Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Akhlak, etika, moral, dan susila. Dalam kehidupan sehari-hari kita sering
mendengar istilah tersebut, namun banyak dari kita yang sering keliru
mengartikan ke-empat hal tersebut. Akhlak adalah sifat-sifat atau kebiasaan-
kebiasaan , etika adalah ilmu yang mempelajari tentang baik atau buruk suatu
perbuatan yang harus dilakukan oleh manusia. Sedangkan Moral adalah
perbuatan atau tingkah laku yang digunakan oleh manusia dalam bertindak
yang didalamnya terdapat batasan-batasan yang terbentuk oleh adat istiadat
suatu daerah. Dan susila adalah upaya untuk membimbing suatu masyarakat
sesuai dengan nilai-nilai dan norma yang berlaku di masyarakat. Sekilas
menurut pengertian dari ke-empat hal tersebut adalahsama, namun sebenarnya
bila dikaji lebih dalam akan menimbulkan persamaan bahkan perbedaan dalam
ke-empat hal tersebut. Untuk lebih memahami persamaan dan perbedaan ke-
empat hal tersebut makan akan dikajilebih dalam dalam bab berikutnya.
B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian akhlak, etika, moral dan susila?
2. Bagaimana hubungan etika, moral dan susila terhadap akhlak?
3. Apa persamaan dan perbedaan akhlak, etika, moral dan susila?
C. Tujuan
1. Menjelaskan pengertian akhlak, etika, moral dan susila
2. Menjelaskan hubungan etika, moral dan susila terhadap akhlak
3. Menjelakan persamaan dan perbedaan akhlak, etika, moral dan susila
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Akhlak, Etika, Moral dan Susila
1. Akhlak
Kata akhlak itu berasal dari bahasa Arab ‫اخ''الق‬. Dalam bahasa
Indonesia kata akhlak sama dengan budi pekerti, adab, sopan santun,
susila dan tata kerama.1 Hamzah Ya‘qub dalam bukunya Pembinaan
ahlakul karimah menyebutkan arti akhlak sama dengan perangai, tingkah
laku atau pekerti.2
Di dalam kamus Istilah Agama Islam (KIAI) disebutkan bahwa akhlak
menurut bahasa adalah tindak-tanduk atau kebiasaankebiasaan. 3 Ada juga
yang mengartikan akhlak dengan agama, hal ini berpedoman pada firmah
Allah surah Al-Qalam 68 ; 4,

Artinya: Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang


agung
Kata pada ayat 4 surah al Qalam tersebut menurut versi
penafsiran Abdullah bin Abbas R.A, diterjemahkan dengan kata ad diin
yang berarti agama.4
Diantara sekian banyak jenis makhluq ciptaan Allah hanya manusia
yang diberi bekal dengan akhlaq. Dalam firman Allah :

