Anda di halaman 1dari 8

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/355339278

PENGERTIAN AKHLAK, ETIKA, MORAL DAN KESUSILAAN

Article · January 2021

CITATIONS
READS
0
10,749

2 authors, including:

Dyah Elisa Rosanti


Institut Agama Islam Sunan Giri (INSURI) Ponorogo
13 PUBLICATIONS 0 CITATIONS

All content following this page was uploaded by Dyah Elisa Rosanti on 16 October 2021.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


PENGERTIAN AKHLAK, ETIKA, MORAL
DAN KESUSILAAN

Artikel ini ditulis untuk memenuhi


tugas dalam mata kuliah Akhlak
Tasawuf

Dosen Pengampu:
Ahmad Kirom, SS.,
M.Li

Oleh:
Amira Rohaini
Dyah Elisa Rosanti
Kelas: PAI A1

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA


ISLAM FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM SUNAN GIRI
PONOROGO
2021
PENDAHULUAN

Di kehidupan sehari-hari kita pasti melihat perbedaan tingkah laku


seseorang, ada yang baik dan ada juga yang buruk. Tapi tidak selalu yang menurut
pendapat kita itu baik sama dengan pendapat orang lain. Dalam melihat tingkah
laku seseorang tersebut kadang kita salah mengatakan apakah itu yang dinamakan
akhlak atau etika. Apakah itu adalah moral atau kesusilaan. Sehingga dari sini
tidak sedikit dari kita yang salah mengartikan antara keempat hal tersebut.

Maka untuk menjelaskan pengertian-pengertiannya dalam makalah ini


kami akan membahas tentang pengertian-pengertian tentang apa itu akhlak, etika,
moral dan kesusilaan. Sehingga nantinya dalam kehidupan sehari-hari kita tidak
salah dalam menempatkan pengertian-pengertian empat hal itu.

PEMBAHASAN

A. Pengertian Akhlak

Ada dua pendekatan yang dapat digunakan untuk mendefinisikan akhlak,


yaitu pendekatan linguistik (kebahasaan) dan pendekatan terminologi
(peristilahan). Dari sudut kebahasaan, akhlak berasal dari bahasa Arab, yaitu isim
mashdar (bentuk infinitif) dari kata akhlaqa, yukhliqu, ikhlaqan, sesuai dengan
timbangan (wazan tsulasi madzid) af’ala, yuf’ilu, if’alan, yang berarti al-sajiyah
(perangai), at thobi’ah (kelakuan tabi’at watak dasar), al-‘adat (kebiasaan,
kelaziman), al-matu’ah (peradaban yang baik), dan al-din (agama).

Namun, akar kata akhlak dari akhlaqa sebagajmana yang disebut diatas
nampaknya kurang tepat, karena isim mashdar dari akhlaqa bukan akhlak
melainkan ikhlaq. Berkenaan dengan ini maka timbul pendapat yang mengatakan
bahwa secara linguistik kata akhlaq merupakan isim jamid atau isim ghair mustaq,
yaitu isim yang tidak memiliki akar kata, melainkan kata tersebut memang sudah
demikian adanya. Kata akhlaq adalah jamak dari kata khuluq. Menurut bahasa,

1
akhlak adalah perangai, tabiat, dan agama. 1 Kata tersebut mengandung segi-segi
persesuaian dengan perkataan khalq yang berarti kejadian. Serta erat hubungannya
dengan kata khaliq yang artinya pencipta dan makhluk yang berarti yang
diciptakan.2

Baik akhlaq atau khuluq, kedua-duanya dijumpai pemakaiannya baik


dalam al-qur’an maupun hadits, yaitu :

‫ُ خُلقًا‬
‫´سُنه‬ ‫أ´ ْك´ م ُل اْل ُمْ ِؤمنِْ ´ ْي ْاِْي‬
‫ْم‬ ‫´ا ًن ا´ ْح‬

Artinya: “"Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang


paling baik akhlaknya.” (Hadits Tirmidzi Nomor 1082)

Dalam kamus besar bahasa Indonesia, mata akhlak diartikan sebagai budi
pekerti, watak, tabiat.3

Ibn al-jauzi menjelaskan (w.597) bahwa al-khuluq adalah etika yang


dipilih seseorang. Dinamakan khuluq karena etika bagaikan khalqah (karakter)
pada dirinya. Dengan demikian, khuluq adalah etika yang menjadi pilihan dan
diusahakan seseorang. Adapun etika yang sudah menjadi tabiat bawaannya
dinamakan al-khaym.

