Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

Etika, Moral, dan Objek Kajian Ilmu Akhlak


Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Studi Keislaman

Dosen pengampu Khusnul Mufidati, S.Sy,.M.Pd.I

Disusun oleh :

KELOMPOK 9 HTN 1A

1. Delima Abdisma (126103211031)


2. Della Febi Wulandari (126103211032)
3. David Hary Fernando (126003211030)

HUKUM TATA NEGARA


FAKULTAS SYARIAH DAN ILMU HUKUM
UIN SAYYID ALI RAHMATULLAH TULUNGAGUNG 2021/2022
Kata Pengantar

Assalamualaikum wr.wb.

Puja dan puji syukur selalu kami haturkan atas kehadirat penguasa seluruh
alam yang tiada lain dan tak ada yang lain kecuali Allah SWT. Karena berkat
limpahan rahmat, taufik, hidayah, serta inayah-Nya, kami bisa menyelesaikan tugas
penyusunan makalah “Akhlak” dalam mata kuliah Studi Keislaman. Dalam
makalah ini kami akan membahas tentang akhlak, etika dan moral serta sumber
ajaran akhlak.

Dalam menyelesaikan makalah ini, penulis mendapat bantuan serta bimbingan


dari berbagai pihak. Oleh karena itu saya ucapkan terimakasih kepada :

1. Yang terhormat Bapak Rektor Prof. Dr. Mafthukin, M.Ag.


2. Yang saya hormati Bapak Dekan FASIH Dr. H. Ahmad Muhtadi
Anshor,M.Ag
3. Yang saya hormati Ibu Kajur HTN Dr. Nur Fadhilah,M. H.
4. Yang saya hormati Dosen Pengampu Studi Keislaman Ibu Khusnul
Mufidati, S.Sy,.M.Pd.I
5. Semua pihak yang terlibat dalam pembuatan makalah.

Adanya makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Dengan segala kerendahan
hati, saran dan kritik yang konstruktif sangat kami harapkan dari para pembaca
demi perbaikan dan peningkatan kualitas penyusunan makalah dimasa yang akan
datang. Dan kami juga berharap, semoga makalah ini bisa memberi manfaat bagi
kami penyusun dan para pembaca makalah ini. Aamiin.

Wassalamualaikum wr.wb.

Tulungagung, September 2021

i
DAFTAR ISI
COVER

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i

DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii

BAB I .......................................................................................................................1

1.1 Latar Belakang .............................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................1
1.3 Tujuan ..........................................................................................................2

BAB II ......................................................................................................................3

2.1 Pengertian Akhlak, Etika, dan Moral ..........................................................3


2.2 Persamaan dan Perbedaan Akhlak, Etika dan Moral ...................................4
2.3 Sumber Ajaran Akhlak .................................................................................6
2.4 Objek dan Ruang Lingkup Kajian Ilmu Akhlak ..........................................8
2.5 Macam – Macam Akhlak .............................................................................9

BAB III ..................................................................................................................16

3.1 Kesimpulan ................................................................................................16


3.2 Saran ...........................................................................................................17

ii
BAB I

1.1 Latar Belakang

Akhlak mempunyai kedudukan yang tinggi dan istimewa dalam Islam.


Rasulullah SAW menempatkan penyempurnaan akhlak yang mulia sebagai
misi pokok ajaran Islam. Akhlak dalam Islam menjadi sesuatu yang penting
dan berguna bagi umatnya. Meskipun akhlak sudah dimiliki setiap manusia
dari lahir, akan tetapi akhlak juga harus dibentuk. Lingkungan akan sangat
mempengaruhi akhlak seseorang, ketika seseorang tidak memiliki keinginan
yang kuat dari dalam hatinya untuk berakhlak baik, maka akan mudah sekali
tergoyahkan oleh hal-hal yang di sekitarnya. Banyak sekali orang yang
mempunyai pengetahuan yang luas, akan tetapi penanaman akhlak dalam
dirinya sangat kurang.

Akhlak mempunyai pengaruh besar terhadap individu manusia dan terhadap


suatu bangsa. Ajaran-ajaran akhlak sebagaimana yang dicontohkan oleh
Rasulullah SAW dalam kehidupan sehari-hari.