Artinya: Sesungguhnya kami Telah mengemukakan amanat kepada


langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul
amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah
1
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustka, 2005),
hlm. 19
2
Hamzah Ya‘qub, Etika Islam, Pembinaan Akhlaqul Karimah (Suatu Pengantar), Bandung:
Diponegoro, 1983, hlm. 11
3
Nogarsyah Moede Gayo, Kamus Istilah Agama Islam (KIAI), Jakarta : Progres 2004, hlm. 39
4
Mansur Ali Rajab, Taammulât fi Falsafatil Akhlâk, Mesir, 1961, hlm. 14
amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat
bodoh. (QS. Al-Ahzab 33; 72)
Dengan bekal itu Allah berharap dapat dijadikan pedoman, landasan
dan petunjuk untuk berbuat, demi kebaikan seluruh makhluq ciptaan-Nya.
Tidak ada aspek kehidupan manusia yang tidak dinaungi dengan petunjuk
yang jelas tentang bagaimana manusia harus berbuat dan bertindak,
mengatur, dan membina hubungan baik kepada Tuhannya (hablun
minallah), kepada sesama manusia (hablun minannas) dan kepada alam
sekitarnya.
Defenisi lain tentang akhlaq berdasarkan istilah menurut dari beberapa
ahli, diantaranya:
a. Menurut Imam Al-Ghazali yang dikutip oleh Tatapangarsa bahwa
akhlak ialah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang dari sifat-sifat
itu timbul perbuatanperbuatan dengan mudah, dengan tidak
memerlukan pertimbangan pikiran (lebih dulu) (Humaidi, 1994: 14).
b. Menurut Ibnu Miskawaih dalam Tatapangarsa definisi akhlak adalah
keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan
perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan pikiran (lebih dulu).
c. Sedangkan Prof. Dr. Ahmad Amin mendefinisikan, bahwa yang
disebut akhlak adalah “Adatul Iradah” atau kehendak yang
dibiasakan. Artinya kehendak ialah ketentuan dari beberapa keinginan
sesudah bimbang, sedangkan kebiasaan adalah perbuatan yang diulang
sehingga mudah dikerjakan. Jika apa nama kehendak itu dikerjakan
berulang kali sehingga menjadi kebiasaan, maka itulah yang kemudian
berproses menjadi akhlaq.
d. Menurut Akmal Hawi bahwa akhlak adalah suatu perangai atau
tingkah laku manusia dalam pergaulan sehari-hari. Perbuatan-
perbuatan tersebut timbul dengan mudah tanpa direncanakan terlebih
dahulu karena sudah menjadi kebiasaan. Apabila dari perangai
tersebut timbul perbuatan-perbuatan yang baik dan terpuji menurut
akal sehat dan syariat, maka ia disebut dengan akhlaq yang baik,
sebaliknya, apabila yang timbul dari perangai itu perbuatanperbuatan
yang buruk maka ia disebut sebagai akhlaq yang buruk (Hawi, 2005:
127).
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa akhlak
adalah tingkah laku yang timbul berdasarkan dari dalam manusia tanpa
disadari dan direncanakan terlebih dahulu (reflek) sehingga mendorong
seseorang untuk berbuat baik maupun buruk sesuai dengan akal sehat.
Apabila dalam tingkah lakunya itu menjurus kepada ajaran yang dituntun
melalui hukum agama (Syar’i) niscaya akan lurus begitupun sebaliknya.5
2. Moral
Perkataan moral berasal dari bahasa Latin, moralis bermaksud “mores
atau adat.” (Zaroug 1999) Untuk lebih lanjut dalam bahasa Melayu, kata
“mores” bermaksud “tatalaku”, adat, kebiasaan dan sebagainya yang sudah
mendasari nilai-nilai kehidupan sesuatu kumpulan atau masyarakat.”
(Kamus Dewan 2005: 1043) Perkataan moral di sini bermaksud “ajaran
atau pegangan tentang buruk baik sesuatu perbuatan (kelakuan dan lain-
lain), sikap atau cara berkelakuan yang berasaskan atau yang diukur dari
segi baik buruk sesuatu akhlak.” Ia juga “berkaitan dengan apa yang betul
atau adil.” Perkataan moral juga bermaksud “semangat untuk menghadapi
ejekan (olokan) demi mempertahankan kebenaran.”(Kamus Dewan 2005:
1043).
Menurut Ensiklopedia Pendidikan (1981: 219), perkataan moral
mempunyai maksud, (a) sesuatu istilah untuk menentukan batas-batas dari
sifat-sifat, corak-corak, maksud-maksud, pertimbangan-pertimbangan,
atau perbuatan-perbuatan yang secara layak dapat dinyatakan baik/buruk,
benar/salah; dan (b) pada individu: unsur-unsur yang merupakan sifat-sifat
kelakuan yang disebut baik/buruk, serta sesuai dengan ukuran-ukuran
yang diterima oleh seluruh kelompok di mana individu itu berada.6

