Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

PROBLEMATIKA, TANTANGAN, DAN PROSPEK


ASURANSI SYARIAH
Mata Kuliah : Manajemen Asuransi Syariah
Dosen Pembimbing : Aniesatun Nurul Alifah S.E.,Sy.,M.E.

Disusun Oleh :
Yuni Setyowati (1921175)
Dahlan Rizkiono (1921189)
Ali Misbakhuz Zain (1923024)
Arini Rizqiani (1923020)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM


INSTITUT AGAMA ISLAM NAHDLATUL LAMA
KEBUMEN
2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatjan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul
“Problematika, Tantangan, dan Prospek Asuransi Syariah” ini. Makalah ini dibuat guna
memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Asuransi Syariah. Shalawat serta salam tidak lupa kami
sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW, nabi yang membawa agama rahmatan lil ‘alamin.
Kepada Ibu Aniesatun Nurul Alifah selaku dosen pembimbing, kami ucapkan terima
kasih atas ilmu-ilmu yang telah diberikan kepada kami. Kami menyadari bahwa dalam
penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan dikarenakan keterbatasn pengetahuan yang
kami miliki. Untuk itu kami memohon maaf yang setulus-tulusnya. Kami juga mengharapkan
kritik dan saran yang membangun untuk kami pertimbangkan dalam penyusunan makalah yang
selanjutnya.

Kebumen, 23 Desember 2021

2
DAFTAR ISI

Halaman Judul
Kata Pengantar
Daftar Isi
Bab I Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Masalah
Bab II Pembahasan
A. Problematika Asuransi Syariah
B. Tantangan Asuransi Syariah
C. Prospek Asuransi Syariah
Bab III Penutup
A. Kesimpulan
Daftar Pustaka

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Asuransi syariah hadir sebagai proteksi bagi seseorang yang mengalami suatu
risiko atau yang menaggung suatu risiko dengan berbasis prinsip dan nilai-nilai syariah.
Dengan melihat perkembangan dan pertumbuhan asuransi syariah yang cukup signifikan
terlebih lagi Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah penduduk muslim yang
besar, maka asuransi syariah di Indonesia seharusnya memiliki prospek untuk
pengembangan tersebut.
Pertumbuhan asuransi yang begitu pesat tersebut bukan berarti tidak ada
tantangan-tantangan yang merupakan kendala bagi pertumbuhan asuransi syariah di
Indonesia, di antaranya adalah  minimnya regulasi asuransi syariah. Selama ini belum ada
undang-undang yang secara khusus mengatur asuransi syariah sehingga dikhawatirkan
akan menimbulkan kesemrawutan.
Karena itulah makalah ini akan membahas prospek ke depan bagi asuransi syariah
serta tantangan-tantangan yang menjadi kendala bagi perkembangan asuransi syariah di
Indonesia.

B. Rumusan Masalah
1. Apa problematika yang dihadapi asuransi syariah?
2. Apa tantangan yang dihadapi asuransi syariah?
3. Bagaimana prospek asuransi syariah?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui problematika asuransi syariah.
2. Untuk mengetahui tantangan asuransi syariah.
3. Untuk mengetahui prospek asuransi syariah.

4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Problematika Asuransi Syariah
Asuransi syariah sudah mulai dikenal sejak berdirinya Syarikat Takaful Indonesia
pada tahun 1994. 1Kesadaran masyarakat untuk ikut berasuransi menjadi kendala bagi
perkembangan asuransi syariah di Indonesia. Tak dapat dipungkiri bahwa masyarakat
umum sampai saat ini masih sulit menerima keberadaan lembaga asuransi dengan melihat
kenyataan bahwa selain faktor ekonomi, faktor transparansi dan banyaknya
penyimpangan bisnis juga ikut berperan dalam memberikan citra buruk bagi institusi
keuangan ini. Kendala-kendala lain dalam pengembangan asuransi syariah di antaranya :
1. Kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya keberadaan asuransi syariah
2. Masih terbatasnya produk-produk yang ditawarkan oleh asuransi syariah
3. Kurangnya sosialisasi dan edukasi masyarakat mengenai asuransi syariah.
Sistem asuransi syariah memiliki kelemahan yang masih dalam tahap peningkatan
2
yaitu :
1. SDM pendukung belum banyak memahami bisnis syariah
2. Dalam hal pemasaran, alternatif distributif relatif masih terbatas dibandingkan pola
konvensional
3. Kompleksitas dalam sistem administrasi syariah
4. Permodalan yang terbatas akan mempengaruhi
5. Sistem/teknologi pendukung manajemen
6. Strategi bisnis
7. Ketersediaan infrastruktur.
B. Tantangan Asuransi Syariah
Di Indonesia asuransi syariah berkembang dengan cepatnya sedangkan
perundang-undangan khusus asuransi syariah belum ada hingga sekarang. Keadaan ini
merupakan tantangan bagi berkembangnya asuransi syariah karena dikhawatirkan akan
menimbulkan kesemrawutan. Secara stuktural, landasan operasional asuransi syariah di

