PENDAHULUAN
dengan adanya Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) dimana tujuan dari adanya
pendidikan, budaya di wilayah Asia Tenggara. Dampak dari MEA sendiri adalah
dengan adanya pasar bebas, baik dibidang permodalan, barang dan jasa, serta
diperlukan agar setiap perusahaan, baik perusahaan berskala kecil maupun besar
mampu bertahan dan juga bersaing secara sehat dalam menghadapi persaingan
jangka panjang dengan menggunakan sumber daya secara efektif dan efisien.
perusahaan jasa dan perusahaan dagang lainnya, terdapat koperasi yang juga
tercatat 123.048 koperasi yang aktif di Indonesia dengan total anggota koperasi
yang aktif adalah 22.463.738 jiwa. Di NTT sendiri terdapat 2.697 koperasi aktif
sebagai berikut, “koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang
koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas
nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil, dan makmur
soko guru atau pilar utama perekonomian Indonesia. Koperasi sebagai gerakan
koperasi. Kebijakan ini ditujukan agar koperasi tumbuh kuat, sehat, mandiri, dan
keuangan akan memberikan informasi yang lebih rinci dan interpretasi mengenai
mendatang.
Salah satu faktor yang sangat menentukan suatu perusahaan atau koperasi
yang berkepentingan terhadap suatu badan usaha sangat perlu mengetahui kondisi
keuangan yang telah disusun oleh badan usaha yang bersangkutan dari suatu
dan kewajiban serta perubahan netto dari kekayaan hasil aktivitas koperasi.
Data keuangan tersebut akan tercermin didalam laporan keuangan yang terdiri
dari neraca, laporan laba rugi atau laporan sisa hasil usaha serta laporan keuangan
yang lain.
bermanfaat bagi pihak intern maupun ekstern, untuk mengetahui kinerja koperasi
dari tahun ke tahun. Selain itu dapat diketahui kelemahan-kelemahan dari koperasi
serta hasil yang didapat oleh koperasi tersebut. Ditinjau dari sisi keuangan,
investasi secara efektif dan efisien. Untuk mendeteksi hal tersebut, salah satu
keuangan dengan laporan keuangan sebagai sumber datanya dan analisis rasio
keuangan juga digunakan untuk mengetahui efektifitas keputusan yang diambil
Rasio yang digunakan pada penelitian ini adalah rasio profitabilitas. Rasio
Kabupaten yaitu: Sikka, Flores Timur dan Lembata. Fungsi Utama Dari
usaha atau laba dari kegiatan usahanya dengan sebaik mungkin. Sebuah badan
usaha atau koperasi dikatakan sehat jika perkembangan hasil usahanya semakin
meningkat. Berikut adalah data sisa hasil usaha setelah pajak pada 5 koperasi
kredit yang terdaftar di Puskopdit Swadaya Utama Maumere pada tahun 2014-
2019.
Tabel 1.1 Data Sisa Hasil Usaha Setelah Pajak Tahun 2014-2019
Tahun
Nama Koperasi
2014 2015 2016 2017 2018 2019
Obor Mas 2,060,782,068 2,327,486,718 2,817,608,996 3,302,172,514 3,616,374,743 4,081,901,574
Pintu Air 1,634,800,429 1,187,138,866 1,919,743,528 1,213,030,972 1,683,193,669 2,094,681,152
Sube Huter 244,752,621 311,849,289 368,395,012 406,283,539 165,887,864 181,402,886
Mitan Gita 25,000,000 27,000,000 30,000,000 60,000,000 63,000,000 120,138,024
Tuke Jung 122,043,428 632,253,098 726,703,327 466,940,586 474,563,591 798,794,492
Berdasarkan data Sisa Hasil Usaha setelah pajak diatas, KSP Obor Mas
selalu mengalami peningkatan SHU dari tahun ke tahun. KSP Pintu Air juga
mengalami kenaikan SHU dari tahun 2014-2016, pada tahun 2017 mengalami
penurunan SHU sebesar 0,63%, lalu dari tahun 2017-2019 SHU KSP Pintu Air
selalu mengalami kenaikan. Sama halnya dengan KSP Pintu Air, KSP Tuke Jung
juga mengalami peningkatan SHU dari tahun 2014-2016, lalu pada tahun 2017
peningkatan SHU. KSP Sube Huter juga mengalami penurunan SHU pada 2017,
lalu pada 2018 dan 2019 mengalami peningkatan SHU. KSP Mitan Gita sama
halnya dengan KSP Obor Mas, yakni selalu mengalami peningkatan SHU dari
tahun ke tahun.
mengenai analisis return on investment (roi) dan residual income (ri) untuk
menilai kinerja keuangan koperasi yang terdaftar pada Pusat Koperasi Kredit
Swadaya Utama Maumere. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan
Investment (ROI) dan Residual Income (RI) untuk Menilai Kinerja Keuangan
Bursa Efek Indoneisa Tahun 2011-2014). Tujuan penelitian ini adalah mengetahui
kinerja keuangan perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia 2011-2014 bila dinilai dengan menggunakan ROI dan RI. Hasil
penelitian ini menunjukan hanya satu perusahaan yang dikatakan baik, satu
perusahaan dikatakan cukup baik dan 6 perusahaan dikatakan kurang baik selama
empat tahun penelitian dikarenakan oleh besarnya biaya modal dan pencapaian
Investment (ROI) dan Residual Income (RI) guna Menilai Kinerja Keuangan
Bursa Efek Indonesia periode 2012-2015). Penelitian ini bertujuan untuk menilai
Investment (ROI) dan Residual Income (RI). Hаsil ROI menunjukkаn bаhwа lаbа
perusаhааn belum efektif sertа belum mаmpu memenuhi hаrаpаn pаrа investor.
