Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN LENGKAP MIKROBIOLOGI LAUT

BIODEGRADASI HIDROKARBON PETROLEUM OLEH BAKTERI LAUT

NAMA NIM KELOMPOK ASISTEN

: IIN KUSMAWATI : H411 08 253 : II (DUA) : FUAD GANI

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2011

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Pencemaran air adalah suatu perubahan keadaan di suatu tempat penampungan air seperti danau, sungai, lautan dan air tanah akibat aktivitas manusia. Walaupun fenomena alam seperti gunung berapi, badai, gempa bumi juga mengakibatkan perubahan yang besar terhadap kualitas air, hal ini tidak dianggap sebagai pencemaran. Pencemaran air dapat disebabkan oleh berbagai hal dan memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Pencemaran pada perairan dan daratan oleh hidrokarbon yang bersumber dari minyak bumi menjadi perhatian utama dalam usaha peningkatan kualitas lingkungan dan kesehatan manusia (Rodriguez-Martinez et al, 2006). Eliminasi bahan pencemar tersebut dapat dilakukan baik secara fisikokimiawi, maupun biologi (Okoh, A.I., 2006). Secara fisiko-kimiawi dapat dengan penjaringan lapisan minyak dan atau penambahan bahan kimia sebagai bahan pengemulsi. Namun cara tersebut tidak efesien karena dapat menghasilkan produk sampingan berbahaya. Penanggulangan secara mikrobiologis diakui lebih aman karena melibatkan proses biodegradasi (Atlas, 1991). Oleh karena hidrokarbon memiliki solubilitas yang rendah dalam air, maka hal tersebut menjadi pembatas dalam proses biodegradasi. Biodegradasi hidrokarbon minyak bumi sangat terbatas karena sifatnya yang tidak dapat larut dalam air, sehingga ketersediaannya untuk digunakan sel mikroba pula akan terbatas.

I.2 Tujuan Percobaan Tujuan dari percobaan ini adalah : 1. Untuk mengetahui komposisi pembuatan air laut sintetik di berbagai salinitas. 2. Untuk mengetahui teknik isolasi bakteri pendegradasi hidrokarbon petroleum pada permukaan dan sedimen laut. 3. Untuk melihat proses biodegradasi oleh bakteri pendegradasi hidrokarbon petroleum.

I.3 Waktu dan Tempat Percobaan Percobaan ini dilaksanakan pada hari Sabtu, 07 Mei 2011-Selasa 01 Juni 2011 dan bertempat di Laboratorium Mikrobiologi, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin, Makassar. Pengambilan sampel dikalukan di Pelabuhan Poetere, Sabtu, 14 Mei 2011.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Hidrokarbon Dalam bidang kimia, hidrokarbon adalah sebuah senyawa yang terdiri dari unsur karbon (C) dan hidrogen (H). Seluruh hidrokarbon memiliki rantai karbon dan atom-atom hidrogen yang berikatan dengan rantai tersebut. Istilah tersebut digunakan juga sebagai pengertian dari hidrokarbon alifatik. Hidrokarbon yang paling sederhana adalah alkana, yaitu hidrokarbon yang hanya mengandung ikatan kovalen tunggal. Hidrokarbon merupakan senyawa yang struktur molekulnya terdiri dari hidrogen dan karbon. Molekul yang paling sederhana dari alkana adalah metana. Metana berupa gas pada suhu dan tekanan baku, merupakan komponen utama gas alam (Wilbraham, 1992). Hidrokarbon dapat diklasifikasikan menurut macam-macam ikatan karbon yang dikandungnya. Hidrokarbon dengan karbon-karbon yang mempunyai satu ikatan dinamakan hidrokarbon jenuh. Hidrokarbon dengan dua atau lebih atom karbon yang mempunyai ikatan rangkap dua atau tiga dinamakan hidrokarbon tidak jenuh (Fessenden, 1997). Hidrogen dan senyawa turunannya, umumnya terbagi menjadi tiga kelompok besar yaitu: 1. Hidrogen alifatik terdiri atas rantai karbon yang tidak mencakup bangun siklik. Golongan ini sering disebut sebagai hidrokarbon rantai terbuka atau hidrokarbon

