Anda di halaman 1dari 7

Pengelolaan

sampah

Pengelolaan sampah adalah


pengumpulan, pengangkutan, pengolahan, mendaur ulang dari
material sampah. Kalimat ini biasanya mengacu pada material sampah yang dihasilkan dari
kegiatan manusia, dan biasanya dikelola untuk mengurangi dampaknya terhadap kesehatan,
lingkungan, atau estetika. Pengelolaan sampah juga dilakukan untuk memulihkan sumber
daya alam (resources recovery). Pengelolaan sampah bisa melibatkan zat padat, cair, gas,
atau radioaktif dengan metode dan keterampilan khusus untuk masing-masing jenis zat.

Praktik pengelolaan sampah berbeda beda antara negara maju dan negara berkembang,
berbeda juga antara daerah perkotaan dengan daerah pedesaan dan antara daerah
perumahan dengan daerah industri. Pengelolaan sampah yang tidak berbahaya dari
pemukiman dan institusi di area metropolitan biasanya menjadi tanggung jawab pemerintah
daerah, sedangkan untuk sampah dari area komersial dan industri biasanya ditangani oleh
perusahaan pengolah sampah.

Metode pengelolaan sampah berbeda-beda tergantung banyak hal, di antaranya tipe zat
sampah, lahan yang digunakan untuk mengolah, dan ketersediaan lahan.

Tujuan

Pengelolaan sampah merupakan proses yang diperlukan dengan dua tujuan:

mengubah sampah menjadi material yang memiliki nilai ekonomis (pemanfaatan sampah),
atau
mengolah sampah agar menjadi material yang tidak membahayakan bagi lingkungan
hidup.

Metode Pembuangan

Penimbunan darat

Penimbunan darat sampah di Hawaii.

Pembuangan sampah pada penimbunan darat termasuk menguburnya untuk membuang


sampah, metode ini adalah metode paling populer di dunia. Penimbunan ini biasanya
dilakukan di tanah yang tidak terpakai, lubang bekas pertambangan, atau lubang-lubang
dalam. Sebuah lahan penimbunan darat yang dirancang dan dikelola dengan baik akan
menjadi tempat penimbunan sampah yang higienis dan murah. Sedangkan penimbunan
darat yang tidak dirancang dan tidak dikelola dengan baik akan menyebabkan berbagai
masalah lingkungan, di antaranya angin yang berbau sampah, menarik berkumpulnya hama,
dan adanya genangan air sampah. Efek samping lain dari sampah adalah gas metana dan
karbon dioksida yang juga sangat berbahaya.

Kendaraan pemadat sampah penimbunan darat.


Karakteristik desain dari penimbunan darat yang modern di antaranya adalah metode
pengumpulan air sampah menggunakan bahan tanah liat atau plastik pelapis. Sampah
biasanya dipadatkan untuk mengurangi volume dan menambah kestabilannya, dan ditutup
untuk tidak menarik hama (biasanya tikus). Banyak penimbunan sampah mempunyai sistem
pengekstrasi gas yang dipasang untuk mengambil gas yang terjadi. Gas yang terkumpul akan
dialirkan keluar dari tempat penimbunan dan dibakar di menara pembakar atau dibakar di
mesin berbahan bakar gas untuk membangkitkan listrik.

Daur ulang (recyle)

Proses pemilahan sampah yang masih memiliki nilai secara materiil untuk digunakan
kembali disebut sebagai daur ulang (recyle). Ada beberapa cara daur ulang, pertama adalah
mengambil bahan sampahnya untuk diproses lagi atau mengambil energi dari bahan yang
bisa dibakar untuk membangkitkan listrik.

Pengolahan kembali secara fisik

Baja yang dibuang, dan kemudian dipilah di fasilitas Central European Waste Management, Eropa.

Metode ini adalah aktivitas paling populer dari daur ulang, yaitu mengumpulkan dan
menggunakan kembali sampah yang dibuang, contohnya botol bekas pakai yang
dikumpulkan untuk digunakan kembali. Pengumpulan bisa dilakukan dari sampah yang
sudah dipisahkan dari awal (kotak sampah/kendaraan sampah khusus), atau dari sampah
yang sudah tercampur.

Sampah yang biasa dikumpulkan adalah kaleng minum aluminium, kaleng baja
makanan/minuman, Botol HDPE dan PET, botol kaca, kertas karton, koran, majalah, dan
kardus. Jenis plastik lain seperti (PVC, LDPE, PP, dan PS) juga bisa didaur ulang. Daur ulang
dari produk yang kompleks seperti komputer atau mobil lebih susah, karena bagian-
bagiannya harus diurai dan dikelompokkan menurut jenis bahannya.

Pengolahan biologis

Pengkomposan.

Material sampah organik, seperti residu tanaman, sampah makanan, atau kertas, bisa diolah
dengan menggunakan proses biologis menjadi kompos, atau dikenal dengan istilah
pengkomposan. Hasilnya adalah kompos yang bisa digunakan sebagai pupuk dan gas
metana yang bisa digunakan untuk membangkitkan listrik.

Contoh dari pengelolaan sampah menggunakan teknik pengkomposan adalah Green Bin
Program di Toronto, Kanada,[1] di mana sampah organik rumah tangga, seperti sampah dapur
dan potongan tanaman dikumpulkan di kantong khusus untuk dikomposkan.

