, yakni jama" dan "khuluqun" yang berarti budi pekerti,
perangai, tingkah laku atau tabiat, tata krama, sopan santun, adab, dan tindakan. Kata akhlak
juga berasal dari kata khalaqa atau khalaqun artinya kejadian serta cara hubungan dengan
"Khaliq" yang artinya menciptakan tindakan atau perbuatan, sebagaimana terdapat kata al-
khaliq yang artinya pencipta dan makhluk yang artinya diciptakan.
2. Moral, kata moral berasal dari bahasa latin mores, kata jamak dari mos yang berarti adat atau
kebiasaan moral juga dapat dipahami untuk memberikan batasan terhadap aktivitas manusia
dengan nilai ketentuan baik dan buruk, serta benar dan salah. Istilah moral juga sering pula
dikaitkan dan hubungkan dengan kesadaran hingga menjadi istilah kesadaran moral.
3. Etika berasal dari bahasa yunani yaitu "ethos" dalam bentuk tunggal yang berarti kebiasaan.
Etika merupakan dunianya filsafat, nilai, dan moral yang mana etika bersifat abstrak dan
berkenaan dgn persoalan baik dan buruk. Dalam bentuk jamak (ta etha) artinya adalah adat
kebiasaan dan arti terakhir inilah menjadi latar belakang terbentuknya istilah belakang "etika"
yang oleh filsuf Yunani besar ARISTOTELES (284-322 SM. Menurutnya etika adalah ilmu
yang mempelajari soal kebaikan (dan keburukan) di dalam hidup manusia semuanya,
teristimewa yang mengenai gerak-gerik pikiran dan rasa yang dapat merupakan perbuatan.
maka "etika" berarti ilmu tentang apa yang biasa di lakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan
seharusnya dilakukan oleh manusia.
4. Susila atau kesusilaan berasal dari kata susila yang mendapat awalan ke dan akhiran an Kata
tersebut berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu Su dan Sila. Su berarti baik, bagus dan Sila
berarti dasar, prinsip, peraturan hidup atau norma.
Kata Susila selanjutnya digunakan arti sebagai aturan hidup yang lebih baik. Orang yang
susila adalah orang yang berkelakuan baik, sedangkan orang yang asusila adalah orang yang
berkelakuan buruk. Selanjutnya kata susila dapat pula berarti sopan, beradab, baik budi
bahasanya. Dan kesusilaan sama dengan kesopanan. Dengan demikian kesusilaan lebih
mengacu kepada upaya membimbing, memandu, mengarahkan, membiasakan dan
memasyarakatkan hidup yang sesuai dengan norma atau nilai-nilai yang berlaku dalam
masyarakat
Kesusilaan menggambarkan keadaan dimana orang selalu menerapkan nilai-nilai yang
dipandang baik. Sama halnya dengan moral, yaitu sebagai pedoman untuk membimbingorang
agar berjalan dengan baik juga berdasarkan pada nilai-nilai yang berkembang dalam
masyarakat dan mengacu kepada sesuatu yang dipandang baik oleh masyarakat
5. Ada beberapa persamaan antara keempat terminologi tersebut yaitu pertama, akhlak, etika,
dan moral mengacu pada ajaran atau gambaran tentang perbuatan, tingkah laku, sifat, perangai
yang baik. Kedua, akhlak, etika, dan moral merupakan prinsip atau aturan hidup manusia
untuk mengatur martabat dan harkat kemanusiaan. Sementara perbedaan antara akhlak,
etika, moral yaitu pertama, akhlak merupakan istilah yang bersumber dari Al- Quran dan Al-
sunnah. Menentukan baik atau buruk, layak atau tidaknya suatu perbuatan, sifat, dan perangai
dalam akhlak bersifat universal dan barometer atau ukurannya dari ajaran Allah Swt. Dan
Rasulnya. Sementara moral dan etika merupakan filsafat, nilai, pengetahuan tentang nilai-nilai
dan kesusilaan baik dan buruk.
Dilihat dari fungsi dan peranannya, dapat dikatakan bahwa akhlak, etika, moral,
kesusilaan, yaitu menentukan hukum atau nilai dari suatu perbuatan yang dilakukan manusia
untuk ditentukan baik buruknya. Kesemua istilah tersebut sama sama menghendaki
terciptanya keadaan masyarakat yang baik, teratur, aman, damai, dan tentram sehingga
sejahtera batiniah dan lahiriahnya. Objek dari akhlak, etika, moral, kesusilaan dan kesopanan
yaitu perbuatan manusia, ukurannya yaitu baik dan buruk.
