Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pertumbuhan ekonomi di Indonesia yang semakin pesat saat ini

menyebabkan persaingan yang sangat ketat dalam dunia bisnis. Mengingat

penduduk di Indonesia kebanyakan masih dikategorikan berada dalam taraf

ekonomi menengah ke bawah atau memiliki modal kecil dalam bisnisnya maka

pemerintah di Indonesia dalam rangka meningkatkan perekonomian serta

memberikan perhatian pada sector ekonomi dan stabilitas nasional memberikan

solusi dengan berbagai cara salah satunya mendirikan koperasi yang bertujuan

untuk masyarakat berekonomi kecil dan badan usaha yang bermodal kecil dapat

memperoleh bantuan pinjaman atau tambahan modal.

Menurut Undang-Undang No 52 Tahun 1992 menyatakan bahwa Koperasi

adalah badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan hukum

Koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip Koperasi

sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan.

Sedangkan menurut Moh. Hatta “Bapak Koperasi Indonesia” Koperasi adalah

usaha bersama untuk memperbaiki nasib penghidupan ekonomi berdasarkan

tolong-menolong. Semangat tolong-menolong tersebut didorong oleh keinginan

memberi jasa kepada kawan berdasarkan ‘seorang buat semua dan semua buat

seorang’. Tujuan dibentuknya Koperasi memajukan kesejahteraan anggota pada

khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan


perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil,

dan makmur berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

Ada beberapa jenis koperasi yang didasarkan pada kesamaan kegiatan dan

kepentingan ekonomi anggotanya seperti Koperasi Simpan Pinjam, Koperasi

Konsumen, Koperasi Produksi, Koperasi Pemasaran dan Koperasi Jasa. Menurut

Undang-Undang No 25 Tahun 1992 Koperasi Simpan Pinjam adalah koperasi

yang memiliki usaha tunggal yaitu menampung simpanan anggota dan melayani

peminjaman. Anggota yang menabung (menyimpan) akan mendapatkan imbalan

jasa dan bagi peminjam dikenakan jasa. Besarnya jasa bagi penabung dan

peminjam ditentukan melalui rapat anggota. Dari sinilah, kegiatan usaha koperasi

dapat dikatakan “dari, oleh, dan untuk anggota.” Koperasi Konsumen adalah

menyelenggarakan kegiatan usaha pelayanan di bidang penyediaan barang

kebutuhan anggota dan non-anggota. Koperasi Produksi adalah

menyelenggarakan kegiatan usaha pelayanan di bidang pengadaan sarana

produksi dan pemasaran produksi yang dihasilkan anggota kepada anggota dan

non-anggota. Koperasi Pemasaran adalah koperasi yang menyelenggarakan fungsi

distribusi barang atau jasa yang dihasilkan oleh anggotanya agar sampai di tangan

konsumen. Di sini anggota berperan sebagai pemilik dan pemasok barang atau

jasa kepada koperasinya. Dan Koperasi Jasa adalah koperasi yang

menyelenggarakan pelayanan jasa yang dibutuhkan oleh anggota, misalnya:

simpan pinjam, asuransi, angkutan, dan sebagainya. Di sini anggota berperan

sebagai pemilik dan pengguna layanan jasa koperasi.

Dalam rangka untuk mengetahui apakah mengalami peningkatan ataupun

penurunan kinerja Koperasi Simpan Pinjam, maka diperlukan Departemen


Koperasi baik di pusat atau daerah untuk penilaian kesehatan koperasi. Menurut

keputusan Menteri Koperasi dan UKM No.20/Per/M.KUKM/X1/2008

menyatakan bahwa kesehatan koperasi adalah kondisi koperasi atau keadaan

koperasi yang dinyatakan sehat, cukup sehat, kurang sehat, dan tidak sehat. Hal

ini diperkuat bahwa aspek yang digunakan untuk penilaian koperasi antaralain

permodalan, kualitas aktiva produktif, manajemen efiensi, kemandirian dan

pertumbuhan, likuiditas dan jatidiri koperasi.

Koperasi pegawai Pemerintah Kota Bandung (KPKB) sendiri berdiri

pada tanggal 11 Mei 1962 yang diberi nama Koperasi Pegawai Otonom

Kotapraja Bandung disingkat “KPOKB”. Pada tahun 1966 namanya diubah

menjadi Koperasi Pegawai Kotamadya Bandung disingkat “KPKB”. Dengan

demikian Koperasi Kotamadya Bandung (KPKB) telah berbadan Hukum

berdasarkan Surat Keputusan Direktorat Koperasi Propinsi Jawa Barat

tertanggal 12 Juli 1963 Nomor : 2840/BH/VI serta telah disesuaikan pula dengan

Undang – Undang Nomor : 12 th 1967 dengan Akte penyesuaian tertanggal

6 September 1968 Nomor : 42/BH/IX-19/12-67.

Modal utama dalam melakukan kegiatan simpan pinjam dalam Koperasi

Pegawai Pemerintah Kota Bandung adalah menggunakan modal sendiri dan

modal dari luar. Berikut adalah table 1.1 rincian modal Koperasi Pegawai

Pemerintah Kota Bandung :