siklik. Contoh hidrokarbon alifatik yaitu : C2H6 (etana) CH3CH2CH2CH2CH3 (pentana). 2. Hidrokarbon alisiklik atau hidrokarbon siklik terdiri atas atom karbon yang tersusun dalam satu lingkar atau lebih. 3. Hidrokarbon aromatik merupakan golongan khusus senyawa siklik yang biasanya digambarkan sebagai lingkar enam dengan ikatan tunggal dan ikatan rangkap bersilihganti. Kelompok ini digolongkan terpisah dari hidrokarbon asiklik dan alifatik karena sifat fisika dan kimianya yang khas (Syukri, 1999).

II.1.1 Petroleum Minyak bumi terbentuk sebagai hasil akhir dari penguraian bahan-bahan organik (sel-sel dan jaringan hewan/tumbuhan laut) yang tertimbun selama berjuta tahun di dalam tanah, baik di daerah daratan atau pun di daerah lepas pantai. Hal ini menunjukkan bahwa minyak bumi merupakan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui. Terbentuknya minyak bumi sangat lambat, oleh karena itu perlu penghematan dalam penggunaannya. Minyak bumi (bahasa Inggris: petroleum, dari bahasa Latin petrus karang dan oleum minyak), dijuluki juga sebagai emas hitam, adalah cairan kental, coklat gelap, atau kehijauan yang mudah terbakar, yang berada di lapisan atas dari beberapa area di kerak Bumi. Minyak bumi terdiri dari campuran kompleks dari berbagai hidrokarbon, sebagian besar seri alkana, tetapi bervariasi dalam penampilan, komposisi, dan kemurniannya. Komponen kimia dari minyak bumi dipisahkan oleh proses distilasi, yang kemudian, setelah diolah lagi, menjadi minyak tanah, bensin, lilin, aspal, dll. Minyak

bumi terdiri dari hidrokarbon, senyawaan hidrogen dan karbon. Empat alkana teringan- CH4 (metana), C2H6 (etana), C3H8 (propana), dan C4H10 (butana) semuanya adalah gas yang mendidih pada -161.6 C, -88.6 C, -42 C, dan -0.5 C, berturut-turut (-258.9, -127.5, -43.6, dan +31.1 F). Rantai dalam wilayah C5-7 semuanya ringan, dan mudah menguap, nafta jernih. Senyawaan tersebut digunakan sebagai pelarut, cairan pencuci kering (dry clean), dan produk cepat-kering lainnya. Rantai dari C6H14 sampai C12H26 dicampur bersama dan digunakan untuk bensin. Minyak tanah terbuat dari rantai di wilayah C10 Minyak pelumas dan gemuk setengah-padat (termasuk Vaseline) berada di antara C16 sampai ke C20. Rantai di atas C20 berwujud padat, dimulai dari "lilin, kemudian tar, dan bitumen aspal. Titik pendidihan dalam tekanan atmosfer fraksi distilasi dalam derajat Celcius:

minyak eter: 40 - 70 C (digunakan sebagai pelarut) minyak ringan: 60 - 100 C (bahan bakar mobil) minyak berat: 100 - 150 C (bahan bakar mobil) minyak tanah ringan: 120 - 150 C (pelarut dan bahan bakar untuk rumah tangga)

kerosene: 150 - 250 C (bahan bakar mesin jet) minyak gas: 250 - 350 C (minyak diesel/pemanas) minyak pelumas: > 300 C (minyak mesin) sisanya: tar, aspal, bahan bakar residu Beberapa ilmuwan menyatakan bahwa minyak adalah zat abiotik, yang

berarti zat ini tidak berasal dari fosil tetapi berasal dari zat anorganik yang dihasilkan

secara alami dalam perut bumi. Namun, pandangan ini diragukan dalam lingkungan ilmiah. Di Indonesia, minyak bumi yang diolah banyak digunakan sebagai bahan bakar minyak atau BBM, yang merupakan salah satu jenis bahan bakar yang digunakan secara luas di era industrialisasi. Ada beberapa jenis BBM yang dikenal di Indonesia, di antaranya adalah: Minyak tanah rumah tangga Pertamax Premium Bio Solar Solar transportasi Minyak diesel - Minyak tanah industry - Pertamax Plus - Bio Premium - Pertamina DEX - Solar industry - Minyak bakar

