Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Istilah pemasar, agen ataupun filed underwriting antara asuransi syariah dan
kovensional tidak jauh berbeda, yaitu sama-sama menawarkan dan memasarkan program
asuransi kepada masyarakat. Pada perusahaan asuransi syariah, para agen tidak semata-
mata hanya menawarkan program asuransi kepada masyarakat, tetapi juga membawa
misi syariah sebagai implementasi ajaran jihad yang diagungkan Islam, yaitu jihad dalam
bidang ekonomi. Seperti transparan, tidak saling menzhalimi, menghindari riba,
menghindari akad yang gharar, menghindari transaksi yang bersifat untung-untungan,
tidak menipu, dan meninggalkan bentuk-bentuk transaksi yang tidak sesuai ajaran Islam.
Perkembangan asuransi di Indonesia saat ini telah mengalami kemajuan yang
sangat pesat. Berbagai perusahaan asuransi berlomba-lomba menawarkan program
asuransi baik bagi masyarakat maupun perusahaan. Seiring dengan perkembangan
berbagai program syariah yang telah diusung oleh lembaga keuangan lain, banyak
perusahaan asuransi yang saat ini juga  menawarkan program asuransi syariah. Dari
uraian diatas maka timbul suatu permasalahan diantaranya adalah mengenai pemasaran
asuransi syariah dan agen asuransi syariah yang ditinjau melalui aspek hukum, maka dari
itu pemakalah merasa perlu adanya penyusunan materi mengenai permasalahan-
permasalahan yang telah diuraikan diatas.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dalam makalah ini, ialah:
a. Apa yang dimaksud dengan agen dan marketing dalam asuransi syariah?
b. Bagaimana aspek hukum mengenai agen dan marketing asuransi syariah?
c. Bagaimana prinsip agen dan marketing pada asuransi syariah?
d. Bagaimana sistem agen dan marketing pada asuransi syariah?

1
1.3 Tujuan Makalah
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini ialah?
a. Untuk mengetahui pengertian dari agen dan marketing asuransi syariah
b. Untuk mengetahui aspek hukum yang mendasari agen dan marketing asuransi
syariah
c. Untuk mengetahui prinsip agen dan marketing pada asuransi syariah
d. Untuk mengetahui sistem agen dan marketing pada asuransi syariah

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Agen dan Marketing Pada Asuransi Syariah


a. Pengertian Agen Asuransi Syariah
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang disebut agen adalah orang
atau perusahaan perantara yg mengusahakan penjualan bagi perusahaan lain atas
nama pengusaha; perwakilan.1 Sedangkan menurut UU No. 40 Tahun 2014
Tentang Perasuransian, Agen Asuransi adalah orang yang bekerja sendiri atau
bekerja pada badan usaha, yang bertindak untuk dan atas nama Perusahaan
Asuransi atau Perusahaan Asuransi Syariah dan memenuhi persyaratan untuk
mewakili Perusahaan Asuransi atau Perusahaan Asuransi Syariah memasarkan
produk asuransi atau produk asuransi syariah.2
Jadi, dalam konteks makalah ini pengertian dari agen asuransi syariah
ialah orang yang bekerja sendiri atau pada badan usaha yang mengusahakan
penjualan produk asuransi syariah agar dapat sampai pada konsumen.
Agen asuransi syariah memiliki peran penting dalam menjalankan atau
memasarkan asuransinya, karena agen merupakan roda dari lancarnya suatu
perusahaan dalam mengenalkan produk-produk yang ada pada asuransi. Agen
asuransi diberi wewenang oleh perusahaan asuransi dan seorang agen harus
memiliki kapasitas legal dengan mengikuti ujian pada perusahaannya masing-
masing. Agen asuransi harus terdaftar pada Asosiasi Asuransi Jiwa Syariah
(AAJI) dan mendapat sertifikasi tenaga penjual syariah3
Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) Perasuransian Syariah adalah satu-
satunya lembaga pendukung terlisensi Badan Nasional Sertifikasi Porfesi (BNSP)
yang bertanggung jawab melaksanakan sertifikasi kompetensi dalam bidang
perasuransian syariah. Dalam melaksanakan tugas & fungsi LSP Perasuransian
Syariah mengacu kepada pedoman yang dikeluarkan BNSP, patuh terhadap
segala persyaratan dan sesuai prosedur sertifikasi demi tercapainya tujuan untuk

1
Kamus Besar Bahasa Indonesia tentang Pengertian Agen
2
Undang-Undang Republik Indonesia No. 40 Tahun 2014 Tentang Perasuransian
3
Waldi Nopriansyah, Asuransi Syariag Berkah Terakhir yang Tak Terduga, (Yogyakarta: Penerbit ANDI, 2016), h. 84