Akhlak merupakan norma-norma yang mengatur hubungan manusia baik


hubungan dengan Allah swt. maupun sesama manusia dan lingkungan alam
sekitar. Dengan demikian, akhlak juga menentukan derajat manusia baik di
hadapan Allah sebagai pencipta dan di mata manusia dalam kehidupan
bermasyarakat. Maka dari itu, akhlak, etika dan moral penting dipelajari
sebagai pola tindakan yang didasarkan pada nilai kebaikan.
Dalam makalah ini kami akan mencoba menguraikan dan menjelaskan tentang
pengertian akhlak, etika dan moral ditinjau dari beberapa sumber, menjabarkan
tentang hubungan antara akhlak, etika dan moral, objek dan ruang lingkup
kajian ilmu akhlak serta macam macam akhlak.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah yang dapat diambil dari latar belakang tersebut
adalah
1. menjelaskan apa itu akhlak, etika, dan moral.

1
2. Apa saja perbedaan dan persamaan anatar akhlak, etika, dan moral.
3. Menjelaskan apa saja sumber ajaran akhlak
4. Objek dan ruang lingkup apa saja dalam kajian ilmu akhlak
5. Menyebutkan macam – macam akhlak
1.3 Tujuan
1. Mendeskripsikan tentang apa yang itu akhlak, etika, dan moral
2. Bisa menjelaskan persamaan maupun perbedaan akhlak, etika, dan moral.
3. Memaparkan apa saja sumber ajaran akhlak.
4. Mendeskripsikan tentang objek dan ruang lingkup kajian ilmu akhlak.
5. Mampu menyebutkan dan menjelaskan apa saya macam-macam akhlak

2
BAB II
2.1 Pengertian Akhlak, Etika, Dan Moral
1. Akhlak
Jika dilihat dari macam-macam jenis akhlak yaitu dimana yang pertama
adalah akhlak mulia yang berarti sifat yang harus diterapkan setiap hari,
dan yang kedua akhlak tercela yang dimana sitat ini harus dihindari oleh
setiap umat dan tidak boleh sampai dipraktekkan dalam kehidupak sehari-
hari. [1]1
Ada pun dalam Al Quran dalam surat al-syu‟ara ayat 137 yang
menjelaskan tentang yang berarti kebiasaan dan dalam surat al qa-lam ayat
4 yang menjelaskan tentang khuluq yang berarti budi pekerti, maka dapat
disimpulkan yaitu akhlak adalah budi pekerti, adat kebiasaan, perangai,
muru‟ah, atau segala sesuatu yang sudah menjadi tabiat. [2]2
Maka dari kedua pengertian diatas dapat disimpulkan Akhlak yaitu
merupakan suatu perbuatan, tingkah laku, adab, maupun perilaku dalam
kehidupan sehari-hari yang mencerminkan tentang keseharian setiap umat
entah itu yang baik maupun yang buruk.
2. Etika
Menurut kamus besar bahasa Indonesia etika adalah ilmu tentang apa
yang baik dan buruk, dan tentang hak maupun kewajiban moral.
Sedangkan menurut bahasa yunani etika memiliki arti “ethos” yang berarti
adat istiadat dan perilaku baik. [3]3
Jika berbicara tentang etika sebenarnya sama dengan menyebut kata
moral. Bila dibandingkan dengan etika, secara etimologis etika dan moral
karena kedua kata tersebut sama-sama mempunyai arti kebiasaan dan adat.
[4]4

1
[1] (Hasan, 2002, hlm.1).
2
[2] Ibn Miskawaih, Tahzib al-Akhlaq wa Tathhir al-A‟raq, (Mesir:al-Mathba‟ah alMishriyah,
1934), cet. 1, hlm. 40.
3
[3] (Kamus Besar Bahasa Indonesia s.v “Etika”).
4
[4] (Kohlber dalam Sjarkawi, 2006).

3
Maka dari pengertian diatas dapat disimpulkan jika etika merupakan
suatu adat yang mencerminkan suatu perilaku baik yang diwajibkan untuk
setiap manusia5

3. Moral
Kata moral berasal dari kata Mores dalam bahasa Latin yang diambil
dari kata mos yang berarti kesusilaan, tabiat, atau kelakuan. Sedang kan
menurut Sjarkawi menyatakan moral adalah nilai kebaikan manusia
sebagai manusia. Moral adalah adat istiadat aturan kesusilaan, berprilaku
bermoral sesuai dengan nilai-nilai, etika, atau kesusilaan sesuai dengan
nilai-nilai kaidah atau kebenaran. [5]
Maka dari pengertian diatas dapat saya simpulkan yaitu Moral
merupakan suatu perilaku yang mempunyai nilai-nilai, beratika, dan
memiliki aturan kesusilaan yang wajib didasari pada disi seorang manusia.