Di Indonesia, harga BBM sering mengalami kenaikan disebabkan alasan pemerintah yang ingin mengurangi subsidi. Tujuan dari pengurangan tersebut dikatakan adalah agar dana yang sebelumnya digunakan untuk subsidi dapat dialihkan untuk hal-hal lain seperti pendidikan dan pembangunan infrastruktur. Di sisi lain, kenaikan tersebut sering memicu terjadinya kenaikan pada harga barangbarang lainnya seperti barang konsumen, sembako dan bisa juga tarif listrik sehingga selalu ditentang masyarakat.

II.2 Bakteri Pendegradasi Hidrokarbon Petroleum Degradasi minyak bumi dapat dilakukan dengan memanfaatkan bakteri seperti Pseudomonas fluorescens dan Bacillus subtilis. Bakteri ini mampu

menguraikan komponen minyak bumi karena kemampuannya mengoksidasi hidrokarbon dan menjadikan hidrokarbon sebagai donor elektronnya.

Mikroorganisme ini berpartisipasi dalam pembersihan tumpahan minyak dengan mengoksidasi minyak bumi menjadi gas karbon dioksida (CO2). Sebagai contoh, bakteri pendegradasi minyak bumi akan menghasilkan bioproduk seperti asam lemak, gas, surfaktan, dan biopolimer yang dapat meningkatkan porositas dan permeabilitas batuan reservoir formasi klastik dan karbonat apabila bakteri ini menguraikan minyak bumi. Kemampuan sel mikroorganisme untuk melanjutkan pertumbuhannya sampai minyak bumi didegradasi secara sempurna bergantung pada suplai oksigen yang mencukupi dan nitrogen sebagai sumber nutrien. Seorang ilmuwan bernama Dr. D. R. Boone menemukan bahwa nitrogen tetap merupakan nutrien yang paling penting untuk degradasi bahan bakar. Selain itu keaktifan mikroorganisme pendegradasi hidrokarbon juga dipengaruhi oleh kondisi lingkungan seperti temperatur dan pH. Kondisi lingkungan yang tidak sesuai menyebabkan mikroba ini tidak aktif bekerja mendegradasi minyak bumi. Sebagai contoh, penambahan nutrien anorganik seperti fosfor dan nitrogen untuk area tumpahan minyak meningkatkan kecepatan bioremediasi secara signifikan.

II.3 Biodegradasi Petroleum Biodegradasi yaitu pemecahan cemaran organik oleh aktivitas mikroba yang melibatkan serangkaian reaksi enzimatik. Umumnya terjadi karena senyawa tersebut dimanfaatan sebagai sumber makanan (substrat). Biodegradasi yang lengkap disebut juga sebagai mineralisasi, dengan produk akhirnya berupa karbondioksida dan

