Anda di halaman 1dari 16

SISA HASIL USAHA DAN LAPORAN KEUANGAN KOPERASI

(REST OF BUSINESS RESULTS AND COOPERATIVE FINANCIAL


STATEMENTS)

1
M. Munir Achyar, 2Eka Arilia Nandasari, 3Putri Rachmawati
1
Dosen IAINU Kebumen, 2,3 Mahasiswa FEBI IAINU Kebumen
munirwahanasatria@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan konsep sisa hasil usaha dan
laporan keuangan koperasi. Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan
(Library Research). Pengumpulan data penelitian ini dengan cara mengumpulkan
informasi dan data di perpustakaan atau sumber dari internet yang berkaitan
dengan sisa hasil usaha dan laporan keuangan koperasi.

Hasil analisis menyatakan bahwa pembagian SHU kepada masing-amsing


anggota dilakukan bukan hanya sesuai dengan porsi modal yang disetor, tetapi
juga berdasarkan jasa usaha anggota yang diberikan kepada koperasi. Pembagian
sisa hasil usaha ada pembagian berupa cadangan, SHU bagian anggota, dana-dana
pengurus, dana-dana pendidikan, dan dana sosial.

Kata Kunci : Sisa Hasil Usaha, Koperasi.

ABSTRACT

This study aims to describe the concept of the remaining operating results
and financial statements of cooperatives. This research is a library research
(Library Research). This research data collection by collecting information and
data in the library or sources from the internet related to the remaining operating
results and financial statements of the cooperative.
The results of the analysis state that the distribution of SHU to each member
is carried out not only according to the portion of paid-in capital, but also based
on the business services of members provided to the cooperative. The distribution
of the remaining business results is in the form of reserves, member share SHU,
management funds, education funds, and social funds.

Keywords: Remaining Operating Results, Cooperatives

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Koperasi bertujuan meningkatkan kesejahteraan anggota pada khususnya
dan masyarakat pada umumnya, sekaligus sebagai bagian yang tidak terpisahkan
dari tatanan perekonomian nasional yang demokratis dan berkeadilan berdasarkan
pancasila dan UUD 1945. Undang-Undang Republik Indonesia No. 17 tahun 2012
tentang perkoperasian menjelaskan bahwa usaha koperasi terutama diarahkan
pada bidang usaha yang terkait langsung dengan kepentingan anggota baik untuk
menunjang usaha maupun kesejahteraannya. Maka pengelolaan koperasi harus
dilakukan secara produktif, efektif dan efisien dalam arti koperasi harus
mempunyai kemampuan mewujudkan pelayanan usaha yang dapat meningkatkan
nilai tambah dan manfaat yang sebesar-besarnya pada anggota dengan tetap
mempertimbangkan untuk memperoleh sisa hasil usaha.
Berdasarkan UU No.25 tahun 1992 Pasal 45 Ayat 1 Sisa Hasil Usaha
merupakan pendapatan Koperasi yang diperoleh dalam waktu satu tahun buku
dikurangi dengan biaya, penyusutan dan kewajiban lainnya termasuk pajak dalam
satu tahun buku yang bersangkutan. Jumlah sisa hasil usaha yang diperoleh secara
teratur serta kecenderungan meningkat merupakan faktor yang sangat penting
dalam menilai keuntungan suatu koperasi. Stabilitas usaha menunjukkan
kemampuan koperasi menggunakan modalnya secara efisien sehingga
memperoleh keuntungan yang besar.
Sisa hasil usaha (SHU) yang diperoleh koperasi dibagikan kepada anggota
secara adil sebanding dengan jasa masing-masing anggota. Karena Sisa Hasil
Usaha merupakan salah satu daya tarik bagi seseorang untuk menjadi anggota
koperasi tersebut dan akan mendorong anggota yang berpartisipasi pasif menjadi
anggota yang aktif. Hal itu di sebabkan anggota yang berpartisipasi aktif akan
mendapatkan jasa yang lebih dari pembagian sisa hasil usaha (SHU) koperasi
tersebut.1
Koperasi juga membutuhkan jasa akuntansi baik untuk mengolah data
keuangan guna menghasilkan informasi keuangan sebagai dasar pengambilan
keputusan ekonomi maupun untuk meningkatkan mutu pengawasan terhadap
praktek pengelolaan usahanya. Laporan keuangan sebagai sumber informasi harus
dapat dimengerti oleh para pemakainya, terutama bagi pihak yang berkepentingan
atas laporan keuangan koperasi adalah bank, kreditur kantor pajak, calon anggota
dan anggota serta pihak lainnya mengharapkan agar Koperasi Pegawai Republik
Indonesia (KPRI) sebagai salah satu jenis koperasi menerapkan Standar
Akuntansi Koperasi.
Oleh karena itu pemahaman mengenai laporan keuangan sangat penting,
sebab salah pengertian terhadap laporan keuangan akan menghasilkan keputusan
yang salah serta dapat membawa koperasi menuju kebangkrutan.2 Berdasarkan
latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penelitian ini akan membahas
lebih lanjut mengenai sisa hasil usaha dan laporan keuangan koperasi.

Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Sisa Hasil Usaha (SHU)?
2. Apa rumusan dan prinsip pembagian SHU?
3. Bagaimana pembagian SHU ke anggota?
4. Apa tujuan dan karakteristik laporan keuangan koperasi?

1
Saharuddin Dkk, Analisis Pembagian Hasil Usaha Dalam Meningkatkan Penghasilan Jasa
Anggota Koperasi Simpan Pinjam Berkat Cabang Palopo, Jurnal Equilibrium Vol. 05 No. 01
(Februari 2015), hlm. 22-23. ISSN 2339-1502.
2
Faiqotul Himmah, Skripsi: Analisis Penerapan Standar Akuntansi Keuangan Koperasi Pada
Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) Di Kabupaten Klaten (Surakarta: Universitas
Muhammadiyah Surakarta, 2009)
5. Bagaimana standar akuntansi keuangan koperasi?

Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (Library Research).
Penelitian kepustakaan adalah kegiatan penelitian dilakukan dengan cara
mengumpulkan informasi dan data dengan bantuan berbagai macam material yang
ada di perpustakaan atau sumber dari internet yang berkaitan dengan masalah
yang ingin dipecahkan. Kegiatan dilakukan secara sistematis untuk
mengumpulkan, mengolah, dan menyimpulkan data dengan menggunakan
metode/teknik tertentu guna mencari jawaban atas permasalahan yang dihadapi.3

KAJIAN TEORI
A. Pengertian Sisa Hasil Usaha (SHU)
Menurut Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian
Pasal 45 Ayat 1, Sisa Hasil Usaha (SHU) adalah pendapatan koperasi yang
didapat dalam satu tahun buku dikurangi biaya, penyusutan, dan kewajiban-
kewajiban lain, termasuk pajak yang harus dibayarkan dalam tahun buku
tersebut.4
Menurut Soemarso, dalam koperasi pendapatan yang diperoleh dalam
satu tahun dikurangi penyusutan dan beban-beban dari tahun buku yang
bersangkutan disebut sisa hasil usaha (SHU). Menurut Raidayani, SHU
merupakan keuntungan atau laba bagi koperasi setelah melalui proses
penguranganpengurangan biaya yang dikeluarkan dari kegiatan usaha pada
koperasi. Sisa hasil usaha setelah dikurangi untuk dana cadangan dibagikan
kepada anggota sebanding dengan jasa yang dilakukan oleh masing-masing
anggota. Pembagian sisa hasil usaha, bila diikhtisarkan adalah sebagai
berikut: 5
3
Milya Sari dan Asmendri, Penelitian Kepustakaan (Library Research) dalam Penelitian
Pendidikan IPA, Jurnal Penelitian Bidang IPA dan Pendidikan IPA, Vol.6 No.1(2020), hlm.52.
4
Farokhah Muzayinatun Niswah dan Dina Fitrisia Septiarini, Faktor Yang Mempengaruhi
Kenaikan Dan Penurunan Sisa Hasil Usaha (SHU) Koperasi Syariah, Jurnal Ekonomi Syariah
Teori dan Terapan, Vol. 4 No. 12 (Desember 2017), hlm.938.
5
Nurfitria Ningsih, dkk, Pengembangan Sistem Perhitungan Shu (Sisa Hasil Usaha) Untuk
Meningkatkan Penghasilan Anggota Pada Koperasi Manunggal Karya, Jurnal TEKNOKOMPAK,
a. Cadangan
b. SHU Bagian Anggota
c. Dana-dana Pengurus
d. Dana-dana Pendidikan
e. Dana Sosial
Sisa Hasil Usaha (SHU) merupakan faktor penting yang menentukan
kelangsungan berjalannya koperasi. Agar koperasi dapat berjalan dengan
lancar, koperasi diharuskan memberikan pelayanan yang terbaik kepada
anggota koperasi agar dapat melakukan transaksi simpan pinjam membeli
barang, pembagian sisa hasil usaha dan lain – lain.

