Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tingkat kebersihan dan kesehatan suatu daerah dapat terlihat dari
bagaimana sistem pengolahan sampah di daerah tersebut. Apabila sistem tersebut
tidak memadai, dapat di simpulkan bahwa daerah tersebut tidak memiliki taraf
kebersihan dan kesehatan yang tinggi. Masalah ini menimbulkan gangguan dan
dampak terhadap lingkungan, baik dampak terhadap komponen fisik kimia
(kualitas air dan udara), biologi, sosial ekonomi, budaya dan kesehatan
lingkungan.
Menurut UU Nomor 18 Tahun 2008 tentang pengelolaan sampah,
disebutkan dalam pasal 1 bahwa definisi sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari
manusia dan atau proses alam yang berbentuk padat. Sedangkan menurut
Tchobanoglous (1993), sampah adalah bahan padat atau semi padat yang di
hasilkan dari aktivitas manusia atau hewan yang dibuang karena tidak di inginkan
atau digunakan lagi.
Menurut Ogwueleka (2009), “sampah didefinisikan sebagai sisa dari rumah
lembaga (termasuk rumah sakit), sampah pasar, sampah pekarangan, dan jalan
penyisiran. Pengelolaan limbah padat perkotaan mengacu pada koleksi, transfer,
daur ulang, pemulihan sumber daya, dan pembuangan padat sampah perkotaan.
Tujuan padat perkotaan pengelolaan limbah adalah untuk menciptakan lapangan
kerja, pendapatan, dan melindungi kesehatan lingkungan dan mendukung efisiensi
dan produktivitas ekonomi.”
Gambar 1.1 Hirarki Pengelolaan Sampah

Sedangkan jibril et al. (2012), “Hirarki minimisasi limbah adalah sebagai


berikut pada tabel 1.1:
Tabel 1.1 Hirarki Pengelolaan Sampah
 Good housekeeping: improve maintenance procedures, monitor
leaking valves and fittings, maintain proper material handling and
transfer segregate waste stream, and tighten inventory controls.
Waste
 Material or product substitution: replace hazardous materials and
Prevention
products with less toxic or less hazardous ones. Use water-based
and
paints and cleaners instead of oil-based equivalents.
Reduction
 Process modification: after manufacturing processes themselves.
‘Use environmental re-engineering’ to change thinking about the
environment impact of such processes.
 Colect and treat waste stream such as used oils and solvents. Use
Recycle
on-site or off-site recycling processes.
and Reuse
 Design products for disassembly and reuse.
 Prevent hazardous waste from entering the environment. Treat
waste with biological, chemical, or physical processes to break
Waste
down waste components into harmless compounds.
Treatment
 Develop waste treatment services and offer services customers
and other businesses.
Waste  Ensure that landfills used for waste disposal are designed to
Disposal protect the environment, particularly underground water supplies.

Pada kehidupan sehari hari, jumlah sampah yang di hasilkan setiap orang
rata-rata terus meningkat dengan bertambahnya populasi penduduk kota secara
keseluruhan yang tidak di ikuti dengan tingkat kesadaran yang tinggi untuk
menangani sampah dari sumbernya. Masalah lain yang sering muncul dalam
penanganan sampah kota adalah masalah biaya operasional yang tinggi. Oleh
karenanya, dalam pembangunan instalasi pengelolaan sampah harus di sesuaikan
dengan kebutuhan masyarakatnya agar tidak mengeluarkan biaya terlalu boros
untuk pengelolaannya.
Menurut Samiha (2013), “pengelolaan sampah adalah kegiatan untuk
mengurangi limbah dan daur ulang potensi terpisah di sumber untuk
meningkatkan kualitas bahan untuk digunakan kembali, termasuk organik untuk
kompos atau pencernaan anaerobik. Yang tidak dapat di kurangi harus di gunakan
kembali jika memungkinkan. Yang tidak dapat digunakan kembali atau dikurangi
harus di daur ulang, terutama bahan sekunder seperti logam dan kertas. Limbah
yang tidak dapat di daur ulang harus dipulihkan, biasanya melalui dekomposisi
bakteriologis atau harus di bakar atau dikubur.”
Dengan semakin tingginya jumlah industri yang berada di Indonesia, maka
semakin tinggi pula kegiatan pengelolaan sumber daya alam dalam upaya
pemenuhan kebetuhan penduduk Indonesia dan hal tersebut berdampak pada
lingkungan, karena dapat menimbulkan limbah, baik dalam bentuk cair maupun
padat yang selanjutnya dapat mencemari lingkungan apabila tidak di kelola
dengan baik. Selanjutnya jika dilihat dari sektor rumah tangga, sektor tersebut
menimbulkan sampah yang cukup tinggi, dikarenakan sampah yang di hasilkan
dari sektor sumah tangga di pengaruhi oleh jumlah penduduk pada suatu wilayah
seperti di jelaskan di atas, dengan laju pertumbuhan penduduk Indonesia sebesar
1.49% dan dengan jumlah penduduk adalah 241 juta jiwa, maka dapat di lihat
tingginya jumlah sampah yang di timbulkan.
Adapun dengan melihat potensi timbulan sampah yang ada, maka di
butuhkan pengelolaan yang baik dari pemilahan, pengumpulan hingga
pemrosesan akhir, termasuk desain Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Namun
dalam kenyataan di lapangan, banyak hal-hal teknis dalam pelaksanaan
pengelolaan yang tidak sesuai dengan peruntukanya. Seperti dalam hal
penampungan sementara di Tempat Penampungan Sementara (TPS), dalam
penampungan di bak sampah, bak sampah di biarkan terbuka, yang hal tersebut
dapat menyebabkan pencemaran lingkungan karena sampah dapat tidak terangkut
ke TPA, dikarenakan jatuh atau berbagai hal.
Lalu dengan bak sampah terbuka, dapat menyebabkan pencemaran udara,
karena bau yang tidak sedap yang ditimbulkan dari penampungan sampah dengan
bak terbuka. Dan hal lain seperti dalam hal pengangkutan sampah, masih banyak
dijumpai truk sampah dengan bak terbuka, yang hal tersebut dapat menyebabkan
pencemaran lingkungan seperti jatuhnya sampah dari bak truk, tersebarnya aroma
tidak sedap yang dapat menyebabkan polusi udara pada daerah yang dilalui truk
sampah tersebut.
Adapun hal lain dari tindakan pengelolaan sampah yang dapat menyebabkan
pencemaran adalah dalam hal pemrosesan akhir sampah, yaitu di TPA, masih
terdapat kegiatan pengelolaan, seperti pemilahan yang di lakukan pemulung yang
berada di sekitar TPA. Adapun di Indonesia, sistem pembangunan sampah yang di
gunakan adalah dengan sistem terbuka (open dumping). Dengan sistem
pembuangan sampah dengan sistem terbuka, banyak masalah lingkungan yang
dapat muncul akibat adanya TPA dengan sistem tersebut. Masalah yang dapat
muncul antara lain pencemaran udara, hal tersebut di timbulkan karena adanya
gas-gas yang tidak sedap dari proses pembuangan sampah di TPA tersebut.
Masalah lain yang muncul adalah terlepasnya gas metan hasil kegiatan
pemrosesan akhir dengan proses penimbunan ke udara bebas, yang gas metan
merupakan salah satu zat perusak ozon, dengan tingkat 21 kali lipat dari gas
karbon dioksida.
Dengan melihat kondisi di atas, di perlukan tindakan pengelolaan sampah
pada tingkat kota agar tidak terjadi degradasi kualitas lingkungan. Dalam
perencanaan ini di lakukan perencanaan pengelolaan sampah pada kecamatan
semampir dari pengumpulan, penampungan sementara, pengangkutan, hingga
pemrosesan akhir sampah.