(ROI) Dan Residual Income (RI) guna Menilai Kinerja Keuangan Perusahaan
(Studi pada Perusahaan Sektor Industri Dasar dan Bahan Kimia Sub Sektor Kimia
yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2012-2016). Tujuan penelitian ini
adalah mengetahui kinerja keuangan perusahaan sektor industri dasar dan bahan
kimia sub sektor kimia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2012-2016
bila dinilai dengan menggunakan ROI dan RI. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa perusahaan pada sub sektor kimia menghasilkan nilai yang positif
menghasilkan nilai yang fluktuatif tetapi masih terdapat nilai negatif untuk
beberapa perusahaan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teori dan Konsep
2.1.1 Koperasi
2.1.1.1 Pengertian Koperasi
Biasanya koperasi dikaitkan dengan upaya kelompok kelompok individu
yang bermaksud mewujudkan tujuan tujuan umum atau sasaran-sasaran
konkretnya melalui kegiatan-kegiatan ekonomis yang dilaksanakan secara
bersama bagi kemanfaatan bersama. Pengertian koperasi juga dapat dilakukan dari
pendekatan asal yaitu kata koperasi berasal dari bahasa Latin coopere yang dalam
bahasa Inggris disebut cooperation. Co berarti bersama dan operation berarti
bekerja Jadi cooperation berarti bekerja Sama Dalam hal ini kerja sama tersebut
dilakukan oleh orang-orang yang mempunyai kepentingan dan tujuan yang sama.
Terminologi koperasi yang mempunyai arti “kerja sama” atau paling tidak
mengandang makna kerja sama, sangat banyak dan bervariasi dalam berbagai
bidang. Terdapat kerja sama dalam bidang ekonomi yang disebut Economic
Cooperation atau kerja sama dalam kelompok manusia yang disebut
“Cooperative Society”.
Definisi koperasi yang lebih detail dan berdampak internasional diberikan
oleh ILO (International Labour Organization) (dalam Sattir, 2018:29) sebagai
berikut.
“koperasi merupakan suatu perkumpulan yang terdiri dan orang yang
memiliki kemampuan ekonomi terbatas dengan sukarela bergabung untuk
mencapai tujuan ekonomi yang diinginkan dalam organisasi bisnis yang
diawasi dan dikendalikan secara demokratis, adanya kontribusi yang adil
pada modal yang dibutuhkan dan anggota koperasi menerima risiko dan
manfaat yang seimbang dengan usaha yang telah dilakukan.”
Moh. Hatta (dalam Sari 2019:4) mendefinisikan “koperasi adalah usaha
bersama untuk memperbaiki nasib penghidupan ekonomi berdasarkan tolong-
menolong. Semangat tolong-menolong tersebut didorong oleh keinginan memberi
jasa kepada kawan berdasarkan seorang buat semua dan semua buat seorang.”
Menurut Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian adalah
sebagai berikut, “koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang
atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip
koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas
kekeluargaan.”
“Koperasi sebagai suatu perkumpulan yang beranggotakan orang-orang atau
badan hukum yang memberikan kebebasan kepada anggota untuk masuk dan
keluar, dengan bekerja sama secara kekeluargaan menjalankan usaha untuk
mempertinggi kesejahteraan jasmaniah para anggotanya”. Chaniago (dalam Sattir
2019:30).
Sedangkan Munkner (dalam Sattir 2019:31) mendefinisikan ”koperasi
sebagai organisasi tolong-menolong yang menjalankan ‘urus niaga’ secara
kumpulan yang berasaskan konsep tolong-menolong. Aktivitas dalam urus niaga
semata-mata bertujuan ekonomi, bukan sosial seperti yang dikandung gotong
royong.”
Berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa koperasi
adalah suatu badan usaha yang bergerak dalam bidang perekonomian rakyat yang
bertujuan untuk menyejahterakan anggotanya dengan berlandaskan prinsip
koperasi dalam kegiatannya.
2.1.1.2 Asas dan Landasan Koperasi
Koperasi sebagai saka guru perekonomian Indonesia memerlukan landasan
yang kuat agar tumbuh secara kukuh dalam menghadapi tantangan era globalisasi
ekonomi. Landasan koperasi meliputi landasan idiil, landasan struktural, landasan
operasional, dan landasan mental.
Landasan idiil koperasi adalah Pancasila. Pancasila harus dijadikan dasar
dan ditetapkan dalam kehidupan koperasi karena sila-sila dalam Pancasila menjadi
sifat dan tujuan koperasi. Landasan idiil harus diamalkan oleh seluruh koperasi
karena Pancasila merupakan falsafah negara dan bangsa Indonesia (Revrisond
Baswir, 2013: 28).