B. Rumusan dan Prinsip Pembagian SHU6


Menurut Sitio dan Halomoan, Sisa Hasil Usaha (SHU) dari aspek
ekonomi merupakan selisih dari seluruh pemasukan atau penerimaan total
(total revenue) dengan biaya-biaya atau biaya total (total cost) dalam satu
tahun buku. Sedangkan dari aspek legalistik, SHU menurut Undang-undang
No.25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian Bab IX Pasal 45 adalah:
1. SHU koperasi adalah pendapatan koperasi yang diperoleh dalam satu
tahun buku dikurangi biaya, penyusutan, dan kewajiban lain termasuk
pajak dalam tahun buku yang bersangkutan.
2. SHU setelah dikurangi dana cadangan, dibagikan kepada anggota
sebanding jasa usaha yang dilakukan oleh masing-masing anggota
dengan koperasi, serta digunakan untuk keperluan pendidikan
perkoperasian dan keperluan koperasi, sesuai dengan keputusan Rapat
Anggota.
3. Besarnya pemupukan modal dana cadangan ditetapkan dalam Rapat
Anggota. Besarnya SHU yang diperoleh suatu koperasi dapat
mencerminkan bahwa koperasi tersebut telah dikelola dengan baik dan
professional .

Vol. 11 No. 1, 2017, hlm. 11. ISSN 1412-9663


6
Farokhah Muzayinatun Niswah dan Dina Fitrisia Septiarini.... hlm. 940-941.
Sedangkan penetapan besarnya pembagian SHU kepada para anggota
tidaklah sama, tergantung besarnya partisipasi modal dan transaksi anggota
terhadap pembentukan pendapatan koperasi. Agar tercermin asas keadilan,
demokrasi, transparansi, dan sesuai dengan prinsip-prinsip koperasi, terdapat
prinsip-prinsip pembagian SHU.
Menurut Sitio dan Halomoan, prinsip-prinsip pembagian SHU yaitu:
1. SHU yang dibagi adalah yang berasal dari anggota. Pada hakekatnya
SHU yang dibagikan kepada para anggota berasal dari anggota sendiri,
sedangkan SHU yang bukan berasal dari transaksi anggota tidak
dibagikan kepada anggota tetapi menjadi dana cadangan koperasi.
2. SHU anggota adalah jasa dari modal maupun transaksi usaha yang
dilakukan anggota sendiri. SHU yang diterima anggota koperasi pada
dasarnya merupakan tambahan penghasilan dari dana yang diinvestasikan
oleh anggota dan juga hasil transaksi yang dilakukan oleh koperasi.
Sehingga perlu ditentukannya proporsi SHU untuk jasa modal dan jasa
transaksi usaha yang akan dibagikan kepada setiap anggota. Penentuan
proporsi SHU tersebut disepakati bersama dalam rapat anggota.
3. Pembagian SHU anggota dilakukan secara transparan. Proses
penghitungan SHU tiap anggota dan jumlah SHU yang dibagikan harus
diumumkan secara transparan, sehingga terbangun rasa kebersamaan,
kepemilikan, dan demokrasi antar anggota dalam koperasi.
4. SHU anggota dibayar secara tunai. SHU yang dibagikan kepada anggota
haruslah dalam bentuk tunai, sehingga koperasi dapat membuktikan
dirinya sebagai suatu usaha yang sehat kepada anggota, masyarakat, dan
mitra bisnisnya

