Anda di halaman 1dari 15

Dalam Pasal 12 (1) UUPS, setiap orang diwajibkan melakukan pengelolaan sampah dengan

cara atau metode yang berwawasan lingkungan. Metode tersebut disampaikan oleh Daniel
(2009) dengan 3R, yaitu:
1. Reduce (mengurangi sampah) dalam arti tidak membiarkan tumpukan sampah yang
berlebihan.
2. Reuse (menggunakan kembali sisa sampah yang bisa digunakan).
3. Recycle (mendaur ulang).
Sementara Alex (2012) menyatakan metode pengelolaan sampah berbeda-beda tergantung
dari banyak hal seperti jenis zat sampah, tanah untuk mengolah dan ketersediaan area di
mana metode tersebut secara umum berupa:
1. Solid waste generated: penentuan timbulan sampah.
2. On site handling: penangan di tempat atau pada sumbernya. Tahap ini terbagi menjadi
tiga, yakni:
1. Pengumpulan (collecting)
2. Pengangkutan (transfer and transport)
3. Pengolahan (treatment), seperti pengubahan bentuk, pembakaran, pembuatan
kompos dan energy recovery (sampah sebagai penghasil energi).
3. Pembuangan akhir: pembuangan akhir sampah harus memenuhi syarat-syarat
kesehatan dan kelestarian lingkungan.

Sistem Pengolahan Sampah


Sampah (refuse) adalah sebagian dari sesuatu yang tidak dipakai, tidak disenangi atau
sesuatu yang harus dibuang, yang umumnya berasal dari kegiatan yang dilakukan oleh manusia
(termasuk kegiatan industri), tetapi bukan biologis (karena human wastetidak termasuk didalamnya)
dan umumnya bersifat padat (Azwar, 1990). Sumber sampah bisa bermacam-macam, diantaranya
adalah : dari rumah tangga, pasar, warung, kantor, bangunan umum, industri, dan jalan.
Berdasarkan komposisi kimianya, maka sampah dibagi menjadi sampah organik dan sampah
anorganik. Penelitian mengenai sampah padat di Indonesia menunjukkan bahwa 80% merupakan
sampah organik, dan diperkirakan 78% dari sampah tersebut dapat digunakan kembali (Outerbridge,
ed., 1991).
Pengelolaan sampah adalah semua kegiatan yang dilakukan dalam menangani sampah
sejak ditimbulkan sampai dengan pembuangan akhir. Secara garis besar, kegiatan di dalam
pengelolaan sampah meliputi pengendalian timbulan sampah, pengumpulan sampah, transfer dan

transport, pengolahan dan pembuangan akhir (Kartikawan, 2007) sebagai berikut :


1. Penimbulan sampah (solid waste generated)
Dari definisinya dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya sampah itu tidak diproduksi,
tetapi ditimbulkan (solid waste is generated, not produced). Oleh karena itu dalam menentukan
metode penanganan yang tepat, penentuan besarnya timbulan sampah sangat ditentukan oleh
jumlah pelaku dan jenis dan kegiatannya.
Idealnya, untuk mengetahui besarnya timbulan sampah yang terjadi, harus dilakukan
dengan suatu studi. Tetapi untuk keperluan praktis, telah ditetapkan suatu standar yang disusun
oleh Departemen Pekerjaan Umum. Salah satunya adalah SK SNI S-04- 1993-03 tentang
Spesifikasi timbulan sampah untuk kota kecil dan kota sedang. Dimana besarnya timbulan
sampah untuk kota sedang adalah sebesar 2,75-3,25 liter/orang/hari atau 0,7-0,8 kg/orang/hari.
2. Penanganan di tempat (on site handling)
Penanganan sampah pada sumbernya adalah semua perlakuan terhadap sampah yang
dilakukan sebelum sampah di tempatkan di tempat pembuangan. Kegiatan ini bertolak dari
kondisi di mana suatu material yang sudah dibuang atau tidak dibutuhkan, seringkali masih
memiliki nilai ekonomis. Penanganan sampah ditempat, dapat memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap penanganan sampah pada tahap selanjutnya.
Kegiatan pada tahap ini bervariasi menurut jenis sampahnya meliputi pemilahan
(shorting), pemanfaatan kembali (reuse) dan daur ulang (recycle). Tujuan utama dan kegiatan di
tahap ini adalah untuk mereduksi besarnya timbulan sampah (reduce)
3. Pengumpulan (collecting)
Adalah kegiatan pengumpulan sampah dan sumbernya menuju ke lokasi TPS. Umunmya
dilakukan dengan menggunakan gerobak dorong dan rumah-rumah menuju ke lokasi TPS.
4. Pengangkutan (transfer and transport)
Adalah kegiatan pemindahan sampah dan TPS menuju lokasi pembuangan pengolahan
sampah atau lokasi pembuangan akhir.
5. Pengolahan (treatment)
Bergantung dari jenis dan komposisinya, sampah dapat diolah. Berbagai alternatif yang
tersedia dalam pengolahan sampah, di antaranya adalah :
a. Transformasi fisik, meliputi pemisahan komponen sampah (shorting) dan pemadatan
(compacting), yang tujuannya adalah mempermudah penyimpanan dan pengangkutan.

b. Pembakaran (incinerate), merupakan teknik pengolahan sampah yang dapat mengubah


sampah menjadi bentuk gas, sehingga volumenya dapat berkurang hingga 90-95%. Meski
merupakan teknik yang efektif, tetapi bukan merupakan teknik yang dianjurkan. Hal ini
disebabkan karena teknik tersebut sangat berpotensi untuk menimbulkan pencemaran udara.
c. Pembuatan kompos (composting), Kompos adalah pupuk alami (organik) yang terbuat dari
bahan - bahan hijauan dan bahan organik lain yang sengaja ditambahkan untuk
mempercepat proses pembusukan, misalnya kotoran ternak atau bila dipandang perlu, bisa
ditambahkan pupuk buatan pabrik, seperti urea (Wied, 2004). Berbeda dengan proses
pengolahan sampah yang lainnya, maka pada proses pembuatan kompos baik bahan baku,
tempat pembuatan maupun cara pembuatan dapat dilakukan oleh siapapun dan dimanapun.
d. Energy recovery, yaitu tranformasi sampah menjadi energi, baik energi panas maupun
energi listrik. Metode ini telah banyak dikembangkan di Negara-negara maju yaitu pada
instalasi yang cukup besar dengan kapasitas 300 ton/hari dapat dilengkapi dengan
pembangkit listrik sehingga energi listrik ( 96.000 MWH/tahun) yang dihasilkan dapat
dimanfaatkan untuk menekan biaya proses pengelolaan.
6. Pembuangan akhir
Pada prinsipnya, pembuangan akhir sampah harus memenuhi syarat-syarat kesehatan
dan kelestarian lingkungan. Teknik yang saat ini dilakukan adalah dengan open dumping, di mana
sampah yang ada hanya di tempatkan di tempat tertentu, hingga kapasitasnya tidak lagi
memenuhi. Teknik ini sangat berpotensi untuk menimbulkan gangguan terhadap lingkungan.
Teknik yang direkomendasikan adalah dengan sanitary landfill. Di mana pada lokasi TPA
dilakukan kegiatan-kegiatan tertentu untuk mengolah timbunan sampah.
Dewasa ini masalah sampah merupakan fenomena sosial yang perlu mendapat perhatian
dari semua fihak, karena setiap manusia pasti memproduksi sampah, disisi lain masyarakat tidak
ingin berdekatan dengan sampah. Seperti kita ketahui bersama bahwa sampah yang tidak ditangani
dengan baik dapat menimbulkan berbagai dampak negatif pada lingkungan. Gangguan yang
ditimbulkan meliputi bau, penyebaran penyakit hingga terganggunya estetika lingkungan. Beberapa
permasalahan yang timbul dalam sistem penanganan sampah sistem yang terjadi selama ini adalah :
a. Dari segi pengumpulan sampah dirasa kurang efisien karena mulai dari sumber sampah
sampai ke tempat pembuangan akhir, sampah belum dipilah-pilah sehingga kalaupun akan
diterapkan teknologi lanjutan berupa komposting maupun daur ulang perlu tenaga untuk
pemilahan menurut jenisnya sesuai dengan yang dibutuhkan, dan hal ini akan memerlukan dana
maupun menyita waktu.