Landasan struktural adalah UUD 1945 pasal 33 ayat (1) yang berbunyi
“Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan.”
Dalam pasal 33 tercantum dasar demokrasi ekonomi, yaitu kegiatan ekonomi
dikerjakan oleh semua untuk semua di bawah pimpinan atau pengawasan anggota
masyarakat. Kesejahteraan masyarakat menjadi tujuan utama, bukan kesejahteraan
perorangan. Dengan demikian, badan usaha yang sesuai dengan UUD 1945 pasal
33 ayat (1) adalah koperasi.
Landasan operasional merupakan aturan kerja yang harus diikuti dan ditaati
anggota, pengurus, dan pengawas dalam melakukan tugas di koperasi. Landasan
operasional terdiri atas Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang
Perkoperasian, anggaran dasar, dan anggaran rumah tangga.
Landasan mental berupa kesetiakawanan dan kesadaran pribadi. Koperasi
merupakan unsur pendidikan yang baik untuk memperkuat ekonomi karena
koperasi berdasarkan dua landasan mental, yaitu setia kawan dan kesadaran
pribadi. Dalam koperasi kedua landasan tersebut 3. Asas Koperasi
Pada Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian pasal 2
disebutkan “koperasi berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945
atas asas kekeluargaan”. Koperasi yang berasaskan kekeluargaan dan
kegotongroyongan sesuai kepribadian bangsa Indonesia, tetapi tidak berarti
koperasi meninggalkan prinsip ekonomi.
Bagi koperasi, asas gotong royong berarti dalam koperasi terdapat
kesadaran semangat bekerja sama dan tanggung jawab bersama dengan tidak
memikirkan kepentingan diri sendiri. Akan tetapi, koperasi memikirkan
kepentingan dan kesejahteraan bersama. Anggota koperasi menerima sisa hasil
usaha (SHU) berdasarkan partisipasinya dalam koperasi.
Asas kekeluargaan dalam koperasi mencerminkan adanya kesadaran dari
hati nurani manusia berpartisipasi dalam kegiatan koperasi oleh semua dan untuk
semua (Revrisond Baswir, 2013: 29). Fakta tersebut dilakukan dengan
pengawasan seluruh anggota koperasi atas dasar keadilan dan kebenaran demi
kepentingan bersama merupakan landasan yang saling memotivasi, melengkapi,
dan saling mengawasi.
2.1.1.3 Tujuan dan Fungsi Koperasi
Dalam UU No. 25/1992 tentang Perkoperasian Pasal 3 disebutkan bahwa
koperasi bertujuan memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan
masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional
dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil, dan makmur
berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Tujuan koperasi
tersebut masih bersifat umum. Karena itu, setiap koperasi perlu menjabarkannya
ke dalam bentuk tujuan yang lebih operasional bagi koperasi sebagai badan usaha.
Tujuan yang jelas dan dapat dioperasikan akan memudahkan pihak manajemen
dalam mengelola koperasi. Pada kasus anggota juga bertindak sebagai pemilik
pelanggan, dan pemodal akan dapat lebih mudah melakukan pengawasan terhadap
proses pencapaian tujuan koperasi, sehingga penyimpangan dari tujuan tersebut
akan dapat lebih cepat diketahui.
Dalam tujuan tersebut dikatakan bahwa koperasi memajukan kesejahteraan
anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya. Pernyataan ini
mengandung arti bahwa meningkatkan kesejahteraan anggota adalah menjadi
program utama koperasi melalui pelayanan usaha. Jadi, pelayanan anggota
merupakan prioritas utama dibandingkan dengan masyarakat umum.
Dengan demikian keberhasilan koperasi dalam mencapai tujuannya dapat
diukur dari peningkatan kesejahteraan anggota. Kesejahteraan bermakna sangat
luas dan juga bersifat relatif, karena ukuran sejahtera bagi seseorang dapat
berbeda satu sama lain. Manusia pada dasarnya adalah makhluk yang tidak pernah
merasa puas karena itu kesejahteraan akan terus dikejar tanpa batas.
Keberhasilan koperasi dalam meningkatkan kesejahteraan sosial ekonomi
anggotanya akan lebih mudah diukur, apabila aktivitas ekonomi yang dilakukan
oleh anggota dilakukan melalui koperasi sehingga peningkatan kesejahteraannya
akan lebih mudah diukur. Dalam pengertian ekonomi, tingkat kesejahteraan itu
dapat ditandai dengan tinggi rendahnya pendapatan riil. Apabila pendapatan riil
seseorang atau masyarakat meningkat maka kesejahteraan ekonomi seseorang
atau masyarakat tersebut meningkat pula. Berkaitan dengan jalan pikiran tersebut
maka apabila tujuan koperasi adalah meningkatkan kesejahteraan anggotanya
maka berarti pula tujuan koperasi itu diwujudkan dalam bentuk meningkatnya
pendapatan (rül) para anggotanya. Dengan demikian, pengertian kesejahteraan
yang bersifat abstrak dan relatif tersebut dapat diubah menjadi pengertian yang
lebih konkret dalam bentuk pendapatan, sehingga pengukurannya dapat dilakukan
secara nyata.
