Anda di halaman 1dari 7

KLASIFIKASI TEMPAT PENIMBUNAN LIMBAH PADAT

Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri
maupun domestik (rumah tangga). Di mana masyarakat bermukim, di sanalah berbagai jenis
limbah akan dihasilkan. Ada sampah, ada air kakus (black water), dan ada air buangan dari
berbagai aktivitas domestik lainnya (grey water).

Limbah padat lebih dikenal sebagai sampah, yang seringkali tidak dikehendaki


kehadirannya karena tidak memiliki nilai ekonomis. Bila ditinjau secara kimiawi, limbah ini
terdiri dari bahan kimia Senyawa organik dan Senyawa anorganik. Dengan konsentrasi dan
kuantitas tertentu, kehadiran limbah dapat berdampak negatif terhadap lingkungan terutama
bagi kesehatan manusia, sehingga perlu dilakukan penanganan terhadap limbah.

Pembuatan penimbunan limbah padat sangat penting terutama untuk kehidupan kita,
kesehatan dan lingkungan. Hal ini ditujukan untuk menstabilkan limbah padat dan
membuatnya menjadi bersih melalui penyimpanan limbah secara benar dan penggunaan
fungsi metabolis alami yang benar.

Lokasi penimbunan limbah digolongkan ke dalam 5 jenis menurut struktur


sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 1 dan Gambar 1. Dari segi mutu lindi dan gas yang
ditimbulkan dari lokasi penimbunan limbah, baik metode penimbunan limbah semi-aerobik
maupun aerobik yang dikehendaki.
Tabel 1. Klasifikasi Struktur Penimbunan limbah
Klasifikasi Struktur Penimbunan limbah

Meskipun ini limbah padat tetap saja jika tidak diolah dan tidak ditempatkan dengan benar
maka akan menjadi limbah cair,dan gas atau sebagai nya karena dampaknya yang saling
berhubungan , diantara lain contoh nya adalah :
(a) Pencemaran air
Lindi atau cairan yang ditimbulkan dari lokasi penimbunan limbah, jika tidak diolah
akan, mencemarkan sungai, laut dan air tanah.
(b) Pembentukan gas
Gas utama yang ditimbulkan dari lokasi penimbunan limbah adalah metan, amonium,
hidrogen sulfida, dan karbon dioksida.
(c) Bau tak sedap
Ada dua jenis bau tak enak yang ditimbulkan dari lokasi penimbunan limbah. Pertama
adalah bau yang ditimbulkan dari limbahnya sendiri, yang lainnya adalah gas yang
ditimbulkan melalui dekomposisi limbah.
(d) Hama dan vektor
Limbah dapur cenderung menjadi sarang lalat, dan menarik tikus dan burung gagak.
CARA PENANGANAN LIMBAH PADAT

Sampah yang dihasilkan manusia begitu banyak sehingga bila tidak ditangani akan
menimbulkan banyak masalah pencemaran. Beberapa metode pengolahan sampah telah
diterapkan manusia untuk menangani permasalahan sampah. Masing-masing metode tersebut
memiliki kekurangan dan kelebihan. Belum ada satupun dari metode yang telah diterapkan
manusia yang dapat menyelesaikan permasalahan sampah dengan sempurna. Oleh karena itu,
masih perlu terus dikembangkan berbagai metode baru atau modifikasi yang dapat
menyempurnakan metode yang telah ada. Berikut akan kamu pelajari beberapa metode
pengolahan limbah padat (sampah) yang telah umum diterapkan.

1. Penimbunan

Terdapat dua cara penimbunan sampah yang umum dikenal, yaitu metode
penimbunan terbuka (open dumping) dan metode sanitary landfill. Pada metode
penimbunan terbuka, sampah dikumpulkan dan ditimbun begitu saja dalam lubang yang
dibuat pada suatu lahan, biasanya di lokasi tempat pembuangan akhir (TPA). Metode ini
merupakan metode kuno yang sebenarnya tidak memberikan banyak keuntungan. Di
lahan penimbunan terbuka, berbagai hama dan kurnan penyebab penyakit dapat
berkembang biak. Gas metan yang dihasilkan oleh pembusukan sampah organik dapat
menyebar ke udara sekitar dan menimbulkan bau busuk serta mudah terbakar. Cairan
yang tercampur dengan sampah dapat merembes ke tanah dan mencemari tanah serta air.
Bersama rembesan cairan tersebut, dapat terbawa zat-zat yang berbahaya bagi lingkungan
dan kesehatan.

Berbagai permasalahan yang ditimbulkan oleh metode open dumping menyebabkan


dikembangkan metode penimbunan sampah yang lebih balk, yaitu sanitary landfill. Pada
metode sanitary landfill, sampah ditimbun dalam lubang yang dialasi lapisan lempung
dan lembaran plastik untuk mencegah perembesan limbah ke tanah. Sampah yang
ditimbun dipadatkan, kemudian ditutupi dengan lapisan tanah tipis setiap hari. Hal ini
akan mencegah tersebarnya gas metan yang dapat mencemari udara dan
berkembangbiaknya berbagai agen penyebab penyakit.
Pada landfill yang lebih modern lagi, biasanya dibuat sistem lapisan ganda (plastik –
lempung – plastik – lempung) dan pipa-pipa saluran untuk mengumpulkan cairan serta
gas metan yang terbentuk dari proses pembusukan sampah. Gas tersebut kemudian dapat
digunakan untuk menghasilkan listrik.

Di sebagian besar negara maju, penimbunan sampah dengan metode open dumping
telah banyak digantikan oleh metode sanitary landfill. Namun, di Indonesia, tempat
penimbunan sampah yang menggunakan metode sanitary landfill masih jauh lebih sedikit
jumlahnya dibandingkan dengan yang melakukan penimbunan terbuka (open dumping).

Kelemahan utama penanganan sampah dengan cara penimbunan adalah cara ini
menghabiskan lahan. Sampah akan terus terproduksi sementara lahan untuk penimbunan
akan semakin berkurang. Sampah yang ditimbun sebagian besar sulit terdegradasi
sehingga akan tetap berada di area penimbunan untuk waktu yang sangat lama. Selain
itu, meskipun telah menggunakan sanitary landfill, masih ada kemungkinan terjadi
kebocoran lapisan sehingga zat-zat berbahaya dapat erembes dan mencemari tanah serta
air. Gas metan yang terbentuk dalam timbunan mungkin saja mengalami akumulasi dan
beresiko meledak.

2. Inseinerasi

Insinerasi adalah pembakaran sampah/Iimbah padat menggunakan suatu alat yang


disebut insinerator. Kelebihan dari proses insinerasi adalah volume sampah berkurang sangat
banyak (bisa mencapai 90 %). Selain itu, proses insinerasi menghasilkan panas yang dapat
dimanfaatkan untuk menghasilkan listrik atau untuk pemanas ruangan. Meski demikian, tidak
semua jenis limbah padat dapat dibakar dalaminsinerator. Jenis limbah padat yang cocok
untuk insinerasi di antaranya adalah kertas, plastik, dan karet, sedangkan contoh jenis limbah
padat yang kurang sesuai untuk insinerasi adalah kaca, sampah makanan, dan baterai.
Kelemahan utama metode insinerasi adalaah biayanya yang mahal, selain itu insinerasi
menghasilkan asap buangan yang dapat menjadi pencemar udara serta abu /ashes pembakaran
yang kemungkinan mengandung senyawa yang berbahaya.
Kelemahan utama metode insinerasi adalah biaya operasi . yang mahal. Selain itu, insinerasi
menghasiIkan asap buangan yang dapat menjadi pencemar udara serta abu
ashpembakaranyangkemungkinan mengandung senyawa berbahaya.

3. Pembuatan Kompos

pupuk yang dibuat dari sampah organik, seperti sayuran, daun dan ranting, serta
kotoran hewan, melalui proses degradasi/penguraian oleh mikroorganisme tertentu. Kompos
berguna untuk memperbaiki struktur tanah dan menyediakan zat makanan yang diperlukan
tumbuhan, sementara mikroba yang ada dalam kompos dapat membantu penyerapan zat
makanan yang dibutuhkan tanaman.

Pembuatan kompos merupakan saIah sate cara terbaik untuk mengurangi timbunan
sampah organik. Cara ini sangat cocok diterapkan di Indonesia, karena cara pembuatannya
relatif mudah dan tidak membutuhkan biaya yang besar. Selain itu, kompos dapat dijual
sehingga dapat memberikan pemasukan tambahan atau bahkan menjadi alternatif mata
pencaharian.

