Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk yang besar sekaligus
merupakan negara berpenduduk muslim yang terbesar ditambah lagi dengan
meningkatnya kesadaran masyarakat untuk semakin mengekspresikan
identitas kemusliman mereka merupakan pasar yang empuk dan berpotensi
besar. Data menyatakan dalam beberapa kurun waktu terakhir penjualan-
penjualan produk Islami, mengalami kenaikan Indonesia sebagai negara
dengan jumlah penduduk yang besar sekaligus merupakan negara
berpenduduk muslim yang terbesar ditambah lagi dengan meningkatnya
kesadaran masyarakat untuk semakin mengekspresikan identitas kemusliman
mereka merupakan pasar yang empuk dan berpotensi besar. Data menyatakan
dalam beberapa kurun waktu terakhir penjualan-penjualan produk Islami,
mengalami kenaikan yang signifikan. Di lain sisi kebutuhan kenyamanan
bermuamalah dalam transaksi keuangan pun meningkat pesat, sehingga
diperlukan lebih banyak lembaga-lembaga keuangan ataupun lembaga
pembiayaan yang bernuansa syariah.
Pertumbuhan perusahaan asuransi syariah cukup fantastis yaitu pada enam
tahun terakhir dari 5 ( lima) perusahaan asuransi pada tahun 2002 menjadi 37 (
tiga puluh tujuh) perusahaan, yang terdiri dari 15 ( lima belas) perusahaan
asuransi jiwa, 19 ( Sembilan belas) perusahaan asuransi kerugian dan tiga
(tiga) perusahaan reasuransi. Melihat pertumbuhan asuransi syariah yang
begitu pesat tersebut bisa saja perusahaan asuransi syariah meraih kesuksesan
dimasa yang akan datang bukan berarti tidak ada tantangan-tantangan yang
merupakan kendala bagi pertumbuhan asuransi syariah di indonesia,
diantaranya adalah minimnya sumber daya manusia. Karena itu makalah ini
akan membahas tentang meraih sukses di asuransi Syariah dan tantangan
SDM.

Asuransi Syariah | 1
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana meraih sukses di asuransi Syariah
2. Apa saja yang menjadi tantangan SDM di asuransi Syariah
3. Sertifikasi profesi SDM asuransi Syariah
4. Indonesia sebagai pemain besar asuransi Syariah
1.3 Tujuan
1. Mengetahui Bagaimana mencapai kesuksesan di Asuransi Syariah
2. Mengetahui tantangan SDM di asuransi Syariah
3. Mengetahui sertifikasi profesi SDM di asuransi Syariah
4. Mengetahui sepak terjang Indonesia sebagai pemain besar asuransi
Syariah

Asuransi Syariah | 2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Bagaimana Meraih Sukses di Asuransi Syariah


