Anda di halaman 1dari 6

LOMBA MENULIS IATEK-IMATEK UNSRI 2019

Limbah Lumpur Minyak Bumi Mau


Dikemanakan?

OLEH

FIRSTA ADELA
NIM : 03031381722079

UNIVERSITAS SRIWIJAYA
TAHUN AKADEMIK 2019
PENDAHULUAN

Kemajuan industri di Indonesia meningkat setiap tahunnya, misalnya yang


berkembang pesat saat ini adalah industri perminyakan yang diawali berdirinya kilang
minyak di Indonesia. Peningkatan industri ini ada dampak positifnya yaitu luasnya
terbuka lapangan pekerjaan dan membaiknya sarana transportasi dan komunikasi serta
meningkatnya taraf ekonomi masyarakat. Tapi disisi lain ada dampak negatifnya yaitu
dari pendirian industri perminyakan merupakan sektor pencemaran yang merugikan
lingkungan dan kesehatan. Salah satunya yaitu pencemaran oleh limbah yang
berbentuk,gas,padat, maupun cairan. Minyak bumi itu sendiri adalah campuran
hidrokarbon yang terbentuk berjuta-juta tahun lalu yang merupakan hasil dekomposisi
zat organic dari tumbuhan maupun hewan. Minyak bumi terdapat pada cekungan-
cekungan kerak bumi dan merupakan fraksi ringan dengan komponen utama n-alkana
dengan atom C15-17.

Dan untuk fraksi yang berat dengan komponen utama hidrokarbon yang bertitik
didih tinggi. Minyak bumi merupakan komoditas ekspor utama Indonesia yang
digunakan sebagai bahan bakar dan bahan mentah bagi industri petrokimia. Kegiatan
eksploitasi seperti seperti pengeboran dan pembuatan sumur-sumur, pengolahan
pemurnian dan pemisahan minyak bumi mengakibatkan terjadinya pencemaran minyak
pada lahan-lahan di area sekitar aktivitas itu berlangsung. Minyak yang mengandung
hidrokarbon bercampur dengan air dan bahan-bahan anorganik atau organik yang ada
dalam tanah. Limbah lumpur minyak bumi itu adalah limbah akhir dari serangkaian
proses pengkilangan minyak bumi. Limbah lumpur itu selain mengandung hidrokarbon
poliaromatik dan poliafatik juga mengandung non hidrokarbon seperti nitrogen, sulfur,
oksigen dan aspal. Limbah lumpur minyak bumi tergolong limbah B3 (Bahan Berbahaya
dan Beracun) karena konsentrasi dan sifatnya membahayakan kesehatan manusia dan
lingkungan hidup.

Molekul-molekul hidrokarbon dapat merusak membran sel yang mengakibatkan


keluarnya cairan sel dan berpenetrasinya bahan tersebut ke dalam sel. Ketika limbah
minyak tumpah ke tanah, ia akan menghancurkan lapisan tanah dengan mendesak
udara keluar dan membunuh makhluk-makhluk hidup yang mempengaruhi produktivitas
tanah. Limbah minyak bumi yang mencemari tanah dapat mencapai lokasi air tanah,
danau atau sumber air yang menyediakan air bagi kebutuhan domestic maupun industri
sehingga menjadi masalah yang serius bagi daerah yang mengandalkan air tanah
sebagai sumber utama kebutuhan air bersih atau air minum. Maka dari itu limbah
lumpur minyak bumi tidak boleh langsung di buang ke luar, melainkan harus di simpan
terlebih dahulu dalam bak penampung. Namun dalam penyimpanan tersebut
menimbulkan masalah baru yaitu pencemaran udara karena pembakaran lumpur
minyak menghasilkan gas buang SOx , NOx , dan COx sehingga menimbulkan hujan
asam. Maka dari itu limbah lumpur minyak bumi harus diolah dengan salah satu
caranya yaitu bioremediasi. Cara lain yang dilakukan yaitu incineration, dilution, deep
well disposal, bahkan pirolisis.

Pertama yaitu pengolahan limbah secara bioremediasi atau secara biologi yang
menggunakan mikroba untuk mengurangi racun pada lumpur minyak bumi. Selain itu
teknik bioremediasi bisa dengan cara menambahkan nutrisi dan oksigen. Mikroba dapat
diisolasi dari alam dan mengkulturnya kemudian menebarkannya di daerah lumpur
minyak bumi. Bakteri ini akan mendegredasi hidrokarbon yang ada hingga menjadi
rantai hidrokarbon yang terurai menjadi senyawa C, H, dan O. Bioremediasi juga dapat
digunakan pada lahan yang sudah terkontaminasi oleh pencemar baik secara in situ
maupun ex situ. Pada proses ini perlu pemantauan terhadap hasil akhir pengolahan.
Hal yang perlu dipantau adalah kandungan total hidrokarbon yang ada di minyak bumi.
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 128 Tahun 2003 tentang Tata Cara
dan Persyaratan Teknik Pengolahan Limbah Minyak Bumi dan Tanah Terkontaminasi
oleh Minyak Bumi secara Biologis mensyaratkan kandungan total hidrokarbon minyak
bumi yang tidak lebih dari 15% di awal proses bioremediasi. Kandungan total
hidrokarbon minyak bumi perlu dipantau setidaknya setiap 2 minggu. Kandungan total
hidrokarbon diakhir bioremediasi disyaratkan di bawah 1%. Mikroba yang sering
digunakan adalah mikroba Pseudomonas, Arthrobacter, Alcaligenes, Brevibacterium,
Brevibacillus, dan Bacillus. Selain bioremediasi dapat juga dilakukan secara
“Fitoremediasi” yaitu pemanfaatan tumbuhan dengan konsep meremediasi tanah yang
terkontaminasi limbah karena tanaman mempunyai kemampuan menyerap logam dan
mineral yang tinggi atau sebagai fitoakumulator dan fitochelator.