Perbedaan antara etika, moral, susila dengan akhlak terletak pada sumber yang dijadikan
pijakan atau bahasan untuk menilai baik dan buruk. Dalam etika, penilaian baik/buruk
berdasarkan pendapat akal. Dalam moral dan susila didasarkan atas kebiasaan umum yang
berlaku di masyarakat. Sedangkan pada akhlak ukuran yang digunakan untuk menentukan
baik dan buruk adalah Al-Qur'an dan Hadits.
Perbedaan lain juga terlihat pada sifat dan kawasan pembahasannya. Etika lebih banyak
bersifat teoritis daripada praktis. Moral dan susila lebih banyak bersifat praktis. Etika
memandang tingkah laku manusia secara umum, sedangkan moral dan susila bersifat lokal
dan individual.
6. Contoh perbuatan akhlak yang baik dalam kehidupan sehari-hari ;
Menghormati orang yang lebih tua. dengan tidak memotong pembicaraannya, mendahului
langkah atau jalannya, membiarkan yang lebih tua dahulu dalam melakukan sesuatu.
Contoh perbuatan moral yang baik yaitu Mendengar dengan seksama saat orang lain sedang
bicara .
7. KESIMPULAN walaupun secara makna pengertian etika,moral dan akhlak mempunyai
kemiripan tapi jika kita lihat dalam praktek penggunaannya itu ada perbedaan, etika itu
biasanya disematkan untuk menakar kebaikan dan keburukan seseorang itu berdasarkan aturan
atau tata tertib berdasarkan kesepatan-kesepakatan tertentu masyarakat. Adapun moral itu
berkenaan dengan adat atau kebiasaan dalam masyarakat. Namun akhlak acuaannya Al-
Qur’an,hadist dan nilai-nilai agama karena itu dia bersifat umum karena dimanapun berada
sama. Dan dalam islam akhlak ini menjadi hal yang sangat penting. Keempat hal tersebut
(etika, moral, susila dan akhlak) merupakan hal yang paling penting dalam pembentukan
akhlakul karimah seorang manusia. Dan manusia yang paling baik budi pekertinya adalah
Rasulullah SAW. Anas bin Malik radhiallahu anhu seorang sahabat yang mulia menyatakan:
"Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam adalah manusia yang paling baik budi
pekertinya."(HR. Bukhari dan Muslim)
8. Sumber-Sumber Ajaran Akhlak Yang dimaksud dengan sumber ajaran akhlak adalah yang
menjadi ukuranbaik dan buruk atau mulia dan tercela. Sebagai mana keseluruhan ajaran Islam,
dasar sumber akhlak adalah al-Qur‟an dan sunnah.Tingkah laku nabi Muhammad SAW
merupakan contoh suri teladan bagi umat manusia.
9. Jadi, ruang lingkup akhlak Islam adalah seluas kehidupan manusia itu sendiri yang mestidi
aplikasikan fi kulli al-makanwa fi kulli al zaman. Akhlak Islam meliputi:
1) Hubungan manusia dengan Allah sebagai penciptanya.
Bersyukur kepada Allah. Titik akhlak terhadap Allah adalah pengakuan dan kesadaran bahwa
tiadaTuhan melainkan Allah. Adapun akhlak kepada Allah meliputi selalu menjaga tubuh dan pikiran
dalam keadaan bersih, menjauhkan diri dari perbuatan keji dan munkar, dan menyadari bahwa semua
manusia sederajat.
2).Akhlak terhadap sesama manusia. Banyak sekali rincian tentang perlakuan terhadap
sesame manusia. Petunjuk mengenai hal itu tidak hanya berbentuk larangan melakukan hal-hal yang
negative seperti membunuh, menyakiti badan, atau mengambil harta tanpa alasan yang benar,
melainkan juga menyakiti hati dengan jalan menceritakan aib sesama. Akan tetapi akhlak kepada
sesame manusia meliputi menjaga kenormalan pikiran orang lain, menjaga kehormatannya,
bertenggang rasa dengan keyakinan yang dianutnya, saling tolong menolong dan lain-lain.
3) Akhlak terhadap lingkungan, yaitu lingkungan alam dan lingkungan makhluk hidup
lainnya, termasuk air, udara, tanah, tumbuh-tumbuhan, dan hewan. Jangan membuat kerusakan
dimuka bumi ini.Perhatikanlahfirman Allah SWT:
ٰ ااْل َرْ ضليُ ْفس َدف ْيهاويُ ْهل َك ْالحرْ ثَوالنَّ ْس ۗلَو
اللّهُاَل يُ ِحب ُّْالفَ َسا َد َ َ َ ِ َ َ ِ ِ ِِ
artinya: “Dan apabila ia berpaling (dari kamu), ia berjalan di bumi untuk mengadakan kerusakan
padanya, dan merusak tanam-tanaman dan binatang ternak, dan Allah tidak menyukai kebinasaan”.