1.2 Tujuan
Perencanaan pengelolaan sampah Kecamatan Singosari ini di maksudkan
sebagai master plan pengelolaan sampah hingga timbulan sampah dapat
terkendali hingga menjaga lingkungan sekitar tetap asri. Perencanaan pengelolaan
sampah Kecamatan Singosari ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui jumlah timbulan sampah yang ada di setiap kelurahan
Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang, baik sampah rumah tangga
maupun sampah sejenis rumah tangga dalam jangka waktu 12 tahun
kedepan.
2. Menentukan tingkat pelayanan sampah Kecamatan Singosari, Kabupaten
Malang dan peningkatan pelayanan yang harus dilakukan.
3. Mengetahui jumlah sampah yang dapat di reduksi di sumber maupun
dengan recovery factor.
4. Merencanakan pewadahan rumah tangga maupun sampah sejenis rumah
tangga Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang.
5. Merencanakan proses pengangkutan sampah ke TPS, TPS3R, TPST
maupun TPA.
6. Merencanakan rute pengangkutan sampah yang paling efisien.
7. Merencanakan lokasi TPST (tempat pengolahan sampah terpadu) dan
tempat pembuangan akhir.

1.3 Ruang Lingkup


Perencanaan pengololaan sampah Kecamatan Singosari dibatasi pada:
1. Sistem perhitungan jumlah timbulan sampah rumah tangga maupun sampah
sejenis rumah tangga dan reduksi yang dapat di lakukan di sumber serta
recovery faktor.
2. Sistem pewadahan dan pengangkutan sampah menggunakan metode HCS
dan penentuan tipikal wadah sampah yang akan di gunakan.
3. Sistem pengumpulan sampah dan perencanaan pengolahan sampah rumah
tangga.
4. Sistem rute pengangkutan sampah di penentuan rute-rute pengangkutan
sampah di sesusaikan dengan jarak, jam kerja dan kapasitas alat pengangkut
5. Sistem perencanaan pembangunan lokasi TPST (Tempat pengolahan
sampah Terpadu) dan tempat pembuangan Akhir.
Di samping itu, perencanaan dan perancangan juga meliputi perhitungan
secara mendetail terhadap poin-poin utama di atas yaitu :
1. Jumlah masa timbulan sampah rumah tangga dan sejenis rumah tangga
berdasarkan jumlah penduduk dan fasilitas Kecamatan Singosari.
2. Jumlah masa timbulan sampah rumah tangga dan sejenis rumah tangga
berdasarkan tingkat pelayanan sampah tiap kelurahan Kecamatan Singosari.
3. Jumlah reduksi sampah, recovery factor dan komposisi sampah Kecamatan
Singosari.
4. Jumlah wadah sampai tipikal yang dibutuhkan untuk menampung sampah
dari sumber sampah.
5. Jumlah alat pengangkut yang di gunakan untuk mengangkut sampah menuju
TPS/TPST dan TPA.
6. Jumlah lahan yang dibutuhkan untuk membangun TPST (Tempat
Pengolahan Sampah Terpadu) dan Tempat Pembuangan Akhir.

1.4 Manfaat
Manfaat perencanaan ini di harapkan memiliki manfaat sebagai berikut
a. Untuk masyarakat kecamatan Singosari, Kabupaten Malang
- Memiliki pengetahuan tambahan mengenai sampah dan pengelolaannyaa
- Meningkatkan kesadaran untuk meminimisasi jumlah sampah yang di
timbulkan.
b. Untuk Pemerintah Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang.
- Memperbaiki pengelolaan sampah di Kecamatan Singosari, Kabupaten
Malang.
- Sebagai solusi untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan oleh sampah
di Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang.

Anda mungkin juga menyukai