air. Proses ini dipakai dalam pengolahan limbah untuk menjadi CO2 dan air. Kometabolisma (co-metabolism) yaitu kemampuan mikroba dalam mengoksidasi atau metabolisasi suatu senyawa tetapi energi yang dihasilkan tidak dapat digunakan sebagai sumber energi untuk pertumbuhan. Terjadi jika mikroba secara kebetulan menghasilkan suatu enzim yang mampu mendegradasi senyawa tertentu, sehingga dikatakan enzim tersebut tidak spesifik. Menurut Maier (1999) penambahan N dan P pada lingkungan yang tercemar hidrokarbon pada rasio C:N:P = 100:10:1. Bahkan Wang dan Bartha (1990) bahkan dapat diberikan hingga rasio C:N:P = 1000:5:1. Hal ini merupakan nilai N P ratio yang digunakan mikroorganisme untuk melakukan metabolisme. Apabila kandungan N yang ada terdapat pada sumber lain maka ratio N P mungkin saja tidak sama. Degradasi minyak bumi (petroleum) dapat dilakukan dengan memanfaatkan mikroorganisme seperti bakteri, beberapa khamir, jamur, sianobakteria, dan alga biru. Mikroorganisme ini mampu menguraikan komponen minyak bumi karena kemampuannya mengoksidasi hidrokarbon dan menjadikan hidrokarbon sebagai donor elektronnya. Mikroorganisme ini berpartisipasi dalam pembersihan tumpahan minyak dengan mengoksidasi minyak bumi menjadi gas karbon dioksida (CO2). Sebagai contoh, bakteri pendegradasi minyak bumi akan menghasilkan bioproduk seperti asam lemak, gas, surfaktan, dan biopolimer yang dapat meningkatkan porositas dan permeabilitas batuan reservoir formasi klastik dan karbonat apabila bakteri ini menguraikan minyak bumi. Di dalam minyak bumi terdapat dua macam komponen yang dibagi berdasarkan kemampuan mikroorganisme menguraikannya, yaitu komponen minyak

bumi yang mudah diuraikan oleh mikroorganisme dan komponen yang sulit didegradasi oleh mikroorganisme. Komponen minyak bumi yang mudah didegradasi oleh bakteri merupakan komponen terbesar dalam minyak bumi atau mendominasi, yaitu alkana yang bersifat lebih mudah larut dalam air dan terdifusi ke dalam membran sel bakteri. Jumlah bakteri yang mendegradasi komponen ini relatif banyak karena substratnya yang melimpah di dalam minyak bumi. Isolat bakteri pendegradasi komponen minyak bumi ini biasanya merupakan pengoksidasi alkana normal. Komponen minyak bumi yang sulit didegradasi merupakan komponen yang jumlahnya lebih kecil dibanding komponen yang mudah didegradasi. Hal ini menyebabkan bekteri pendegradasi komponen ini berjumlah lebih sedikit dan tumbuh lebih lambat karena kalah bersaing dengan pendegradasi alkana yang memiliki substrat lebih banyak. Isolasi bakteri ini biasanya memanfaatkan komponen minyak bumi yang masih ada setelah pertumbuhan lengkap bakteri pendegradasi komponen minyak bumi yang mudah didegradasi.

II.4 Biosurfaktan Biosurfaktan adalah molekul amfipatik yang dapat dibedakan dalam senyawa dengan berat molekul rendah seperti glikolipid, fosfolipid dan lipopeptida dan surfaktan dengan berat molekul tinggi seperti polisakarida, protein, lipoprotein atau biopolymer kompleks lainnya (Rahman and Gakpe, 2008). Biosurfaktan termasuk dalam surfaktan (SURFace ACTive AgeNTS) dan memiliki dua bagian yaitu bagian hidrokarbon yang kurang suka air (sisi hidrofobik) dan bagian yang suka air (hidrofilik). Bagian hidrofobik diantaranya adalah asam lemak rantai panjang, asam

lemak hidoksi, asam lemak hidroksil atau asam lemak -alkil--hidroksi, sedang sisi hidrofilik dapat beupa karbohidrat, asam amino, peptide siklik, fosfat,

asamkarboksilat atau alcohol. Biosurfaktan ialah bahan aktif permukaan yang disintesiskan oleh sel-sel hidup. Bahan-bahan itu mempunyai sifat mengurangkan tegangan permukaan, menstabilkan emulsi, serta menggalakkan pembusaan dan secara amnya, mempunyai sifat tak toksik dan sifat terbiodegradasikan. Minat terhadap surfaktan mikrob kian bertambah pada masa kebelakangan ini, disebabkan oleh kepelbagaian, sifat ramah persekitaran, kemungkinan pengeluaran berskala besar, kepilihan, prestasinya di bawah keadaan berketerlaluan, dan kemungkinan penggunaannya dalam