b. Pembuangan akhir ke TPA dapat menimbulkan masalah, diantaranya :


- Perlu lahan yang besar bagi tempat pembuangan akhir sehingga hanya cocok bagi kota
yang masih mempunyai banyak lahan yang tidak terpakai. bila kota menjadi semakin
bertambah jumlah penduduknya, maka sampah akan menjadi semakin bertambah baik
jumlah dan jenisnya. Hal ini akan semakin bertambah juga luasan lahan bagi TPA.
- Dapat menjadi lahan yang subur bagi pembiakan jenis-jenis bakteri serta bibit penyakit lain
juga dapat menimbulkan bau tidak sedap yang dapat tercium dari puluhan bahkan ratusan
meter yang pada akhirnya akan mengurangi nilai estetika dan keindahan lingkungan.

SAMPAH Proses terjadinya sampah Pengertian sampah Sampah (padat, cair dan gas)
adalah benda yang tidak dipakai tidak digunakan dan dibuang. Waste ditinjau dari
masalahnya dan cara penanggulangannya dibagi atas 6 golongan: 1. 2. 3. 4. 5. 6. Solid
waste (sampah padat)~ refuse Liquid waste Atmosphering waste Human waste
Manure (kotoran hewan) Special waste (sampah khusus/ berbahaya) SOLID WASTE
Benda yang tidak dipakai, tidak digunakan dan dibuang yang berasal dari kegiatan
manusia dan bersifat padat. Jenis-jenis sampah - Organik - Anorganik Berdasarkan
kecenderungan membusuk - Degradable - Undegradable Mudah terbakar Combustable - Uncombustable Berbahaya atau tidaknya
- Hazardous - Nonhazardous APHA (american public health asocication) Ditinjau dari
karakteristiknya sampah dibagi menjadi 10 jenis 1. Garbage - Banyak mengandung air
- Mudah busuk dan mudah terurai terutama di iklim panas - Disukai serangga Sampah ini berasal dari rumah penduduk, RS, restoran, hotel dan pasar 2. Sampah
kering (rubbish) Sampah yang dapat terbakar dan sampah yang tidak dapat terbakar.
Dihasilkan dari kantor, tempat perdagangan (kain), industri pengolahan kayu 3. Abu
(ashes) Hasil pembakaran 4. Street cleaning (sampah jalanan, daun-daunan, puntung
rokok) 5. Death animal 6. Abondened vehicle 7. Industrial waste 8. Demolition waste
(sampah dari bangunan) 9. Hazadous waste 10. Sampah dari pengelolaan air minum
Sumber sampah 1. 2. - Pemukiman penduduk Keluarga tunggal/bbrp keluarga Asrama
Jenis sampah yang dihasilkan: sisa makanan, bahan sisa pengolahan makanan
(garbage), rubbish, abu dan sampah khusus Tempat umum dan perdagangan Tempat
orang banyak berkumpul dan melakukan kegiatan Toko, rumah makan, hotel, pasar
dsb Jenis sampah: garbage, rubbish, abu, sisa bahan bangunan, sampah khusus dan
kadang sampah berbahaya
3. 4. - 5. - Sarana pelayanan masyarakat milik pemerintah Tempat umum, tempat
hiburan, taman Jalan umum Tempat parkir Tempat pelayanan kesehatan Komplek
militer Gedung pertemuan Pantai tempat berlibur Sarana pemerintah yang lain
Tempat-tempat ini menghasilkan sampah khusus dan rubbish Industri Pabrik produksi
bahan-bahan Perusahaan kimia Perusahaan kayu Perusahaan logam Sampah yang
dihasilkan: garbage, rubbish, abu, sisa-sisa bahan bangunan, sampah khusus dan
sampah berbahaya Pertanian Berasal dari tanaman atau binatang Pertanian: kebun,
kandang, ladang atau sawah Jenis sampah: sisa bahan makanan yang membusuk,
sampah pertanian, pupuk, maupun bahan pembasmi serangga Komposisi sampah
Susunan bahan-bahan sampah perlu diketahui, kegunaannya untuk penilaian serta
pemilihan alat yang diperlukan sebagi sarana pengolahan. Susunan atau komposisi
sampah dapat dibedakan menjadi komposisi fisik dan kimia 1. Komposisi fisik Selain

untuk pemilihan dan penggunaan alat pengelolaan, dapat digunakan sebagai


penjajakan dalam usaha pemanfaatan sumber energi 1.1. Komposisi sampah - Tata
cara penentuan komposisi sampah biasanya dilakukan dengan cara statistik, karena
sifat banyaknya komponen sampah View slide

- Umumnya sampah di daerah perkotaan tdd bermacam-macam sampah tentunya di


berbagai kota kombinasi menurut geografisnya, musim, sosial ekonomi dll; sebagai
contoh perbedaan persentase komponen sampah dapat dilihat pd zzzzzzzz 1.2.
Kepadatan Kepadatan sampah tergantung letak geografis, musim, lamanya
penyimpanan dan usaha pemadatan, kepadatan sampah kota yang diangkut truk
pemadat (compactor truck) berkisar antara 300-700lb/yd3, rata- rata 500 lb/yd3 1 lb=
1 pound= 0,5 kg 1 yard= 0,9m= 3 feets 1.3. Kelembaban - Kelembaban sampah
umumnya 15-40%, tergantung pada komposisi sampah, musim, Kelembaban udara
dan keadaan cuaca khususnyan waktu hujan - Kelembaban suatu sampah dihitung
dengan menyatakan berat kelembaban/ berat benda kering, untuk jelasnya digunakan
formula sbb: Kelembaban (%)= a= berat sampel dalam keadaan sebelum dikeringkan
b= berat sampel setelah pengeringan 2. Komposisi kimia Sampah dapat dimanfaatkan
kembali, tetapi perlu memperhatikan komposisi kimianya, pemanfaatan sampah a.l
untuk bahan bakar dan perlu memperhatikan 4 faktor: a. Analisis perkiraan Kelembaban - Bahan yang menguap - Abu - Karbon (yang tertinggal) Contoh: sampah
daun-daunan ditimbang (100 gr) Pengeringan (1050C- 1 jam) Ditimbang (40 gr) %=
= 60 % b. Titik lebur abu View slide