Dalam pengertian ekonomi, pendapatan dapat berbentuk pendapatan
nominal dan pendapatan ril Pendapatan nominal adalah pendapatan seseorang
yang diukur dalam jumlah satuan uang yang diperoleh Sedangkan pendapatan riil
adalah pendapatan seseorang yang diukur dalam jumlah barang dan jasa pemenuh
kebutuhan yang dapat dibeli dengan membelanjakan pendapatan nominalnya
(uangnya). Apabila pendapatan nominal seseorang meningkat sementara harga-
harga barang/jasa tetap (tidak naik), maka orang tersebut akan lebih mampu
membeli barang/jasa untuk memenuhi kebutuhannya yang berarti tingkat
kesejahteraannya meningkat pula.
Dalam kondisi seperti di Indonesia, di mana pendekatan pembinaan dan
pengembangan koperasi dengan top- down-approach, banyak koperasi dengan
sejumlah anggota yang kurang mempunyai hubungan ekonomi satu sama lain.
Dengan kata lain partisipasi anggota terhadap koperasinya masih relatif kecil
sehingga sukar untuk mengatakan bahwa peningkatan kondisi sosial ekonomi
anggota koperasi sebagai keberhasilan dari pada koperasi.
Selanjutnya, fungsi koperasi untuk Indonesia tertuang dalam UU No.
25/1992 Pasal 4 tentang Perkoperasian adalah sebagai berikut :
1. Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi
anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk
meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosialnya.
2. Berperan serta secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas
kehidupan manusia dan masyarakat.
3. Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan
ketahanan perekonomian nasional dengan koperasi sebagai soko
gurunya.
4. Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian
nasional yang merupakan usaha bersama berdasar atas azas kekeluargaan
dan demokrasi ekonomi.
2.1.1.4 Prinsip Koperasi
Prinsip-prinsip koperasi menurut Undang-Undang No. 25/1992 pasal 5 dan
berlaku saat ini di Indonesia adalah sebagai berikut.
1. Koperasi melaksanakan prinsip koperasi sebagai berikut.
a. Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka.
b. Pengelolaan dilakukan secara demokratis.
c. Pembagian SHU dilakukan secara adil sesuai dengan besarnya jasa usaha
masing-masing anggota.
d. Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal.
e. Kemandirian.
2. Dalam mengembangkan koperasi, maka koperasi melaksanakan pula prinsip
koperasi sebagai berikut.
a. Pendidikan perkoperasian.
b. Kerja sama antara koperasi.
Dari kedua prinsip koperasi Indonesia tersebut dapat dilihat bahwa esensi
dasar kerja koperasi sebagai badan usaha tidaklah berbeda secara nyata. Hanya
saja dalam UU No 25/1992 ada penambahan mengenai prinsip kerja sama antara
koperasi. Hal ini dapat dipahami bahwa untuk mengantisipasi tren globalisasi
ekonomi, koperasi perlu meningkatkan kekuatan tawar-menawarnya (bargaining
power) dengan menjalin kerja sama antara koperasi.
Berikut ini akan diuraikan lebih detail prinsip koperasi yang merupakan ciri
khas atau jati diri koperasi yang terdapat dalam UU No. 25/1995 berikut ini.
1. Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka
Prinsip ini mengandung pengertian bahwa seseorang tidak boleh dipaksa
untuk menjadi anggota koperasi, namun harus berdasar atas kesadaran sendiri.
Setiap orang yang akan menjadi anggota harus menyadari bahwa koperasi akan
dapat membantu meningkatkan kesejahteraan sosial ekonominya. Dengan
keyakinan tersebut, maka partisipasi aktif setiap anggota terhadap organisasi dan
usaha koperasi akan timbul. Karena itu, dalam pembinaan dan pengembangan
koperasi prinsip ini sebaiknya dilaksanakan secara konsekuen, sehingga koperasi
dapat tumbuh dari bawah dan mengakar.
Sifat keterbukaan mengandung makna bahwa di dalam keanggotaan
koperasi tidak dilakukan pembatasan atau diskriminasi dalam bentuk apapun.
Keanggotaan koperasi terbuka bagi siapa pun yang memenuhi syarat-syarat
keanggotaan atas dasar persamaan kepentingan ekonomi atau karena kepentingan
ekonominya dapat dilayani oleh koperasi. Terdapat 2 makna "sifat sukarela"
dalam keanggotaan koperasi yaitu:
a) keanggotaan koperasi tidak boleh dipaksakan oleh siapa pun, dan
b) seorang anggota dapat mengundurkan diri dari koperasinya sesuai dengan
syarat yang ditentukan dalam AD/ART koperasi.
2. Pengelolaan dilakukan secara demokratis
Prinsip pengelolaan secara demokratis didasarkan pada kesamaan hak suara
bagi setiap anggota dalam pengelolaan koperasi. Pemilihan para pengelola
koperasi dilaksanakan pada saat rapat anggota. Para pengelola koperasi berasal
dari para anggota koperasi itu sendiri. Pada saat rapat anggota, setiap anggota
yang hadir mempunyai hak suara yang sama dalam pemilihan pengurus dan
pengawas. Setiap anggota mempunyai hak yang sama untuk memilih dan dipilih
menjadi pengelola.
