Anda di halaman 1dari 12

REVIEW

MATA KULIAH IBADAH DAN AKHLAK

“Ruang Lingkup Etika dan Hubungannya Dengan Ilmu Lain”

Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ibadah dan Akhlak


Dosen Pengampu: Dra. Marissa, MA

Disusun Oleh:
Teddy Hardiansyah
NPM. 71200517003
Program Studi Pendidikan Kimia

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA
MEDAN
2021
1. Ruang Lingkup Pembahasan Akhlak
Yang menjadi lapangan pembahasan akhlaq sebagai mana dikatakan oleh Hamzah
Ya'qub adalah sebagai berikut:
1. Menyelidiki sejarah akhlaq dan perbagai teori (aliran) lama dan baru tentang tingkah
laku manusia.
2. Membahas tentang cara-cara menilai baik dan buruknya suatu pekerjaan.
3. Menyelidiki faktor-faktor penting yang mencetak mempengaruhi dan mendorong
lahirnya tingkah laku manusia.
4. Menerangkan mana akhlaq yang baik dan mana akhlaq yang buruk menurut ajaran
Islam yang bersumber pada al-Qur'an dan al-Hadits.
5. Mengajarkan cara-cara yang perlu ditempuh juga rneningkatkan budi pekerti ke
jenjang kemuliaan.
6. Menegaskan arti dan tujuan hidup yang sebenamya, sehingga dapat rnerangsang
manusia secara aktif mengerjakan kebaikan dan menjauhi segala kelakuan yang buruk
dan tercela.
Dengan demikian ruang lingkup pembahasan akhlak sangatlah luas, namun untuk
memhami ruang lingkup akhlak tersebut terbagi dalam beberapa bagian, yaitu:
1) Akhlak terhadap Kholik. Allah SAW menciptakan manusia bukan untuk meramaikan dan
menghiasi dunia saja, lebih dari itu Allah menciptakan manusia sebagai makhluk dan
hambanya. Allah SWT adalah Al-Khaliq (Maha pencipta) dan manusia adalah makhluk
(yang diciptakan). Manusia wajib tunduk kepada peraturan Allah. Hal ini menunjukkan
kepada sifat manusia sebagai hamba. Kewajiban manusia terhadap Allah SWT
diantaranya dengan ibadah shalat, dzikir, dan do’a.Kewajiban keluarga kita terhadap
Allah, adalah dengan mendidik mereka, anak dan isteri agar dapat mengenal Allah dan
mampu berkomunikasi dan berdialog dengan Allah. Kewajiban harta kita dengan Allah
yaitu harta yang kita peroleh adalah harta yang halal dan mampu menunjang ibadah kita
kepada Allah serta membelanjakan harta itu dijalan Allah.
2) Akhlak terhadap Makhluk Prinsip hidup dalam Islam termasuk kewajiban memperhatikan
kehidupan antara sesama orang-orang beriman. Kedudukan seorang muslim dengan
muslim lainnya adalah ibarat satu jasad, dimana satu anggota badan dengan anggota
badan lainnya mempunyai hubungan yang erat. Hak orang Islam atas muslim lainnya ada
6 (enam) perkara:
1. Apabila berjumpa maka ucapkanlah salam;
2. Apabila ia mengundangmu maka penuhilah undangan itu;
3. Apabila meminta nasihat maka berilah nasihat;
4. Apabila ia bersin lalu memuji Allah maka doakanlah;
5. Apabila ia sakit maka tengoklah;
6. Apabila ia meninggal dunia maka iringilah jenazahnya.
Akhlak terhadap makhluk terbagi menjadi beberapa bagian: (1) Akhlak terhadap diri
sendiri. Manusia yang bertanggung jawab ialah pribadi yang mampu bertanggung jawab
terhadap diri sendiri, bertanggung jawab atas tugas dan kewajiban yang dipikul di atas
pundaknya, kewajibannya-kewajibannya: tanggungjawab terhadap kesehatannya, pakaiannya,
minuman & makanannya dan bahkan apapun yang menjadi miliknya; (2) Akhlak terhadap
ibu dan bapak. Seorang muslim wajib memberi penghormatan terhadap ayah dan ibunya.
Memelihara mereka di hari tuanya, mencintai mereka dengan kasih sayang yang tulus serta
mendo’akan setelah mereka tiada; (3) bersikap terhadap alam, binatang, tumbuh-tumbuhan,
kepada yang ghaib, dan semesta alam; (4) Berakhlak terhadap sesama yang beragama Islam,
dan antara orang Islam dengan non-Islam; dan (5) Bergaul dengan orang yang lebih tua
umurnya, dengan orang yang selevel (sepadan umur, kedudukan, dan tingkatannya), dan
dengan orang yang lebih rendah umurnya.
Pada intinya ruang lingkup kajian Ilmu Akhlak menyangkut perbuatan-perbuatan
manusia menurut ukuran baik dan buruk, objeknya adalah norma atau penilaian terhadap
perbuatan tersebut. kemudian perbuatan tersebut baik perbuatan individu maupun kolektif.
Pada pokoknya masalah yang dibahas dalam Ilmu Akhlak adalah perbuatan manusia.
Perbuatan tersebut selanjutnya ditentukan kriterianya apakah baik atau buruk. Adapun obyek
Ilmu Akhlak adalah membahas perbuatan manusia yang selanjutnya perbuatan tersebut
ditentukan oleh baik atau buruknya.
Selanjutnya Ahmad Amin menyebutkan bahwa inti persoalan akhlak adalah segala
perbuatan yang timbul dari orang yang melakukan dengan ikhtiar dan sengaja, dan ia
mengetahui waktu melakukannya dengan apa yang diperbuatnya. Inilah yang dapat kita beri
hukum ”baik dan buruk”, demikian juga segala perbuatan yang timbul tidak dengan
kehendak, tetapi dapat diikhtiarkan penjagaan sewaktu sadar. Untuk itu apa yang timbul
karena bukan kehendak dan tidak dapat dijaga sebelumnya, maka ia bukan dari pokok
persoalan akhlak.