perlindungan persekitaran. Biosurfaktan mempertingkat pengemulsian hidrokarbon, mempunyai

keupayaan untuk melarutkan bahan pencemar hidrokarbon, serta meningkatkan ketersediaannya untuk didegradasikan oleh mikroba. Penggunaan kimia untuk merawat dampak terkontaminasi hidrokarbon boleh mencemari alam sekitar dengan keluaran-keluaran sampingan, manakala perawatan biologi dapat memusnahkan bahan pencemar dengan cekap, selain daripada bersifat terbiogedrasikan pada dirinya. Oleh itu, mikroorganisma yang menghasilkan biosurfaktan memainkan peranan yang utama dalam mempercepat biopemulihan tapak terkontaminasi hidrokarbon. Hal ini juga boleh digunakan dalam penemuan minyak terbesar serta dipertimbangkan untuk kegunaan-kegunaan berpotensi yang lain dalam perlindungan alam sekitar. Kegunaan-kegunaannya yang lain termasuk perumusan herbisid dan pestisid, detergen, penjagaan kesihatan, kosmetik, pulpa dan kertas, batu arang,

tekstil, pemprosesan seramik dan makanan, pemprosesan bijih uranium, serta pengawaairan mekanik tanah gambut. Banyak mikroorganisme diketahui mensintesiskan agen-agen aktif

permukaan, dengan kebanyakannya merupakan bakteria dan yeast. Apabila ditumbuh pada substrat hidrokarbon yang bertindak sebagai sumber karbon, mikroorganisme itu mensintesiskan berbagai bahan kimia seperti glikolipid dan fosfolipid menerusi aktiviti permukaan. Bahan-bahan kimia itu kelihatan disintesiskan untuk mengemulsi substrat hidrokarbon dan memudahkan pengangkutannya ke dalam sel-sel. Dalam setengah spesies bakteria seperti Pseudomonas aeruginosa, biosurfaktan juga terlibat dalam tingkah laku kemotilan kelompok yang dikenali sebagai kemotilan pengerumunan.

II.5 Emulsifikasi Emulsi ialah satu campuran yang terdiri daripada dua bahan tak boleh campur (tak boleh bersebati), dengan satu bahan (fasa tersebar) tersebar di dalam fasa yang lain (fasa selanjar). Contoh-contoh emulsi termasuk mentega dan marjerin, mayones, belah filem stock yang fotopeka, serta bendalir pemotong untuk kerja logam. Bagi mentega dan marjerin, suatu fasa lipid yang selanjar mengelilingi titisan air (emulsi air dalam minyak). Pengemulsian adalah proses yang menyediakan emulsi. Emulsi-emulsi cenderung mempunyai wajah yang keruh kerana antara muka fasa (sempadan antara fasa-fasa dipanggil "antara muka") yang banyak akan menyerakkan cahaya yang merentasi emulsi. Emulsi adalah tidak stabil dan oleh itu, tidak dibentuk secara spontan. Pemasukan tenaga melalui menggoncang atau mengaduk, ataupun melalui penghomogen atau proses semburan diperlukan untuk

membentuk emulsi. Dengan berlalunya masa, emulsi-emulsi cenderung kembali menjadi keadaan minyak terasing daripada air yang merupakan keadaan yang stabil. Bahan-bahan aktif permukaan (pembasuh) boleh meningkatkan kestabilan kinetik emulsi secara ketara supaya emulsi, ketika dibentuk, tidak akan banyak berubah dengan penyimpanan bertahun-tahun. Sos salad minyak dan cuka buatan sendiri merupakan suatu contoh emulsi tak stabil yang akan cepat terasing jika ia tidak digoncang secara berterusan. Fenomena ini dipanggil tautan, dan berlaku apabila titisan-titisan kecil bergabung semula untuk menjadi titisan yang lebih besar. Emulsi bendalir juga boleh dijejaskan oleh pengkriman, iaitu migrasi salah satu bahan ke bahagian atas emulsi di bawah pengaruh keapungan atau daya memusat ketika emparan digunakan. Emulsi-emulsi merupakan sebahagian kelas sistem jirim dua fasa yang lebih umum yang dipanggil koloid. Walaupun istilah 'koloid' dan 'emulsi' kekadang digunakan secara saling boleh tukar, emulsi cenderung menandakan bahawa keduadua fasa tersebar dan fasa selanjar adalah cecair. Terdapat tiga jenis ketakstabilan emulsi :