c. Analisis akhir tentang persentase C,H,O,N,S d. Nilai panas Hasil analisa komponen
sampah kota (combustable) komponen Prosen berat kering C H N O S Abu Sisa
makanan 48,0 6,4 2,6 37,6 0,4 5,0 kertas 43,5 6,0 0,3 44,0 0,2 6,0 Karton 44,0 5,9 0,3
44,6 0,2 5,0 Plastik 60,0 7,2 22,8 10 Tekstil 55 6,6 4,6 31,2 0,15 2,5 Karet 78 10 2,0
10 Kulit 60 8 10 11,6 0,4 10 Sampah pekarangan 47,8 6 3,4 38 0,3 4,5 kayu 49,5 6 0,2
42,7 0,3 1,5 Kandungan unsur kimia dalam sampah ini menentukan banyaknya energi
yang dihasilkan oleh sampah tsb, unsur-unsur yang dimaksudkan ialah C,H,O,N,S
Untuk mengetahui energi yang terdapatn dalam sampah digunakan fomula dulong
sbb: BTU/lb= 145,4 C + 620 (H- ) + 41 S BTU= british termal unit Rate timbulnya
sampah Proses pertumbuhan sampah dari waktu ke waktu masih terdapat kesulitan
dalam penganalisaan datanya. Hal ini disebabkan karena perbedaan cara pengukuran
dan klasifikasi sampah. 1. Pengukuran jumlah sampah - Pengukuran dengan volume Pengukuran dengan berat Pengukuran dengan volume tidak berperan penting karena
1m3 sampah dalam truk, tidak sama dgn 1m3 sampah yang telah dimampatkan pada
flocker tank dan tidak sama pula dengan 1m3 sampah pada sanitary

2. - landfill yang telah dipadatkan. Pengukuran dengan satuan bilangan merupakan


ukuran yang menjamin laporann yang akurat. ` pemanfaatan sampah misanya
composting, diawali dengan menghitung C:N ratio memperkirakan BTU sampah yang
akan dimanfaatkan panasnya juga memerlukan perhitungan satuan-satuan yang berat.
Namun di indonesia menggunakan satuan volume (kubik). Hal ini disebabkan
karenapengangkutan masih menggunakan gerobak, truk atau traveler yg kapasitas
muatnya ditentukan penuh tidaknya bak alat angkut tsb. Satuan unit angka (rate)
timbulnya sampah Satuan untuk timbulnya sampah berbeda-beda tergantung sumber
sampahnya Pemukiman: satuan kg/orang/hari Di indonesia: liter/orang/hari Komersial
(negara maju): lb/orang/hari Industri: misal sampahdi industri perakitan mobil:
lb/automobil Untuk usaha pengepakan: lb/case Untuk agriculture waste:
pounds/manure atau 1400 pounds/cow/day dan pounds of waste/ ton raw products

Faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah sampah 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Jumlah penduduk


dan kepadatannya Tingkat aktivitas Pola kehidupan/ tingkat sosial ekonomi Letak
geografis Iklim (tropis dan subtropis) Musim (musim gugur, musim buah-buahan dll)
Kemajuan teknologi (pembungkus plastik, daun perkembangan kemasan makanan,
obat akan mempengaruhi jumlah sampah) Pengaruh sampah terhadap kesehatan dan
lingkungan 1. Pengaruh sampah trhadap kesehatan

Pd awal kehidupan sampah belum menjadi permasalahan tetapi setelah adanya


pertambahan jumlah penduduk dengan ruang untuk hidup tetap, maka makin hari
masalah sampah makin besaar. Secara umum pembuangan sampah yang tidal
memenuhi syarat kesehatan lingkungan akan dapat mengakibatkan: a. Tempat
perkembangan dan sarang serangga dan tikus b. Sumber pengotoran tanah sumbersumber air permukaan, tanah, air dalam tanah ataupun udara c. Sumber dan tempat
hidup dari kuman-kkuman yang membahayakan kesehatan. 2. Sampah sebagai sarana
penularan penyakit Sampah dapat menjadi tempat dan sarang dari berbagai macam
vektor penular penyakit, vektor yang dimaksudkan: a. Lalat (kolera) b. Kecoa
(typhus) c. Nyamuk (dengue) Lalat dan kecoa merupakan vektor penular penyakit
infeksi perut, nyamuk merupakan vektor malaria, DHF, kaki gajah dan tikus
merupakan penular pes dan leptospirosis. Kebiasaan lalat 1. Hidup di tempat yang
kotor 2. Tertarik akan bau yang busuk 3. Sampah basah (garbage cepat berbau busuk
merupakan tempat berkembang dan tempat makan lalat) Kebiasaan kecoa 1. Senang
di tempat yang gelap, lembab dan berbau 2. Tempat tsb adalah tempat kecoa
berkembang biak Kebiasaan nyamuk 1. Nyamuk aedes dan culex suka bersarang pada
genangan air 2. Sampah-sampah yang berupa kaleng bekas, plastik aqua, ban bekas
jika berisi air menjadi tempat berkembang biak nyamuk Kebiasaan tikus Suka hidup
di tempat yang banyak makanan, di tempat yang lembab dan bercelah

Manfaat Sampah 1. 2. - Sampah yang mudah membusuk Kompos/pupuk Makanan


ternak (fog feeding) Gas bio (kotoran hewan dan garbage) Menimbun rawa Sampah
yangsulit/ tidak dapat membusuk Reuse (diambil dan dimanfaatkan kembali untuk
keperluan lain) Recycling (diambil kembali untuk diolah secara fisik dan kimiawi)
Cara Pengambilan sampah a. Hand sorting (pemilihan dengan tangan) b. Air
separation (pemisahan dengan udara) berguna untuk memisahkan sampah organik dan
anorganik c. Magnetic separation (pemisahan secara magnetik) d. Screening
(pengasingan) e. Floatotion (pemisahan dengan pengapungan) f. Optical sorting
(pemisahan gelas-gelas) Prospek Sampah Di Masa Mendatang Untuk mendapatkan
gambaran mengenai masalah sampah dimasa mendatang - Perkiraan laju kenaikan
penduduk pertahun - Produksi sampah/orang/hari Di USA faktor yang mempengaruhi
- Recovery - Recycling Sampah dari jumlahnya banyak dapat berkurang karena
sebagian dapat dimanfaatkan kembali dan digunakan sebagai bahan untuk energi

Kenaikan laju pertambahan sampah di masa mendatang dapat diklasifikasikan


menjadi 3 golongan: - Jika kenaikannya : 2,5%/tahun= low - Jika kenaikannya :
3,5%/tahun= medium - Jika kenaikannya : 4,5%/tahun= high Untuk dapat menghitung
prediksi jumlah sampah di masa yang akan datang dapat dipakai rumus: Pt= P0 (1+r)t
Keterangan: Pt= jumlah sampah pada tahun mendatang P0= jumlah sampah saat
sekarang r= persen kenaikan sampah/tahun t= jumlah tahun perhitungan contoh: laju
kenaikan sampah/tahun= 2,5% pada tahun 2011 jumlah sampah= 500m3/hari. Berapa
perkiraan sampah pada tahun 2031? Jawab: Pt= P0 (1+r)t = 500 (1+0,25)20 Pt= 819
m3/hari atau sekitar 290.000 m3/tahun Peredaran bahan (material flow) dan

timbulnya sampah Di lingkungan industri dapat dilihat sbb: Raw material residual
debris Manufacturing residual waste material Processing and recovery