Bagaimana cara perusahaan asuransi Syariah di Indonesia dapat meraih
pasar lebih luas? Berdasarkan data dari OJK, jumlah perusahaan asuransi dan
perusahaan reasuransi dengan prinsip Syariah per 31 Desember 2017 adalah
63 perusahaan yang terdiri dari 12 perusahaan asuransi Syariah (murni
Syariah), 1 perusahaan reasuransi Syariah (murni syariah), 48 perusahaan
asuransi yang memiliki unit Syariah dan 2 perusahaan reasuransi yang
memiliki unit Syariah.
Jumlah tersebut mengalami peningkatan 14 perusahaan sejak tahun 2013
yang hanya terdapat 49 perusahaan. Total aset industri asuransi Syariah pada
tahun 2017 sebesar 40,53 triliyun mengalami kenaikan 2 kali lipat lebih
dibandingkan tahun 2013 yang hanya 16,65 triliyun. Pertumbuhan positif yang
terjadi selama 5 tahun belakangan menunjukan bahwa masyarakat sudah dapat
menerima dan percaya dengan produk asuransi Syariah. Hal ini tidak lepas
dari dukungan pemerintah terhadap industri asuransi Syariah dengan
menerbitkan beragam regulasi.
Kepedulian pemerintah terhadap industri asuransi Syariah dengan
menerbitkan beragam regulasi. Diantaranya adalah: Peraturan Ketua
Bapepam-LK Nomor: PER-08/BL/2011, Nomor: PER-06/BL/2011, Nomor:
PER-07/BL/2011, Peraturan Menteri Keuangan Nomor 11/PMK.010/2011
tentang Kesehatan Keuangan Usaha Asuransi dan Usaha Reasuransi dengan
Prinsip Syariah dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor18/PMK.010/2011
tentang Prinsip Dasar Penyelenggaraan Usaha Asuransi dan Reasuransi
dengan Prinsip Syariah.
Sedangkan instrumen lainnya terdapat pada beberapa fatwa yang
dikeluarkan oleh DSN-MUI yaitu: Fatwa No 21/DSN-MUI/X/2001 tentang
Pedoman Umum Asuransi Syariah, Fatwa No 51/DSN-MUI/III/2006 tentang
Akad Mudharabah Musytarakah pada Asuransi Syariah, Fatwa No 52/DSN-
MUI/III/2006 tentang Akad Wakalah Bil Ujrah pada Asuransi Syariah dan

Asuransi Syariah | 3
Reasuransi Syariah, Fatwa No 53/DSN-MUI/III/2006 tentang Akad Tabarru
pada Asuransi Syariah, Fatwa No 106/DSN-MUI/X/2016 tentang Wakaf
Manfaat Asuransi dan Manfaat Investasi pada Asuransi Jiwa Syariah.
Dalam dunia keuangan Syariah, produk asuransi Syariah yang telah
beroperasi di Indonesia sejak tahun 1994 menggunakan akad tabarru' dan
mudharabah. Tabarru' artinya premi asuransi dimaksudkan sebagai pemberian
dana kebajikan (menggunakan akad hibah) yang memiliki tujuan tolong-
menolong antar sesama peserta asuransi syariah. Sehingga jika salah satu
peserta mengalami musibah seperti kematian, maka ahli waris mendapat
bantuan yang berasal dari kumpulan dana para peserta asuransi Syariah.
Untuk akad mudharabah, peserta asuransi berfungsi sebagai pemilik modal
(shahibul maal) dan perusahaan asuransi syariah berfungsi sebagai pengelola
dana (mudharib). Dana yang terkumpul kemudian dikelola sesuai Syariah oleh
perusahaan yang bertujuan mendapatkan keuntungan. Hasil dari
pengembangan dana tersebut diberikan sebagian kepada para peserta dan
sebagian lainnya diberikan kepada perusahaan sebagai sumber keuntungan
untuk dipakai operasional dan lainnya.
Dalam rangka meraih kepercayaan lebih luas masyarakat terhadap asuransi
Syariah dan meraih sukses pada bidang ini, melihat beragam tantangan yang
dihadapi, perusahaan asuransi Syariah perlu melakukan beberapa strategi
diantaranya:
Pertama, menggunakan teknologi. Revolusi industri 4.0 di seluruh dunia
membuat semua sektor mulai beralih dari analog menjadi digital. Pada fase ini
dapat menciptakan peluang baru di berbagai bidang termasuk juga asuransi
Syariah. Industri asuransi Syariah perlu melakukan inovasi dan kreasi baru
menggunakan kecanggihan teknologi. Pembuatan website dan aplikasi mobile
phone menjadi vital agar informasi mengenai asuransi Syariah dapat
merambah lebih luas dan lebih mudah.
Kedua, menciptakan beragam produk baru. Masyarakat menginginkan
asuransi Syariah yang tidak hanya 'itu-itu saja'. Asuransi Syariah perlu
menciptakan produk asuransi yang beragam seiring dengan keberagaman

