PENDAHULUAN
1
1.3 Tujuan Makalah
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini ialah?
a. Untuk mengetahui pengertian dari agen dan marketing asuransi syariah
b. Untuk mengetahui aspek hukum yang mendasari agen dan marketing asuransi
syariah
c. Untuk mengetahui prinsip agen dan marketing pada asuransi syariah
d. Untuk mengetahui sistem agen dan marketing pada asuransi syariah
2
BAB II
PEMBAHASAN
1
Kamus Besar Bahasa Indonesia tentang Pengertian Agen
2
Undang-Undang Republik Indonesia No. 40 Tahun 2014 Tentang Perasuransian
3
Waldi Nopriansyah, Asuransi Syariag Berkah Terakhir yang Tak Terduga, (Yogyakarta: Penerbit ANDI, 2016), h. 84
3
menjadikan lembaga sertifikasi profesional sebagai penghasil tenaga kerja dalam
bidang perasuransian syariah yang bisa berdaya saing global, unggul, terpercaya
dan berakhlak mulia sesuai dengan syariah Islam.
Menurut Pasal 16 ayat (1) POJK No. 69 Tahun 2016 menjelaskan bahwa
perusahaan asuransi, Perusahaan asuransi syariah, atau unit syariah pada
Perusahaan Asuransi yang menggunakan Agen Asuransi wajib memastikan
bahwa Agen Asuransi harus memiliki sertifikat keagenan sesuai bidang usahanya
dan terdaftar di OJK.4
Hal ini pun juga termuat dalam Pasal 21 ayat (1) dan ayat (2) UU No. 40
Tahun 2014 Tentang Perasuransian, bahwa:
(1) Pialang Asuransi, Pialang Reasuransi, dan Agen Asuransi wajib
terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan.
(2) Pialang Asuransi, Pialang Reasuransi, dan Agen Asuransi wajib
memiliki pengetahuan dan kemampuan yang cukup serta memiliki
reputasi yang baik.
4
pemasaran ialah keseluruhan bisnis yang dilihat dari sudut pansng hasil akhir
yang dicapai, yaitu sudut pandang pelanggan, pemasaran merupakan fungsi
bisnis yang berbeda dan unik. Hanya pemasaran dan inovasi yang dapat
menghasilkan pendapatan pada setiap bisnis5.
Pemasaran dalam prespektif syariah adalah segala aktivitas yang
dijalankan dalam kegiatan bisnis berbentuk kegiatan pencipta nilai (value
creating activies), penawaran yang memungkinkan siapapun melakukannya
bertumbuh serta mendayagunakan kemanfaatannya yang dilandasi atas kejujuran,
keadilan, keterbukaan, dan keikhlasan sesuai dengan proses yang berprinsip pada
akad bermuamalah islami atau perjanjian transaksi bisnis dalam islam. Segala
proses di dalamnya tidak boleh bertentangan dengan akad dan prinsip-prinsip
muamalah6.
Sedangkan pemasaran dalam Fiqh Islam disebut wakalah atau perwakilan
yang dapat diartikan sebagai penyerahan, atau pemberian mandate. Dapat
didefinisikan juga sebagai sebuah disiplin bisnis strategis yang mengarahkan
proses penciptaan dari suatu inisiator yang prosesnya sesuai dengan akad
syariah7.
5
produk asuransi dan pemasaran produk asuransi yang isinya yaitu 8 Dalam
pemasaran Produk Asuransi kumpulan, Perusahaan wajib:
1) menerbitkan Polis Asuransi induk yang mencantumkan nama
tertanggung atau peserta asuransi dan masa pertanggungan dari
masing-masing tertanggung atau peserta asuransi; dan
2) menerbitkan bukti kepesertaan bagi masing-masing
tertanggung/peserta asuransi.
8
POJK Nomor 23/POJK.05/2015 Pasal 22 Tentang Produk Asuransi dan Pemasaran Produk Asuransi
9
A. Hasyim Ali, Pengantar Asuransi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), h. 9.
10
Waldi Nopriansyah, Asuransi Syariag Berkah Terakhir yang Tak Terduga, (Yogyakarta: Penerbit ANDI, 2016), h. 86
6
3) Agen akan menjelaskan tentang aturan dan syarat serta sifat polis
sebelum pembeli menandatangani formulir permohonan
4) Mendapatkan calon peserta sebanyak-banyaknya
5) Dapat dipercaya, baik oleh perusahaan maupun masyarakat
6) Menjaga nama baik perusahaan tempat mereka bekerja
Selain itu agen juga dapat membantu dan melayani jika pemegang polis
ingin membayar premi sehingga agen dapat membantu sistem hubungan yang
baik antara agen dan pemegang polis. Peran agen tidak terlepas dari kendala,
khususnya pada asuransi jiwa Syariah. Agen mendapatkan banyak kendala
seorang agen dalam memasarkannya. Adapun berbagai kendala dalam
memasarkan asuransi jiwa adalah:11
Seorang agen harus menjelaskan secara rinci dan jelas bahwa asuransi
jiwa Syariah begitu bermanfaat dan tifak melawan takdir., seperti yang
dipikirkan sebagian orang. Oleh sebab itu, agen yang menjalankan asuransi
Syariah harus memahami nilai-nilai Islam. Tanpa agen, perusahaan asuransi
tidak akan berjalan dengan baik. Berdasarkan common law, tugas dan kewajiban,
seorang agen pada dasarnya diatur oleh prinsip-prinsip peragenan. Skema peran
agen asuransi dapat dilihat sebagai berikut:
11
Ibid., h. 86-87
7
Menurut Pasal 18 POJK No. 69/POJK.05/2016 12, bahwa perusahaan
asuransi syariah yang menggunakan agen dalam memasarkan produknya, wajib
memastikan bahwa dalam kegiatan pemasarannya, Agen Asuransi paling sedikit
telah melakukan tindakan sebagai berikut:
8
d) menginformasikan dokumen yang diperlukan untuk pengajuan
formulir permohonan penutupan asuransi;
e) meminta dokumen yang diperlukan untuk pengajuan formulir
permohonan dan dokumen lainnya yang dimintakan oleh
Perusahaan Asuransi, Perusahaan Asuransi Syariah, atau Unit
Syariah pada Perusahaan Asuransi untuk penutupan asuransi; dan
f) memastikan pemegang polis, tertanggung, atau peserta mengisi
seluruh formulir surat permohonan pertanggungan asuransi secara
lengkap sesuai dengan dokumen yang disampaikan.
13
Pasal 16 ayat (2) POJK No. 69 Tahun 2016 Tentang Penyelenggaraan Usaha Perusahaan Asuransi, Perusahaan
Asuransi Syariah, Perusahaan Reasuransi, dan Perusahaan Reasuransi Syariah
9
Perusahaan Asuransi,Perusahaan Asuransi Syariah, atau
Unit Syariah pada PerusahaanAsuransi memberikan
kewenangan kepada Agen Asuransi untuk menerima Premi
atau kontribusi.
Adapun kode etik yang ditetapkan oleh Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia
(AAJI) kepada agen meliputi:14
Apabila terdapat agen yang mekanggar kode etik, maka agen akan
mendapat sanksi sebagai berikut:
Dalam Pasal 67 Peraturan Menteri Keuangan No. 152 Tahun 2012 15, juga
dikatakan bahwa Perusahaan Asuransi yang melakukan pemasaran melalui Agen
Asuransi wajib melakukan paling sedikit hal-hal sebagai berikut:
14
Keputusan RAT AAJI No.03/AAJI/2012 Tentang Standard Praktik dan Kode Etik Tenaga Pemasar Asuransi Jiwa
15
Peraturan Menteri Keuangan RI No. 152/PMK.010/2012 Tentang Tata Kelola Yang Baik Bagi Perusahaan
Perasuransian
10
b) mewajibkan Agen Asuransi terlebih dahulu memiliki sertifikat
keagenan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 66 ayat (3);
c) mencantumkan kode etik yang ditetapkan oleh asosiasi Perusahaan
Asuransi sejenis dalam kontrak keagenan; dan
d) mewajibkan Agen Asuransi untuk mematuhi kode etik atau
sejenisnya yang ditetapkan oleh asosiasi Perusahaan Asuransi
sejenis berikut sanksi yang dikenakan terhadap setiap pelanggaran
yang dilakukan oleh Agen Asuransi.
16
Ahmad Chairul Hadi, Hukum Asuransi Syariah: Konsep Dasar, Aspek Hukum dan Sistem Operasionalnya,
(Ciputat: UIN Pers, 2015), hlm. 210-211
11
pembeli yang berpotensi agar dapat menentukan dan menawarkan
produknya.
2. Menantukan jenis atau macam produk asuransi syariah jangka
panjang atau jangka pendek yang diinginkan oleh target atau
pembeli beserta keuntungan dan gambaran asuransi syariah yang
mereka butuhkan sehingga produk ditawarkan dengan tepat.
3. Menetapkan harga yang dapat diterima oleh pembeli yang
potensial dan dapat mencukupi klaim yang diharapkannya
sertamenetapkan biaya-biaya lainnya.
4. Menetapkan sistem distribusi yang paling efisien agar dapat
mencapai pembel yang potensial atas produk tersebut.
5. Meneliti kembali keterangan tentang peraturan asuransi dalam
penerapan hukum dimana produk akan dipasarkan
6. Menentukan bahan-bahan promosi yang sebaiknya dipakai
7. Menetapkan apakah akunting, underwriting, pelayanan pada
pemegang polis, administrasi klaim serta sistem informasi
perusahaan tersebut cukup untuk memenuhi permintaan yang akan
dilaksanakan oleh sumberdaya manusia dari perusahaan tersebut
bila produk baru ditingkatkan dan dijual.
8. Meneliti produk yang sama yang ditawarkan oleh pesaing.
17
Abdullah Amrin, Asuransi Syariah , (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2006), hlm. 209
12
2.4 Prinsip Agen dan Marketing Asuransi Syariah
a. Prinsip Agen Asuransi Syariah
Bagi agen yang ingin memasarkan produk asuransi syariah harus benar-benar
mengerti dengan produk yang ditawarkan, agar tidak terdapat kekeliruan dan
kesalahan baik dalam mempromosikan dan menjual produk tersebut. Adapun
prinsip yang harus diperhatikan oleh agen asuransi syariah ialah:
1) Berprinsip Rabbaniyah
2) Berprilaku baik dan simpatik
3) Bersikap adil kepada semua peserta
4) Bersaing secara sehat
5) Mendahulukan sikap tolong menolong
6) Amanah
7) Jujur dan tidak curang
8) Sabar dalam menghadapi customer
9) Menentukan harga secara adil
10) Bekerja secara professional
13
Produk atau jasa yang dikeluarkan harus mengandung unsur pengingat
berupa nasihat yang terkandung di dalamnya sehingga setiap konsumen
yang akan memanfaatkan produk atau jasa akan tersentuh hatinya
terhadap tujuan hakiki kemanfaatan produk atau jasa yang akan di
pergunakan
Pasal 28
(1) Premi atau Kontribusi dapat dibayarkan langsung oleh Pemegang Polis atau Peserta
kepada Perusahaan Asuransi atau Perusahaan Asuransi Syariah, atau dibayarkan melalui
Agen Asuransi.
(2) Agen Asuransi hanya dapat menerima pembayaran Premi atau Kontribusi dari
Pemegang Polis atau Peserta setelah mendapatkan persetujuan dari Perusahaan Asuransi
atau Perusahaan Asuransi Syariah.
(3) Pertanggungan dinyatakan mulai berlaku dan mengikat para Pihak terhitung sejak
Premi atau Kontribusi diterima oleh Agen Asuransi.
(4) Agen Asuransi dilarang menahan atau mengelola Premi atau Kontribusi.
(5) Agen Asuransi dilarang menggelapkan Premi atau Kontribusi.
(6) Dalam hal Premi atau Kontribusi dibayarkan melalui Agen Asuransi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), Agen Asuransi wajib menyerahkan Premi atau
Kontribusi tersebut kepada Perusahaan Asuransi atau Perusahaan Asuransi Syariah
dalam jangka waktu yang diatur dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan.
(7) Perusahaan Asuransi atau Perusahaan Asuransi Syariah wajib bertanggung jawab
atas pembayaran klaim yang timbul apabila Agen Asuransi telah menerima Premi atau
Kontribusi, tetapi belum menyerahkannya kepada Perusahaan Asuransi dan Perusahaan
Asuransi Syariah tersebut.
14
(8) Perusahaan Asuransi atau Perusahaan Asuransi Syariah wajib membayarkan imbalan
jasa keperantaraan kepada Agen Asuransi segera setelah menerima Premi atau
Kontribusi.
Pasal 31
(1) Agen Asuransi, Pialang Asuransi, Pialang Reasuransi, dan Perusahaan Perasuransian
wajib menerapkan segenap keahlian, perhatian, dan kecermatan dalam melayani atau
bertransaksi dengan Pemegang Polis, Tertanggung, atau Peserta.
(2) Agen Asuransi, Pialang Asuransi, Pialang Reasuransi, dan Perusahaan Perasuransian
wajib memberikan informasi yang benar, tidak palsu, dan/atau tidak menyesatkan
kepada Pemegang Polis, Tertanggung, atau Peserta mengenai risiko, manfaat, kewajiban
dan pembebanan biaya terkait dengan produk asuransi atau produk asuransi syariah yang
ditawarkan.
Selain itu, juga tercantum dalam POJK No. 69/POJK.05/2016, pada Pasal-Pasal
sebagai berikut:
Pasal 17
(1) Perusahaan Asuransi, Perusahaan Asuransi Syariah, atau Unit Syariah pada
Perusahaan Asuransi dilarang mengikat perjanjian dengan Agen Asuransi yang masih
terikat perjanjian keagenan dengan Perusahaan Asuransi, Perusahaan Asuransi Syariah,
atau Unit Syariah pada Perusahaan Asuransi lain yang sejenis.
(2) Dalam hal Perusahaan Asuransi, Perusahaan Asuransi Syariah, atau Unit Syariah
pada Perusahaan Asuransi mengikat perjanjian dengan Agen Asuransi yang merupakan
Agen Asuransi yang masih bekerja sama dengan Perusahaan Asuransi, Perusahaan
Asuransi Syariah, atau Unit Syariah pada Perusahaan Asuransi lain yang tidak sejenis,
Perusahaan Asuransi, Perusahaan Asuransi Syariah, atau Unit Syariah pada Perusahaan
Asuransi wajib memastikan bahwa agen dimaksud telah mendapatkan persetujuan dari
Perusahaan Asuransi, Perusahaan Asuransi Syariah, atau Unit Syariah pada Perusahaan
Asuransi tempat agen dimaksud bekerja sebelumnya.
(3) Dalam hal Perusahaan Asuransi, Perusahaan Asuransi Syariah, atau Unit Syariah
pada Perusahaan Asuransi mengikat perjanjian dengan Agen Asuransi yang merupakan
Agen Asuransi yang berpindah dari Perusahaan Asuransi, Perusahaan Asuransi Syariah,
15
atau Unit Syariah pada Perusahaan Asuransi lain yang sejenis, Perusahaan Asuransi,
Perusahaan Asuransi Syariah, atau Unit Syariah pada Perusahaan Asuransi wajib
memastikan bahwa Agen Asuransi dimaksud menyampaikan surat pernyataan yang
menyatakan:
a) telah menyelesaikan seluruh kewajibannya pada Perusahaan Asuransi,
Perusahaan Asuransi Syariah, atau Unit Syariah pada Perusahaan Asuransi
sebelumnya; dan
b) tidak melakukan twisting yaitu tindakan yang membujuk dan/atau mempengaruhi
pemegang polis, tertanggung, atau peserta untuk merubah spesifikasi polis yang
ada atau mengganti polis yang ada dengan polis yang baru pada Perusahaan
Asuransi, Perusahaan Asuransi Syariah, atau Unit Syariah pada Perusahaan
Asuransi lainnya, dan/atau membeli polis baru dengan menggunakan dana yang
berasal dari polis yang masih aktif pada suatu Perusahaan Asuransi, Perusahaan
Asuransi Syariah, atau Unit Syariah pada Perusahaan Asuransi lainnya.
Pasal 18
Perusahaan Asuransi, Perusahaan Asuransi Syariah, atau Unit Syariah pada Perusahaan
Asuransi yang mengunakan Agen Asuransi dalam memasarkan produknya wajib
memastikan bahwa dalam kegiatan pemasarannya, Agen Asuransi paling sedikit telah
melakukan tindakan sebagai berikut:
a) menyampaikan identitas sebagai wakil sah dari Perusahaan Asuransi, Perusahaan
Asuransi Syariah, atau Unit Syariah pada Perusahaan Asuransi dengan
menunjukkan lisensi keagenan yang berlaku untuk Perusahaan Asuransi,
Perusahaan Asuransi Syariah, atau Unit Syariah pada Perusahaan Asuransi yang
diwakilinya;
b) menyampaikan informasi mengenai produk asuransi yang ditawarkan dan
informasi penting yang terkait dengan syarat dan ketentuan polis dengan
memperhatikan ketentuan peraturan OJK mengenai perlindungan konsumen
sektor jasa keuangan;
c) menyampaikan kepada pemegang polis, tertanggung, atau peserta atas
penerimaan atau penolakan surat penutupan asuransi dari Perusahaan Asuransi,
16
Perusahaan Asuransi Syariah, atau Unit Syariah pada Perusahaan Asuransi
kepada pemegang polis, tertanggung, atau peserta paling lama 5 (lima) hari kerja
sejak ada keputusan penerimaan atau penolakan pertanggungan;
d) menginformasikan dokumen yang diperlukan untuk pengajuan formulir
permohonan penutupan asuransi
e) meminta dokumen yang diperlukan untuk pengajuan formulir permohonan dan
dokumen lainnya yang dimintakan oleh Perusahaan Asuransi, Perusahaan
Asuransi Syariah, atau Unit Syariah pada Perusahaan Asuransi untuk penutupan
asuransi; dan
f) memastikan pemegang polis, tertanggung, atau peserta mengisi seluruh formulir
surat permohonan pertanggungan asuransi secara lengkap sesuai dengan
dokumen yang disampaikan
Pasal 19
Dalam hal Agen Asuransi tidak lagi menjadi Agen Asuransi dari sebuah Perusahaan
Asuransi, Perusahaan Asuransi Syariah, atau Unit Syariah pada Perusahaan Asuransi,
Perusahaan Asuransi, Perusahaan Asuransi Syariah, atau Unit Syariah pada Perusahaan
Asuransi dimaksud wajib:
a) memberitahukan kepada pemegang polis, tertanggung, atau peserta yang
penutupan asuransinya dilakukan melalui Agen Asuransi tersebut; dan
b) memberikan informasi Agen Asuransi pengganti atau petugas pelayanan
pelanggan (customer service officer).
Pasal 20
Perusahaan Asuransi, Perusahaan Asuransi Syariah, atau Unit Syariah pada Perusahaan
Asuransi wajib memberikan pengetahuan secara berkelanjutan paling sedikit 2 (dua) kali
dalam 1 (satu) tahun mengenai produk asuransi atau produk asuransi syariah yang
dipasarkan termasuk tata cara pemasaran, dan prosedur pengajuan klaim kepada Agen
Asuransi.
Berbagai macam ketentuan mengenai sistem agen dalam memasarkan produk
asuransi syariah telah diatur di dalam Pasal-Pasal di atas yang menyebutkan bahwa:
17
1. Setiap agen asuransi hanya dapat menjadi agen dari satu perusahaan
asuransi saja
2. Setiap agen wajib terdaftar di OJK dan memiliki sertifikat keagenan
3. Agen asuransi wajib memiliki perjanjian keagenan dengan perusahaan
asuransi yang diageninya
4. Semua tindakan agen asuransi yang berkaitan dengan transaksi asuransi
menjadi tanggung jawab perusahaan asuransi yang diageninya
5. Agen asuransi dalam menjalankan kegiatannya harus memberikan
keterangan yang benar dan jelas kepada calon tertanggung tentang
program asuransi yang dipasarkan dan ketentuan isi polis, termasuk hak
dan kewajiban calon tertanggung tersebut
6. Agen asuransi dilarang untuk mengelola dan menggelapkan premi
19
Ahmad Chairul Hadi, Hukum Asuransi Syariah: Konsep Dasar, Aspek Hukum dan Sistem Operasionalnya,
(Ciputat: UIN Pers, 2015), hlm. 213
18
b) Bagaimana membina dan mengembangkan financial
consulting menjadi lebih baik.
2) Metode pemasaran pada asuransi kerugian syaraiah
Peserta atau nasabah asuransi syariah memandang bahwa di dalam
asuransi kerugian syariah tidak hanya memiliki kemampuan sebagai
penjual akan tetapi lebih kepada underwriter. Sehingga asuransi
kerugian syariah dituntut untuk lebih memiliki kemampuan dalam
bidang underwriting seperti sebagai berikut20:
a) Mampu memberikan analisa dan memutuskaan rate yang
tepat untuk para nasabahnya
b) Mampu mencarikan beberapa alternatif yang tepat back up
asuransi
c) Membuat dan melakukan akseptasi sesuai dengan otoritas
yang diberikan kepadanya.
20
Abdullah Amrin, Strategi Pemasaran Asuransi Syariah, (Jakarta: PT Grasindo, 2007), hlm. 72
19
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Berdasarkan uraian materi yang telah dibahas di atas, maka pemakalah dapat
menyimpulkan bahwa peran agen dalam marketing asuransi Syariah telah di atur dalam UU No.
40 Tahun 2014 Tentang Perasuransian, POJK No. 69 Tahun 2016, PMK No. 152 Tahun 2012,
dan POJK No. 23 Tahun 2015.
Jadi, dalam konteks makalah ini pengertian dari agen asuransi syariah ialah orang yang
bekerja sendiri atau pada badan usaha yang mengusahakan penjualan produk asuransi syariah
agar dapat sampai pada konsumen. Dan marketing asuransi Syariah pun saling berhubungan
dengan agen, karena agen memasarkan produk asuransi syariah
3.2 Saran
Dengan tersusunnya makalah ini, harapan penulis adalah agar makalh ini dapat dijadikan
referensi dalam mengkaji asuransi Syariah, baik secara struktur maupun implementasi pada
masyarakat serta peraturan yang berlaku.
20
DAFTAR PUSTAKA
Hadi, Ahmad Chairul. Hukum Asuransi Syariah: Konsep Dasar, Aspek Hukum dan Sistem
Operasionalnya. Ciputat: UIN Pers. 2015.
Amrin, Abdullah. Asuransi Syariah Keberadaannya di Tengah Asuransi Konvensional. Jakarta:
PT Elex Media Komputindo. 2006.
Amrin, Abdullah. Strategi Pemasaran Asuransi Syariah. Jakarta: PT Grasindo. 2007.
Ali, A. Hasyim. Pengantar Asuransi. Jakarta: Bumi Aksara. 2005.
Sula, Muhammad Syakir. Asuransi Syariah (life and general). Jakarta: Gema Insani Press.
2004.
Kamus Besar Bahasa Indonesia tentang Pengertian Agen
Keputusan RAT AAJI No.03/AAJI/2012 Tentang Standard Praktik dan Kode Etik Tenaga
Pemasar Asuransi Jiwa
Peraturan Menteri Keuangan RI No. 152/PMK.010/2012 Tentang Tata Kelola Yang Baik Bagi
Perusahaan Perasuransian
POJK Nomor 23/POJK.05/2015 Pasal 22 Tentang Produk Asuransi dan Pemasaran Produk
Asuransi
POJK No. 69 Tahun 2016 Tentang Penyelenggaraan Usaha Perusahaan Asuransi, Perusahaan
Asuransi Syariah, Perusahaan Reasuransi, dan Perusahaan Reasuransi Syariah
Undang-Undang Republik Indonesia No. 40 Tahun 2014 Tentang Perasuransian
Nopriansyah, Waldi. Asuransi Syariag Berkah Terakhir yang Tak Terduga. Yogyakarta:
Penerbit ANDI. 2016.
21