Anda di halaman 1dari 16

Dosen Pengampu: Dian Nirwana Harahap, S.Pd., M.

Si

Pengolahan Dan
Pemanfaatan
Limbah
Teddy Hardiansyah
NPM. 71200517003
Peraturan di Indonesia tentang
Pengolahan Limbah
 Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun 2021 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup:
 Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor 6
Tahun 2021 Tentang Tata Cara Dan Persyaratan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya
dan Beracun
 Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor 70
Tahun 2016 Tentang Baku Mutu Emisis Usaha dan Kegiatan Pengoalahan sampah
Termal
 Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor 63
Tahun 2016 Tentang Persyaratan dan Tata Cara Penimbunan Limbah B3 di Fasilitas
Penimbunan Akhir
 Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor 59
Tahun 2016 Tentang Baku Mutu Lindi Bagi Usaha dan Kegiatan Tempet Pemrosesa
Akhir Sampah
Peraturan di Indonesia tentang
Pengolahan Limbah
 Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor 56
Tahun 2015 Tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis Pengelolaan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun Dari Fasilitas Layanan Kesehatan:
 Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor 55
Tahun 2015 Tentang Tentang Tata Cara Uji Karakteristik Limbah Bahan Berbahaya
dan Beracun
 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengolahan
Sampah
 Peraturan Pemerintan Republik Indonesia Nomor 101 Tahun 2014 Tentang Pengolahan
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
 Peraturan Pemerintan Republik Indonesia Nomor 81 Tahun 2012 Tentang Pengolahan
Sampah rumah tangga dan Samapah Sejenis Sampah rumah Tangga
 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup
Kementerian Yang Menanggani
Tentang Limbah

Dirjen Pengelolan Sampah,


Kementerian Lingkungan Limbah dan B3
Hidup dan kehutanan
menyelenggarakan perumusan dan
Perumusan, penetapan dan pelaksanaan kebijakan di serta pelaksanaan kebijakan,
bidang pengelolaan sampah, bahan berbahaya dan sinkronisasi kebijakan di bidang
beracun, dan limbah bahan berbahaya dan beracun sampah, bahan berbahaya beracun dan
sertaKoordinasi dan sinkronisasi pelaksanaan limbah bahan berbahaya beracun
kebijakan di bidang pengelolaan sampah, bahan
berbahaya dan beracun, dan limbah bahan berbahaya
dan beracun
Pengertian Limbah
 Menurut Mahida (1984) Limbah adalah sisa dari suatu usaha
maupun kegiatan yang mengandung bahan berbahaya atau beracun
yang karena sifat, konsentrasi, dan jumlahnya, baik yang secara
langsung maupun tidak langsung dapat membahayakan lingkungan,
kesehatan, kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup
lainnya:
 Menurut Widjajanti (2009) Limbah adalah buangan yang dihasilkan
dari suatu proses produksi baik industri maupun domestik (rumah
tangga), yang lebih dikenal sebagai sampah, yang kehadirannya
pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan
karena tidak memiliki nilai ekonomis. Bila ditinjau secara kimiawi,
limbah ini terdiri dari bahan kimia Senyawa organik dan Senyawa
anorganik.
Jenis-Jenis Limbah
Secara umum, limbah sendiri dapat digolongkan berdasarkan 3 faktor, yaitu dari sumbernya, kandungan
senyawa, dan wujudnya