2.2 Persamaan Dan Perbedaan Akhlak, Etika, Dan Moral


Akhlak, etika, maupun moral sebenarnya memilki perbedaan dan persamaan
yang sangat kontras. Kata dan makna dari akhlak, moral, dan etika sering
disamakan. Sepintas ketiga terminologi ini memiliki makna atau pengertian
yang sama. Namun, jika dikaji dari akar (asal-usul), barometer, filosofis, dan
penerapan dari ketiga terminologi ini bisa dibedakan. Akhlak, moral dan etika
memiliki perbedaan terminologi dari masing-masing tokoh yang memberikan
definisinya. Namun ada juga bahwa akhlak, moral dan etika memiliki
persamaan jika dipandang dari berbagai sisi yang menjadi bahan analisa
pemikir dan seorang tokoh.
1. PERSAMAAN
Istilah akhlak, etika, dan moral mempunyai persamaan dan perbedaan
dalam pemaknaannya. Pertama bahwasanya ketiganya mengacu pada

5
[5] Sarwono Jonathan. 2006.

4
gambaran tentang perbuatan, tingkah laku, dan perangai yang baik. Kedua,
merupakan prinsip atau aturan hidup manusia untuk mengukur martabat
dan harkat kemanusiaannya. Ketiga, merupakan potensi positif yang
dimiliki oleh setiap orang. Moral dan etika memiliki kesamaan yaitu sama-
sama membahas atau mengajarkan tentang baik dan buruk. Kemudian, jika
dilihat dari fungsi dan peranan masing-masing bahwa akhlak, moral dan
etika sama-sama beriorientasi kepada tingkah laku seseorang dengan
tataran baik dan buruk, dan menghendaki terciptanya keadaan masyarakat
yang baik, teratur, aman dan tentram. [1]6
Lalu dari tujuannya, akhlak, moral dan etika bertujuan untuk
menjadi penanda atau pengingat seseorang untuk bertindak yang sesuai
dengan norma-norma yang berlaku baik dalam agama maupun di
lingkungan masyarakat. Dari segi prinsipnya khlak, moral dan etika
berfungsi sebagai instrumen penilai jiwa kemanusiaan yang dapat dilihat
dari tindakan-tindakan atau perbuatan-perbuatannya. [2]7
2. PERBEDAAN
Pertama, akhlak merupakan istilah yang bersumber pada Al-Qur’an
dan As-Sunnah. Lalu Menentukan baik dan buruk, layak atau tidak suatu
perbuatan, sifat dan perangai dalam akhlak bersifat universal dan
barometer atau ukurannyaa dari ajaran Allah Subhanahu wa Ta’ala dan
Rasul-Nya. Sedangkan moral dan etika merupakan filsafat nilai,
pengetahuan tentang nilai-nilai dan kesusilaan baik dan buruk. [3]8
Akhlak lebih universal dan komprehensif dan terakhir adalah
seseorang yang memiliki akhlak yang baik dalam Islam akan berada
dibawah pancaran sinar petunjuk Allah Subhanahu Wa Ta’ala menuju
keridhaan-Nya. Etika disebut juga ilmu adat kebiasaan. Sementara, Moral
disebut sebagai sistem hidup yang berlaku pada masyarakat dan akhlak

6
[1] Buku Akhlak Tasawuf (Prof. Dr. Rosihon Anwar, M. Ag. *Mahasantri Ma’had Aly Hasyim
Asy’ari Tebuireng Jombang.
7
[2] Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia, (Jakarta : Rajawali Pers, 2014), hlm.81 .
8
[3] Rosihin Anwar, Akhlak Tasawuf (Bandung : Pustaka Setia,2010), hlm.20.

5
biasa disebut dengan watak, tabiat, ataupun adab serta sopan santu dalam
perspektif Islam. [4]9
Adapun perbedaan dari ketiganya memiliki tolak ukur yang berbeda-beda,
yakni :
a) Akhlak memiliki tolok ukurnya yaitu Al- Qur’an dan As- Sunnah.
b) Etika tolok ukurnya adalah pikiran atau akal.
c) Moral tolok ukurnya adalah norma yang hidup dalam masyarakat. [5]10

2.3 Sumber Ajaran Akhlak


Yang menjadi sumber ajaran akhlak adalah menjadi ukuran baik dan buruk
atau mulia dan tercela, sebagai keseluruhan ajaran islam. Dasar ajaran akhlak
adalah Al – Qur’an, Hadist, dan Ijtima’ ulama. Al – Qur’an banyak
memberikan pelajaran kepada umat manusia tentang perilaku :

Artinya: “sesungguhnya allah menyuruh kamu berlaku adil dan berbuat


kebajikan, memberikan pada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan
keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengejaran kepadamu agar
kamu dapat mengambil pelajaran”. (Q.S An – Nahl ayat 90).

