PENDAHULUAN
Pada kehidupan sehari hari, jumlah sampah yang di hasilkan setiap orang
rata-rata terus meningkat dengan bertambahnya populasi penduduk kota secara
keseluruhan yang tidak di ikuti dengan tingkat kesadaran yang tinggi untuk
menangani sampah dari sumbernya. Masalah lain yang sering muncul dalam
penanganan sampah kota adalah masalah biaya operasional yang tinggi. Oleh
karenanya, dalam pembangunan instalasi pengelolaan sampah harus di sesuaikan
dengan kebutuhan masyarakatnya agar tidak mengeluarkan biaya terlalu boros
untuk pengelolaannya.
Menurut Samiha (2013), “pengelolaan sampah adalah kegiatan untuk
mengurangi limbah dan daur ulang potensi terpisah di sumber untuk
meningkatkan kualitas bahan untuk digunakan kembali, termasuk organik untuk
kompos atau pencernaan anaerobik. Yang tidak dapat di kurangi harus di gunakan
kembali jika memungkinkan. Yang tidak dapat digunakan kembali atau dikurangi
harus di daur ulang, terutama bahan sekunder seperti logam dan kertas. Limbah
yang tidak dapat di daur ulang harus dipulihkan, biasanya melalui dekomposisi
bakteriologis atau harus di bakar atau dikubur.”
Dengan semakin tingginya jumlah industri yang berada di Indonesia, maka
semakin tinggi pula kegiatan pengelolaan sumber daya alam dalam upaya
pemenuhan kebetuhan penduduk Indonesia dan hal tersebut berdampak pada
lingkungan, karena dapat menimbulkan limbah, baik dalam bentuk cair maupun
padat yang selanjutnya dapat mencemari lingkungan apabila tidak di kelola
dengan baik. Selanjutnya jika dilihat dari sektor rumah tangga, sektor tersebut
menimbulkan sampah yang cukup tinggi, dikarenakan sampah yang di hasilkan
dari sektor sumah tangga di pengaruhi oleh jumlah penduduk pada suatu wilayah
seperti di jelaskan di atas, dengan laju pertumbuhan penduduk Indonesia sebesar
1.49% dan dengan jumlah penduduk adalah 241 juta jiwa, maka dapat di lihat
tingginya jumlah sampah yang di timbulkan.
Adapun dengan melihat potensi timbulan sampah yang ada, maka di
butuhkan pengelolaan yang baik dari pemilahan, pengumpulan hingga
pemrosesan akhir, termasuk desain Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Namun
dalam kenyataan di lapangan, banyak hal-hal teknis dalam pelaksanaan
pengelolaan yang tidak sesuai dengan peruntukanya. Seperti dalam hal
penampungan sementara di Tempat Penampungan Sementara (TPS), dalam
penampungan di bak sampah, bak sampah di biarkan terbuka, yang hal tersebut
dapat menyebabkan pencemaran lingkungan karena sampah dapat tidak terangkut
ke TPA, dikarenakan jatuh atau berbagai hal.
Lalu dengan bak sampah terbuka, dapat menyebabkan pencemaran udara,
karena bau yang tidak sedap yang ditimbulkan dari penampungan sampah dengan
bak terbuka. Dan hal lain seperti dalam hal pengangkutan sampah, masih banyak
dijumpai truk sampah dengan bak terbuka, yang hal tersebut dapat menyebabkan
pencemaran lingkungan seperti jatuhnya sampah dari bak truk, tersebarnya aroma
tidak sedap yang dapat menyebabkan polusi udara pada daerah yang dilalui truk
sampah tersebut.
Adapun hal lain dari tindakan pengelolaan sampah yang dapat menyebabkan
pencemaran adalah dalam hal pemrosesan akhir sampah, yaitu di TPA, masih
terdapat kegiatan pengelolaan, seperti pemilahan yang di lakukan pemulung yang
berada di sekitar TPA. Adapun di Indonesia, sistem pembangunan sampah yang di
gunakan adalah dengan sistem terbuka (open dumping). Dengan sistem
pembuangan sampah dengan sistem terbuka, banyak masalah lingkungan yang
dapat muncul akibat adanya TPA dengan sistem tersebut. Masalah yang dapat
muncul antara lain pencemaran udara, hal tersebut di timbulkan karena adanya
gas-gas yang tidak sedap dari proses pembuangan sampah di TPA tersebut.
Masalah lain yang muncul adalah terlepasnya gas metan hasil kegiatan
pemrosesan akhir dengan proses penimbunan ke udara bebas, yang gas metan
merupakan salah satu zat perusak ozon, dengan tingkat 21 kali lipat dari gas
karbon dioksida.
Dengan melihat kondisi di atas, di perlukan tindakan pengelolaan sampah
pada tingkat kota agar tidak terjadi degradasi kualitas lingkungan. Dalam
perencanaan ini di lakukan perencanaan pengelolaan sampah pada kecamatan
semampir dari pengumpulan, penampungan sementara, pengangkutan, hingga
pemrosesan akhir sampah.
1.2 Tujuan
Perencanaan pengelolaan sampah Kecamatan Singosari ini di maksudkan
sebagai master plan pengelolaan sampah hingga timbulan sampah dapat
terkendali hingga menjaga lingkungan sekitar tetap asri. Perencanaan pengelolaan
sampah Kecamatan Singosari ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui jumlah timbulan sampah yang ada di setiap kelurahan
Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang, baik sampah rumah tangga
maupun sampah sejenis rumah tangga dalam jangka waktu 12 tahun
kedepan.
2. Menentukan tingkat pelayanan sampah Kecamatan Singosari, Kabupaten
Malang dan peningkatan pelayanan yang harus dilakukan.
3. Mengetahui jumlah sampah yang dapat di reduksi di sumber maupun
dengan recovery factor.
4. Merencanakan pewadahan rumah tangga maupun sampah sejenis rumah
tangga Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang.
5. Merencanakan proses pengangkutan sampah ke TPS, TPS3R, TPST
maupun TPA.
6. Merencanakan rute pengangkutan sampah yang paling efisien.
7. Merencanakan lokasi TPST (tempat pengolahan sampah terpadu) dan
tempat pembuangan akhir.
1.4 Manfaat
Manfaat perencanaan ini di harapkan memiliki manfaat sebagai berikut
a. Untuk masyarakat kecamatan Singosari, Kabupaten Malang
- Memiliki pengetahuan tambahan mengenai sampah dan pengelolaannyaa
- Meningkatkan kesadaran untuk meminimisasi jumlah sampah yang di
timbulkan.
b. Untuk Pemerintah Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang.
- Memperbaiki pengelolaan sampah di Kecamatan Singosari, Kabupaten
Malang.
- Sebagai solusi untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan oleh sampah
di Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang.