Anda di halaman 1dari 32

sampah memang telah menjadi sesuatu yang mempunyai dua sisi bagi kita, yakni baik dan buruk.

Namun dari dua sisi tersebut, sisi buruk dari sampahlah yang paling dominan. Padahal sumber sampah
terbesar adalah dari kegiatan manusia sehari-hari. Sisi baik dari sampah biasanya kita dapatkan setelah
sampah tersebut diolah kembali. Contoh nyatanya adalah pupuk dari sampah organik. Nah sudah
saatnya sekarang anda belajar untuk mengolah sampah. Tapi sebelumnya mari kita kenali dulu apa itu
pengolahan sampah….

Pengelolaan sampah adalah pengumpulan, pengangkutan, pemrosesan, pendaur-ulangan , atau


pembuangan dari material sampah. Kalimat ini biasanya mengacu pada material sampah yg dihasilkan
dari kegiatan manusia, dan biasanya dikelola untuk mengurangi dampaknya terhadap kesehatan,
lingkungan atau keindahan. Pengelolaan sampah juga dilakukan untuk memulihkan sumber daya alam .
Pengelolaan sampah bisa melibatkan zat padat, cair, gas, atau radioaktif dengan metoda dan keahlian
khusus untuk masing masing jenis zat.

Praktek pengelolaan sampah berbeda beda antara Negara maju dan negara berkembang, berbeda juga
antara daerah perkotaan dengan daerah pedesaan, berbeda juga antara daerah perumahan dengan
daerah industri. Pengelolaan sampah yg tidak berbahaya dari pemukiman dan institusi di area
metropolitan biasanya menjadi tanggung jawab pemerintah daerah, sedangkan untuk sampah dari area
komersial dan industri biasanya ditangani oleh perusahaan pengolah sampah.

Metode pengelolaan sampah berbeda beda tergantung banyak hal, diantaranya tipe zat sampah, tanah
yg digunakan untuk mengolah dan ketersediaan area.

Pengelolaan sampah merupakan proses yang diperlukan dengan dua tujuan:

mengubah sampah menjadi material yang memiliki nilai ekonomis

mengolah sampah agar menjadi material yang tidak membahayakan bagi lingkungan hidup

Beberapa Metoda Pengolahan:

Metode Daur-ulang

Proses pengambilan barang yang masih memiliki nilai dari sampah untuk digunakan kembali disebut
sebagai daur ulang.Ada beberapa cara daur ulang , pertama adalah mengambil bahan sampahnya untuk
diproses lagi atau mengambil kalori dari bahan yang bisa dibakar utnuk membangkitkan listik. Metode
metode baru dari daur ulang terus ditemukan dan akan dijelaskan dibawah.

Pengolahan kembali secara fisik

Metode ini adalah aktifitas paling populer dari daur ulang , yaitu mengumpulkan dan menggunakan
kembali sampah yang dibuang , contohnya botol bekas pakai yang dikumpulkan kembali untuk
digunakan kembali. Pengumpulan bisa dilakukan dari sampah yang sudah dipisahkan dari awal (kotak
sampah/kendaraan sampah khusus), atau dari sampah yang sudah tercampur.

Sampah yang biasa dikumpulkan adalah kaleng minum aluminum , kaleng baja makanan/minuman,
Botol HDPE dan PET , botol kaca , kertas karton, koran, majalah, dan kardus. Jenis plastik lain seperti
(PVC, LDPE, PP, dan PS) juga bisa di daur ulang.Daur ulang dari produk yang komplek seperti komputer
atau mobil lebih susah, karena harus bagian bagiannya harus diurai dan dikelompokan menurut jenis
bahannya.

Pengolahan biologis

Material sampah organik , seperti zat tanaman , sisa makanan atau kertas , bisa diolah dengan
menggunakan proses biologis untuk kompos, atau dikenal dengan istilah pengkomposan.Hasilnya adalah
kompos yang bisa digunakan sebagi pupuk dan gas methana yang bisa digunakan untuk membangkitkan
listrik.

Contoh dari pengelolaan sampah menggunakan teknik pengkomposan adalah Green Bin Program
(program tong hijau) di Toronto, Kanada, dimana sampah organik rumah tangga , seperti sampah dapur
dan potongan tanaman dikumpulkan di kantong khusus untuk di komposkan.

Pemulihan energi

Kandungan energi yang terkandung dalam sampah bisa diambil langsung dengan cara menjadikannya
bahan bakar, atau secara tidak langsung dengan cara mengolahnya menajdi bahan bakar tipe lain. Daur-
ulang melalui cara “perlakuan panas” bervariasi mulai dari menggunakannya sebakai bahan bakar
memasak atau memanaskan sampai menggunakannya untuk memanaskan boiler untuk menghasilkan
uap dan listrik dari turbin-generator. Pirolisa dan gasifikasi adalah dua bentuk perlakukan panas yang
berhubungan , dimana sampah dipanaskan pada suhu tinggi dengan keadaan miskin oksigen. Proses ini
biasanya dilakukan di wadah tertutup pada Tekanan tinggi. Pirolisa dari sampah padat mengubah
sampah menjadi produk berzat padat , gas, dan cair. Produk cair dan gas bisa dibakar untuk
menghasilkan energi atau dimurnikan menjadi produk lain. Padatan sisa selanjutnya bisa dimurnikan
menjadi produk seperti karbon aktif. Gasifikasi dan Gasifikasi busur plasma yang canggih digunakan

Penimbunan darat
Pembuangan sampah pada penimbunan darat termasuk menguburnya untuk membuang sampah,
metode ini adalah metode paling populer di dunia. Penimbunan ini biasanya dilakukan di tanah yg
ditinggalkan , lubang bekas pertambangan , atau lubang lubang dalam. Sebuah situs penimbunan darat
yg di desain dan di kelola dengan baik akan menjadi tempat penimbunan sampah yang hiegenis dan
murah. Sedankan penimbunan darat yg tidak dirancang dan tidak dikelola dengan baik akan
menyebabkan berbagai masalah lingkungan , diantaranya angin berbau sampah , menarik berkumpulnya
Hama , dan adanya genangan air sampah. Efek samping lain dari sampah adalah gas methan dan karbon
dioksida yang juga sangat berbahaya. (di Bandung kandungan gas methan ini meledak dan
melongsorkan gunung sampah)

Karakter desain dari penimbunan darat yang modern diantaranya adalah metode pengumpulan air
sampah menggunakan bahan tanah liat atau pelapis plastik.Sampah biasanya dipadatkan untuk
menambah kepadatan dan kestabilannya , dan ditutup untuk tidak menarik hama (biasanya tikus).
Banyak penimbunan samapah mempunyai sistem pengekstrasi gas yang terpasang untuk mengambil gas
yang terjadi. Gas yang terkumpul akan dialirkan keluar dari tempat penimbunan dan dibakar di menara
pemabakar atau dibakar di mesin berbahan bakar gas untuk membangkitkan listrik.

Pembakaran/pengkremasian

Pembakaran adalah metode yang melibatkan pembakaran zat sampah. Pengkremasian dan pengelolaan
sampah lain yg melibatkan temperatur tinggi baisa disebut “Perlakuan panas”. kremasi merubah
sampah menjadi panas, gas, uap dan abu.

Pengkremasian dilakukan oleh perorangan atau oleh industri dalam skala besar. Hal ini bsia dilakukan
untuk sampah padat , cari maupun gas. Pengkremasian dikenal sebagai cara yang praktis untuk
membuang beberapa jenis sampah berbahaya, contohnya sampah medis (sampah biologis).
Pengkremasian adalah metode yang kontroversial karena menghasilkan polusi udara.

Pengkremasian biasa dilakukan dinegara seperti jepang dimana tanah begitu terbatas ,karena fasilitas ini
tidak membutuhkan lahan seluas penimbunan darat.Sampah menjadi energi (Waste-to-energy=WtE)
atau energi dari sampah (energy-from-waste = EfW) adalah terminologi untuk menjelaskan samapah
yang dibakar dalam tungku dan boiler guna menghasilkan panas/uap/listrik.Pembakaran pada alat
kremasi tidaklah selalu sempurna , ada keluhan adanya polusi mikro dari emisi gas yang keluar
cerobongnya. Perhatian lebih diarahkan pada zat dioxin yang kemungkinan dihasilkan di dalam
pembakaran dan mencemari lingkungan sekitar pembakaran. Dilain pihak , pengkremasian seperti ini
dianggap positif karena menghasilkan listrik , contoh di Indonesia adalah rencana PLTSa Gede Bage di
sekitar kota Bandung.