5
Asmuni Asmuni, “Konsep Akhlaq Sebagai Penggerak Dalam Islam,” Raudhatul Athfal: Jurnal
Pendidikan Islam Anak Usia Dini 1, no. 2 (December 4, 2017), accessed October 3, 2022,
http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/raudhatulathfal/article/view/2673.
6
Mydin, Shukri, and Razak, “Peranan Akhlak dalam Kehidupan,” 41.
Definisi-definisi yang dikemukakan oleh para ahlinya tentang moral
meliputi :
a. Menurut Hamzah Ya‘qub bahwa sesungguhnya banyak kata dalam
bahasa Indonesia yang dapat dipergunakan untuk memberikan arti atas
kata moral, seperti susila, budi pekerti, sopan santun, adab, perangai
dan perilaku.7
b. WJS Poerwadarminta dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia
menyebutkan bahwa arti moral adalah baik buruk perbuatan dan
kelakuan.8
c. Franz Magnis-Suseno menyebutkan bahwa moral adalah ajaranajaran,
wejangan-wejangan, khotbah-khotbah, patokan-patokan, kumpulan
peraturan dan ketetapan entah lisan atau tertulis, tentang bagaimana
manusia harus hidup dan bertindak agar ia menjadi manusia yang
baik.9
d. Bertens. Secara etimologi moral sama dengan etika, yaitu nilainilai
dan norma-norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu
kelompok dalam mengatur tingkah lakunya.10

3. Etika
Perkataan etika pula menurut Kamus Dewan (2005: 401)
bermaksud “ilmu berkenaan prinsipprinsip akhlak atau moral.” Ia juga
bermaksud “prinsip moral (atau akhlak) atau nilai-nilai akhlak yang
menjadi pegangan seseorang individu atau sesuatu kumpulan (persatuan,
pekerjaan dan lain-lain).”
Menurut Encyclopedia Britannica (1972: 8:752), perkataan moral
bermaksud “Ethics (from Greek Ethos, character) is the systematic study
of the nature of value concepts, ‘good’, ‘bad’, ‘ought’, ‘right’, ‘wrong’,
etc., and of the general principles which justify us in applying them to
7
Ibid. hlm. 15
8
WJS Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka: 1982, hlm. 654
9
Franz Magnis-Suseno, Etika Dasar, masalah-masalah pokok Filsafat Moral, Yogyakarta:
Kanisius, 1993, hlm. 14
10
K. Bertens, Etika, Jakarta: Gramedia, 1994. hlm. 6-7
anything; also called moral philosophy (from Latin mores, customs).”
(Maksudnya: Etika (berasal dari perkataan Yunani Ethos; tingkah laku)
adalah suatu kajian yang sistematik mengenai dasar dari konsep-konsep
nilai, iaitu baik, buruk, harus, benar, salah dan sebagainya; juga
merupakan prinsip-prinsip umum yang wajar kita gunakan dalam menilai
apa saja; juga disebut Falsafah Moral (berasal dari Latin Mores, adat
kebiasaan).11
Kata “Etika” dalam bahasa Indonesia, diambil dari bahasa Yunani
“Ethos” yang maknanya adalah watak kesusilaan atau adat (Zubair, 1987:
13). Dalam kamus bahasa Indonesia, bahwa etika dapat diartikan ilmu
pengetahuan tentang azazazaz moral. Dari pengertian kebahasaan ini
terlihat bahwa etika berhubungan dengan upaya menentukan tingkah laku
manusia.

Selain di atas, ada juga defenisi lain tentang etika berdasarkan istilah
menurut dari beberapa ahli, diantaranya:

- Menurut Profesor Robert Salomon dalam Abu Bakar, etika dapat


dikelompokan menjadi dua definisi: “Etika merupakan karakter
individu, dalam hal ini termasuk bahwa orang yang beretika adalah
orang yang baik. Pengertian ini disebut pemahaman manusia sebagai
individu yang beretika. Etika merupakan hukum sosial. Etika
merupakan hukum yang mengatur, mengendalikan serta membatasi
perilaku manusia”.
- Menurut para ulama’dalam Abu Bakar, etika adalah ilmu yang
menjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan apa yang seharusnya
dilakukan oleh manusia, menyatakan tujuan yang harus dituju oleh
manusia di dalam perbuatan mereka dan menunjukkan jalan untuk
melakukan apa yang seharusnya diperbuat (Bakar, 2003: th.).

Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa etika berhubungan


dengan empat hal sebagai berikut: Pertama, dilihat dari segi objek
11
Ibid.
pembahasannya, etika berupaya membahas perbuatan yang dilakukan oleh
manusia. Kedua, dilihat dari segi sumbernya, etika bersumber pada akal
pikiran atau filsafat. Sebagai hasil pemikiran, maka etika tidak bersifat
mutlak, absolute dan tidak pula universal. Ia terbatas, dapat berubah,
memiliki kekurangan, kelebihan dan sebagainya. Selain itu, etika juga
memanfaatkan berbagai ilmu yang memebahas perilaku manusia seperti
ilmu antropologi, psikologi, sosiologi, ilmu politik, ilmu ekonomi dan
sebagainya. Ketiga, dilihat dari segi fungsinya, etika berfungsi sebagai
penilai, penentu dan penetap terhadap sesuatu perbuatan yang dilakukan
oleh manusia, yaitu apakah perbuatan tersebut akan dinilai baik, buruk,
mulia, terhormat, hina dan sebagainya. Dengan demikian etika lebih
berperan sebagai konseptor terhadap sejumlah perilaku yang dilaksanakan
oleh manusia. Etika lebih mengacu kepada pengkajian sistem nilai-nilai
yang ada. Dan Keempat, dilihat dari segi sifatnya, etika bersifat relative
yakni dapat berubah-ubah sesuai dengan tuntutan zaman.12

4. Susila
Perkataan susila atau kesusilaan berasal dari bahasa Sanskrit.
Menurut Kamus Dewan (2005: 1552) perkataan susila bermaksud “baik
budi bahasanya, beradab, sopan, tertib.” Ensiklopedia Indonesia (1984:
3386) memberi pengertian susila sebagai istilah yang menyatakan, bahawa
kelakuan atau perbuatan seseorang adalah baik dan sopan; serta menurut
norma-norma yang dianggap baik.” 13
B. Hubungan Akhlak,Etika,Moral dan Susila
1. Hubungan moral dan etika
Secara umumnya perkataan moral dan etika mempunyai hubungan
yang erat. Kebanyakan orang sering menggunakan kedua istilah ini dengan
maksud yang sama, iaitu menunjukkan pada kebiasaan dan tingkah laku
seseorang. Dalam hubungan ini, kedua-duanya mempunyai perbezaan