(QS. Al-Baqarah: 205).
Dilihat dari fungsi dan peranannya, dapat dikatakan bahwa akhlak yaitu menentukan hukum atau nilai
dari suatu perbuatan yang dilakukan manusia untuk ditentukan baik buruknya. Kesemua istilah
tersebut sama sama menghendaki terciptanya keadaan masyarakat yang baik, teratur, aman, damai,
dan tentram sehingga sejahtera batiniah dan lahiriahnya. Objek dari akhlak,dan kesopanan yaitu
perbuatan manusia, ukurannya yaitu baik dan buruk.Perbedaan akhlak terletak pada sumber yang
dijadikan pijakan atau bahasan untuk menilai baik dan buruknya adalah berdasarkan Al-Qur'an dan
Hadits
10. SUMBER AJARAN AKHLAK adalah alquran dan hadisAl qur'an merupakan dasar agama
islam yg di dalamnya termasuk akhlak islam, bebrapa masalah yg timbul bisa di selesaikan
melalui alqur'an sebagaimana mestinya. Fungsi alqur'an sebagai keputusan terakhir apabila
dam hadits tidak di terangkan.
Namun tidak semua masalah akhlak bisa di cari dalam alqur'an Dalam keseluruhan ajaran
Islam, akhlak menempati kedudukan Yang istimewa dan sangat penting istilah lain akhlak
adalah Ta ‘dib, MenurutNaquib al-Attas pengunaan ta ‘dib lebih cocok untuk digunakan
dalam pendidikan Akhlak, konsep inilah yang diajarkan oleh Rasul. Ta dib berarti pengenalan,
pengakuan yang secara berangsur-angsur Ditanamkan kepada manusia tentang tempat-
tempat yang tepat dari segala Sesuatu dalam tatanan penciptaan sedimikian rupa, sehingga
Membimbing kearah pengenalan dan pengakuankekuasaan dan KeagunganTuhan dalam
tatanan wujud dan keberadaanya. Kata “addaba Yang juga berarti mendidik dan kata ta ‘dih
yang berarti pendidikan adalah Diambil dari Hadis Nabi “Tuhan ku telah mendidikku dan
dengan Demikian menjadikan pendidikanku yang terbaik”.” Konsep ta aib yang digagas al-
Attas adalah konsep pendidikan Islam yang bertujuan menciptakan manusia beradab dalam
arti yang Komprehensif. Dan yang terakhir Atsar ( )األثرsecara bahasa berarti Baqiyyatu
Asy-Syaii’ ( )بقية الشيءyang berarti sisa dari sesuatu, atau jejak. Adapun secara
istilah, atsar adalah :
َّحابِي َأوْ التَّابِ ِعي ِ َما ُأ
َ ضيْفُ ِإلَى الص
Segala sesuatu yang disandarkan pada sahabat atau tabi’in.
Adakalanya atsar juga didefinisikan dengan segala sesuatu yang disandarkan kepada
Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam. Namun biasanya penyebutannya disandarkan
dengan redaksi “dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam”
Bangsa Arab pada masa jahiliyah tidak menonjol dalam segi filsafat
sebagaimana bangsa Yunani (zero,Plato,dan Aristolels). Hal ini karena
penyelidik terhadap ilmu terjadi hanya pada bangsa Arab pada waktu itu
mempunyai ahli-ahli hikmah dan syair-syair yang hikmah dan syairnya
mengandung nilai-nilai akhlak, seperti Luqman AL-Hakim, Aktsam bin Shaifin
Zuhair bin Abi sulman dan Hatim Ath-Tha`i
Dapat dipahami bangsa Arab sebelum Islam telah memiliki pemikiran
yang minimal dalam bidang akhlak dan belum sebanding dengan kata-kata
hikmah dan filosof filosof Yunani kuno. Memang pada saat itu dari kalangan
bangsa Arab belum diketahui adanya para ahli filsafat dan aliran alirannya
Hanya ada orang-orang Arif bijaksana dan ahli-ahli syair yang
menganjurkan untukberbuat kebaikan dan melarang perbuatan keburukan.