1
Arif Efendi. Asuransi Syariah di Indonesia. 2016. Vol. 3 No. 2
2
Nurul Ichsan. Analisis SWOT, Prospek dan Strategi Pengembangan Asuransi Syariah di Indonesia. 2011

5
Indonesia masih menginduk pada peraturan yang mengatur usaha perasuransian secara
umum (konvensional).
Peraturan asuransi syariah yang masih menginduk kepada peraturan asuransi
konvensional ini menyebabkan asuransi syariah terbentur ketentuan perpajakan yaitu
tentang premi, sesuai dengan Undang-undang Nomor 17 Tahun 2000 Tentang
Perpajakan, penerimaan premi harus dicatat sebagai pendapatan perusahaan dengan
demikian premi merupakan objek pajak. Perlakuan ini tidak sejalan dengan fatwa Dewan
Syariah Nasional yang menempatkan premi pada asuransi syariah bukan milik atau
pendapatan perusahaan, melainkan tetap milik nasabah. Perusahaan hanya pemegang
amanah untuk mengelola premi itu sehingga tidak bisa dijadikan objek pajak. Begitu juga
dengan pembayaran bagi hasil kepada nasabah oleh Undang-undang Nomor 17 Tahun
2000 disetarakan dengan dividen perusahaan kepada pemegang polis, sehingga terkena
ketentuan pajak sebesar 15 %. Padahal bila Dewan Syariah Nasional menetapkan premi
asuransi syariah bukan objek pajak maka bagi hasilpun bukan objek pajak, karena bagi
hasil akan menjadi biaya underwriting perusahaan yang bukan merupakan dividen.
Tantangan terbesar yang dihadapi oleh industri asuransi syariah bersumber pada
dua hal utama yaitu permodalan dan sumber daya manusia. Tantangan-tantangan lain
seperti masalah ketidaktahuan masyarakat terhadap produk asuransi syariah, image dan
lain sebagainya merupakan akibat dari dua masalah utama tersebut3.
1. Minimnya Modal
Beberapa hal yang menjadi penyebab relative rendahnya penetrasi pasar
asuransi syariah dalam sepuluh tahun terakhir adalah rendahnya dana yang memback
up perusahaan asuransi syariah, promosi dan edukasi pasar yang relative belum
dilakukan secara efektif (terkait dengan lemahnya dana), belum timbulnya industri
penunjang asuransi syariah seperti broker-broker asuransi syariah, agen, adjuster, dan
lain sebagainya, produk dan layanan belum diunggulkan diatas produk konvensional,
posisi pasar yang masih ragu antara penerapan konsep syariah yang menyeluruh
dengan kenyataan bisnis di lapangan yang terkadang sangat jauh dari prinsip syariah,
dukungan kapasitas reasuransi yang masih terbatas (terkait jua dengan dana) dan