Metode penghindaran dan pengurangan


Sebuah metode yang penting dari pengelolaan sampah adalah pencegahan zat sampah terbentuk , atau
dikenal juga dengan “pengurangan sampah”. Metode pencegahan termasuk penggunaan kembali
barang bekas pakai , memperbaiki barang yang rusak , mendesain produk supaya bisa diisi ulang atau
bisa digunakan kembali (seperti tas belanja katun menggantikan tas plastik ), mengajak konsumen untuk
menghindari penggunaan barang sekali pakai (contohnya kertas tissue) ,dan mendesain produk yang
menggunakan bahan yang lebih sedikit untuk fungsi yang sama (contoh, pengurangan bobot kaleng
minuman)

ampah memang telah menjadi sesuatu yang mempunyai dua sisi bagi kita, yakni baik dan buruk. Namun
dari dua sisi tersebut, sisi buruk dari sampahlah yang paling dominan. Padahal sumber sampah terbesar
adalah dari kegiatan manusia sehari-hari. Sisi baik dari sampah biasanya kita dapatkan setelah sampah
tersebut diolah kembali. Contoh nyatanya adalah pupuk dari sampah organik. Nah sudah saatnya
sekarang anda belajar untuk mengolah sampah. Tapi sebelumnya mari kita kenali dulu apa itu
pengolahan sampah….

Pengelolaan sampah adalah pengumpulan, pengangkutan, pemrosesan, pendaur-ulangan , atau


pembuangan dari material sampah. Kalimat ini biasanya mengacu pada material sampah yg dihasilkan
dari kegiatan manusia, dan biasanya dikelola untuk mengurangi dampaknya terhadap kesehatan,
lingkungan atau keindahan. Pengelolaan sampah juga dilakukan untuk memulihkan sumber daya alam .
Pengelolaan sampah bisa melibatkan zat padat, cair, gas, atau radioaktif dengan metoda dan keahlian
khusus untuk masing masing jenis zat.

Praktek pengelolaan sampah berbeda beda antara Negara maju dan negara berkembang, berbeda juga
antara daerah perkotaan dengan daerah pedesaan, berbeda juga antara daerah perumahan dengan
daerah industri. Pengelolaan sampah yg tidak berbahaya dari pemukiman dan institusi di area
metropolitan biasanya menjadi tanggung jawab pemerintah daerah, sedangkan untuk sampah dari area
komersial dan industri biasanya ditangani oleh perusahaan pengolah sampah.

Metode pengelolaan sampah berbeda beda tergantung banyak hal, diantaranya tipe zat sampah, tanah
yg digunakan untuk mengolah dan ketersediaan area.
Pengelolaan sampah merupakan proses yang diperlukan dengan dua tujuan:

mengubah sampah menjadi material yang memiliki nilai ekonomis

mengolah sampah agar menjadi material yang tidak membahayakan bagi lingkungan hidup

Beberapa Metoda Pengolahan:

Metode Daur-ulang

Proses pengambilan barang yang masih memiliki nilai dari sampah untuk digunakan kembali disebut
sebagai daur ulang.Ada beberapa cara daur ulang , pertama adalah mengambil bahan sampahnya untuk
diproses lagi atau mengambil kalori dari bahan yang bisa dibakar utnuk membangkitkan listik. Metode
metode baru dari daur ulang terus ditemukan dan akan dijelaskan dibawah.

Pengolahan kembali secara fisik

Metode ini adalah aktifitas paling populer dari daur ulang , yaitu mengumpulkan dan menggunakan
kembali sampah yang dibuang , contohnya botol bekas pakai yang dikumpulkan kembali untuk
digunakan kembali. Pengumpulan bisa dilakukan dari sampah yang sudah dipisahkan dari awal (kotak
sampah/kendaraan sampah khusus), atau dari sampah yang sudah tercampur.

Sampah yang biasa dikumpulkan adalah kaleng minum aluminum , kaleng baja makanan/minuman,
Botol HDPE dan PET , botol kaca , kertas karton, koran, majalah, dan kardus. Jenis plastik lain seperti
(PVC, LDPE, PP, dan PS) juga bisa di daur ulang.Daur ulang dari produk yang komplek seperti komputer
atau mobil lebih susah, karena harus bagian bagiannya harus diurai dan dikelompokan menurut jenis
bahannya.

Pengolahan biologis

Material sampah organik , seperti zat tanaman , sisa makanan atau kertas , bisa diolah dengan
menggunakan proses biologis untuk kompos, atau dikenal dengan istilah pengkomposan.Hasilnya adalah
kompos yang bisa digunakan sebagi pupuk dan gas methana yang bisa digunakan untuk membangkitkan
listrik.

Contoh dari pengelolaan sampah menggunakan teknik pengkomposan adalah Green Bin Program
(program tong hijau) di Toronto, Kanada, dimana sampah organik rumah tangga , seperti sampah dapur
dan potongan tanaman dikumpulkan di kantong khusus untuk di komposkan.

Pemulihan energi
Kandungan energi yang terkandung dalam sampah bisa diambil langsung dengan cara menjadikannya
bahan bakar, atau secara tidak langsung dengan cara mengolahnya menajdi bahan bakar tipe lain. Daur-
ulang melalui cara “perlakuan panas” bervariasi mulai dari menggunakannya sebakai bahan bakar
memasak atau memanaskan sampai menggunakannya untuk memanaskan boiler untuk menghasilkan
uap dan listrik dari turbin-generator. Pirolisa dan gasifikasi adalah dua bentuk perlakukan panas yang
berhubungan , dimana sampah dipanaskan pada suhu tinggi dengan keadaan miskin oksigen. Proses ini
biasanya dilakukan di wadah tertutup pada Tekanan tinggi. Pirolisa dari sampah padat mengubah
sampah menjadi produk berzat padat , gas, dan cair. Produk cair dan gas bisa dibakar untuk
menghasilkan energi atau dimurnikan menjadi produk lain. Padatan sisa selanjutnya bisa dimurnikan
menjadi produk seperti karbon aktif. Gasifikasi dan Gasifikasi busur plasma yang canggih digunakan

Penimbunan darat

Pembuangan sampah pada penimbunan darat termasuk menguburnya untuk membuang sampah,
metode ini adalah metode paling populer di dunia. Penimbunan ini biasanya dilakukan di tanah yg
ditinggalkan , lubang bekas pertambangan , atau lubang lubang dalam. Sebuah situs penimbunan darat
yg di desain dan di kelola dengan baik akan menjadi tempat penimbunan sampah yang hiegenis dan
murah. Sedankan penimbunan darat yg tidak dirancang dan tidak dikelola dengan baik akan
menyebabkan berbagai masalah lingkungan , diantaranya angin berbau sampah , menarik berkumpulnya
Hama , dan adanya genangan air sampah. Efek samping lain dari sampah adalah gas methan dan karbon
dioksida yang juga sangat berbahaya. (di Bandung kandungan gas methan ini meledak dan
melongsorkan gunung sampah)

Karakter desain dari penimbunan darat yang modern diantaranya adalah metode pengumpulan air
sampah menggunakan bahan tanah liat atau pelapis plastik.Sampah biasanya dipadatkan untuk
menambah kepadatan dan kestabilannya , dan ditutup untuk tidak menarik hama (biasanya tikus).
Banyak penimbunan samapah mempunyai sistem pengekstrasi gas yang terpasang untuk mengambil gas
yang terjadi. Gas yang terkumpul akan dialirkan keluar dari tempat penimbunan dan dibakar di menara
pemabakar atau dibakar di mesin berbahan bakar gas untuk membangkitkan listrik.

Pembakaran/pengkremasian

Pembakaran adalah metode yang melibatkan pembakaran zat sampah. Pengkremasian dan pengelolaan
sampah lain yg melibatkan temperatur tinggi baisa disebut “Perlakuan panas”. kremasi merubah
sampah menjadi panas, gas, uap dan abu.

Pengkremasian dilakukan oleh perorangan atau oleh industri dalam skala besar. Hal ini bsia dilakukan
untuk sampah padat , cari maupun gas. Pengkremasian dikenal sebagai cara yang praktis untuk
membuang beberapa jenis sampah berbahaya, contohnya sampah medis (sampah biologis).
Pengkremasian adalah metode yang kontroversial karena menghasilkan polusi udara.
Pengkremasian biasa dilakukan dinegara seperti jepang dimana tanah begitu terbatas ,karena fasilitas ini
tidak membutuhkan lahan seluas penimbunan darat.Sampah menjadi energi (Waste-to-energy=WtE)
atau energi dari sampah (energy-from-waste = EfW) adalah terminologi untuk menjelaskan samapah
yang dibakar dalam tungku dan boiler guna menghasilkan panas/uap/listrik.Pembakaran pada alat
kremasi tidaklah selalu sempurna , ada keluhan adanya polusi mikro dari emisi gas yang keluar
cerobongnya. Perhatian lebih diarahkan pada zat dioxin yang kemungkinan dihasilkan di dalam
pembakaran dan mencemari lingkungan sekitar pembakaran. Dilain pihak , pengkremasian seperti ini
dianggap positif karena menghasilkan listrik , contoh di Indonesia adalah rencana PLTSa Gede Bage di
sekitar kota Bandung.

Metode penghindaran dan pengurangan

Sebuah metode yang penting dari pengelolaan sampah adalah pencegahan zat sampah terbentuk , atau
dikenal juga dengan “pengurangan sampah”. Metode pencegahan termasuk penggunaan kembali
barang bekas pakai , memperbaiki barang yang rusak , mendesain produk supaya bisa diisi ulang atau
bisa digunakan kembali (seperti tas belanja katun menggantikan tas plastik ), mengajak konsumen untuk
menghindari penggunaan barang sekali pakai (contohnya kertas tissue) ,dan mendesain produk yang
menggunakan bahan yang lebih sedikit untuk fungsi yang sama (contoh, pengurangan bobot kaleng
minuman)s

Contoh food sanitation

Makanan adalah setiap benda padat atau cair yang apabila ditelan akan memberi suplai
energi kepada tubuh untuk pertumbuhan atau berfungsinya tubuh. Sedangkan
pengertian Higiene adalah upaya kesehatan dengan cara upaya memelihara dan
melindungi subjeknya. Sanitasi adalah usaha-usaha pengawasan yang ditujukan terhadap
faktor lingkungan yang dapat merupakan mata rantai penularan penyakit.
Berdasarkan pengertian diatas, maka sanitasi makanan adalah suatu upaya pencegahan
yang menitik beratkan kegiatan dan tindakan yang perlu untuk dapat membebaskan
makanan dan minuman dari segala bahaya yang dapat mengganggu kesehatan mulai dari
sebelum makanan itu diproduksi, selama dalam proses pengolahan, penyimpanan,
pengangkutan, penjualan sampai saat dimana makanan dan minuman itu dikonsumsi oleh
masyarakat. Pengertian lain menyebutkan bahwa higiene sanitasi makanan adalah
upaya untuk mengendalikan faktor makanan, orang, tempat, dan perlengkapannya yang
dapat atau mungkin dapat menimbulkan penyakit atau gangguan kesehatan.
Prinsip higiene dan sanitasi makanan adalah pengendalian terhadap empat faktor
penyehatan makanan yaitu faktor tempat/bangunan, peralatan, orang, dan
bahan makanan. Penyehatan makanan adalah upaya untuk mengendalikan empat
faktor yaitu tempat, orang, alat, dan makanan yang dapat atau mungkin dapat
menimbulkan gangguan kesehatan atau keracunan makanan. Untuk mengetahui faktor
tersebut dapat menimbulkan penyakit atau keracunan makanan, perlu dilakukan analisis
terhadap rangkaian kegiatan 6 (enam) prinsip higiene dan sanitasi makanan. Prinsip
higiene sanitasi makanan yang diperlukan untuk mengendalikan kontaminasi
makanan, antara lain pemilihan bahan baku makanan, penyimpanan bahan
makanan, pengolahan makanan, pengangkutan makanan, penyimpanan
makanan, serta penyajian makanan.

Pemilihan bahan baku makanan : Perlindungan terhadap bahan baku dari bahaya-
bahaya bahan kimia atau pertumbuhan mikroorganisme patogen dan pembentukan toksin
selama transportasi dan penyimpanan bahan baku mutlak diperhatikan. Bahan-bahan yang
dimakan dalam keadaan mentah harus diangkut dan disimpan terpisah dari bahan baku
lain dan bahan-bahan yang bukan bahan pangan. Bahan pangan harus dikirim sedemikian
rupa sehingga mencegah pertumbuhan mikroorganisme patogen atau pembentukan toksin
dengan mengatur lamanya waktu pengiriman, suhu dan aktifitas air (water aktivity=Aw)
bahan baku.
Penyimpanan bahan makanan : Kerusakan bahan makan dapat terjadi karena
tercemar bakteri, karena alam dan perlakuan manusia, adanya enzim dalam makanan yang
diperlukan dalam proses pematangan seperti pada buah-buahan dan kerusakan mekanis
seperti gesekan, tekanan, benturan dan lain-lain. Untuk mencegah terjadinya kerusakan
dapat dikendalikan dengan pencegahan pencemaran bakteri. Sifat dan karakteristik bakteri
seperti sifat hidupnya, daya tahan panas, faktor lingkungan hidup, kebutuhan oksigen dan
berdasarkan pertumbuhannya. Terdapat empat cara penyimpanan makanan sesuai dengan
suhu yang dipersyaratkan, yaitu penyimpanan sejuk (cooling), penyimpanan dingin
(chilling), penyimpanan dingin sekali (freezing), penyimpanan beku (frozen).
Pengolahan makanan : Pengolahan makanan adalah proses pengubahan bentuk dari
bahan mentah menjadi makanan yang siap santap. Pengolahan makanan yang baik adalah
yang mengikuti kaidah dan prinsip-prinsip hygiene dan sanitasi.
Pengangkutan makanan : Pengangkutan makanan yang sehat akan sangat berperan dalam
mencegah terjadinya pencemaran makanan. Pencemaran pada makanan masak lebih tinggi risikonya
daripada pencemaran bahan makanan. Oleh karena itu titik berat pengendalian yang perlu
diperhatikan adalah pada makanan masak.

Penyimpanan makanan : Bakteri akan tumbuh dan berkembang dalam makanan yang
berada dalam suasana yang cocok untuk hidupnya sehingga jumlahnya menjadi
banyak. Suasana yang cocok untuk pertumbuhan bakteri di antaranya suasana makanan
banyak protein dan banyak air (moisture), pH normal (6,8-7,5), suhu optimum (10°-
60°C). Bahaya terbesar dalam makanan masak adalah adanya mikroorganisme patogen
dalam makanan akibat terkontaminasinya makanan sewaktu proses pengolahan makanan
maupun kontaminasi silang melalui wadah maupun penjamah makanan, kemudian
dibiarkan dingin pada suhu ruangan. Kondisi optimum mikroorganisme patogen dalam
makanan siap saji ini akan mengakibatkan mikroorganisme berlipat ganda dalam jangka
waktu antara 1-2 jam.
Faktor risiko kejadian foodborne diseases yaitu pada proses pembersihan alat makan
kontak dengan makanan. Faktor risiko juga dapat disebabkan oleh temperatur dan waktu
penyimpanan tidak baik, rendahnya personal hygiene, dan alat makan yang tercemar.
Penyajian makanan : Makanan yang disajikan adalah makanan yang siap santap/layak
santap. Layak santap dapat dinyatakan bilamana telah dilakukan uji organoleptik dan uji
biologis. Dalam prinsip penyajian makanan wadah untuk setiap jenis makanan ditempatkan
dalam wadah terpisah, dan diusahakan tertutup. Tujuannya agar makanan tidak
terkontaminasi silang, bila satu makanan tercemar yang lain dapat diselamatkan, serta
memperpanjang masa saji makanan sesuai dengan tingkat kerawanan pangan.
Daftar pustaka
o Jenie, BS Laksmini. (1996) Sanitasi dalam Industri Pangan, Fakultas Teknolgi
Pertanian. IPB :Bogor.
o Saksono, L. (1986) Pengantar Sanitasi Makanan. Penerbit Alumni : Bandung.
o Anwar., Sudarso., Kuslan., Kusmiati., Tanudjaja.,Karmini., Soemini., Marli na, Sanropie.,
Purawidjaja. (1988) Sanitasi Makanan dan Minuman pada Institusi Pendidikan Tenaga
Sanitasi. Depkes RI: Jakarta.

Makanan adalah kebutuhan pokok manusia yang dibutuhkan setiap saat dan memerlukan

pengelolaan yang baik dan benar agar bermanfaat bagi tubuh. Menurut WHO, yang dimaksud makanan adalah

: “Food include all substances, whether in a natural state or in a manufactured or preparedform, wich are part

of human diet.” Batasan makanan tersebut tidak termasuk air, obat-obatan dan substansi-substansi yang

diperlukan untuk tujuan pengobatan.

Makanan yang dikonsumsi hendaknya memenuhi kriteria bahwa makanan tersebut layak untuk

dimakan dan tidak menimbulkan penyakit, diantaranya :

1. Berada dalam derajat kematangan yang dikehendaki

2. Bebas dari pencemaran di setiap tahap produksi dan penanganan selanjutnya.

3. Bebas dari perubahan fisik, kimia yang tidak dikehendaki, sebagai akibat dari pengaruh enzym, aktifitas

mikroba, hewan pengerat, serangga, parasit dan kerusakan-kerusakan karena tekanan, pemasakan

dan pengeringan.

4. Bebas dari mikroorganisme dan parasit yang menimbulkan penyakit yang dihantarkan oleh makanan

(food borne illness).


Higiene dan Sanitasi

Pengertian higiene menurut Depkes adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan

melindungi kebersihan individu subyeknya. Misalnya mencuci tangan untuk melindungi kebersihan

tangan, cuci piring untuk melindungi kebersihan piring, membuang bagian makanan yang rusak untuk

melindungi keutuhan makanan secara keseluruhan.

Sanitasi makanan adalah salah satu usaha pencegahan yang menitik beratkan kegiatan dan

tindakan yang perlu untuk membebaskan makanan dan minuman dari segala bahaya yang dapat menganggu
atau memasak kesehatan, mulai dari sebelum makanan diproduksi, selama dalam proses pengolahan,

penyimpanan, pengangkutan, sampai pada saat dimana makanan dan minuman tersebut siap untuk

dikonsumsikan kepada masyarakat atau konsumen. Sanitasi makanan ini bertujuan untuk menjamin

keamanan dan kemurnian makanan, mencegah konsumen dari penyakit, mencegah penjualan makanan

yang akan merugikan pembeli. mengurangi kerusakan / pemborosan makanan. Dalam pengelolaan makanan

ada 6 prinsip yang harus di perhatikan yaitu:

Keadaan bahan makanan

Semua jeis bahan makanan perlu mendapat perhatian secara fisik serta kesegarannya terjamin, terutama

bahan-bahan makanan yang mudah membusuk atau rusak seperti daging, ikan, susu, telor, makanan dalam

kaleng, buah, dsb. Baham makanan yang baik kadang kala tidak mudah kita temui, karena jaringan perjalanan

makanan yang begirtu panjangdan melalui jarngan perdagangan yang begitu luas. Salah satu upaya

mendapatkan bahan makanan yang baika dalah menghindari penggunaan bahan makanan yang berasal dari

sumber tidak jelas (liar) karena kurang dapat dipertanggung jawabkan secara kualitasnya.

Cara penyimpanan bahan makanan

Tidak semua bahan makanan yang tersedia langsung dikonsumsi oleh masyarakat. Bahan makanan yang

tidak segera diolah terutama untuk katering dan penyelenggaraan makanan RS perlu penyimpanan yang baik,

mengingat sifat bahan makanan yang berbeda-beda dan dapat membusuk, sehingga kualitasnya dapat

terjaga. Cara penyimpanan yang memenuhi syarat hgiene sanitasi makanan adalah sebagai berikut:

– Penyimpanan harus dilakukan ditempat khusus (gudang) yang bersih dan memenuhi syarat

– Barang-barang agar disusun dengan baik sehingga mudah diambil, tidak memberi kesempatan serangga

atau tikus untuk bersarang, terhindar dari lalat/tikus dan untuk produk yang mudah busuk atau rusak

agar disimpan pada suhu yang dingin. (lebih lengkap, klik disini)

Proses pengolahan

Pada proses / cara pengolahan makanan ada tiga hal yang perlu mendapat perhatian Yaitu:
1. Tempat pengolahan makanan
Tempat pengolahan makanan adalah suatu tempat dimana makanan diolah, tempat pengolahan ini

sering disebut dapur. Dapur mempunyai peranan yang penting dalam proses pengolahan makanan,

karena itu kebersihan dapur dan lingkungan sekitarnya harus selalu terjaga dan diperhatikan. Dapur

yang baik harus memenuhi persyaratan sanitasi.


2. Tenaga pengolah makanan / Penjamah Makanan

Penjamah makanan menurut Depkes RI (2006) adalah orang yang secara langsung berhubungan

dengan makanan dan peralatan mulai dari tahap persiapan, pembersihan, pengolahan pengangkutan

sampai penyajian.Dalam proses pengolahan makanan, peran dari penjamah makanan sangatlah

besar peranannya. Penjamah makanan ini mempunyai peluang untuk menularkan penyakit.

Banyak infeksi yang ditularkan melalui penjamah makanan,

antara lain Staphylococcus aureus ditularkan melalui hidung dan tenggorokan,

kuman Clostridium perfringens, Streptococcus, Salmonella dapat ditularkan melalui kulit. Oleh sebab itu

penjamah makanan harus selalu dalam keadan sehat dan terampil.


3. Cara pengolahan makanan

Cara pengolahan yang baik adalah tidak terjadinya kerusakan-kerusakan makanan sebagai akibat cara

pengolahan yang salah dan mengikui kaidah atau prinsip-prinsip higiene dan sanitasi yang baik atau

disebut GMP (good manufacturing practice).

Cara pengangkutan makanan yang telah masak

Pengangkutan makan dari tempat pengolahan ke tempat penyajian atau penyimpanan perlu mendapat

perhatian agar tidak terjadi kontaminasi baik dari serangga, debu maupun bakteri. Wadah yang dipergunakan

harus utuh, kuat dan tidak berkarat atau bocor. Pengangkutan untuk waktu yang lama harus diatur shunya

dalam keadaan panas 60 C atau tetap dingi 4 C. (lebih lengkap, klik disini)

Cara penyimpanan makanan masak

Penyimpanan makanan masak dapat digolongkan menjadi dua, yaitu tempat penyimpanan makanan pada

suhu biasa dan tempat penyimpanan pada suhu dingin. Makanan yang mudah membusuk sebaiknya disimpan

pada suhu dingin yaitu < 40C. Untuk makanan yang disajikan lebih dari 6 jam, disimpan dalam suhu -5 s/d -

10C. (lebih lengkap, klik disini)

Cara penyajian makanan masak

Saat penyajian makanan yang perlu diperhatikan adalah agar makanan tersebut terhindar dari pencemaran,

peralatan yang digunakan dalam kondisi baik dan bersih, petugas yang menyajikan harus sopan serta

senantiasa menjaga kesehatan dan kebersihan pakaiannya. (lebih lengkap, klik disini)
Makanan adalah kebutuhan pokok manusia yang dibutuhkan setiap saat dan memerlukan

pengelolaan yang baik dan benar agar bermanfaat bagi tubuh. Menurut WHO, yang dimaksud makanan adalah

: “Food include all substances, whether in a natural state or in a manufactured or preparedform, wich are part

of human diet.” Batasan makanan tersebut tidak termasuk air, obat-obatan dan substansi-substansi yang

diperlukan untuk tujuan pengobatan.

Makanan yang dikonsumsi hendaknya memenuhi kriteria bahwa makanan tersebut layak untuk

dimakan dan tidak menimbulkan penyakit, diantaranya :

1. Berada dalam derajat kematangan yang dikehendaki

2. Bebas dari pencemaran di setiap tahap produksi dan penanganan selanjutnya.

3. Bebas dari perubahan fisik, kimia yang tidak dikehendaki, sebagai akibat dari pengaruh enzym, aktifitas

mikroba, hewan pengerat, serangga, parasit dan kerusakan-kerusakan karena tekanan, pemasakan

dan pengeringan.

4. Bebas dari mikroorganisme dan parasit yang menimbulkan penyakit yang dihantarkan oleh makanan

(food borne illness).


Higiene dan Sanitasi

Pengertian higiene menurut Depkes adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan

melindungi kebersihan individu subyeknya. Misalnya mencuci tangan untuk melindungi kebersihan

tangan, cuci piring untuk melindungi kebersihan piring, membuang bagian makanan yang rusak untuk

melindungi keutuhan makanan secara keseluruhan.

Sanitasi makanan adalah salah satu usaha pencegahan yang menitik beratkan kegiatan dan

tindakan yang perlu untuk membebaskan makanan dan minuman dari segala bahaya yang dapat menganggu

atau memasak kesehatan, mulai dari sebelum makanan diproduksi, selama dalam proses pengolahan,

penyimpanan, pengangkutan, sampai pada saat dimana makanan dan minuman tersebut siap untuk

dikonsumsikan kepada masyarakat atau konsumen. Sanitasi makanan ini bertujuan untuk menjamin

keamanan dan kemurnian makanan, mencegah konsumen dari penyakit, mencegah penjualan makanan

yang akan merugikan pembeli. mengurangi kerusakan / pemborosan makanan. Dalam pengelolaan makanan

ada 6 prinsip yang harus di perhatikan yaitu:

Keadaan bahan makanan

Semua jeis bahan makanan perlu mendapat perhatian secara fisik serta kesegarannya terjamin, terutama

bahan-bahan makanan yang mudah membusuk atau rusak seperti daging, ikan, susu, telor, makanan dalam

kaleng, buah, dsb. Baham makanan yang baik kadang kala tidak mudah kita temui, karena jaringan perjalanan

makanan yang begirtu panjangdan melalui jarngan perdagangan yang begitu luas. Salah satu upaya
mendapatkan bahan makanan yang baika dalah menghindari penggunaan bahan makanan yang berasal dari

sumber tidak jelas (liar) karena kurang dapat dipertanggung jawabkan secara kualitasnya.

Cara penyimpanan bahan makanan

Tidak semua bahan makanan yang tersedia langsung dikonsumsi oleh masyarakat. Bahan makanan yang

tidak segera diolah terutama untuk katering dan penyelenggaraan makanan RS perlu penyimpanan yang baik,

mengingat sifat bahan makanan yang berbeda-beda dan dapat membusuk, sehingga kualitasnya dapat

terjaga. Cara penyimpanan yang memenuhi syarat hgiene sanitasi makanan adalah sebagai berikut:

– Penyimpanan harus dilakukan ditempat khusus (gudang) yang bersih dan memenuhi syarat

– Barang-barang agar disusun dengan baik sehingga mudah diambil, tidak memberi kesempatan serangga

atau tikus untuk bersarang, terhindar dari lalat/tikus dan untuk produk yang mudah busuk atau rusak

agar disimpan pada suhu yang dingin. (lebih lengkap, klik disini)

Proses pengolahan

Pada proses / cara pengolahan makanan ada tiga hal yang perlu mendapat perhatian Yaitu:
1. Tempat pengolahan makanan

Tempat pengolahan makanan adalah suatu tempat dimana makanan diolah, tempat pengolahan ini

sering disebut dapur. Dapur mempunyai peranan yang penting dalam proses pengolahan makanan,

karena itu kebersihan dapur dan lingkungan sekitarnya harus selalu terjaga dan diperhatikan. Dapur

yang baik harus memenuhi persyaratan sanitasi.