C. Pembagian SHU ke Anggota


Dasar hukum koperasi Indonesia adalah pasal 5 ayat 1 Undang-Undang
No.25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian yang menyatakan bahwa
pembagian SHU kepada masing-amsing anggota dilakukan bukan hanya
sesuai dengan porsi modal yang disetor, tetapi juga berdasarkan jasa usaha
anggota yang diberikan kepada koperasi. Sisa hasil usaha dapat dirumuskan
sebagai berikut:
SHU = TR – (Exp + Dep + Kew + t/z) .........(1)
Di mana:
TR = Total Revenue/ Total pendapatan
Exp = Expenses/ Pengeluaran
Dep = Depresiasi/ Penyusutan
Kew = Kewajiban
t/z = tax (pajak)/ zakat

Pembagian sisa hasil usaha, bila diikhtisarkan adalah sebagai berikut:


a. Cadangan
b. SHU Bagian Anggota
c. Dana-dana Pengurus
d. Dana-dana Pendidikan
e. Dana Sosial
Anggaran dasar koperasi menetapkan bahwa pembagian sisa hasil usaha
disajikan pada Tabel 1 berikut ini.

D. Tujuan dan Karakteristik Laporan Keuangan Koperasi


1. Tujuan Laporan Keuangan Koperasi7

7
Sovia Irawaty Sihombing, Skripsi: Analisis Laporan Keuangan Koperasi Berdasarkan PSAK
No.27 ( Studi Kasus Pada Pusat Koperasi Unit Desa (PUSKUD) Sumatera Utara) (Medan:
Universitas HKBP Nommensen Medan, 2021), hlm.23-24.
Tujuan laporan keuangan koperasi adalah menyediakan informasi
yang berguna bagi pemakai utama dan lainnya. Beberapa hal yang dapat
diinformasikan oleh laporan keuangan adalah sebagai berikut :
a. Manfaat yang diperoleh setelah menjadi anggota koperasi
b. Prestasi keuangan koperasi selama satu periode
c. Transaksi kejadian dan keadaan yang mengubah sumberdaya
ekonomi, kewajiban dan kekayaan bersih dalam suatu periode.
Transaksi yang berkaitan dengan anggota dipisahkan dengan yang
bukan anggota.
d. Informasi penting lainnya yang mungkin mempengaruhi likuiditas
dan solvabilitas koperasi.
2. Karakteristik Laporan Keuangan Koperasi Menurut PSAK No.278
a. Laporan keuangan koperasi merupakan bagian dari
pertanggungjawaban pengurus kepada anggotanya di dalam rapat
anggota tahunan (RAT).
b. Laporan keuangan koperasi biasanya meliputi neraca, laporan sisa
hasil usaha dan laporan arus kas.
c. Laporan keuangan yang disampaikan pada RAT harus
ditandatangani oleh semua anggota pengurus koperasi.
d. Laporan laba rugi menyajikan hasil akhir yang disebut SHU. SHU
dapat berasal dari usaha yang diselenggarakan untuk anggota atau
nonanggota. Pembagian SHU dari koperasi yang berasal dari
anggota:
1) Dana cadangan
2) Dana anggota
3) Dana pengurus
4) Dana pegawai / karyawan
5) Dana sosial
6) Dana pembangunan daerah kerja
Pembagian SHU yang berasal dari nonanggota:

8
Ibid., hlm.25.
1) Dana cadangan koperasi
2) Dana pengurus
3) Dana pegawai / karyawan
4) Dana pendidikan koperasi
5) Dana sosial
6) Dana pembangunan daerah
Komponen–komponen tersebut selama belum dicairkan,
disajikan dalam kelompok kewajiban lancar pada neraca,
sedangkan cadangan koperasi merupakan bagian sisa hasil usaha
yang tidak dibagi dan dapat digunakan untuk memupuk modal
sendiri dan menutup kerugian koperasi.
e. Laporan keuangan koperasi bukan merupakan laporan keuangan
konsolidasi dari koperasi-koperasi.
f. Posisi keuangan koperasi tercermin pada neraca, sedangkan sisa
hasil usaha tercermin pada perhitungan hasil usaha.
g. Laporan keuangan yang ditertibkan oleh koperasi dapat menyajikan
hak dan kewajiban anggota besrta hasil usaha dari dan untuk
anggota, disamping yang berasal bukan dari anggota.
h. Modal koperasi yang dibukukan terdiri dari simpanan, pinjaman dan
penyisihan dari hasil usaha termasuk cadangan serta sumber-sumber
lain.
i. Pendapatan koperasi yang diperoleh dalam satu tahun buku
dikurangi penyusutan-penyusutan dan beban-beban dari tahun buku
yang bersangkutan disebut sisa hasil usaha.
j. Keanggotaan atau kepemilikan koperasi tidak dapat diperhitungkan
dengan dalih apapun.

E. Standar Akuntansi Keuangan Koperasi


1. Ekuitas
Ekuitas koperasi berasal dari modal anggota berbentuk simpanan
pokok, simpanan wajib, simpanan lain yang memiliki karakteristik yang
sama dengan simpanan pokok atau simpanan wajib, modal penyertaan,
modal sumbangan, cadangan dan sisa hasil usaha belum dibagi.
a. Modal Anggota
Simpanan pokok, simpanan wajib dan simpanan lain yang
memiliki karakteristik yang sama dengan simpanan pokok atau
simpanan wajib diakui sebagai ekuitas koperasi dan dicatat sebesar
nilai nominalnya. Secara formal, anggota dapat diakui sebagai
anggota koperasi jika ia telah menyetor uang sejumlah tertentu
sebagai simpanan pokok pada saat pertama menjadi anggota. Di
samping itu ia juga harus menyetor uang sejumlah tertentu secara
berkala sebagai simpanan wajib.
Simpanan pokok adalah sejumlah uang yang sama banyaknya
yang wajib dibayarkan oleh anggota kepada koperasi pada saat
menjadi anggota. Simpanan wajib adalah jumlah simpanan tertentu
yang yang tidak harus sama yang wajib dibayar oleh anggota kepada
koperasi dalam waktu dan kesempatan tertentu. Simpanan pokok dan
simpanan wajib berfungsi sebagai penutup risiko dan karena itu tidak
dapat diambil selama yang bersangkutan masih menjadi anggota. .
Simpanan pokok dan simpanan wajib yang belum diterima
disajikan sebagai piutang simpanan pokok dan simpanan wajib.
Pembayaran simpanan pokok dan simpanan wajib dapat dilakukan
dengan cara angsuran yang jumlah dan lamanya ditetapkan dalam
anggaran dasar atau ketentuan lain. Penyajian nilai simpanan pokok
dan simpanan wajib di neraca adalah dengan menyajikan nilai
nominal simpanan pokok dan simpanan wajib. Jumlah simpanan
pokok dan simpanan wajib yang belum diterima dari anggota
disajikan sebagai piutang simpanan pokok dan simpanan wajib.
Kelebihan setoran simpanan pokok dan simpanan wajib anggota
baru di atas nilai nominal simpanan pokok dan simpanan wajib
anggota pendiri diakui sebagai Modal Penyetaraan Partisipasi
Anggota. Rapat anggota dapat menetapkan jumlah setoran simpanan
pokok dan simpanan wajib bagi anggota baru yang masuk kemudian
yang jumlahnya setara dengan jumlah simpanan pokok dan simpanan
wajib anggota pendiri.
Jika terdapat kelebihan nilai setoran simpanan tersebut di atas
nilai nominal simpanan pokok dan simpanan wajib anggota pendiri,
maka kelebihan tersebut diakui sebagai modal penyetaraan partisipasi
anggota. Modal ini bukan milik anggota penyetor, karena itu tidak
dapat diambil kembali pada saat anggota keluar dari keanggotaan
koperasi. Apabila koperasi juga menetapkan simpanan lain selain
simpanan pokok dan simpanan wajib sebagai ekuitas, maka bila
terdapat penyetoran lebih dari nilai nominal simpanan oleh anggota
baru, maka kelebihan tersebut juga diakui sebagai modal penyetaraan
partisipasi anggota.
b. Modal Penyertaan
Modal penyertaan diakui sebagai ekuitas dan dicatat sebesar
jumlah nominal setoran. Dalam hal modal penyertaan yang diterima
selain uang tunai, maka modal penyertaan tersebut dinilai sebesar
harga pasar yang berlaku pada saat diterima. Modal penyertaan ikut
menutup risiko kerugian dan memiliki sifat relatif permanen, dan
imbalan atas pemodal didasarkan atas hasil usaha yang diperoleh.
Oleh karena itu modal pernyertaan tersebut diakui sebagai ekuitas.
Modal penyertaan dicatat dengan nilai nominal, dan dalam hal
modal penyertaan diterima dalam bentuk selain uang tunai, maka
modal penyertaan tersebut dicatat sebesar nilai pasar yang berlaku
pada saat diterima. Apabila nilai pasar tidak tersedia dapat digunakan
nilai taksiran. Penjelasan yang cukup harus diungkapkan dalam
catatan atas laporan keuangan atas penilaian yang dilakukan
Ketentuan mengenai perjanjian dengan pemodal yang menyangkut
pembagian keuntungan atau hasil usaha, tanggungan kerugian, jangka
waktu dan hak- hak pemodal harus dijelaskan dalam catatan atas
laporan keuangan.
c. Modal Sumbangan
Modal sumbangan yang diterima oleh koperasi yang dapat
menutup risiko kerugian diakui sebagai ekuitas, sedangkan modal
sumbangan yang substansinya merupakan pinjaman diakui sebagai
kewajiban jangka panjang dan dijelaskan dalam catatan atas laporan
keuangan. Oleh karena koperasi mengemban misi nasional untuk
menggerakkan ekonomi rakyat dan menjadi soko guru perekonomian
nasional, maka dimungkinkan koperasi memperoleh sumbangan dari
pemerintah dan pihak lain. Sumbangan tersebut dapat diakui sebagai
ekuitas jika ia dapat menanggung risiko atas kerugian. Kadangkala
sumbangan diterima oleh koperasi dengan persyaratan tertentu yang
mengikat, sehingga hakekat sumbangan tersebut adalah pinjaman.
Sumbangan ini tidak dapat diakui sebagai ekuitas, tetapi harus diakui
sebagai kewajiban lain-lain jangka panjang dan dijelaskan dalam
catatan atas laporan keuangan.
d. Cadangan
Cadangan dan tujuan penggunaannya dijelaskan dalam catatan
atas laporan keuangan. Pembentukan cadangan dapat ditujukan antara
lain untuk pengembangan usaha koperasi, menutup risiko kerugian,
dan pembagian kepada anggota yang keluar dari keanggotaan
koperasi. Cadangan yang dibentuk dari sisa hasil usaha dicatat dalam
akun Cadangan. Tujuan penggunaan cadangan tersebut harus
dijelaskan dalam catatan atas laporan keuangan.
Pembayaran tambahan kepada anggota yang keluar dari
keanggotaan koperasi di atas jumlah simpanan pokok, simpanan wajib
dan simpanan lain-lain dibebankan pada cadangan. Cadangan yang
dibentuk dari sisa hasil usaha yang diperoleh setiap tahun buku yang
dimaksudkan untuk pemupukan modal untuk pengembangan usaha
dan untuk menutup risiko kerugian merupakan bagian dari ekuitas.
Sebagai bagian dari ekuitas, cadangan berpengaruh terhadap
total nilai kekayaan bersih koperasi yang mencerminkan nilai
pemilikan anggota dalam koperasi. Oleh karena itu anggota yang
keluar dalam tahun berjalan, selain menerima pengembalian simpanan
pokok, simpanan wajib, dan simpanan lain sebesar nilai nominalnya,
koperasi dapat menetapkan pembayaran tambahan dalam jumlah yang
proporsional dengan nilai kekayaan bersih koperasi atau jumlah
tertentu yang ditetapkan rapat anggota. Pembayaran tambahan
tersebut dibebankan pada cadangan koperasi.
e. Sisa Hasil Usaha
Sisa hasil usaha yang diperoleh dalam tahun berjalan dibagi
sesuai dengan ketentuan anggaran dasar atau anggaran rumah tangga.
Keharusan pembagian sisa hasil usaha tersebut juga dinyatakan dalam
undang-undang perkoperasian. Penggunaan sisa hasil usaha yang
dibagikan tersebut diantaranya adalah untuk anggota, dana pendidikan
dan untuk koperasi sendiri. Jumlah yang merupakan hak Koperasi
diakui sebagai cadangan.
Pembagian sisa usaha tersebut harus dilakukan pada akhir
periode pembukuan. Jumlah yang dialokasikan selain untuk koperasi
diakui sebagai kewajiban. Dalam hal pembagian tidak dapat dilakukan
karena jenis dan jumlah pembagiannya belum diatur secara jelas
dalam anggaran dasar atau anggaran rumah tangga, tetapi harus
menunggu rapat anggota, maka sisa hasil usaha tersebut dicacat
sebagai sisa hasil usaha belum dibagi dan harus dijelaskan dalam
catatan atas laporan keuangan.

2. Kewajiban
Simpanan anggota yang tidak berkarakteristik sebagai ekuitas
diakui sebagai kewajiban jangka pendek atau jangka panjang sesuai
dengan tanggal jatuh temponya dan dicatat sebesar nilai nominalnya.
Simpanan anggota yang berkarakteristik sebagai ekuitas adalah sejumlah
tertentu dalam nilai uang yang diserahkan oleh anggota pada koperasi atas
kehendak sendiri sebagai simpanan dan dapat diambil sewaktu-waktu
sesuai perjanjian. Simpanan ini tidak menanggung risiko kerugian dan
sifatnya sementara karenanya diakui sebagai kewajiban.

3. Aset
Aset yang diperoleh dari sumbangan yang terikat penggunaannya
dan tidak dapat dijual untuk menutup kerugian koperasi diakui sebagai
Aset lain-lain. Sifat keterikatan penggunaan tersebut dijelaskan dalam
catatan atas laporan keuangan. Sebagai penggerak ekonomi rakyat dan
sebagai soko guru perekonomian nasional, koperasi sering mendapat
dukungan dari berbagai pihak dalam bentuk bantuan atau sumbangan
barang modal untuk menjalankan usahanya. Barang modal tersebut dapat
diakui sebagai Aset tetap milik koperasi walaupun Aset tetap tersebut
tidak dapat dijual untuk menutup risiko kerugian.
Dalam hal aset tetap tersebut tidak dapat menutup risiko kerugian
sebagaimana disyaratkan oleh penyumbangnya atau ditetapkan dalam
perjanjian(akta penerimaan) sumbangan, maka asset tetap tersebut
dikelompokkan dalam asset lain-lain. Sifat pembatasan asset tetap
disajikan dalam catatan laporan keuangan. Aset-aset yang dikelola
koperasi, tetapi bukan milik koperasi, tidak diakui sebagai asset dan harus
dijelaskan dalam catatan atas laporan keuangan.

4. Pendapatan dan Beban Transaksi Usaha Koperasi dengan Anggota


Pendapatan koperasi yang berasal dari transaksi dengan non
anggota diakui sebagai pendapatan (penjualan) dan dilaporkan terpisah
dari partisipasi anggota dalam laporan perhitungan hasil usaha sebesar
nilai transaksi. Selisih antara pendapatan dan beban pokok transaksi
dengan non anggota diakui sebagai laba atau rugi kotor dengan non
anggota.
Oleh karena laporan keuangan koperasi harus dapat mencerminkan
tujuan koperasi, maka perhitungan hasil usaha harus menonjolkan secara
jelas kegiatan usaha koperasi dengan anggotanya, karena itu pendapatan
dari anggota disajikan terpisah dari pendapatan yang berasal dari transaksi
non anggota. Penyajian ini lebih mencerminkan bahwa usaha koperasi
mementingkan transaksi atau pelayanan kepada anggotanya daripada non
anggota. Beban usaha dan bebanbeban perkoperasian harus disajikan
terpisah dalam laporan perhitungan hasil usaha.
Dalam meningkatkan kesejahteraan anggota, koperasi tidak hanya
berfungsi menjalankan usaha-usaha bisnis yang memberikan manfaat atau
keuntungan ekonomi kepada anggota, tetapi jua harus menjalankan fungsi
lain untuk meningkatkan kemampuan sumber daya anggota, baik secara
khusus maupun sumber daya koperasi secara nasional. Kegiatan ini tidak
dilakukan oleh badan usaha lain. Beban-beban yang dikeluarkan untuk
kegiatan ini disebut dengan beban perkoperasian. Termasuk dalam beban
ini antara lain adalah beban pelatihan anggota, beban pengembangan
usaha anggota, dan beban iuran untuk gerakan koperasi (Dewan Koperasi
Indonesia).

PENUTUP
Kesimpulan
SHU menurut Undang-undang No.25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian
Bab IX Pasal 45 adalah pendapatan koperasi yang diperoleh dalam satu tahun
buku dikurangi biaya, penyusutan, dan kewajiban lain termasuk pajak dalam
tahun buku yang bersangkutan. Pembagian SHU kepada masing-amsing anggota
dilakukan bukan hanya sesuai dengan porsi modal yang disetor, tetapi juga
berdasarkan jasa usaha anggota yang diberikan kepada koperasi. Pembagian sisa
hasil usaha ada pembagian berupa cadangan, SHU bagian anggota, dana-dana
pengurus, dana-dana pendidikan, dan dana sosial.

Saran
Penelitian ini menggunakan penelitian kepustakaan, sehingga masih
hanya terbatas pada studi kepustakaan dan banyak kekurangan lain. Untuk
penelitian selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian lapangan sehingga
data dan hasil penelitian di lapangan akan lebih akurat.

DAFTAR PUSTAKA
Saharuddin Dkk. ISSN 2339-1502. 2015. Analisis Pembagian Hasil Usaha Dalam
Meningkatkan Penghasilan Jasa Anggota Koperasi Simpan Pinjam Berkat
Cabang Palopo. Jurnal Equilibrium. 5(1)
Sari, Milya dan Asmendri. 2020. Penelitian Kepustakaan (Library Research)
dalam Penelitian Pendidikan IPA. Jurnal Penelitian Bidang IPA dan
Pendidikan IPA. 6 (1)
Himmah, Faiqotul. 2009. Skripsi: Analisis Penerapan Standar Akuntansi
Keuangan Koperasi Pada Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) Di
Kabupaten Klaten. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Niswah, Farokhah Muzayinatun dan Dina Fitrisia Septiarini. 2017. Faktor Yang
Mempengaruhi Kenaikan Dan Penurunan Sisa Hasil Usaha (SHU)
Koperasi Syariah. Jurnal Ekonomi Syariah Teori dan Terapan. 4(12).
Nurfitria Ningsih, dkk. ISSN 1412-9663. 2017. Pengembangan Sistem
Perhitungan Shu (Sisa Hasil Usaha) Untuk Meningkatkan Penghasilan
Anggota Pada Koperasi Manunggal Karya. Jurnal TEKNOKOMPAK.
11(1).
Sihombing, Sovia Irawaty. 2021. Skripsi: Analisis Laporan Keuangan Koperasi
Berdasarkan PSAK No.27 ( Studi Kasus Pada Pusat Koperasi Unit Desa
(PUSKUD) Sumatera Utara). Medan: Universitas HKBP Nommensen
Medan.

Anda mungkin juga menyukai