2. HUBUNGAN ILMU AKHLAK DENGAN ILMU-ILMU LAINNYA

Perkembangan keilmuan dalam islam melaju dengan cepat dan pasti. Dalam hal ini
Nabi Muhammad sebagai tokoh penyebar agama islam, telah memberikan penegasan
tentang fungsi dan peran ilmu dalam islam.
Ilmu-ilmu agama islam muncul pada masa-masa awal Dinasti Abasiyah (137-766
H/750- 1258), tepatnya setelah kaum muslimin dapat menciptakan stabilitas keamanan
diseluruh wilayah islam. Kaum muslimin yang tingkat kehidupannya semakin baik,
tidak lagi berorientasi untuk memperluas wilayah, melainkan berupaya untuk
membangun suatu peradaban melalui pengembangan ilmu pengetahuan.
Ilmu pengetahuan yang berkembang saat itu, tidak hanya ilmu-ilmu agama islam.
Ilmu- ilmu keduniaan yang memang tidak bisa dipisahkan dari ilmu-ilmu agama juga
turut berkembang, sehingga pada masa ini muncul ahli-ahli ilmu bahasa arab, ahli ilmu
alam, dan para filsuf.
Ajaran akhlak dan moral biasanya mengacu pada ajaran yang disampaikan melalui
khutbah-khutbah, kumpulan peraturan dan ketetapan, tentang bagaimana manusia hidup
dan bertindak agar ia menjadi manusia yang baik. Akhlak sebagai ilmu pengetahuan
yang berdiri sendiri, dalam menjalankan fungsinya memiliki keterkaitan dengan ilmu-
ilmu lain. Berikut akan dijelaskan hubungan antara ilmu akhlak dengan ilmu-ilmu
lainnya.
1) Hubungan Antara Ilmu Akhlak dengan Ilmu Jiwa (Psikologi)
Ilmu jiwa menyelidiki dan membicarakan kekuatan perasaan, paham,
mengenal ingatan, kehendak dan kemerdekaannya, khayal, rasa kasih, kelezatan dan
rasa sakit, sedang pelajaran akhlak sangat menginginkan apa yang dibicarakan oleh
ilmu, bahkan ilmu jiwa adalah pendahuluan yang tertentu bagi akhlak. Pada masa
akhir-akhir ini terdapat dalam ilmu jiwa suatu cabang yang disebut ilmu jiwa
masyarakat. Ilmu ini menyelidiki akal manusia dari jurusan masyarakat. Yakni
menyelidiki soal bahasa dan bagaimana bekasnya terhadap akal, adat kebiasaan suatu
bangsa yang mundur dan bagaimana perkembangan susunan masyarakat. Dan
bagaimana cabang ini memberi bekas yang langsung pada etika, melebihi dari ilmu
jiwa perseorangan. Menurut para sufi, akhlak seseorang bergantung pada jenis jiwa
yang berkuasa dalam dirinya
Ilmu Jiwa membahas tentang gejala-gejala kejiwaan yang tampak dalam
tingkah laku. Melalui ilmu jiwa dapat diketahui psikologis yang dimiliki seseorang.
Jiwa yang bersih dari dosa dan maksiat serta dekat dengan Tuhan, misalnya akan
melahirkan perbuatan sikap yang senang pula, sebaliknya jiwa yang kotor, banyak
berbuat kesalahan dan jauh dari Tuhan akan melahirkan perbuatan yang jahat, sesat
dan menyesatkan orang lain.
Dengan demikian ilmu jiwa mengarahkan pembahasannya pada aspek batin
manusia dengan cara penginterpretasikan perilakunya yang tampak. Melalui bantuan
informasi yang diberikan ilmu jiwa, atau potensi kejiwaan yang diberikan al-Qur’an,
maka secara teoritis ilmu Akhlak dapat dibangun dengan kokoh. Hal ini lebih lanjut
dapat kita jumpai dalam uraian mengenai akhlak yang diberikan Quraish Shihab,
dalam buku terbarunnya, Wawasan al-Qur’an. Ia mengatakan bahwa: “Kita dapat
berkata bahwa secara nyata terlihat dan sekaligus kita akui bahwa terdapat manusia
yang berkelakuan baik, dan juga sebaliknya.
Jadi dapat disimpulkan bahwa ilmu jiwa dan ilmu akhlak bertemu karena pada
dasarnya sasaran keduanya adalah manusia. Ilmu akhlak melihat dari apa yang
sepatutnya dikerjakan manusia, sedangkan ilmu jiwa (psikologi) melihat tentang apa
yang menyebabkan terjadinya suatu perilaku.