Berdasarkan bentuknya, kompos ada yang berbentuk padat dan cair. Pembuatan
kompos dapat dilakukan dengan menggunakan kompos yang telah jadi, kultur
mikroorganisme, atau cacing tanah. Contoh kultur mikroorganisme yang telah banyak dijual
di pasaran dan dapat digunakan untuk membuat kompos adalah EM4 (Effective
Microorganism 4). EM4 merupakan kultur campuran mikroorganisme yang dapat
meningkatkan degradasi limbah/sampah organik, menguntungkan dan bermanfaat bagi
kesuburan tanah maupun pertumbuhan dan produksi tanaman, serta ramah lingkungan. EM4
mengandung mikroorganisme yang terdiri dari beberapa jenis bakteri, di antaranya
Lactobacillus sp., Rhodopseudomonas sp., Actinomyces sp., dan Streptomyces sp., dan
khamir (ragi), yaitu Saccaharomyces cerevisiae. Kompos yang dibuat menggunakan EM4
yang dikenal juga dengan bokashi.

Kompos dapat juga dibuat dengan bantuan cacing tanah karena cacing tanah mampu
menguraikan bahan organik. Kompos yang dibuat dengan bantuan cacing tanah dikenal juga
dengan sebutan kascing. Cacing tanah yang dapat digunakan adalah cacing dari spesies
Lumbricus terrestis, Lumbricus rebellus, Pheretima defingens, dan Eisenia foetida. Cacing
tanah akan menguraikan bahan-bahan kompos yang sebelumnya sudah diuraikan oleh
mikroorganisme. Keterlibatan cacing tanah dan mikroorganisme dalam pembuatan kompos
menyebabkan pembentukan kompos menjadi lebih efektif dan cepat.

4.       Membuat Biogas

Biogas dari kotoran sapi diperoleh dari dekomposisi anaerobik dengan bantuan
mikroorganisme. Pembuatan biogas dari kotoran sapi harus dalam keadaan anaerobik
(tertutup dari udara bebas) untuk menghasilkan gas yang sebagian besar adalah berupa gas
metan (yang memiliki sifat mudah terbakar) dan karbon dioksida, gas inilah yang disebut
biogas.

Proses fermentasi untuk pembentukan biogas maksimal pada suhu 30-55 C, dimana
pada suhu tersebut mikroorganisme mampu merombak bahan bahan organik secara optimal.
Hasil perombakan bahan bahan organik oleh bakteri adalah gas metan seperti yang terlihat
pada tabel dibawah ini:

Berikut adalah komposisi biogas (%) kotoran sapi dan campuran kotoran ternak dengan

Peralatan Pembuatan Biogas Kotoran Sapi :


a.    Bak Penampungan sementara
Terbuat dari kotak dengan ukuran 0,5 m x 0,5 m x 0,5 m berguna sebagai tempat
mengencerkan kotoran sapi.
b.    Digester
Bangunan utama dari instalasi biogas adalah digester. Digester berfungsi untuk menampung
gas metan hasil perombakan bahan bahan organik oleh bakteri. Jenis digester yang paling
banyak digunakan adalah model continuous feeding dimana pengisian bahan organiknya
dilakukan secara kontinu setiap hari. Besar kecilnya digester tergantung pada kotoran ternak
yamg dihasilkan dan banyaknya biogas yang diinginkan. Lahan yang diperlukan sekitar 16
m2. Untuk membuat digester diperlukan bahan bangunan seperti pasir, semen, batu kali, batu
koral, bata merah, besi konstruksi, cat dan pipa prolon.
c.    Plastik Penampungan Gas
Terbuat dari bahan plastik tebal berbentuk tabung yang berguna untuk menampung gas
methane yang dihasilkan dari digester. Gas metan kemudian disalurkan ke kompor gas.
d.   Kompor Gas
Berfungsi sebagai alat untuk membakar gas metan untuk menghasilkan api. Api inilah yang
digunakan untuk memasak.
e.    Bak penampungan Kompos
Bak ini dapat dibuat dengan cara mengali lobang ukuran 2 m x 3 m dengan kedalaman 1 m
sebagai tempat penampungan kompos yang dihasilkan dari digester.

Tahapan Pembuatan Biogas Kotoran Sapi.


Setelah peralatan digester selesai dipasang maka selanjutnya adalah tahapan pembuatan
biogas dari kotoran sampi dengan cara sebagai berikut :
1)     Kotoran sapi dicampur dengan air hingga terbentuk lumpur dengan perbandingan 1:1 pada
bak penampung sementara. Pada saat pengadukan sampah di buang dari bak penampungan.
Pengadukan dilakukan hingga terbentuk lumpur dari kotoran sapi.
2)     Lumpur dari bak penampungan sementara kemudian di alirkan ke digester. Pada pengisian
pertama digester harus di isi sampai  penuh.
3)     Melakukan penambahan starter (banyak dijual dipasaran) sebanyak 1 liter dan isi rumen
segar dari rumah potong hewan (RPH) sebanyak 5 karung untuk kapasitas digester 3,5 - 5,0
m2. Setelah digester penuh, kran gas ditutup supaya terjadi proses fermentasi.
4)     Gas metan sudah mulai di hasilkan pada hari 10 sedangkan pada hari ke -1 sampai ke - 8
gas yang terbentuk adalah CO2. Pada komposisi CH4 54% dan CO2 27% maka biogas akan
menyala.
5)     Pada hari ke -14 gas yang terbentuk dapat digunakan untuk menyalakan api pada kompor
gas atau kebutuhan lainnya. Mulai hari ke-14 ini kita sudah bisa menghasilkan energi biogas
yang selalu terbarukan. Biogas ini tidak berbau seperti bau kotoran sapi. 
6)     Digester terus diisi lumpur kotoran sapi secara kontinu sehingga dihasilkan biogas yang
optimal.
7)     Kompos yang keluar dari digester di tampung di bak penampungan kompos. Kompos cair di
kemas ke dalam deregent sedangkan jika ingin di kemas dalam karung maka kompos harus di
keringkan.

5. Daur Ulang
Berbagai jenis limbah padat dapat mengalami proses daur ulang menjadi produk baru. Proses
daur ulang sangat berguna untuk mengurangi timbunan sampah karena bahan buangan diolah
menjadi bahan yang dapat digunakan kembali. Contoh beberapa jenis limbah padat yang
dapat didaur ulang adalah kertas, kaca, logam (seperti besi, baja, dan alumunium), plastik,
dan karet.
Bahan-bahan yang didaur ulang dapat dijadikan produk baru yang jenisnya sama atau produk
jenis lain. Contohnya, limbah kertas bisa didaur ulang menjadi kertas kembali. Limbah kaca
dalam bentuk botol atau wadah bisa didaur ulang menjadi botol atau wadah kaca kembali
atau dicampur dengan aspal untuk menjadi bahan pembuat jalan. Kaleng alumunium bekas
bisa didaur ulang menjadi kaleng alumunium lagi. Botol plastik bekas yang terbuat dari
plastik jenis polyetilen terftalat (PET) bisa didaur ulang menjadi berbagai produk lain, seperti
baju poliyester, karpet, dan suku cadang mobil. Gelas dan peralatan plastik
PENUTUP
KESIMPULAN:
Sampah yang dihasilkan manusia begitu banyak sehingga bila tidak ditangani akan
menimbulkan banyak masalah pencemaran. Beberapa metode pengolahan sampah telah
diterapkan manusia untuk menangani permasalahan sampah. Masing-masing metode tersebut
memiliki kekurangan dan kelebihan. Belum ada satupun dari metode yang telah diterapkan
manusia yang dapat menyelesaikan permasalahan sampah dengan sempurna. Oleh karena itu,
masih perlu terus dikembangkan berbagai metode baru atau modifikasi yang dapat
menyempurnakan metode yang telah ada. Penanganan limbah padat yang sangat banyak
dapat kita lakukan dengan cara cara atau metode Penimbunan,Inseinerasi,Pembuatan
kompos,Pembuatan biogas DAN Daur ulang.

SARAN

            Bagi semua masyarakat pengelolahan limbah sejak dini merupakan tindakan yang
amat baik untuk masa depan. Lingkungan sehat kita juga sehat lingkungan tercemar kita juga
yang menderita. Bersama-sama kita wujudkan lingkungan yang bersih dan sehat.

DAFTAR PUSTAKA

http://education.poztmo.com/2011/05/contoh-kata-pengantar-makalah.html

http://www.docstoc.com/docs/20430450/I-PENDAHULUAN-A-Latar-Belakang-
Limbah-merupakan-benda-%28padat

http://witasharer.blogspot.com/2012/03/penaganan-limbah-padat-cair-dan-gas.html

Anda mungkin juga menyukai