3
menjadikan lembaga sertifikasi profesional sebagai penghasil tenaga kerja dalam
bidang perasuransian syariah yang bisa berdaya saing global, unggul, terpercaya
dan berakhlak mulia sesuai dengan syariah Islam.
Menurut Pasal 16 ayat (1) POJK No. 69 Tahun 2016 menjelaskan bahwa
perusahaan asuransi, Perusahaan asuransi syariah, atau unit syariah pada
Perusahaan Asuransi yang menggunakan Agen Asuransi wajib memastikan
bahwa Agen Asuransi harus memiliki sertifikat keagenan sesuai bidang usahanya
dan terdaftar di OJK.4
Hal ini pun juga termuat dalam Pasal 21 ayat (1) dan ayat (2) UU No. 40
Tahun 2014 Tentang Perasuransian, bahwa:
(1) Pialang Asuransi, Pialang Reasuransi, dan Agen Asuransi wajib
terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan.
(2) Pialang Asuransi, Pialang Reasuransi, dan Agen Asuransi wajib
memiliki pengetahuan dan kemampuan yang cukup serta memiliki
reputasi yang baik.

Berdasarkan aturan tersebut, cara untuk menjadi agen asuransi adalah:

a) Memilih perusahaan asuransi terbaik


b) Melakukan pendaftar sebagai agen asuransi di perusahaan yang
sudah dipilih
c) Mengikuti pelatihan mengenai asuransi yang dipilih antara
asuransi jiwa dan atau asuransi umum
d) Lulus seleksi dan sertifikasi yang diadakan oleh asosiasi asuransi
yang diakui di Indonesia
e) Mematuhi semua peraturan asosiasi dan perusahaan asuransi

b. Pengertian Marketing Syariah


Pemasaran (Marketing) jika di artikan secara bahasa dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia adalah proses, cara, perihal menyebarluaskan ke tengah-tengah
masyarakat. Secara bahasa seperti yang dikutip oleh Peter F Drucker, bahwa
4
Pasal 16 ayat (1) POJK No. 69 Tahun 2016 Tentang Penyelenggaraan Usaha Perusahaan Asuransi, Perusahaan
Asuransi Syariah, Perusahaan Reasuransi, dan Perusahaan Reasuransi Syariah

4
pemasaran ialah keseluruhan bisnis yang dilihat dari sudut pansng hasil akhir
yang dicapai, yaitu sudut pandang pelanggan, pemasaran merupakan fungsi
bisnis yang berbeda dan unik. Hanya pemasaran dan inovasi yang dapat
menghasilkan pendapatan pada setiap bisnis5.
Pemasaran dalam prespektif syariah adalah segala aktivitas yang
dijalankan dalam kegiatan bisnis berbentuk kegiatan pencipta nilai (value
creating activies), penawaran yang memungkinkan siapapun melakukannya
bertumbuh serta mendayagunakan kemanfaatannya yang dilandasi atas kejujuran,
keadilan, keterbukaan, dan keikhlasan sesuai dengan proses yang berprinsip pada
akad bermuamalah islami atau perjanjian transaksi bisnis dalam islam. Segala
proses di dalamnya tidak boleh bertentangan dengan akad dan prinsip-prinsip
muamalah6.
Sedangkan pemasaran dalam Fiqh Islam disebut wakalah atau perwakilan
yang dapat diartikan sebagai penyerahan, atau pemberian mandate. Dapat
didefinisikan juga sebagai sebuah disiplin bisnis strategis yang mengarahkan
proses penciptaan dari suatu inisiator yang prosesnya sesuai dengan akad
syariah7.

2.2 Aspek Hukum Agen dan Marketing Asuransi Syariah


a. Aspek Hukum Agen Asuransi Syariah
1) Undang-Undang RI No. 40 Tahun 2014 Tentang Perasuransian
2) POJK No. 69 Tahun 2016 Tentang Penyelenggaraan Usaha Perusahaan
Asuransi, Perusahaan Asuransi Syariah, Perusahaan Reasuransi, dan
Perusahaan Reasuransi Syariah
3) Peraturan Menteri Keuangan RI No. 152/PMK.010/2012 Tentang Tata
Kelola Yang Baik Bagi Perusahaan Perasuransian
b. Aspek Hukum Marketing Asuransi Syariah
Dalam pemasaran asuransi terdapat kewajiban dalam pemasaran
produknya yang terdapat dalam POJK No. 23/POJK.05/2015 Pasal 22 tentang
5
Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syariah (life and general), (Jakarta: Gema Insani Press, 2004), h. 419
6
Ahmad Chairul Hadi, Hukum Asuransi Syariah: Konsep Dasar, Aspek Hukum dan Sistem Operasionalnya,
(Ciputat: UIN Pers, 2015), h. 209
7
Abdullah Amrin, Asuransi Syariah, (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2006), h. 207

5
produk asuransi dan pemasaran produk asuransi yang isinya yaitu 8 Dalam
pemasaran Produk Asuransi kumpulan, Perusahaan wajib:
1) menerbitkan Polis Asuransi induk yang mencantumkan nama
tertanggung atau peserta asuransi dan masa pertanggungan dari
masing-masing tertanggung atau peserta asuransi; dan
2) menerbitkan bukti kepesertaan bagi masing-masing
tertanggung/peserta asuransi.

