1.Sebuah moral yang beralasan (argumentatif) dan dapat dipahami Ishum selalu bersandar pada
penian yang logis dan ahsan (argumentatif) yang dapat diterima okh akal yang lurus dan naluri yang
sehat, yaitu dengan menjelaskan maslahat (kebaikan) dhalk apa yang diperintahkan-Nya dan
kerusakan dari terjadinya apa yang dilarang-Nya
2. Moral Universal Moral dalam Islam berdasarkan karakteristik manusiawi yang universal. bagi suatu
ras manusia berhakjuga bagi ras yang lain, bahkan umat Islam dan uma-unat yang lain adalah sama
dihadapan moral Islam yang universal
3. Kesesuaian dengan fitrah Ishm datang dengan membawa sesuatu yang sesuai dengan firah dan
tabiat mus serta penyempurnaannya Islam mengaku eksistensi m sebagaimana yang telah diciptakan
Allah dengan segala dorongan kejiwaan kecenderungan fitrah serta segala yang tehh digariskan-Nya.
Islam menjadikan mula dan membuat batasan hukum untuknya agar dapat memelihara kebaikan
masyarakat dan individu manusia itu sendiri. Ishm dengan segala yang diperbolehkannya demi
menjaga tabiat musawi telah meletakkan konsep aturan dan batasan-batasan yang netral atau
moderat, skap berlebih-lebihan dan ekstrim akan menjurus kepada perangai binatang yang tercela
4. Memperhatikan Realta. Al-qur'an tidak membebarkan kepada manusia suatu kewajiban untuk
mencintai musuhmusuhnya, karena hal ini merupakan sesuatu hal yang tidak dimiliki jiwa manusia, akan
tetapi al-Qur'an memerintahkan kepada orang-orang mukmin untuk berlaku adil terhadap
musuhmusulnya, supaya ras permusuhan dan kebencian mereka terhadap masuh-musuhnya tidak
mendorong untuk melakukan pelanggaran terhadap musuh-musuh mereka.
5. Moral Postif Moral Ishm menganjurkan menggaling kekuatan keyakinan dan cita-cita, melawan sikap
ketidak berdayaan dan pesimisme (keputusasaan), mahs serta segah bentuk penyebab kelenulun. Ishm
memohk skap "pasif (apatis) dalam menghadapi kerusakan sosial dan politik, dekadensi moral dan
agama. babkan Islam memerintahkan kepada muslim untuk merubah suatu kemungkaran dengan
"langannya, jika tidak mampu maka dengan lisannya, jika tidak mampu hgi maka dengan hatinya
6. Komprehensifitas (menyeluruh) Ishim bukanlah agam yang menganggap bahwa maksimal dalam
agamu berkisar pada pelaksaman ibadah ritual atau seremonial, padahal akhlak atau etika Islam tidak
membiarkan kegiatan manusia hanya dalam ibadah mahdah saja Islam menggariskan bahwa hubungan
manusia dengan dirinya sendiri dan mama kannya serta hubungan manusia dengan alam secara global
mupun detail haruslah dengan etika Ishm atau akhlak
Aktualisasi Akhlak dalam
Islam Akhlak sebagai ajaran moral dalam islam mencakup dimensi yang sangat luas meliputi seluruh aspek yang
berhubungan dengan manusia, termasuk pada diri sendiri dan hubungan dengan Allah selaku pencipta alam semesta,
serta hubungan dengan masyarakat dan lingkungan .