Asuransi Syariah | 4
kebutuhan masyarakat. Semakin banyak produk yang ditawarkan akan
semakin dapat dicerna oleh masyarakat.
Ketiga, memberikan beragam pilihan pembayaran premi. Tidak ada
salahnya memberikan pilihan pembayaran premi bagi para peserta asuransi
Syariah yang tidak hanya dibayar bulanan namun juga dapat dilakukan dengan
sekali setahun atau mingguan atau bahkan harian.
Keempat, memberikan edukasi. Salah satu penyebab asuransi belum dapat
maksimal diterima oleh masyarakat adalah anggapan bahwa asuransi Syariah
bertentangan dengan hukum syara', anggapan ini menciptakan keengganan
bagi pasar untuk ikut serta dalam asuransi Syariah. Perusahaan asuransi
Syariah perlu melakukan beragam cara yang bertujuan memberikan edukasi
seperti membuat klub pecinta asuransi, mengadakan seminar, bekerjasama
dengan komunitas dan lain sebagainya.
Kelima, meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Ujung tombak
perusahaan asuransi Syariah adalah sumber daya manusia yang melakukan
pendekatan langsung kepada masyarakat sekaligus mengemban amanah dalam
memberikan informasi yang benar tentang asuransi Syariah. Peningkatan
kualitas sumber daya manusia sama seperti melakukan peningkatan
pertumbuhan perusahaan. (kompasiana.com)

2.2 Tantangan SDM Asuransi Syariah


Salah satu tantangan industri asuransi Syariah untuk dapat berkembang
adalah kualitas sumber daya manusianya. Bagaimana pun, kualitas seorang
agen berpengaruh banyak terhadap keputusan calon nasabah yang hendak
membeli polis asuransi Syariah.
Dilansir dari situs berita m.bisnis.com, Sekretaris Dewan Pengarah Komite
Nasional Keuangan Syariah (KNKS) Bambang Brodjonegoro membagikan
cerita tentang bagaimana pengaruh seorang agen terhadap keputusan calon
nasabah. Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala
Bappenas itu mengungkap pengalamannya saat ditawari produk asuransi
Syariah oleh seorang agen salah satu perusahaan asuransi jiwa. Peristiwa

Asuransi Syariah | 5
tersebut terjadi sekitar 2007 sampai 2008 ketika dia menjabat Dekan Fakultas
Ekonomi, Universitas Indonesia.
“Waktu itu saya sedang mencari asuransi untuk dosen dan karyawan FE.
Datanglah salah satu agen dari perusahaan asuransi Syariah. Sebagai orang
ekonomi, tentu saya menanyakan hal-hal yang sifatnya teknis,” kata Bambang
di Jakarta pekan lalu. Kepada agen asuransi Syariah tersebut, Bambang
mengajukan pertanyaan yang menurutnya sederhana, yakni kelebihan apa
yang ditawarkan asuransi syariah dibandingkan produk konvensional. Namun,
agen asuransi syariah tersebut tidak bisa menjawab dengan jelas mengenai
keuntungan memilih asuransi berbasis syariah.
“Pertama, dia bingung. Kemudian dia jawab dengan jawaban pamungkas,
dia bilang 'Bapak kan muslim, jadi bapak harusnya memilih asuransi syariah'.
Saya juga jadi tidak berani memilih perusahaan asuransi itu, karena alasannya
hanya karena muslim,” kisahnya.
Singkat cerita, karena agen tersebut tidak bisa memberikan argumen yang
kuat mengenai kelebihan asuransi syariah, Bambang urung membeli produk
asuransi yang ditawarkan. Cerita tersebut dapat menjadi ilustrasi mengenai
pentingnya pemahaman agen asuransi syariah terhadap produk yang
dipasarkannya. Agen asuransi syariah, lanjut Bambang, dituntut untuk
memiliki pengetahuan yang cukup terkait produk yang dia pasarkan, terutama
untuk meyakinkan konsumen bahwa ada benefit lebih ketika memutuskan
untuk membeli produk tersebut. “Kalau di Fakultas Ekonomi [argumen seperti
itu] tidak laku, karena kita semua harus punya argumen yang kuat. Agen harus
bisa menjelaskan apa sih benefitnya memilih [asuransi] syariah dibandingkan
konvensional,” ujarnya. (m.bisnis.com)
Dalam perusahaan asuransi, pada umumnya seorang agen mempunyai
tugas yaitu menawarkan dan menjual produk secara langsung kepada calon
nasabah dan memberi informasi selengkap-lengkapnya. Disamping itu juga,
ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh seorang agen asuransi dan
menjadi tugas-tugas yang harus dijalankan dengan penuh tanggung jawab,
yaitu sebagai berikut :