Di dalam rapat anggota yang merupakan pemegang kekuasaan tertinggi
dalam koperasi berlaku asas kesamaan derajat, di mana setiap anggota mempunyai
hak satu suara. Kekuasaan berada di tangan anggota dan bukan pada pemilik
modal.
Dengan demikian, pengertian demokrasi koperasi mengandung arti:
a) pengelolaan koperasi dilakukan atas kehendak dan keputusan para
anggota.
b) anggota adalah pemegang dan pelaksana kekuasaan tertinggi dalam
koperasi
Prinsip ini menonjolkan posisi anggota sebagai pemilik (owner) yang
merumuskan, melaksanakan, dan mengevaluasi koperasinya. Dalam praktiknya,
prinsip ini lebih terlihat pada saat koperasi menyenggarakan Rapat Anggota
Tahunan (RAT).
3. Pembagian SHU dilakukan secara adil sebanding dengan besarnya jasa usaha
masing-masing anggota
Dalam koperasi. keuntungan yang diperoleh disebut sebagai Sisa Hasil
Usaha (SHU), SHU adalah selisih antara pendapatan yang diperoleh dengan
biaya-biaya yang dikeluarkan dalam pengelolaan usaha. Pendapatan koperasi
diperoleh dari pelayanan anggota dan masyarakat.
Setiap anggota yang memberikan partisipasi aktif dalam usaha koperasi
akan mendapat bagian Sisa Hasil Usaha yang lebih besar daripada anggota yang
pasif. Anggota yang menggunakan jasa koperasi akan membayar nilai jasa
tersebut terhadap koperasi dan nilai jasa yang diperoleh dari anggota tersebut akan
diperhitungkan pada saat pembagian sisa hasil usaha. Transaksi antara anggota
dan koperasi inilah yang dimaksud dengan jasa usaha.
4. Pemberian Balas Jasa yang Terbatas terhadap Modal
Anggota adalah pemilik koperasi, sekaligus sebagai pemodal dan
pelanggan. Simpanan yang disetorkan oleh anggota kepada koperasi akan
digunakan koperasi untuk melayani anggota, termasuk dirinya sendiri. Apabila
anggota menuntut pemberian tingkat suku bunga yang tinggi atas modal yang
ditanamkan pada koperasi maka hal tersebut berarti akan membebani dirinya
sendiri, karena bunga modal tersebut akan menjadi bagian dari biaya pelayanan
koperasi terhadapnya Dengan demikian, tujuan berkoperasi untuk meningkatkan
efisiensi dalam mencapai kepentingan ekonomi bersama tidak akan tercapai.
Modal dalam koperasi pada dasarnya digunakan untuk melayani anggota
dan masyarakat sekitarnya dengan mengutamakan pelayanan bagi anggota. Dari
pelayanan itu, diharapkan bahwa koperasi mendapatkan nilai lebih dan selisih
antara biaya pelayanan dan pendapatan. Karena itu, balas jasa terhadap modal
yang diberikan kepada para anggota ataupun sebaliknya juga terbatas tidak
didasarkan semata-mata atas besarnya modal yang diberikan. Yang dimaksud
dengan terbatas adalah pemberian balas jasa atas modal yang ditanamkan pada
koperasi akan disesuaikan dengan kemampuan yang dimiliki koperasi.
5. Kemandirian
Kemandirian pada koperasi dimaksudkan bahwa koperasi harus mampu
berdiri sendiri dalam hal pengambilan keputusan usaha dan organisasi. Dalam
kemandirian terkandung pula pengertian kebebasan yang bertanggungjawab,
otonomi, swadaya, dan keberanian mempertanggungjawabkan segala tindakan
atau perbuatan sendiri dalam pengelolaan usaha dan organisasi. Agar koperasi
dapat mandiri, peran serta anggota sebagai pemilik dan pengguna jasa sangat
menentukan. Bila setiap anggota konsekuen dengan keanggotaannya dalam arti
melakukan segala aktivitas ekonominya melalui koperasi dan koperasi mampu
menyediakannya maka prinsip kemandirian ini akan tercapai. Sebagai pemilik
anggota harus berpartisipasi dalam pengambilan keputusan, menyetor simpanan
pokok dan simpanan wajib sebagai sumber modal koperasi, dan
mengendalikan/mengawasi gerak langkah koperasi agar tetap sesuai dengan
kepentingan ekonomi anggota. Sebagai pengguna jasa, anggota harus
memanfaatkan pelayanan-pelayanan yang diselenggarakan untuk kepentingan
anggota.
Mandiri berarti dapat berdiri sendiri tanpa tergantung pada pihak lain.
Prinsip ini pada hakikatnya merupakan faktor pendorong (motivator) bagi
koperasi untuk meningkatkan keyakinan akan kekuatan sendiri dalam mencapai
tujuan. Dalam UU No. 12/1967, prinsip ini dikemas dalam “Swadaya, Swakerta,
dan Swasembada” dan merupakan prinsip yang menggambarkan adanya percaya
pada diri sendiri. Swadaya berarti kekuatan atau usaha sendiri, swakerta
mengandung arti mengerjakan atau membuat sendiri, dan swasembada bermakna
mencukupi dengan kemampuan sendiri.