2) Hubungan Antara Ilmu Akhlak dengan Ilmu Tauhid


Ilmu tauhid adalah ilmu usuluddin , ilmu pokok-pokok agama, yakni
menyangkut aqidah dan keimanan, sedangkan akhlaq yang baik menurut pandangan
Islam, harus berpijak pada keimanan. Iman tidak cukup sekedar disimpan dalam hati,
melainkan harus dilahirkan dalam perbuatan yang nyata dan dalam bentuk amal saleh
atau tingkah laku yang baik.
Ilmu Tauhid merupakan ilmu yang mambahas tentang bagaimana cara
mengesakan Tuhan. Hubungan Ilmu Akhlak dengan Ilmu Tauhid ini sekurang-
kurangnya dapat dilihat melalui empat analisa sebagai berikut:
1. Dilihat dari segi objek pembahasannya, Ilmu Tauhid sebagaimana diuraikan di
atas membahas masalah Tuhan baik dari segi dzat, sifat dan perbuatan-Nya.
Dengan demikian ilmu tauhid akan mengarah kan perbuatan manusia menjadi
ikhlas, dan keikhlasan ini merupakan salah satu akhlak yang mulia. Allah Swt
berfirman dalam QS. alBayyinah, 98: 5, yang berbunyi:
Artinya:”Padahal mereka tidak disuruh supaya menyembah Allah dengan
rnemurnikan ketaatan kepada -Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus,
dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian
Itulah agama yang lurus.”( QS. Al-Bayyinah, 98: 5)
2. Dilihat dari segi fungsinya, Ilmu Tauhid menghendaki agar seseorang yang
bertauhid tidak hanya cukup dengan menghafal rukun iman dengan dalil-dalilnya,
tetapi yang terpenting adalah agar orang yang bertauhid meneladani terhadap
subyek yang ada dalam rukun iman. Misalnya jika seseorang beriman kepada
malaikat, maka yang dimaksudkan antara lain adalah agar manusia meniru sifat-
sifat yang terdapat pada malaikat, seperti sifat jujur, amanah, tidak pernah durhaka
dan patuh rnelaksanakan segala yang diperintahkan Tuhan, percaya kepada
malailcat juga dimaksudkan agar manusia merasa diperhatikan dan diawasi oleh
para malaikat, sehingga ia tidak berani mclanggar larangan Tuhan. Dengan
demikian, maka percaya kepada malaikat akan membawa kepada perbaikan
akhlak yang mulia. Allah berfinnan dalam Q.S. al-Tahrim ayat 6, yang berbunyi:

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan


keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu;
penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada
Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan
apa yang diperintahkan.” (Q.S. At-Tahrim, 66: 6)
3. Dilihat dari erat kaitannya antara iman dan amal shalih. Dapat diuraikan kalau
suatu keimanan dalam Ilmu Tauhid sangat erat dengan perbuatan baik dalam Ilmu
Akhlak. Dimana Ilmu Tauhid sebagai landasannya, sedangkan Ilmu Akhlak
memberikan penjabaran dan pengalaman dari Ilmu Tauhid. Tauhid tanpa akhlak
mulia tidak akan ada artinya, dan sebaliknya pula akhlak mulia tanpa tauhid tidak
akan kokoh. Hubungan antara tauhid dan akhlaq tercermin dalam hadits
Rasulullah saw. yang diriwayatkan dari Abu Hurairah, yang artinya: “Orang
mu’min yang sempurna imannya ialah yang terbaik budi pekertinya.” (H.R
Tirmidzi) Jelaslah bahwa akhlaqul karimah adalah mata rantai iman. Sebagai
contoh, malu (berbuat kejahatan) adalah salah satu dari pada akhlaqul mahmudah.
Nabi dalam salah satu haditsnya menegaskan bahwa “malu itu adalah cabang dari
pada iman.”

3) Hubungan Antara Ilmu Akhlak dengan Ilmu Tasawuf


Sebagaimana diketahui bahwa dalam tasawuf masalah ibadah amat menonjol,
karena bertasawuf itu pada hakikatnya melakukan serangkaian ibadah seperti shalat,
puasa, haji, zikir, dan lain sebagainya, yang semuanya itu dilakukan dalam rangka
mendekatkatkan diri kepada Allah, ibadah yang dilakukan dalam rangka bertasawuf
itu ternyata erat hubungannya dengan akhlak.

Jadi ilmu tasawuf adalah ilmu yang membahas tentang cara-cara seseorang
mendekatkan dirinya kepada Allah. Definisi lain tentang tasawuf adalah mengambil
jalan hidup secara zuhud (al-zuhd), yakni menjauhkan diri dari gemerlapnya dunia
dengan segala bentuknya, disertai dengan pelaksanaan berbagai bentuk ibadah kepada
Allah.

Dalam hubungan ini Harun Nasution lebih lanjut mengatakan, bahwa ibadah
dalam islam erat sekali hubungannya dengan pendidikan akhlak. Ibadah dalam Al-
qur’an dikaitkan dengan takwa, dan takwa berarti melaksanakan perintah Tuhan dan
menjauhi larangan-Nya, yaitu orang yang berbuat baik dan jauh dari yang tidak baik.
Inilah yang dimaksud dengan ajaran amar ma’ruf nahimunkar, mengajakan orang
pada kebaikan dan mencegah orang dari hal-hal yang tidak baik. Tegasnya orang yang
bertakwa adalah orang yang berakhlak mulia. Harun Nasution lebih lanjut
mengatakan, kaum sufilah, terutama yang pelaksanaan ibadahnya membawa kepada
pembinaan akhlak mulia dalam diri mereka.

4) Hubungan Antara Ilmu Akhlak dengan Ilmu Hukum


Pokok pembicaraan dua ilmu ini ialah perbuatan manusia, dan tujuan
keduanya hampir sama, yaitu mengatur perbuatan manusia untuk kebahagiaan
mereka. Akan tetapi lingkungan Ilmu Akhlak lebih luas. Akhlak memerintahkan
berbuat apa yang berguna dan melarang berbuat segala apa yang mudlarat, dengan
ilmu hukum tidak demikian, karena banyak perbuatan yang terang berguna tidak
diperintahkan oleh ilmu hukum, seperti berbuat baik kepada fakir miskin dan
perlakuan baik antara suami istri. Demikian juga beberapa perbuatan yang
mendatangkan kemudlaratan tidak dicegah oleh imu hukum, umpamanya dusta dan
dengki. Ilmu hukum tidak menyampuri urusan ini, karena ilmu hukum tidak perintah
dan tidak melarang, kecuali apabila dapat menjatuhi hukuman kepada oran yang
menyalahi perintah dan larangannya.
Perbedaa lainnya ialah bahwa ilmu hukum melihat segala perbuatan dari
jurusan buah dan akibatnya yang lahir, sedangkan akhlak menyelami gerak jiwa
manusia yang batin (walaupun tidak menimbulkan perbuatan lahir) dan juga
menyelidiki perbuatan yanglahir.
Lebih jelas kita katakan bahwa : Ilmu hukum itu dapat berkata : “jangan
mencuri jangan membunuh” , tetapi tidak tidak dapat berkata sesuatu tentang
kelanjutannya, sedang etika bersamaan dengan ilmu hukum didalam mencegah
pencurian dan pembunuhan, dapat menambah dengan katanya : “jangan berfikir
dalam keburukam”. Jangan mengkhayalkan yang tidak berguna. Ilmu hukum dapat
menjaga hak milik manusia, dan mencegah orang yang akan melanggarnya, akan
tetapi tidak dapat memerintah kepada sipemilik agar mempergunakan miliknya untuk
kebaikan adapun yang dapat memerintahkan ialah Akhlak.