12
Asmuni, “Konsep Akhlaq Sebagai Penggerak Dalam Islam.”
13
Mydin, Shukri, and Razak, “Peranan Akhlak dalam Kehidupan,” 41.
dalam penggunaannya. Penjelasan mengenai perbezaannya, seperti yang
dijelaskan dalam buku “Living Issue in Philosophy” adalah seperti berikut:
“The term moral and ethics are closely related in their original meanings.
The former comes from the Latin morals, and the later from the Greek
ethos. Both mean “the custom or way of the life”. Modern usage of
morality refers to conduct itself and ethic to the study of moral conduct.”
(Titus 1986: 145)
(Maksudnya: Kedua istilah moral dan etika mempunyai hubungan yang
erat pada pengertian dasarnya. Moral berasal dari kata moralis dan Etika
dari kata Yunani Ethos. Pengetian keduanya ditujukan pada; kebiasaan
atau cara hidup. Pada pengertian moden dewasa ini, moralitas adalah
dihubungkan pada tingkah laku, sedangkan etika merupakan bidang kajian
mengenai tingkah laku atau perbuatan bermoral).
2. Hubungan Susila dengan Akhlak
Konsep susila dan akhlak mempunyai beberapa persamaan dan
perbezaan. Objektif utama kedua konsep ini adalah untuk menjadikan
manusia bersifat mulia, menghindari diri daripada kejahatan dan
memelihara keharmonian dalam masyarakat.14
Akhlak atau moralitas adalah merupakan seperangkat tata nilai
yang „sudah jadi‟ dan „siap pakai‟ tanpa dibarengi, bahkan menghindari
studi kritis. Sedangkan etika justru sebaliknya, bertugas untuk
mempertanyakan secara kritis rumusan-rumusan masa lalu yang sudah
menggumpal dan mengkristal dalam lapisan masyarakat. Dalam bahasa
Indonesia, selain menyerap istilah etika, moral dan akhlak, juga digunakan
beberapa perkataan yang makna dan tujuannya sama atau hampir sama,
yaitu tata susila, kesusilaan, budi pekerti, sopan santun, adab, perangai dan
tingkah laku atau kelakuan. Sebagai cabang dari filsafat, maka etika
berangkat dari kesimpulan logis dan rasio guna untuk menetapkan ukuran
yang sama dan disepakati mengenai sesuatu perbuatan, apakah perbuatan
14
Sri Wahyuningsih, “Konsep Etika Dalam Islam,” JURNAL AN-NUR: Kajian Ilmu-Ilmu
Pendidikan dan Keislaman 8, no. 01 (April 19, 2022): 696, accessed October 3, 2022,
http://journal.an-nur.ac.id/index.php/annur/article/view/167.
itu baik atau buruk, benar atau salah dan pantas atau tidak pantas untuk
dikerjakan15
C. Persamaan dan Perbedaan
1. Persamaan
Hanafi (2012) lebih lanjut menjelaskan persamaan
a. Persamaan akhlak, etika, moral dan susila adalah mengacu kepada ajaran
atau gambaran tentang perbuatan, tingkah laku, sifat dan peringai yang
baik.
b. Akhlak, etika, moral dan susila merupakan prinsip atau aturan hidup
manusia untuk menakar martabat dan harkat kemanusiaanya. Semakin
tinggi karakter, akhlak, etika, moral dan susila yang dimiliki oleh
seseorang, semakin tinggi pula harkat dan martabat kemanusiaannya.
Sebaliknya, semakin rendah kualitas karakter, akhlak, etika, moral dan
susila seseorang atau sekelompok orang, maka semakin rendah pula
kualitas kemanusiaannya.
c. Akhlak, etika, moral dan susila seseorang atau sekelompok orang tidak
semata-mata merupakan faktor keturunan yang bersifat tetap, statis dan
konstan, tetapi merupakan potensi positif yang dimiliki setiap orang.
Untuk pengembangan dan aktualisasi potensi positif tersebut diperlukan
pendidikan, pembiasaan dan keteladan serta dukungan lingkungan, mulai
dari keluarga, sekolah dan masyarakat secara terus menerus,
berkesinambungan, dengan tingkat keajegan dan konsistensi yang tinggi.
2. Perbedaan
Harun Din (1996) berpendapat bahawa terdapat empat perbezaan yang
nyata:
a. Akhlak Islamiah bersumber kepada wahyu atau syarak. Sedangkan etika
dan lain sebagainya bersumber selain wahyu, iaitu sistem pemikiran
manusia seperti falsafah dan sebagainya.
b. Sistem akhlak menjamin kebahagiaan dunia dan akhirat. Sedangkan
etika dan sebagainya hanya untuk kebahagiaan dunia saja.