Bahaya dan manfaat sampah di masa mendatang 1. Bahaya sampah di masa


mendatang Di masa mendatang sampah dan sisa buangan produksi atau sisa pestisida
yang tidak habis dipakai karena penggunaan yang semakin hari semakin meningkat.
Walaupun sisa-sisa ini relatif kecil namun karena dipergunakan secara meluas di
lingkungan manusia bila tidak dikelola dan tidak diawasi dengan baik akan
membahayakan kehidupan manusia di masa mendatang. Sampah pestisida dapat
mencemari tanah dan udara serta air. 2. Manfaat sampah di masa mendatang
Kemajuan teknologi maka sampah di masa mendatang dapat dimanfaatkan kembali
seperti misalnya bahan baku untuk suatu industri atau bahan bakar yang menghasilkan
energi, misalnya: Penemuan hasil pengolahan secara kimiawi Pembakaran untuk
mendapatkan panas Proses pengolahan secara biologi Penemuan hasil-hasil
pengolahan secara biologik Sistem pengolahan sampah 1. Sejarah pengelolaan
sampah Sejak dahulu diketahui pengelolaan sampah dan prinsip-prinsip dasar
pengelolaan sampah seperti sekarang yang membedakan hanya teknologi,
alat/fasilitas yang digunakan. 1906 (H de B parsons) menulis the disposal of
municipal refuse (prinsip-prinsip dasar dan metode pengelolaan sampah seperti
dewasa ini) Evolusi dari pengangkutan sampah: Thn 1900:
pengangkutan/pengumpulan dgn kereta kuda Thn 1925: kendaraan diganti dengan
solid tire motor truck kemudian terjadi modifikasi menjadi truck sampah dewasa ini
1976 truk dimodernisasi menjadi truck dilengkapi dengan pemadat (compactor)

Alatnya terus berkembang sampai sekarang truk dengan hidrolic. Alatnya terus
berkembang lagi dan kini dilengkapi dengan penyedot (vacum) Perkembangan
metode pembuangan sampah 1. Dumping on land/open dumping Pembuangan sampah
di tanah terbuka 2. Dumping to water Pembuangan sampah ke dalam air 3. Feeding to
hog Sampah diberi kepada ternak 4. Reduction Sampah direduksi untuk diambil
minyaknya 5. Inceneration (pembakaran sampah) 6. Plowing into the soil (sanitary
landfill) 2. Definisi pengelolaan sampah Berdasarkan buku solid water (george
tchobanoglous et.al) Sebagai suatu ilmu yang berhubungan dengan pengaturan
terhadap penimbulan, pengumpulan, pemindahan dan pengangkutan, pemrosesan dan
pembuangan sampah dengan suatu cara yang sesuai dengan prinsip-prinsip terbaik
dari kesehatan masyarakat, ekonomi, teknik, perlindungan alam, juga
mempertimbangkan sikap masyarakat. Ruang lingkup: fungsi administratif, hukum,
teknik, perencanaan Unsur-unsur pengelolaan sampah

Dampak keberadaan sampah 1. Nilai estetika Sampah yang menumpuk dan dibiarkan
pada tempat terbuka (open dump) menyebabkan turunnya estetika tempat sekitar,
menganggu keindahan panorama setempat, bau busuk yang tidak enak dan
berkembangnya berbagai organisme patogen, tempat berkembang biak lalat yang
mampu membawa penyakit. 2. Polusi udara Pembakaran sampah secara terbuka
menimbulkan emisi gas karbon dioksida, karbon monoksida, nitrogen monoksida, gas
sulfur dan partikel-partikel halus di udara yang dapat menyebabkan penyakit
pernafasan,penyakit kulit, infeksi mata dsb. 3. Kontaminasi pada air Air hujan
bersama dengan air hasil pembusukan dikenal sebagai air lindi atau leachate akan
berkumpul maupun mengalir ke parit-parit maupun ke sungai yang ada di sekitarnya,
akibatnya air sungai tercemar oleh air lindi sehingga tidak dapat dimanfaatkan karena
akan menimbulkan gatal-gatal pada kulit. 4. Sumber penyakit Tempat penimbunan
sampah khususnya yang masih basah merupakan tempat hidup nyamuk, lalat, insekta

dan mikroba. Binatang-binatang tersebut dapat menularkan atau menyebabkan


timbulnya penyakit pada masyarakatn sekitar tempat penampungan sampah.

Penyakit bawaan sampah Nama penyakit Bawaan lalat Dysentri basilaris Dysentri
amuba Typhus abdominalis Cholera Ascariasis ancylostomiasis Penyebab penyakit
Shigella shigae Entamoeba histolistika Salmonella typhii Vibrio cholera A.
Lumbricoides A. duodenale bawaan tikus/pinjal pest Pasteurella pestis leptospirosis
Leptospira rat bite fever Sreptobacillus moniliform keracunan metana carbon dioxide
carbon monoxide logam berat dsb Dekomposisi tanah biasanya terjadi secara aerobik,
dilanjutkan secara fakultatif dan secara anaerobik, apabila oksigen telah habis.
Dekomposisi aerobik akan menghasilkan cairan yang disebut leachate beserta gas.
Leachate atau lindi ini adalah cairan yang mengandung zat padat tersuspensi yang
sangat halus dan hasil penguraian mikroba. Biasanya tdd Ca,Mg, Na, K, Fe, Cl, sulfat,
posphat, Zn, Ni, CO2, N2, NH3, H2S dan asam organik, tergantung dari kualitas
sampah maka di dalam leachate biasa juga ditemukan mikroba patogen, logam berat
dan zat lainnya. 5. Penyumbatan saluran air Kebiasaan yang masih sulit dicegah yaitu
masih banyaknya warga yang mebuang ssampah dengan sengaja di selokan, ke sungai
atau got, saluran pembuangan air di kota, timbunan sampah yang tidak

sengaja akan dapat menutup saluran kota. Akibatnya air saluran meluap pada waktu
hujan. Air sugai pun ikut menjadi kotor. 6. Longsoran sampah Penumpukan sampah
yang terlalu tinggi menyebabkan longsor, jadi sampah yang meninbunm tak terkendali
dapat menyebabkan bencana alam. Dampak Positif Sampah Dibuat pupuk atau
kompos Dimanfaatkan untuk menyuburkan tanah. Proses dekomposisi telah mampu
mengubah sampah menjadi humus ini dilakukan pada jenis dampah organil yang
musah membusuk a.l daun-daunan oleh sebab itu perlu dilakaukan pemilahan sampah
terlebih dahulu. Dimanfaatkan sebagai makanan ternak Terlebih dahulu pd sampah
dilakukan pemilahan dan pengolahan sampah sebelum diberikan kepada ternak.
Maksudnya agar ternak terhindar dari pengaruh buruk sampah khususnya karena
keberadaan B3. Dibakar atau dipakai sebagai bahan bakar, sampah dimanfaatkan
sebagai bahan baku biogas dan briket. Untuk meninbun rawa Semua jenis sampah
dapat dipergunakan sebagai bahan timbunan tanah rawa namun perlu diperhatikan
bahwa air rawa tsb tidak dimanfaatkan untuk air irigasi. Hal ini perlu diperhatikan
karena selama proses pembusukan sampah dapat menimbulkan air lindi yang bersifat
toksik. Menurut neolaka (2008) Sistem pengelolaan sampah yang telah disepakati
pemerintah dan perusahaan pengelola untuk melaksanakan pengelolaan sampah
tersebut harus dengan didukung penuh oleh rakyat yang memroduksi sampah. Apabila
hal ini terjadi maka pengelolaan sampah yang harmonis dan persoalan dapat
diselesaikan dengan baik. TPA dan IPST (instalasi pengelolaan sampah terpadu)