Setelah agama Islam datang muncullah keyakinan bahwa Allah adalah
sumber dari segala sesuatu yang ada di dunia ini. Semua yang ada di langit dan
di bumi adalah ciptaan sang khalikul alam
FASE ISLAM
Dalam Islam tidak diragukan bagi nabi Muhammad shallallahu alaihi
wasallam. Guru terbesar dalam bidang akhlak. Bahkan keterutusannya ke bumi
ini adalah untuk menyempurnakan akhlak akan tetapi tokoh yang pertama kali
menggagas atau menulis ilmu akhlak dalam Islam masih diperbincangkan
berikut ini akan dikemukakan beberapa teori
Pertama tokoh yang pertama kali menggagas ilmu akhlak adalah Ali bin
Abi Thalib ini berdasarkan sebuah risalah yang ditulisnya untuk putranya Al
Hasan setelah kepulangannya dari perang shiffin di dalam risalah tersebut
terdapat banyak pelajaran tentang akhlak dan berbagai keutamaan kandungan
risalah ini tercermin pula pada kitab najis Al balagah yang banyak dikutip oleh
ulama sunni seperti abu Ahmad bin Abdillah Al Asykari dalam kitabnya az-
ZaWazjir AL-Mawa`izh.
kedua tokoh Islam yang pertama kali menulis ilmu akhlak adalah Ismail
bin mahran abu An-nasr As saukuni ulama abad ke-2 hijriah ia menulis kitab
Al mu'min wa Al-fajr kitab akhlak yang pertama kali dikenal dalam Islam.
selain itu dikenal tokoh-tokoh akhlak walaupun mereka tidak menulis kisah
tentangnya seperti abu dzal Al Ghifari,Amr bin Yasir,Naufal Al_bakali,dan
Muhammad bin abu bakar.
Ketika pada abad ke-3 hijriah pak Ja'far bin Ahmad Al-Qumi menulis kitab
Al mani`at mendukun Al Jannah tokoh lainnya yang secara khusus berbicara
dalam bidang akhlak adalah.
1. Ar-Razi( 250 - 313 H) walaupun masih ada filusuf lain seperti al- kindi
dan Ibnu Sina ar-razi telah menulis karya bidang akhlak berjudul Ath-Thibb
Ar- ruhani buku ini menjelaskan( kesehatan rohani) dan penjagaannya kitab ini
merupakan filsafat akhlak terpenting yang bertujuan memperbaiki moral-moral
manusia.
2. pada abad ke-4 H Ali bin Ahmad Al-Kufi menulis kitab Al adab dan
makarin Al akhlak pada abad ini dikenal pula tokoh abu nazar Al Farabi yang
melakukan penyelidikan tentang akhlak demikian juga ikhwan as-shafa dalam
rasa`ilnya dan Ibnu Sina 370- 428 H.
4. pada abad ke-6 H, waara, bin Abi Al fawaris menulis kitab Tanbih Al-
Khatir wa nuzhah An-Nazhir
5. pada abad ke-7 H, syekh wajah Natsir Ath-Thusi menulis kitab Al-
ahlak An Nashiriyyah wa Awashaf Asy- Asyraf wa Al-muta`alimin
Pada abad-abad sesudahnya dikenal beberapa kitab seperti irsyad ad-dailami
assabih ala qulub karya sairazi Makarim Al akhlak kaisar Hasan bin amin ad-
din al- abad,adiniyah karya amin ad-din Ath thabarsi,dan bihar al- anwar.
FASE ABAD PERTENGAHAN
Kehidupan bermasyarakat Eropa pada abad pertengahan dikuasai oleh
Gereja pada waktu itu gereja berusaha memerangi filsafat Yunani serta
menentang penyiaran ilmu dan kebudayaan kuno gereja keyakinan bahwa
keyakinan hakikat telah diterima dari Wahyu apa yang telah diperintah oleh
Wahyu itu untuk benar oleh karena itu tidak ada artinya lagi penggunaan akal
dan penelitian mempergunakan filsafat boleh saja asal tidak bertengkar dengan
doktrin yang dikeluarkan oleh Gereja oleh memiliki perasaan dan menguatkan
pendapat gereja di luar ketentuan seperti itu penggunaan filsafat tidak
diperkenankan inilah yang menciptakan
FASE MODERN
Pada pertengahan akhir abad ke-15 Eropa mulai bangkit para ilmuwan mulai
menghidup suburkan filsafat Yunani kuno akal mulai dibangunkan dari
tidurnya sebagai ajaran klasik dikritik sehingga tengahlah kemerdekaan akal di
antara ajaran yang dikritik sekaligus diselidiki adalah ajaran akhlak yang
dibawa bangsa Yunani dan bangsa-bangsa setelahnya
Insting ialah kemampuan untuk berbuat hal-hal yang kompleks tanpa latihan sebelumnya
dan terarah pada tujuan yang berarti, untuk mempertahankan eksistensi manusiawinya.