6. Pendidikan perkoperasian
Agar anggota koperasi berkualitas baik, berkemampuan tinggi dan
berwawasan luas, maka pendidikan adalah mutlak. Pendidikan perkoperasian
merupakan bagian yang tidak terpisahkan (menjadi sangat penting) dalam
mewujudkan kehidupan berkoperasi agar sesuai dengan jati dirinya. Melalui
pendidikan anggota dipersiapkan dan dibentuk untuk menjadi anggota yang
memahami serta menghayati nilai-nilai dan prinsip-prinsip serta praktik-praktik
koperasi.
Inti dari prinsip ini ialah bahwa peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia
Koperasi (SDMK) adalah sangat vital dalam memajukan koperasinya. Disadari
dengan hanya kualitas SDMK yang baiklah, maka cita-cita atau tujuan koperasi
dapat diwujudkan. Nampaknya UU No. 25/1992 mengantisipasi dampak dari
globalisasi ekonomi, di mana SDMK menjadi penentu utama berhasil tidaknya
koperasi melaksanakan fungsi dan tugasnya.
7. Kerja sama antara koperasi
Koperasi-koperasi ada yang mempunyai bidang usaha yang sama dan ada
pula usaha yang berbeda, serta tingkatan yang berbeda. Pada masing-masing
usaha tersebut disadari bahwa kemampuan koperasi masih bervariasi, namun
disadari bahwa koperasi-koperasi tersebut pada dasarnya mengemban misi yang
sama, yaitu memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat
pada umumnya.
Untuk mencapai tujuan yang sama tersebut masing masing koperasi
memiliki kelebihan dan kekurangannya. Kerja sama antara koperasi dimaksudkan
untuk saling memanfaatkan kelebihan dan menghilangkan kelemahan masing
masing, sehingga hasil akhir dapat dicapai secara optimal. Kerja sama tersebut
diharapkan akan saling menunjang pendayagunaan sumber daya, sehingga
diperoleh hasil yang lebih optimal.
2.1.1.5 Jenis dan Bentuk Koperasi
Bentuk koperasi ditentukan berdasarkan keanggotaan jenis koperasi. Setiap
tingkatan koperasi juga memiliki wilayah kerja berbeda-beda. Ada koperasi
dengan lingkup kerja tingkat kabupaten, provinsi, ataupun nasional. Menurut
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian pasal 15, koperasi
dapat berbentuk koperasi primer atau koperasi sekunder.
1. Koperasi primer
Koperasi primer beranggotakan orang seorang paling sedikit dua puluh
orang. Koperasi ini bukan kumpulan modal, melainkan kumpulan orang yang
memiliki kepentingan ekonomi sama. Anggota koperasi primer merupakan orang
perorangan yang mampu melakukan perbuatan hukum, memiliki kesamaan
prinsip ekonomi, bersedia menggunakan jasa koperasi, serta memenuhi syarat
yang telah ditetapkan dalam anggaran dasar. Wilayah kerja koperasi primer
meliputi satu lingkungan kerja, kelurahan, atau desa. Contoh koperasi primer
adalah koperasi pegawai dan koperasi unit desa (KUD).
2. Koperasi sekunder
Koperasi sekunder mencakup semua koperasi yang didirikan oleh dan
beranggotakan koperasi primer dan/atau koperasi sekunder atas dasar kesamaan
kepentingan dan tujuan efisiensi. Wilayah kerjanya mencakup satu kabupaten atau
kota, provinsi, ataupun nasional. Koperasi sekunder terdiri atas pusat koperasi,
gabungan koperasi, dan induk koperasi.
a. Pusat operasi
Sebuah koperasi dikatakan sebagai pusat koperasi karena beranggotakan
sedikitnya lima koperasi primer yang berbadan hukum. Penggabungan ini
didasarkan pada sifat dan bidang usaha yang sama. Wilayah kerja pusat
koperasi mencakup satu kabupaten atau kota. Contoh pusat koperasi adalah
Pusat Koperasi Pegawai Negeri (PKPN), Pusat Koperasi Unit Desa
(PUSKUD), dan Pusat Koperasi Batik.
b. Gabungan koperasi
Gabungan koperasi beranggotakan paling sedikit tiga pusat koperasi
berbadan hukum. Gabungan koperasi bertugas menyediakan informasi bagi
upaya pengembangan usaha koperasi-koperasi anggotanya. Informasi dapat
disebarluaskan melalui majalah atau buletin. Tugas lain gabungan koperasi
adalah menyelenggarakan lembaga pendidikan bagi anggota, pengurus, dan
pegawai yang mengelola kegiatan usaha koperasi.
Anggota gabungan koperasi adalah pusat koperasi sejenis. Wilayah kerjanya
mencakup satu provinsi. Pusat koperasi sejenis yang terdapat di satu provinsi
dapat bergabung dengan gabungan koperasi. Contoh gabungan koperasi adalah
Gabungan Koperasi Batik Indonesia (GKBI). GKBI bertujuan memberikan
layanan yang optimal kepada masyarakat ekonomi mikro di Indonesia. Contoh
lainnya adalah Gabungan Koperasi Susu Indonesia (GKSI) dan Gabungan
Koperasi Perikanan Indonesia (GKPI).
c. Induk Koperasi
Sebuah koperasi dapat dikatakan sebagai induk koperasi jika beranggotakan
paling sedikit tiga gabungan koperasi berbadan hukum. Wilayah kerja induk
koperasi lebih luas, yaitu tingkat nasional. Oleh karena memiliki wilayah kerja
luas, anggota induk koperasi tidak harus memiliki jenis usaha yang sama.