9
[4] Abdul Majid dan Dian Andryani, Pendidikan Karakter Perspektif Islam, (Bandung : PT
Remaja Rosda Karya, 2018), Vol.19, No.1.
10
[5] Buku Akhlak Tasawuf (Prof. Dr. Rosihon Anwar, M. Ag. *Mahasantri Ma’had Aly Hasyim
Asy’ari Tebuireng Jombang.

6
Selain Al – Qur’an terdapat juga pada sabda rasul:

Artinya : “sesungguhnya aku (Muhammad) itu diutus untuk menyempurnakan


akhlak (budi pekerti)”. Diriwayatkan oleh ahmad,baihaqi, dan hakim).
Terdapat juga dalam salah satu firman Allah SWT :

Artinya : “sesungguhnya telah ada pada Rasulullah itu suri tauladan yang baik
bagimu bagi orang yang mengharapkan (rahmat) Allah (kedatangan hari
kiamat dan dia banyak menyebut Allah”. (Q.S Al – Ahzab ayat 21)
Semestinya akhlak yang rasul contohkan dan diajarkan diikuti manusia saat
ini, karena akhlak memiliki arti penting secara maknawi dan rohani.
Sementara akhlak dalam islam merupakan bagian dari agama yang harus dijaga
karena itu pada ulama selalu menyentuh ranah akhlak sebagai bagian yang
harus disampaikan dan diajarkan kepada manusia. Salah satu tokoh / ulama
ialah Al – Imam Ghozali dimana beliau mendefinisikan akhlak berdasarkan
firman Allah SWT yang mengagungkan unsur jiwa dengan disandarkan hanya
kepadanya.

Artinya : “Sesungguhnya aku akan menciptakan manusia dari tanah. Apabila


telah aku sempurnakan kejadiaanya, dan aku tiupkan kepadanya ruh
(ciptaanku, maka hendaklah kalian tersungkur dengan bersujud kepadanya).”

7
Jadi, hakikat akhlak menurut AlGhazali seperti kondisi jiwa dan bentuknya
yang batin. Sebagaimana sempurnya bentuk lahir secara mutlak yang
kemudian menjadi tidak sempurna dengan indahnya keberadaan dua mata saja,
tanpa hidung, mulut dan pipi, tetapi kebagusan semuanya harus ada agar
kebagusan dhahir menjadi sempurna. Maka, demikian pula dalam urusan
batiniah (jiwa), ada empat unsur yang harus baik semua, sehingga kebagusan
akhlak menjadi sempurna, empat unsur tersebut adalah kekuatan ilmu,
kekuatan emosi, kekuatan syahwat, dan kekuatan adil diantara tiga kekuatan
tersebut apabila seimbang serta sesuai maka kebagusan akhlak bisa didapatkan
dan niscaya mencapai kemuliaannya.
Dalam unsur kekuatan ilmu menurut Al-Ghazali akan mudah mengetahui
perbedaan antara yang jujur dan yang berdusta di dalam setiap perkataan, akan
mengetahui antara yang benar dan yang batil dalam beri‟tikad dan berbuat.
Sehingga setiap perbuatan akan bernilai pahala yang besar, sekali pun amal
atau perbuatan itu sedikit. Selanjutnya, menjelaskan hal tersebut dapat diraih
hanya dengan ilmu, dan jika kekuatan ilmu itu baik, maka akan mebuahkan
hikmah, dan hikmah menurutnya adalah puncak dari akhlak yang baik,
Adapun kekuatan sikap tegas menurut Al-Ghazali terletak pada sikap mampu
mengekang dan melepaskannya, menurut batas yang dibutuhkan oleh
kebijaksanaan. Demikian pula dengan pengendalian nafsu syahwat Sedangkan
dalam unsur kekuatan keadilan (keseimbangan), maka itu merupakan batasan
nafsu syahwat dan sikap marah yang berada di bawah isyarat akal dan perintah
syari‟at.