pengelompokan yang menyebabkan zarah-zarah menjadi kelompok; pengkriman yang menyebabkan zarah-zarah bertumpu di permukaan campuran semasa masih terasing; dan

pemecahan yang menyebabkan zarah-zarah bertaut dan membentuk lapisan cecair. Pengemulsi ialah satu bahan yang menstabilkan emulsi. Contoh pengemulsi

makanan adalah kuning telur (bahan kimia pengemulsi utamanya adalah lesitin

fosfolipid), dan mustard. Berbagai-bagai bahan kimia di dalam musilaj mustard yang mengelilingi sekam bijinya bertindak sebagai pengemulsi; protein dan pengemulsi yang mempunyai berat molekul rendah juga biasa didapati. Dalam sesetengah kes, zarah-zarah juga boleh menstabilkan emulsi melalui mekanisme yang dipanggil penstabilan Pickering. Kedua-dua mayones dan sos Hollandaise adalah emulsi minyak di dalam air yang distabilkan dengan lesitin kuning telur. Bahan cuci adalah lagi sebuah kelas emulsi yang akan saling bertindak secara kimia dengan kedua-dua minyak serta air dan dengan itu, menstabilkan antara muka di antara titisan-titisan minyak atau air dalam ampaian. Prinsip ini dipergunakan dalam sabun untuk menghapuskan gris bagi tujuan pembersihan. Berbagai-bagai jenis emulsi digunakan dalam bidang farmasi untuk menyediakan emulsi-emulsi seperti krim dan losen. Adakah sesuatu emulsi akan menjadi emulsi air di dalam minyak atau emulsi minyak di dalam air bergantung kepada nisbah isi padu kedua-dua fasa dan jenis pengemulsinya. Pada umumnya, peraturan Bancroft adalah berkaitan: pengemulsipengemulsi dan zarah-zarah pengemulsi cenderung menggalakkan penyebaran fasa jika bahan-bahan tersebut tidak mudah larut di dalam fasanya; umpamanya proteinprotein lebih mudah melarut di dalam air berbanding dengan minyak dan oleh itu, cenderung membentuk emulsi minyak di dalam air (iaitu, protein-protein menggalakkan penyebaran titisan minyak di seluruh air fasa selanjar).

BAB III METODE PERCOBAAN

III.1 Alat Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah erlenmeyer, neraca OHAUS, shaker, sendok tanduk, otoklaf, enkas, pipet tetes, spoit, gelas beaker, dan botol sampel.

III.2 Bahan Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah alumunium foil, kertas label, kain kasa, kapas, aquadest, NaCl, KCl, MgSO4, MgCl26H2O, Tris (Hydroksi methyl-Aminomethane), CaCl2, NH4Cl, K2HPO4, FeSO4, dan petroleum.

III.3 Prosedur Kerja III.3.1 Sterilisasi Alat Pada percobaan ini dilakukan berbagai macam teknik sterilisasi. III.3.2 Pembuatan Medium A. Pembuatan Air Laut Sintetik (ALS) Salinitas 110/00 Bahan berupa NaCl 11 gr, KCl 0,75 gr, MgSO4 3,91 gr, MgCl26H2O 10,85 gr, Tris (Hydroksi methyl-Aminomethane) 6,05 gr, CaCl2 1,47 gr, dan NH4Cl 3, 74 g, ditimbang dengan menggunakan neraca OHAUS. Semua bahan dilarutkan ke dalam aquadest 1000 mL. Selanjutnya aquadest sebanyak 1000 mL tersebut dibagi kedalam 5 erlenmeyer masing-masing sebanyak 100 mL, dan sisanya disimpan di kulkas. Semua