Induk koperasi sering disebut Induk Koperasi Nasional atau Pusat Koperasi
Nasional. Induk koperasi berfungsi sebagai ”penyambung lidah” koperasi yang
menjadi anggotanya dalam berhubungan dengan lembaga nasional, baik di
tingkat nasional maupun internasional. Induk koperasi berkedudukan di ibu
kota negara. Contoh induk koperasi adalah Koperasi Induk Pegawai PLN
(KIPPLN), Induk Koperasi Unit Desa (INKUD), Induk Koperasi Simpan
Pinjam (IKSP), Induk Koperasi Karyawan Kereta Api (INKOPKA), dan Induk
Koperasi Syariah BMT (Inkopsyah BMT).
Menurut Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian,
jenis-jenis koperasi di Indonesia terdiri atas koperasi produsen, koperasi
konsumen, koperasi simpan pinjam, dan koperasi jasa lain. Jenis-jenis koperasi
tersebut dibentuk berdasarkan kesamaan kegiatan usaha dan/atau kepentingan
ekonomi anggota. Setiap koperasi mencantumkan jenis koperasi dalam anggaran
dasar.
1. Koperasi produsen
Koperasi produsen merupakan unit usaha bersama yang beranggotakan para
pelaku usaha kecil dan menengah (UKM). Usaha yang dijalankan koperasi
produsen berupa pengadaan bahan baku dan penolong bagi anggota. Koperasi ini
juga menghasilkan barang dan/atau jasa bagi anggota dan masyarakat. Contoh
koperasi produsen antara lain koperasi perajin batik, koperasi peternak sapi perah,
dan koperasi produsen tahu tempe Indonesia.
2. Koperasi konsumen
Koperasi konsumen menyediakan berbagai barang kebutuhan sehari-hari,
misalnya perabot rumah tangga, pakaian, dan sembako. Koperasi ini menjalankan
usaha di bidang ekonomi secara bersama-sama. Koperasi konsumen bertujuan
membantu, mendidik, dan melayani anggota untuk meningkatkan kesejahteraan.
Keberadaan koperasi konsumen akan menguntungkan anggota dan masyarakat
untuk memperoleh barang kebutuhan sehari-hari secara mudah. Barang yang
disediakan koperasi konsumen juga berkualitas dengan harga terjangkau. Contoh
koperasi konsumen adalah koperasi serbausaha (KSU), koperasi unit desa (KUD),
dan Koperasi Pegawai Negeri (KPN).
3. Koperasi simpan pinjam
Koperasi simpan pinjam dikenal dengan koperasi kredit. Koperasi simpan
pinjam (KSP) harus memperoleh izin usaha simpan pinjam dari menteri. Seperti
namanya, koperasi ini didirikan untuk menolong para anggota dengan cara
meminjamkan sejumlah uang. Pinjaman disertai bunga ringan sehingga tidak
memberatkan anggota atau peminjam.
KSP juga melayani anggota untuk menabung. Anggota yang menabung di
koperasi akan mendapatkan keuntungan berupa bunga tabungan. Uang hasil
tabungan digunakan koperasi untuk menjalankan kegiatan operasional. Jadi,
kegiatan dalam KSP meliputi usaha menghimpun dana dari anggota, memberikan
pinjaman kepada anggota, dan menempatkan dana pada KSP sekundernya.
4. Koperasi jasa
Koperasi jasa melakukan kegiatan usaha berupa layanan nonsimpan pinjam
bagi anggota dan/atau nonanggota. Keberadaan koperasi ini bermanfaat bagi
anggota dan nonanggota dalam memenuhi kebutuhan layanan nonsimpan pinjam,
misalnya pembiayaan. Contoh koperasi jasa adalah koperasi jasa angkutan yang
beranggotakan pemilik angkutan, yaitu koperasi wahana kalpika (KWK),
kowanbisata, Kopaja (Koperasi Angkutan Jakarta).
2.1.1.6 Modal Koperasi
Modal koperasi digunakan untuk usaha yang bermanfaat dan meningkatkan
kesejahteraan anggota. Idealnya, kebutuhan modal koperasi bersumber dari modal
sendiri. Praktiknya, koperasi juga mencari modal dari pihak lain. Permodalan
koperasi diatur dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang
Perkoperasian pasal 41. Dalam pasal 41 dicantumkan modal koperasi terdiri atas
modal sendiri dan modal pinjaman.