Menurut James, insting ialah “suatu alat yang dapat menimbulkan perbuatan yang
menyampaikan pada tujuan dengan berfikir lebih dahulu kearah tujuan itu dan tiada
dengan di dahului latihan perbuatan itu
Pendidikan Insting
Insting itu dapat tetap atau tumbuh karena pendidikan, sebagaimana ia dapat lemah
bahkan lenyap karena dilengahkan. Insting adalah sifat jiwa yang pertama yang
membentuk akhlak, akan tetapi suatu sifat yang masih primitive, yang tidak dapat
dilengahkan dan dibiarkan begitu saja, bahkan wajib dididik dan diasuh. Cara mendidik
dan mengasuh insting itu, ialah kadang-kadang dengan ditolak dan kadang-kadang pula
diterimanya. Terkadang seorang manusia diberi kekuatan dalam suatu insting, dan diberi
kelemahan dalam insting lainnya, demikian juga seorang telah kuat instingnya sedang lain
orang kelihatan lemah dan begitu sebaliknya.
Banyak orang-orang pada hari ini kita pandang tidak berharga, tetapi bila mereka kita
pelihara dan kita didik insting-instingnya, dapat mereka menjadi orang-orang yang
mempunyai keahlian menurut keadaan mereka, sebagai sastrawan yang mahir, panglima
yang ulung, dan orang yang berhati besar yang tidak khawatir akan bahaya dan tidak
takut akan mati10.
Bersama-sama dengan dorongan-dorongan, insting ini menjadi faktor pendorong bagi
segala tingkah laku dan aktivitas manusia, serta menjadi tenaga dinamis yang tertanam
sangat dalam pada kepribadian manusia.
Dasar Bawaan (turunan)
Pada awalnya perkembangan kejiwaan primitive, bahwa ada pendapat yang
mengatakan kelahiran manusia itu sama. Dan yang membedakan adalah faktor
pendidikan. Tetapi pendapat baru mengatakan tidak ada dua orang yang keluar di alam
kewujudan sama dalam tubuh, akal dan akhlaknya.
Ada teori yang mengumukakan masalah turunan (bawaan), yaitu :
a. Turunan(pembawaan) sifat-sifat manusia. Di mana-mana tempat orang membawa
turunan dengan beberapa sifat yang bersamaan. Seperti bentuk, pancaindra, perasaan, akal
dan kehendak.
b. Sifat-sifat bangsa. Selain adat kebiasaan tiap-tiap bangsa, ada juga beberapa sifat yang
diturunkan orang terdahulu kepada orang sekarang. Bukan saja dalam sifat-sifat yang
mengenai akal tetapi juga dalam bentuk wajah
Lingkungan
Dalam arti luas, lingkungan mencakup iklim dan geografis, tempat tinggal, adat
istiadat, pengetahuan, pendidikan dan alam. Dengan kata lain lingkungan ialah segala
sesuatu yang tampak dan terdapat dalam alam kehidupan yang senantiasa berkembang, ia
adalah seluruh yang ada, baik manusia maupun benda buatan manusia, atau alam yang
bergerak atau tidak bergerak, kejadian-kejadian yang mempunyai hubungan dengan
seseorang
Kebiasaan
Suatu perbuatan bila diulang-ulang sehingga menjadi mudah dikerjakan disebut “Adat
Kebiasaan”. Kebanyakan pekerjaan manusia jelmaan dari arah adat kebiasaan, seperti
berjalan, berlari, cara berpakaian, berbicara dan lain sebagainya.
Kebiasaan merupakan suatu bentuk perbuatan berulang-ulang bentuk yang sama yang
dilakukan secara sadar dan mempunyai tujuan-tujuan jelas dan dianggap baik dan benar.
Contoh: memberi hadiah kepada orang-orang yang berprestasi dalam suatu kegiatan atau
kedudukan, memakai baju yang bagus pada waktu pesta, berjalan kaki dijalur sebelah kiri
dll.