5) Hubungan Antara Ilmu Akhlak dengan Ilmu Filsafat


Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berusaha menyelidiki segala
sesuatu yang ada dan yang mungkin ada dengan menggunakan pikiran. Filsafat
melakukan penyelidikan segala sesuatu yang ada secara mendalam dengan
menggunakan akal sampai pada hakikatnya. Filsafat bukan mempersoalkan gejala-
gejala atau fenomena, tetapi yang dicari adalah hakikat dari fenomena. Bagian-
bagiannya meliputi:
a. Metafisika: penyelidikan di balik alam yang nyata
b. Kosmologia: penyelidikan tentang alam(filsafat alam)
c. Logika: pembahasan tentang cara berfikir cepat dan tepat
d. Etika: pembahasan tentang tingkah laku manusia
e. Theodicea: ketuhanan tentang ketuhanan
f. Antropologia: pembahasan tentang manusia

Dengan demikian, jelaslah bahwa etika termasuk salah satu komponen dalam
filsafat. Banyak ilmu-ilmu yang pada mulanya merupakan bagian filsafat karena ilmu
tersebut kian meluas dan berkembang dan akhir membentuk rumah tangganya sediri
dan terlepas dari filsafat. Demikian juga dalam etika dalam proses perkembangannya,
sekalipun masih diakui sebagai bagian dalam pembahasan filsafat, kini telah
merupakan ilmu yang mempunyai identitas sendiri.

Etika dianggap sebagai bagian dari filsafat atau pemikiran kritis dan mendasar
tentang ajaran dan pandangan moral. Di dalamnya etika mau mengerti mengapa kita
harus mengikuti ajaran moral tertentu, atau bagaimana kita dapat mengambil sikap
yang bertanggung jawab berhadapan dengan berbagai ajaran moral. Melalui filsafat
ini, etika berusaha untuk mengerti mengapa, atau dasar apa kita harus hidup menurut
norma-norma tertentu.

6) Hubungan Antara Ilmu Akhlak dengan Ilmu Pendidikan


lmu pendidikan dalam berbagai literatur banyak berbicara mengenai berbagai
aspek yang ada hubungannya dengan tercapainya tujuan pendidikan. Ahmad
D.Marimba mengatakan bahwa tujuan pendidikan adalah identik dengan tujuan hidup
seorang muslim, yaitu menjadi hamba Allah yang mengandung implikasi kepercayaan
dan penyerahan diri kepada-Nya. Pendidikan dalam pelaksanaanya memerlukan
dukungan orang tua dirumah, guru di sekolah serta pimpinan tokoh masyarakat di
lingkungan. Semua lingkungan ini merupakan bagian integral dari pelaksanaan
pendidikan, yang berarti pula tempat dilaksanakannya pendidikan akhlak untuk
meciptakan akhlak yang baik bagi generasi bangsa
Ilmu pendidikan sering dijumpai dalam berbagai literatur dan banyak
berbicara mengenai berbagai aspek yang ada hubungannya dengan tercapainya tujuan
pendidikan. Tujuan pendidikan dalam pandangan Islam banyak berhubungan dengan
kualitas manusia yang berakhlak. Sementara itu, Muhammad Athiyah al-abrasyi
mengatakan bahwa pendidikan budi pekerti adalah jiwa dari pendidikan Islam, dan
Islam telah menyimpilkan bahwa pendidikan budi pekerti dan akhlak adalah tujuan
sebenarnya dari pendidikan.
Hakikat pendidikan adalah menyiapkan dan mendapingi seseorang agar
memperoleh kemajuan dalam menjalani kesempurnaan. Kebutuhan manusia terhadap
pendidikan beragama seiring dengan beragamnya kebutuhan manusia. Ia
membutuhkan pendidikan fisik untuk menjaga keseharan fisiknya, ia membutuhkan
pendidikan akal agar jalan pikirnya sehat, ia membutuhkan pendidikan sosial agar
membawanya mampu bersosialisasi, ia membutuhkan pendidikan agama untuk
membimbing rohnya menuju Allah, ia membutuhkan pula pendidikan akhlak agar
perilakunya seirama dengan akhlak yang baik. Pendidikan akhlak merupakan benang
perekat yang merajut semua jenis pendidikan di atas dengan kata lain, semua jenis
pendidikan di atas harus tunduk pada kaidah-kaidah akhlak.