2. Tenaga pengolah makanan / Penjamah Makanan

Penjamah makanan menurut Depkes RI (2006) adalah orang yang secara langsung berhubungan

dengan makanan dan peralatan mulai dari tahap persiapan, pembersihan, pengolahan pengangkutan

sampai penyajian.Dalam proses pengolahan makanan, peran dari penjamah makanan sangatlah

besar peranannya. Penjamah makanan ini mempunyai peluang untuk menularkan penyakit.

Banyak infeksi yang ditularkan melalui penjamah makanan,

antara lain Staphylococcus aureus ditularkan melalui hidung dan tenggorokan,

kuman Clostridium perfringens, Streptococcus, Salmonella dapat ditularkan melalui kulit. Oleh sebab itu

penjamah makanan harus selalu dalam keadan sehat dan terampil.


3. Cara pengolahan makanan

Cara pengolahan yang baik adalah tidak terjadinya kerusakan-kerusakan makanan sebagai akibat cara

pengolahan yang salah dan mengikui kaidah atau prinsip-prinsip higiene dan sanitasi yang baik atau

disebut GMP (good manufacturing practice).

Cara pengangkutan makanan yang telah masak


Pengangkutan makan dari tempat pengolahan ke tempat penyajian atau penyimpanan perlu mendapat

perhatian agar tidak terjadi kontaminasi baik dari serangga, debu maupun bakteri. Wadah yang dipergunakan

harus utuh, kuat dan tidak berkarat atau bocor. Pengangkutan untuk waktu yang lama harus diatur shunya

dalam keadaan panas 60 C atau tetap dingi 4 C. (lebih lengkap, klik disini)

Cara penyimpanan makanan masak

Penyimpanan makanan masak dapat digolongkan menjadi dua, yaitu tempat penyimpanan makanan pada

suhu biasa dan tempat penyimpanan pada suhu dingin. Makanan yang mudah membusuk sebaiknya disimpan

pada suhu dingin yaitu < 40C. Untuk makanan yang disajikan lebih dari 6 jam, disimpan dalam suhu -5 s/d -

10C. (lebih lengkap, klik disini)

Cara penyajian makanan masak

Saat penyajian makanan yang perlu diperhatikan adalah agar makanan tersebut terhindar dari pencemaran,

peralatan yang digunakan dalam kondisi baik dan bersih, petugas yang menyajikan harus sopan serta

senantiasa menjaga kesehatan dan kebersihan pakaiannya. (lebih lengkap, klik disini)

Pengertian

Di Indonesia penyakit ditularkan serangga dan masih merupakan masalah dalam kesehatan
masyarakat adalah ,laria, demam berdarah, penyakit kaki gajah, dan pes. Penyakit pes hanya terdapat
didaerah boyobali, sedang ketiga penyakit lainnya ditemukan hampir di seluruh wilayah Indonesia.

Dalam siklus hidup nyamuk terdapat tingkatan-tingkatan dimana antara tingkat yang satu dan yang
lainnya sangat jauh berbeda. Berdasarkan hidupnya/lingkungannya, dikenal dua tingkatan kehidupan
nyamuk, yaitu :

1. Tingkatan didalam air berupa telur ke jentik ke kepompong.

2. Tingkatan di luar tempat berair, yaitu di udara dan dartan sebagai nyamuk jantn betina.

Beberapa pengertian dalam pengendalian vector :

a) Pengendalian adalah semua usaha yang di lakukan untuk menurunkan /menekan populasi atau
densitas vector dengan maksud mencegah penyakit yang ditularkan oleh vector atau gangguan-
gangguan yang di akibatkan oleh vector.

b) Binatang pengganggu adalah binatang yang dapat mengganggu, menyerang ataupun menularkan
penyakit terhadap manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan. Contoh : tikus, kecoa, ngengat.
c) Vector borne disease adalah penyakit-penyakit yang ditimbulkan/ditularkan dengan perantara
vector.

d) Vektor adalah antropoda yang dapat memindahkn/menularkan agent infection dari sumber infeksi
kepada host yang rentan.

e) Lingkungn fisik adalah lingkungan sekeliling manusia yang terdiri dari materi yng tidak hidup.

f) Lingkungan kimia adalah lingkungan yang terdiri dari unsure kimia yang menyusun ala mini,
termasuk juga dalam lingkungan ini adalah proses-proses kimia yang terjadi didalamnya.

g) Lingkungan biologi adalah lingkungan yang terdiri dari komponen-komponen makhluk hidup,
termasuk dalam lingkungan ini adalah manusia, hewan, tumbuhan dan jasad renik.

h) Nyamuk adlah serangga yang termasuk dalam kelas insekta, ordo diphtera, dan family culicdae.

i) Lalat adalah jenis serangga pengganggu yang tersuk dlam gemus Musca sp.

j) Modifikasi lingkungan adalah suatu transformasi fisik yang permanen (Jangka Panjang) terhadap
tanah, air dan tumbuhan untuk mencegah menurunkan habitat larvatanpa mengakibatkan kerugian bagi
manusia.

k) Manipulasi lingkungan adalah suatu pengkondisian sementara yang tidak menguntungkan sebagai
tempat berkembangbiak vector.

l) Indeks vector adalah populasi tertentu dari suatu vector yang tidak dapat menularkan penyakit.

Permasalahan pengendalian yang timbul sehubungan dengan vector yang ada dilingkungan
pemukiman sebenarnya dapat digolongkan menjadi tiga kategori:

a) Maslah yang nyata, yaitu keadaaan yang nyata-nyata menyimpang sebagai akibat dari adanya
vector itu. Contohnya : terjadinya kasus penyakit demm berdrh yang ditularkan oleh nyamuk, atau
kejadian meningkatnya populasi vector sedemikin rupa sehingga nyata-nyata merugikan dan
mengganggu kenyamanan pemukiman.

b) Masalah yang potensial, adalah masalah sebelumnya belum dampak nyata tetapi potensil untuk
timbul setiap saat atau pada waktunya nanti apabila kondisinya mendukung. Contohnya: terdapatnya
hama dan jumlah yang rendah di suatu wilayah pemukiman.

c) Masalah yang semu yang di timbulkan lebih oleh si pemukim itu sendiri. Disini terlibat apa yang
disebut “ nilai ambang toleransi “ pemukim terhadap keberadaaan vector di sekitarnya.

Dari uraian di atas, dapat dirumuskan bahwa permasalahan vector dilingkungn pemukiman timbul
sebgai resultante dari factor-faktor berikut:

1) Tingkat bahaya, kerugian atau gangguan yang mungkin ditimbulkan oleh vector tersebut.

2) Tingakt populasi vector itu di lingkungan pemukiman.

3) Tingkat toleransi pemukim terhadap keberadaan vector di lngkungannya.


Bionomik Vektor

1. Siklus Hidup Nyamuk

Nyamuk adlah siklus hidupnya mempunyai tingkatan-tingkatan yang kadang-kadang antara tingkatan
yang satu dn tingkatan berikutnya terlihat snagat berbeda. Berdasarkan tempat hidupnya dikenal dua
tingkatan:

1) Tingakatan didalam air.

2) Tingktan di luar tempat berair (darat-udara)

Jadi, untuk kelangsungan hidup nyamuk sangat diperlukan air. Apabila tidak terdapat air, maka siklus
dhidup nyamuk akan terputus.

Tingkatan0tingkatan kehidupan nyamuk yang berada di dalam air ialah:

1) Telur.

2) Larva (jentik)

3) Kepompong (pupa).

2. Perilaku Nyamuk

Perilaku nyamuk berkaitan dengan gejala biologis dan ada variasi. Variasi tingkah laku akan terjadi di
dalam spesies tunggal baik di daerah yang sama maupun yang berbeda. Perilaku ini sangat dipengarui
oleh factor lingkungan yang dikenal sebagai rangsangan dari luar.

Rangsanagn dari luar ini misalnya, perubahan cuaca/iklim/musim atau perubahan lingkungan baik
alamiah maupun karena hasil samping kegiatan manusia.