2.4 Objek Dan Ruang Lingkup Kajian Ilmu Akhlak


Objek kajian ilmu akhlak menurut Ahmad Amin adalah membahas
perbuatan manusia yang selanjutnya perbuatan tersebut ditentukan baik atau
buruk.[11]11 Menurut Al Ghazali kawasan pembahasan ilmu akhlak adalah
seluruh aspek kehidupan manusia, baik sebagai individu (perseorangan)

11
[11] H. Abudin Nata. Akhlak Tasawuf ... hlm. 9

8
maupun kelompok. Dalam masyarakat barat, akhlak sering diidentikkan
sebagai etika, walaupun pengidentikkan ini tidak sepenuhnya tepat. Mereka
yang mengidentikkan etika dengan akhlak mengatakan bahwa etika adalah
penyelidikan tentang tingkah laku dan sifat manusia[12]12. Namun perlu
dijelaskan, yang dijadikan objek kajian ilmu akhlak disini adalah perbuatan
yang memiliki ciri-ciri dimana perbuatan yang dilakukan atas kehendak dan
kemauan, sebenarnya mendarah daging dan telah dilakukan secara berangsung-
angsur dan terus menerus sehingga menjadi tradisi dalam kehidupan. Perbuatan
atau tingkah laku yang tidak memiliki ciri-ciri tersebut, tidak dapat dikatakan
sebagai perbuatan yang dijadikan objek kajian ilmu akhlak.[13]13
Pengertian tentang ruang lingkup pembahasan ilmu akhlak yaitu suatu ilmu
yang membahas tentang segala sesuatu perbuatan yang terpuji atau perbuatan
yang baik misalnya menghormati orang yang lebih tua dari dirinya dan
menyayangi yang lebih muda dari dirinya, dan masih banyak.
Dari beberapa pendapat diatas dapat kita simpulkan bahwa yang termasuk
ruang lingkup pembahasan ilmu akhlak adalah segala tingkah laku manusia
yang tidak ada rekayasa dalam melakukannya, dan dilakukan atas kemauan
sendiri, tidak ada unsur paksaan dalam melakukannya. Sedangkan perbuatan
yang alami juga tidak dapat dimasukkan kedalam ruang lingkup pembahasan
ilmu akhlak karena hal itu merupakan sudah sewajarnya dilakukan oleh setiap
manusia. Contohnya adalah ketika seseorang merasa lapar, maka ia akan
makan. Hal seperti ini memang sudah sewajarnya dilakukan oleh setiap
manusia oleh karena itu hal ini disebut sebagai perbuatan yang alami, dan tidak
dapat digolongkan sebagai ruang lingkup pembahasan ilmu akhlak

2.5 Macam – Macam Akhlak


Akhlak dapat dibagi berdasarkan sifatnya dan berdasarkan objeknya.
Berdasarkan sifatnya, akhlak tebagi menjadi dua bagian yaitu akhlak
mahmudah (akhlak terpuji) dan akhlak mazmumah(akhlak tercela).

12 [12] H. Abudin Nata. Akhlak Tasawuf ... hlm. 10


13
[13] H. Abudin Nata. Akhlak Tasawuf ... hlm. 10

9
Berdasarkan objeknya, akhlak dapat dibedakan menjadi dua, yaitu akhlak
terhadap Khaliq (Allah) dan Akhlak terhadap makhluk. Akhlak terhadap
makhluk terbagi menjadi beberapa bagian yaitu akhlak terhadap Rasulullah,
akhlak terhadap keluarga, akhlak terhadap diri sendiri, akhlak terhadap orang
lain atau masyarakat dan akhlak terhadap lingkungan.[1]14
Merupakan salah satu tanda kesempurnaan iman. Tanda tersebut
dimanifestasikan dalam kehidupan sehari-hari dalam bentuk perbuatan-
perbuatan yang sesuai ajaran-ajaran yang tekandung dalam al Qur'an dan
Hadist. Akhlak mahmudah dapat dibagi dalam beberapa bagian di antaranya:
[2]15
1. Akhlak Mahmudah (akhlak terpuji)
Akhlak terhadap Allah Swt. Akhlak kepada Allah Swt. yaitu
sikap/perbuatan yang seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai makhluk
kepada Tuhan yang Khaliq[3]16. Dalam hal ini, setidaknya ada empat alasan
mengapa manusia perlu berakhlak kepada Allah:
a. Karena Allah telah menciptakan manusia dari air yang ditumpahkan
keluar di antara tulang punggung dan tulang rusuk. (Q.S. al-Thariq: 5-
7). Dalam ayat lain, Allah menyatakan bahwa manusia diciptakan dari
tanah kemudian diproses menjadi benih yang disimpan dalam tempat
yang kokoh (rahim) setelah ia menjadi segumpal darah, daging,
dijadikan tulang dan dibalut dengan daging, dan selanjutnya diberikan
ruh. (Q.S. al-Mu’minun: 12-13)
b. Karena Allah telah memberikan anggota badan yang kokoh dan
sempurna pada manusia beserta perlengkapan panca indera, berupa
pendengaran, penglihatan, akal, pikiran, hati sanubari.
c. Karena Allah telah menyediakan berbagai bahan dan sarana yang
diperlukan bagi kelangsungan hidup manusia, seperti bahan makanan