2.3 Fungsi Agen dan Marketing Asuransi Syariah


a. Fungsi dan Tugas Agen
Peran para agen dalam industri peransuransian sangat penting. Profesi
agen asuransi adalah suatu profesi yang membutuhkan orang-orang dengan
integritas tinggi dan mempunyai kemampuan serta kemauan untuk melayani
masyarakat secara efektif.
Hal ini menjadi perhatian bagi pihak perusahaan asuransi bahwa peran
agen sebagai orang yang mengenalkan, menginformasikan, dan menjelaskan ke
masyarakat sangat dibutuhkan.9 Sehingga dapat kita ketahui bahwa fungsi dari
peran seorang agen asuransi sangat dibutuhkan karena mereka merupakan orang
yang dipercaya oleh perusahaan asuransi untuk menginformasikan tentang betapa
pentingnya asuransi sebagai jaminan masyarakat. Oleh karena itu agen harus
jujur, baik jujur kepada diri sendiri, jujur kepada masyarakat, maupun jujur
kepada perusahaan.
Adapun tugas dari agen asuransi syariah ialah :10
1) Menyebarkan informasi yang benar tentang praktik asuransi untuk
menjelaskan kepada masyarakat betapa pentingnya memiliki polis
asuransi
2) Mengisi formulir permohonan bagi orang yang berminat membeli
polis

8
POJK Nomor 23/POJK.05/2015 Pasal 22 Tentang Produk Asuransi dan Pemasaran Produk Asuransi
9
A. Hasyim Ali, Pengantar Asuransi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), h. 9.
10
Waldi Nopriansyah, Asuransi Syariag Berkah Terakhir yang Tak Terduga, (Yogyakarta: Penerbit ANDI, 2016), h. 86

6
3) Agen akan menjelaskan tentang aturan dan syarat serta sifat polis
sebelum pembeli menandatangani formulir permohonan
4) Mendapatkan calon peserta sebanyak-banyaknya
5) Dapat dipercaya, baik oleh perusahaan maupun masyarakat
6) Menjaga nama baik perusahaan tempat mereka bekerja

Selain itu agen juga dapat membantu dan melayani jika pemegang polis
ingin membayar premi sehingga agen dapat membantu sistem hubungan yang
baik antara agen dan pemegang polis. Peran agen tidak terlepas dari kendala,
khususnya pada asuransi jiwa Syariah. Agen mendapatkan banyak kendala
seorang agen dalam memasarkannya. Adapun berbagai kendala dalam
memasarkan asuransi jiwa adalah:11

1. Kebanyakan masyarakat global tidak memahami begitu pentingnya


asuransi jiwa syariah yang ditawarkan sehingga agen asuransi
harus bekerja lebih keras untuk meyakinkan bahwa asuransi jiwa
syariah memiliki peran penting dalam meringankan beban risiko
yang di dapatkan
2. Peran agen asuransi jiwa syariah mendapatkan hambatan karena
kebanyakan orang tidak memahami asuransi jiwa syariah. Mereka
menganggap bahwa ikut asuransi jiwa berarti melawan takdir
3. Agen asuransi harus menjelaskan dengan baik penyebab klaim
peserta ditolak. Di dalam menyampaikan, agen asuransi harus
menjelaskan pasal-pasal yang menyebabkan klaim ditolak.

Seorang agen harus menjelaskan secara rinci dan jelas bahwa asuransi
jiwa Syariah begitu bermanfaat dan tifak melawan takdir., seperti yang
dipikirkan sebagian orang. Oleh sebab itu, agen yang menjalankan asuransi
Syariah harus memahami nilai-nilai Islam. Tanpa agen, perusahaan asuransi
tidak akan berjalan dengan baik. Berdasarkan common law, tugas dan kewajiban,
seorang agen pada dasarnya diatur oleh prinsip-prinsip peragenan. Skema peran
agen asuransi dapat dilihat sebagai berikut:
11
Ibid., h. 86-87

7
Menurut Pasal 18 POJK No. 69/POJK.05/2016 12, bahwa perusahaan
asuransi syariah yang menggunakan agen dalam memasarkan produknya, wajib
memastikan bahwa dalam kegiatan pemasarannya, Agen Asuransi paling sedikit
telah melakukan tindakan sebagai berikut:

a) menyampaikan identitas sebagai wakil sah dari Perusahaan


Asuransi, Perusahaan Asuransi Syariah, atau Unit Syariah pada
Perusahaan Asuransi dengan menunjukkan lisensi keagenan yang
berlaku untuk Perusahaan Asuransi, Perusahaan Asuransi Syariah,
atau Unit Syariah pada Perusahaan Asuransi yang diwakilinya;
b) menyampaikan informasi mengenai produk asuransi yang
ditawarkan dan informasi penting yang terkait dengan syarat dan
ketentuan polis dengan memperhatikan ketentuan peraturan OJK
mengenai perlindungan konsumen sektor jasa keuangan;
c) menyampaikan kepada pemegang polis, tertanggung, atau peserta
atas penerimaan atau penolakan surat penutupan asuransi dari
Perusahaan Asuransi, Perusahaan Asuransi Syariah, atau Unit
Syariah pada Perusahaan Asuransi kepada pemegang polis,
tertanggung, atau peserta paling lama 5 (lima) hari kerja sejak ada
keputusan penerimaan atau penolakan pertanggungan;
12
Pasal 18 POJK No. 69 Tahun 2016 Tentang Penyelenggaraan Usaha Perusahaan Asuransi, Perusahaan Asuransi
Syariah, Perusahaan Reasuransi, dan Perusahaan Reasuransi Syariah