Tolak ukur dalam akhlak adalah al-Qur’an dan al-Hadist. 4 Contoh dari
akhlak yakni sikap rela berkorban, jujur, sopan, santun, tawakal, adil, sabar dan
lain sebagainya.

1
Asmail Azmy HB, Akhlak Tasawuf: Sebuah Pengantar, (Yogyakarta: K-Media, 2018), hal. 1
2
Zulkifli dan Jamaluddin, Akhlak Tasawuf: Jalan Lurus Mensucikan Diri, (Yogyakarta:
KALIMEDIA, 2018), hal. 3
3
Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan
Nasional, 2008), hal. 28
4
Mas’ud, Akhlak Tasawuf: Membangun Keseimbangan Antara Lahir dan Batin, (Surabaya: Pena
Salsabila, 2018), hal. 14

2
B. Pengertian Etika

Dari segi etimologi (ilmu asal usul kata), etika berasal dari bahasa Yunani,
“ethos” yang berarti watak kesusilaan atau adat. Dalam kamus umum bahasa
Indonesia, etika diartikan ilmu pengetahuan tentang asas-asas akhlak (moral). Dari
pengertian kebahasaan ini terlihat bahwa etika berhubungan dengan upaya
menentukan tingkah laku manusia.5

Kemudian, Etika merupakan ilmu yang menerangkan apa yang seharusnya


dilakukan manusia. Etika juga memanfaatkan berbagai Ilmu yang membahas
perilaku manusia seperti ilmu antropologi psikologi, sosiologi ilmu politik,, ilmu
ekonomi, dan sebagainya. Etika berfungsi untuk menilai, menentukan, dan
menetapkan terhadap sesuatu perbuatan yang dilakukan oleh manusia, yaitu
Apakah perbuatan tersebut akan dinilai baik, buruk Mulia, terhormat, hina dan
sebagainya. Etika memiliki sifat yang relatif Yaitu dapat berubah-ubah sesuai
dengan tuntutan zaman.

Dengan demikian, Etika lebih merupakan ilmu pengetahuan yang


berhubungan dengan upaya menentukan perbuatan yang dilakukan manusia untuk
dikatakan baik atau buruk. Berbagai pemikiran yang dikemukakan oleh filosof
Barat mengenai perbuatan yang baik atau buruk dapat dikelompokkan kepada
pemikiran etika, karena berasal dari hasil berfikir. Dengan demikian etika sifatnya
humanistis dan antroposentris, yakni berdasar pada pemikiran manusia dan
diarahkan pada manusia. Dengan kata lain, etika adalah aturan atau pola tingkah
laku yang dihasilkan oleh akal manusia.6

Tolak ukur dalam etika adalah akal dan pikiran manusia.7 Contoh dari
etika yakni mengucap salam saat bertamu ke rumah orang lain, mencium tangan
kedua orang tua ketika akan beraktivitas, membuang sampah di tempat sampah
dan lain sebagainya.

5
Abdullah Mannan, ASWAJA: Akidah Umat Islam, (Kediri: PP. Al-Falah Ploso Kediri, 2014), hal.
75
6
Abdullah Mannan, ASWAJA: Akidah Umat Islam, hal. 77.
7
Mas’ud, Akhlak Tasawuf: Membangun Keseimbangan Antara Lahir dan Batin, hal. 14

3
C. Pengertian Moral

Dari segi bahasa, moral berasal dari bahasa latin “mos” (jamak: mores)
yang berarti kebiasaan, ada. Kata “mos” (mores) dalam bahasa latin sama artinya
dengan etos dalam bahasa yunani. Di dalam kamus bahasa Indonesia, kata moral
diartikan sebagai ajaran tentang baik, buruk yang diterima umum mengenai
perbuatan, sikap, kewajiban dan lain sebagainya yang menyangkut berkenaan
dengan akhlak, budi pekerti dan susila.8

Adapun pengertian moral yang paling umum adalah tindakan manusia


yang sesuai dengan ide-ide yang diterima umum, yaitu berkaitan dengan makna
yang baik dan wajar. Dengan kata lain, pengertian moral adalah suatu kebaikan
yang disesuaikan dengan ukuran-ukuran tindakan yang diterima oleh umum,
meliputi kesatuan sosial atau lingkungan tertentu. Kata moral selalu mengacu
pada baik dan buruknya perbuatan manusia sebagai manusia. Sehingga menurut
istilah moral merupakan istilah untuk menentukan batas-batas dari sifat, perangai,
kehendak, pendapat, yang layak dapat dikatakan benar, salah, baik, buruk.
Adapun yang menjadi acuam moral adalah sistem nilai yang hidup dan
diberlakukan dalam masyarakat.9

Dan tolak ukur dalam moral yakni adat istiadat yang berkembang dari
masyarakat.10 Contoh dari moral tersebut yaitu selalu menghargai pendapat orang
lain, berbuat baik atau patuh pada orang tua, memelihara hak orang lain (milik
orang lain tidak boleh diambil bahkan diminta, karena itu bukan miliknya) dan
lain sebagainya.

8
Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, hal. 971
9
Mas’ud, Akhlak Tasawuf: Membangun Keseimbangan Antara Lahir dan Batin, (Surabaya: Pena
Salsabila, 2018), hal. 11
10
Mas’ud, Akhlak Tasawuf: Membangun Keseimbangan Antara Lahir dan Batin,

4
D. Pengertian Kesusilaan

Kata kesusilaan berasal dari kata susila yang mendapat awalan “ke” dan
akhiran “an”. Dari segi bahasa susila berasal dari bahasa Sansakerta, “Su” artinya
baik, dan “Sila” artinya prinsip, dasar, atau aturan. Susila atau kesusilaan diartikan
sebagai aturan hidup yang lebih baik, sopan, dan beradab. Kesusilaan merupakan
upaya membimbing, masyarakat hidup yang sesuai dengan norma/nilai-nilai yang
berlaku dalam masyarakat.11 Di dalam kamus bahasa Indonesia kesusilaan
diartikan adat istiadat yang baik, sopan santun, kesopanan atau perihal tentang
sifat susila.12 Ini berarti bisa dimaknai sebagai keadaan yang memiliki sifat baik,
sopan santun, dan hal-hal yang berkenaan dengan perilaku manusia.

Kata susila selanjutnya digunakan untuk arti sebagai aturan hidup yang
baik. Orang yang berlakuan baik dinamakan “Susila”. Sedangkan orang yang
berlakukan buruk dinamakan “Asusila”. Dengan demikian pengertian kesusilaan
lebih mengacu pada upaya membimbing, memandu, mengarahkan, membiasakan
dan memasyarakatkan hidup yang berlaku dalam masyarakat. Kesusilaan
menggambarkan keadaan dimana seseorang selalu menerapkan nilai-nilai yang
dipandang baik.13

Tolak ukur dari kesusilaan adalah hukum dan tradisi.14 Contoh dari
kesusilaan adalah tidak mengambil barang orang lain, jujur dalam perkataan dan
perbuatan, membantu orang lain yang membutuhkan, berbuat baik kepada orang
lain tanpa melihat kedudukan atau keturunan orang dan lain sebagainya.

11
Mas’ud, Akhlak Tasawuf: Membangun Keseimbangan Antara Lahir dan Batin, hal. 12-13
12
Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia), hal. 1397-1398.
13
Mas’ud, Akhlak Tasawuf: Membangun Keseimbangan Antara Lahir dan Batin, hal. 12-13
14
Mas’ud, Akhlak Tasawuf: Membangun Keseimbangan Antara Lahir dan Batin, hal.

5
KESIMPULAN

Dari sini bisa kita pahami bahwa pengertian tentang akhlak, etika, moral
dan kesusilaan. Pertama, akhlak adalah suatu sifat yang terdapat dalam diri
manusia. Kedua, Etika adalah aturan atau ilmu pengetahuan untuk menilai atau
menentukan perbuatan baik dan buruk manusia. Ketiga, Moral adalah suatu hasil
dari penentuan dari sifat, perangai, kehendak, pendapat, yang layak dapat
dikatakan benar, salah dan baik, buruk dalam perilaku manusia. Keempat
Kesusilaan adalah suatu aturan atau bimbingan hidup yang lebih baik, sopan dan
beradab dalam masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Azmy HB, Asmail. Akhlak Tasawuf: Sebuah Pengantar, (Yogyakarta: K-Media,


2018).
Jamaluddin, Zulkifli dan. Akhlak Tasawuf: Jalan Lurus Mensucikan Diri,
(Yogyakarta: KALIMEDIA, 2018).
Mannan, Abdullah. ASWAJA: Akidah Umat Islam, (Kediri: PP. Al-Falah Ploso
Kediri, 2014).
Mas’ud, Akhlak Tasawuf: Membangun Keseimbangan Antara Lahir dan Batin,
(Surabaya: Pena Salsabila, 2018).
Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat Bahasa
Departemen Pendidikan Nasional, 2008).

View publication

Anda mungkin juga menyukai