Anda di halaman 1dari 10

STUDY CASE EKONOMI KOPERASI

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Ekonomi Koperasi


Dosen Pengampu: Dr. Anifatul Hanim, M. Si

Disusun Oleh:

Putri Fitria Sandy 200810102005

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS JEMBER

2023
Koperasi Politeknik Balikpapan

Koperasi Politeknik Balikpapan yang dirikan pada tanggal 17 Februari 2009 sesuai Akta
Notaris No 60 dan Badan Hukum Koperasi Nomor: 321/BH/DPPK.IV/II/2012, berdasarkan
pengamatan, belum mampu menunjukkan tata kelola yang baik dan akuntabel. Hal ini terlihat
dari belum tertibnya pencatatan transaksi keuangan dan administrasi lainnya. Kurang lengkap
atau bahkan tidak adanya buku anggota, buku simpanan dan pinjaman, serta catatan transaksi
belanja masing-masing anggota di koperasi merupakan bukti nyata bahwa tata kelola
koperasi yang baik dan akuntabel belum dilaksanakan. Selain itu jumlah keanggotaan
koperasi Politeknik Balikpapan yang mengalami penurunan cukup tajam dari tahun ke tahun
juga menjadi bukti tambahan terkait tata kelola yang dilakukan. Sebagai contoh jumlah
anggota koperasi pada tahun 2016 tercatat sebanyak 75 orang, sedang data yang tercatat
sebagai anggota di tahun 2019 tinggal 27 orang, anggota tersebut juga berstatus tidak aktif.
Demikian juga terkait dengan data kelengkapan administrasi koperasi, salah satunya adalah
laporan keuangan yang merupakan bentuk tanggungjawab moral dari pengurus kepada
anggota belum dilaksanakan dengan sebagaimana mestinya. Sebagai contoh laporan
keuangan tahun buku 2019 angka-angkanya sama persis dengan laporan keuangan tahun
buku 2017 dan 2018. Hal ini jelas menunjukkan tata kelola keuangan koperasi yang tidak
baik dan tidak akuntabel. Maka dapat disimpulkan permasalahan yang dihadapi oleh
Koperasi Politeknik Balikpapan meliputi:
1. Komitmen manajemen Politeknik Negeri Balikpapan terkait keberadaan koperasi
belum optimal
2. Pengurus tidak melakukan tata kelola keuangan dengan baik dan akuntabel
3. Pengurus tidak transparan dalam pengeluaran biaya dan pembuatan laporan keuangan
4. Ketidakpercayaan anggota kepada pengurus koperasi
5. Kurangnya pemahaman tugas dan wewenang pengawas maupun pengurus

Solusi yang digunakan untuk mengatasi masalah-masalah tersebut yaitu:


1. Memberikan bimbingan teknis kepada pengurus koperasi berupa manajemen,
perencanaan, dan pengelolaan keuangan yang baik dan akuntabel secara konsisten
hingga mandiri oleh Dinas Koperasi ataupun pengurus koperasi Politeknik sendiri
yang paham terkait pengelolaan koperasi. Jika bimbingan dilakukan langsung oleh
Dinas Koperasi maka semua pengurus harus mengikuti arahannya karena ini
merupakan perintah langsung dari Dinas Koperasi. Sedangkan jika bimbingan berasal
dari pengurus koperasi sendiri, maka sebaiknya pengurus yang disegani atau
dihormati oleh para pengurus lain dan anggota koperasi. Disamping itu pengurus yang
dihormati ini juga memiliki kemampuan untuk membimbing pengurus lain dengan
memiliki pengatahuan tentang manajamen dan mengelola keuangan yang baik dan
akuntabel.
2. Pengurus yang memiliki tugas untuk mengurus pencatatan laporan keuangan, maka
harus secara transparan. Laporan keuangan baik pemasukan maupun pengeluaran
harus dicatat secara rinci. Agar laporan keuangan transparan maka setiap akhir bulan
pencatatan, laporan keuangannya dikirim di grup Koperasi Politeknik Balikpapan
yang isinya ada pengurus dan anggota, atau bisa juga setiap bulan mengadakan
pertemuan maupun rapat untuk menunjukkan laporan keuangan kepada semua
pengurus dan anggota agar terjaga transparansinya.
3. Jika anggota tidak percaya dengan pengurus koperasi maka diatasi dengan dari
pengurus koperasi harus mampu menjaga kepercayaan anggota dengan menjalankan
amanah sebaik mungkin seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bisa dengan
pengelolaan laporan keuangan yang trasnparansi. Jika ada anggota melakukan
pinjaman maka prosesnya lancar dan tidak macet. Pada saat RAT (Rapat Anggota
Tahunan) pengurus bisa mempertanggungjawabkan segala kinerja dan kegiatan yang
dilakukan kepada para anggota, dan anggota bisa secara terbuka mengevaluasi kerja
dari pengurus.
4. Memberikan pelatihan kepada pengawas maupun pengurus koperasi agar bisa benar-
benar memahami tentang koperasi secara baik. Pelatihan tersebut dilakukan secara
merata kepada semua pengurus dan pengawas koperasi agar saat menjalankan
koperasi mereka memahami dengan baik tugas dan wewenangnya.
5. Melakukan pengawasan secara intensif agar dapat diketahui kelemahan dan
kekurangan bahkan permasalahan yang terjadi di setiap koperasi yang ada.
Koperasi Harapan Mandiri di Kabupaten Subang, Jawa Barat

Dilihat dari data unit Koperasi yang tidak aktif pada tahun 2014, jumlah unit Koperasi
Jawa Timur yang tidak aktif adalah 3.710 unit dari 30.850 total unit Koperasi di Jawa Timur
(12% tidak aktif), kemudian jumlah unit Koperasi Jawa Tengah yang tidak aktif adalah 5.221
unit dari 27.784 unit Koperasi di Jawa Tengah (18,8% tidak aktif). Sedangkan jumlah unit
Koperasi Jawa Barat yang tidak aktif mencapai 9.930 unit dari 25.563 unit Koperasi di Jawa
Barat (38,8% tidak aktif). Melihat dari persentase unit Koperasi yang tidak aktif di Jawa
Barat menjadi yang tertinggi di antara ketiga provinsi tersebut, maka koperasi-koperasi di
Jawa Barat mengalami banyak kendala dalam operasionalnya khususnya di Kabupaten
Subang terdapat Koperasi Harapan Mandiri yang mengalami masalah. Berikut permasalahan
yang dihadapi Koperasi Harapan Mandiri di wilayah Kabupaten Subang, Jawa Barat
meliputi:
1. Rendahnya tingkat partisipasi anggota dalam pengembangan usaha Koperasi
2. Rendahnya kualitas Sumber Daya Manusia
3. Daya saing produk lebih rendah dibandingkan dengan produk impor
4. Rendahnya inovasi dan pengembangan produk

Solusi yang digunakan untuk mengatasi masalah-masalah tersebut yaitu:


1. Untuk meningkatkan partisipasi anggota maka pengurus koperasi harus selalu
memberikan pemahaman kepada anggota tentang pentingnya partisipasi dalam
koperasi bagi dirinya sebagai anggota. Mengajak anggota untuk terlibat langsung
dalam kegiatan-kegiatan di organisasi koperasi, dan juga melibatkan anggota dalam
pengambilan keputusan penting di organisasi koperasi.
2. Memberikan pelatihan terhadap pengurus Koperasi selaku SDM, maka memberikan
pelatihan secara berkesinambungan demi meningkatkan kualitas SDM baik dari sisi
teknis maupun dari sisi pemahamannya terhadap koperasi.
3. Pemerintah dapat terus menaikkan standar minimal wajib sekolah kepada masyarakat
sehingga mereka yang terlibat sebagai generasi penggerak ekonomi dapat memiliki
kualitas dan pengetahuan yang memadai, termasuk yang terlibat dalam usaha
Koperasi. Pendidikan Menengah dan Dasar bukan lagi menjadi syarat yang cukup
baik bagi mereka yang ingin berwirausaha ataupun berkarya di dunia usaha sebagai
salah satu SDM-nya.
4. Mengenai daya saing produk koperasi yang masih lemah jika dibandingkan dengan
produk impor, sebaiknya diadakan kerjasama antar koperasi untuk menghimpun dana
yang lebih besar demi memperoleh harga pokok yang lebih bersaing. Disisi lain,
proses benchmarking dapat saja menjadi usulan sehingga dapat mempelajari praktik
pengelolaan dan produksi yang lebih baik dan lebih efisien dari pelbagai industri
pesaing khususnya industri di luar negeri. Dalam hal ini, pemerintah dapat membantu
memberikan dukungan dana untuk proses pembelajarannya sejenis beasiswa singkat.
5. Terkait dengan inovasi dan pengembangan produk, pengurus koperasi dapat menjalin
kerjasama dengan dunia usaha seperti produsen dan pemerintah, agar koperasi dapat
memperoleh bantuan pinjaman dari pihak luar seperti Bank, BUMN dan Pemerintah.
Koperasi Serba Usaha Setiabudi Wanita, Malang, Jawa Timur

Permasalahan yang dihadapi Koperasi Serba Usaha Setiabudi Wanita meliputi:


1. Komunikasi antara pengurus dengan anggota yang kurang
2. Rendahnya kualitas kinerja pengurus koperasi
3. Rendahnya daya saing usaha koperasi dengan usaha lain
Solusi yang digunakan untuk mengatasi masalah-masalah tersebut yaitu:
1. Meningkatkan keefektifan hubungan pengurus dan anggota dengan memperbaiki
kualitas pertemuan kelompok agar semua informasi dapat tersampaikan kepada
anggota secara tepat waktu dan juga untuk memupuk rasa kepemilikan dan
kebersamaan di antara anggota dan pengurus.
2. Dalam upaya meningkatkan kualitas kinerjanya, koperasi perlu mencantumkan
mekanisme penyelesaian sengketa atau masalah dalam Anggaran Dasar agar
selanjutnya jika terjadi persengketaan masalah dapat diselesaikan secara adil dan
cepat. Keberadaan mekanisme penyelesaian sengketa sangat penting, ini dikarenakan
merupakan bagian dari jatidiri koperasi. Koperasi merupakan badan usaha yang
dikendalikan secara demokratis, oleh karena itu koperasi menyelesaikan masalahnya
dengan musyawarah mufakat dan pemungutan suara untuk kasus-kasus tertentu yang
tidak dapat diselesaikan dengan musyawarah.
3. Dalam upaya meningkatkan daya saing, koperasi perlu memperluas ukuran pasar
khususnya pada unit usaha waserda yang artinya unit usaha pelayanan untuk
memenuhi kebutuhan sehari-sehari maupun barang-barang konsumsi lainnya bagi
anggota koperasi itu sendiri. Ini bisa dilakukan dengan menambah keragaman dan
stok barang misalnya dengan merambah pada penjualan barang-barang yang bernilai
jual tinggi seperti barang elektronik. Hal ini akan lebih mudah dilakukan melalui kerja
sama dengan anggota sekaligus sebagai media bagi pengembangan usaha anggota.
4. Selain itu, koperasi juga perlu untuk lebih memanfaatkan media sosial atau internet
guna meningkatkan daya saingnya. Mengingat saat ini media sosial atau internet
sudah berkembang pesat dan banyak penggunya. Jika menggunakan media sosial
maka akan merambah konsumen yang lebih luas sehingga bisa meningkatkan daya
saing. Untuk itu, kualitas sumberdaya manusia juga penting untuk ditingkatkan.
Dalam upaya memperluas pangsa pasar, koperasi juga harus membentuk jaringan
antar koperasi sehingga keuntungan yang diperoleh menjadi lebih besar.
Koperasi Kesejahteraan Bersama (KKB) FKIP Universitas Halu Oleo
Koperasi didirikan bertujuan untuk menjadikan kondisi sosial dan ekonomi anggotanya
lebih baik dibanding sebelum bergabung dengan koperasi. Namun seperti pada koperasi-
koperasi yang menjalankan unit simpan pinjam lainnya, Koperasi Kesejahteraan Bersama ini
juga memiliki hambatan-hambatan dalam upaya meningkatkan kesejahteraan anggotanya.
Berikut masalah-masalah yang dihadapi Koperasi Kesejahteraan Bersama (KKB) FKIP
Universitas Halu Oleo:
1. Adanya kredit macet dari anggota koperasi
2. Kurangnya modal koperasi
Solusi yang digunakan untuk mengatasi masalah-masalah tersebut yaitu:
1. Pihak Koperasi Kesejahteraan Bersama atau dalam hal ini pengurus koperasi secara
baikbaik menyampaikan langsung kepada anggota yang bersangkutan mengenai
kreditnya. Hal ini dilakukan karena koperasi adalah milik semua anggota dan juga
koperasi itu berasas kekeluargaan jadi jika ada anggota yang kreditnya macet maka
pengurus koperasi menyampaikan dengan baik-baik hal tersebut kepada anggota yang
bersangkutan agar kreditnya dapat lunasi.
2. Selain itu, bisa melakukan rescheduling (penjadwalan kembali) yaitu penjadwalan
ulang sesuai dengan kemampuan membayar anggota yang kreditnya macet dan
reconditioning (persyaratan kembali) dengan merubah persyaratan yang tentunya
sudah disepakati bersama oleh pihak-pihak yang bersangkutan untuk diselesaikan.
3. Anggota yang masuk menjadi anggota koperasi harus atas dasar sukarela sehingga
anggota tersebut dapat berpartisipasi dengan baik dalam simpanan pokok maupun
simpanan wajib sehingga modal koperasi juga dapat terus bertambah. Karena jika
seseorang masuk menjadi anggota koperasi tidak atas dasar sukarela maka akan
berdampak pada kurang berpatisipasinya anggota tersebut dalam simpanan wajib
sehingga mempengaruhi pertambahan modal.
4. Mengadakan rapat anggota untuk membicarakan kembali simpanan wajib tiap
bulannya. Dalam menaikkan jumlah simpanan wajib yang harus di bayar oleh anggota
pada setiap bulannya bukan semata-mata kemauan dari pengurus koperasi tetapi
sudah di sepakati di dalam rapat anggota koperasi. Jadi misalnya simpanan wajib
awalnya itu 15 ribu, maka di tahun berikutnya naik menjadi 18 ribu, dan di tahun-
tahun berikutnya sudah naik lagi menjadi 25 ribu, dan seterusnya per bulan.
Koperasi Syariah BMT Mekar Da’wah di Kota Tangerang Selatan

Permasalahan yang dihadapi Koperasi Syariah BMT Mekar Da’wah di Kota Tangerang
Selatan yaitu pembiayaan bermasalah. Faktor penyebab terjadinya pembiayaan bermasalah
pada Koperasi Syariah BMT Mekar Da’wah di Kota Tangerang Selatan disebabkan karakter
nasabah yang tidak mendasari itikad baik, selanjutnya adalah kinerja usaha nasabah yang
buruk dan meninggal dunia apalagi setelah terjadinya pandemi Covid-19 yang menyebabkan
banyak korban meninggal setelah terinfeksi positif virus covid-19 serta krisis ekonomi dan
kesulitan keuangan pada koperasi secara umum yang disebabkannya.
Solusi yang digunakan untuk mengatasi masalah tersebut yaitu melakukan pendekatan
persuasif kepada nasabah serta mencari jalan keluar terbaik dengan program-program sebagai
berikut:
1. Perlu adanya langkah-langkah antisipasi pembiayaan yakni dengan penanganan
fasilitas sesuai dengan tingkat kolektibilitasnya. Dimana tingkat kolektibilitasnya
terbagi menjadi lima yaitu kredit lancar, dalam perhatian khusus (special mention),
kurang lancar, diragukan, dan macet.
2. Reschudeling atau penjadwalan ulang yaitu menjadwalkan kembali atau rescheduling
tenggat waktu membayar cicilan maupun utang, seperti memberikan grace period,
moderasi waktu pembayaran dan jumlah angsuran. Kreditur dapat memperpanjang
tenggat waktu pelunasan utang oleh debitur sesuai dengan kemampuannya.
3. Restructuring atau Persyaratan Kembali. Syarat-syarat seperti jangka waktu, jadwal
pembayaran, perubahan pengurus, status perusahaan, dan lain-lain dapat dirundingkan
untuk diubah sesuai dengan kemampuan debitur. Namun, nilai besaran pembiayaan
maksimal dari kredit tidak dapat diubah.
4. Reconditioning atau Penataan Kembali. Cara terakhir dalam mengatasi kredit macet
adalah dengan reconditioning atau menatanya kembali. Maksudnya, pemberi kredit
akan meringankan utang dengan langkah mengubah sisa pelunasan menjadi pokok
kredit baru sampai dengan persyaratan dan penjadwalan ulang.
Koperasi KPRI (Koperasi Pegawai Negeri) Karya Niaga Malang