Bebeapa aspek yang perlu didekati dalam pengelolaan persampahan: I. II. III. Aspek
teknik Hal pertama yang perlu diperhatikan dalam mengelola persampahan adalah
karakter dari sampah yang ditimbulkan oleh masyarakat perkotaan. Berbagai karakter
sampah yang perlu dikenali, dimengerti dan dipahami. Karakter sampah dapat
dikenali sbb: 1. Tingkat produksi sampah 2. Komposisi dan kandungan sampah 3.
Kecenderungan perubahannya dari waktu ke waktu Karakter sampah tersebut sangat
dipengaruhi oleh tingkat pertumbuhan penduduk, pertumbuhan ekonomi dan
kemakmuran serta gaya hidup masyarakat perkotaan. Aspek kelembagaan Dilakukan
oleh dinas kebersihan kota Aspek keuangan dan management Pengelolaan sampah
secara terpadu: kebejakan strategis yang telah ditetapkan oleh pemerintah baru tahap
aspek teknis yaitu dengan melakukan pengurangan timbulan sampah dengan

menerapkan reduce, recycle dan reuse (3R) dengan harapan pada tahun 2025 tercapai
zero waste. Pengolahan Sampah Yang dimaksud dengan pengeolaan sampah adalah
suatu upaya yang sering dilakukan dalam sistem management persampahan dengan
tujuan untuk: a. Meningkatkan efisiensi operasional b. Mendaur ulang material
(bahan-bahan yang kurang bermanfaat untuk ditingkatkan kembali manfaatnya) c.
Mendaur ulang material (bahan-bahan buangan untuk diubah menjasi produk lain atau
energi)

Secara proses ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut
diantaranya adalah: 1. Pemadatan (Compaction) Upaya mengurangi volume sampah
secara mekanis nama alatnya compactor. 2. Pembakaran (incineration) Upaya
mengurangi volume sampah secara kimiawi alatnya incinerator 3. Penghancuran
(shreading) Upaya mengurangi volume sampah dengan cara memotong-motong atau
mengiris-iris 4. Pemisahan : untuk memudahkan proses daur ulang 5. Pengeringan
Pengurangan kadar dengan maksud mengurangi volume dan berat sampah. Pola
Teknis Operasional I. Pola pemadatan : - individual - komunal II. pengumpulan : individual langsung - individual tidak langsung - komunal langsung -komunal tidak
langsung Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah TPA Sampah:
tempatpembuanganakhirsampah yang berasaldariberbagaisumberpenghasilsampah.
TPA sampahterletak di
daerahtertentudandibuatsedemikianrupasehinggatidakmengganggukesehatanl
ingkungandanmanusia.TPA
sampahmerupakansalahsatuunsurpokokdalampengelolaansampah.

MenurutAzwar (1996), lazimnyam yang harusdipenuhidalammembangun TPA


sampahadalah: 1. tidakdibangunberdekatandengansumber air minumatausumber air
lainnya yang dipergunakanolehmanusiasepertimansi, mencuci, kakusdsb.
Adapunjarakyagnseringdipakaisebagaipedomanialahlebihdari200m darisumber air. 2.
Tidakdibangunpadadaerah yang seringterkenabanjir 3. Dibangunpadatempat yang
jauhdaritempattinggalmanusiayaitusekitar 2km
daripemukimanpenduduksertakuranglebih 15km daripermukaanlaut.
Jaraktersebutberhubungandenganbau yang ditimbulkansampahsertajarakterbanglalat.
JenisPelayananSampah 1. Curb collection: container diletakan di pinggirjalan 2. Alley
collection: container berada di gang-gang 3. Set out:
petugasmasukkehalamanmengambilsampahdan container di letakan di pinggirjalan 4.
Set out set back: container
diambilolehpetugasdansetelahdikosongkandikembalikanketempatsemul a. 5. Back
yard carry: petugasbertanggungjawabmasukkehalamanrumahuntukmengambilsam
pah. SistemPengumpulansampah 1. Sistem container diangkut (HCS)

Container diangkutketempatpembuangandandikosongkankemudian container


dikembalikanketempatsemulaatauketempat lain.
Secaraekonomisisteminisangatmenguntungkan. 2. Sistem container tetap (SCS)
Sampahdimasukankedalamtruksampah,
diangkutdandibuangketempatpembuangasampah. Ada 2 bentuksistemini: Mempunyai
compactor tetap Secara manual Ada 3 system HCS: 1. Horst truk:
trukdenganalatpengengkutdanmenggunakanalat compactor tetap 2. System tilf frame:
truk container yang
memilikicomapactortetapdancarapengosongannyadengancaramemiring kan. 3.
System trailer (truktraktor): container tertutupyang dilengkapidenga compactor tetap.
Klasifikasi Transfer station 1. Stasiunpemindahkecilkapasitas 100 ton/hari 2.

Stasiunpemindahbesarkapasitas 100-500 ton/hari 3. Stasuinpemindahbesarkapasitas>


500 ton/hari Type stasiunpemindah a. Tipepengisianlangsung (direct dis-charge) b.
Tipebongkarsimpan c. Tipekombinasi (pengisianlangsungdanbongkarsimpan)

SyaratStasiunPemindah 1. Sedekatmungkindengan area ataudaerah


dilayanidanpenghasilterbnyak 2. Mudahdijangkauolehkendaraanpengangkutsampah 3.
Tidakmenganggumasyarakatdanlingkunganselamaberopersi yang
MetodePengolahanSampah Pengolahan sampah dilakukan sebagai tahap akhir
pengelolaan sampah sebelum dibuang ke alam ataupun supaya dapat dimanfaatkan
kembali. Ada beberapa metode pengolahan sampah yaitu daur ulang, open dumping,
sanitary landfill, insinerasi/ pembakaran serta pengomposan. Kegiatan daur ulang
dilakukan dengan cara menggunakan kembali (reuse) benda-benda yang masih
berguna, dikembalikan manfaatnya dan memisahkan bahan yang masih perlu diproses
sebelum digunakan kembali. World Health Organization (1999) Pada sistem open
dumping, sampah ditimbun di areal tertentu tanpa membutuhkan tanah penutup,
sedangkan pada cara sanitary landfill sampah ditimbun secara berselang seling antara
lapisan tanah sebagai penutup (tiwow, dkk, 2003) Insinerator adalahalat pemusnah
limbah padat dengan cara pembakaran yang terkendali sehingga emisi gas buangan
terkontrol atau tidak menimbulkanpencemaran lingkungan serta abu hasil pembakaran
tidak berbahaya (stabil). Pembakaran adalah sistem sederhana dengan membakar atau
mengoksidasi senyawa-senyawa. Pembakaran sederhana menghasilkan panas, cahay,
air, dan CO2. Abu sebagai kombinasi material akhir terbentuk akibat pembakaran
yang tidak sempurna dari padatan baru yang terbentuk selama masa oksidasi
(LIPI,2003).