14
Muhammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam (Jakarta: Raja Wali Pers, 2011), 365-357.
15
Ibid., 215.
16
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia (Jakarta: Rajawali Pers: 2013), 127.

10
yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, air, udara, binatang dan ternak dan
lain sebagainya. (Q.S. al-Jathiyah 12-13)
d. Karena Allah memuliakan manusia dengan diberikannya kemampuan
untuk menguasai daratan dan lautan. (Q.S. al-Isra’: 70) [4]17

Di antara beberapa akhlak terhadap Allah adalah:

 Al-Hubb yaitu mencintai Allah melebihi cinta kepada apa dan siapapun
juga dengan mempergunakan firman-Nya dalam Al Qur'an sebagai
pedoman hidup. Kecintaan kepada Allah diwujudkan dengan cara
melakasanakan segala perintah dan menjauhi segala larangan-Nya.
 Al-Raja’ yaitu mengharapkan dan berusaha untuk memperoleh
keridhaan Allah.
 Qona’ah yaitu menerima dengan ikhlas semua qada dan qadar Allah
setelah berihtiyar secara maksimal (sebanyak-banyaknya hingga batas
tertinggi).
 Taubat, bertaubat hanya kepada Allah. Taubat yang paling tinggi adalah
taubat nasu'ah, yaitu benar-benar taubat, tidak lagi melakukan
perbuatan yang sama yang dilarang Allah, dan tertib melaksanakan
semua perintahNya dan menjauhi laranganNya. [5]18
 Tawakal yaitu membebaskan hati dari segala ketergantungan kepada
selain Allah dan menyerahkan segala keputusan seutuhnya kepadaNya.
Seorang muslim hanya boleh bertawakal kepada Allah semata.
 Ikhlas adalah berbuat tanpa pamrih, hanya semata-mata mengharap
ridha Allah. Menurut pendapat Yuhanar Ilyas persoalan ikhlas itu
ditentukan oleh tiga faktor yaitu niat yang ikhlas, beramal dengan
sebaik-baiknya, dan pemanfaatan hasil usaha yang tepat.

17
Ilyas, Kuliah Akhlak, 44.
18
Ibid.

11
 Taqwa adalah seseorang memelihara dirinya dari segala sesuatu yang
mengundang kemarahan Tuhannya dan dari segala sesuatu yang
mendatangkan kejelekan, baik bagi dirinya maupun orang lain. [6]19
 Zikr Allah (mengingat Allah). Mengingat Allah merupakan asal dari
setiap ibadah kepada Allah Swt. karena merupakan pertanda hubungan
antara hamba dan pencipta pada setiap saat.
 Al-Shukr. Syukur merupakan sikap di mana seseorang menggunakan
nikmat yang diberikan Allah swt. untuk melakukan maksiat
kepadaNya. [7]20
2. Akhlak sesama manusia
a. Akhlak terhadap Rasulullah Saw. di antaranya yaitu:
a) Mencintai dan memuliakan Rasulullah Saw.
b) Mengikuti dan mentaati Rasulullah Saw. ini merupakan salah satu
bukti kecintaan seorang hamba kepada Allah.
c) Menjadikan Rasulullah sebagai idola, suri tauladan dalam
kehidupan, dan lain sebagainya.[8]21
b. Akhlak terhadap orang tua
Seorang muslim berkeyakinan terhadap hak dan kewajiban
menghormati, mentaati dan berbuat baik terhadap kedua orang tua.
Bukan hanya karena keduanya merupakan faktor penyebab
keberadaannya atau keduanya lebih dahulu berbuat kebajikan
kepadanya sehingga dia wajib membalas budi yang setara dengan
mereka. Allah telah mewajibkan untuk mentaati dan berbuat kebajikan
kepada keduanya. [9]22
c. Akhlak terhadap keluarga
Akhlak orang tua di atas sangat erat kaitannya dengan akhlak atau
lingkunagn keluarga. Akhlak di lingkungan keluarga menciptakan dan