Tabel 1.1 Rician Modal Koperasi Pegawai Pemerintah Kota Bandung

Modal Sendiri 2019 2018

Simpanan Pokok Rp 1.275.500.000 Rp 1.301.000.500

Simpanan Wajib Rp 45.070.707.439 Rp 42.915.866.736

Simpanan Wajib Khusus Rp 2.144.242.160 Rp 1.857.595.483

Simpanan 12 Juli Rp 3.509.005.400 Rp 3.340.469.500

Modal Donasi Rp 1.699.992.506 Rp 1.699.992.505

Cadamgan Umum Rp 7.003.437.120 Rp 6.850.847.756

Rp 60.702.884.624 Rp 57.965.772.480

Modal Luar

Sijako Rp 500.000 Rp 20.500.000

Lemabaga Lainnya Rp 14.090.314 Rp 14.090.315

Penyertaan Modal Dari Pemkot Bandung Rp 9.000.000.000 Rp 9.000.000.000

Rp 9.014.590.314 Rp 9.034.590.315

Total Rp 69.717.474.938 Rp 67.000.362.794

Sumber : Laporan Pertanggungjawaban Pengurus Dan Pengawas Tahun Buku

2019

Pinjaman yang diberikan Koperasi ditetapkan dengan memberikan

pinjaman yang dikenakan jasa 1% flat dengan lama angsuran 10 bulan dan

besarnya Rp. 10.000.000 dan memberikan pinjaman yang dipotong dari tunjangan

Kinerja Dinamis (TKD) besar pinjaman sebesar Rp. 70.000.000 dengan lama

angsuran 24 bulan. Namun berdasarkan kondisi umum yang dimilki KPKB

terdapat beberapa masalah pokok dinataranya belum optimalnya kegiatan KPKB

sehingga belum memberikan kontribusi keuntungan yang signifikan. Masih


tingginya jasa kredit uang dan barang dibandingkan jasa kredit dari Bank.

beberapa Anggota dan Nasabah yang kurang tertib dalam melakukan angsuran.

Pengembalian dari kegiatan penyaluran pinjaman tahun 2018-2019 belum

mencapai 100%. Hal ini dapat menyebabkan kerugian bagi Koperasi. Selain di

lihat dari sisi keuangan, penilaian aspek menejemen juga sangat diperlukan agar

pengelolaan Koperasi dilaksanakan secara profesional, efektif dan efisien.

Manajemen Koperasi yang baik menghasilkan kebijakan yang sesuai dengan

tujuan dan mendukung kemajuan Koperasi. Maka dari itu untuk melihat

kesehatan Koperasi tidak di lihat dari aspek keuangannya saja tetapi juga menilai

aspek menejemennya.

Sehubungan dalam uraian-uraian diatas, penulis tertarik melakukan

penelitian analisis bisnis untuk mengetahui bagaimana tingkatan kesehatan

koperasi di Koperasi Pegawai Pemerintah Kota Bandung (KPKB) dengan

landasan dari anggota oleh anggota untuk anggota. Dalam hal ini penulis

memilih Koperasi pegawai Pemerintah Kota Bandung (KPKB),Sebagai pokok

pembahasan masalah penyusunan Laporan Kerja Praktek ini dengan judul

“Analisis Tingkat Kesehatan Koperasi Pada Koperasi Pegawai Pemerintah

Kota Bandung (KPKB)”


1.2 Maksud dan Tujuan

Adapun maksud dan tujuan yang ingin dicapai oleh penulis dengan mengikuti

Praktek Kerja Lapangan adalah :

a. Mengetahui tingkat kesehatan KPKB berdasarkan Peraturan

No.06/Per/Dep.6/IV/2016 pada Koperasi Pegawai Pemerintah Kota

Bandung (KPKB)

b. Terwujudnya pengelolaan Koperasi yang sehat dan mantap sesuai dengan

jatidiri koperasi .

c. Terwujudnya pengelolaan Koperasi yang efektif, efisien, dan profesional.

1.3 Kegunaan Praktek Kerja Lapangan

Kegiatan Praktik Kerja Lapangan ini dapat memberikan manfaat yang

sangat berguna bagi beberapa pihak sebagai berikut :

a. Bagi Penulis

Dengan adanya pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan (PKL) dapat

menambah wawasan serta pengetahuan dan pengalaman kerja bagi penulis,

khususnya wawasan mengenai kesehatan suatau badan usaha pemerintah yang

ada di Koperasi Pegawai Pemerintah Kota Bandung (KPKB).

b. Bagi Perusahaan/Instansi

Dengan adanya Praktek Kerja Lapangan (PKL) diharapkan dapat

memberikan wawasan dan pengetahuan. Selain itu, Melalui Praktik Kerja

Lapangan (PKL) diharapkan dapat memberikan kontribusi kepada perusahaan

dan dapat membantu mengingatkan mengenai kesehatan suatau badan usaha

pemerintah yang ada di Koperasi Pegawai Pemerintah Kota Bandung (KPKB)


c. Bagi Pihak Lain

Dengan adanya Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini dapat memberikan

informasi bagi pihak lain guna untuk berhati-hati jika melakukan simpan

pinjam di koperasi selain itu, memberikan informasi bagaimana menentukan

kesehatan koperasi dari tujuh aspek yang sudah ditentukan.

1.4 Metode Pendekatan

Dalam analisis bisnis ini penulis menggunakan metode metode deskriptif

analitis, yaitu suatu metode yang berfungsi untuk mendeskripsikan dan

menganalisis data atau sampel yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa

bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum (generalisasi).

1.5 Lokasi Dan Waktu Praktek Kerja Lapangan

Penulis melakukan kegiatan analisis bisnis di Koperasi Pegawai

Pemerintah Kota Bandung (KPKB) yang beralamat di Jl. Wastukencana No.5 Blk

Bandung, Jawa Barat, Indonesia. Analisis bisnis ini dilakukan sejak 12 Oktober

2020 sampai selesai.

Anda mungkin juga menyukai