Asuransi Syariah | 6
1. Menjelaskan kepada masyarakat tentang arti penting asuransi dalam
kehidupan.
2. Menjelaskan tentang apa, siapa, dan bagaimana kinerja perusahaan
asuransi.
3. Mendapatkan calon pemegang polis/ nasabah sebanyak-banyaknya.
4. Memegang kepercayaan, baik oleh perusahaan maupun masyarakat.
5. Menjaga nama baik perusahaan asuransi tempat seorang agen bekerja
Disamping itu, tugas dan tantangan seorang agen adalah mempertahankan
nasabah, agar tetap menjadi nasabah perusahaan, dengan cara seorang agen
harus tetap menjalin komunikasi yang baik, serta membantu nasabah yang
mempuyai masalah keuangan dengan asuransi. Sedangkan tugas seorang agen
dalam perusahaan, menurut Muhammad Isman, selaku Wakil Kepala Divisi
Syariah PT. BRI Life Cabang Syariah, adalah sebagai berikut:
a. Seorang agen wajib membuat daftar pospek. Maksudnya adalah berapa
orang yang bisa didatangi oleh seorang agen dalam satu bulan. Maka,
dapat dilihat sejauh mana produktifitas agen apabila dalam satu bulan
terdapat 50 prospek, tetapi seorang agen menyanggupi 20 orang yang akan
atau berhasil diprospek, sebaliknya apabila agen cuma bisa mencukupi 20
orang yang menjadi daftar prospek dalam 1 bulan dan hanya beberapa
calon nasabah saja yang berhasil didatangi, berarti agen tersebut tidak
produktif.
b. Seorang agen harus membuat laporan kegiatan dengan nasabah. Misalnya
ada nasabah yang komplen terhadap produk yang ditawarkan, maka agen
tersebut yang wajib menyampaikan serta membuat laporan dan
melaporkan ke perusahaan apa yang menjadi keluhan dari nasabah atas
produk yang ditawarkan. Dengan demikian tugas dan tanggung jawab
masyarakat industri asuransi adalah mendidik masyarakat untuk mengerti
seluk-beluk asuransi dan menjembatani hubungan antara nasabah dengan
perusahaan. Tentu saja peran tersebut terutama ditanggung oleh para agen
yang berhadapan langsung dengan nasabah dan membawa misi serta citra
asuransi. Sehingga tugas dan fungsi agen menjadi semakin penting, bukan
hanya dalam tugasnya sebagai tulang punggung pemasaran perusahaan,