Lalu pengolahan limbah secara Incineration. Dalam pengolahan ini berhubungan


dengan penguraian liquid wastes, pembakaran di dalam alat yang telah di desain
dengan bagus agar menghasilkan limbah yang memenuhi peraturan pencemaran
(effluent). Dari sisi pembakarannya, liquid waste di kelompokkan menjadi:

1. Combustible
Liquids

2. Partially
Combustible
Liquids
Combustible liquids akan menghasilkan CO2 dan H2O bila di bakar, sedangkan partially
combustible liquids yaitu pembakaran pada bahan yang mengandung material terlarut
dalam fase liquid sehingga zat tersebut yang teroksida ketika pembakaran.

Selanjutnya itu melakukan pengolahan limbah secara dilution atau dispersi


limbah cair. Limbah diencerkan hingga tidak menimbulkan bahaya atau racun terhadap
lingkungan. Peralatan yang digunakan biasanya open end pipes dengan nozzle. Atau
diffuser system sederetan pipa-pipa kecil dengan lubang-lubang atau celah. Limbah
harus dapat di buang pada sudut yang baik terhadap aliran air agar terencer sempurna.

https://www.indiamart.com/proddetail/diffused-aeration-system-16875925391.html (Diffuser system)

Untuk Deep Well Disposal biasanya digunakan untuk limbah asam lemah
dengan cara pemompaan limbah ke dalam lapisan tanah sampai pada lapisan tanah
yang cocok untuk menampung limbah tersebut. Syarat lapisan tanah agar cocok untuk
menampung limbah yaitu harus lebih rendah dari lapisan sirkulasi fresh water dan
terisolasi oleh bahan kedap air dan lapisan banyak mengandung air asin juga cukup
baik untuk penampung limbah. Dan harus menghindari daerah yang banyak batuan
vulkanik karena limbah bisa lolos ke permukaan tanah.
Kemudian cara pirolisis atau dekomposisi bahan organik melalui proses
pemanasan tanpa oksigen. Pengolahan ini efektif dan efisien dibandingkan secara
bioremediasi yang menggunakan mikroorganime yang memakan waktu lama. Limbah
lumpur akan dipisahkan secara perbedaan titik didihnya. Dalam proses pirolisis ini akan
menghasilkan minyak yang bisa digunakan lagi untuk penyulingan minyak bumi. Untuk
produk excess gas bisa digunakan untuk energy atau bahan bakar. Pada produk
padatan bisa untuk bahan timbun.

Proses pirolisis (https://4.bp.blogspot.com/-pEUAUihylEl/WSradfs-


ANI/AAAAAAAAAus/loh1li1RSKs0QvEJMUnjNK970alSdzPyACLcB/s1600/JF%2BPyrolyser.jpg)

Jadi proses pengolahan limbah lumpur minyak bumi dapat dilakukan dengan
berbagai cara yaitu bioremediasi, dilution, deep well disposal, incineration dan pirolisis.
Yang paling efisien dan efektif adalah pengolahan limbah dengan proses pirolisis tetapi
tetap memiliki sisi negatifnya dari proses pirolisis itu sendiri bisa menghasilkan polusi
gas NOx atau SOx
DAFTAR PUSTAKA

Budhiarto, Adhi. 2010. Teknologi Proses Kilang Minyak Bumi. Buku Pintar Migas.

Connel, D.W. & G.J. Miller. 1995. Kimia dan Ekotoksikologi Pencemaran. Jakarta. UI
Press.

K. Sumadhiharga, Lingkungan & Pembangunan 15 (1995) 376.

Ismawati, Heny. 2013. Pengolahan Limbah Cair Industri Refinery Minyak Bumi.
https://www.scribd.com/doc/184333820/Pengolahan-Limbah-Cair-Industri-Refinery-Minyak-Bumi.
Diaskes pada tanggal 20 April 2019

PERTAMINA. 2001. Pedoman Pengelolaan Limbah Sludge Minyak Pada Kegiatan


Operasi Pertamina. Jakarta: Pertamina.

Anda mungkin juga menyukai