Kehendak
Kehendak Tuhan adalah “ penjabaran-Nya atas objek-objek pengetahuan-Nya dalam
bentuk eksistensi, sesuai dengan kebutuhan pengetahuan-Nya. “Kehendak kita identik
dengan kehendak abadi Ilahiah, tetapi dalam berhubungan dengan kita, ia berpartisipasi
dalam kesementaraan kita (hudust), dan kita menyebutnya “diciptakan”
Menurut Prof. Dr. Ahmad Amin adalah dengan semacam paksaan dan merdeka
dengan semacam kemerdekaan. Adapun macamnya paksaan ialah karena kehendak itu
tunduk pada dua faktor, faktor batin dan faktor luar. Faktor batin ialah apa yang
diwariskan oleh manusia dan orang-orang tuanya, yang dapat membentuk kehendak
dengan bentukan yang tertentu dan tidak dapat menghindarinya. Kalau engkau
memerintah engkau akan mencintai musuhmu, tentu itu adalah di luar kuasamu, sebab hal
itu melenyapkan insting cinta diri, akan tetapi masuk dalam kuasamu bila perintahnya
supaya jangan berlaku melebihi batas terhadap musuhmu. Sedangkan
faktor luar ialah kekuatan pendidikan dan lingkungan dan apa yang telah ditetapkan oleh
para-ahli ilmu pergaulan bahwa manusia itu terpengaruh dalam perbuatan pada umumnya
dengan perbuatan-perbuatan masyarakat yang di dalamnya ia hidup.
Pendidikan
Pendidikan dalam kamus besar Bahasa Indonesia berasal dari kata didik. Pendidikan
ialah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha
mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan.
Dalam Bahasa arab istilah pendidikan disebut tarbiyah berasal dari dasar kata robba.
Sedangkan dalam bahasa inggris pendidikan dikenal dengan istilah education. Baik kata
tarbiyah maupun education memiliki arti pendidikan sekaligus pengajaran. Istilah
pengajaran bahasa arab dikenal juga istilah ta'lim Pendidikan perspektif agama islam
ialah suatu proses penyampaian informasi (berkomunikasi) yang kemudian diserap oleh
masing-masing pribadi (internalisasi), sehingga menjiwai cara berfipir bersikap dan
bertindak(individuasi) baik untuk dirinya sendiri maupun hubungannya dengan Allah
(ibadah) dan hubungannya dengan manusia atau masyarakat (sosialisasi) serta makhluk
lain dalam alam semesta maupun lingkungan dalam kedudukannya sebagai hamba Allah
dan khalifah Allah di bumi
23. PENGERTIAN AKHLAK TASAWUF secara istilah tasawuf berasal dari istilah yang
dikonotasikan dengan “ahlu suffah” yang berarti sekelompok orang yang pada masa
rasulullah yang hidupnya di isi dengan banyak berdiam di serambi-serambi masjid atau di
emperan masjid ,dan mereka mengabdikan hidupnya diisi dengan banyak berdiam di
masjid,dan mengabdikan dirinya hanya kepada Tuhannya.
Pengertian tasawuf pada istillah yang lain yaitu berasal dari kata “shafa” yang berarti
nama bagi orang orang yang suci atau bersih.Maksudnya adalah orang yang menyucikan
dirinya dihadapan tuhannya.
Penjelasan ini juga ditegaskan oleh‘Amir bin Usman Al-Makki yang pernah mengatakan
“(tasawuf) adalah seorang hamba yang setiap waktunya mengambil waktu yang utama.
24. Sejarah tasawuf Tumbuhnya tasawuf dalam islam tidak bisa dipisahkan dengan
kelahiran islam itusendiri,yaitu semenjak Nabi Muhammad SAW diutus menjadi
Rasul.Tapi pada zaman tersebut tasawuf sama sekali tidak dikenal.Dalam sejarah sebelum
munculnya aliran zuhud pada abad ke 1 (permulaan abad ke 2).Pada abad ke1 hijriyah
lahirlah Hasan Al Basri seorang zahid pertama yg termasyur dalam sejarah tasawuf, yaitu
menolak kemegahannya dan hanya menuju kepada Allah SWT.Sedangkan zuhud
sendiri,menurut para ahli sejarah tasawuf adalah fase mendahului hal yang terpenting bagi
seorang calon suffi adalah zuhud .yaitu dimana keadaan yang meninggalkan dunia dengan
kemateriaannya .Sebelum menjadi suffi ,seorang calon harus terlebih dahulu menjadi
zahid,sesudah menjadi zahid barulah menjadi suffi.Dengan demikian setiap suffi ialah
zahid,tetapi sebaliknya tidak setiap zahid merupakan suffi.