8
d) menginformasikan dokumen yang diperlukan untuk pengajuan
formulir permohonan penutupan asuransi;
e) meminta dokumen yang diperlukan untuk pengajuan formulir
permohonan dan dokumen lainnya yang dimintakan oleh
Perusahaan Asuransi, Perusahaan Asuransi Syariah, atau Unit
Syariah pada Perusahaan Asuransi untuk penutupan asuransi; dan
f) memastikan pemegang polis, tertanggung, atau peserta mengisi
seluruh formulir surat permohonan pertanggungan asuransi secara
lengkap sesuai dengan dokumen yang disampaikan.

Sedangkan tugas perusahaan asuransi syariah berdasarkan Pasal 16 ayat


(2) No. 69/POJK.05/201613, Perusahaan Asuransi, Perusahaan Asuransi Syariah,
atau Unit Syariah pada Perusahaan Asuransi yang menggunakan Agen Asuransi
paling sedikit wajib:

1) melaporkan Agen Asuransinya kepada asosiasi yang sesuai dengan


bidang usahanya; dan
2) membuat perjanjian secara tertulis dengan Agen Asuransi yang
memasarkan produk asuransinya yang paling sedikit
mencantumkan:
a. kode etik yang ditetapkan oleh asosiasi sesuai dengan
bidang usahanya dalam perjanjian keagenan;
b. kewajiban Agen Asuransi untuk mematuhi kode etik atau
sejenisnya yang ditetapkan oleh asosiasi Perusahaan
Asuransi sesuai dengan bidang usahanya berikut sanksi yang
dikenakan pada setiap pelanggaran yang dilakukan Agen
Asuransi; dan
c. jangka waktu penyerahan Premi atau kontribusi kepada
Perusahaan Asuransi,Perusahaan Asuransi Syariah, atau
Unit Syariah pada PerusahaanAsuransi, dalam hal

13
Pasal 16 ayat (2) POJK No. 69 Tahun 2016 Tentang Penyelenggaraan Usaha Perusahaan Asuransi, Perusahaan
Asuransi Syariah, Perusahaan Reasuransi, dan Perusahaan Reasuransi Syariah

9
Perusahaan Asuransi,Perusahaan Asuransi Syariah, atau
Unit Syariah pada PerusahaanAsuransi memberikan
kewenangan kepada Agen Asuransi untuk menerima Premi
atau kontribusi.

Adapun kode etik yang ditetapkan oleh Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia
(AAJI) kepada agen meliputi:14

1. kepatuhan terhadap peraturan yang berlaku


2. kepatuhan terhadap perjanjian keagenan
3. kewajiban terhadap profesi
4. kewajiban terhadap perusahaan asuransi jiwa
5. kewajiban tenaga pemasar kepada nasabah

Apabila terdapat agen yang mekanggar kode etik, maka agen akan
mendapat sanksi sebagai berikut:

Dalam Pasal 67 Peraturan Menteri Keuangan No. 152 Tahun 2012 15, juga
dikatakan bahwa Perusahaan Asuransi yang melakukan pemasaran melalui Agen
Asuransi wajib melakukan paling sedikit hal-hal sebagai berikut:

a) memberikan pendidikan dan pelatihan yang berkesinambungan


kepada Agen Asuransi agar dapat menjalankan profesi dengan
kompetensi dan integritas tinggi;

14
Keputusan RAT AAJI No.03/AAJI/2012 Tentang Standard Praktik dan Kode Etik Tenaga Pemasar Asuransi Jiwa
15
Peraturan Menteri Keuangan RI No. 152/PMK.010/2012 Tentang Tata Kelola Yang Baik Bagi Perusahaan
Perasuransian

10
b) mewajibkan Agen Asuransi terlebih dahulu memiliki sertifikat
keagenan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 66 ayat (3);
c) mencantumkan kode etik yang ditetapkan oleh asosiasi Perusahaan
Asuransi sejenis dalam kontrak keagenan; dan
d) mewajibkan Agen Asuransi untuk mematuhi kode etik atau
sejenisnya yang ditetapkan oleh asosiasi Perusahaan Asuransi
sejenis berikut sanksi yang dikenakan terhadap setiap pelanggaran
yang dilakukan oleh Agen Asuransi.