Selain metode di atas, sering juga digunakan metode untuk mengelola sampah.
Kompos adalah zat akhir dari suatu pengomposan. Proses fermentasi tumpukan
sampah/selesah tanaman dan termasuk bangkai binatang. Perubahan yang terjadi
karena adanya penguraian, pembebasan dan pengikatan berbagai zat/unsur hara oleh
jasad renik selama proses pembentukan kompos (sutejo,2002). Prinsip pembuatan
kompos merupakan pencampuran bahan organik dengan mikroorganisme sebagai
aktivator. Mikroorganisme tsb dapat diperoleh dari berbagai sumber, seperti kotoran
ternak (manure) atau bakteri inokulan (bakterial inokulant) berupa effectiive
microorganisms (EM4), orgadec dan stardec. Mikroorganisme tersebut berperan
dalam menjaga keseimbangan karbon dan nitrogen yang merupakan faktor penentu
keberhasilan pembuatan kompos. Kendala dalam pengelolaan sampah Menurut
soemirat (2003) pada saat ini terdaspat beberapa kendala dalam pengelolaan sampah
yaitu: 1. Cepatnya perkembangan tingkat hidup masyarakat yang tidak sesuai/ disertai
dengan keselarasan pengetahuan tentang persampahan 2. Cepatnya pekembangan
teknologi, lebih cepat daripada kemempuan masyarakat untuk mengelola dan
memahami persampahan. 3. Meningkatnya biaya operasi pengelolaan dalam
konstruksi di segala bidang termasuk persampahan. Kebiasaan pengelolaan sampah
yang tidak efisien, tidak benar menimbulkan masalah pencemaran udara, tanah dan air
serta menimbulkan turunnya harga tanah karena daerah itu turun estetiknya, bau dan
tinggi populasi lalat. 4. Kegagakan dalam daur ulang ataupun pemanfaatan kembali
barang bekas, juga ketidakmampuan orang memelihara barangnya sehingga cepat
rusak.

5. Semakin sulitnya mendapatknn lahan untuk TPA sampah, selain tanah dan formasi
tanah yang tidak cocok bagi pembuangan sampah, juga terjadi kompetisi yang
semakin rumit akan penggunaan tanah. 6. Semakin banyaknya masyarakat yang

berkeberatan bahwa daerahnya dipakai sebagai tempat pembuangan sampah. 7.


Kurangnya pengawasan dan pelaksanaan peraturan. 8. Sulitnya mencari partisipasi
masyarakat untuk membuang sampah pada tempatnya dan memelihara kebersihan 9.
Pembiayaan yang tidak memadai mengingat bahwa sampai saat ini kebanyakan
sampah masih dikelola oleh jawatan pemerintah 10.Pengelolaan sampah di masa lalu
dan masa kini kurang memperhatikan faktor non-teknis seperti partisipasi masyarakat
dan penyuluhan tenteng hidup sehat dan bersih Penentuan umur teknis TPA
didasarkan pada: 1. 2. 3. 4. 5. Luas zona sampah Ketinggian sampah aktual
Ketinggian sampah yang direncanakan Laju pembuangan sampah Laju penurunan
Menajemen pengolahan sampah terpadu Terdapat 3 alasan mengapa manajemen
dibutuhkan: 1. Untuk mencapai tujuan, baik tujuan organisasi mauun tujuan pribadi.
2. Untuk menjaga keseimbangan antara tujuan-tujuan yang saling berntentangan
dalam organisasi tsb. 3. Untuk mencapai efisiensi dan efektivitas yang merupakan
salah satu cara umum menilai organisasi.

HAZARDOUS REFUSE (SAMPAH BERBAHAYA) Yaitu suatu bahan buangan yang


mempunyai potensi menimbulkan bahaya bagi kesehatan manusia maupun makhluk
hidup lain. Pengaruh sampah berbahaya terhadap lingkungan: 1. Bahan buangan tsb
tidak dapat diturunkan kadar bahayanya atau tetap selama berada di alam, contoh
plastik 2. Dari segi biologis sangat besar bahayanya 3. Dapat menyebabkan kematian
4. Memberi kerusakan secara kumulatif Sifat Sampah Berbahaya 1. Racun 2. Mudah
terbakar 3. Mudah menimbulkan karat Macam Limbah Beracun Limbah mudah
meledak: limbah yang melalui reaksi kimia dapat menghasilkan gas dengan suhu dan
tekanan tinggi yang dapat dengan cepat merusak limgkungan Limbah mudah terbakar:
limbah yang bila berdekatan dengan api, percikan api, gesekan atau sumber nyala lain
mudah terbakar atau menyala dan bila telah menyala akan terus terbakar hebat dalam
waktu lama Limbah reaktif: limbah yang menyebabkan kebakaran karena melepaskan
oksigen atau menerima oksigen atau limbah organik peroksida yang tidak stabil dalam
suhu tinggi Limbah beracun: limbah yang mengandung racun yang berbahaya bagi
manusia dan lingkungan. Limbah B3 dapat menimbulkan kematian atau sakit bila
masuk ke dalam tubuh melalui pernapasan, kulit atau mulut.

Limbah penyebab infeksi: limbah lab yang terinfeksi penyakit atau kuman, seperti
bagian tubuh manusia yang diamputasi dan cairan tubuh manusia yang terkena
infeksi. Limbah yang bersifat korosif: limbah yang menyebabkan iritasi pada kulit
atau mengkorosi baja, yaitu memiliki pH 2,0 untuk limbah yang bersifat asam dan
pH >12,5 untuk yang bersifat basa. Jenis dan Sumber Sampah Berbahaya 1. Bahan
buangan radioaktif Radiasi untuk jangka waktu reatif lama sehingga berbahaya bagi
makhluk hidup. Misalnya senyawa uranium Sumber: 1. Pusat penelitian medis 2.
rumah sakit 3. laboratorium 4. instalasi pembangkit tenaga nuklir 2. sampah bahan
kimia a. bahan organik b. bahan anorganik c. bahan yang mudah terbakar d. bahan
yang mudah meledak sumber: pabrik pestisida, pabrik baterai, pabrik mesiu, rumah
sakit, laboratorium 3. sampah biologis sifatnya adalah: punya kemampuan untuk
menginfeksi makhluk hidup dan menghasilkan bahan beracun. Termasuk golongan ini
adalah: a. jaringan tumor dan kanker b. kain pembalut c. obat-obatan kadaluarsa 4.
sampah yang mudah terbakar termasuk golongan sampah kimia, sangat berbahaya dan
sulit penanganannya sehingga penyimpanan, pengumpulan dan

5. - pembuangannya dikerjakan lebih khusus. Bahan ini berbentuk gas, cair dan padat.
Contoh: organik sulpen, bensin, oli, alkohol, plastik dan lumpur organik. Sumber: instalasi penjernihan minyak, penyimpanan minyak dan pabrik alkohol bahan

buangan yang mudah meledak berbentuk gas, padat dan cair bahan meriam, senjata,
bahan peledak dan mesiu sumber: pabrik senjata, pabrik mesiu dan pabrik petasan
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam usaha penanganan sampah berbahaya 1.
peran serta secara aktif masyarakat dalam hal pemberian info maupun pengumpulan
pendapat 2. kerja sama yang baik antara masyarakat dan petugas kesehatan
masyarakat 3. kesadaran akan arti kesehatan dan bahaya dari sampah tsb oleh pemilik
industri BIOGAS proses fermentasi dari sampah, sisa makanan, kotoran hewan,
sampah (garbage) dengan bantuan mikroorganisme anaerobik dari dalam alat pembuat
biogas. Biogas menghasilkan energi panas. Komposisinya tdd: 1. 2. 3. 4. 5. 6. Gas
metana CH4= 54-70% Gas CO2= 21-45% Gas CO= 0,1% Gas O2= 0,1% Gas N2=
0,5-3% Gas H2S= sangat sedikit