Asuransi Syariah | 7
tapi juga sebagai "pendidik" bagi masyarakat dalam berasuransi. Oleh
karena itu, para agen harus cerdas dalam memberikan pengetahuan kepada
masyarakat. Karena dengan begitu masyarakat akan datang sendiri kepada
mereka tanpa seorang agen harus sibuk mencari calon nasabah untuk
pencapaian target. (Hayati, 2011)
Agen yang berkualitas adalah salah satu yang diperlukan untuk
mendongkrak market share asuransi syariah dan menaikkan indeks literasi
asuransi syariah. Asosiasi Asuransi Syariah Indonesia (AASI) belum lama ini
mencatat indeks literasi asuransi syariah di Indonesia berada di kisaran
2,51%. Artinya, di antara 1.000 orang Indonesia, hanya 25 orang saja yang
paham dan mengerti tentang asuransi syariah.
Berdasarkan data pemetaan tenaga profesional asuransi syariah, saat ini
terdapat sekitar 235.240 tenaga yang berprofesi di bidang asuransi syariah.
Jika dirincikan, agen asuransi jiwa syariah sebanyak 234.218 orang, agen
asuransi umum syariah 528 orang, ahli asuransi 37 orang, ajun asuransi
syariah 408 orang, asesor kompetensi asuransi syariah 13 orang, dan peserta
asesmen asuransi syariah 36 orang.
Presiden Direktur Prudential Life Assurance (Prudential Indonesia) Jens
Reisch berpendapat kondisi industri keuangan syariah di Indonesia saat ini
masih belum didukung oleh jumlah ahli keuangan yang memadai.
Aktuaris di bidang asuransi syariah dan ahli asuransi syariah adalah yang
paling dibutuhkan untuk mendirikan perusahaan full-pledge syariah. Hal
tersebut berlaku serupa jika ingin mengembangkan industri keuangan syariah
secara keseluruhan. Jens pun mengklaim, agen asuransi syariah yang
menemui Bambang di atas tentu bukan agen Prudential Syariah. Saat ini,
lanjutnya, Prudential Syariah memiliki kurang lebih 100.000 agen asuransi
syariah berlisensi di 160 kota di seluruh Indonesia.
“Di Prudential Syariah, kami sangat passionate, bukan hanya untuk bisnis
tapi juga edukasi untuk masyarakat,” ungkap Jens. Persiapan SDM diakui
Jens merupakan salah satu yang diutamakan menuju rencana pemisahan
Prudential Syariah menjadi full-pledge company. Meskipun termasuk salah
satu UUS asuransi jiwa dengan aset terbesar di Indonesia, Jens masih

Asuransi Syariah | 8
menunda rencana spin-off hingga 2024. Selain SDM sejumlah faktor
penunjang bisnis juga menjad perhatian Prudential Indonesia untuk
melakukan spin-off, antara lain blueprint serta sistem bisnis dan mitra lokal.
Sementara itu, pada tahun lalu pangsa pasar asuransi syariah terhadap
industri perasuransian nasional sebesar 5,04% untuk kontribusi premi dan
5,79% untuk aset. Sejumlah pihak menilai porsi tersebut masih relatif rendah
dan belum signifikan dalam menopang perekonomian nasional secara
makro.Maka, tak diragukan lagi, untuk dapat melesat mengimbangi
pertumbuhan industri asuransi konvensional, industri asuransi syariah harus
membenahi SDM, baik dari segi kualitas maupun kuantitas. (m.bisnis.com)

2.3 Sertifikasi Profesi SDM Asuransi Syariah


Guna meningkatkan kompetensi syariah, Lembaga Sertifikasi Profesi
(LSP Asuransi Syariah) yang mendapat lisensi dari Badan Nasional
Sertifikasi Profesi (BNSP) telah mendapat dukungan dari berbagai pihak,
seperti IKNB-OJK untuk melakukan sertifikasi terhadap tenaga pemasar
asuransi. Dalam pelaksanaannya, LSP Asuransi Syariah mengacu pada
Standar Kompetensi Nasional Indonesia (SKKNI) dan pedoman yang
dikeluarkan BNSP.
Ruang lingkup yang dikembangkan LSP Asuransi Syariah saat ini baru
mencakup "underwriting" yang terbagi menjadi enam skema, antara lain
pengadministrasian dokumen permintaan asuransi, pemeriksaan dokumen
data penutupan, penilaian risiko dan penetapan T-C, hingga pengeveluasian
kerja sama dnegan pihak ketiga.Untuk ke depannya, LSP Asuransi Syariah
akan mengembangkan lingkup kompetensi lain, seperti aktuaria, klaim dan
reasuransi. (askrida.com)
Lembaga sertifikasi profesi adalah lembaga pendukung BNSP yang
bertanggung jawab melaksanakan sertifikasi kompetensi profesi. LSP yang
dibentuk wajib berbadan hukum dan dibentuk oleh perusahaan yang
diregistrasi oleh BNSP. LSP mempunyai tugas mengembangkan standar
kompetensi, melaksanakan uji kompetensi, menerbitkan sertifikat kompetensi
serta melakukan verifikasi tempat uji kompetensi.Dalam melaksanakan tugas