b. Fungsi Marketing Asuransi Syariah


Syakir Sula di dalam bukunya menyebutkan bahwa pemasaran diibaratkan
sebagai perang yang didalamnya dibutuhkan strategi dan taktik untuk
memenangkan perang. Fungsi dari marketing asuransi syariah ialah menentukan
strategi dalam bisnis syariah sangat penting dilakukan sepanjang strategi tersebut
tidak dengan cara-cara yang batil, dengan kebohongan atau penipuan, dan tidak
mendzalimi pihak lain.
Sangat tepat apabila strategi pemasaran dilakukan dengan strategi serta
taktik yang benar dan bernilai (value). Sedangkan nilai pemasaran dengan adanya
merk (brand) yang kuat, pelayanan yang bagus, serta proses yang cepat dan tepat.
Suatu perusahaan yang akan melakukan pemasaran pertama-tama harus
menyelami pasarnya dengan cara membuat segmentasi yaitu sebagai strategi
pemetaan (mapping strategy), menentukan target pasarnya, membangun
penempatan posisi yang jelas maksudnya adalah untuk memenangkan di benak
konsumen.
Adapun strategi pemasaran dalam asuransi syariah sebelum menawarkan
produk asuransi yakni16:
1. Langkah awal yaitu dengan menganalisis harga pasar yang sedang
berlaku untuk penutupan asuransi kehilangan pendapatan
seseorang. Langkah ini bertujuan untuk memastikan adanya

16
Ahmad Chairul Hadi, Hukum Asuransi Syariah: Konsep Dasar, Aspek Hukum dan Sistem Operasionalnya,
(Ciputat: UIN Pers, 2015), hlm. 210-211

11
pembeli yang berpotensi agar dapat menentukan dan menawarkan
produknya.
2. Menantukan jenis atau macam produk asuransi syariah jangka
panjang atau jangka pendek yang diinginkan oleh target atau
pembeli beserta keuntungan dan gambaran asuransi syariah yang
mereka butuhkan sehingga produk ditawarkan dengan tepat.
3. Menetapkan harga yang dapat diterima oleh pembeli yang
potensial dan dapat mencukupi klaim yang diharapkannya
sertamenetapkan biaya-biaya lainnya.
4. Menetapkan sistem distribusi yang paling efisien agar dapat
mencapai pembel yang potensial atas produk tersebut.
5. Meneliti kembali keterangan tentang peraturan asuransi dalam
penerapan hukum dimana produk akan dipasarkan
6. Menentukan bahan-bahan promosi yang sebaiknya dipakai
7. Menetapkan apakah akunting, underwriting, pelayanan pada
pemegang polis, administrasi klaim serta sistem informasi
perusahaan tersebut cukup untuk memenuhi permintaan yang akan
dilaksanakan oleh sumberdaya manusia dari perusahaan tersebut
bila produk baru ditingkatkan dan dijual.
8. Meneliti produk yang sama yang ditawarkan oleh pesaing.

Dalam strategi pemasaran sendiri terdapat konsep AIDA (Attention,


Interest, Desire, Action) yang disederhanakan dengan ADA yaitu Attention
(perhatian) yang berarti mempelajari calon klien untuk mendapatkan perhatian
atau tanggapan positif, Desire (keinginan) yang berarti menata dan menimbulkan
minat klien terhadap produk yang ditawarkan melalui penjelasan manfaat produk
(interest) dilanjutkan dengan membangun keinginan klien untuk memiliki produk
yang ditawarkan, dan Action (tindakan) yang berarti mengajak klien mengambil
keputusan terhadap produk yang telah ditawarkan secara transparant17.

17
Abdullah Amrin, Asuransi Syariah , (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2006), hlm. 209

12
2.4 Prinsip Agen dan Marketing Asuransi Syariah
a. Prinsip Agen Asuransi Syariah
Bagi agen yang ingin memasarkan produk asuransi syariah harus benar-benar
mengerti dengan produk yang ditawarkan, agar tidak terdapat kekeliruan dan
kesalahan baik dalam mempromosikan dan menjual produk tersebut. Adapun
prinsip yang harus diperhatikan oleh agen asuransi syariah ialah:
1) Berprinsip Rabbaniyah
2) Berprilaku baik dan simpatik
3) Bersikap adil kepada semua peserta
4) Bersaing secara sehat
5) Mendahulukan sikap tolong menolong
6) Amanah
7) Jujur dan tidak curang
8) Sabar dalam menghadapi customer
9) Menentukan harga secara adil
10) Bekerja secara professional

b. Prinsip Marketing Asuransi Syariah


Prinsip pemasaran dalam islam juga dimuat dalam prinsip-prinsip p[emasaran
asuransi syariah, diantaranya18:
1) Ikhtiar
Seorang professional yang bekerja atas dasar landasan ikhtiar dan ia yakin
akan rezekinya maka ia tidak akan khawatir akan peendapatannya. Tidak
mempunyari rasa iri dengki terhadap rekan kerja yang akan
mengakibatkan inefisiensi dan inefektivitasterhadap pelaku usaha dan
perusahaan.
2) Manfaat
Manfaat artinya berguna bagi si pemakai produk atau jasa, memiliki nilai
guna bagi si pemakai.
3) Amanah dan Jujur
4) Nasihat
18
Abdullah Amrin, Strategi Pemasaran Asuransi Syariah, (Jakarta: PT Grasindo, 2007), h. 6

13
Produk atau jasa yang dikeluarkan harus mengandung unsur pengingat
berupa nasihat yang terkandung di dalamnya sehingga setiap konsumen
yang akan memanfaatkan produk atau jasa akan tersentuh hatinya
terhadap tujuan hakiki kemanfaatan produk atau jasa yang akan di
pergunakan

2.5 Sistem Agen dan Marketing pada Asuransi Syariah


a. Sistem Agen Asuransi Syariah
Sistem agen dalam memasarkan Asuransi Syariah, memenuhi berbagai ketentuan
yang telah diatur dalam UU No. 40 Tahun 2014, yaitu pada Pasal-Pasal sebagai berikut:

Pasal 28
(1) Premi atau Kontribusi dapat dibayarkan langsung oleh Pemegang Polis atau Peserta
kepada Perusahaan Asuransi atau Perusahaan Asuransi Syariah, atau dibayarkan melalui
Agen Asuransi.
(2) Agen Asuransi hanya dapat menerima pembayaran Premi atau Kontribusi dari
Pemegang Polis atau Peserta setelah mendapatkan persetujuan dari Perusahaan Asuransi
atau Perusahaan Asuransi Syariah.
(3) Pertanggungan dinyatakan mulai berlaku dan mengikat para Pihak terhitung sejak
Premi atau Kontribusi diterima oleh Agen Asuransi.
(4) Agen Asuransi dilarang menahan atau mengelola Premi atau Kontribusi.
(5) Agen Asuransi dilarang menggelapkan Premi atau Kontribusi.
(6) Dalam hal Premi atau Kontribusi dibayarkan melalui Agen Asuransi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), Agen Asuransi wajib menyerahkan Premi atau
Kontribusi tersebut kepada Perusahaan Asuransi atau Perusahaan Asuransi Syariah
dalam jangka waktu yang diatur dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan.
(7) Perusahaan Asuransi atau Perusahaan Asuransi Syariah wajib bertanggung jawab
atas pembayaran klaim yang timbul apabila Agen Asuransi telah menerima Premi atau
Kontribusi, tetapi belum menyerahkannya kepada Perusahaan Asuransi dan Perusahaan
Asuransi Syariah tersebut.

14
(8) Perusahaan Asuransi atau Perusahaan Asuransi Syariah wajib membayarkan imbalan
jasa keperantaraan kepada Agen Asuransi segera setelah menerima Premi atau
Kontribusi.

Pasal 31
(1) Agen Asuransi, Pialang Asuransi, Pialang Reasuransi, dan Perusahaan Perasuransian
wajib menerapkan segenap keahlian, perhatian, dan kecermatan dalam melayani atau
bertransaksi dengan Pemegang Polis, Tertanggung, atau Peserta.
(2) Agen Asuransi, Pialang Asuransi, Pialang Reasuransi, dan Perusahaan Perasuransian
wajib memberikan informasi yang benar, tidak palsu, dan/atau tidak menyesatkan
kepada Pemegang Polis, Tertanggung, atau Peserta mengenai risiko, manfaat, kewajiban
dan pembebanan biaya terkait dengan produk asuransi atau produk asuransi syariah yang
ditawarkan.
Selain itu, juga tercantum dalam POJK No. 69/POJK.05/2016, pada Pasal-Pasal
sebagai berikut:
Pasal 17
(1) Perusahaan Asuransi, Perusahaan Asuransi Syariah, atau Unit Syariah pada
Perusahaan Asuransi dilarang mengikat perjanjian dengan Agen Asuransi yang masih
terikat perjanjian keagenan dengan Perusahaan Asuransi, Perusahaan Asuransi Syariah,
atau Unit Syariah pada Perusahaan Asuransi lain yang sejenis.
(2) Dalam hal Perusahaan Asuransi, Perusahaan Asuransi Syariah, atau Unit Syariah
pada Perusahaan Asuransi mengikat perjanjian dengan Agen Asuransi yang merupakan
Agen Asuransi yang masih bekerja sama dengan Perusahaan Asuransi, Perusahaan
Asuransi Syariah, atau Unit Syariah pada Perusahaan Asuransi lain yang tidak sejenis,
Perusahaan Asuransi, Perusahaan Asuransi Syariah, atau Unit Syariah pada Perusahaan
Asuransi wajib memastikan bahwa agen dimaksud telah mendapatkan persetujuan dari
Perusahaan Asuransi, Perusahaan Asuransi Syariah, atau Unit Syariah pada Perusahaan
Asuransi tempat agen dimaksud bekerja sebelumnya.
(3) Dalam hal Perusahaan Asuransi, Perusahaan Asuransi Syariah, atau Unit Syariah
pada Perusahaan Asuransi mengikat perjanjian dengan Agen Asuransi yang merupakan
Agen Asuransi yang berpindah dari Perusahaan Asuransi, Perusahaan Asuransi Syariah,