3
Ibid.

6
belum adanya inovasi produk dan layanan yang benar-benar digali dari konsep dasar
syariah.4
2. Kurangnya SDM yang Profesional
Terus bertambahnya perusahaan asuransi syariah merupakan kabar baik bagi
perkembangan industri tersebut. Namun, sayangnya hal itu tidak diimbangi dengan
ketersediaan Sumber Daya Manusia (SDM) asuransi syariah yang berkualitas.
Seringkali, pembukaan cabang atau divisi asuransi syariah baru hanya didukung
jumlah SDM terbatas. Berdasarkan data Islamic Insurance Society (IIS) per Maret
lalu, sekitar 80 persen dari seluruh cabang atau divisi asuransi syariah belum
memiliki ajun ahli syariah. IIS mengestimasi asuransi syariah Indonesia per Maret
lalu memiliki sekitar 200 cabang dan hanya didukung 30 ajun ahli syariah. Jumlah
yang cukup sedikit bila dibandingkan kondisi SDM di asuransi konvensional. Per
Maret lalu, sebagian besar cabang asuransi konvensional telah memiliki sedikitnya
seorang ajun ahli asuransi syariah. Jumlah tersebut sesuai dengan ketentuan
departemen keuangan (Depkeu). Padahal, keahlian ajun ahli syariah sangat
dibutuhkan dalam mendorong perkembangan inovasi produk asuransi syariah. Hal
tersebut berdampak pada kurang berkembangnya produk inovatif di industri asuransi
syariah. Saat ini, sebagian besar cabang atau divisi asuransi syariah lebih memilih
untuk meniru produk asuransi konvensional lalu dikonversi menjadi syariah
(mirroring).
Faktor lain yang masih merupakan ancaman atau tantangan bagi
perkembangan asuransi syariah di Indonesia adalah 5:
1. Globalisasi, masuknya asuransi luar negeri yang memiliki : kapital besar dan
teknologi yang lebih tinggi sehingga membuat premi suransi lebih murah.
2. Asuransi konvensional dan lembaga keuangan lainnya yang lebih efisien. product
innovation juga menambah nilai manfaat, serta dapat menjangkau segala lapisan
masyarakat, sehingga harus terus dikembangkan.
3. Langkanya ketersediaan SDM yang ”qualified” dan memiliki semangat syariah. Serta
belum timbulnya industri penunjang asuransi syariah yang unggul dan profesional
seperti di lembaga konvensional, seperti broker-broker asuransi syariah, agen, dan
4
Arie Dwi Budiawati. https://www.dream.co.id/dinar/modal-jadi-penyebab-asuransi-syariah-kurang-berkembang/
5
Lola Olavia. https://www.beritasatu.com/ekonomi/379181/enam-tantangan-terberat-asuransi-syariah

7
adjuster. Sehingga, masalah SDM ini harus terus menerus mendapat perhatian
prioritas.
4. Citra lembaga keuangan syariah masih belum mapan di mata masyarakat, padahal
ekspektasi masyarakat terhadap LKS sangat tinggi. product awareness yang terlihat
dari masih rendahnya pemahaman masyarakat tentang produk asuransi syariah,
diperlukan gerakan sosialisasi dan edukasi publik.
5. Sarana investasi syariah yang ada sekarang belum mendukung secara optimal untuk
perkembangan asuransi syariah.
6. Belum ada UU dan PP yang secara khusus mengatur asuransi syariah. regulasi
pemerintah masih belum maksimal membangun industri asuransi syariah yang kuat.
7. Alokasi pengeluaran masyarakat untuk asuransi masih sangat terbatas, hal ini
nampaknya berkaitan dengan masalah sosialisasi asuransi dan pengalaman
berasuransi.
C. Prospek Asuransi Syariah
Dibandingkan dengan asuransi konvensional yang sudah beroperasi sejak tahun
1912 dengan berdirinya asuransi Bumiputera maka usia asuransi syariah masih tergolong
relative muda. Konsep dasar asuransi syariah terutama yang menggunakan sistem
waklaah merupakan konsep asuransi yang akan terbebas dari ketidakpastian usaha di
sektor asuransi, prinsip dasar asuransi syariah yang mendorong orang atau badan untuk
saling tolong menolong sesama dengan bantuan operator asuransi syariah sangat berbeda
dengan prinsip dasar asuransi konvensional yang memposisikan nasabah sebagai
tertanggung dan perusahaan asuransi sebagai penanggung dan asuransi syariah
memberikan kepastian kehalalan bagi para pesertanya.6
Sedikitnya masyarakat Indonesia yang ikut berasuransi menjadi peluang bagi
asuransi syariah untuk meningkatkan pangsa pasar, sejalan dengan meningkatnya
kebutuhan masyarakat akan jasa asuransi misalnya untuk kebutuhan meningkatkan
pendidikan anak, meningkatnya biaya kesehatan dan lain-lainnya. Di samping itu
besarnya penduduk Indonesia yang beragama Islam menjadikan asuransi syariah
berpeluang besar untuk lebih berkembang lagi.

