OLEH
FIRSTA ADELA
NIM : 03031381722079
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
TAHUN AKADEMIK 2019
PENDAHULUAN
Dan untuk fraksi yang berat dengan komponen utama hidrokarbon yang bertitik
didih tinggi. Minyak bumi merupakan komoditas ekspor utama Indonesia yang
digunakan sebagai bahan bakar dan bahan mentah bagi industri petrokimia. Kegiatan
eksploitasi seperti seperti pengeboran dan pembuatan sumur-sumur, pengolahan
pemurnian dan pemisahan minyak bumi mengakibatkan terjadinya pencemaran minyak
pada lahan-lahan di area sekitar aktivitas itu berlangsung. Minyak yang mengandung
hidrokarbon bercampur dengan air dan bahan-bahan anorganik atau organik yang ada
dalam tanah. Limbah lumpur minyak bumi itu adalah limbah akhir dari serangkaian
proses pengkilangan minyak bumi. Limbah lumpur itu selain mengandung hidrokarbon
poliaromatik dan poliafatik juga mengandung non hidrokarbon seperti nitrogen, sulfur,
oksigen dan aspal. Limbah lumpur minyak bumi tergolong limbah B3 (Bahan Berbahaya
dan Beracun) karena konsentrasi dan sifatnya membahayakan kesehatan manusia dan
lingkungan hidup.
Pertama yaitu pengolahan limbah secara bioremediasi atau secara biologi yang
menggunakan mikroba untuk mengurangi racun pada lumpur minyak bumi. Selain itu
teknik bioremediasi bisa dengan cara menambahkan nutrisi dan oksigen. Mikroba dapat
diisolasi dari alam dan mengkulturnya kemudian menebarkannya di daerah lumpur
minyak bumi. Bakteri ini akan mendegredasi hidrokarbon yang ada hingga menjadi
rantai hidrokarbon yang terurai menjadi senyawa C, H, dan O. Bioremediasi juga dapat
digunakan pada lahan yang sudah terkontaminasi oleh pencemar baik secara in situ
maupun ex situ. Pada proses ini perlu pemantauan terhadap hasil akhir pengolahan.
Hal yang perlu dipantau adalah kandungan total hidrokarbon yang ada di minyak bumi.
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 128 Tahun 2003 tentang Tata Cara
dan Persyaratan Teknik Pengolahan Limbah Minyak Bumi dan Tanah Terkontaminasi
oleh Minyak Bumi secara Biologis mensyaratkan kandungan total hidrokarbon minyak
bumi yang tidak lebih dari 15% di awal proses bioremediasi. Kandungan total
hidrokarbon minyak bumi perlu dipantau setidaknya setiap 2 minggu. Kandungan total
hidrokarbon diakhir bioremediasi disyaratkan di bawah 1%. Mikroba yang sering
digunakan adalah mikroba Pseudomonas, Arthrobacter, Alcaligenes, Brevibacterium,
Brevibacillus, dan Bacillus. Selain bioremediasi dapat juga dilakukan secara
“Fitoremediasi” yaitu pemanfaatan tumbuhan dengan konsep meremediasi tanah yang
terkontaminasi limbah karena tanaman mempunyai kemampuan menyerap logam dan
mineral yang tinggi atau sebagai fitoakumulator dan fitochelator.
1. Combustible
Liquids
2. Partially
Combustible
Liquids
Combustible liquids akan menghasilkan CO2 dan H2O bila di bakar, sedangkan partially
combustible liquids yaitu pembakaran pada bahan yang mengandung material terlarut
dalam fase liquid sehingga zat tersebut yang teroksida ketika pembakaran.
Untuk Deep Well Disposal biasanya digunakan untuk limbah asam lemah
dengan cara pemompaan limbah ke dalam lapisan tanah sampai pada lapisan tanah
yang cocok untuk menampung limbah tersebut. Syarat lapisan tanah agar cocok untuk
menampung limbah yaitu harus lebih rendah dari lapisan sirkulasi fresh water dan
terisolasi oleh bahan kedap air dan lapisan banyak mengandung air asin juga cukup
baik untuk penampung limbah. Dan harus menghindari daerah yang banyak batuan
vulkanik karena limbah bisa lolos ke permukaan tanah.
Kemudian cara pirolisis atau dekomposisi bahan organik melalui proses
pemanasan tanpa oksigen. Pengolahan ini efektif dan efisien dibandingkan secara
bioremediasi yang menggunakan mikroorganime yang memakan waktu lama. Limbah
lumpur akan dipisahkan secara perbedaan titik didihnya. Dalam proses pirolisis ini akan
menghasilkan minyak yang bisa digunakan lagi untuk penyulingan minyak bumi. Untuk
produk excess gas bisa digunakan untuk energy atau bahan bakar. Pada produk
padatan bisa untuk bahan timbun.
Jadi proses pengolahan limbah lumpur minyak bumi dapat dilakukan dengan
berbagai cara yaitu bioremediasi, dilution, deep well disposal, incineration dan pirolisis.
Yang paling efisien dan efektif adalah pengolahan limbah dengan proses pirolisis tetapi
tetap memiliki sisi negatifnya dari proses pirolisis itu sendiri bisa menghasilkan polusi
gas NOx atau SOx
DAFTAR PUSTAKA
Budhiarto, Adhi. 2010. Teknologi Proses Kilang Minyak Bumi. Buku Pintar Migas.
Connel, D.W. & G.J. Miller. 1995. Kimia dan Ekotoksikologi Pencemaran. Jakarta. UI
Press.
Ismawati, Heny. 2013. Pengolahan Limbah Cair Industri Refinery Minyak Bumi.
https://www.scribd.com/doc/184333820/Pengolahan-Limbah-Cair-Industri-Refinery-Minyak-Bumi.
Diaskes pada tanggal 20 April 2019