15
atau Unit Syariah pada Perusahaan Asuransi lain yang sejenis, Perusahaan Asuransi,
Perusahaan Asuransi Syariah, atau Unit Syariah pada Perusahaan Asuransi wajib
memastikan bahwa Agen Asuransi dimaksud menyampaikan surat pernyataan yang
menyatakan:
a) telah menyelesaikan seluruh kewajibannya pada Perusahaan Asuransi,
Perusahaan Asuransi Syariah, atau Unit Syariah pada Perusahaan Asuransi
sebelumnya; dan
b) tidak melakukan twisting yaitu tindakan yang membujuk dan/atau mempengaruhi
pemegang polis, tertanggung, atau peserta untuk merubah spesifikasi polis yang
ada atau mengganti polis yang ada dengan polis yang baru pada Perusahaan
Asuransi, Perusahaan Asuransi Syariah, atau Unit Syariah pada Perusahaan
Asuransi lainnya, dan/atau membeli polis baru dengan menggunakan dana yang
berasal dari polis yang masih aktif pada suatu Perusahaan Asuransi, Perusahaan
Asuransi Syariah, atau Unit Syariah pada Perusahaan Asuransi lainnya.

Pasal 18
Perusahaan Asuransi, Perusahaan Asuransi Syariah, atau Unit Syariah pada Perusahaan
Asuransi yang mengunakan Agen Asuransi dalam memasarkan produknya wajib
memastikan bahwa dalam kegiatan pemasarannya, Agen Asuransi paling sedikit telah
melakukan tindakan sebagai berikut:
a) menyampaikan identitas sebagai wakil sah dari Perusahaan Asuransi, Perusahaan
Asuransi Syariah, atau Unit Syariah pada Perusahaan Asuransi dengan
menunjukkan lisensi keagenan yang berlaku untuk Perusahaan Asuransi,
Perusahaan Asuransi Syariah, atau Unit Syariah pada Perusahaan Asuransi yang
diwakilinya;
b) menyampaikan informasi mengenai produk asuransi yang ditawarkan dan
informasi penting yang terkait dengan syarat dan ketentuan polis dengan
memperhatikan ketentuan peraturan OJK mengenai perlindungan konsumen
sektor jasa keuangan;
c) menyampaikan kepada pemegang polis, tertanggung, atau peserta atas
penerimaan atau penolakan surat penutupan asuransi dari Perusahaan Asuransi,

16
Perusahaan Asuransi Syariah, atau Unit Syariah pada Perusahaan Asuransi
kepada pemegang polis, tertanggung, atau peserta paling lama 5 (lima) hari kerja
sejak ada keputusan penerimaan atau penolakan pertanggungan;
d) menginformasikan dokumen yang diperlukan untuk pengajuan formulir
permohonan penutupan asuransi
e) meminta dokumen yang diperlukan untuk pengajuan formulir permohonan dan
dokumen lainnya yang dimintakan oleh Perusahaan Asuransi, Perusahaan
Asuransi Syariah, atau Unit Syariah pada Perusahaan Asuransi untuk penutupan
asuransi; dan
f) memastikan pemegang polis, tertanggung, atau peserta mengisi seluruh formulir
surat permohonan pertanggungan asuransi secara lengkap sesuai dengan
dokumen yang disampaikan

Pasal 19
Dalam hal Agen Asuransi tidak lagi menjadi Agen Asuransi dari sebuah Perusahaan
Asuransi, Perusahaan Asuransi Syariah, atau Unit Syariah pada Perusahaan Asuransi,
Perusahaan Asuransi, Perusahaan Asuransi Syariah, atau Unit Syariah pada Perusahaan
Asuransi dimaksud wajib:
a) memberitahukan kepada pemegang polis, tertanggung, atau peserta yang
penutupan asuransinya dilakukan melalui Agen Asuransi tersebut; dan
b) memberikan informasi Agen Asuransi pengganti atau petugas pelayanan
pelanggan (customer service officer).

Pasal 20
Perusahaan Asuransi, Perusahaan Asuransi Syariah, atau Unit Syariah pada Perusahaan
Asuransi wajib memberikan pengetahuan secara berkelanjutan paling sedikit 2 (dua) kali
dalam 1 (satu) tahun mengenai produk asuransi atau produk asuransi syariah yang
dipasarkan termasuk tata cara pemasaran, dan prosedur pengajuan klaim kepada Agen
Asuransi.
Berbagai macam ketentuan mengenai sistem agen dalam memasarkan produk
asuransi syariah telah diatur di dalam Pasal-Pasal di atas yang menyebutkan bahwa:

17
1. Setiap agen asuransi hanya dapat menjadi agen dari satu perusahaan
asuransi saja
2. Setiap agen wajib terdaftar di OJK dan memiliki sertifikat keagenan
3. Agen asuransi wajib memiliki perjanjian keagenan dengan perusahaan
asuransi yang diageninya
4. Semua tindakan agen asuransi yang berkaitan dengan transaksi asuransi
menjadi tanggung jawab perusahaan asuransi yang diageninya
5. Agen asuransi dalam menjalankan kegiatannya harus memberikan
keterangan yang benar dan jelas kepada calon tertanggung tentang
program asuransi yang dipasarkan dan ketentuan isi polis, termasuk hak
dan kewajiban calon tertanggung tersebut
6. Agen asuransi dilarang untuk mengelola dan menggelapkan premi