1. Modal sendiri
Modal sendiri adalah modal yang berasal dari anggota koperasi. Modal
sendiri bersumber dari simpanan pokok anggota, simpanan wajib, dana cadangan,
dan donasi/hibah.
a. Simpanan Pokok, yaitu sejumlah uang yang wajib dibayarkan oleh tiap-
tiap anggota kepada koperasi pada saat masuk menjadi anggota. Simpanan
pokok memiliki nilai yang sama bagi tiap-tiap anggota. Simpanan pokok
tidak dapat diambil selama anggota yang bersangkutan masih menjadi
anggota. Misalnya, dalam anggaran dasar koperasi menetapkan jumlah
simpanan pokok yang harus dibayar sebesar Rp150.000,00. Setiap calon
anggota harus membayar uang pokok sebesar Rp150.000,00 pada saat
masuk menjadi anggota koperasi.
b. Simpanan Wajib, yaitu sejumlah uang yang wajib dibayar anggota kepada
koperasi pada waktu tertentu. Simpanan wajib tidak harus memiliki nilai
yang sama pada tiap-tiap anggota. Simpanan wajib tidak dapat diambil
selama pihak yang bersangkutan masih menjadi anggota koperasi. Simpanan
wajib dibayarkan pada waktu tertentu, misalnya setiap hari, setiap minggu,
atau setiap bulan. Simpanan wajib dapat diminta oleh anggota dengan cara
dan waktu yang telah ditentukan.
c. Dana Cadangan, yaitu sejumlah dana yang diperoleh dari penyisihan sisa
hasil usaha (SHU) dan dicadangkan untuk menutup kerugian koperasi jika
diperlukan.
d. Hibah, yaitu sejumlah uang atau barang dengan nilai tertentu yang
disumbangkan pihak ketiga, tanpa ada ikatan atau kewajiban untuk
mengembalikan. Hibah dapat digunakan untuk mendukung kegiatan usaha
koperasi.
2. Modal pinjaman
Modal pinjaman dapat diperoleh jika telah dilakukan survei kelayakan usaha
suatu koperasi. Survei tersebut dilakukan oleh pihak kreditur. Modal pinjaman
hendaknya tidak dijadikan modal utama sehingga prinsip kemandirian koperasi
terjaga. Pihak kreditur dapat berasal dari anggota koperasi, koperasi lain dan/atau
anggotanya, serta bank dan lembaga keuangan lain.
a. Anggota, yaitu pinjaman dari anggota ataupun calon anggota koperasi
yang bersangkutan.
b. Koperasi lain dan/atau anggotanya, yaitu pinjaman dari koperasi lain
dan/atau anggotanya didasari dengan perjanjian kerja sama dengan koperasi.
c. Bank dan lembaga keuangan lainnya, yaitu pinjaman dari bank dan
lembaga keuangan lainnya yang dilakukan berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
d. Penerbitan obligasi dan surat utang lainnya, yaitu dana yang diperoleh
dari penerbitan obligasi dan surat utang lainnya berdasarkan ketentuan
perundang-undangan yang berlaku.
e. Sumber lain yang sah, yaitu pinjaman yang diperoleh dari bukan anggota
yang dilakukan tanpa melalui penawaran secara umum.
3. Modal penyertaan
Modal penyertaan digunakan untuk memperkuat modal koperasi. Modal
penyertaan dapat berasal dari pemerintah ataupun masyarakat, bukan berasal dari
anggota dalam bentuk investasi. Pemilik modal penyertaan tidak memiliki hak
suara dalam rapat anggota dan tidak dapat menentukan kebijakan koperasi. Akan
tetapi, pemilik modal penyertaan dapat diikutsertakan dalam pengelolaan dan
pengawasan usaha investasi yang didukung modal penyertaannya sesuai
perjanjian. Investor yang menyetorkan modal bertanggung jawab terhadap risiko
kerugian usaha yang dibiayai dengan modal penyertaan sebatas nilai modal yang
disetorkan.
2.1.2 Kinerja Keuangan
2.1.2.1 Pengertian Kinerja Keuangan
2.1.2.2 Tujuan Kinerja Keuangan
2.1.2.3 Manfaat Penilaian Kinerja
2.1.2.4 Analisis Kinerja
2.1.3 Return On Investment (ROI)
ROI adalah salah satu bagian dari rasio profitabilitas yang sering digunakan
untuk menilai kinerja keuangan perusahaan berdasarkan laporan keuangan dan
profit perusahaan. Return On Investment (ROI) merupakan rasio yang
menunjukkan hasil (return) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan,
selain itu juga merupakan suatu ukuran tentang efektivitas seluruh operasi
perusahaan. Semakin rendah ROI, maka semakin rendah tingkat efektivitas dari
keseluruhan operasi perusahaan (Kasmir, 2016:202).
Menurut Syamsuddin (2011:63), “Return on Investment (ROI) merupakan
pengukuran kemampuan perusahaan secara keseluruhan aktiva yang tersedia di
dalam perusahaan. Semakin tinggi rasio ini, semakin baik keadaan suatu
perusahaan”. Return on Investment merupakan rasio yang menunjukan
pengembalian atas aktiva yang diinvestasikan oleh perusahaan dimana persentase
yang semakin tinggi menunjukan semakin baik keadaan suatu perusahaan. (Annis,
dkk 2014:2).
Menurut Rhomadani dkk (2016:3) Return On Investment (ROI) adalah
teknik yang digunakan untuk menilai tingkat pengembalian investasi dan laba
bersih dari penjualan produk-produk perusahaan.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa return on investment adalah salah satu
alat analisis kinerja keuangan perusahaan dengan membandingkan laba bersih
setelah pajak dan total aktiva. Menurut Syamsuddin (2011:63) secara matematis
return on investment dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: