Anda di halaman 1dari 49

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam perekonomian Indonesia, gerakan koperasi merupakan salah satu

badan usaha yang kegiatannya berlandaskan atas asas kekeluargaan yang

bertujuan untuk kesejahteraan anggota dan masyarakat pada umumnya, maka

koperasi sangat diperlukan untuk menunjang badan usaha lain seperti swasta dan

BUMN ( UUD 1945, pasal 33 ayat 1).

Undang-Undang Nomor 25 tahun 1992 mengatur tentang perkoperasian,

seperti Pasal 1 yang menyebutkan bahwa koperasi adalah badan usaha yang

beranggotakan orangseorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan

kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi

rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan. Badan usaha koperasi memiliki

keunikan yang tidak dimiliki oleh badan usaha lainnya yakni anggota koperasi

sebagai pelanggan dan juga sekaligus sebagai pemilik koperasi (Ropke, 2000).

Partisipasi anggota sangat dibutuhkan dalam koperasi. Partisipasi yang aktif

dari para anggota koperasi diharapkan akan dapat meningkatkan perolehan sisa

hasil usaha (SHU). Perolehan sisa hasil usaha (SHU) setiaptahun bagi koperasi

menjadi sangat penting, karena sebagian dari sisa hasil usaha (SHU) tersebut

disisihkan sebagai cadangan yang akan memperkuat koperasi itu sendiri.

Dalam mencapai tujuan khusus koperasi yaitu memajukan kesejahteraan

anggotanya yang salah satu tolak ukurnya adalah perolehan SHU, maka partisipasi

anggota sangatlah diperlukan agar tujuan tersebut dapat direalisasikan. Menurut

Hendar dan Kusnadi menyatakan bahwa partisipasi merupakan faktor yang paling

penting dalam mendukung keberhasilan atau perkembangan suatu organisasi

1
2

karena melalui partisipasi segala aspek yang berhubungan dengan

pelaksanaan kegiatan pencapaian tujuan dapat direalisasikan (Hendar dan

Kusnadi, 2002:76).

Keaktifan anggota berpartisipasi dalam pembiayaan koperasi berupa

simpanan pokok,simpanan wajib, simpanan sukarela serta pemanfaatan berbagai

potensi pelayanan yang disediakan di koperasi akan meningkatkan modal

koperasi, terutama modal kerja dan omzet usaha koperasi. Hal ini tentu akan

membuat koperasi akan menjadi berkembang lebih baik dan akan menguntungkan

anggota terutama dengan adanya kenaikan perolehan Sisa Hasil Usaha (SHU)

koperasi.

Oleh sebab itu, dengan keaktifan partisipasi para anggota dalam

berkoperasi maka kegiatan koperasi dapat berjalan dengan lancar. Semakin

banyak transaksi-transaksi pada koperasi oleh anggota maupun bukan anggota

akan meningkat pula pendapatan koperasi, sehingga modal kerja koperasi semakin

meningkat pula. Modal koperasi dibutuhkan untuk membiayai usaha dan

organisasi koperasi. Di dalam modal koperasi terdapat modal kerja, modal kerja

inilah yang perlu diperhatikan oleh pengurus koperasi untuk mengelolanya dengan

baik, sehingga modal kerja tersebut dapat digunakan secara ekonomis dan efektif

untuk pembiayaan operasional koperasi sehari-hari.

Akibat kurangnya partisipasi anggota, maka akan berdampak pula pada

tinggi rendahnya SHU koperasi. Mengingat kegunaan dan fungsi SHU yang

begitu banyak, maka perolehan SHU pada koperasi setiap tahunnya menjadi

sangat penting. Melalui SHU koperasi dapat memupuk modal sendiri yaitu
3

dengan dana cadangan yang disisihkan setiap akhir periode tutup buku, sehingga

akan memperkuat stuktur modalnya.

Perkembangan koperasi di Provinsi Jambi berdasarkan catatan Dinas

Koperasi dan UKM Provinsi Jambi, hingga 31 Maret 2019, jumlah Koperasi di

Provinsi Jambi ada 3.492 koperasi. Dari jumlah tersebut, tercatat jumlah koperasi

aktif ada 2.436, sedangkan jumlah koperasi yang tidak aktif 1.056 koperasi.

Seharusnya koperasi dapat berkembang dengan baik agar tidak ada lagi koperasi

yang menutup usahanya. Jumlah tersebut dapat diketahui di Kementrian Koperasi

dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia. Salah satu koprasi yang

sangat berkembang dan Berprestasi di tingkat Kabupaten, Tingkat Provinsi atau

bahkan tingkat Nasional adalah Koperasi Unit Desa Karya Mukti. Koperasi Unit

Desa karya Mukti merupakan Koperasi yang berada di Desa Karya Harapan

Mukti, Kecamatan Pelepat Ilir Kabupaten Muaro Bungo Provinsi Jambi

Prestasi terbaru dari Koperasi Uunit Desa Karya Mukti adalah

mendapatkan predikat koprasi terbaik Nasional untuk kategori pemasaran pada

tahun 2019 (AGRINA,2019). selain itu masih ada prestasi lain yang juga pernah

di dapatkan oleh Koperasi Unit Desa Karya Mukti, seperti sebagai Koperasi Unit

Desa teladan tingkat nasional pada tahun 1987, Koperasi Unit Desa berprestasi di

Kabupaten Bungo pada tahun 2002,Penghargaan kemitraan dari PT. Astra Agro

Lestari, penghargaan atas kontribusi terhadap peningkatan Pendapatan Asli

Daerah (PAD) kabupaten Bungo pada tahun 2010, Penghargaan sebagai Koperasi

Award dan penghargaan bakti Koperasi dan Usaha Kecil Menengah oleh Mentri

Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Republik Indonesia pada tahun 2016 dan
4

2017, memperoleh sertifikat dan penghargaan ISPO award pada tahun 2017 dan

2018.

Banyaknya penghargaan dan prestasi yang telah didapatkan oleh Koperasi

Unit Desa karya Mukti menandakan bahwa manajemen yang dijalankan di

Koperasi Unit Desa Karya Mukti berjalan dengan baik. Hal tersebut juga dapat

dibuktikan dengan kemampuan Koperasi Unit Desa yang berhasil mengelola 18

unit usaha yang diiantaranya DO 1, DO 2, unit armada, loket listrik dan kiriman

uang, unit simpan pinjam, unit pupuk,unit spareparts, unit elektronik, unit sarana

produksi (Saprodi), unit pangkalan LPG 3 kg, unit bangunan, unit mini market,

unit alat tulis kantor (ATK), unit konveksi, Unit air minum dalam kemasan, unit

pembibitan, unit pabrik multi gran, unit penginapan, dan unit sertifikasi Indonesia

Sustainable Palm Oil (ISPO) dengan pendapatan sepanjang 2020 yang

disampaikan di RAT akhir januari 2021 sebesar 63,37 Miliar (Majalah Sawit

Indonesia,2021)

Observasi awal yang dilakukan peneliti mendapatkan data laporan

keuangan dan keanggotaan dengan rincian gambaran Jumlah anggota, anggota

aktif, anggota tidak aktif,modal dan Sisa hasil usaha (SHU) dalam periode 4 tahun

belakang yaitu dari tahun 2017-2020 di KUD Karya mukti dapat di lihat pada

tabel 1.
5

Tabel 1. Laporan Jumlah Anggota,Anggota aktif ,Anggota Tidak aktif,


Modal dan Sisa Hasil Usaha Bersih KUD Karya Mukti Pada Tahun
2017-2020.
Tahun Jumlah Anggota Anggota Tidak Modal Sisa Hasil
Anggota Aktif Aktif (Rp) Usaha Bersih
(orang) (orang) (orang) (Rp)
2017 1376 1236 140 33.722.523.505 1.474.374.534
2018 1465 1265 200 37.759.066.151 1.777.108.378
2019 1522 1240 282 37.916.149.236 1.642.855.221
2020 1554 1297 257 43.658.149.236 1.861.180.250
Sumber :Laporan Keuangan dan Keanggotaan Koperasi Unit Desa Karya Mukti,2020
Berdasarkan hasil observasi peneliti dari data yang didapat pada tabel 1,

menunjukan bahwa jumlah anggota pada tahun 2017-2020 mengalami kenaikan

setiap tahunnya. Namun pada perolehan SHU terlihat mengalami fluktuasi. Pada

tahun 2019 terjadi penurunan jumlah anggota aktif. Penurunan anggota aktif juga

di barengi dengan terjadinya penurunan SHU pada tahun 2019. Keadaan tersebut

menunjukan bahwa ada kaitan antara anggota aktif dengan SHU anggota, yang

akhirnya dapat berhubungan dengan perolehan SHU koperasi tersebut. Salah satu

cara yang di lakukan KUD Karya Mukti dalam melihat keadaan partisipasi

anggotanya adalah menggunakan sistem pemberian point dalam setiap transaksi

yang dilakukan anggota koperasi dan kegiatan-kegiatan lain yang dilaksanakan di

koperasi tersebut. Tidak hanya itu partisipasi anggota dalam setiap kegiatan yang

diadakan oleh KUD Karya Mukti setiap rapat akhir tahun (RAT), kegiatan

pendidikan dan pelatihan masih didominasi oleh orang-orang yang cenderung

sama.

Berdasarkan hasil wawancara dengan ketua koperasi diduga bahwa

partisipasi anggota dalam KUD Karya Mukti ini perlu di tingkatkan terutama

dalam Rapat Anggota Tahunan (RAT) karena hanya sebagian kecil anggota yang
6

menghadiri walaupun sudah ada pemberitahuan terlebih dahulu melalui surat

undangan. Dengan adanya RAT ini sebenarnya anggota dapat mengemukakan

pendapatnya tentang kinerja serta kepengurusan koperasi selama satu periode

tertentu.Tidak hanya itu, masih ada beberapa anggota dalam aktifitas pemanfaatan

jenis usaha penjualan kelapa sawit (TBS) yang tidak menjual hasil kelapa sawit

(TBS) tersebut ke KUD Karya Mukti.

KUD Karya Mukti juga melayani kebutuhan anggotanya dalam hal

menerima simpanan dan kebutuhan dalam bentuk pinjaman atau kredit pada

Usaha Simpan Pinjam (USP) kepada para anggotanya. Kegiatan pelayanan kredit

ini menjadikan sumber keuntungan bagi koperasi. Tujuan pemberian pinjaman

tersebut adalah untuk membantu penyediaan modal usaha produktif, investasi, dan

keperluan konsumtif.

Berdasarkan hasil wawancara pengurus koperasi, kemungkinan yang sering

dijumpai pada KUD Karya Mukti adalah terdapat beberapa anggota yang

terlambat mengangsur atau kredit macet. Kredit macet adalah kredit yang terjadi

apabila kredit tidak lancar berkembang terus dan setelah pada masa jatuh tempo

ditambah dengan masa kesempatan mengusahakan perbaikan selama 3 (tiga)

bulan setelah jatuh tempo tersebut tetap tidak dilunasi (Tohar,1999:97). Dimana

hambataan tersebut merupakan suatu tantangan bagi koperasi dalam mengatasi

kredit macet di KUD Karya Mukti dalam mencapai keberhasilan koperasi yang

mana terdapat hubungan dengan jumlah SHU yang diperoleh.

Menurut Pandji Anoraga dan Ninik Widiyanti, bahwa tanpa partisipasi

anggota yang aktif membayar iuran wajib, menabung sukarela untuk menambah

permodalan koperasi, serta pemanfaatan jasa koperasi, baik dalam bentuk


7

pembelian barang atau berbelanja barang-barang dari koperasi, memanfaatkan

dana pinjaman koperasi dengan taat mengansur, bukan menjadi bed debts:

koperasi tidak akan berkembang.

Hal inilah yang membuat peneliti tertarik melakukan penelitian tentang

partisipasi anggota terhadap SHUanggota koperasi tersebut. Didukung dengan

teori menurut Pachta, faktor-faktor yang berpengaruh dengan SHU terdiri dari dua

faktor, yaitu faktor dari dalam dan faktor dari luar. Faktor dari dalam meliputi

partisipasi anggota, jumlah modal sendiri, kinerja pengurus, jumlah unit usaha

yang dimiliki, kinerja manager dan kinerja karyawan, sedangkan faktor dari luar

meliputi modal pinjaman dari luar, para konsumen dari luar selain anggota

koperasi dan pemerintah (Pachta,2007).

Pada penelitian ini, peneliti meyakini faktor partisipasi anggota yang

berhubungan dengan kenaikan dan penurunan SHU yang terjadi di KUD Karya

Muktidan peneliti ingin meneliti kearah yang terfokus pada partisipasi anggota

terhadap SHU. Meningkatkan partisipasi anggota merupakan salah satu cara yang

tepat dilakukan untuk meningkatkan jumlah SHU yang diperoleh koperasi

maupun SHU anggota itu sendiri. Partisipasi anggota bisa ditingkatkan dengan

berbagai cara seperti meningkatkan kesejahteraan anggota dan mempererat

silaturahmi antar pengurus dan anggota koperasi sehingga terciptanya iklim

kekeluargaan yang lebih erat serta meningkatkan rasa nyaman para anggotanya

dalam bertransaksi maupun dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan koperasi

lainnya. Mengingat pentingnya partisipasi anggota dalam koperasi, peneliti

tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai hubungan partisipasi

anggota terhadap SHU yang diperoleh koperasi maupun anggota.


8

Dari latar belakang di atas, peneliti bertujuan untuk melakukan penelitian

dengan judul “Hubungan Partisipasi Anggota Koperasi Dengan Sisa Hasil

Usaha Anggota Di Koperasi Unit Desa (KUD) Karya Mukti Kecamatan

Pelepat Kabupaten Bungo”.

1.2 Perumusan Masalah

Koperasi Unit Desa (KUD) Karya Mukti merupakan koperasi yang

mandiri yang berkedudukan di Kecamatan Pelepat Ilir, Kabupaten Bungo.

Koperasi ini resmi terdaftar dengan Badan Hukum Nomor : 701/BH/XV/1 MEI

1986 dan Penetapan KUD MANDIRI Nomor :1302/KEP/M/XI/1991. Koperasi

ini didirikan dengan tujuan untuk menjadi koperasi yang dapat membina,

membangun, serta mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi anggota

dan masyarakat guna peningkatan kesejahteraan ekonomi anggota dan

masyarakat.

KUD Karya Mukti adalah koperasi serba usaha (multi purpose) yang

bergerak dalam kegiatan perekonomian pedesaan khususnya subsektor

perkebunan Kelapa Sawit meliputi Pemasaran Tandan Buah Segar(TBS), Jasa DO

1 Untuk Tengkulak, DO 2 Untuk Anggota,Unit Loket, Internet Banking,Unit Alat

Tulis Kantor (ATK),Unit Minimarket,Unit Bangunan, Unit Elektronik, Unit

Sarana Produksi(Saprodi),Unit Pabrik Pupuk Organic Mukti Gran, Unit

Armada/Angkutan KUD, Unit Simpan Pinjam, Unit Pupuk, Unit Kebun, Unit

Konveksi, Unit Pangkalan LPG 3 Kg, Unit Spareparts, Unit Pembibitan.

Dengan mengetahui tingkat partisipasi anggota diharapkan dapat diketahui

seberapa besar hubungannya dengan Sisa Hasil Usaha (SHU) sehingga akan

terlihat keterlibatan aktif anggota di koperasi. Karena anggota merupakan hal


9

penting bagi sebuah koperasi.Ada beberapa faktor yang mempengaruhii perolehan

SHU, yaitu faktor dari dalam dan dari luar koperasi. Faktor dari dalam koperasi

yaitu: partisipasi anggota,jumlah modal sendiri,kinerja pengurus, jumlah unit

usaha yang dimiliki, kinerja manajer dan kinerja karyawan. Sedangkan faktor dari

luar koperasi adalah modal pinjaman dari luar, konsumen dari luar selain anggota

koperasi, dan pemerintah.

Dalam penelitian ini hanya faktor partisipasi anggota yang di teliti. Faktor-

faktor lain yang dianggap berhubungan dengan SHU tidak di gunakan sebagai

variabel penelitian untuk membatasi ruang lingkup penelitian ini.

Berdasarkan uraian tersebut, maka perumusan masalah dalam penelitian

ini adalah :

1. Bagaimana gambaran tingkat partisipasi anggota di Koperasi Unit Desa

Karya Mukti Kecamatan pelepat Ilir Kabupaten Bungo?

2. Bagaimana SHU Anggota di Koperasi Unit Desa karya Mukti Kecamatan

Pelepat ilir Kabupaten Bungo?

3. Bagaimana hubungan partisipasi anggota koperasi dengan Sisa Hasil Usaha

(SHU) Anggota di Koperasi Unit Desa Karya Mukti Kecamatan Pelepat Ilir

Kabupaten Bungo?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk:

1. Untuk mengetahui bagaimana gambaran tingkat partisipasi anggota di

Koperasi Unit Desa Karya Mukti Kecamatan Pelepat Ilir Kabupaten Bungo.

2. Untuk mengetahui SHU Anggota di Koperasi Unit Desa karya Mukti

Kecamatan Pelepat ilir Kabupaten Bungo.


10

3. Untuk menganalisis apakah terdapat hubungan partisipasi anggota koperasi

dengan Sisa Hasil Usaha (SHU) Anggota di Koperasi Unit Desa Karya Mukti

Kecamatan Pelepat Ilir Kabupaten Bungo.

1.4 Kegunaan Penelitian

1. Sebagai salah satu syarat dalam memperoleh gelar sarjana pada Fakultas

Pertanian Universitas Jambi

2. Sebagai bahan sumbangan pemikiran untuk penelitian selanjutnya bagi

pihak-pihak yang membutuhkan.

3. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan bagi koperasi dalam

meningkatkan partisipasi aktif anggota koperasi agar tujuan dari koperasi

tercapai.
II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Koperasi

2.1.1 Pengertian Koperasi

Koperasi berasal dari bahasa Inggris Co dan Operation yang artinya usaha

bersama.Koperasi merupakan suatu perkumpulan yang didirikan oleh orang-orang

yang memiliki kemampuan ekonomi terbatas yang bertujuan untuk

memperjuangkan peningkatan kesejahteraan ekonomi para anggotanya (Baswir,

1997: 5).

Menurut Hendar dan Kusnadi berpendapat bahwa, Koperasi adalah

organisasi yang otonom yang berada dalam lingkungan sosial ekonomi dan sistem

ekonomi yang memungkinkan setiap individu dan setiap kelompok orang

merumuskan tujuan-tujuannya secara otonom dan mewujudkan tujuan-tujuan itu

melalui aktivitas- aktivitas ekonomi yang dilaksanakannya secara bersama

(Hendar dan Kusnadi, 2002: 18).

Koperasi merupakan bentuk kerjasama di bidang ekonomi yang sesuai

dengan Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945. Dalam UUD 1945 pasal 33

dinyatakan dengan tegas bahwa kemakmuran masyarakat merupakan tujuan

utama perekonomian di Indonesia. Oleh karena itu perekonomian disusun sebagai

usaha bersama atas dasar azas kekeluargaan. Dalam UU No.25 Tahun 1992 pasal

1, yang dimaksud dengan koperasi di Indonesia adalah badan usaha yang

beranggotakan orang-seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan

kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi

rakyat yang berdasar atas azas kekeluargaan.

11
12

2.1.2 Tujuan Koperasi

Menurut UU No.25 Tahun 1992 pasal 3, tujuan koperasi adalah untuk

memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada

umumnya serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka

mewujudkan masyarakat yang maju, adil, dan makmur berlandaskan Pancasila

dan Undang Undang Dasar 1945 (Bernhard Limbong, 2010).

Tujuan koperasi memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan

masyarakat pada umumnya. Pernyataan ini mengandung arti bahwa meningkatkan

kesejahteraan anggota adalah menjadi program utama koperasi melalui pelayanan

usaha. Jadi, pelayanan anggota merupakan prioritas utama dibandingkan dengan

masyarakat umum.

Keberhasilan koperasi dalam pencapaian tujuannya dapat dilihat dari

kesejahteraan anggotanya. Ukuran kesejahteraan sangat relatif, karena setiap

orang mempunyai ukuran yang berbeda-beda dalam mengukur tingkat

kesejahteraan. Kesejahteraan sosial ekonomi lebih mudah diukur, apabila aktivitas

ekonomi yang dilakukan oleh anggota dilakukan melalui koperasi, karena hal

inibisa dilihat dari tinggi rendahnya pendapatan riil. Apabila pendapatan

anggotanya meningkat, maka tujuan koperasi tersebut tercapai dan terwujud

dalam bentuk meningkatnya pendapatan riil para anggotanya.

2.1.3 Fungsi Koperasi

Tugas utama koperasi adalah menunjang kegiatan usaha para anggotanya

dalam rangka meningkatkan kepentingan perekonomian para anggotanya melalui

pengadaan barang dan jasa yang dibutuhkannya, yang sama sekali tidak tersedia

di pasar, atau ditawarkan dengan harga, mutu atau syarat-syarat yang lebih
13

menguntungkan dari pada yang ditawarkan pada anggota di pasar atau oleh badan-

badan resmi (Bernhard Limbong, 2010).

Agar perusahaan koperasi dapat menyediakan barang dan jasa yang

dibutuhkan oleh perekonomian para anggotanya secara efisien, maka perusahaan

koperasi harus melaksanakan fungsi-fungsi yang menghasilkan peningkatan

potensi pelayanan yang bermanfaat bagi para anggotanya, Menurut UU No.25

Tahun 1992 pasal 4, fungsi dan peran koperasi adalah:

a. Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi

anggota pada khususnya serta masyarakat pada ummunya untuk

meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosialnya

b. Berperan secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan

manusia dan masyarakat.

c. Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan

perekonomian nasional koperasi dengan soko gurunya.

d. Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional

yang merupakan usaha bersama berdasarkan atas azas kekeluargaan dan

demokrasi ekonomi (Bernhard Limbong, 2010).

Fungsi-fungsi tersebut harus terdapat dalam koperasi sehingga koperasi

mampu mewujudkan tujuan koperasi yaitu memajukan kesejahteraan anggota

pada khususnya dan masyarakat pada umumnya.

2.1.4 Jenis-jenis Koperasi

Jenis koperasi didasarkan pada kebutuhan dan efisiensi dalam ekonomi,

sesuai dengan sejarah timbulnya gerakan koperasi. Jenisjenis itu ialah koperasi

konsumsi, koperasi kredit dan koperasi produksi.


14

Dalam garis besarnya banyak koperasi di Indonesia dapat dibagi menjadi 5

golongan, yaitu: koperasi konsumsi, koperasi kredit (koperasi simpan pinjam),

koperasi produksi, koperasi jasa dan koperasi serba usaha (Nunik Widiyanti dan

Y.W Sunindhia, 2008).

1) Koperasi Konsumsi adalah jenis koperasi konsumen. Anggota koperasi

konsumsi memperoleh barang dan jasa dengan harga lebih murah, lebih

mudah, lebih baik dan dengan pelayanan yang menyenangkan Tujuan

koperasi konsumsi ialah agar anggota-anggotanya dapat membeli barang-

barang konsumsi dengan kualitas baik dan harga yang layak.

2) Koperasi Kredit (koperasi simpan pinjam) adalah koperasi yang bergerak

dalam bidang pemupukan simpanan dana dari para anggotanya, untuk

kemudian dipinjamkan kembali kepada para anggota yang memerlukan

bantuan dana. Kegiatan utama koperasi simpan pinjam adalah

menyediakan jasa penyimpanan dan peminjaman dana kepada anggota

koperasi.

3) Koperasi Produksi adalah koperasi yang bergerak dalam bidang kegiatan

ekonomi pembuatan dan penjualanbarang;barang baik yang dilakukan oleh

koperasi sebagai koperasi maupun orang-orang anggota koperasi.

Contohnya adalah koperasi peternakan sapi perah, koperasi tahu tempe,

koperasi pembuatan sepatu, koperasi kerajinan, koperasi batik, koperasi

pertanian dan lain-lain.

4) Koperasi Jasa adalah koperasi yang berusaha dibidang penyediaan jasa

tertentu bagi para anggota maupun masyarakat umum. Contohnya adalah

koperasi angkutan, koperasi perencanaan dan konstruksi bangunan,


15

koperasi jasa audit, koperasi Asuransi Indonesia, koperasi Perumahan

Nasional (Kopernas).

5) Koperasi serba Usaha atau Koperasi Unit Desa (KUD). Dalam rangka

meningkatkan produksi dan kehidupan rakyat di daerah pedesaan,

pemerintah menganjurkan pembentukan Koperasi-koperasi Unit Desa

(KUD).16 Yang menjadi anggota KUD adalah orang-orang yang

bertempat tinggal atau menjalankan usahanya di wilayah Unit Desa itu

yang merupakan daerah kerja KUD. Karena kebutuhan mereka beraneka

ragam, maka KUD mempunyai beberapa fungsi yaitu: perkreditan,

penyediaan dan penyaluran sarana produksi pertanian dan keperluan hidup

sehari-hari, pengolahan dan pemasaran hasil pertanian, pelayanan jasa-jasa

lainnya, melakukan kegiatan-kegiatan ekonomi lainnya.

2.1.5 Bentuk-bentuk Koperasi

Pasal 15 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang perkoperasian,

ada dua bentuk koperasi, yaitu koperasi Primer dan koperasi sekunder.

1) Koperasi Primer adalah koperasi yang beranggotakan orang seorang

dengan jumlah anggota minimalnya 20 orang yang mempunyai kesamaan

aktivitas, kepentingan, tujuan dan kebutuhan ekonomi.

2) Koperasi Sekunder adalah koperasi yang dibentuk sekurang-kurangnya

tiga koperasi yang berbadan hukum baik primer maupun sekunder (Umi

Nur Rochyati dkk, 2015).

Pendirian koperasi sekunder bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan

fungsinya. Karena itu, pendirian koperasi sekunder harus didasarkan pada


16

kelayakan untuk mencapai tujuan tersebut. Pada dasarnya, keberadaan koperasi

sekunder bersifat subsidiary terhadap koperasi primer.

2.1.6 Prinsip-prinsip Koperasi

Perbedaan antara koperasi dengan bentuk usaha lainnya tidak hanya

terletak pada landasan dan asasnya, tetapi juga pada prinsipprinsip pengelolaan

organisasi dan usaha yang dianutnya. Prinsip koperasi merupakan esensi dari

dasar kerja sama koperasi sebagai badan usaha yang merupakan ciri khas dan jati

diri koperasi yang membedakan dari badan usaha lain. Prinsip-prinsip koperasi ini

biasanya mengatur baik hubungan antara koperasi dengan para anggotanya,

hubungan antara sesama anggota koperasi, pola kepengurusan organisasi koperasi

serta mengenai hubungan yang ingin dicapai oleh koperasi sebagai lembaga

ekonomi yang berasas kekeluargaan (Rudianto, 2006).

Prinsip-prinsip tersebut dijadikan sebagai pedoman kerja koperasi, selain

itu, juga menjadi sebuah jati diri atau ciri khas koperasi. Serta menjadikan

koperasi berbeda dengan badan usaha lain.

Mengacu pada UU Perkoperasian No. 25 Tahun 1992, prinsipprinsip

koperasi itu diuraikan secara singkat sebagai berikut:

1) Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka. Maksudnya, menjadi anggota

koperasi tidak boleh dipaksa oleh siapapun dan tidak dilakukan

pembatasan atau diskriminasi dalam bentuk apapun.

2) Pengelolaan dilakukan secara demokratis. Maksudnya dalam proses

pengambilan keputusan, setiap anggota koperasi harus diperlakukan sama

dalam suasana kebersamaan.


17

3) Pembagian SHU dilakukan secara adil dan sebanding dengan besarnya

jasa usaha masing-masing anggota.

4) Pemberian balas jasa yang terbatas modal. Modal dalam koperasi pada

dasarnya dipergunakan untuk kemanfaatan anggota dan bukan sekedar

mencari keuntungan.

5) Kemandirian

6) Pendidikan perkoperasian.

7) Kerjasama (Bernhard Limbong,2010).

Prinsip-prinsip koperasi tersebut merupakan dasar pijakan bagi

keberlangsungan koperasi kedepannya. Usaha mencapai keberhasilan koperasi

juga berhubungan dengan para anggotanya.

2.1.7 Permodalan Koperasi

Sebagaimana diuraikan dalam Undang-Undang Koperasi, bahwa sumber

modal koperasi terdiri dari beberapa jenis yaitu berupa simpanan-simpanan baik

pokok, wajib maupun sukarela dancadangan-cadangan yang dikumpulkan dari

SHU yang merupakan kekayaan koperasi (Sudarsono dan Edilius, 2010).

Di samping itu, koperasi juga memiliki sumber yang bersifat potensial

yang didasarkan pada sikap anggota terhadap koperasinya. Selain sumber-sumber

tersebut yang disebut sebagai sumber modal intern, koperasi dapat pula

menambah modalnya dengan berasal dari sumber ekstern yang berasal dari

pinjaman atau simpanansimpanan/deposito dari luar keanggotaan koperasi

termasuk pula sumber ekstern ini misalnya berbagai fasilitas yang berasal dari

pemerintah.
18

1) Modal sendiri atau Modal Anggota

Adalah sumber pembelanjaan usaha yang berasal dari setoran anggota,

simpanan koperasi dapat dibedakan menjadi simpanan pokok,wajib dan

sukarela. Serta dana cadangan dan donasi/sumbangan.

a) Simpanan pokok adalah jumlah nilai uang tertentu yang sama

banyaknya setiap anggota yang harus disetorkan pada waktu masuk

menjadi anggota. Jenis simpanan pokok ini tidak dapat diambil

kembali selama orang tersebut masih menjadi anggota

(Rudianto,2006).

b) Simpanan Wajib yaitu sejumlah nilai uang tertentu yang

diwajibkan kepada anggota untuk membayar dalam waktu dan

kesempatan yang tertentu (umumnya secara bulanan) (Nunik

Widiyanti dan Y.W Sunindhia,2008).

c) Simpanan Sukarela yaitu jumlah nilai uang tertentu yang

diserahkan anggota (juga bukan anggota) atas kehendak sendiri

sebagai simpanan (Nunik Widiyanti dan Y.W Sunindhia,2008).

Pada dasarnya simpanan sukarela dapat diterima dari non anggota.

Simpanan itu merupakan suatu jumlah tertentu dalam nilai uang

yang diserahkan pada koperasi, mungkin oleh anggota atau bukan

anggota atas kehendak sendiri. Simpanan sukarela dapat diambil

setiap waktu sesuai dengan keadaan.

d) Dana Cadangan yaitu sejumlah uang yang diperoleh dari sebagian

sisa hasil usaha yang tidak dibagikan kepada anggota. Tujuannya

adalah untuk memupuk modal sendiri yang dapat digunakan


19

sewaktu-waktu apabila koperasi membutuhkan dana segar secara

mendadak atau dapat digunakan untuk menutup kerugian dalam

menjalankan usaha (Andjar Pachta W,Myra Rosana Bachtiar dan

Nadia Maulisa Benemay, 2007). Sebaiknya, dana cadangan ini

dibesarkan jumlahnya bukan hanya untuk dipakai menutup

kerugian saja sebagaimana yang dimaksudkan oleh Undang-

Undang, lebih jauh, dana cadangan ini dapat digunakan untuk

mengembangkan usaha koperasi atau melakukan investasi yang

menunjang kinerja usaha.

e) Donasi atau sumbangan adalah sejumlah uang atau barang dengan

nila tertentu yang disumbangkan oleh pihak ketiga, tanpa ada suatu

ikatan atau kewajiban untuk mengembalikannya (Bernhard

Limbong,2010). Jadi, artinya modal koperasi dapat berasal dari

hibah yang tidak saja dalam bentuk uang tunai tetapi dapat juga

berbentuk barang seperti tanah, bangunan, mesin-mesin atau

peralatan produksi dan lain-lain yang mempunyai nilai materiil

atau dapat dinilai setara dengan sejumlah uang.

2) Modal Pinjaman

Modal dari luar atau modal pinjaman bersumber dari: anggota, koperasi

lainnya dan atau anggotanya, bank dan lembaga keuangan lainnya, penerbitan

obligasi, dan surat hutang lainnya, sumber lain yang sah (Bernhard Limbong,

2010).

Modal yang berasal dari pinjaman ini pada prinsipnya dapat berasal dari

siapapun, baik dalam bentuk uang ataupun barang sepanjang pinjaman itu
20

memang diambil oleh koperasi untuk digunakan mengembangkan usahanya di

masa yang akan datang.

3) Modal Penyertaan

Pemupukan modal koperasi yang berasal dari modal penyertaan, baik

berasal dari dana pemerintah, maupun dari dana masyarakat, dilakukan dalam

rangka memperluas kemampuan untuk menjalankan kegiatan usaha koperasi,

terutama usaha-usaha yang membutuhkan dana untuk usaha yang memerlukan

proses jangka panjang (Andjar Pachta W,Myra Rosana Bachtiar dan Nadia

Maulisa Benemay, 2007).

Penanaman modal penyertaan dapat diperoleh dari pemerintah, dunia

usaha dan badan usaha lainnya baik yang berkedudukan di dalam negeri maupun

di luar negeri, serta dari masyarakat umum. Untuk menawarkan atau mengundang

para pemodal yang mau ikut memasukan modal penyertaan ke dalam usaha

koperasi, dapat dilakukan melalui media massa (baik yang tertulis maupun

elektronik).

Dari ketentuan inilah maka koperasi dapat menghimpun modal dari

masyarakat luas di lingkungan sekitarnya, bahkan menarik modal dari luar negeri,

baik secara manual konvensional maupun secara modern.

2.1.8 Keanggotaan Koperasi

Sudah menjadi kebiasaan di masa lalu untuk menggambarkan asas

keanggotaan dari koperasi dengan kata-kata terbuka dan sukarela. Sifat

keanggotaan koperasi adalah bebas, sukarela dan terbuka. Ini berarti bahwa

seseorang menjadi anggota koperasi berdasarkan kesadaran dan kebebasan yng

ada padanya, tanpa ada paksaan dari siapapun. Juga asas persamaan di antara
21

sesama anggota tetap dipertahankan di dalam koperasi, tanpa mengadakan

perbedaan di antara anggota yang berlainan keturunan, paham politik dan agama.

Anggota koperasi adalah anggota masyarakat golongan ekonomi lemah,

bukan pemilik modal. Mereka memiliki usaha tertentu dengan potensi ekonomi

yang kurang berarti untuk melakukan tindakan-tindakan ekonomi. Sifat usaha

yang dimiliki anggota koperasi ini merupakan identitas koperasi sebagai

konsentrasi orang bukan konsentrasi modal (Nunik Widiyanti dan Y.W.

Sunindhia, 2008).

Sebagai konsentrasi orang, maka kekuatan koperasi terletak pada

banyaknya anggota dan kemampuan mereka untuk memikul kewajiban dan

melaksanakan hak sebagai anggota. Semakin banyak anggota yang mampu

memikul hak dan melaksanakan hak-haknya semakin banyak pula kesempatan

koperasi ini untuk berkembang.

Setiap anggota koperasi mempunyai kewajiban dan tanggung jawab yang

sama, yaitu:

1. Dalam mengamalkan:

a. Landasan-landasan, asas dan sendi dasar koperasi.

b. Undang-Undang, peraturan pelaksanaannya, Anggaran Dasar

dan Anggaran Rumah Tangga Koperasi.

c. Keputusan-keputusan rapat anggota.

2. Untuk hadir dan secara aktif mengambil bagian dalam rapat-rapat

anggota.

Setiap anggota koperasi juga mempunyai hak yang sama untuk:

menghadiri menyatakan pendapat dan memberikan suara dalam rapat


22

anggota, memilih/dipilih menjadi anggota pengurus/badan pemeriksa,

meminta diadakan rapat anggota menurut ketentuan-ketentuan dalam

Anggaran Dasar, mengemukakan pendapat atau saran-saran, mendapat

pelayanan yang sama antara sesama anggota, melakukan pengawasan

terhadap jalannya usaha-usaha koperasi (Sukanto Reksohadiprodjo,

2010).

Kekuasaan tertinggi dalam koperasi terletak di tangan keputusan rapat

anggota. Rapat anggota diadakan sekurangkurangnya sekali setahun. Rapat

anggota harus merupakan satu kesempatan bagi pengurus untuk melaporkan

kepada para anggota tentang kegiatan-kegiatannya selama setahun yang lalu

bersamasama dengan anggota menelaah rencana kerja tahun mendatang untuk

meningkatkan kemajuan. Koperasi milik anggota, dijalankan oleh anggota dan

bekerja untuk kesejahteraan anggota dan masyarakat.

2.2 Partisipasi Anggota

2.2.1 Pengertian Partisipasi Anggota

Secara harfiah partisipasi diambil dari bahasa asing participation, yang

artinya mengikut sertakan pihak lain dalam mencapai tujuan. Istilah partisipasi

dikembangkan untuk menyatakan atau menunjukan peran serta (keikutsertaan

seseorang atau sekelompok orang dalam aktivitas tertentu. Intinya adalah harapan

untuk bekerja sama dalam mencapai tujuan tertentu (Hendar dan Kusnadi,2005).

Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa partisipasi aggota

koperasi merupakan keterlibatan anggota dalam berbagai kegiatan koperasi baik

yang menyangkut kewajiban maupun hak-hak anggota.


23

Dipandang dari sifatnya, partisipasi dapat berupa partisipasi yang

dipaksakan (Forced) dan partisipasi sukarela (foluntary). Partisipasi yang

dipaksakan, tidak sesuai dengan prinsip koperasi keanggotaan terbuka dan

sukarela serta manajemen yang demokratis. Partisipasi yang sesuai dengan prinsip

koperasi adalah partisipasi yang bersifat sukarela. Dipandang dari bentuknya,

partisipasi dapat bersifat formal dan dapat bersifat informal. Pada partisipasi yang

formal biasanya telah tercipta suatu mekanisme formal dalam pengambilan

keputusan dan dalam pelaksanaan setiap kegiatan, pada partisipasi yang bersifat

informal biasanya hanya terdapat persetujuan lisan antara atasan dan bawahan

dalam bidang-bidang partisipasi (Hendar dan Kusnadi,2005).

Kendatipun partisipasi dalam koperasi bersifat kesadaran, koperasi harus

memberikan rangsangan tertentu terhadap anggota agar partisipasi itu efektif. Hal

ini diperlukan agar pertumbuhan koperasi selalu meningkat dari waktu ke waktu.

Koperasi harus menyediakan produkproduk yang dibutuhkan oleh para

anggotanya sehingga anggota terangsang untuk membelinya. Jika tidak,

partisipasi anggota akan menurun dari waktu ke waktu dan koperasi bukan lagi

menjadi pilihan anggota untuk mencapai tujuannya.

2.2.2 Bentuk-Bentuk Partisipasi Anggota

Partisipasi merupakan faktor yang paling penting dalam mendukung

keberhasilan atau perkembangan suatu organisasi. Melalui partisipasi segala aspek

yang berhubungan dengan kegiatan pencapaian tujuan direalisasikan (Hendar dan

Kusnadi,2005).

Tanpa partisipasi anggota, koperasi tidak akan dapat bekerja secara efisien

dan efektif. Karena alasan itulah partisipasi diikutsertakan dalam tes komparatif
24

koperasi. suatu koperasi bisa berhasil dalam kompetisi (bersaing dengan

perusahaan nonkoperasi), tetapi tak akan ada artinya bila anggota tak

memanfaatkan keunggulan yang dimiliki tersebut. Anggota harus berpartisipasi

dalam mencapai tujuan koperasi.

Terdapat beberapa bentuk partisipasi anggota koperasi menurut

KEMENKOP dan UKM (2010), yaitu sebagai berikut:

1 Partisipasi dalam pengambilan keputusan dalam rapat anggota (kehadiran,

keaktifan, dan penyampai/ mengemukakan pendapat/ saran/ ide/ gagasan/

kritik bagi koperasi).

2 Partisipasi dalam kontribusi modal (dalam berbagai jenis simpanan,

simpanan pokok, simpanan wajib, simpanan sukarela, jumlah dan

frekuensi menyimpan simpanan, penyertaan modal).

3 Partisipasi dalam pemanfaatan pelayanan (dalam berbagai jenis unit usaha,

jumlah dan frekuensi pemanfaatan layanan dari setiap unit usaha koperasi,

besaran transaksi berdasarkan waktu dan unit usaha yang dimanfaatkan,

besaran pembelian atau penjualan barang maupu jasa yang dimanfaatkan,

cara pembayaran atau cara pengambilan, bentuk transaksi, waktu layanan).

4 Partisipasi dalam pengawasan koperasi (dalam menyampaikan kritik, tata

cara penyampaian kritik, ikut serta melakukan pengawasan jalannya

organisasi dan usaha koperasi) (Ignatius Agung Dwi nugroho, 2015).

Partisipasi dari anggota sangatlah penting untuk menunjang kualitas serta

kinerja dari koperasi itu sendiri. Tanpa adanya partisipasi anggota, kemungkinan

atas rendah atau menurunnya efisiensi dan efektifitas anggota dalam rangka

mencapai kinerja koperasi, akan lebih besar. Partisipasi dibutuhkan untuk


25

mengurangi kinerja yang buruk, mencegah penyimpangan dan membuat

pemimpin koperasi bertanggung jawab.

2.2.3 Jenis-jenis Partisipasi Anggota

Hanel dalam Sugiharsono (2010), membedakan dimensi partisipasi

anggota koperasi dengan prinsip identitas anggota.

1. Dalam kedudukannya sebagai pemilik, partisipasi para anggota adalah:

a. Memberikan kontribusi terhadap pembentukan modal koperasi

(penyertaan modal, pembentukan cadangan, simpanan).

b. Mengambil bagian dalam menetapkan tujuan,pembuatan/pengambilan

keputusan dan kebijakan, serta pengawasan.

2. Dalam kedudukannya sebagai pengguna/pelanggan, partisipasi anggota

adalah memanfaatkan berbagai potensi dan layanan koperasi dalam

menunjang kepentingan/kebutuhannya.

Anggota memiliki peranan sebagai pemilik dan pengguna, Artinya bahwa

usaha koperasi memang ditujukan terutama untuk melayani kebutuhan anggota.

Dengan demikian apabila anggota sebagai pelanggan utama yang dilayani

koperasi tidak berpartisipasi pada koperasi, tentu usaha yang diselenggarakan

koperasi menjadi sia-sia.

Sementara itu, Beberapa indikator bentuk rangsangan partisipasi terkait

dengan nilai yang diterima anggota, yaitu:

a. Peningkatan pelayanan yang efisien melalui penyediaan barang dan jasa

oleh koperasi akan menjadi perangsang penting bagi anggota untuk

memberikan kontribusi bagi pembentukan dan pertumbuhan koperasi.


26

b. Kontribusi anggota dalam pembentukan dan pertumbuhan perusahaan

koperasi dalam bentuk sarana keuangan akan dinilai oleh mereka atas

dasar biaya opportunity(opportunity cost) yang mungkin akan lebih mahal

bagi para anggota.

c. Partisipasi anggota dalam pengambilan keputusan, seperti dalam

pencapaian tujuan dan pengawasan tata kehidupan koperasinya (ditinjau

dari sudut anggota) dapat merupakan satu perangsang, yaitu apabila

anggota dapat memasukkan tujuan-tujuannya ke dalam koperasi menjadi

tujuan kelompok koperasi dan organisasi koperasi yang bersangkutan.

Mereka mungkin akan menganggap kesempatan partisipasi itu sebagai

suatu perangsang. Selain itu, partisipasi anggota dalam rapat rapat dan

diskusi kelompok memakan waktu dan akhirnya menimbulkan pula

sejumlah beban biaya perjalanan dan sebagainya, maka anggota akan

mempertimbangkan pula opportunity cost yang berkaitan dengan hal

tersebut (Hendar dan Kusnadi,2005).

Hidup-matinya usaha koperasi sangat ditentukan oleh partisipasi anggota

dalam mendukung dan memanfaakan layanan usaha koperasi. Oleh karena itu,

tidak berlebihan apabila dikatakan bahwa keberhasilan usaha koperasi sangat

ditentukan oleh partisipasi anggota dalam koperasi.

Sementara itu Ropke dalam Sugiharsono (2010), membedakan dimensi

partisipasi anggota menjadi tiga, yaitu: partisipasi anggota dalam

mengkontribusikan atau menggerakkan sumber daya, partisipasi anggota dalam

mendapatkan manfaat layanan dan partisipasi anggota dalam pengambilan

keputusan. Selanjutnya Ropke menjelaskan bahwa partisipasi anggota merupakan


27

hasil interaksi dari tiga variabel utama, yaitu: the members of beneficiaries, the

management of organization, and the program.

UU Koperasi No. 14 Tahun 1965 dalam BAB III pasal 4 tentang asas

koperasi disebutkan tiap-tiap anggota sesuai dengan tingkat kesadaran dan

kemampuannya menyumbangkan materi, tenaga maupun pikiran untuk koperasi

dan sesuai dengan karyanya menerima bagian dari setiap kemamfaatan koperasi

dalam batas-batas kepentingan negara dan masyarakat (Bahri nurdin,1993).

Indikator adalah hal-hal yang dijadikan sebagai ukuran dari suatu variabel

dan ukuran/indikator tersebut tidak abstrak namun mudah diukur. Indikator-

indikator dalam variabel partisipasi anggota menyangkut tiga aspek, yaitu:

1) Partisipasi anggota dalam manajemen organisasi, seperti penetapan tujuan,

pengambilan keputusan dan kebijakan, serta pengawasan/pengendalian.

2) Partisipasi anggota dalam pemupukan modal. Seperti gerakan dalam

berbagai jenis simpanan, simpanan pokok, simpanan wajib, simpanan

sukarela, jumlah dan frekuensi menyimpan simpanan, penyertaan modal.

3) Partisipasi dalam pemanfaatan layanan usaha koperasi. Seperti (dalam

berbagai jenis unit usaha, jumlah dan frekuensi pemanfaatan layanan dari

setiap unit usaha koperasi, besaran transaksi berdasarkan waktu dan unit

usaha yang dimanfaatkan, besaran pembelian atau penjualan barang

maupun jasa yang dimanfaatkan, cara pembayaran atau cara pengambilan,

bentuk transaksi, waktu layanan) (Bahri Nurdin,1993).

Oleh karena itu tingkat partisipasi anggota dalam kegiatan koperasi ini

dapat dilihat melalui indikator tersebut.


28

Partisipasi anggota dalam manajemen organisasi dapat dilakukan melalui

rapat-rapat yang melibatkan anggota dan atau wakil anggota. Selain itu, untuk

partisipasi ini juga dapat direalisasikan melalui kotak saran. Dalam hal ini

koperasi memang perlu menyediakan kotak saran yang dibuka secara rutin.

Partisipasi anggota dalam permodalan dapat dilakukan melalui gerakan

membayar simpanan wajib secara rutin, serta gerakan menabung simpanan

sukarela melalui pembayaran angsuran (bagi anggota yang mempunyai kewajiban

membayar angsuran pinjaman/kredit).

Partisipasi anggota dalam mamanfaatkan layanan usaha koperasi dapat

dilakukan melalui peningkatan kualitas layanan usaha koperasi. Anggota harus

memperoleh kepuasan sekaligus kebanggaan (Prestise) dari layanan usaha

koperasi.

2.2.4 Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Partisipasi

Partisipasi anggota koperasi yang berhubungan ada beberapa faktor, yaitu

faktor kepuasan anggota, motivasi anggota, tingkat kepercayaan anggota,

lingkungan usaha dan kualitas pelayanan (Dhanie Istiani Aromatika, 2011)

Kepuasan anggota adalah perasaan seseorang baik senang atau tidak atas

kinerja suatu produk (barang atau jasa) yang dihasilkan.Motivasi Anggota adalah

kekuatan untuk membangkitkan seseorang dari keterpurukan yang kemudian

berorientasi pada tujuan yang akan dicapai dan mempunyai target yang jelas pada

diri sendiri atau kelompok. Kepercayaan anggota, Kepercayaan dibagun dalam

kelompok dengan mengembangkan komunikasi yang terbuka, menjalankan

kepemimpinan yang adil dan terbuka.


29

Lingkungan usaha meliputi lingkungan mikro dan lingkungan makro,

lingkungan mikro adalah lingkungan yang berkaitan dengan operasional

perusahaan, yang meliputi: pelangan dan pesaing. Lingkungan makro adalah

lingkungan di luar perusahaan yang dapat berhubungan dengan daya hidup

perusahaan secara keseluruhan, yang meliputi: lingkungan ekonomi, sosial, dan

teknologi. Dan kualitas pelayanan adalah upaya pemenuhan kebutuhan dan

keinginan pelanggan, serta ketepatan penyampaiannya untuk mengimbangi

harapan pelanggan.

2.3 Sisa Hasil Usaha (SHU)

2.3.1 Pengertian SHU

Menurut pasal 34 ayat 1, SHU Koperasi adalah pendapatan koperasi yang

diperoleh didalam satu tahun buku setelah dikurangi dengan penyusutan dan

biaya-biaya dari tahun buku yang bersangkutan (Sudarsono dan Ediius,

2002:112).Sisa Hasil Usaha pada koperasi pada hakekatnya sama dengan

keuntungan pada badan usaha seperti perseorangan terbatas dan dapat

didefinisikan sebagai pendapatan koperasi dalam satu tahun buku setelah

dikurangi dengan biaya, penyusutan dan kewajiban lainnya termasuk pajak dalam

tahun buku yang bersangkutan (UU Koperasi No. 25 tahun 1992 pasal 45),

sebagai berikut.

a. Sisa Hasil Usaha Koperasi merupakan pendapatan koperasi yang diperoleh

dalam satu tahun buku dikurangi dengan biaya, penyusutan, dan kewajiban

lainnya termasuk pajak dalam tahun buku yang bersangkutan.

b. Sisa Hasil Usaha setelah dikurangi dana cadangan, dibagikan

epadaanggota sebanding dengan jasa usaha yang dilakukan oleh masing-


30

masing anggota dengan koperasi, serta digunakan untuk keperluan

pendidikan perkoperasian dan keperluan lain dari koperasi dengan

keputusan Rapat Anggota.

c. Besarnya pemupukan dana cadangan ditetapkan dalam Rapat Anggota.

Sisa Hasil Usaha adalah pendapatan koperasi yang dikurangi biaya,

penyusutan, dan kewajiban yang diperoleh dalam satu tahun buku. Penetapan

besarnya pembagian kepada para anggota dan jenis serta jumlahnya

untukkeperluan lainnya ditetapkan oleh rapat anggota. Dalam hal ini, jasa usaha

mencakup transaksi usaha dan partisipasi modal, maka besarnya SHU yang

diterima oleh setiap angota akan berbeda, tergantung besarnya partisipasi modal

dan transaksi anggota terhadap pembentukan pendapatan koperasi. Bahwa ada

hubungan linier antara transaksi usaha anggota dan koperasinya dalam perolehan

SHU. Artinya, semakin besar transaksi usaha dan modal anggota dengan

koperasinya, maka semakin besar SHU yang akan diterima.

2.3.2 Pembagian SHU Anggota

Menurut Sitio dan Tamba (2001:89), SHU koperasi yang diterima oleh

anggota bersumber dan dua kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh anggota

sendiri, yaitu :

a. SHU atas jasa modal

Pembagian ini juga seakligus mencerminkan anggota sebagai pemilik

ataupun investor, karena jasa atas modal (simpanan) tetap diterima dari

anggota koperasinya sepanjang koperasi tersebut mengasilkan SHU

pada tahun buku yang bersangkutan.


31

b. SHU atas jasa usaha

Jasa ini menjelaskan bahwa anggota selain pemilik juga sebagai

pemakai atau pelanggan.

Menurut Sitio dan Tamba (2002), secara umum sisa hasil usaha koperasi

dibagi untuk :

1. Cadangan Koperasi, Cadangan koperasi merupakan bagian dari penyisihan

sisa hasil usaha yang tidak dibagi dan dapat digunakan untuk memupuk

modal sendiri serta untuk menutup kerugian koperasi bila diperlukan

2. Jasa anggota, Anggota di dalam koperasi memiliki fungsi ganda yaitu

sebagai pemilik (owner) dan sekaligus sebagai pelanggan (customer).

3. Dana pengurus, sisa hasil usaha yang disisihkan untuk pengurus atas balas

jasanya dalam mengelola organisasi dan usaha koperasi.

4. Dana pegawai, penyisihan sisa hasil usaha yang digunakan untuk

membayar gaji pegawai yang bekerja dalam koperasi.

5. Dana pendidikan adalah penyisihan sisa hasil usaha yang digunakan untuk

membiayai pendidikan pengurus, pengelola, dan pegawai koperasi sebagai

upaya meningkatkan kemampuan dan keahlian sumber daya manusia

dalam mengelola koperasi.

6. Dana Sosial, Penyisihan sisa hasil usaha yang dipergunakan untuk

membantu anggota dan masyarakat sekitar yang tertimpa musibah.

7. Dana Pembangunan Daerah Kerja, Penyisihan sisa hasil usaha yang

dipergunakan untuk mengembangkan daerah kerjanya.

Perhitungan SHU bagian anggota dapat dilakukan bila beberapa informasi

dibawah ini diketahui (Sitio dan Halomoan, 2001: 88):


32

a. SHU total koperasi pada satu tahun buku.

b. Bagian (persentase) SHU anggota.

c. Total simpanan seluruh anggota.

d. Total seluruh transaksi usaha (volume usaha atau omzet) yang bersumber

dari anggota.

e. Jumlah simpanan per anggota.

f. Omzet atau volume usaha per anggota.

g. Bagian (persentase) SHU untuk simpanan anggota

h. Bagian (persentase) SHU untuk transaksi usaha anggota

Tentunya tidak semua komponen di atas harus di adopsi koperasi dalam

membagi SHU-nya. Hal ini sangat tergantung dari keputusan anggota yang

ditetapkan dalam rapat anggota.Untuk mempermudah pemahaman rumus

pembagian SHU koperasi, berikut ini disajikan salah satu pembagian SHU

menurut AD/ART (Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga) di Koperasi Unit

Desa Karya Mukti, SHU di bagi sebagai berikut:

1. Jasa anggota : 40%

2. Cadangan koperasi : 20%

3. Dana pengurus : 10%

4. Dana pendidikan : 10%

5. Dana sosial : 5%

6. Dana karyawan : 5%

7. Dana pembangunan lingkungan : 10%


33

SHU per anggota dapat di hitung sebagai berikut:

Dimana :

SHUA = Sisa Hasil Usaha Anggota

JUA = Jumlah Usaha Anggota

JMA = Jasa Modal Anggota

Dengan menggunakan model matematika, SHU per anggota dapat

dihitung sebagai berikut.

Dimana :

SHUPa = Sisa Hasil Usaha per Anggota

JUA = Jasa Usaha Anggota

JMA = Jasa Modal Anggota

Va = Volume Usaha Anggota (total transaksi anggota)

VUK = Volume Usaha Total Koperasi (total transaksi koperasi)

Sa = Jumlah Simpanan Anggota

TMS = Modal Sendiri Total (simpanan anggota total)

Bila SHU bagian anggota menurut AD/ART koperasi unit desa Karya

Mukti adalah 40% dari total SHU dan Rapat Anggota menetapkan bahwa SHU

bagian anggota tersebut dibagi secara proporsional menurut jasa modal dan usaha.

SHU bagian anggota (40%) dijadikan menjadi 100%, sehingga dalam hal

ini diperoleh terlebih dahulu angka absolut, kemudian dibagi sesuai dengan

presentase yang ditetapkan.


34

2.3.3 Prinsip-Prinsip Pembagian SHU

Menurut Sitio dan Halomoan (2001: 91-92), agar tercermin azas keadilan,

demokrasi, transparasi, dan sesuai dengan prinsip-prinsip koperasi, maka perlu

diperhatikan prinsip-prinsip pembagian SHU sebagai berikut:

a. SHU yang dibagi adalah yang bersumber dari anggota.

Pada hakekatnya SHU yang dibagi kepada anggota adalah yang bersumber dari

anggota sendiri.Sedangkan SHU yang bukan berasal dari hasil transaksi dengan

anggota pada dasarnya tidak dibagikan kepada anggota, melainkan dijadikan

cadangan koperasi.

b. SHU anggota adalah jasa dari modal dan transaksi usaha yang dilakukan

anggota sendiri.

SHU yang diterima setiap anggota pada dasarnya merupakan insentif dari modal

yang diinvestasikannya dan dari hasil transaksi yang dilakukannya dengan

koperasi. Oleh sebab itu, perlu ditentukan proporsi SHU untuk jasa modal dan

jasa transaksi usaha yang dibagi kepada anggota.

c. Pembagian jasa SHU anggota dilakukan secara transparan.

Proses perhitungan SHU per anggota dan jumlah SHU yang dibagi kepada

anggota harus diumumkan secara transparan, sehingga setiap anggota dapat

dengan mudah menghitung secara kuantitatif berapa partisipasinya kepada

koperasinya.

d. SHU anggota dibayar secara tunai.

SHU per anggota haruslah diberikan secara tunai, karena dengan demikian

koperasi membuktikan dirinya sebagai badan usaha yang sehat kepada anggota

dan masyarakat mitra bisnisnya.


35

2.3.4 Perhitungan Sisa Hasil Usaha Koperasi

Menurut Sattar (2017:110),Ditinjau dari aspek ekonomi manajerial,Sisa

hasil Usaha (SHU) koperasi adalah selisih dari seluruh pemasukan atau

penerimaan total ( Total Revenue = TR) dengan biaya-biaya atau biaya total

(Total Cost = TC) dalam satu tahun buku.

Perhitungan akhir tahun buku yang menggambarkan penerimaan

pendapatan koperasi dirumuskan sebagai berikut:

SHU = TR-TC

Dimana :

SHU = Sisa Hasil Usaha

TR = Total Revenue (pemasukan atau penerimaan total)

TC = Total Cost (Biaya-biaya atau Biaya Total)

Pendapatan koperasi adalah penerimaan koperasi atas kontribusi anggota

koperasi bagi pengeluaran biaya- biaya koperasi, maka apabila sisa hasil usaha

positif berarti kontribusi anggota koperasi padapendapatan koperasi melebihi

kebutuhan akan biaya riil koperasi. Kelebihan tersebut dikembalikan oleh

koperasi kepada para anggotanya. Apabila sisa hasil usaha negatif berarti

kontribusi anggota koperasi terhadap pengeluaran untuk biaya koperasi lebih kecil

dari pendapatan koperasi. Pendapatan koperasi merupakan penerimaan koperasi

atas kontribusi anggota koperasi bagi pengeluaran biaya-biaya operasional

koperasi, dipergunakan oleh koperasi untuk membayar segala pengeluaran

koperasi dalam rangka memutar roda organisasi koperasi agar mampu mencapai
36

tujuannya. Tugas pengurus adalah menggunakan pendapatan koperasi tersebut

seefisien mungkin dengan hasil yang maksimal.

Adapun data pendapatan koperasi KUD Karya Mukti yang dapat kita

ketahui dari laporan perhitungan SHU pada tahun 2020 dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Data Penjualan dan Pendapatan , Beban Operasional, Beban


Administrasi dan Umum, Beban Penyusutan dan Pajak, SHU
Bersih KUD Karya Mukti Tahun 2017-2020.
Uraian
Jumlah Jumlah Beban Jumlah Beban Jumlah Total SHU
Tahun Penjualan dan Operasional Administrasi Beban Bersih (Rp)
Pendapatan (Rp) dan Umum Penyusutan
(Rp) (Rp) dan Pajak
(Rp)
2017 12.609.428.206 1.677.149.148 9.126.441.067 331.463.457 1.474.374.534
2018 12.079.816.584 2.022.546.971 7.892.910.690 387.250.545 1.777.108.378
2019 9.239.593.439 2.243.971.935 4.822.563.185 530.203.098 1.642.855.221
2020 5.415.594.762 2.233.722.660 719.175.124 601.516.728 1.861.180.250
Sumber : Laporan Keuangan Koperasi Unit Desa Karya Mukti
Berdasarkan tabel 2, dapat diketahui bahwa jumlah penjualan dan

pendapatan di kurangi dengan jumlah beban operasional, jumlah beban

administrasi dan umum, dan juga jumlah beban penyusutan dan pajak tersebut,

maka total SHU bersih pertahun pun dapat diketahui. Terlihat pada tabel tersebut

bahwa total SHU bersih di Koperasi Unit Desa Karya Mukti mengalami fluktuasi

pada tahun terakhir 2020.

2.3.5 Indikator SHU Anggota

Indikator adalah hal-hal yang dijadikan sebagai ukuran dari suatu variabel

dan ukuran/indikator tersebut tidak abstrak namun mudah diukur (Juliansyah

Noor, 2017:97). Indikator-indikator dalam variabel SHU di tentukan dari dua

indikator yaitu aspek keuangan dan non keuangan. Aspek keuangan merupakan

modal awal untuk perkembagan suatu koperasi sedangkan non keuangan


37

bagaimana cara koperasi untuk menarik minat masyarakat menjadi anggota

koperasi tersebut, karna semakin banyaknya anggota dalam koperasi tersebut

dapat menambah pendapatan SHU dalam koperasi tersebut.

Indikator yang digunakan adalah SHU rata-rata anggota atas jasa modal

dan SHU atas jasa usaha yang dihitung dengan satuan rupiah. (Sitio, 2001:87).

Dalam penelitian ini peneliti menentukan indikator dari aspek keuangan dengan

nilai Riil yang diperoleh setiap anggota.Berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas

yang dimaksud dengan Sisa Hasil Usaha adalah pendapatan sisa hasil usaha

(SHU) anggota yang diperoleh dalam satu buku dikurangi biaya penyusutan

dihitung dalam satuan rupiah.

2.3.6 Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan SHU

Menurut faktor-faktor yang menentukan besarnya sisa hasil usaha koperasi

dapat dilihat dari dua aspek yaitu aspek keuangan dan non keuangan. Dilihat dari

aspek indikator keuangan faktor yang berhubungan dengan sisa hasil usaha (SHU)

koperasi meliputi: modal sendiri, modal pinjaman, volume usaha (Rudianto,2006).

Modal sendiri yaitu modal yang menanggung resiko (equity) atau

merupakan kumulatif dari simpanan pokok, simpanan wajib, dana cadangan dan

hibah. Modal pinjaman, yaitu modal yang dipinjam koperasi yang berasal dari

anggota, koperasi lainnya, bank atau lembaga keuangan, penerbitan obligasi atau

surat berharga dan sumber-sumber lainnya. Volume usaha, yaitu total nilai

penjualan atau pendapatan barang dan jasa pada tahun buku yang bersangkutan.

Menurut Pactha dalam Tati Wahyuning (2007) berpendapat bahwa, faktor

– faktor yang berhubungan dengan SHU terdiri dari 2 faktor yaitu sebaga berikut :
38

1. Faktor dari dalam

a. Partisipasi anggota, para anggota koperasi harus berpartisipasi

dalam kegiatan koperasi karena tanpa adanya peran anggota

maka koperasi tidak akan berjalan lancar.

b. Jumlah modal sendiri, SHU anggota yang di peroleh sebagian

dari modal sendiri yaitu dari simpanan wajib, simpanan pokok,

dana cadangan dan hibah.

c. Kinerja pengurus, kinerja pengurus sangat di perlukan dalam

semua kegiatan yang dilakukan oleh koperasi, dengan adanya

kinerja yang baik dan sesuai persyaratan dalam Anggaran

Dasar serta UU Perkoperasian maka hasil yang di capaipun

juga akan baik.

d. Jumlah unit usaha yang dimiliki, Setiap koperasi pasti memiliki

unit usaha hal ini juga menentukan seberapa besar volume

usaha yang di jalankan dalam kegiatan usaha tersebut.

e. Kinerja manajer, kinerja manajer menentukan jalannya semua

kegiatan yang dilakukan oleh koperasi dan memiliki wewenang

atas semua hal-hal yang bersifat intern.

f. Kinerja karyawan, merupakan kemampuan seorang karyawan

dalam menjadi anggota koperasi.

2. Faktor dari luar

a. Modal pinjaman dari luar.

Modal yang berasal dari luar perusahaan yang sifatnya

sementara bekerja di dalam perusahaan dan bagi perusahaan


39

merupakan utang yang pada saatnya harus di bayar kembali

agar tidak menderita kerugian.

b. Para konsumen dari luar selain anggota koperasi.

c. Pemerintah.

Sedangkan besarnya SHU yang diterima oleh setiap anggota akan berbeda

tergantung besarnya partisipasi modal dan transaksi anggota terhadap

pembentukan pendapatan koperasi. Sehingga dapat dijelaskan bahwa ada

hubungan linier antara transaksi usaha anggota dan koperasinya dalam perolehan

SHU. Artinya, Semakin tinggi partisipasi yang diberikan dalam bentuk

permodalan maupun penggunaan jasa terhadap koperasi semakin tinggi SHU yang

diperoleh. Dan sebaliknya, jika partisipasi anggota terhadap koperasi rendah maka

SHU yang diperoleh juga rendah. (Sitio dan Tamba, 2008:87).

Kekayaan koperasi yang merupakan pemberian bantuan kepada pihak

koperasi secara sukarela baik berwujud uang maupun barang biasanya berasal dari

pemerintah dan merupakan hibah.

2.4 Hubungan Antara Partisipasi Anggota Dengan SHU

Dalam mencapai tujuan koperasi harus memperhatikan berbagai faktor

yang berhubungan dengan pencapaian tujuan koperasi, diantaranya adalah

partisipasi anggota.Maju mundurnya koperasi ditentukan oleh partisipasi

anggotanya karena sumbangsih anggota koperasi sangat berhubungan terhadap

perkembangan koperasi itu sendiri dalam pencapaian tujuan koperasi.

Partisipasi anggota sangat diperlukan dalam rangka meningkatkan usaha

koperasi untuk memperoleh pendapatan.Sebagaimana yang dijelaskan dalam

bagian SHU koperasi bahwa SHU setelah dikurangi dengan dana cadangan, biaya
40

penyusutan dan kewajiban lain termasuk pajak dibagikan kepada anggota

sebanding denganjasa usaha yang dilakukan oleh masing-masing anggota koperasi

dalam satu periode tertentu.

Anggota yang berpartisipasi aktif dalam jasa usaha dan jasa modal

koperasi akan mendapat sisa hasil usaha (SHU) yang lebih besar dibanding

dengan anggotanya yang kurang berpartisipasi. Kegiatan usaha koperasi bukan

sekedar usaha yang mengandalkan tingkat prestasi individual, melainkan

merupakan usaha bersama untuk menuju kesejahteraan bersama (Widiyanti, 1991:

52).

2.5 Penelitian Terdahulu

Hasil penelitian yang relevan merupakan uraian sistematis tentang hasil

penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu yang relevan sesuai dengan

substansi yang diteliti.fungsinya untuk memposisikan peneliti yang sudah ada

dengan penelitian yang akan dilakukan. Berikut penelitian yang dianggap relevan

dengan penelitian ini.

Larasati dan Pratiwi Indah Sari (2018) dengan judul “Pengaruh Partisipasi

dan Permodalan Anggota Terhadap Kesejahteraan Anggota Koperasi Unit Desa

Buluran Kenali Kecamatan Telanaipura Kota Jambi”. Penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui gambaran responden dan pengaruh mengenai partisipasi dan

permodalan anggota secara bersama-sama,terhadap kesejahteraan anggota

koperasi unit desa Buluran Kenali Kecamatan Telanapura Kota Jambi.Penelitian

ini bertujuan untuk mengetahui gambaran responden dan pengaruh mengenai

partisipasi dan permodalan anggota secara bersama-sama, terhadap kesejahteraan

anggota Koperasi Unit Desa Buluran Kenali Kecamatan Telanaipura Kota Jambi.
41

Berdasarkan analisis data pada hasil penelitian bahwa terdapat pengaruh yang

signifikan antara partisipasi dan permodalan anggota secara bersama-sama,

terhadap kesejahteraan anggota Koperasi Unit Desa Buluran Kenali Kecamatan

Telanaipura Kota Jambi. Dengan hasil model summary R = 0,311 dan R Square =

0,297. Pada ANOVA, nilai F = 9.179 dengan α (sig) = 0,000. Oleh karena α (Sig)

< 0,05, maka regresi dapat digunakan untuk memprediksi partisipasi dan

permodalan pada taraf kepercayaan 95%. Berdasarkan nilai B constant dan X,

dapat dibuat suatu persamaan regresi yaitu Y = a + X1 + X2 = 29,610 + 0,198 +

0,182. Dan, untuk t hitung X1 = 2,895, dan t hitung X2 = 2,628 maka t hitung > t

tabel,. Hal ini berarti, bahwa t hitung > t tabel. Artinya, hasil uji t ini menunjukkan

bahwa partisipasi (X1) dan permodalan (X2) mempunyai pengaruh yang positif

dan signifikan terhadap kesejahteraan anggota (Y) Koperasi Unit Desa Buluran

Kota Jambi.

Penelitian oleh Putu Agus Surya Permana,Gede Adi Yuniarta dan Made

Arie Wahyuni (2017) yang berjudul “Pengaruh Modal Luar,Partisipasi Anggota,

Dan Pengalaman Pengurus Terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU) Pada Koperasi

Simpan Pinjam Di Kecamatan Buleleng”Penelitian ini bertujuan untuk

memperoleh hasil pengujian dari pengaruh (1) modal luar terhadap sisa hasil

usaha ( SHU ),(2) partisipasi anggota terhadap sisa hasil usaha ( SHU ) , (3)

pengalaman pengurus terhadap sisa hasil usaha ( SHU ), dan (4) modal luar ,

partisipasi anggota, dan pengalaman pengurus secara bersama sama terhadap sisa

hasil usaha ( SHU ). Desain penelitian yang digunakan adalah kuantitatif kausal.

Subjek penelitian ini adalah koperasi simpan pinjam di kecamatan buleleng yang

terdaftar di Dinas Koperasi Dan UKM Kabupaten Buleleng dan objek dari
42

penelitian ini adalah modal luar, partisipasi anggota,dan pengalaman pengurus.

Dalam penelitian ini, data yang digunakan adalah data primer yaitu kuesioner dan

dianalisis menggunakan analisis regresi linear berganda. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa (1) modal luar berpengaruh positif dan signifikan terhadap

sisa hasil usaha pada koperasi simpan pinjam di Kecamatan Buleleng, (2)

partisipasi anggota berpengaruh positif dan signifikan terhadap sisa hasil usaha (

SHU ) pada koperasi simpan pinjam di Kecamatan Buleleng, (3) pengalaman

pengurus berpengaruh positif dan signifikan terhadap sisa hasil usaha ( SHU )

pada koperasi simpan pinjam di Kecamatan Buleleng, dan (4) modal luar ,

partisipasi anggota, dan pengalaman pengurus berpengaruh secara bersama sama

secara bersama sama terhadap sisa hasil usaha pada koperasi simpan pinjam di

Kecamatan Buleleng.

Penelitian oleh Winda Alfiani (2016) yang berjudul “Pengaruh Partisipasi

Anggota Koperasi Terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU) di Koperasi Mahasiswa UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta”Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah

terdapat pengaruh antara partisipasi anggota koperasi dan Sisa Hasil Usaha

(SHU), seberapa besar kontribusi yang diberikan dan apakah hal tersebut memiliki

signifikansi atau tidak. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Agustus-

November 2016 di Koperasi Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.Metode

yang digunakan adalah metode kuantitatif.metode analisis data menggunakan

regresi linier sederhana, Teknik pengambilan sampel yang digunakan yaitu simple

random sampling. Instrumen penelitian yang digunakan adalah angket berbentuk

skala, skala yang digunakan adalah skala likert. Teknik pengumpulan data

menggunakan kuesioner, wawancara dan observasi. Hasil yang ditemukan dalam


43

penelitian ini bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara partisipasi anggota

koperasi terhadap SHU.Hasil penelitian menunjukan bahwa nilai rhit sebesar 0,546

dan termasuk ke dalam kategori cukup kuat (nilai rhitung pada rentang 0.40-0.599).

Dengan demikian terdapat hubungan yang cukup kuat dan signifikan antara

partisipasi anggota koperasi terhadap SHU di Koperasi mahasiswa UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta dan memberikan kontribusi yang cukup besar dalam

meningkatkan jumlah SHU yang diperoleh.

Penelitian oleh Nurul Wahyuni Fitri (2020) yang berjudul “Pengaruh

Permodalan Dan Partisipasi Anggota Terhadap SHU Koperasi Wanita Jamu

Gedong Mekar Asih Kota Jambi”.Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui

pengaruh Permodalan dan Partisipasi Anggota Secara Parsial dan Simultan

Terhadap SHU Koperasi Wanita Jamu Gendong Mekar Asih Kota Jambi.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pengumpulan data dengan

metode angket (kuesioner), observasi, wawancara dan dokumentasi. Populasi

dalam penelitian ini adalah anggota Koperasi Wanita Jamu Gendong Mekar Asih

Kota Jambi dan sampel sebagai responden penelitian akan diambil menggunakan

teknik non probability sampling dengan rumus slovin yaitu 63 anggota. Data yang

diperoleh dalam penelitian ini dianalisa menggunakan analisis regresi linier

berganda dengan program SPSS 20. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel

permodalan (X1) berpengaruh positif dan signifikan terhadap SHU (Y) karena

nilai thitung sebesar 5.451 lebih besar dari ttabel 2.000 dan nilai signifikan yang

dihasilkan 0.000 lebih kecil dari 0.05. Partisipasi Anggota (X2) berpengaruh

positif dan signifikan terhadap SHU (Y) karena nilai thitung sebesar 2.427 lebih

besar dari t tabel 2.000 dan nilai signifikan yang dihasilkan 0.018 lebih kecil dari
44

0.05. Sacara simultan variabel Permodalan (X1) dan Partisipasi Anggota (X2)

berpengaruh positif dan signifikan terhadap SHU (Y) dikarenakan nilai Fhitung

sebesar 41.278 lebih besar dari Ftabel 3.150 dan nilai signifikan yang dihasilkan

0.000 lebih kecil dari 0.05. Nilai koefisien determinasi 0.579 yang artinya sebesar

57.9% pengaruh Permodalan (X1) dan partisipasi anggota (X2) terhadap SHU

(Y). Berdasarkan hasil yang dillihat dari koefisien beta, variabel yang paling

berHUBUNGAN terhadap SHU (Y) adalah variabel Permodalan (X1) yang

memiliki koefisien regresi sebesar 0.535 lebih besar dari koefisien regresi variabel

Partisipasi Anggota (X2) yang hanya sebesar 0.255.

2.6 Kerangka Pemikiran

Koperasi menurut Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 adalah badan

usaha yang beranggotakan orang-seorangan atau badan hukum koperasi dengan

melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan

ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan. Menurut Undang-Undang

Nomor 25 Tahun 1992 juga menjelaskan bahwa koperasi memiliki anggota,

modal dan Sisa Hasil Usaha (SHU).

Partisipasi anggota di Koperasi Unit Desa Karya Mukti merupakan salah

satu faktor internal yang berhubungan dengan SHU. Besar kecilnya SHU

berdasarkan transaksi yang terjadi dalam koperasi tersebut, karena SHU dihitung

secara proporsional berdasarkan jumlah transaksi dan partisipasi modal dari

anggota. Semakin besar transaksi yang dilakukan anggota, maka semakin besar

pula peluang seorang anggota untuk mendapatkan SHU. Transaksi di koperasi

merupakan pemanfaatan pelayanan oleh anggotanya, karena status anggota tidak

hanya sebagai pemilik, tetapi pengguna pelayanan koperasi juga. Sementara itu
45

yang dimaksud dengan partisipasi modal adalah kontribusi anggota dalam

memodali koperasinya. Bentuk partisipasi modal adalah membayar simpanan

pokok, simpanan wajib, dan simpanan sukarela, berbelanja di toko koperasi,

menghadiri rapat anggota koperasi serta memberikan kritik dan saran dapat

membangun perkembangan koperasi.

Dalam mencapai tujuan koperasi unit desa Karya Mukti harus

memperhatikan berbagai faktor yang berpengaruh dengan pencapaian tujuan

koperasi, diantaranya adalah partisipasi anggota. Maju mundurnya koperasi

ditentukan oleh partisipasi anggotanya karena sumbangsih anggota koperasi

sangat berhubungan dengan perkembangan koperasi itu sendiri dalam pencapaian

tujuan koperasi.

Partisipasi anggota sangat diperlukan dalam rangka meningkatkan usaha

koperasi untuk memperoleh pendapatan. Sebagaimana yang dijelaskan dalam

bagian SHU koperasi bahwa SHU setelah dikurangi dengan dana cadangan, biaya

penyusutan dan kewajiban lain termasuk pajak dibagikan kepada anggota

sebanding dengan jasa usaha yang dilakukan oleh masing-masing anggota

koperasi dalam satu periode tertentu.

Anggota yang berpartisipasi aktif dalam jasa usaha dan jasa modal

koperasi akan mendapat sisa hasil usaha (SHU) yang lebih besar dibanding

dengan anggotanya yang kurang berpartisipasi. Hal tersebut menunjukan bahwa

ada keterkaitan antara partisipasi anggota dengan sisa hasil usaha anggota

koperasi unit desa Karya Mukti. Kegiatan usaha koperasi bukan sekedar usaha

yang mengandalkan tingkat prestasi individual, melainkan merupakan usaha


46

bersama untuk menuju kesejahteraan bersama di Koperasi Unit Desa Karya Mukti

Kecamatan Pelepat Ilir Kabupaten Bungo.

Indikator-indikator dalam variabel partisipasi anggota yang di teliti

menyangkut tiga aspek, yaitu indikator partisipasi anggota dalam manajemen

organisasi, partisipasi anggota dalam pemupukan modal, serta partisipasi dalam

pemanfaatan layanan usaha koperasi.

Sitio dan Tamba (2001:79) berpendapat bahwa “semakin tinggi partisipasi

anggota, maka idealnya semakin tinggi manfaat yang diterima oleh anggota”.

Partisipasi anggota sangat penting bagi perkembangan koperasi, tanpa partisipasi

anggota maka kemungkinan atas rendah atau menurunnya efisiensi dan efektifitas

anggota dalam mencapai kinerja koperasi yang baik akan lebih besar.

Sedangkan Indikator-indikator dalam variabel SHU dalam penelitian ini di

tentukan dengan indikator aspek keuangan yang mana dapat dilihat dengan nilai

Riil yang didapat oleh setiap anggota per tahun buku yang bersangkutan.
47

Secara sistematis kerangka pemikiran diatas dapat digambarkan sebagai


berikut:

KOPERASI

(Koperasi Unit Desa Karya


Mukti)

Anggota Koperasi

Partisipasi anggota :

a. Partisipasi anggota dalam


manajemen organisasi
Sisa Hasil Usaha(SHU)
b. Partisipasi Anggota
Dalam Pemupukan Modal

c. Partisipasi Dalam
Pemanfaatan Layanan

Usaha Koperasi.

Tinggi/ Rendah Tinggi/ Rendah

Analisis
Statistik

Berhubungan Tidak
Berhubungan

Gambar 1. Skema Pemikiran Hubungan Partisipasi Anggota Dengan Sisa Hasil


Usaha Anggota Di Koperasi Unit Desa Karya Mukti.
48

2.7 Hipotesis

Berdasarkan permasalahan yang ada dan tujuan yang ingin dicapai, maka

hipotesis dalam penelitian ini adalah di duga terdapat hubungan partisipasi

anggota dengan Sisa Hasil Usaha (SHU) anggota di koperasi unit desa Karya

Mukti Kecamatan Pelepat Ilir Kabupaten Bungo.


49

Anda mungkin juga menyukai