6
Alif Reza, http://prudentialiindonesia.wordpress.com/seberapa-banyak-orang-memerlukan-asuransi-jiwa/

8
Prospek asuransi syariah di Indonesia akan cerah dan semakin prospektif jika
umat Islam dapat membaca dan memberdayakan peluang dan kekuatan yang dimiliki.
Setidaknya ada dua faktor penting yang bisa menjadi momentum berharga bagi
berkembangnya asuransi syariah di Indonesia7, yaitu :
1. Ruang penetrasi produk asuransi di Indonesia masih sangat luas mengingat persentase
pemegang polis individual di Indonesia baru mencapai kisaran tiga persen (6,6 juta)
dari total penduduk sebesar 220 juta jiwa
2. Mayoritas penduduk Indonesia merupakan umat Islam, dan kehadiran produk yang
sejalan dengan konsep serta nilai-nilai beragama berpeluang besar untuk bisa diterima
oleh masyarakat luas.
Keunggulan konsep asuransi syariah yang dapat memenuhi rasa keadilan juga
menjadi peluang bagi berkembangnya asuransi syariah, misalnya konsep bagi hasil dalam
asuransi syariah dimana jumlah yang dibagi tergantung hasil yang didapat sehingga tidak
ada yang dirugikan. Konsep bagi hasil ini pula yang membuat perusahaan asuransi
syariah dapat bertahan terhadap krisis ekonomi tahun 1997, sehingga banyak perusahaan
asuransi konvensional mulai melirik produk asuransi syariah.

7
Eddy KA. Berutu, “Prospek Cerah”, dalam Media Asuransi, 2007, hlm. 25

9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Asuransi syariah sudah mulai dikenal sejak berdirinya Syarikat Takaful Indonesia
pada tahun 1994. Kesadaran masyarakat untuk ikut berasuransi menjadi kendala bagi
perkembangan asuransi syariah di Indonesia. Tak dapat dipungkiri bahwa masyarakat
umum sampai saat ini masih sulit menerima keberadaan lembaga asuransi dengan melihat
kenyataan bahwa selain faktor ekonomi, faktor transparansi dan banyaknya
penyimpangan bisnis juga ikut berperan dalam memberikan citra buruk bagi institusi
keuangan ini.
Tantangan terbesar yang dihadapi asuransi syariah yatu bersumber dari
permodalan dan sumber daya manusia. Faktor lain yang menjadi tantangan bagi asuransi
syariah, yaitu :
1. Globalisasi
2. Asuransi konvensional dan lembaga keuangan lain yang lebih efisien
3. Citra lembaga keuangan syariah masih belum mapan di mata masyarakat
4. Sarana investasi yang belum mendukung
5. Belum ada UU dan PP yang secara khusus mengatur asuransi syariah
6. Alokasi pengeluaran masyarakat untuk asuransi masih sangat terbatas
Dibandingkan dengan asuransi konvensional yang sudah beroperasi sejak tahun
1912 dengan berdirinya asuransi Bumiputera maka usia asuransi syariah masih tergolong
relative muda. Prospek asuransi syariah di Indonesia akan cerah dan semakin prospektif
jika umat Islam dapat membaca dan memberdayakan peluang dan kekuatan yang
dimiliki. Setidaknya ada dua faktor penting yang bisa menjadi momentum berharga bagi
berkembangnya asuransi syariah di Indonesia, yaitu :
1. Ruang penetrasi produk asuransi di Indonesia masih sangat luas mengingat
persentase pemegang polis individual di Indonesia baru mencapai kisaran tiga
persen (6,6 juta) dari total penduduk sebesar 220 juta jiwa

10
2. Mayoritas penduduk Indonesia merupakan umat Islam, dan kehadiran produk
yang sejalan dengan konsep serta nilai-nilai beragama berpeluang besar untuk
bisa diterima oleh masyarakat luas.
B. Saran
Untuk meningkatkan perkembangan industri asuransi syariah di Indonesia perlu
dukungan dari semua pihak baik dari pihak perusahaan asuransi syariah untuk lebih
gencar meningkatkan sosialisasi kepada masyarakat mengenai pentingnya asuransi
syariah dan manfaatnya bagi peserta di kemudian hari serta dukungan kebijakan dari
pemerintah untuk mengalihkan pengelolaan dana pemerintah melewati lembaga
keuangan syariah.

11
DAFTAR PUSTAKA
Efendi, Arif. Asuransi Syariah di Indonesia. 2016. Vol. 3 No. 2
Ichsan, Nurul. Analisis SWOT, Prospek dan Strategi Pengembangan Asuransi Syariah di
Indonesia. 2011
Budiawati, Arie Dwi. https://www.dream.co.id/dinar/modal-jadi-penyebab-asuransi-syariah-
kurang-berkembang/
Olavia, Lola. https://www.beritasatu.com/ekonomi/379181/enam-tantangan-terberat-asuransi-
syariah
Reza, Alif. http://prudentialiindonesia.wordpress.com/seberapa-banyak-orang-memerlukan-
asuransi-jiwa/
KA, Eddy. Berutu, “Prospek Cerah”, dalam Media Asuransi, 2007, hlm. 25

12

Anda mungkin juga menyukai