3. Perilaku Mencari Makan (Darah)

a. Perilaku mencari darah dikaitkan dengan waktu

Nyamuk pada umumnya mencari darah pada malam hari, sebagian spesies nyamuk aktif mencari darah
siang hari seperti nyamuk Aedes aegypti.Nyamuk yang aktif mencari darah malam hari, ternyata setiap
spesies verbeda dan mempunyai sifat tertentu.Ada spesies yang aktif mulai dari senja hingga menjelang
tangah malam, ada pula yang aktif muali menjelang tengah mlam hingga pgi hari, dan pula yang aktif
dari senja hingga menjelang pagi.

b. Perilaku mencari darah dikaitkan dengan tempat


Apabila metode sama kita adakan penangkapan nyamuk baik di dalam atau di luar rumah, maka dari
hasil penangkapan I ni dapat diketahui ada dua golongan nyamuk:

1. Exophagic, yang lebih senang mencri darah di luar rumah.

2. Endophagic, golongan nyamuk yang lebih senang mencari darah di dalam rumah.

c. Perilaku mencari darah dikaitkan dengan sumber darah

Berdasarkan macam darah yang disenangi, kita dapat membedakan sebagai berikut:

1. Anthropophilic, nyamuk senang dengan darah manusia.

2. Zoophilic, nyamuk senang dengan darah hewan.

3. Nyamuk yang tidak mempunyai pilihan tertentu.

d. Frekuensi Menggigit

Nyamuk betina hanya memerlukan darah untuk proses pertumbuhan telurnya. Tiap
beberapa hari sekali nyamuk akan mencari darah tergantung dari spesies dan sangat dipengaruhi oleh
temperature akan kelembaban.

4.Umur Populasi vector

Umur bervariasi tergantung dari spesies dan di pengaruhi keadaan lingkungan. Ada banyak cara
untuk mengukur umur populasi nyamuk.

Salah satu cara yang paling banyak persentase jumlah nyamuk “parous” dari jumlah yang diperiksa.

5.Distribusi musiman

Distribusi musiman vector sangat penting untuk diketahui,data distribusi musiman ini apabila di
kombinasikan dengan data umum populasi vector akan menerangkan musim penularan yang tepat.

6.Penyebaran Vektor

Penyebaran vector mempunya arti penting dalam epidemiologi penyakit yang ditular kan serangga.
Penyebaran nyamuk dapat berlangsung dengan dua cara yaitu:

1) Cara aktif, yang di gunakan nyamuk dengan menggunakan kekuatan terbang

2) Cara pasif, dengan perantaraan dan bantuan transportasi angin.

7. Perilaku Beristirahat

Beristirahat bagi nyamuk mempunyai dua macam yaitu:

1) Beristirahat yang sebenarnya, selama waktu menunggu proses perkembangan telur.

2) Beristirahat yang hanya sementara, yaitu pada waktu nyamuk sedang aktif mencari darah.
8. Perilaku berkembangbiak

Nyamuk betina mempunyai kemampuan memilih tempat perindukan atau tempat berkembang biak
yang sesuai dengan kesenangan dan kebutuhannya ada spesies yang senang dengan tempat-tempat
yang terkena sinar matahari langsung, tapi adapula yang senang dengan tempat-tempat teduh.spesies
yang satu memilih tempat perindukan cukup baik di air payau (campuran air tawar dan air laut), spesies
lainnya hanya mau berkembangbiak di air tawar aedes aegypti senang meletakan telur di air tawar yang
bersih dan tidak langsung menyentuh tanah, begitu selanjutnya masih banyak variasi lain.

9. Pengaruh beberapa factor fisik

a) temperature

1) untuk proses metabolisme, temperature berkisar antara 32-35◦ C, apabila lebih tinggi,maka proses
fisiologis menjadi lambat.

2) proses perkembangan, akan oktimum pada suhu 25-27der C.

3) gonotropic cycle.

4) lama hidup nyamuk, bila temperature selalu lebih dari 27-30der C, umur nyamuk akan mejadi lebih
pendek

b) kelembaban

lembab nisbi mempengaruhi distribusi dan lama hidup nyamuk.hutan lebih peka perubahan kelembaban
dari pada tempat daerah kering

c) Curah Hujan

Curah hujan mempunyai pengaruh yang bervariasi tergantung banyaknya ujan dan kondisi fisik tanah.

d) Sinar

Berpengaruh terhadap penyebaran dan untuk mendaoatkan makanan.

Ekologi Vektor

Ekologi Vektor adalah ilmu yang mempelajari hubungan (interaksi) anatara vector dan sejenisnya,
dengan makhluk lain yang tidak sejenis dan antara alam lingkungannya yang nonbiologis.
Tujuan mempelajari ekologi vector pada ahhirnya harus bisa diperoleh satu atau lebih hubungan
kuantitatif dalam system tersebut.

1 . Habitat Larva

Nyamuk Aeddea aegypti yang membiak terutam pada habitat yang buatan manusia (man_made),
jenis air yang disukai adalah air jernih, sehingga dengan mengurangi sebanyak mungkin container berisi
air atau yang akan diisi air pada musim penghujan telah banyak mengurangi nyamuk dewasa Aedes
aegypti. Ontoh container air (water container) adalah kaleng-kaleng bekas, botol, ban bekas, drum,
tanggul bumbu, cekungan pada saluran air atap terbuat dari seng, tempat minum burung, dan lain-lain.

2 Kontak Vektor pejamu (Host Vector Contact)

Menurut Hess & Hayes (1970), pengetahuan tentang pola kontak antara suatu vector dan binatang
vertebrata dari mana vector mengambil darah sebagai makanannya adalah penting untuk memahami
epidemiologi sesuatu penyakit ditularkan vector.

Penilaian kuantitatif tentang kontak antara pejamu dan vector pada suatu tempat dan waktu, dapat
bermanfaat untuk menduga kemungkinan bahaya epidemic penyakit ditularkan vector.

Besar kontak antara vector dengan pejamu tergantung kepada kebiasaan mencari makan dari vector
dan tersedianya pejamu pada tempat dan waktu kegiatan vector.

Salah satu aspek penting dari kebiasaan makan vector ialah kerusakan pejamu (host-preference)
yakni kecenderungan mencari darah mangsa kepada suatu vertebrata tertentu walaupun terdapat
pejamu alternative.

Frekuensi kontak vector pejamu dipengaruhi oleh suhu, kelembaban, dan musim. Karena itu, kontak
pejamu mempunyai pola musiman, yang selanjutnya mempunyai nilai epidemiologi yng penting.

3 Tempat Istirahat (Resting Place)

Berjenis-jenis spesies nyamuk beristirahat pada siang haru di tempat-tempat yang


sepi,gelap,dingin,dan basah. Perhitungan hati-hati di tempat istirahat,memberi gambaran tentang
kepadatan populasi nyamuk. Tempat istirahatnya bisa di dalam rumah, kandang kerbau, kandang ayam,
di bawah jembatan, didalam gua, dan lain-lain.

4 Jangkauan Terbang dan Penyebarannya (Dispersal and flight Range)

Penyabaran vector dari tempat pembiakannya adalah penting dari segi penyebaran penyakit yang
ditularkan vector. Penyebaran dilakukan dengan terbang, lari, atau secara positif dibawa oleh pejamu.

Indeks yang digunakan adalah jarak terbang 90 (Flight Distance 90 = FD 90), yakni jarak terbang
dimana 90% dari vector yang dilepas dapat ditangkap embali. Jarak terbang50 (Flight Distance 50 = FD
50) berarti jarak terbang d mana 50% dari vector yang dilepas dapat ditangkap kembali. Lebih penting
dari segi epidemiologi adalah jangkauan terbang efektif (Effective Flight Range) yakni jarak dari habitat
larva di mana vector betina berada dalam jumlah yang cukup untuk mempertahankan transmisi
penyakit.

5 Siklus Harian Musiman


Waktu mencari makan (feeding time) mempunyai pola makan harian yang di pengaruhi oleh
tenggelam dan terbitnya matahari, demikian juga waktu istirahat (resting time). Pemgumpulan
specimen vector perlu memerhatikan pala harian tersebut.

Pola kegiatan harian dapat dipengaruhi oleh perubahan musim, terutama turunnya hujan,
perubahan suhu, dan kelembaban relative. Hal ini dapat memengaruhi jumlah populasi. Misalnya,
jumlah telur yang pecah dari Aedes aegypti ketika musim dingin Bangkok lebih rendah daripada ketika
musim panas. Stadium larva dari culex p. fatigans di new Delhi ketika musim dingin lebih lam
berlangsungnya (21 hari) dari pada pada musim panas (11 hari).

Epidemiologi Vektor

Ada beberapa vector epidemiologi yang dapat memengaruhi terjadinya suatu penyakit, di antaranya
factor cuaca, vector, reservoir, georafis, dan factor perilaku. Berikut penjelasan mengenai factor-faktor
tersebut.

1. Cuaca

Iklim dan musim merupakan faaktor utama yang memengaruhi terjadinya penyakit infeksi. Iklim
dan variasi musim dapat memengaruhi kehidupan agen penyakit, reservoir, dan vector. Selain itu,
perilaku manusia juga dapat meningkatkan transmisi atau menyebabkan kerentanan terhadap penyakit
infeksi.

2 . Vektor

Organisme hidup yang dapat menularkan agen penyakit dari satu hewan ke hewan lain atau ke
manusia disebut vector.

Artropoda merupakan,vector penting di dalam penularan penyakit parasit dan virus yang spesifik.
Nyamuk merupakan vector penting untuk penularan virus yang menyebabkan ansefalitas pada manusia.