15
Ibid., 6.
c. Prinsip-prinsip akhlak bersifat universal, dan tidak terikat pada batas-
batas daerah dan undang-undang ciptaan manusia.
d. Sistem akhlak mampu menundukkan jiwa manusia untuk mengikutinya.
Sedangkan etika dan yang lainnya adalah ciptaan manusia yang
diselaraskan dengan keinginan dan pemahaman manusia tentang hidup.
Menurut Hanafi (2012) lebih lanjut menjelaskan yang menjadi perbedaan
antara akhlak, etika, moral dan susila diantaranya adalah
a. Akhlak merupakan istilah yang bersumber dari Al Qur’an dan as-Sunnah.
Nilai-nilai yang menentukan baik dan buruk, layak atau tidak layak suatu
perbuatan, kelakuan, sifat, dan perangai dalam akhlak bersifat universal
dan bersumber dari ajaran Allah SWT.
b. Etika merupakan filsafat nilai, pengetahuan tentang nilai-nilai, ilmu yang
mempelajari nilai-nilai dan kesusilaan yang bersumber dari pemikiran
yang mendalam dan renungan filosofis yang pada intinya bersumber dari
akal sehat dan hati nurani. Etika bersifat temporal dan sangat bergantung
kepada aliran filosofis yang menjadi pilihan orang-orang yang
menganutnya.
c. Moral merupakan ajaran atau gambaran tentang tingkah laku di
masyarakat, selain merupakan ketentuan tentang perbuatan, kelakuan, sifat
dan perangai baik dan buruk yang berlaku di masyarakat. Jika etika
bersifat konseptual teoritis, maka moral bersifat terapan karena mengacu
kepada apa yang berlaku di masyarakat. Keduanya etika dan moral
berasal dari akal sehat dan hati nurani yang jernih.
d. Susila atau kesusilaan berarti dasar, prinsip, peraturan atau norma hidup
yang baik atau juga diartikan merupakan proses membimbing dan
membiasakan seseorang atau sekelompok orang untuk hidup sesuai
dengan norma atau nilai-nilai yang berlaku di masyarakat. Artinya bahwa
etika, moral dan susila adalah karakter yang berasal dari akal sehat dan
nurani yang telah menjadi kesadaran kolektif masyarakat.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
 Akhlak adalah sifat-sifat atau kebiasaan-kebiasaan , etika
adalah ilmu yang mempelajari tentang baik atau buruk suatu
perbuatan yang harus dilakukan oleh manusia. Sedangkan
Moral adalah perbuatan atau tingkah laku yang digunakan oleh
manusia dalam bertindak yang didalamnya terdapat batasan-
batasan yang terbentuk oleh adat istiadat suatu daerah. Dan
susila adalah upaya untuk membimbing suatu masyarakat
sesuai dengan nilai-nilai dan norma yang berlaku di
masyarakat.
 Moral dan etika mempunyai hubungan yang erat pada
pengertian dasarnya. Moral berasal dari kata moralis dan Etika
dari kata Yunani Ethos. Pengetian keduanya ditujukan pada;
kebiasaan atau cara hidup.
 Persamaan akhlak, etika, moral dan susila adalah mengacu
kepada ajaran atau gambaran tentang perbuatan, prinsip atau
aturan hidup manusia, atau sekelompok orang tidak semata-
mata merupakan faktor keturunan yang bersifat tetap, statis dan
konstan, tetapi merupakan potensi positif yang dimiliki setiap
orang.
 Perbedaan akhlak, etika, moral dan susila
a. Akhlak Islamiah bersumber kepada wahyu atau syarak.
Sedangkan etika dan lain sebagainya bersumber selain
wahyu, iaitu sistem pemikiran manusia seperti falsafah dan
sebagainya.
b. Sistem akhlak menjamin kebahagiaan dunia dan akhirat.
Sedangkan etika dan sebagainya hanya untuk kebahagiaan
dunia saja.
c. Prinsip-prinsip akhlak bersifat universal, dan tidak terikat
pada batas-batas daerah dan undang-undang ciptaan
manusia.
d. Sistem akhlak mampu menundukkan jiwa manusia untuk
mengikutinya. Sedangkan etika dan yang lainnya adalah
ciptaan manusia yang diselaraskan dengan keinginan dan
pemahaman manusia tentang hidup.
Daftar Pustaka

Dr. Suhayib. (2016). Studi Ahlak. Yogyakarta: KALIMEDIA.

Asmuni, Asmuni. “Konsep Akhlaq Sebagai Penggerak Dalam Islam.”


Raudhatul Athfal: Jurnal Pendidikan Islam Anak Usia Dini 1, no. 2
(December 4, 2017). Accessed October 3, 2022.
http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/raudhatulathfal/article/view
/2673.

Mydin, Shaik Abdullah Hassan, Abdul Salam Muhamad Shukri, and


Mohd Abbas Abdul Razak. “Peranan Akhlak dalam Kehidupan:
Tinjauan Wacana Akhlak Islam:” Jurnal Islam dan Masyarakat
Kontemporari 21, no. 1 (April 30, 2020): 38–54.

Wahyuningsih, Sri. “Konsep Etika Dalam Islam.” JURNAL AN-NUR:


Kajian Ilmu-Ilmu Pendidikan dan Keislaman 8, no. 01 (April 19,
2022). Accessed October 3, 2022.
http://journal.an-nur.ac.id/index.php/annur/article/view/167.

Anda mungkin juga menyukai