Koperasi Pegawai Negeri (KPRI) Karya Niaga Malang ini didirikan oleh para PNS
dari DEPERINDAG yang wilayah kerjanya meliputi Kota, Kabupaten Malang, dan Batu.
Diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 yang memberikan kewenangan
dari pemerintah pusat ke pemerintahan daerah untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahannya yang disebut otonomi daerah. Pelaksanaan otonomi daerah telah merubah
status PNS dari Pegawai Negeri Pusat menjadi Pegawai Daerah di banyak instansi, perubahan
status tersebut menjadikan para PNS tersebut dibawah kewenangan Walikota dalam
Pembinaan dan Pendayagunaannya sehingga Walikota dapat melakukan Mutasi pada PNS
tersebut sampai pada lintas dinas. Otonomi daerah ini juga berdampak pada PNS dari setiap
departemen termasuk PNS dari DEPERINDAG, mereka banyak yang di mutasi atau dipindah
tugaskan ke berbagai Dinas. Dengan dipindah tugaskannya PNS disetiap departemen
termasuk PNS dari DEPERINDAG, mengakibatkan tidak efektifnya kegiatan organisasi dan
usaha pada koperasi. Dalam era Otonomi Daerah maka Dinas Perindustrian Perdagangan
digabung dengan dinas koperasi sementara dinas Koperasi sudah memiliki Koperasi Pegawai
Negeri (KPRI) Bara. Beberapa tahun kemudian para pegawai juga dimutasi kesegala Dinas
sehingga mengakibatkan Koperasi Pegawai Negeri (KPRI) Karya Niaga Malang tidak bisa
berkembang dan tidak dapat menjalankan kegiatan organisasi dan usahanya secara efektif.
Koperasi KPRI Karya Niaga hendak melakukan pembubaran Koperasi dengan
mengacu pada Akta Perubahan Anggaran Dasar Koperasi yaitu di dalam BAB VI tentang
Rapat Anggota pasal 12,13,14,15. Pembubaran Koperasi Pegawai Negeri (KPRI) Karya
Niaga Malang ini menggunakan Rapat Anggota khusus yang dilaksanakan pada 29 Oktober
2011. Namun pada saat Rapat Anggota khusus itu berlangsung mereka mengalami beberapa
kendala. Menurut pasal 15 ayat (3b) proses rapat anggota yang membahas tentang
pembubaran Koperasi Pegawai Negeri (KPRI) Karya Niaga Malang dinyatakan batal
dikarenakan kuorum yang tidak memenuhi dengan demikian rapat anggota khusus diatur
salam pasal 13 ayat (3) Akta Perubahan Anggaran Dasar Koperasi dan Rapat Anggota
Khusus diatur lebih lanjut dalam pasal 15 ayat 1 dan 2. Sehingga dapat ditarik kesimpulan
bahwa mekanisme pembubaran Koperasi Pegawai Negeri (KPRI) Karya Niaga Malang
kurang sesuai dengan ketentuan Perundang-Undangan Perkoperasian dan Anggaran Dasar
dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) Koperasi Pegawai Negeri (KPRI) Karya Niaga
Malang.
Hambatan:
1. Adanya otonomi daerah yang menyebabkan DEPERINDAG (Departemen
Perindustrian dan Perdagangan) dimutasi lintas dinas baik anggota maupun pengurus
koperasi.
2. KUORUM yang kurang pada saat dilaksanakannya Rapat anggota khusus, dimana
yang hadir hanya 12 anggota dari 34 anggota yang telah diundang. Ini dikarenakan
banyak yang dimutasi, dimana posisi anggota sudah tersebar ke wilayah Malang Raya
dan berada pada Dinas-Dinas yang berbeda-beda. Sehingga anggota sulit dapat hadir
karena :
1. Faktor izin dari atasan
2. Faktor letak yang jauh dari kota malang
3. Faktor kemauan anggota tersebut
Solusi
1. Melakukan merger dengan Koperasi Pegawai Negeri (KPRI) Bara dari Dinas
Koperasi. Mengingat bahwa DEPERINDAG (Departemen Perindustrian dan
Perdagangan) banyak yang dimutasi di Dinas Koperasi. Jadi agar tidak terjadi
dualisme kepemimpinan KPRI. Maka KPRI Karya Niaga Malang bergabung dengan
KPRI Bara agar para anggota tidak terpecah belah akibat adanya otonomi daerah ini.
2. Mengundang seluruh anggota dari Koperasi Pegawai Negeri (KPRI) Karya Niaga
Malang karena pada awalnya rapat ini hanya melibatkan beberapa anggota saja
sebagai perwakilan. Tetapi melihat realitanya anggota yang diundang ternyata banyak
yang tidak hadir, maka sebaiknya melibatkan seluruh anggota yang masih bertahan
agar jumlah kuorum terpenuhi.
3. Tetap mengundang seluruh anggota dari Koperasi Pegawai Negeri (KPRI) Karya
Niaga Malang dilampiri dengan surat pernyataan bahwa pihak yang nantinya tidak
dapat hadir dapat memberikan suara mereka untuk setuju atau tidak setujunya di
bubarkannya Koperasi Pegawai Negeri (KPRI) Karya Niaga Malang pada surat
pernyataan tersebut (surat dilampirkan). Jika menggunakan surat pernyataan maka
anggota yang tidak bisa hadir akibat jarak jauh maupun izin dari atasan, bisa
menyampaikan pendapat terkait setuju maupun tidak setujunya terkait pembubaran
koperasi.

Anda mungkin juga menyukai