Ricketsia merupak parasit intraseluler obligat yang mampu hidup diluar jaringan hewan dan dapat
ditularkan antara hewan oleh vector. Rat fleas, body lice, dan wood tick adalah vector artropoda yang
menyebabkan penularan penyakit yang disebabkan ricketsia.

3. Reservoir

Hewan-hewan yang menyimpan kuman patogn sementara hewan itu sendiri tidak terkena penyakit
disebut reservoir. Reservoir untuk arthropodborne disease adalah hewan yang dapat hidup bersama
dengan pathogen. Pad banyak kasus, pathogen mengalami multiplikasi di dalam vector atau reservoir
tanpa menyebabkan kerusakan pada hospes intermediatnya.

4. Geografis

Insidensi penyakit yang ditularkan artropoda berhubungan langsung dengan geografis tempat
reservoir dan vector berada. Bertahan hidupnya agen penyakit bergantung pada iklim (suhu,
kelembaban, dan curah hujan) dan fauna local.

5. Perilaku Manusia
Interaksi antarmanusia, kebiasaan untuk membuang sampah secara sembarangan, kebersihan
individu dan lingkungan dapat menjadi penyebab penularan penyakit bawaan artropoda
(arthropdborne-disease).

Transmisi Arthropodborne Disease

Masuknya gen penyakit ke dalam tubuh manusia sampai terjadi atau timbulnya gejala penyakit
disebut sebagai masa inkubasi atau incubation period. Khusus pada arthropdborne disease terdapat dua
periode masa inkubasi, periode pada tubuh vector dan periode oada manusia. Beberapa istilah
digunakan transmisi arthropodborne disease, antara:

1) Inokulasi (Inoculation)

2) Infestasi (Infestation)

3) Extrinsic Incubation Period dan Intrinsic Incubation Period

4) Definitive Host dan Intermediate Host

Berikut ini tiga jenis cara penulaan arthropodborne disease.

1) Kontak Langsung

Artropoda secara langsung memindahkan penyakit atau infestasi dari satu orang ke orang lain
melalui kontak langsung. Contoh: scabies dan pedikulus.

2) Transmisi secara mekanis

Agen penyakit ditularkan secar mekanis oleh artropoda, misalnya penularan penyakit diare, tifoid,
keracunan makanan, dan trakoma oleh lalat. Agen penyakit yang paling banyak ditularkan melalui
artropoda adlah bakteri enteric yang ditularkan oleh lalat rumah. Lalat rumah dapat menjadi vector
agen penyakit tuberkolosis, antraks, tularemia, dan brucellosis.

3) Transmisi Secara Biologis

Agen penyakit mengalami perubahan siklus dengan atau tanpa multiplikasi di dalam tubuh
arthropoda, penularan semacam itu disebut sebagai transmisi biologis. Tiga cara transmisi biologis:

a) Propagative

Agen penyakit tidak mangalami perubahan siklus,tetapi bermultiplikasi di dalam tubuh vector.
Contoh: plague bacilli pada pinjal tikus.

b) Cyclo-propagative

Agen penyakit mengalami perubahan siklus dan bermultiplikasi di dalam tubuh arthropoda. Contoh:
parasit malaria pada nyamuk anopheles.

c) Cyclo-devolopmental
Agen penyakit mengalami perubahan siklus, tetapi tidak bermultiplikasi didalam tubuh arthropoda.
Contoh: parasit filarial pada nyamuk Culex dan cacing pita pada Cyclops.

Jenis Vektor

Penyakit yang ditularkan melalui vector nyamuk

Beberapa virus ditularkan oleh artropoda secara biologis. Virus ini masuk dalam kelompok Arbovirus.
Lebi dari 100 jenis virus kelompok ini telah dapat dibedakan. Organisme ini bersifat ultra mikroskopik
dan merupakan parasit obligat pada sel-sel host. Virus paling penting adalah virus yang menyebabkan
yellow fever, dengue haemorhagic, ensefalitis, Colorado tickfever, dan sandfly fever. Arthropoda virus
berkembang di daerah tropis dan meluas ke daerah subtropics.

c. Penyebaran penyakit melalu vector

* Nyamuk

1 Malaria

2 Filariasis

3 Demam kuning

4 Dengue Haemorragic Fever

5 Ensefalitis Virus

* Lalat

1 Housefly (Lalat Ruamh)

2 Sandfly (Lalat Pasir)

3 Tsetse Flies (Lalat Tsetse)

4 Blackflies (Lalat Hitam)

*Tuma dan pinjal

1 Head lice, Body lice, dan Crab Lice (Tuma kepala, Tuma Badan, dan Tuma kemaluan)

2 Fleas (Pinjal)

3 Penyakit Sampar

4 Tifus Endemis

d. Penyakit Rickettsia

Contohnya:
- F Russian typhus

- Q fever

e. Penyakit Virus

Contoh:

- Colorado tick fever

- Demam Berdarah (hemorrhagic fevers)

- Louping ill

- Kyasanur forest disease

- Virus Powasson

- Russian spiring dan summer encephalitis

f. Penyakit bakteri dan spirokaeta

Contoh:

- Relapsing fever

- Tularemia

E. Strategi Pengendalian

Pengendalian Vektor

Prinsip-Prinsip Pengendalian Arthropoda

Ada beberapa prinsip yang perlu di ketahui dalam pengendalian arthropoda, antara lain:

a. Pengendalian lingkungan

b. Pengendalian kimia

c. Pengendalian biologi

d. Pengendalian genetik

Pengendalian Lingkungan

Pengendalian lingkungan merupakan cara terbaikuntuk mengontrol arthropoda karenahasilnya dapat


bersifat premanen. Contoh, membersihkan tempat hidup arthropoda.
Pengendalian Kimia

Pada pengendalian ini, dilakukan penggunaan beberapa golongan insektisida, seperti golongan
organoklorin, golongan organofosfat, dan golongan karbamat.Namun, penggunaan isektisida ini sering
menimbulkan resistensi dan juga kontaminasi pada lingkungan.

Pengendalian Biologi

Pengendalian biologi ditujukan untuk mengurangi pencemaran lingkungan akibat pemakaian insektisida
yang berasal dari bahan-bahan beracun.Contoh pendekatan ini adalah pemeliharaan ikan.

Pengendalian Genetik

Dalam pendekatan ini, ada beberapa teknik yang dapat digunakan, di antaranya setril technique,
citoplasmic incompatibility, dan choromosomal translocation.

Pengendalian Arthropoda

Berikut beberapa teknik pengendalian yang dapat diterapkan pada masing-masing arthropoda.

Pengendalian Nyamuk

Didalam upaya pengendalian nyamuk, beberapa metode yang digunakan, antara lain tindakan anti larva,
tindakan terhadap nyamuk dewasa, dan tindakan twwerhadap gigita nyamuk. Untuk tindakan anti larva,
metode berikut ini dapat diterapkan:

1. Pengwendalian lingkungan

2. Pengendalian kimia

Pengendalian kimia dapat dilaksanakan dengan menggunakan mineral oils; paris green; insektisida
sintesis, misalnya fenthion; cholorpyrofos; abate; dan malathion.

3. Pengendalian biologi

Sementara itu, didalam upaya pengendalianterhadap nymuk dewasa, beberapa metode dibawahini
dapat dilakukan.

1 Residual sprays

2 Space sprays

Penyemprotan ruang ini dapat mengunakan ekstrak pyrethrum taupun residual insektisida.

3 Pengendalian genetik
Cara-cara untuk melakukan pengendalian genetik diantaranya steril male technique;cytoplasmic
incomoatibility; chromosom translocation; dan sex distortion.

Untuk pengendalian nymuk dewasa, dapat dilakuan tindakan-tindakan berikut ini.

1. Pemasangan mosquito net (kelambu)

2. Pelaksanaan screening

3. Penggunaan repellent(kimia)

Repellent (penolak nyamuk) yang digunakan dapat mengandung zat kimia berikut: diethyltoluamide,
indalon, atau dimethyl karbote

Pengendalian Lalat Rumah

Didalam upaya pengendalain lalat rumah (housefly), beberapa metode berikut dapat dilakukan
diantranya, pengendalian lingkungan, pengendalian insektisida,fly papers, perlindungan tehadap lalat,
dan pendidikan kesehatan. Berkaitan dengan pengendalian yang menggunakan insektisida, teknik-teknik
berikut inidapat digunakan, yaitu.

1. Residual sprays

Bahan kimia yang dipakai dalam penyemprotan residual, antra lain DDT 5%, methoxchlor 5%, lindane
0,5%, dan chlodane 2,5%

2. Baits

Untuk bait, bahan kimia yang dipakai, antara lain diazinon, malathion, dan dichlorvos.

3. Cords and ribbons

Cords dan ribbon dapat mengandung bahan diazon,fenthion, atau dimethoate

4. Space sprays

Didalam metode penyemprotan ruang, dapat digunakan pyrethrine, DDT, atau BHC.

Tabel: pengendalian lalat rumah dengan insektisida

Residual spray

Dosis g/m2

Durasi bulan

DDT

Lindane
Malathion

1-2

0,5

26-12

5. Larvacid

Untuk larvasida, bahan kimia yang dapat dipakai, antara lain diazinon 0,5%,dichlorvos 2%, atau
dimethoate.