Sifat-sifat Gas CH4 - Tidak berwarna - Tidak berasa dan - Tidak berbau 1 m3 gas
CH4mengandung 4000-5000 kgkal setara dengan untuk merebus 130L atau 60-100
selama 5-6 jam Proses terjadinya CH4

Persyaratan khusus tempat pembuangan sampah berbahaya: 1. Ditentukan oleh jenis


bahan buangan yang dihasilkan atau ditampungnya 2. Sifat sampah berbaya tersebut
3. Lokasi tempat penyimpanan diletakkan Syarat ukuran/ volume tempat
penyimpanan sampah berbahaya: 1. Tergantung dari jumlah sampah yang diproduksi/
dihasilkan 2. Disesuaikan dengan waktu pembuangan yang diinginkan Jangka waktu/
lama penyimpanan sampah berbahaya: 1. Pada jenis tertrentu, sampah berbahaya
dapat disimpan sampai beberapa bulan juga sampai beberapa tahun 2. Pada jenis
tertentu jugan harus segera dibuang/ dimusnahkan sesuai dengan persyaratan
kesehatan yang diperkenankan Persyaratan teknis tempat penyimpanan sampah
berbahaya: 1. Untuk jenis sampah yang mudah membuat karat, tempat
penyimpanannya terbuat dari tangki atau drum fiber glas yang dilapisi dengan glas 2.
Untuk jenis sampah yang mempunyai tekanan tinggi, biasanya disimpan dalam tangki
yang ditanam di dalam tanah atau dimasukkan ke dalam sumur 3. Untuk sampah
radioaktif disimpan dalam drum metal atau timah hitam dan dibungkus dengan beton
4. Untuk jenis sampah toksis, tempat penyimpanannya terbuat dari metal atau fiber
glas dan dilapisi dengan kaca di bagian dalamnya untuk mencegah karat dan untuk zat
kimia yang bersifat asam 5. Untuk jenis sampah biologis, penyimpanannya dapat
dibuat dengan 2 tahap yaitu:

a. Pra-storage: yaitu membungkus sampah berbahaya dengan kantong plastik tebal b.


Storage:nyaitu tempat penyimpanan yang berupa drum metal atau plastik yang dapat
menampung sampah dari pra-storage tadi 6. Untuk jenis sampah yang mudah
terbakar, tempat penyimpanannya harus kuat dan rapat terbuat dari drum metal yang
tertutup 7. Untuk jenis sampah yang mudah meledak, tempat penyimpanannya sama
dengan sampah yang mudah terbakar, terbuat dari drum metal dan baja steel dan tahan
benturan fisik. SANITARY LANDFILL Adalah metode pembuangan sampah yang
memenuhi syarat. *sampah diratakan, dipadatkan setiap hari dan ditutup tanah
diatasnya setebal 15cm yang telah dipadatkan. Ada 3 macam metode sanitary landfill
1. Metode galian parit (trench method) Tanah digali dibuat parit, sampah dimasukkan
ke dalam parit, diratakan dan dipadatkan, ditutup dengan tanah bekas galian setebal
15cm, dipadatkan. 2. Metode area (area method) Sampah dibuang di atas tanah yang
rendah seperti rawa-rawa, jurang, lereng bukit, dipadatkan dan ditutup tanah setiap
hari, tanah penutup diambil ditempat lain. 3. Metode ramp Gabungan metode 1 dan 2.
Sampah setiap hari ditutup tanah setebal 15cm yang telah dipadatkan. Persyaratan
teknis SLF 1. Pemadatan setiap hari dengan kemiringan 300 (daily cell of refuse)

2. Penimbunana sampah setiap hari setebal 15cm yang dipadatkan (daily earth cover)
3. Setelah sampai ketinggian sampah maksimum 250cm yang telah dipadatkan,
penutup akhir dengan tanah setebal 70cm yang dipadatkan (top earth cover) 4.
Memerlukan ventilasi (pipa berlubang) untuk pengeluaran gas-gas yang dihasilkan
dari proses kimiawi, biologis dan fisik dan pembusukan sampah dan penstabilan. Gasgas yang dihasilkan pada proses pembusukan anaerobik: CH4, NH3, H2S, CO2, N2
NB: 4 hari pertama suhu naik 550-650 60 hari kemudian suhu turun 2 tahun
permukaan tanah turun 10% ASPEK PENTING DALAM PENYELENGGARAAN
SLF 1. Memilih lokasi SLF Tanah (tanah yang permeabilitasnya rendah) Jarak dari
sumber air 200m Luas tanah yang dibutuhkan tergantung jumlah/kuantitas sampah
yang dibuang setiap hari Perhitungan luas tanah: 1. Data jumlah penduduk dan data
jumlah sampah/hari 2. Kepadatan sampah 3. Max tinggi sampah 250cm 2. Tidak
mencemari lingkungan Tidak di daerah banjir Pengawasan terhadap CH4 dan vektor
3. Efisiensi jarak tempuh truk pengangkut sampah 22-30 km

MANFAAT SETELAH SLF JADI 1. 2. 3. 4. 5. Lapangan olahraga Tempat rekreasi


Tempat parkir Tempat penghijauan Lapangan pesewat terbang KEGAGALAN DARI
SLF 1. 2. 3. 4. Musim Kurang alat atau biaya Ada kecelakaan, kebakaran Frekuensi
pengangkutan sampah PENGELOLAAN SAMPAH Analisis instruksional 1.
Menjauhkan sumber-sumber dan karakteristik sampah 2. Menghitung jumlah
timbulan sampah 3. Menjelaskan landasan hukum dan peraturan 4. Memilih
partisipasi masyarakat 5. Menentukan sistem pengumpulan dan pengangkutan sampah
6. Menentukan jenis dan jumlah pewadahan 7. Menentukan jenis dan jumlah alat
pengumpulan 8. Menentukan jenis dan jumlah TPS 9. Menentukan jumlah dan jenis
alat pengangkutan 10.Menentukan pembuangan atau metode pembuangan akhir
sampah 11.Menentukan lokasi lahan pembuangan akhir sampah 12.Menghitung
kebutuhan lahan pembuangan akhir sampah 13.Merencanakan sistem pembuangan
akhir 14. Merencanakan sistem pengelolaan sampah

Sampah berbahaya (hazardous refuse) Pengolahan Limbah Bahan Berbahaya dan


Beracun (B3) Pengolahan limbah B3 dapat dilakukan dengan cara 1. 2. 3. 4. Thermal
Stabilisasi dan solidifikasi Secara fisik, kimia dan biologis Dan atau cara lain sesuai
dengan perkembangan teknologi Lokasi Pengolahan Pemilihan lokasi untuk
pengolahan limbah B3 harus memenuhi ketentuan: 1. Bebas banjir, tidak rawan
bencana dan bukan kawasan lindung 2. Merupakan lokasi yang ditetapkan sebagai
kawasan peruntukan industri berdasarkan rencana tata ruang. STABILISASI DAN
SOLIDIFIKASI Pengolahan limbah B3 dengan cara stabilisasi dan solidifikasi wajib
memenuhi syarat sebagai berikut: a. Melakukan analisis dengan prosedur ekstraksi
untuk menentukan mobilitas senyawa organik dan anorganik (toxicity characteristic
leaching procedure=TCLP) b. Melakukan penimbunan hasil pengolahan stabilisasi
dan solidifikasi dengan ketentuan penimbunan limbah B3 (landfill) Stabilisasi adalah
proses penanganan limbah berbahaya, yaitu mencampur limbah dengan bahan natau
aditif atau reagen kimia untuk mengurangi sifat berbahaya limbah sehingga dapat: 1.
Meningkatkan karakteristik fisikk dan penenganann limbah