b. Sistem Pemasaran Asuransi Syariah


Pemasaran melibatkan keikutsertaan yang lebih dari bidang fungsional lain dalam
suatu perusahaan pemasaran diperlukan untuk mempermudah pertukaran dan
menjembatani kesenjangan diantara kedua belah pihak dalam proses pertukaran, yaitu
antara penghasil produksi dan pemakai produk.
1) Metode pemasaran dalam asuransi jiwa syariah
Sistem penjualan asuransi jiwa menggunakan metode yang
berbeda-beda namun beberapa menggunakan metode atau sistem FDS
(Field Development System) yang didalamnya cukup efisien untuk
dipakai juga di dalam asuransi syariah. Takaful Group telah
memodifikasi dengan menambahkan materi-materi pembinaan dengan
materi seputar akidah, ibadah, dan akhlak yang benar, dan budaya
perusahaan yang islami. Pada sistem ini seorang agen (pemasar) lebih
difokuskan dengan dua tujuan yang saling berhubungan erat yaitu19:
a) Bagaimana merekrut dan mempertahankan agen (financial
consulting)

19
Ahmad Chairul Hadi, Hukum Asuransi Syariah: Konsep Dasar, Aspek Hukum dan Sistem Operasionalnya,
(Ciputat: UIN Pers, 2015), hlm. 213

18
b) Bagaimana membina dan mengembangkan financial
consulting menjadi lebih baik.
2) Metode pemasaran pada asuransi kerugian syaraiah
Peserta atau nasabah asuransi syariah memandang bahwa di dalam
asuransi kerugian syariah tidak hanya memiliki kemampuan sebagai
penjual akan tetapi lebih kepada underwriter. Sehingga asuransi
kerugian syariah dituntut untuk lebih memiliki kemampuan dalam
bidang underwriting seperti sebagai berikut20:
a) Mampu memberikan analisa dan memutuskaan rate yang
tepat untuk para nasabahnya
b) Mampu mencarikan beberapa alternatif yang tepat back up
asuransi
c) Membuat dan melakukan akseptasi sesuai dengan otoritas
yang diberikan kepadanya.

20
Abdullah Amrin, Strategi Pemasaran Asuransi Syariah, (Jakarta: PT Grasindo, 2007), hlm. 72

19
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Berdasarkan uraian materi yang telah dibahas di atas, maka pemakalah dapat
menyimpulkan bahwa peran agen dalam marketing asuransi Syariah telah di atur dalam UU No.
40 Tahun 2014 Tentang Perasuransian, POJK No. 69 Tahun 2016, PMK No. 152 Tahun 2012,
dan POJK No. 23 Tahun 2015.

Jadi, dalam konteks makalah ini pengertian dari agen asuransi syariah ialah orang yang
bekerja sendiri atau pada badan usaha yang mengusahakan penjualan produk asuransi syariah
agar dapat sampai pada konsumen. Dan marketing asuransi Syariah pun saling berhubungan
dengan agen, karena agen memasarkan produk asuransi syariah

3.2 Saran

Dengan tersusunnya makalah ini, harapan penulis adalah agar makalh ini dapat dijadikan
referensi dalam mengkaji asuransi Syariah, baik secara struktur maupun implementasi pada
masyarakat serta peraturan yang berlaku.

20
DAFTAR PUSTAKA

Hadi, Ahmad Chairul. Hukum Asuransi Syariah: Konsep Dasar, Aspek Hukum dan Sistem
Operasionalnya. Ciputat: UIN Pers. 2015.
Amrin, Abdullah. Asuransi Syariah Keberadaannya di Tengah Asuransi Konvensional. Jakarta:
PT Elex Media Komputindo. 2006.
Amrin, Abdullah. Strategi Pemasaran Asuransi Syariah. Jakarta: PT Grasindo. 2007.
Ali, A. Hasyim. Pengantar Asuransi. Jakarta: Bumi Aksara. 2005.
Sula, Muhammad Syakir. Asuransi Syariah (life and general). Jakarta: Gema Insani Press.
2004.
Kamus Besar Bahasa Indonesia tentang Pengertian Agen
Keputusan RAT AAJI No.03/AAJI/2012 Tentang Standard Praktik dan Kode Etik Tenaga
Pemasar Asuransi Jiwa
Peraturan Menteri Keuangan RI No. 152/PMK.010/2012 Tentang Tata Kelola Yang Baik Bagi
Perusahaan Perasuransian
POJK Nomor 23/POJK.05/2015 Pasal 22 Tentang Produk Asuransi dan Pemasaran Produk
Asuransi
POJK No. 69 Tahun 2016 Tentang Penyelenggaraan Usaha Perusahaan Asuransi, Perusahaan
Asuransi Syariah, Perusahaan Reasuransi, dan Perusahaan Reasuransi Syariah
Undang-Undang Republik Indonesia No. 40 Tahun 2014 Tentang Perasuransian
Nopriansyah, Waldi. Asuransi Syariag Berkah Terakhir yang Tak Terduga. Yogyakarta:
Penerbit ANDI. 2016.

21

Anda mungkin juga menyukai