Pengendalian Lalat Pasir

Teknik-teknik yang biasa digunakan di dalam pengendalian lalat pasir (sandfiles)adalah penggunaan
insektisida dan pelaksanaan sanitasi lingkungan. DDT 1-2 g/m2 dan lidane 0,25 g/m2 dapat digunakan
sebagai insektisida untuk mengendalikan populasi lalat pasir

Pengendalian Lalat Tsetse

Terdapat 4 teknik didalam pengendalian lalat tsetse, diantaranya penggunaan insektisida, pembabatan
tumbuhan (clearing of vegetation), game destruction atau lomba pesmunahan lalat tsetsesecara besar-
besaran dibenua Afrika, dan pengendalian genetik.DDT 25% dan Dieldrin 18-20% dapat digunakan
sebagai insektisida untuk mengendalikan populasi lalat pasir.

Pengendalian Tuma

Pengendalian tuma atau lice dapat dilakukan dengan menggunakan insektisida, dalam hal ini DDT dan
Malathion (0,5%) atau denganmenerapkan persona higiene pada setiap individu.

Pengendalian Skabies

Penyebaran penyakit skabies dapat dikendaliakn melalui penggunaan bahan-bahan kimia, antra lain
benazly benzoate 25%, BHC 0,5%-10%, tetmosol 5%, dan sulfur ointment 2,5%-10%.

Pengendalian Pinjal
Untuk mencegah penyebaran penyakit yang disebabkan oleh pinjal(fleas), maka perlu dilakukan
tindakan pengendalian terhadap arthropoda tersebut. Upaya yang dapat dilakukan, antara lain melalui
penggunaan insektisida, dalam hal ini DDT, Diazinon 2%, Malathion 5%; penggunaan repllent (misalnya,
diethyl toluamide dan benzyl benzoate); dan pengendalian terhadap hewan pengerat (rodent).

Pengendalian Sengkenit Dan Tungau

Insektisida, pengendalian lingkungan, dan perlindungan terhadap pekerja merupakan tindakan yang
tepat untuk mengendalikan penyebaran penyakit yang disebakan oleh sengkenit (ticks) dan tungau
(mites). Insekisida yang dapatdigunakan untuk mengendalikan populasi sengkenit dan tungau ini, antara
lain DDT, chlordane, dieldrin, lindane, dan malathion.

Pengendalian Cyclops

Untuk mengendalikan populasi cyclops, tiga metode berikut dapatdilakukan pengendalian fisik melalui
penyaringan dan pemasakan air (mineral sampai mencapai suhu 600C); pengendalian kimia, yaitu
dengan mengunakan khlorine 5ppm, lime (batu kapur), dan abate (1 mg/liter), dan pengendalian
biologis, yaitu melaluipemeliharaan ikan.

1 Falsafah dan Pertimbangan Dasar Pengendalian Kimia

Dalam konsep pengendalian hama, perlu diterapkan terlebih dahulu bahwa suatu populasi hama
tidak mungkin dapat diberantas habis (eradikasi total), kecuali di dalam suatu local yang amat terbatas
dan benar-benar terisolasi dari popoulasi-populasi lainnya.

Dalam hubungan ini, maka informasi menyeluruh tentang vector sasaran serta keadaan setempat perlu
dikuasai apabila hasil maksimal ingin dicapai. Idealnya, urutan langkah seperti berikut inila yang harus
diikuti:

1 . Mengetahui identitas hama sasaran.

2 . Mengetahui sifat dan cara hidup (biokologi) vector sasaran.

3 . Memilih alternative cara pengendalian.

4 . Memilih pestisida

5 . Menentukan cara aplikasinya.

1 Pengendalian Vektor dengan Non-Insektisida


Dalam garis besar pemberantas nonkimai dibagi menjadi tiga cara,yaitu:

a. Modifikasi lingkungan

Cara ini misalkan, dengan mengatur system irigasi,penimbunan tempat-tempat yang dapt
menampung air hingga mengenang mengalirka air yang mengenang hingga kering dan sebagainya.

b Manipulasi lingkungan

Cara ini, keadaan lingkungan diubah sedemikian rupa sehingga menjadi tidak cocok unuk
perkembangan vector. Misalnya, pembersihan tanaman air yang mengapung (ganggang dam lumut) dari
lagoon, akan mengubah lagoon menjadi tidak cocok untuk perkembangan Anopheles sundaicus.

c Mengurangi kontak antara vector dengan orang

Cara ini dapat di lakukan dengan bermacam-macam cara misalnya memakai kelambu, memasang
kasa pada ventilasi/jendela dan menggunakan ternak untuk membelokkan sasaran binatang mencari
darh untuk golongan vector zoofilik.

2 Pemberantasan Vektor secara Biologis

Dapat dibedakan atas:

a ) Menggunakan pathogen dan parasit

b ) Predator

c ) B.T.I.H-14 (bacillus thuringiensis H-14)

3 Pemberantasan Vektor secara Genetik

Salah satu cara pengendalian genetic ini adalah melepaskan nyamuk-nyamuk vector jantan yang
telah disterilkan. Jantan steril diharapakan dapat mengawinkan betina dialam.Karena betina hanya dpat
kawin sekali, maka jika kebetulan kawin dengan jantan steril betina tersebut tidak menghasilkan
keturunan.

3 .Pengendalian Vektor dengan Kimia (Insektisida)

Penggunaan insektisida yang tepat merupakan salah satu factor yang penting dalam menentukan
keberhasilan pengendalian vector. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan insektisida adalah
ketepatan dala penentuan dan pengukuran dosis.Dosis yang terlalu tinggi akan menyebabkan
pemborosan insektisida disamping akan merusak lingkungan. Dosis yang terlalu rendah mengakibatkan
vector tidak mati dan mempercepat timbulnya resistensi.
a .Dosis Insektisida

Dosis adalah jumlah insektisida dalam litar atau kilogram yang digunakan untuk mengendalikan
vector tiap satuan luas tertentu.Dosis bahan aktif adalah insektisida yang dibutuhkan untuk keperluan
satuan volume larutan.

b . Konsentrasi Insektisida

Terbagi tiga:

1 . Konsentrasi bahan aktif

2 . Konsentrasi formulasi

3 . Konsentrasi larutan atau konsentrasi insektisida

c . Alat Semprot

Alat untuk aplikasi insektisida terdiri dari macam-macam seperti knapsack sprayer (high volume)
biasanya dengan volume larutan konsentrsi sekitar 500 liter, mist blower (low volume), swing fog
(fogging), dn atomizer (ultra low volume) biasnya kurnag dari 5 liter.

Taksonomi Insektisida

Insektisid yang digunakan untuk kesehatan masyarakat dapat dibagi dalam kelompok sebgai berikut:

a . Mineral, misalnya

b . Botanicl, misalnya

c . Chlorined hydrocarbon

d . Organophosphate

e . Carbamate

f . Fumigant

Beberapa insektisida yang penting dapat dikelompokkan sebagai berikut:

a ) Kelompok mineral

Minyak memiliki bagian yang toksik dan mudah menguap yang dapat menembus trachea pada larva
dan pupa dan menghasilkan pengaruh anesthesia. Minyak juga memiliki bagian yang tidak memiliki efek
toksik langsung,yang kurang menguap,namun menghambat pernapasan secara mekanis.

b ) Kelompok botanical
Mempunyai tiga elemen, yakni karbon,hydrogen,dan oksigen.Mereka tidak mempunyai elemen
chlorine seperti halnya chlorinated hydrocarbon.

c ) Kelompok Chlorinated Hydrocarbon

Kelompok ini memiliki elemen-elemen chlorine,hydrogen,dan carbon.Kelompok ini cara kerjanya


adalah sebagai racun terhadap sususan saraf pusat.

d ) Kelompok Organophosphate

Organophosphate berasal dari H2PO4 (asam fosfat).

e ) Kelompok Carbamate

Carbamate adalah derivate CO2NH3, (Carbomic acid).

f ) Kelompok Fumigant

Fumigant adalah gas yang membunuh sel tubuh dan jaringan sesudah masuk ke tubuh serangga
melalui dinding tubuh dan alat pernapasan.

Manajemen Pengendalian Vektor

Program pengendalian vektor adalah sebagian dari program kesehatan masyarakat. Dintara hal-hal yang
perlu ada dalam perencanaan pengendalian bektor yaitu:

a ) Identifikasi Masalah

Data yang diperlukan adalah:

1 ) Data endemisitas penyakit ditularkan vector.

2 ) Data ekologi vector.

b ) Studi Kelayakan

Studi kelayakan merupakan studi pendahuluan untuk menepatkan dapatnya suatu objek dikerjakan
hingga selesai dengan mempertimbangkan car dan sumber yang tersedia.

c ) Percobaan lapangan (Pilot Field Trial)

d ) Analisis Dampak

Perkiraan perlu dibuat tentang dampak negative dan dampak positif dari program pengendalian
vector yang direncanakan. Dampak negative isalnya risiko toksik.

Anda mungkin juga menyukai