19
Rosihon, Akhlak Tasawuf 92.
20
Ibid., 23.
21
Muhammad Azmi, Pembinaan Akhlak Anak, 65.
22
Ilyas, Kuliah Akhlak, 65.

12
mengembangkan rasa kasih sayang antara anggota keluarga yang
diungkapkan dalam bentuk komunikasi, baik komunikasi dalam bentuk
perhatian melalui kata-kata, isyarat-isyarat maupun perilaku. [10]23
d. Akhlak terhadap tetangga dan masyarakat
Akhlak terhadap tetangga diwujudkan dalam bentuk saling
mengunjungi, membantu di waktu senang terlebih di waktu susah,
saling beri-memberi, saling hormat menghormati, saling menghindari
pertengkaran dan permusuhan.
e. Adapun akhlak dalam masyarakat dapat diwujudkan dalam bentuk
memuliakan tamu, mengormati nilai dan norma yang ada di
masyarakat, saling menolong dalam melakukan kebajikan dan taqwa,
menganjurkan anggota masyarakat dan diri sendiri berbuat baik dan
mencegah perbuatan keji dan munkar. Memberi makan fakir miskin dan
berusaha melapangkan hidupnya untuk bermusyawarah dalam segala
urusan mengenai kepentingan bersama, mentaati putusan yang diambil
dan menepati janji. [11]24
f. Akhlak menjaga kehormatan diri
Setiap manusia memiliki tiga potensi rohani, akal dan ruh.
Ketiga potensi tersebut bila dikembangkan dapat membentuk akhlak
yang baik dan dapat membentuk akhlak yang tercela.
Adapun termasuk akhlak seseorang terhadap dirinya sendiri mencakup:
 Sabar berarti tabah hati atau pengendalian hawa nafsu dan
penerimaan terhadap apa yang menimpanya dengan sikap baik dan
positif. Sabar juga berarti konsekuen dan konsisiten dalam
melaksanakan segala perintah Allah Swt.
 Amanah adalah suatu sikap dan sifat pribadi yang setia, tulus hati,
dan jujur dalam melaksanakan sesuatu yang dipercayakan
kepadanya, berupa harta benda, rahasia maupun tugas kewajiban.

23
Ali Anwar Yusuf, Studi Agama Islam (Bandung: Pustaka Setia, 2003), 187.
24
Azmi, Pembinaan Anak Usia Pra Sekolah, 66-67.

13
 Al-Sidq. berarti benar, jujur. Benar dan jujur dalam hal ini adalah
baik di dalam perkataan maupun perbuatan.
 Menepati janji. Janji merupakan hutang yang harus dibayar. Janji
yang kita ucapkan mengandung tanggung jawab. Janji yang tidak
dipenuhi akan mengandung suatu akibat di kemudian hari.
 Memelihara kesucian diri. Yang dimaksud dengan menjaga
kesucian diri adalah menjaga dari segala fitnah, tuduhan,
memelihara,kehormatan[12]25.
3. Akhlak Mazmumah
Merupakan tingkah laku tercela yang dapat merusak keimanan seseorang
dan menjatuhkan martabatnya sebagai manusia. Bentuk-bentuk akhlak
mazmumah ini bisa berkaitan dengan Allah, Rasulullah, diri sendiri,
keluarga, masyarakat dan alam sekitar (lingkungan). Diantaranya:
1. Syirik ialah menjadikan sekutu bagi Allah dalam melakukan suatu
perbuatan yang seharusnya perbuatan itu hanya ditunjukkan kepada
Allah, seperti menjadikan tuhan-tuhan lain bersama Allah,
menyembahnya, mentaatinya, meminta pertolongan kepadanya, atau
melakukan perbuatan lain yang sangat berbahaya. Oleh karena itu tidak
akan diterima amal kebaikan manusia, hingga amal perbuatannya
menjadi sia-sia. Karena syarat utama diterimanya amal adalah ikhlas
karena Allah SWT.
2. Kufur secara bahasa berarti menutupi. Menurut shara‟ kufur adalah
tidak beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, baik dengan mendustakan
atau tidak mendustakannya.
3. Nifaq dan fasiq adalah menampakkan Islam dan kebaikan, tetapi
menyembunyikan kekufuran dan kejahatan. Dengan kata lain,
menampakkan Sesuatu yang bertentangan dengan apa yang terkandung
dalam hati.
4. Al-Ujb dan Takabur yakni merasa atau mengaku dirinya besar, tinggi
atau mulia melebihi orang lai, pendek kata merasa dirinya serba hidup.
5. Dengki adalah perasaan yang timbul dalam diri seseorang setelah
memandang sesuatu yang tidak dimiliki olehnya, tetapi dimiliki orang
lain, kemudian dia menyebarkan berita bahwa yang dimiliki orang
tersebut diperoleh dengan tidak sewajarnya.
6. Mengumpat dan mengadu domba adalah membicarakan aib orang lain,
sedangkan orang itu tidak suka apabila aibnya dibicarakan. Adapun
mengadu domba adalah memindahkan ucapan dari seseorang atau