erlenmeyer ditutup dengan menggunakan kapas yang telah di balut dengan kain kasa dan diberi kertas label. Terakhir, semua erlenmeyer yang telah berisi aquadest 100 mL disterilkan dengan menggunakan otoklaf pada suhu 1210C selama 15 menit. B. Pembuatan K2HPO4 dan FeSO4 C. Pembuatan Nutrient Agar (Marine Agar) Alat dan bahan yang akan digunakan disiapkan terlebih dahulu. Bahan berupa ekstrak yeast 0,5 gr, pepton 0,5 gr, dan agar 2 gr, ditimbang dengan menggunakan neraca OHAUS. Selanjutnya, bahan yang telah ditimbang tersebut dilarutkan dalam 100 mL ALS kemudian dipanaskan di atas penangas, ditutup dengan alumunium foil dan di sterilkan dalam otoklaf selama 15 menit pada suhu 121oC. III.3.3 Isolasi Bakteri Laut pendegradasi Hidrokarbon Sampel yang telah diambil di berbagai lokasi (sedimen pelabuhan) ditumbuhkan pada media ALS dengan salinitas 250/00. III.3.4 Tahap Kulturisasi III.3.5 Pengecatan gram
Gelas objek dibersihkandengan menggunakan alkohol. Satu ose diambil, lalu dipanaskan diatas api bunsen hingga panas membara.Mikroba berupa bakteri laut lalu difiksasi di atas Bunsen setelah diteteskan aquadest sebanyak 2 tetes. larutan kristal violet (gram A) sebanyak 2-3 ditetes pada olesan bakteri, dibiarkan selama 1 menit. Larutan kemudian dicuci dengan menggunakan aquadest. Larutan JKJ (gram B) diteteskan sebanyak 2-3 tetes pada olesan bakteri, biarkan selama 1 menit.

Dicuci kembali dengan aquadest. Setelah kering, larutan alkohol (gram C) diteteskan sebanyak 1-3 tetes biarkan selama 30 detik, kemudian mencuci kembali dengan menggunakan alkohol, dan mengeringanginkan kembali. 1. Meneteskan larutan safranin (gram D) sebanyak 2-3 tetes pada olesan bakteri, biarkan selama 30 detik, kemudian mencuci kembali dengan menggunakan alkohol, dan mengeringanginkan kembali. 2. Mengamati di bawah mikroskop, apabila menggunakan perbesaran 100x menggunakan minyak imersi, menggambar hasil pengamatan.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil a. Isolasi Bakteri pendegradasi Hidrokarbon Petroleum (ALS 23o/oo): Pengamatan sampel hari ke-7 (Rabu, 25 Mei 2011) Sampel sedimen (Pelabuhan)
Sampel permukaan air laut (Pelabuhan)

Kontrol

b. Pertumbuhan Bakteri pendegradasi Hidrokarbon Petroleum di berbagai salinitas : Pengamatan sampel hari ke-2 (Jumat, 27 Mei 2011)
Sampel permukaan air laut (pelabuhan) ALS 11o/oo ALS 23o/oo ALS 32o/oo

DAFTAR PUSTAKA http://www.chem-istry.org/artikel_kimia/kimia_material/degradasi_minyak_bumi_via_tangan_mikroorg anisme/

http://www.pdf-archive.com/2011/03/16/36-dirayah-rauf-husain/36-dirayah-raufhusain.pdf

http://cintailah-bumi.blogspot.com/2009/01/biodegradasi.html http://ms.wikipedia.org/wiki/Biodegradasi http://nurman20.wordpress.com/2007/07/26/biodegradasi/

http://smatamiriyah.blogspot.com/2010/01/hidrokarbonkimia.html

http://www.fnurhuda.web.ugm.ac.id/Sumber%20daya%20alam1/minyak%20bumi2_files/mega.ht m http://gekoclay.blogspot.com/2009/03/biodegradasi-minyak-bumi-dengan.html http://sumarsih07.wordpress.com/2009/09/06/bioremediasi-tanah-dan-air/p1010043/

Anda mungkin juga menyukai