Asuransi Syariah | 9
dan fungsi LSP mengacu pada pedoman yang dikeluarkan oleh BNSP. Dalam
pedoman tersebut ditetapkan persyaratan yang harus dipatuhi untuk menjamin
agar lembaga sertifikasi menjalankan sistem sertifikasi pihak pertama secara
konsisten dan profesional, sehingga dapat diterima di tingkat nasional yang
relevan demi kepentingan pengembangan sumber daya manusia dalam aspek
peningkatan kualitas dan perlindungan tenaga kerja. Lembaga Sertifikasi
Profesi Asuransi Syariah, yang disingkat menjadi LSP Asuransi Syariah.
merupakan Lembaga Sertifikasi Profesi bidang asuransi syariah dibawah
naungan Asosiasi Asuransi Syariah Indonesia atau yang disingkat (AASI).
Tujuan LSP ini adalah menyelenggarakan sertifikasi kompetensi di
bidang keselamatan dan kesehatan kerja, lingkungan hidup dan kompetensi di
bidang asuransi syariah sesuai ketentuan dan persyaratan professional
bertaraf nasional dan internasional. Untuk mencapai tujuan tersebut, LSP
Asuransi Syariah menjalankan usaha dan kegiatan sebagai berikut :
 Melakukan standarisasi kompetensi di bidang asuransi syariah
 Menyelenggarakan sertifikasi kompetensi personil yang terkait dengan
pengakuan keahlian dan profesionalisme di bidang asuransi syariah.
 Menjalin kemitraan dengan lembaga sejenis di dalam dan luar negeri.
LSP Asuransi Syariah dipercaya oleh masyarakat sebagai pusat
sertifikasi yang bermutu dengan dikelola secara professional serta didukung
fasilitas yang, siap memberikan pelayanan yang prima dalam tatanan
organisasi dan sistem manajemen yang siap menghadapi persaingan global.
LSP Asuransi Syariah, mengacu pada Standar Kompetensi Khusus
Lembaga Sertifikasi Profesi untuk asuransi yang dikembangkan dan
dipergunakan oleh lembaga sertifikasi profesi untuk dikembangkan sebagai
bahan ajar dan materi uji kompetensi untuk peserta sertifikasi profesi terkait.
Namun demikian, LSP Asuransi Syariah dapat menggunakan semua standar
kompetensi sebagaimana ditetapkan dalam PP No. 35 tahun 2006 tentang
Sistem Pelatihan Kerja Nasional, yaitu SKKNI, Standar Khusus dan/atau
Standar Internasional.
Tujaun dari adanya LSP Asuransi Syariah yaitu:

Asuransi Syariah | 10
1. Sebagai model center of excellent dalam penyelenggaraan sertifikasi
kompetensi kerja profesi.
2. Mengembangkan jejaring kerja sama dengan mitra kerja terkait dalam
proses dan prosedur uji kompetensi dan pelaksanaan sertifikasi
kompetensi kerja bagi profesi bidang pariwisata yang profesional.
3. Mensinergikan hubungan koordinasi dengan Badan Nasional Sertifikasi
Profesi dan instansi pembina teknis terkait.
Roadmap IKNB Syariah menyoroti terkait strategi peningkatan kapasitas
dan kompetensi Dewan Pengawas Syariah (DPS) dan program calon DPS di
lingkup IKNB Syariah. Sertifikasi adalah proses pemberian dokumen atau
sertifikat kompetensi atas pencapaian kompetensi akhir setelah melalui suatu
ujian. Sertifikasi dilakukan oleh lembaga sertifikasi profesi yang memliliki
kurikulum/ silabus khusus dan diakui oleh pihak yang berwenang. OJK
mendukung pelaksanaan sertifikasi dengan memfasilitasi terbentuknya
lembaga sertifikasi secara bertahap sesuai dengan kesiapan dari industri.
Tahap awal akan dimulai dengan pembentukan lembaga sertifikasi di
bidang asuransi syariah. Tujuan dari pelaksanaan sertifikasi profesi bagi SDM
di bidang IKNB Syariah yang salah satunya dengan membentuk lembaga
sertifikasi profesi adalah untuk mendorong ketersediaan SDM yang handal di
bidang IKNB Syariah dan diakui secara nasional. Strategi ini dijabarkan
menjadi 3 rencana aksi, yaitu: menyusun standar kompetensi untuk DPS,
mendorong sertifikasi bagi manajemen di IKNB Syariah, dan mendorong
DPS mengikuti program peningkatan pengetahuan berkelanjutan.
Pelaksanaan kegiatan ini membutuhkan kerjasama yang baik antara OJK,
IKNB Syariah, industri termasuk asosiasi di lingkungan IKNB Syariah, DSN
MUI dan lembaga pendidikan dan pelatihan di bidang keuangan syariah agar
tidak ada pihak yang merasa kesulitan untuk mendapatkan calon DPS yang
memahami bukan hanya memahami prinsip-prinsip syariah tapi juga
memahami proses bisnis IKNB Syariah. (MUI, 2017)

Asuransi Syariah | 11
2.4. Indonesia Tetap jadi Pemain Besar Asuransi Syariah
Pertumbuhan industri asuransi syariah akan meningkat di tahun 2019,
salah satunya ditopang oleh kedatangan pemain baru dari lini bisnis industri
ini. Kedatangan pemain baru ini akan menunjang pertumbuhan premi bruto di
angka dua digit. Saat ini total pemain asuransi syariah sebanyak 63
perusahaan, yang terdiri dari 30 asuransi jiwa syariah, 30 asuransi umum
syariah dan tiga reasuransi syariah. Artinya, tahun depan diperkirakan total
pemain asuransi sebanyak 68 perusahaan.
Berdasarkan data asosiasi, peroleh premi tahun ini diperkirakan mencapai
Rp 14,1 triliun, sementara tahun depan pertumbuhan premi meningkat
10,63% menjadi Rp 15,6 triliun. Terlebih, masih banyak produk asuransi
syariah yang masih bisa digarap seperti wisata halal, kuliner halal, kosmetik
halal, hotel syariah dan spa syariah. Disamping itu, bertambahnya jumlah
pemain baru akan meningkatkan pangsa pasar asuransi syariah di Indonesia.
Dari pangsa pasar asuransi syariah sekitar 5%-6% di tahun ini, bisa
meningkat lebih dari 6% di tahun 2019.Sepanjang tahun 2018, terdapat
tambahan tujuh pemain asuransi syariah, diantaranya adalah PT Asuransi
Jiwa Generali Indonesia dan PT Capital Life Syariah.
Chief of Marketing and Customer Generali Indonesia Vivin Arbianti
Gautama mengatakan perusahaan tertarik menjalankan bisnis asuransi syariah
karena melihat potensi penduduk muslim yang mencapai 85% dari total
penduduk sebesar 265 juta jiwa. Generali menyediakan berbagai program
yang sesuai dengan kebutuhan komunitas muslim, serta menawarkan produk
asuransi perlindungan dan kesehatan. Pihaknya sudah melakukan roadshow
untuk memperkenalkan asuransi wakaf, serta menggelar talkshow mengenai
asuransi syariah. Ke depan, Generali Indonesia akan membidik pasar asuransi
perjalanan haji, umrah dan pesantren. Sementara sampai saat ini, total
pemegang polis perusahaan lebih dari 3.000 polis. (kontan.co.id)

Asuransi Syariah | 12
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dalam dunia keuangan syariah, produk asuransi syariah yang telah
beroperasi di Indonesia sejak tahun 1994. Menggunakan akad tabarru' dan
mudharabah. Tabarru' artinya premi asuransi dimaksudkan sebagai
pemberian dana kebajikan (menggunakan akad hibah) yang memiliki tujuan
tolong-menolong antar sesama peserta asuransi syariah. Sehingga jika salah
satu peserta mengalami musibah seperti kematian, maka ahli waris
mendapat bantuan yang berasal dari kumpulan dana para peserta asuransi
syariah. Untuk akad mudharabah, peserta asuransi berfungsi sebagai pemilik
modal (shahibul maal) dan perusahaan asuransi syariah berfungsi sebagai
pengelola dana (mudharib). Dana yang terkumpul kemudian dikelola sesuai
syariah oleh perusahaan yang bertujuan mendapatkan keuntungan. Hasil
dari pengembangan dana tersebut diberikan sebagian kepada para peserta
dan sebagian lainnya diberikan kepada perusahaan sebagai sumber
keuntungan untuk dipakai operasional dan lainnya.
Salah satu tantangan industri asuransi syariah untuk dapat berkembang
adalah kualitas sumber daya manusianya. Bagaimana pun, kualitas seorang
agen berpengaruh banyak terhadap keputusan calon nasabah yang hendak
membeli polis asuransi syariah.
Guna meningkatkan kompetensi syariah, Lembaga Sertifikasi Profesi
(LSP Asuransi Syariah) yang mendapat lisensi dari Badan Nasional
Sertifikasi Profesi (BNSP) telah mendapat dukungan dari berbagai pihak,
seperti IKNB-OJK untuk melakukan sertifikasi terhadap tenaga pemasar
asuransi. Dalam pelaksanaannya, LSP Asuransi Syariah mengacu pada
Standar Kompetensi Nasional Indonesia (SKKNI) dan pedoman yang
dikeluarkan BNSP. Pertumbuhan industri asuransi syariah akan meningkat
di tahun depan, salah satunya ditopang oleh kedatangan pemain baru dari
lini bisnis industri ini. Kedatangan pemain baru ini akan menunjang
pertumbuhan premi bruto di angka dua digit.

Asuransi Syariah | 13
DAFTAR PUSTAKA

Hayati, Elida. 2011. Strategi Pengembangan Diri Agen Asuransi Syariah dalam
Mencapai Produktifitas (skripsi). Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah, Jakarta.
Majelis Ulama Indonesia (MUI). 2017. Mimbar Ulama Islam Wasathiyah Ruh
Gerak MUI edisi 372. Komisi Infokom MUI.
https://www.kompasiana.com/faridrifai/5c2eceee43322f73d93cd56a/strategi-
perusahaan-asuransi-syariah-meraih-pasar?page=2
Diakses pada Minggu, 8 Desember 2019 pukul 07.07
https://m.bisnis.com/sumatra/read/20180521/444/797308/pemasaran-produk-
mencari-solusi-sdm-asuransi-syariah
Diakses pada Minggu, 8 Desember 2019 pukul 05.54
https://m.bisnis.com/sumatra/read/20180521/444/797308/pemasaran-produk-
mencari-solusi-sdm-asuransi-syariah
Diakses pada Minggu, 8 Desember 2019 pukul 05.54
http://www.askrida.com/kompetensi-sdm-asuransi-syariah-perlu-
ditingkatkan.html
Diakses pada Minggu, 8 Desember 2019 pukul 07.23
http://popular-insurance.blogspot.com/2016/06/lsp-asuransi-syariah.html?m=1
Diakses pada Minggu, 8 Desember 2019 pukul 07.26)
https://www.google.com/amp/amp.kontan.co.id/news/kedatangan-pemain-baru-
premi-asuransi-syariah-diramal-tumbuh-11-pada-2019
Diakses pada Minggu, 8 Desember 2019 pukul 08.10

Asuransi Syariah | 14

Anda mungkin juga menyukai