Anda di halaman 1dari 11

Sriono ISSN Nomor 2337-7216

TELAAH TERHADAP PERJANJIAN SEWA MENYEWA (AL IJARAH) DALAM


PERBANKAN SYARIAH

Oleh :
Sriono, SH, M.Kn
Dosen tetap STIH Labuhanbatu

ABSTRAK

Perkembangan ekonomi disuatu Negara tidak dapat dilepaskan dari perkembangan dunia
perbankan. Untuk perkembangan perbankan di Indonesia sendiri saat ini sedang baik, dan dengan
dukungan dari peraturan perundangan yang cukup. Perbankan menurut Undang-Undang Nomor 10
Tahun 1998 tentang perbankan menyatakan bahwa bank secara umum dibedakan menjadi dua yaitu
bank umum dan Bank Perkreditan Rakyat, sedangkan bank umum tersebut dibagi menjadi dua yaitu
bank konvensional dan bank syariah.
Khusus untuk bank syariah saat ini telah ada aturan sebagai dasar hukum operasional bank
tersebut, yaitu Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. Yang mengatur
seluruh kegiatan yang dilakukan oleh perbankan syariah tersebut.
Bank syariah sendiri di Indonesia sedang mencapai posisi tinggi dalam bisnis perbankan.
Salah satu produk dari perbankan syariah yaitu pembiayaan dengan prinsip sewa menyewa (Ijarah).
adapun transaksi yang dilakukan oleh bank syariah khususnya tentang sewa, yaitu: transaksi sewa-
menyewa yang didasarkan atas Akad Ijarah dengan opsi perpindahan hak milik (Ijarah
Muntahiyyah Bittamlik) sebagaimana yang diatur dalam pasal 21 huruf b angka 3 Undang-Undang
Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. Transaksi ijarah muntahiya Bittamlik
merupakan perkembangan dari transaksi ijarah untuk mengakomodasikan kebutuhan pasar dan
kebutuhan konsumen. Karena transaksi tersebut merupakan pengembangan dari transaksi ijarah,
maka ketentuannya juga mengikuti ketentuan Ijarah

Kata Kunci: Perjanjian, Ijarah, Bank Syariah

I. PENDAHULUAN permodalan hanya dapat dilakukan pada


perbankan.
Kebutuhan manusia yang beraneka
Di Indonesia sendiri saat ini telah
ragam sesuai dengan harkatnya yang selalu
terbagi antara bank konvensional dan bank
meningkat, sedangkan kemampuan untuk
syariah, sehingga masyarakat telah banyak
mencapai sesuatu yang diinginkannya itu
pilihan untuk menggunakan jasa bank yang
terbatas. Hal ini menyebabkan manusia
akan dipilihnya. karena kurangnya
memerlukan bantuan untuk memenuhi hasrat
pemahaman yang ada pada masyarakat
dan cita-citanya. Dalam hal ini berusaha,
terhadap bank syariah ini sehingga banyak
maka untuk meningkatkan usahanya atau
masyarakat yang masih menggunakan jasa
untuk meningkatkan daya guna suatu barang,
bank konvensional. Walaupun demikian saat
manusia memerlukan bantuan dalam bentuk
ini karena dukungan dari pemerintah yang
permodalan. Sedangkan untuk mendapat
cukup dengan adanya aturan tersendiri
sebagai payung hukum serta banyaknya
Jurnal Ilmiah “Advokasi” Vol. 01. No. 01. Maret 2013

88
Sriono ISSN Nomor 2337-7216
perbankan khususnya bank-bank syariah yang kecil. Banyak keluhan masyarakat tentang
membuka cabang-cabang sampai kedaerah pelayanaan yang tidak memuaskan dari
sehingga masyarakat mulai memahami. lembaga keuangan syariah, bahkan sudah
Adapun bentuk dukungan yang lain yaitu mulai banyak Bank Perkreditan Rakyat
Bank Indonesia telah mengeluarkan PBI Syariah yang menghadapi kesulitan.
No.8/3/PBI/2006 tanggal 30 Januari 2006 Menghadapi kenyataan ini ada sebagian umat
yang membolehkan bank konvensional yang Islam yang mulai goyah keyakinanya akan
memiliki Unit Usaha Syariah untuk membuka kebenaran konsep lembaga keungan syariah.
layanan syariah pada kantor cabang Namum syukur alhamdullilah, masih banyak
kovensional bank dimaksud. umat islam yang tetap percaya, bahwa
Menurut laporan Bank Indonesia ada kesulitan-kesulitan yang di hadapi lembaga
tiga Bank Umum Syariah (BUS), 26 UUS keuangan syariah bukanlah kesalahan konsep,
(Unit Usaha Syariah), 26 UUS (Unit Usaha tetapi semata-mata karena pada awalnya
Syariah), dan 114 BPRS. Dengan kekuatan ini kurang istiqomah sehingga menimbulkan
perbangkan syariah berhasil membukukan 2,8 salah urus di kemudian hari.
juta rekening nasabah, sedangkan volume Perbankan Syariah dalam kegiatannya
usaha bank syariah hingga akhir 2007 baru untuk membantu perekonomian rakyat
mencapai Rp. 36,5 triliun atau sekitar 1,8 memberikan pembiayaan bagi masyarakat
persen dari aset perbankan nasional. Sehingga sehingga bank syariah termasuk salah satu
wajar jika kemudian banyak bank-bank lembaga pembiayaan konsumen. Pembiayaan
konvensional yang membuka cabang syariah Bank Syariah dalam penyaluran dana kepada
secara langsung maupun melalui konversi masyarakat dalam bentuk barang atau jasa
cabang-cabang syariah secara langsung untuk nasabahnya. Selain itu, kegiatan
maupun melalui konversi cabang pembiayaaan Bank Syariah juga melakukan
konvensionalnya menjadi cabang syariah. transaksi bagi hasil dalam bentuk
Tentu saja, kondisi saat ini membutuhkan mudharabah dan musyarakah, transaksi sewa-
adanya dukungan yang kuat dari berbagai menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli
pihak agar sistem ekonomi berdasarkan dalam bentuk ijarah muntahiya bittamlik;
syariah Islamiyah dapat terus tumbuh dan transaksi jual beli dalam bentuk piutang
berkembang di Indonesia. murabahah (salam dan istishna’), transaksi
Bank syariah secara kuantitatif pinjam meminjam dalam bentuk piutang
tumbuh dengan pesat tanpa diikuti dengan (qardh), dan transaksi sewa-menyewa jasa
peningkatan kualitas ternyata telah dalam bentuk ijarah untuk transaksi
menimbulkan dampak negatif yang tidak multijasa.

Jurnal Ilmiah “Advokasi” Vol. 01. No. 01. Maret 2013

89
Sriono ISSN Nomor 2337-7216
Perbankan syariah dalam menjalankan dan ketahuilah bahwa Allah Maha
usaha dalam bentuk pembiayaan, belum melihat apa yang kamu kerjakan".
terbuka terhadap masyarakat sehingga Ijarah merupakan salah satu jenis
masyarakat masih berasumsi bahwa semua pembiayaan yang ada pada perbankan
bank itu adalah sama. Khusus untuk syariah. Al-ijarah adalah akad
pembiayaan ijarah ini banyak masyarakat pemindahan hak guna atas barang dan
yang tidak atau belum memahaminya, karena jasa, melalui pembayaran upah
bank dalam menawarkan pembiayaan sudah sewa,tanpa diikuti dengan pemindahan
dalam bentuk tabel yakni sudah ditentukan kepemilikan. Definisi mengenai prinsip
besarnya pinjaman serta besaran pembayaran Ijarah juga telah diatur dalam hukum
setiap bulannya tanpa mencantumkan jenis positif Indonesia yakni dalam Pasal 1
pembiayaan yang akan diperjanjikan. ayat 10 Peraturan Bank Indonesia Nomor
7/46/PBI/2005 yang mengartikan prinsip
II. RUMUSAN MASALAH ijarah sebagai transaksi sewa menyewa
Dari uraian-uraian diatas dapat kita atas suatu barang dan atau upah
ambil permasalahan yang akan kita bahas mengupah atas suatu usaha jasa dalam
yaitu: waktu tertentu melalui pembayaran sewa
1. Bagaimana bentuk-bentuk dari akad atau imbalan jasa. Dengan skim Ijarah,
ijarah pada bank syariah ? bank syariah dapat pula melayani
2. Bagaimana pelaksanaan perjanjian (akad) nasabah yang hanya membutuhkan jasa.
dengan menggunakan akad ijarah pada Menurut Fatwa Dewan Syarah
bank syariah ? Nasional No.09/DSN/MUI/IV/2000,
Ijarah adalah akad pemindahan hak guna
III. PEMBAHASAN (manfaat) atas suatu barang atau jasa
3.1 Bentuk akad Ijarah pada bank syariah dalam waktu tertentu melalui
Landasan ijarah disebut secara pembayaran sewa/upah, tanpa diikuti
terang dalam Al-Qur'an dan dengan pemindahan kepemilikan barang
Hadist. Dalam Al-Qur'an Surat Al itu sendiri, dengan demikian dalam akad
Baqarah Ayat 233 Allah menjelaskan ijarah tidak ada perubahan kepemilikan,
bahwa: "dan jika kamu ingin anakmu tetapi hanya pemindahan hak guna saja
disusukan oleh orang lain, Maka tidak dari yang menyewakan kepada penyewa.
ada dosa bagimu apabila kamu Kegiatan pembiayaan perbankan
memberikan pembayaran menurut yang Syariah melalui Ijarah, dibedakan
patut. bertakwalah kamu kepada Allah menjadi dua yaitu :

Jurnal Ilmiah “Advokasi” Vol. 01. No. 01. Maret 2013

90
Sriono ISSN Nomor 2337-7216
a. Didasarkan atas periode atau masa perusahaan pembiayaan (Muajjir) dengan
sewa biasanya sewa peralatan. konsumen sebagai penyewa (Mustajir).
Peralatan itu disewa selama masa Penyewa setuju akan membayar uang
tanam hingga panen. Dalam sewa selama masa sewa yang
perbankan Islam dikenal sebagai diperjanjikan dan bila sewa berakhir
Operating Ijarah. perusahaan (muajjir) mempunyai hak
b. Ijarah Muntahiyyah Bit-Tamlik di opsi untuk memindahkan kepemilikan
beberapa negara menyebutkan obyek sewa tersebut.
sebagai Ijarah Wa Iqtina yang Ijarah Muntahiya Bittamlik
artinya sama juga yaitu menyewa (financial leasing dengan pembelian
dan setelah itu diakuisisi oleh option) merupakan aqad sewa menyewa
penyewa. yang berakhir dengan kepemilikan. Aqad
Fatwa DSN tentang ijarah ini ini merupakan jaringan dua aqad yaitu
kemudian diadopsi kedalam Pernyataan aqad ijarah (sewa menyewa) dan aqad al-
Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) bai '(jual beli). Istilah ini tersusun dari
yang menjelaskan bahwa bank dapat dua kata; at-ta'jir / al-ijarah (sewa) dan at-
bertindak sebagai pemilik objek sewa, Tamlik (kepemilikan). Al-Ijarah berasal
dan bank dapat pula bertindak sebagai dari kata al-ajru yang berarti al-'iwadhu
penyewa yang kemudian menyewakan (ganti). Ijarah secara bahasa berarti upah,
kembali. Namun tidak seluruh fatwa sewa, jasa atau imbalan. Ijarah adalah
DSN diadopsi oleh PSAK 59, misalnya akad pemindahan hak guna atas barang
fatwa DSN mengatur bahwa objek ijarah dan jasa, melalui pembayaran upah sewa,
adalah manfaat dari penggunaan barang tanpa diikuti dengan pemindahan hak
dan/atau jasa; sedangkan PSAK 59 hanya kepemilikan atas barang itu
mengakomodir objek ijarah yang berupa sendiri. Sedangkan menurut istilah, para
manfaat dari barang. ulama berbeda-beda mendefinisikan
Dengan semakin berkembangnya ijarah, antara lain adalah sebagai berikut:
lembaga pembiayaan, maka ijaraah ini 1. Menurut ulama Hanafiah bahwa
kemudian dapat digunakan dalam hal ijarah adalah: "aqad untuk
pembiayaan kendaraan dengan opsi memungkinkan kepemilikan manfaat
dimiliki diakhir sewa yang disebut yang diketahui dan disengaja dari
dengan Ijarah Muntahia Bittamlik. Ijarah suatu zat yang disewakan dengan
Muntahia Bittamlik (sewa dan imbalan".
pembelian) adalah perjanjian antara

Jurnal Ilmiah “Advokasi” Vol. 01. No. 01. Maret 2013

91
Sriono ISSN Nomor 2337-7216
2. Menurut ulama Syafi'iah ijarah manusia dengan harta yang diakui oleh
adalah: "Transaksi terhadap manfaat syara' dimana harta itu hanya
yang diinginkan secara jelas harta dikhususkan kepada manusia dan
yang bersifat mudah dan dapat memungkinkan manusia memiliki harta
dipertukarkan dengan imbalan terebut selama tidak bertentang dengan
tertentu". ketentuan syara '. Selain dari penjelasan
3. Menurut ulama Malikiah dan di atas kata milik (al-mulk) juga
Hanabilah ijarah adalah: "menjadi digunakan untuk "sesuatu yang dimiliki",
milik suatu kemanfaatan yang mudah misalnya: seseorang mengatakan bahwa
dalam waktu tertentu dengan “barang ini milikku atau barang ini
pengganti". kepunyaank”, makna ini telah dipakai
4. Menurut Hasbi Ash-Shiddiqie bahwa dalam kehidupan sehari-hari yang
ijarah adalah: "Aqad yang objeknya mendifinisikan bahwa milik itu adalah
adalah penukaran manfaat untuk sesuatu yang dimiliki oleh seseorang,
masa tertentu, yaitu pemilikan baik itu kepemilikan atas barang itu
manfaat dengan imbalan, sama sendiri ('ain) maupun kepemilikan
dengan menjual manfaat". terhadap manfaat barang tersebut. Jadi
Dalam konsteks Perbankan Islam jelas bahwa milik lebih umum dari pada
ijarah adalah suatu transaksi sewa- harta, karena harta melekat
menyewa (lease contract) dimana bank kepemilikannya kepada pemiliknya
atau lembaga keuangan bertindak sebagai sedangkan milik belum tentu melekat
penyewa yang menyewakan peralatan sepenuhnya kepada pemiliknya, seperti
(equipment), bangunan, rumah, mesin- memiliki manfaat untuk menggunakan
mesin, dan barang-barang lain, kepada barang tertentu. Maksud inilah yang
nasabah berdasarkan beban biaya yang dipahami oleh Imam Hanafi sebagai hak
sudah ditentukan secara pasti di awal milik dalam Islam yaitu manfaat
akad. Berikutnya kata At-Tamlik berarti merupakan milik bukan
membuat orang lain memiliki harta. Berdasarkan ada tidaknya
sesuatu. Adapun menurut istilah adalah pengganti untuk aqad yang menyebabkan
kepemilikan seseorang terhadap suatu kepemilikan ini dapat dibedakan kepada
benda, kepemilikan terhadap menfaat beberapa hal, yaitu:
baik yang diperoleh dengan adanya 1. Jika kepemilikan terhadap sesuatu
penggantian atau tidak. Milik atau terjadi dengan adanya sesuatu
kepemilikan adalah hubungan antara sebagai pengganti maka ini desebut

Jurnal Ilmiah “Advokasi” Vol. 01. No. 01. Maret 2013

92
Sriono ISSN Nomor 2337-7216
jual beli.Suatu barang yang ingin pengganti, hal ini dibolehkan oleh Imam
menjadi seseorang maka ditukar Syafi'I dan Imam Hambali.
dengan uang (alat tukar) dengan cara Berdasarkan penjelsan diatas
membeli dan barang itu menjadi definisi ijarah Muntahiya Bittamlik
miliknya. (persewaan yang diakhiri dengan
2. Jika kepemilikan terhadap suatu pemindahan kepemilikan) adalah
manfaat dengan adanya ganti maka kepemilikan suatu manfaat (jasa) berupa
disebut persewaan. Orang yang barang yang jelas dalam tempo waktu
menyewakan bisa mengambil yang jelas, diikuti dengan adanya
manfaat dari pada barang tersebut pemberian kepemilikan suatu barang
sesuka hatinya asalkan tidak keluar yang bersifat khusus dengan adanya ganti
dari kesepakatan kedua pihak yang yang jelas. Maka ini yang disebut
telah disepakati setelah membayar persewaan yang diakhiri dengan
sewa terhadap manfaat tersebut. pemindahan kepemilikan yang disebut
3. Jika kepemilikan terhadap sesuatu ijarah muntahiya Bittamlik
tanpa adanya ganti maka ini adalah (IMBT). Dalam buku panduan praktis
hibah / pemberian. Pemberian tidak transaksi perbankan syari'ah juga
harus memberikan barang pengganti dijelaskan bahwa ijarah muntahiya
karena ini pemberian gratis dari Bittamlik adalah transaksi ijarah yang
seseorang, seperti: atasan diikuti oleh proses perpindahan hak
memberikan hadiah / pemberian kepemilikan atas barang itu sendiri.
kepada keryawan yang rajin, maka Transaksi ijarah muntahiya Bittamlik
karyawan tidak perlu mengganti merupakan perkembangan dari transaksi
dengan sesuatu agar menjadi ijarah untuk mengakomodasikan
miliknya, hadiah itu sudah menjadi kebutuhan pasar dan kebutuhan
miliknya. konsumen. Karena transaksi tersebut
Adapun jika kepemilikan terhadap merupakan pengembangan dari transaksi
suatu manfaat tanpa adanya ganti maka ijarah, maka ketentuannya juga
disebut pinjaman. Memberi semangat mengikuti ketentuan Ijarah. Di beberapa
kepada orang lain untuk Negara dan juga dalam bank Syariah
menggunakannya dengan niat Ijarah Muntahiya Bittamlik juga dikenal
meminjamkan barang tersebut, maka itu dengan sebutan Ijarah Wa Iqtina yang
dibolehkan dengan tidak ada barang artinya sama dengan ijarah Muntahiya
Bittamlik yaitu pengalihan / perpindahan

Jurnal Ilmiah “Advokasi” Vol. 01. No. 01. Maret 2013

93
Sriono ISSN Nomor 2337-7216
hak kepemilikan dangan opsi menjual 3.2 Pelaksanaan perjanjian akad ijarah
atau menghibahkan pada akhir masa pada bank syariah
sewa. Sewa-menyewa dalam bahasa
Ijarah Wal Iqtina tidak terlalu arab diistilahkan dengan al-ijarah.
dikenal oleh ilmuwan-ilmuwan muslim Menurut pengertian hukum islam, sewa-
tradisional, meskipun sebenarnya tidak menyewa diartikan sebagai suatu jenis
ada hal yang melanggar hukum akad untuk mengambil manfaat dengan
(unlawaful) pada penggabungan dua jalan penggantian.
konsep tersebut yaitu ijarah dan wa'ad Dari pengertian diatas terlihat
untuk menjual atau hibah, asalkan riba bahwa yang dimaksud sewa-menyewa
bukan tujuan dari para pihak yang adalah mengambil manfaat dari suatu
membuat perjanjian itu. Ijarah wal iqtina benda. Jadi, dalam hal ini bendanya tidak
merupakan konsep hire purchase, dalam berkurang sama sekali. Dengan kata lain,
lembaga keuangan Islam disebut dengan terjadinya sewa-menyewa, yang
financial leasing dengan purchase berpindah hanyalah manfaat dari benda
option. Ijarah wal iqtina adalah suatu yang disewakan tersebut, dalam hal ini
kombinasi dari kegiatan sewa-menyewa dapat berupa manfaat barang seperti
atas barang-barang bergerak (moveble) kendaraan, rumah dan manfaat karya.
dan barang-barang tidak bergerak Pada pembiayaan ijarah, bank
(immovable) dengan memberikan kepada berkedudukan sebagai penyedia uang
penyewa (lessee) suatu pilihan atau opsi atau tagihan yang dipersamakan dengan
(option) pada akhirnya untuk membeli itu dalam rangka penyewaan barang
barang yang disewa. Lembaga-lembaga berdasarkan prinsip ijarah. Mengikuti
Keuangan Islam menggunakan ijarah wal penjelasan ijarah dalam PSAK 59, maka
iqtina dengan cara, lembaga keuangan pembiayaan ijarah dapat digunakan untuk
yang bersangkutan menyewakan barang- membiayai penyewaan barang yang
barang yang bergerak atau barang-barang kemudian disewakannya kembali kepada
tetap seperti: perlengkapan (equipment), nasabah, dan dapat pula digunakan untuk
bangunan, rumah, alat-alat rumah tangga membiayai pembelian barang yang
dan sebagainya kepada salah satu kemudian disewakannya kepada nasabah.
nasabah yang akan membayar sejumlah Fatwa Dewan Syari’ah Nasional
uang yang telah disetujui pada awal pada No : 09/DSN-MUI/IV/2000 Tentang
lembaga yang bersangkutan. pembiayaan ijarah memuat tentang:
a) Rukun dan Syarat Ijarah:

Jurnal Ilmiah “Advokasi” Vol. 01. No. 01. Maret 2013

94
Sriono ISSN Nomor 2337-7216
1. Sighat Ijarah, yaitu ijab dan juga dikenali dengan spesifikasi
qabul berupa pernyataan dari atau identifikasi fisik.
kedua belah pihak yang 7. Sewa atau upah adalah sesuatu
berkontrak, baik secara verbal yang dijanjikan dan dibayar
atau dalam bentuk lain. nasabah kepada bank sebagai
2. Pihak-pihak yang berakad pembayaran manfaat. Sesuatu
(berkontrak): terdiri atas pemberi yang dapat dijadikan harga
sewa/pemberi jasa, dan (tsaman) dalam jual beli dapat
penyewa/pengguna jasa. pula dijadikan sewa atau upah
b) Obyek akad Ijarah, yaitu: dalam Ijarah.
1. manfaat barang dan sewa; atau 8. Pembayaran sewa atau upah
2. manfaat jasa dan upah. boleh be rbentuk jasa (manfaat
c) Ketentuan Obyek Ijarah: lain) dari jenis yang sama
1. Obyek ijarah adalah manfaat dengan obyek kontrak.
dari penggunaan barang dan/atau 9. Kelenturan dalam menentukan
jasa. sewa atau upah dapat
2. Manfaat barang atau jasa harus diwujudkan dalam ukuran
bisa dinilai dan dapat waktu, tempat dan jarak.
dilaksanakan dalam kontrak. d) Kewajiban Lembaga Keuangan
3. Manfaat barang atau jasa harus Syariah (LKS) dan Nasabah dalam
yang bersifat dibolehkan (tidak Pembiayaan Ijarah:
diharamkan). 1. Kewajiban LKS sebagai pemberi
4. Kesanggupan memenuhi manfaat barang atau jasa:
manfaat harus nyata dan sesuai a. Menyediakan barang yang
dengan syari’ah. disewakan atau jasa yang
5. Manfaat harus dikenali secara diberikan
spesifik sedemikian rupa untuk b. Menanggung biaya
menghilangkan (ketidaktahuan) pemeliharaan barang.
yang akan mengakibatkan 2. Menjamin bila terdapat cacat
sengketa. pada barang yang disewakan.
6. Spesifikasi manfaat harus a. Kewajiban nasabah sebagai
dinyatakan dengan jelas, penerima manfaat barang
termasuk jangka waktunya. Bisa atau jasa:

Jurnal Ilmiah “Advokasi” Vol. 01. No. 01. Maret 2013

95
Sriono ISSN Nomor 2337-7216
b. Membayar sewa atau upah yang dibayarkan relative kecil,
dan bertanggung jawab akumulasi nilai sewa yang sudah
untuk menjaga keutuhan dibayarkan sampai akhir periode
barang serta sewa belum mencukupi harga beli
menggunakannya sesuai barang tersebut dan margin laba yang
akad (kontrak). ditetapkan oleh bank. Karena itu,
c. Menanggung biaya untuk mengurangi kekurangan
pemeliharaan barang yang tersebut, bila pihak penyewa ingin
sifatnya ringan (tidak memiliki barang tersebut, ia harus
materiil). membeli barang itu di akhir periode.
d. Jika barang yang disewa b) Pihak yang menyewakan berjanji
rusak, bukan karena akan menghibahkan barang yang
pelanggaran dari disewakan tersebut pada akhir masa
penggunaan yang sewa.
dibolehkan, juga bukan menghibahkan barang di akhir
karena kelalaian pihak periode masa sewa dilakukan
penerima manfaat dalam apabila kemampuan financial
menjaganya, ia tidak penyewa untuk membayar sewa
bertanggung jawab atas relatif lebih besar. Karena sewa yang
kerusakan tersebut. dibayarkan relatif besar, akumulasi
Sebagaimana yang telah sewa di akhir periode sewa sudah
dijelaskan didepan bahwa Ijarah mencukupi untuk menutupi harga
Muntahia Bittamlik disebut dengan istilah barang dan margin laba yang
sewa dan pembelian. Maka dalam Ijarah ditetapkan oleh bank. Dengan
Muntahia Bittamlik, pemindahan hak demikian, bank dapat menghibahkan
milik barang terjadi dengan salah satu barang tersebut diakhir masa periode
dari dua cara berikut ini : sewa kepada pihak penyewa.
a) Pihak yang menyewakan berjanji Transaksi Ijarah dilandasi adanya
akan menjual barang yang disewakan perpindahan manfaat. Jadi pada dasarnya
tersebut pada akhir masa sewa. prinsip Ijarah sama saja dengan prinsip
menjual barang diakhir masa sewa jual beli, namun perbedaannya terletak
hal ini dilakukan apabila kemampuan pada objek transaksinya. Bila pada jual
finansial penyewa untuk membayar beli objek transaksinya adalah barang,
sewa relative kecil. Karena sewa maka pada Ijarah objek transaksinya

Jurnal Ilmiah “Advokasi” Vol. 01. No. 01. Maret 2013

96
Sriono ISSN Nomor 2337-7216
adalah jasa. Pada akhir masa sewa, bank ijarah, tarif ijarah, periode ijarah dan
dapat saja menjual barang yang biaya pemeliharaannya, maka akad
disewakannya pada nasabah. Karena itu pembiayaan ijarah ditandatangani.
dalam perbankan Syariah dikenal Ijarah Nasabah diwajibkan menyerahkan
Muntahhiyah Bittamlik (sewa yang jaminan yang dimiliki.
diikuti dengan berpindahnya d. Bank menyerahkan objek ijarah
kepemilikan). Harga sewa dan harga jual kepada nasabah sesuai akad yang
disepakati pada awal perjanjian. disepakati. Setelah periode ijarah
Pada aal-Bai’ wal Ijarah berakhir, nasabah mengembalikan
Muntahia Bittamlik (IMBT) dengan objek ijarah tersebut kepada Bank.
sumber pembiayaan dari Unrestricted e. Apabila bank membeli objek ijarah
Investment Account (URIA), pembayaran tersebut, setelah periode ijarah
oleh nasabah dilakukan secara bulanan. berakhir objek ijarah tersebut
Hal ini disebabkan karena pihak bank dismpan oleh bank sebagai asset
harus mempunyai cash in setiap bulan yang dapat disewakan kembali.
untuk memberikan bagi hasil kepada f. Bila bank membeli objek ijarah
nasabah yang dilakukan secara bulanan tersebut, setelah periode ijarah
juga. Yang jelas pembiayaan IMBT berakhir objek ijarah tersebut
adalah penyediaan uang untuk dikembalikan oleh bank kepada
membiayai transaksi dengan prinsip penjual/pemilik.
IMBT, bukan akad IMBT itu sendiri1
Proses pembiayaan ijarah adalah IV. KESIMPULAN
sebagai berikut : 1. Bentuk-bentuk dari akad ijarah pada
a. Nasabah mengajukan pembiayaan bank Syariah yaitu:
ijarah ke bank syari’ah a) Didasarkan atas periode atau masa
b. Bank Syari’ah membeli/menyewa sewa biasanya sewa peralatan.
barang yang diinginkan oleh nasabah Peralatan itu disewa selama masa
sebagai objek ijarah, dari tanam hingga panen. Dalam
supplier/penjual/pemilik. perbankan Islam dikenal sebagai
c. Setelah dicapai kesepakatan antara Operating Ijarah.
nasabah dengan baik mengenai objek b) Ijarah Muntahiyyah Bit-Tamlik di
beberapa negara menyebutkan
1
Muhammad. 2009. ”Model-model Akad Pembiayaan
sebagai Ijarah Wa Iqtina yang
di bank Syariah (Panduan Teknis Pembuatan artinya sama juga yaitu menyewa
Akad/Perjanjian Pembiayaan di Bank
Syariah”). UII Press. Yogyakarta. Hal. 49
Jurnal Ilmiah “Advokasi” Vol. 01. No. 01. Maret 2013

97
Sriono ISSN Nomor 2337-7216
dan setelah itu diakuisisi oleh dikembalikan oleh bank kepada
penyewa. penjual/pemilik
2. Pelaksanaan dari sistem pemibiayaan
DAFTAR PUSTAKA
ijarah yaitu dilaksanakan dengan
proses sebagai berikut : Djumhana D. 2005. Perbankan Indonesia.
a. Nasabah mengajukan pembiayaan Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

ijarah ke bank syari’ah Karim. 1990. Bank Indonesia: Analisis Fiqih


b. Bank Syari’ah membeli/menyewa dan Keuangan. The International
Institute of Islamic Thought. Jakarta.
barang yang diinginkan oleh
nasabah sebagai objek ijarah, dari Muhammad. 2009. Model-model Akad
Pembiayaan di bank Syariah
supplier/penjual/pemilik. (Panduan Teknis Pembuatan
c. Setelah dicapai kesepakatan Akad/Perjanjian Pembiayaan di Bank
Syariah). UII Press. Yogyakarta.
antara nasabah dengan baik
mengenai objek ijarah, tarif Muhammad Syafii Antonio. 2001. Bank
Syariah sebagai Bankir dan Praktisi
ijarah, periode ijarah dan biaya Keuangan. Bank Indonesia dan Tazkia
pemeliharaannya, maka akad Institute. Jakarta.

pembiayaan ijarah Wiroso. 2005. Hukum Ekonomi Dan Ekonomi


Islam. Mandar Maju. Bandung.
ditandatangani. Nasabah
diwajibkan menyerahkan jaminan Undang - Undang Nomor 10 Tahun 1998
tentang Perbankan
yang dimiliki.
d. Bank menyerahkan objek ijarah Undang - Undang Nomor Nomor 21 Tahun
2008 tentang Perbankan Syariah
kepada nasabah sesuai akad yang
Peraturan Bank Indonesia Nomor
disepakati. Setelah periode ijarah 6/24/PBI/2004 Tentang Bank Umum
Yang Melaksanakan Kegiatan Usaha
berakhir, nasabah mengembalikan
Berdasarkan Prinsip syariah.
objek ijarah tersebut kepada Bank.
Peraturan Bank Indonesia Nomor
e. Apabila bank membeli objek
9/19/PBI/2007. Peraturan Bank Indonesia
ijarah tersebut, setelah periode Nomor 9/19/PBI/2007 tentang
pelaksanaan prinsip syariah dalam
ijarah berakhir objek ijarah
kegiatan penghimpunan dan penyaluran
tersebut dismpan oleh bank dana serta pelayanan jasa Bank syariah.
sebagai asset yang dapat
Fatwa Dewan Syariah Nasional No: 09/DSN-
disewakan kembali. MUI/IV/2000 Tentang pembiayaan
ijarah
f. Bila bank membeli objek ijarah
tersebut, setelah periode ijarah
berakhir objek ijarah tersebut

Jurnal Ilmiah “Advokasi” Vol. 01. No. 01. Maret 2013

98

Anda mungkin juga menyukai