7) Hubungan Ilmu Akhlak Dengan Sosiologi


Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari perbuatan manusia dalam
masyarakat, dimana hal ini juga merupakan objek kajian dalam ilmu akhlak.
Manusia tidak dapat hidup tanpa bermasyarakat. Ilmu akhlak memberikan gambaran
mengetahui bentuk masyarakat yang ideal, menyangkut perilaku, manusia yang baik
dan sesuai dengan ajaran agama dalam masyarakat. Sosiologi berkontribusi pada
ilmu akhlak, dalam merumuskan pengertian tingkah laku manusia dalam
kehidupannya.
Ilmu akhlak adalah bagian tidak terpisahkan dengan ilmu sosiologi mengingat
keduanya saling berhubungan. Dengan mempelajarai ilmu akhlak seseorang akan
mudah dalam bergaul di masyarakat karena pada dasarnya sosiologi adalah cara
hidup bermasyarakat, maka antara ilmu sosiologi saling membutuhkan dan
keberadaannya saling melengkapi. manusia adalah makhluk sosial, karena itu
dieprlukan sosiologi sebagai ilmu yang mempelajari masalah-masalah sosial
manusia. Adapun ilmu akhlak, mempelajari bagaimana seseorang bisa diterima
dengan baik dalam komunitasnya, melalui tingkah laku dan perbuatan yang baik.
8) Hubungan Ilmu Akhlak Dengan Akidah Dan Ibadah
Akidah merupakan barometer bagi setiap ucapan dan perbuatan dengan seala
bentuk interaksi manusia. berdasarkan keterangan al-qur’an dan sunnah, seseorang
yang beriman kepada Allah, merupakan bukti bahwa ia memiliki akhlak terpuji.
Iman adalah membenarkan rasul tentang apa yang beliau datangkan dari
tuhannya. Dapat disimpulkan bahwa iman bukan sekedar tashdiq (membenarkan)
dalam hati, tetapi diperlukan juga sikap menerima dan tunduk. Dengan kata lain,
setelah membenarkan dan mempercayai dalam hatinya, kemudian dilanjutkan
dengan realisasi penerimaan lisan, juga diamalkan dengan anggota badan.
Hubungan antara akhlak dan akidah dapat dilihat pada firman Allah Swt,
yang mengaitkan keimanan dengan akhlak mulia.yaki didalam Surah Al-Maidah
ayat 8, yang berbunyi:
Artinya:“hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang
selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan
janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk
berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada taqwa. Dan
bertaqwa lah kepada allah, sesungguhnya Allah maha mengetahui apa yang kamu
kerjakan. (QS. Al-Maidah (5): 8).

Adapun hubungan antara ilmu akhlak dengan ibadah, tercermin dari tujuan
akhir, yaitu keluhuran akhlak. Misalnya pada ibadah shalat. Shalat merupakan ibadah
terpenting dan yang paling pertama dihisab pada hari kiamat. Dalam hal ini, hikmah

disyariatkannya shalat, adalah menjauhkan dari perbuatan keji dan mungkar.3


Maka jelaslah bahwa ilmu akhlak memiliki keterkaitan yang sangat erat
dengan akidah dan ibadah. Iman (akidah) dan amal saleh (ibadah) tidak bisa
dipisahkan dengan perilaku manusia, dalam hal ini akhlak manusia. seseorang yang
akidahnya baik, dapat dipastikan akhlaknya baik pula.
Daftar Referensi:

Badruddin. (2015). AKHLAK TASAWUF. Serang: IAIB PRESS.


Lembaga Pengembangan Pendidikan Agama Islam (LEPPAI) UISU. (2016). Pendidikan
Agama Islam (Ibadah/Akhlak) Untuk Semeester III. Medan: CV. Manhaji.
Mas' ud, A. (2014). Akhlak Tasawuf: buku perkuliahan program S1 Prodi Pendidikan Agama
Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Sunan Ampel.
Munir, S. (2016). Ilmu Akhlak. Jakarta: Amzah.

Anda mungkin juga menyukai