Berdasarkan kandungan
Berdasarkan Sumbernya
Berdasarkan sumbernya, jenis-jenis limbah
Senyawa
dibedakan menjadi 2, yaitu limbah industri
dan limbah domestik Berdasarkan kandungan senyawanya, jenis-jenis
limbah dibedakan menjadi 3, yaitu limbah organik,
limbah anorganik dan limbah B3.
Berdasarkan Wujudnya
Berdasarkan wujudnya, jenis-jenis limbah
dibedakan menjadi 3, yaitu limbah padat, limbah
cair dan limbah gas
Contoh Pengolahan Limbah Di
Masyarakat
Salah satu contoh pengolahan limbah dimasyrakat ialah
dalam jurnal Ilmu Kesehatan Masyrakat yang diteliti oleh Pemilihan
Elvi Sunarsih Tahun 2014. Pada penelitian ia melakukan
pengolahan limbah rumah tangga sebagai upaya
Pewadahan
pencegahan pencemaran masyarakat, dalam penelitian
pengelolahan limbah dilakukan dengan rencana Pengumpulan
pengelolaan sampah yang baik. Adapun bentuk
pengelolaan yang dianjurkan untuk menangani masalah Pengangkutan
sampah adalah sebagai berikut:
Tempat Pembuangan
Sementara
Konsep 3R
Lanjutan
Contoh Pengolahan Limbah Di
Masyarakat Pemanfaatan Limbah Rumah
Pemanfaatan Limbah Industri Tangga Menjadi Pupuk Organik
Pengolahan Kayu Cair
Dalam Jurnal PASTI yang di teliti oleh Dalam Jurnal Wikrama Parahita: Jurnal
Sutarman (2016): Penelitian ini dilakukan Pengabdian Kepada Masyarakat yang di
di Kuta, Bali dimana limbah padat dari teliti oleh Naihadi, dkk (2020): Penelitian
pengolahan kayi seperti serbuk dan ini dilakukan di Kampung Jaha, Desa
potongan-potongan kecil dimanfaatakn Pageragung, Walantaka, Kota Serang,
dibuat menjadi papan komposit yang dimana limbah yang dimanfaatkan
merupakan bahan baku pembuatan pada merupakan limbah rumah tangga seperti
mebeul sebagai pengganti kayu sisa-sisa sayuran, kulit buah dan sisas sisa
hasil makanan.
Penelitian Terkini Tentang
Limbah
1. Pengolahan Limbah Cair Menggunakan Metode Kombinasi Koagulasi
Dan Advanced Oxidation Processes (AOPs).
Pengolahan limbah ini ada dalam Jurnal Pengoloahan dan Teknologi Lingkungan yang
diteliti oleh Suherman dan komala pada tahun 2022, Berdasarkan beberapa literatur yang
sudah dipaparkan, maka dapat disimpulkan bahwa proses koagulasi-flokulasi masih
belum efektif menyisihkan polutan pada air limbah dengan karakteristik dan konsentrasi
polutan yang tinggi, sehingga memerlukan pengolahan tingkat lanjut. Teknologi
Advanced Oxidation Processes (AOPs) dapat menjadi teknologi lanjutan dan
dikombinasikan dengan metode koagulasi-flokulasi, dalam penyisihan polutan dengan
efektivitas yang besar. Kelebihan dari metode kombinasi koagulasi-flokulasi dan AOPs
adalah efektivitas penyisihan polutan yang cukup tinggi pada air limbah, sedangkan
kelemahannya yaitu dalam beberapa kasus masih diperlukan pengolahan lanjutan berupa
filtrasi atau sedimentasi untuk air limbah dengan konsentrasi polutan yang pekat dan
cukup tinggi
Lanjutan

Penelitian Terkini Tentang


Limbah
2. Efektivitas Koagulan Lidah Buaya (Aloe Vera) Dan PAC (Poly Alumunium
Chloride) Dalam Menurunkan Kadar Pencemar Pada Limbah Cair Batik.
Penelitian ini dilakukan oleh Hidayatullah, dkk pada tahun 2023 dalam Jurnal
Lingkungan dan Sumberdaya Alam (JURNALIS), dimana hasil dari penelitian ini ialah:
Penurunan karakteristik parameter limbah cair yakni BOD, COD, TSS, dan warna
menunjukan bahwa hasil pengolahan limbah cair secara koagulasi-flokulasi dengan
koagulan lidah buaya memiliki efektifitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan PAC,
terutama pada warna menghasilkan air yang lebih jernih dibandingkan dengan
penggunaan koagulan PAC. Dosis optimum dari koagulan lidah buaya dalam menurunkan
BOD yaitu 20 ml/L, COD yaitu 20 ml/L, TSS yaitu 20 ml/L dan warna yaitu 60 ml/L.
Sedangkan dosis optimum dari koagulan PAC dalam menurunkan BOD yaitu 20 ml/L,
COD yaitu 40 ml/L, TSS yaitu 40 ml/l dan warna yaitu 60 ml/L. Dapat disimpulkan
bahwa dosis optimum koagulan lidah buaya adalah 20 mL/L sedangkan dosis optimum
koagulan PAC adalah 40 mL.
Mengelola dan Memanfaatkan
Limbah
Pembuatan eco-enzyme dari limbah kulit buah – buahan dan
sayuran
Eco-enzyme atau biasa dikenal sebagai enzim ramah lingkungan ini ditemukan oleh Dr. Rosukon
Poompanvong dari Thailand sejak lebih dari 30 tahun yang lalu. Kemudian sistem pengolahan ini
diperkenalkan secara luas oleh Dr. Joean Oon, peneliti dari Penang, Malaysia yang bekerja dibawah
naungan Naturophaty. Dikatakan sebagai eco-enzyme karena dibuat dari residu atau limbah rumah
tangga seperti limbah sayuran ataupun kulit buah yang banyak dibuang oleh masyarakat. Enzim ini
berupa cairan hasil fermentasi bahan-bahan alami yang berwarna coklat gelap dengan aroma buah
yang menyengat. Cairan eco-enzyme merupakan produk yang sangat fungsional, mudah digunakan,
dan mudah untuk diproduksi. Hal ini dikarenakan bahan-bahan yang digunakan sederhana dan
mudah diperoleh sehingga mampu menjadi solusi dalam permasalahan penanganan sampah organik
di lingkungan.
Lanjutan

Manfaat Ecoenzyme
Ecoenzyme banyak memiliki manfaat diantaranya bahan pembersih kompor, piring
pakaian, lantai, rambut, badan, sebagai hand sanitizer, detoks tubuh, purifier
(embersih udara), obat luka/bisul dan sebagai pupuk organik.
Sedangkan ampas ecoenzyme dapat dimanfaatkan sebagai pengharum mobil,
dimana caranya yaitu dengan dikeringkan terlebih dahulu kemudian dimasukkan
kedalam kantong kain kecil, selain itu ampasnya juga dipakai menjadi puput organic
padat
Efek ecoenzyme : selama mengikuti dosis yang dianjurkan ecoenzyme relative
aman bagi Kesehatan manusia, hewan serta lingkungan, dimana ecoenzyme
mengandung larutan probiotik yang membantu Kesehatan dan lingkungan.
Mengelola dan Memanfaatkan
Limbah Lanjutan

Pembuatan eco-enzyme dari limbah kulit buah – buahan dan


sayuran
Sebelum melakukan kegiatan pembuatan cairan eco-enzyme, pisahakan sampah organik dan
anorganik dari limbah rumah tangga, selanjutnya sampah oragnik dikumpulkan dan
menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan yaitu:
• Gula merah, gula aren atau molase
• Sisa buah atau sayur, minimal 5 jenis buah atau sayur (kulit buah dan sayur segar yang
terbuang)
• Air
• Wadah plastik kedap udara (drum bekas, botol bekas seperti aqua 1,5 L, kontainer
bertutup, dll).
Lanjutan

Pembuatan eco-enzyme dari lim


kulit buah – buahan dan sayura
Setelah menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan, maka proses selanjutnya adalah mulai memotong buah atau sayur
sesuai dengan ketentuan. Kemudian, kita bisa mencampurkan seluruh komponen tadi dalam wadah kedap udara. Tata
cara pembuatan eco-enzyme adalah sebagai berikut:
1. Tuangkan air bersih ke dalam ember. Rasio air terhadap bahan bahan yang lain adalah 10. Sedangkan rasio sisa buah
atau sayur adalah 3, dan rasio untuk molase adalah 1. Sehingga perbandingannya menjadi Air: buah/sayur: molase =
10: 3: 1 sebagai contoh 1000 mL air : 300g kulit buah : 100g gula
2. Perlu diperhatikan bahwa akumulasi semua bahan yang akan dimasukkan ke dalam ember agar tidak memenuhi
volume ember seutuhnya. Dibutuhkan ruang untuk gas hasil fermentasi.
3. Dalam pelaksanaanya dilapangan, volume eco-enzyme yang dibuat sebanyak 6L dengan wadah botol lemineral
kemasan 15 liter. Peserta menimbang gula aren sebanyak 600 gram. Dan Masukkan gula aren dalam wadah baskom
yang berisi air 6L dan kemudian diaduk hingga terlarut dengan air – homogen. Gula aren berfungsi sebagai sumber
gula bagi bakteri untuk melakukan fermentasi.
4. Masukkan buah dan sayur ke dalam botol/wadah masing-masing serta diikuti dengan gula yang sudah dilarutkan.
Buah dan sayur yang dimasukkan hendaknya dipotong kecil, ditimbang sesuai ukuran-ratio yang telah ditentukan dan
diremas sehingga berukuran kecil. Peserta menimbang sampah buah dan sayur yang sudah di potong dengan berat
1800 gram. Ini bertujuan agar proses fermentasi dapat berjalan dengan baik
Pembuatan eco-enzyme dari limbah
kulit buah – buahan dan sayuran
Lanjutan

5. Setelah semua bahan tercampur dengan baik, tutup tabung agar udara luar tidak masuk. Hal ini dapat
menggangu proses fermentasi (agar lebih kedap dapat juga gunakan plastik yang diikat dengan karet
atau tali rafia) lalu ditutup.
6. Selama proses fermentasi akan terbentuk gas, sehingga dapat memicu ledakan kecil, untuk itu perlu
dibuka satu kali dalam seminggu untuk mengeluarkan gas yang terbentuk. Namun kita dapat
memodifikasi pada tutup botol dengan mebuat selang kecil yang di hubungkan dengan botol kecil
yang berisi air, agar gas dapat keluar.
7. Enzim yang telah dibuat disimpan di tempat yang tidak terjangkau oleh cahaya matahari, sehingga
sistem benar-benar tertutup.
8. Fermentasi sempurna memakan waktu hingga 3 bulan.
9. Eco-enzyme siap di panen
Terima
kasih

Anda mungkin juga menyukai