Disusun Oleh:
UNIVERSITAS JEMBER
2023
Koperasi Politeknik Balikpapan
Koperasi Politeknik Balikpapan yang dirikan pada tanggal 17 Februari 2009 sesuai Akta
Notaris No 60 dan Badan Hukum Koperasi Nomor: 321/BH/DPPK.IV/II/2012, berdasarkan
pengamatan, belum mampu menunjukkan tata kelola yang baik dan akuntabel. Hal ini terlihat
dari belum tertibnya pencatatan transaksi keuangan dan administrasi lainnya. Kurang lengkap
atau bahkan tidak adanya buku anggota, buku simpanan dan pinjaman, serta catatan transaksi
belanja masing-masing anggota di koperasi merupakan bukti nyata bahwa tata kelola
koperasi yang baik dan akuntabel belum dilaksanakan. Selain itu jumlah keanggotaan
koperasi Politeknik Balikpapan yang mengalami penurunan cukup tajam dari tahun ke tahun
juga menjadi bukti tambahan terkait tata kelola yang dilakukan. Sebagai contoh jumlah
anggota koperasi pada tahun 2016 tercatat sebanyak 75 orang, sedang data yang tercatat
sebagai anggota di tahun 2019 tinggal 27 orang, anggota tersebut juga berstatus tidak aktif.
Demikian juga terkait dengan data kelengkapan administrasi koperasi, salah satunya adalah
laporan keuangan yang merupakan bentuk tanggungjawab moral dari pengurus kepada
anggota belum dilaksanakan dengan sebagaimana mestinya. Sebagai contoh laporan
keuangan tahun buku 2019 angka-angkanya sama persis dengan laporan keuangan tahun
buku 2017 dan 2018. Hal ini jelas menunjukkan tata kelola keuangan koperasi yang tidak
baik dan tidak akuntabel. Maka dapat disimpulkan permasalahan yang dihadapi oleh
Koperasi Politeknik Balikpapan meliputi:
1. Komitmen manajemen Politeknik Negeri Balikpapan terkait keberadaan koperasi
belum optimal
2. Pengurus tidak melakukan tata kelola keuangan dengan baik dan akuntabel
3. Pengurus tidak transparan dalam pengeluaran biaya dan pembuatan laporan keuangan
4. Ketidakpercayaan anggota kepada pengurus koperasi
5. Kurangnya pemahaman tugas dan wewenang pengawas maupun pengurus
Dilihat dari data unit Koperasi yang tidak aktif pada tahun 2014, jumlah unit Koperasi
Jawa Timur yang tidak aktif adalah 3.710 unit dari 30.850 total unit Koperasi di Jawa Timur
(12% tidak aktif), kemudian jumlah unit Koperasi Jawa Tengah yang tidak aktif adalah 5.221
unit dari 27.784 unit Koperasi di Jawa Tengah (18,8% tidak aktif). Sedangkan jumlah unit
Koperasi Jawa Barat yang tidak aktif mencapai 9.930 unit dari 25.563 unit Koperasi di Jawa
Barat (38,8% tidak aktif). Melihat dari persentase unit Koperasi yang tidak aktif di Jawa
Barat menjadi yang tertinggi di antara ketiga provinsi tersebut, maka koperasi-koperasi di
Jawa Barat mengalami banyak kendala dalam operasionalnya khususnya di Kabupaten
Subang terdapat Koperasi Harapan Mandiri yang mengalami masalah. Berikut permasalahan
yang dihadapi Koperasi Harapan Mandiri di wilayah Kabupaten Subang, Jawa Barat
meliputi:
1. Rendahnya tingkat partisipasi anggota dalam pengembangan usaha Koperasi
2. Rendahnya kualitas Sumber Daya Manusia
3. Daya saing produk lebih rendah dibandingkan dengan produk impor
4. Rendahnya inovasi dan pengembangan produk
Permasalahan yang dihadapi Koperasi Syariah BMT Mekar Da’wah di Kota Tangerang
Selatan yaitu pembiayaan bermasalah. Faktor penyebab terjadinya pembiayaan bermasalah
pada Koperasi Syariah BMT Mekar Da’wah di Kota Tangerang Selatan disebabkan karakter
nasabah yang tidak mendasari itikad baik, selanjutnya adalah kinerja usaha nasabah yang
buruk dan meninggal dunia apalagi setelah terjadinya pandemi Covid-19 yang menyebabkan
banyak korban meninggal setelah terinfeksi positif virus covid-19 serta krisis ekonomi dan
kesulitan keuangan pada koperasi secara umum yang disebabkannya.
Solusi yang digunakan untuk mengatasi masalah tersebut yaitu melakukan pendekatan
persuasif kepada nasabah serta mencari jalan keluar terbaik dengan program-program sebagai
berikut:
1. Perlu adanya langkah-langkah antisipasi pembiayaan yakni dengan penanganan
fasilitas sesuai dengan tingkat kolektibilitasnya. Dimana tingkat kolektibilitasnya
terbagi menjadi lima yaitu kredit lancar, dalam perhatian khusus (special mention),
kurang lancar, diragukan, dan macet.
2. Reschudeling atau penjadwalan ulang yaitu menjadwalkan kembali atau rescheduling
tenggat waktu membayar cicilan maupun utang, seperti memberikan grace period,
moderasi waktu pembayaran dan jumlah angsuran. Kreditur dapat memperpanjang
tenggat waktu pelunasan utang oleh debitur sesuai dengan kemampuannya.
3. Restructuring atau Persyaratan Kembali. Syarat-syarat seperti jangka waktu, jadwal
pembayaran, perubahan pengurus, status perusahaan, dan lain-lain dapat dirundingkan
untuk diubah sesuai dengan kemampuan debitur. Namun, nilai besaran pembiayaan
maksimal dari kredit tidak dapat diubah.
4. Reconditioning atau Penataan Kembali. Cara terakhir dalam mengatasi kredit macet
adalah dengan reconditioning atau menatanya kembali. Maksudnya, pemberi kredit
akan meringankan utang dengan langkah mengubah sisa pelunasan menjadi pokok
kredit baru sampai dengan persyaratan dan penjadwalan ulang.
Koperasi KPRI (Koperasi Pegawai Negeri) Karya Niaga Malang
Koperasi Pegawai Negeri (KPRI) Karya Niaga Malang ini didirikan oleh para PNS
dari DEPERINDAG yang wilayah kerjanya meliputi Kota, Kabupaten Malang, dan Batu.
Diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 yang memberikan kewenangan
dari pemerintah pusat ke pemerintahan daerah untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahannya yang disebut otonomi daerah. Pelaksanaan otonomi daerah telah merubah
status PNS dari Pegawai Negeri Pusat menjadi Pegawai Daerah di banyak instansi, perubahan
status tersebut menjadikan para PNS tersebut dibawah kewenangan Walikota dalam
Pembinaan dan Pendayagunaannya sehingga Walikota dapat melakukan Mutasi pada PNS
tersebut sampai pada lintas dinas. Otonomi daerah ini juga berdampak pada PNS dari setiap
departemen termasuk PNS dari DEPERINDAG, mereka banyak yang di mutasi atau dipindah
tugaskan ke berbagai Dinas. Dengan dipindah tugaskannya PNS disetiap departemen
termasuk PNS dari DEPERINDAG, mengakibatkan tidak efektifnya kegiatan organisasi dan
usaha pada koperasi. Dalam era Otonomi Daerah maka Dinas Perindustrian Perdagangan
digabung dengan dinas koperasi sementara dinas Koperasi sudah memiliki Koperasi Pegawai
Negeri (KPRI) Bara. Beberapa tahun kemudian para pegawai juga dimutasi kesegala Dinas
sehingga mengakibatkan Koperasi Pegawai Negeri (KPRI) Karya Niaga Malang tidak bisa
berkembang dan tidak dapat menjalankan kegiatan organisasi dan usahanya secara efektif.
Koperasi KPRI Karya Niaga hendak melakukan pembubaran Koperasi dengan
mengacu pada Akta Perubahan Anggaran Dasar Koperasi yaitu di dalam BAB VI tentang
Rapat Anggota pasal 12,13,14,15. Pembubaran Koperasi Pegawai Negeri (KPRI) Karya
Niaga Malang ini menggunakan Rapat Anggota khusus yang dilaksanakan pada 29 Oktober
2011. Namun pada saat Rapat Anggota khusus itu berlangsung mereka mengalami beberapa
kendala. Menurut pasal 15 ayat (3b) proses rapat anggota yang membahas tentang
pembubaran Koperasi Pegawai Negeri (KPRI) Karya Niaga Malang dinyatakan batal
dikarenakan kuorum yang tidak memenuhi dengan demikian rapat anggota khusus diatur
salam pasal 13 ayat (3) Akta Perubahan Anggaran Dasar Koperasi dan Rapat Anggota
Khusus diatur lebih lanjut dalam pasal 15 ayat 1 dan 2. Sehingga dapat ditarik kesimpulan
bahwa mekanisme pembubaran Koperasi Pegawai Negeri (KPRI) Karya Niaga Malang
kurang sesuai dengan ketentuan Perundang-Undangan Perkoperasian dan Anggaran Dasar
dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) Koperasi Pegawai Negeri (KPRI) Karya Niaga
Malang.
Hambatan:
1. Adanya otonomi daerah yang menyebabkan DEPERINDAG (Departemen
Perindustrian dan Perdagangan) dimutasi lintas dinas baik anggota maupun pengurus
koperasi.
2. KUORUM yang kurang pada saat dilaksanakannya Rapat anggota khusus, dimana
yang hadir hanya 12 anggota dari 34 anggota yang telah diundang. Ini dikarenakan
banyak yang dimutasi, dimana posisi anggota sudah tersebar ke wilayah Malang Raya
dan berada pada Dinas-Dinas yang berbeda-beda. Sehingga anggota sulit dapat hadir
karena :
1. Faktor izin dari atasan
2. Faktor letak yang jauh dari kota malang
3. Faktor kemauan anggota tersebut
Solusi
1. Melakukan merger dengan Koperasi Pegawai Negeri (KPRI) Bara dari Dinas
Koperasi. Mengingat bahwa DEPERINDAG (Departemen Perindustrian dan
Perdagangan) banyak yang dimutasi di Dinas Koperasi. Jadi agar tidak terjadi
dualisme kepemimpinan KPRI. Maka KPRI Karya Niaga Malang bergabung dengan
KPRI Bara agar para anggota tidak terpecah belah akibat adanya otonomi daerah ini.
2. Mengundang seluruh anggota dari Koperasi Pegawai Negeri (KPRI) Karya Niaga
Malang karena pada awalnya rapat ini hanya melibatkan beberapa anggota saja
sebagai perwakilan. Tetapi melihat realitanya anggota yang diundang ternyata banyak
yang tidak hadir, maka sebaiknya melibatkan seluruh anggota yang masih bertahan
agar jumlah kuorum terpenuhi.
3. Tetap mengundang seluruh anggota dari Koperasi Pegawai Negeri (KPRI) Karya
Niaga Malang dilampiri dengan surat pernyataan bahwa pihak yang nantinya tidak
dapat hadir dapat memberikan suara mereka untuk setuju atau tidak setujunya di
bubarkannya Koperasi Pegawai Negeri (KPRI) Karya Niaga Malang pada surat
pernyataan tersebut (surat dilampirkan). Jika menggunakan surat pernyataan maka
anggota yang tidak bisa hadir akibat jarak jauh maupun izin dari atasan, bisa
menyampaikan pendapat terkait setuju maupun tidak setujunya terkait pembubaran
koperasi.