Pemulihan energi

Kandungan energi yang terkandung dalam sampah bisa diambil langsung dengan cara
menjadikannya bahan bakar, atau secara tidak langsung dengan cara mengolahnya menjadi
bahan bakar tipe lain. Daur ulang melalui cara perlakuan panas bervariasi mulai dari
menggunakannya sebagai bahan bakar memasak atau pemanas, sampai penggunaannya
untuk memanaskan boiler untuk menghasilkan uap dan listrik dari turbin-generator. Pirolisis
dan gasifikasi adalah dua bentuk perlakuan panas yang saling terkait, ketika sampah
dipanaskan pada suhu tinggi dengan keadaan anaerobik. Proses ini biasanya dilakukan di
wadah tertutup pada tekanan tinggi. Pirolisa dari sampah padat mengubah sampah menjadi
produk berzat padat, gas, dan cair. Produk cair dan gas bisa dibakar untuk menghasilkan
energi atau dimurnikan menjadi produk lain. Padatan sisa selanjutnya bisa dimurnikan
menjadi produk seperti karbon aktif. Gasifikasi dan gasifikasi busur plasma yang canggih
digunakan untuk mengkonversi material organik langsung menjadi gas sintetis (campuran
antara karbon monoksida dan hidrogen). Gas ini kemudian dibakar untuk menghasilkan
listrik dan uap.

Metode pencegahan dan pengurangan

Sebuah metode yang penting dari pengelolaan sampah adalah pencegahan zat sampah
terbentuk, atau dikenal juga dengan "pencegahan sampah". Metode pencegahan termasuk
penggunaan kembali barang bekas pakai, memperbaiki barang yang rusak, mendesain
produk supaya bisa diisi ulang atau bisa digunakan kembali (seperti tas belanja katun
menggantikan tas plastik), mengajak konsumen untuk menghindari penggunaan barang
sekali pakai (contohnya kertas tisu), dan mendesain produk yang menggunakan bahan yang
lebih sedikit untuk fungsi yang sama (contoh, pengurangan bobot kaleng minuman[2]).

Konsep pengelolaan sampah

Terdapat beberapa konsep tentang pengelolaan sampah yang berbeda dalam


penggunaannya, antara negara-negara atau daerah. Beberapa yang paling umum,
multikonsep yang digunakan adalah:

Diagram dari hirarki limbah.

Hierarki sampah - hierarki sampah merujuk kepada " 3 M " mengurangi sampah,
menggunakan kembali sampah dan daur ulang, yang mengklasifikasikan strategi
pengelolaan sampah sesuai dengan keinginan dari segi minimalisasi sampah. Hierarki
limbah yang tetap menjadi dasar dari sebagian besar strategi minimalisasi sampah. Tujuan
hierarki sampah adalah untuk mengambil keuntungan maksimum dari produk-produk
praktis dan untuk menghasilkan jumlah minimum limbah.

Perpanjangan tanggung jawab penghasil sampah (Extended Producer Responsibility). EPR


adalah suatu strategi yang dirancang untuk mempromosikan integrasi semua biaya yang
berkaitan dengan produk-produk para produsen di seluruh siklus hidup produk tersebut ke
dalam pasar harga produk. EPR dimaksudkan untuk menentukan akuntabilitas atas
seluruh siklus hidup produk dan kemasan yang dibawa ke pasar. Ini berarti perusahaan
yang membuat, mengimpor dan/atau menjual produk diminta untuk bertanggung jawab
atas produk mereka sejak manufaktur hingga akhir dari masa penggunaannya.

Prinsip pengotor membayar - prinsip pengotor membayar adalah prinsip di mana pihak
pencemar membayar dampak dari aktivitasnya ke lingkungan. Sehubungan dengan
pengelolaan limbah, umumnya merujuk kepada penghasil sampah untuk membayar sesuai
dengan volume dan jenis sampah yang dibuang.

Bencana sampah yang tidak dikelola dengan baik

Longsor tumpukan sampah


Metode paling gampang dan murah untuk mengelola sampah adalah melakukan
penimbunan di sebuah lokasi/lahan terbuka. Sampah ditumpuk-tumpuk menjadi tinggi
seperti bukit. Harusnya tidak sampai terlalu tinggi bila dikelola dengan baik, karena bila
tidak maka akan menjadi bencana longsor.
Sumber penyakit
Sampah yang tidak dikelola dengan baik, akan menarik banyak kuman dan hama seperti
tikus, kecoak, semut, lalat dan lainnya. Mereka membawa kuman-kuman penyakit yang
berbahaya bila pembawa kuman ini bergerak ke pemukiman.
Pencemaran lingkungan
Sampah yang tidak dikelola dengan baik akan mencemari lingkungan baik lingkungan
udara, darat dan air. Udara karena pencemaran bau, asap karena pembakaran yang
serampangan. Air bila sampah/limbah langsung dibuang ke saluran air/sungai tanpa
diolah kembali. Darat bila sampah hanya ditumpuk-tumpuk saja, tanpa ada tindakan
lanjutan.
Menyebabkan banjir
Sampah yang berada di saluran air/sungai bila tidak dikelola dengan baik akan menyumbat
jalannya air. Sehingga air berhenti menjadi tergenang dan lama-kelamaan bisa banjir.
Padahal banjir yang ada sampahnya ini sangat berbahaya karena bisa membawa kuman-
kuman penyakit.

Lihat juga
Referensi

Pranala luar

Diperoleh dari
"https://id.wikipedia.org/w/index.php?
title=Pengelolaan_sampah&oldid=21234837"


Terakhir disunting 3 bulan yang lalu oleh CommonsDelinker

Anda mungkin juga menyukai