Zuhud merupakan hikmah pemahaman yang membuat seorang memiliki pandangan
khusus terhadap kehidupan duniawi itu sendiri.Mereka tetap bekerja dan berusaha akan
tetapi kehidupan duniawi itu tidak menguasai kecendrungan hatinya dan tidak membuat
mereka mengingkari Tuhannya.Selanjutnya menurut al-Dzahabi(1987:23),istilah suffi
mulai dikenal pada abad ke-2 Hijriyah,tepatnya pada tahun 150H.Tetapi ada pendapat
lain yang mengatakan bahwa tasawuf baru muncul di dunia islam pada awal abad ke-
3H.Tokoh ini menggambarkan pemikiran bahwa cinta(mahabbah) kepada Allah adalah
sesuatu yang tidak diperoleh melalui belajar.Melainkan karena factor pemberian
(mauhibbah) dan keutamaan dari-Nya.Untuk melihat sejarah tasawuf ,perlu dilihat
perkembangan peradaban islam sejak zaman Rasulullah SAW.Sebab,pada hakikatnya
kehidupan rohani itu telah ada pada dirinya sebagai panutan umat.Kesederhanaan hidup
dan upaya menghindari bentuk-bentuk kemewahan sudah tumbuh sejak islam dating pada
masa Rasulullah SAW.dan para sahabatnya hidup dalam suasana kesederhanaan.
Dalam sejarah perkembangannya,tasawuf dapat dibedakan kedalam beberapa
periode.periode tersebut adalah (1). abad pertama dan kedua hijriyah (2)abad ketiga dan
keempat hiriyah (3).abad keenam, ketujuh, kedelapan Hijriyah(4).abad
kesembilan,kesepuluh hijriyah dan sesudahnya.
27. Pengertian Sumber ajaran tasawuf adalah prihal yang mendasari atau yang
melandaskan ilmu ajaran tasawuf
Al-Qur’an dan As-Sunnah adalah Nash. Setiap muslim kapan dan di manapun
dibebani tanggung jawab untuk memahami dan melaksanakan kandungannya
dalam bentuk amalan yang nyata. Jika memiliki pemahaman terhadap nash,tetapi
tidak mengamalkannya akan terjadi kesenjangan. Ketika Aisyah di Tanya oleh
sahabat tentang akhlak Rasulullah SAW, ia menjawab,”Al-Qur’an.” Para sahabat
yang terkenal sebagai orang-orang yang banyak menghafalkan isi Al-Qur’an
menyebarkannya kepada yang lain di sertai pengamalan atau penjiwaan
terhadapisinya. Mereka berusaha menerapkan akhlak atau prilaku merekadengan
mencontoh akhlak Rasulullah SAW., yaitu akhlak Al-Qur’an .
Dalam hal ini, tasawuf pada awal pembentukannya adalah akhlak atau
keagamaan, dan moral keagamaan ini banyak di atur dalam Al-qur’an dan
As-Sunnah.Jelaslah bahwa sumber pertamanya adalah ajaran-ajaran islam,
sebab tasawuf di tambah dari Al-Qur’an,As-Sunnah, dan amalan-amalan
dan dan ucapan-ucapan para sahabat. Amalan serta ucapan para sahabat itu
tentu saja tidak keluar dari ruang lingkup Al-Qur’an dan As-
Sunnah.Dengan begitu , justru dua sumber utama tasawuf adalah Al-Qur’an
dan As-Sunnah.
Al-Qur’an merupakan kitab Allah SWT.yang di dalamnya terkandung muatan
muatan ajaran islam, baik akidah,syariah maupun amalah. Ketiga muatan tersebut
banyak tercermin dalam ayat-ayat termaktub dalam al-qur’an. Ayat-ayat al-qur’an
itu, di satu sisi memang ada yang perlu di pahami secara kontekstual-
lahiriah,tetapi di sisi lain,ada juga yang perlu di pahami secara kontekstual-
rohaniah. Sebab,jika di pahami hanya secara lahiriah,ayat-ayat al-qur’an akan
terasa kaku,kurang dinamis,dan tidak mustahil akan di temukan persoalan yang
tidak dapat di terima secara psikis.
Secara umum, ajaran islam mengatur kehidupan yang bersifat lahiriah dan
batiniah. Pemahaman terhadap unsur kehidupan yang bersifat batiniah pada
giliranya melahirkan tasawuf. Unsur kehidupan tasawuf ini mendapat perhatian
yabg cukup besar dari sumber ajaran islam, Al-Quran dan As Sunnah, serta
peraktik kehidupan Nabi Muhammad SAW. Dan para sahabatnya. Al-Qur’an
antara lain berbicara tentang kemungkinan manusia dapat saling mencintai
(Muhabbah) dengan tuhan
b. Hadist
Sejalan dengan apa yang disitir dalam Al-Qur’an, tasawuf juga dapat dilihat
dalam kerangka hadist. Dalam hadist Rasulullah SAW.Banyak dijumpai
keterangan yang berbicara tentang kehidupan rohaniah manusia.
Hadis ini memberi petunjuk bahwa antara manusia dan tuhan dapat bersatu. Diri
manusia dapat lebur dalam diri tuhan,yang di kenal dengan istilah fana’,yaitu
fana’-nya makhluk sebagai yang mencintai tuhan sebagai yang di cintainya.istih
“lebur”atau”fana’”,menurut kami,harus di pertegas bahwa antara tuhan dan
manusia tetap ada jarak atau pemisah sehingga tetap berbeda antara Tuhan dengan
hambanya. Istilahini hanya menunjukkan keakraban antar makhlik dengan
khaliknya.
Uraian dasar-dasar tasawuf ini,baik Al-Qur’an Al-Hadis, maupun teladan dari
para sahabat,ternyata merupakan benih-benih tasawuf dalam kedudukannya
sebagai ilmu tentang tingkatan(maqamat) dan keadaan (ahwal). Dengan kata
lain,ilmu tentang moral dan tingkah laku manusia terdapat rujukanya dalam Al-
Qur’an. Dari sini jelaslah bahwa pertumbuhan pertamanya,tasawuf ternyata di
timba dari sumber Al-Qur’an.
29. Sumber Ilmu Tasawuf
1. Allah SWT
Allah SWT merupakan zat sumber ilmu tasawuf,tidak ada seorangpun yang mampu
menciptakan ilmu tasawuf dari selain zat Allah SWT. Namun Allah mengajarkan
secercah ilmunya kepada para sufi lewat hidayah (ilham)baik langsung maupun dengan
perantaraan lain selain Allah yang Allah kehendaki.
Selain melalui Al Qur’an, ada juga melalui alam dengan cara perenungan sufi dan lain
sebagainya. Pada intinya merupakan hidayah dari Allah, kemudian berwujud menjadi ide
terjerah dalam nuansa pemikiran dan keyakinan didalam hati untuk dimanifestasikan
dalam realita kehidupan nyata sebagain bentuk pengabdian diri kepada Allah.
2. Rasul
Rasul merupakan sumber kedua selai Allah bagi para sufi karena hanya kepada Rasul
sajalah Allah menitipkan Wahyu-Nya. Selai itu, Rasul juga satu-satunya manusia yang
sempurna dalam segala hal. Beliau adalahinsan panutan bagi semua manusia terutama
kaum sufi yang senantiasa mencoba meniru semua kelakuan Rasulullah dengan sebaik-
baiknya.
3. Ijma’ Sufi
Ijma’ sufi [kesepakatan para ulama taswuf]merupakan esensi yang sangat penting dalam
ilmu tasawuf, karena mereka dijadikan sebagai sumber yang ke tiga dalam ilmu tasawuf
setelah Al Qur’an dan Hadits. Hadits.
4. Ijtihad Sufi
Dalam kesendirianya, para sufi banyak menghadapi pengalaman aneh. Pengalaman aneh
itu sebagai alat pembeda antara kepositifan dengan kenegatifan dalam pengalaman itu.
Maka diperlukan ijtidah bagi setiap sufi sebagai sumber keempat dalam ilmu tasawuf jika
belum ditemukan dalam Qur’an,Hadits, maupun ijma’ sufi.
5. Qiyas Sufi
Qiyas merupakan penghantar sufi untuk dapat berijtidah secara mandiri jika sedang
terpisah dari jama’ahnya, maka qiyas ditempatkan pada sumber kelima dalam ilmu
tasawuf.
6. Nurani Sufi
Setiap sufi memiliki nurani yang tajam di hatinya. Ada yang menyabutnya dengan istilah
firasat,rasa, radar batin dan sebagainya itu merupakan anugerah Allah terhadap kaum sufi,
bias dari keikhlasa, kesabaranya dan ketawakalanya dalam beribadah kepada Allah tanpa
mengenal lelah. Maka nurani sufi merupakan sumber yang keenam dalam ilmu tasawuf .
7. Amalan Sufi
Al Qur’an,Al-Hadits, Ijma’ Sufi, Ijtidah sufi, Qiyas Sufi dan Nurani Sufi seperti yang
telah dijelaskan diatas akan sia-sia tanpa pengalaman kaum sufi. Maka amalan sufi
merupakan sumber ke tujuh dalam ilmu tasawuf.
Jika ke tujuh sumber diatas maupun ditelusuri, maka kita akan tahu, mengerti, memahami
dan mampu menghayati hakikat ilmu tasawuf.