2. Mengurangi luas permukaan sehingga kontaminan yang lolos menjadi lebih sedikit
3. Membatasi kelarutan pencemar 4. Mereduksi toksisitas Solidifikasi adalah proses
yg menggunakan bahan pemadat (solidifying agent) pada limbah brbahaya sehingga
diperoleh produk dalam bentuk matrik padat untuk: 1. Meningkatkan kekuatan
(strength) 2. Meningkatkan kuat tekan (compressable) 3. Menurunkan permeabilitas
limbah PENGOLAHAN FISIK/KIMIA Pengolahan limbah B3 secara fisik dan kimia

yang menghasilkan; a. Limbah cair, maka limbah tersebut wajib memenuhi baku mutu
limbah cair b. Limbah padat, maka limbah terebut wajib memenuhi ketentuan tentang
pengelolaan limbah B3 Sistem pengolahan fisik/kimia 1. Sistem ultrafiltrasi 2. Sistem
reserve osmosis 3. Sistem elektrodialisis a. Soil vapor extractor b. Sistem
stripping/distilation c. Adsorbsi karbon aktif

PENGOLAHAN THERMAL Incinerator: sebuah proses yang memungkinkan materi


combustable (bahan yang mudah terbakar) seperti halnya limbah organik mengalami
pembakaran kemudian menghasilkan gas/partikulat, residu non-combustable dan
debu. Insinerasi: proses oksidasi senyawa organik dengan kontrol temperatur tinggi
untuk dikonversi menjasi CO2 dan H2O Sasaran insinerasi limbah: 1. Mengurangi
massa atau volume sehingga penanganannya menjadi lebih mudah, limbah tersebut
dikonversi menjadi gas dan debu 2. Destruksi komponen berbahaya untuk limbah
berbahaya padat, sludge atau cair. Biasanya dioperasikan diatas 8000. 3.
Menghasilkan energi Keuntungan insinerator 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Mengurangi volume
dan berat (90% volume- 75% weight reduction) Pengurangan sampah sangat cepat,
tidak butuh waktu lama Destruksi dalam hitungan detik Insinerasi dapat dilakukan di
lokasi/sumber Gas yang dihasilkan dapat dikontrol Residu biasanya steril Kebutuhan
lahan relatif kecil Biaya operasional dapat ditekan dengan menjual energi panas yang
dihasilkan Keuntungan insinerator 1. Modal awal yang relatif tinggi 2. Di samping itu
masalah pencemaran udara yang dapat ditimbulkan membutuhkan sarana yang baik
dan cocok untuk menanggulanginya Jenis-jenis insinerator 1. Open burning 2. Single
chamber incinerator

3. 4. 5. 6. 7. 8. Open pit incinerator Multiple chamber incinerator Starved air unit


Aqueous waste injector Multiple heart Rotary klin Penimbunan /Landfill Limbah B3
Lokasi penimbunan limbah B3 wajib memenuhi persyaratan sebagai berikut: a. Bebas
dari banjir b. Permeabilitas tanah max 10-7 cm/detik c. Merupakan lokasi yang
ditetapakan sebagai lokasi penimbunan limbah B3 berdasarkan rencana tata ruang d.
Merupakan daerah yang secara geologis dinyatakan sebagai lokasi penimbunan yang
aman, stabil tidak rawan bencana dan di luar kawasan lindung e. Tidak merupakan
daerah resapan air tanah, khususnya yang digunakan untuk air minum Penimbunan
limbah B3 wajib menggunakan sistem pelapis yang dilengkapi dengan saluran untuk
pengaturan aliran air permukaan, pengumpulan air lindi dan pengolahannya, sumur
pantau dan lapisan penutup akhir yang telah disetujui oleh instansi yang bertanggung
jawab. Syarat landfill untuk limbah B3 Persyaratan limbah B3 diterima dalam
keadaan landfill B3 menurut kep no. 4 BAPEDAL/09/95 1. Limbah tersebut memiliki
bahan cemaran yang lebih rendah dari ambang batas yang ditentukan dengan uji
TCLP. Bila tidak memenuhi nilai tersebut maka dibutuhkan proses
stabilisasi/solidifikasi agar limbah tersebut berada dalam matrik padat

2. Tidak berfasa cair (lumpur) melalui uji point filter yaitu uji kekentalan uji yang
menentukan sifat mengalir suatu bahan 3. Tidak bersifat mudah meledak, mudah
terbakar, reaktif dan menyebabkan infeksi 4. Kuat tekan (unconfied compressive
strength)> 1kg/cm3 5. Tidak mengandung zat organik> 10% 6. Tidak mengandung
PCB, dioksin dan tidak bersifat radioaktif Komponen Landfill 1. 2. 3. 4. 5. 6. Pelapis
dasar Lapisan penyangga primer Lapisan penyangga sekunder Penutup akhir
Penanganan lindi (leachatte) Monitoring Landfill Limbah B3 di Indonesia Dibagi
menjadi 3 kategori Kategori I: landfill lapisan dasar ganda Kategori II: landfill dengan
lapisan tunggal Kategori III: landfill dengan lapisan dasar liat (clay) (kep No.4
BAPEDAL/09/95)

Limbah Rumah Sakit Limbah yang berbentuk padat maupun cair yang berasal dari
kegiatan rumah sakit baik dari kegiatan medis maupun dari kegiatan non-medis yang
kemngkinan besar mengandung mikroorganisme, bahan kimia dan radioaktif. Jenis
Limbah Rumah Sakit Limbah yang dihasilkan dari rumah sakit dapat dibagi menjadi
1. Limbah medis a. Padat b. Cair c. Radiioaktif 2. Iimbah non-medis a. Padat b. Cair
Limbah padat medis Sering juga disebut sebagai sampah biologis: 1. Sampah medis
yang dihasilkan dari ruang poliklinik, ruang perawatan, ruang bedah dan ruang
kebidanan Seperti: perban, kaca, alat injeksi, ampul dan botol bekas obat injeksi,
kateter, swab, plester, masker dsb. 2. Sampah patologis yang dihasilkan dari ruang
poliklinik, bedah, kebidanan dan ruang otopsi Seperti: plasenta, jaringan organ,
anggota badan dsb 3. Sampah laboratorium yang dihasilkan dari pemeriksaan lab
diagnostik atau penelitian Seperti: sediaan atau media sampel dan bangkai binatang
percobaan. Limbah padat non-medis Dihasilkan dari kegiatan berikut 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Kantor atau adminstrasi Untuk perlengkapan Ruang tunggu Ruang inap Unit gizi atau
dapur Halaman parkir dan taman

7. Unit pelayanan Limbah cair medis Limbah yang mengandung zat beracun seperti
bahan-bahan kimia anorganik, zat organik yang berasal dari air blasan ruang bedah
otopsi. Limbah cair non-medis Merupakan limbah rumah sakit yang berupa: 1.
Kotoran manusia berupa tinja, air kemih yang berasal dari kloset dan peturasan di
dalam toilet atau kamar mandi 2. Air bekas cucian yang berasal dr lavatory, kitchen
sink atau floor drain ruangan di rumah sakit

Anda mungkin juga menyukai