25
Ibid., 225-230.

14
orang lain kepada yang lainnya dengan maksud merusak hubungan
mereka.
7. Riya’ adalah memperlihatkan kepada orang lain. Maksudnya beramal
bukan karena Allah tetapi karena manusia, ia beramal karena
mengharapkan pujian dari orang lain. Oleh sebab itu orang yang riya’
hanya mau beramal apabila ada orang lain yang melihatnya[13]26.

26
Anwar, Aqidah Akhlak, 247-268.

15
BAB III

3.1 KESIMPULAN
Akhlak, etika, maupun moral merupakan suatu perilku, tingkah laku, adab,
adat istiadat baik yang tertanam pada diri manusia itu sendiri. Banyak kesamaan
pada ketiganya namun ada juga perbedaannya. Akhlak, etika, dan moral
memiliki kesamaan yaitu salah satunya adalah prinsip atau aturan hidup
manusia untuk mengukur martabat dan harkat kemanusiaannya. Tetapi ada juga
perbedaan di ketiganya salah satunya adalah memiliki perbedaan tolak ukur jika
akhlak tolak ukurnya Al Quran dan As sunnah, etika tolak ukurnya pikiran atau
akal, dan moral tolak ukurnya norma dalam masyarakat.
Yang menjadi sumber ajaran akhlak adalah menjadi ukuran baik dan buruk
atau mulia dan tercela, sebagai keseluruhan ajaran islam. ruang lingkup
pembahasan ilmu akhlak yaitu suatu ilmu yang membahas tentang segala
sesuatu perbuatan yang terpuji atau perbuatan yang baik misalnya menghormati
orang yang lebih tua dari dirinya dan menyayangi yang lebih muda dari dirinya,
dan masih banyak.
Akhlak tebagi menjadi dua bagian yaitu akhlak mahmudah (akhlak terpuji)
dan akhlak mazmumah(akhlak tercela). Berdasarkan objeknya, akhlak dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu akhlak terhadap Khaliq (Allah) dan Akhlak
terhadap makhluk. Sedangkan Akhlak terhadap makhluk terbagi menjadi
beberapa bagian yaitu akhlak terhadap Rasulullah, akhlak terhadap keluarga,
akhlak terhadap diri sendiri, akhlak terhadap orang lain atau masyarakat dan
akhlak terhadap lingkungan.

16
DAFTAR PUSTAKA
Hasan, 2002

Miskawaih Ibn, Tahzib al-Akhlaq wa Tathhir al-A‟raq, Mesir:al-Mathba‟ah


alMishriyah, 1934, cet 1.

Kamus Besar Bahasa Indonesia s.v “Etika”

Kohlber dalam Sjarkawi, 2006.

Jonathan Sarwono. 2006.

Mz, Syamsul Rizal.2018. “Akhlak Islami Perspektif Ulama Salaf” dalam


Edukasi Islam : Jurnal Pendidikan Islam Vol.07 (hlm.72 – 73). Bogor :
Institut Ummul Quro Al Islami Bogor.

Nurdin, Ali. 2014. “Pendidikan Agama Islam”. Tanggerang Selatan :


Universitas Terbuka.

Nata, H. Abudin. Akhlak Tasawuf

Anwar, Aqidah Akhlak

Azmi, Pembinaan Anak Usia Pra Sekolah, 66-67.[10] Ali Anwar Yusuf,
Studi Agama Islam (Bandung: Pustaka Setia, 2003).

Ilyas, Kuliah Akhlak

Muhammad Azmi, Pembinaan Akhlak Anak

Ibid.

Rosihon, Akhlak Tasawuf .

Ibid.

Ilyas, Kuliah Akhlak.

Nata, Abuddin, Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia (Jakarta: Rajawali


Pers: 2013)

17
Ibid.,

Ali, Muhammad Daud, Pendidikan Agama Islam Jakarta: Raja Wali


Pers.2011)

18

Anda mungkin juga menyukai