Anda di halaman 1dari 41

Jurnal Sains,

Akuntansi dan Manajemen Jurnal Sains, Akuntansi dan Manajemen (Vol. 1, No. 2: Pebruari, 2019)
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SISA HASIL USAHA(SHU)
KOPERASI SIMPAN PINJAM(KSP) DI KODYA DENPASAR TAHUN 2013-2017

NI WAYAN INTAN NILASARI


email: intannilasari41@gmail.com
Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Mahasaraswati Denpasar

Abstrak

Koperasi merupakan salah satu kekuatan ekonomi yang mendorong pertumbuhan


perekonomian nasional. Sisa hasil usaha (SHU) koperasi juga menjadi salah satu elemen penting
dalam meningkatkan kesejahteraan para anggotanya, termasuk pada Koperasi Simpan Pinjam
(KSP) di Kodya Denpasar. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan bukti empiris apakah
jumlah anggota,jumlah simpanan, jumlah pinjaman dan jumlah modal kerja mempengaruhi sisa
hasil usaha koperasi simpan pinjam di Kodya Denpasar tahun 2013-2017. Sampel yang
digunakan dalam penelitian ini berjumlah 15 Koperasi Simpan Pinjam di Kodya Denpasar tahun
2013-2017. Penentuan besarnya jumlah sampel menggunakan teknik purposive sampling. Alat
analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda. Berdasarkan pembahasan hasil
penelitian, maka diperoleh bukti empiris bahwa jumlah pinjaman berpengaruh positif terhadap
sisa hasil usaha (SHU), sedangkan jumlah anggota, jumlah simpanan,dan modal kerja tidak
berpengaruh terhadap sisa hasil usaha(SHU).

Kata kunci: Sisa hasil usaha, jumlah anggota koperasi simpan pinjam, jumlah simpanan,
jumlah pinjaman, jumlah modal kerja.

BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keadaan perekonomian global yang terjadi saat ini di rasakan sangat merosot tajam
sehingga mengakibatkan kondisi perekonomian di setiap negara menjadi tidak stabil, terutama
pada negara-negara berkembang. Agar tetap mampu bertahan pada situasi seperti ini, maka
diperlukan usaha yang kuat dari pemerintah untuk memperbaiki perekonomian negaranya demi
mencapai kesejahteraan rakyat. Maka terciptalah wadah ekonomi yang mampu bertahan di
tengah-tengah situasi ekonomi yang tidak terkendali ini. Wadah yang sesuai untuk
perekonomian di Indonesia tersebut adalah Koperasi, karena merupakan wadah perekonomian
rakyat yang bersifat sesuai dan di laksanakan berdasarkan atas asas kekeluargaan (Astari,2015).
Seperti yang dijelaskan dalam UU No. 25 Bab 1 Ayat 1 tahun 1992 yang menyatakan
bahwa : “Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-orang atas badan hukum
koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai
gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas asas kekeluargaan dengan tujuan memajukan
kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut membangun
tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan
makmur berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945“.
Pada dasarnya koperasi dikelola dengan tujuan mensejahterakan anggotanya dan
masyarakat pada umumnya, bukan mengejar keuntungan semata. Sekalipun koperasi tidak
mengutamakan keuntungan, akan tetapi usaha-usaha yang dikelola oleh koperasi harus tetap
memperoleh penghasilan yang layak demi menjaga kelangsungan hidup dan meningkatkan
kemampuan usaha, bukan untuk memupuk kekayaan. Sehingga pada akhir periode usahanya
diharapkan dan ditargetkan menghasilkan Sisa Hasil Usaha (Septiani,2015).

299
DOI: https://doi.org/10.1234/jasm.v1i2.42 http://journals.segce.com/index.php/JSAM/article/view/42
Dalam UU No.25 Tahun 1992 Pasal 45 Ayat 1 menyatakan bahwa Sisa Hasil Usaha
merupakan pendapatan koperasi yang diperoleh dalam satu tahun buku dikurangi dengan biaya,
penyusutan, dan kewajiban lain termasuk pajak dalamtahun buku yang bersangkutan. Salah satu
bentuk keberhasilan koperasi dapat dilihat dari perolehan SHU yang lebih baik setiap tahunnya
karena koperasi sebagai lembaga yang bergerak dalam bidang ekonomi tidak terlepas dari
pendapatan yang diperoleh selama satu tahun SHU.Mengingat kegunaan dan fungsi dari
penyisihan SHU yang begitu banyak, maka perolehan SHU bagi koperasi setiap tahunnya
menjadi sangat penting. Melalui SHU koperasi dapat menupuk modal sendiri yaitu dengan dana
cadangan yang disisihkan setiap akhir periode tutup buku, sehingga akan memperkuat struktur
modalnya. Selain itu dana-dana yang disisihkan dari SHU, apabila belum dicairkan atau
digunakan maka akan diperlakukan sebagai tambahan modal yaitu sebagai modal pinjaman
tanpa dikenakan biaya modal. Oleh sebab itu apabila koperasi dapat meningkatkan perolehan
SHU dalam setiap tahunnya dengan sendirinyaakan memperkuat struktur finansialnya
(Satriawati, 2013).
Faktor- faktor yang dapat mempengaruhi peningkatan perolehan Sisa Hasil Usaha (SHU)
dalam koperasi adalah jumlah anggota. Anggota koperasi adalah individu-individu yang
menjadi bagian dari koperasi tersebut sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan. Jumlah
anggota koperasi adalah jumlah pemilik sekaligus sebagai pengguna jasa koperasi (Iswari,
2016).Sebagai anggota koperasi wajib membayar sejumlah uang untuk simpanan pokok dan
simpanan wajib koperasi. Bertambahnya jumlah anggota akan membuat perkembangan koperasi
menjadi lebih besar karena simpanan para anggota koperasi merupakan salah satu komponen
yang turut serta menentukan besar kecilnya perkembangan koperasi. Bertambahnya para
anggota yang memanfaatkan haknya untuk mendapatkan pinjaman baik berupa uang ataupun
barang secara tidak langsung dapat meningkatkan SHU, karena SHU diperoleh oleh anggota
dan untuk anggota, maka apabila jumlah pinjaman anggota mengalami kenaikan maka akan
mengakibatkan kenaikan SHU, demikian pula sebaliknya (Anggara,2010). Hasil penelitian
Ayuk (2012), Nurmawati(2015), Anggara(2010), Septiani(2015) menyatakan bahwa jumlah
anggota berpengaruh positif terhadap SHU.Sedangkan Sulistiowati(2012) Dewi(2017) dan
Buana(2014) menyatakan jumlah anggota tidak berpengaruh terhadap SHU.
Faktor lainnya adalah jumlah simpanan. Jumlah simpanan adalah jumlah uang yang
disetorkan anggota kepada koperasi. Jumlah simpanan tersebut merupakan komponen penting
dalam usaha koperasi.Dimana simpanan ini meliputi simpanan pokok,simpanan wajib, dan juga
simpanan sukarela (Nurmawati, 2016). Sebagai pemilik, anggota dapat berpartisipasi
menginvestasikan dananya, partisipasi anggota dalam menginvestasikan dana tersebut
disampaikan dalam bidang keuangan yang dinyatakan dengan pemenuhan kewajiban
pembayaran simpanan. Semakin banyak transaksi-transaksi pada koperasi oleh anggota maupun
bukan anggota akan semakin meningkatkan Sisa Hasil Usaha koperasi (Yolamalinda,2013).
Hasil penelitian Ayuk (2012), Nurmawati(2015), Anggara(2010) menyatakan bahwa jumlah
simpanan berpengaruh positif terhadap SHU. Sedangkan Dewi(2017) dan Weni (2015)
menyatakan jumlah simpanan tidak berpengaruh terhadap SHU.
Jumlah pinjaman juga merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
peningkatan SHU (Ayuk,2012). Jumlah pinjaman adalah jumlah hutang yang diberikan oleh
masing-masing koperasi simpan pinjam berdasarkan kesepakatan pihak peminjam dengan
koperasi dengan imbalan bunga yang telah ditentukan (Ayuk,2012). Sebagai pelanggan,
anggota dapat berpatisipasi dengan melakukan aktivitas keuangan yaitu mendapatkan pinjaman.
Semakin banyak transaksi-transaksi pada koperasi oleh anggota maupun bukan anggota akan
semakin meningkatkan Sisa Hasil Usaha koperasi (Yolamalinda,2013). Hasil penelitiaan
Ayuk(2012), Nurmawati(2015), Anggara(2010) menyatakan bahwa jumlah simpanan dan
jumlah pinjaman berpengaruh positif terhadap SHU. Sedangkan Dewi(2017) dan Weni(2015)
menyatakan jumlah simpanan dan jumlah pinjaman tidak berpengaruh terhadap SHU.
Aktivitas koperasi tidak terlepas dari efektifitas modal kerja.Modal kerja adalah aktiva
lancar yang digunakan dalam kegiatan operasional dan selalu berputar dalam periode tertentu.
Periode perputaran modal kerja dimulai dari saat dimana kas diinvestasikan dalam komponen-
300
DOI: https://doi.org/10.1234/jasm.v1i2.42 http://journals.segce.com/index.php/JSAM/article/view/42
komponen modal kerja sampai saat dimana kembali lagi menjadi kas, sedangkan elemen modal
kerja adalah semua aktiva lancar atau seluruh aktiva yang diharapkan dapat kembali menjadi
bentuk asalnya dalam satu tahun atau siklus kegiatan normal usaha (Iswari,2016). Hal ini berarti
bahwa yang perlu diperhatikan dalam modal kerja ialah kas, piutang, dan persediaan. Semakin
tinggi tingkat perputaran modal kerja, maka semakin cepat waktu pengembalian atas modal
yang telah di investasikan (Wijayanti,2010). Hasil penelitian Nurfarhana(2013), Ayuk(2012),
Nurmawati(2015) menyatakan bahwa modal kerja berpengaruh positif terhadap SHU.
Sedangkan Weni(2015) menyatakan jumlah modal kerja tidak berpengaruh terhadap SHU.
Semakin pesatnya kemajuan teknologi, komunikasi dan informasi yang terus berkembang
akan banyak mempengaruhi pola hidup masyarakat dan terjadinya persaingan usaha disegala
bidang. Tentunya semua perusahaan khususnya koperasi tidak ingin ketinggalan dalam
memperoleh informasi yang handal untuk meningkatkan kinerja perusahaan.Jadi karena adanya
persaingan usaha tersebut, koperasi harus waspada terhadap kekuatan dan kelemahan koperasi,
untuk itu koperasi harus mampu melihat potensi dirinya agar dapat dimanfaatkan sebaik-
baiknya. Adanya bantuan laporan keuangan tersebut, pengurus diharapkan mampu melihat atau
menganalisa faktor-faktor mana yang mendukung dan mana yang menghambat jalannya
perkembangan koperasi (Anggara,2010).
Sesuai latar belakang yang telah diuraikan, maka peneliti ingin melakukan penelitian
dengan judul :”Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sisa Hasil Usaha (SHU) Pada
Koperasi Simpan Pinjam (KSP) di Kodya Denpasar Tahun 2013-2017”

1.2 Pokok Permasalahan


Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka yang menjadi pokok
permasalahan dalam penelitian ini adalah :
1) Apakah Jumlah Anggota berpengaruh terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU) Koperasi Simpan
Pinjam (KSP) di Kodya Denpasar ?
2) Apakah Jumlah Simpanan berpengaruh terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU) Koperasi
Simpan Pinjam (KSP) di Kodya Denpasar ?
3) Apakah Jumlah Pinjaman berpengaruh terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU) Koperasi Simpan
Pinjam (KSP) di Kodya Denpasar ?
4) Apakah Jumlah Modal Kerja berpengaruh terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU) Koperasi
Simpan Pinjam (KSP) di Kodya Denpasar ?

1.3 Tujuan Penelitian


Berdasarkan pokok permasalahan tersebut, maka yang menjadi tujuan penelitian ini
adalah :
1) Untuk menguji jumlah anggota terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU) koperasi simpan pinjam
(KSP) di Kodya Denpasar.
2) Untuk menguji jumlah simpanan terhadap sisa hasil usaha (SHU) koperasi simpan pinjam
(KSP) di Kodya Denpasar.
3) Untuk menguji jumlah pinjaman terhadap sisa hasil usaha (SHU) koperasi simpan pinjam
(KSP) di Kodya Denpasar.
4) Untuk menguji jumlah modal kerja terhadap sisa hasil usaha (SHU) koperasi simpan
pinjam (KSP) di Kodya Denpasar.

1.4 Kegunaan Penelitian


Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan secara teoritis dan praktis
bagi semua kalangan yang berkaitan dengan penelitian ini. Kegunaan-kegunaan tersebut antara
lain:
1) Bagi Mahasiswa
Penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan atau mengaplikasikan ilmu
pengetahuan yang diperoleh secara teoritis di bangku kuliah, terutama ilmu pengetahuan
tentang perkoperasian simpan pinjam sehingga mendapat pengalaman baru dalam pemikiran
301
DOI: https://doi.org/10.1234/jasm.v1i2.42 http://journals.segce.com/index.php/JSAM/article/view/42
atau pengaruh jumlah anggota, jumlah simpanan, jumlah pinjaman, dan jumlah modal kerja
terhadap sisa hasil usaha (SHU).
2) Bagi Koperasi Simpan Pinjam di Kodya Denpasar
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan evaluasi atas hasil kinerja
sehingga dapat menjadi bahan pertimbangan untuk mengambil keputusan dalam memperbaiki
kinerja untuk dapat berjalan lebih baik.
3) Bagi Fakultas Ekonomi Universitas Mahasaraswati Denpasar
Hasil dari penelitian ini sebagai sumbangan/ tambahan kepustakaan serta referensi bagi
mahasiswa yang akan meneliti lebih lanjut terhadap masalah yang terkait.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Koperasi
2.1.1 Pengertian Koperasi
Koperasi berasal dari kata “cooperation” yang artinya kerjasama.Pengertian koperasi
menurut Undang-Undang Perkoperasian No.25 tahun 1992, yaitu badan usaha yang
beranggotakan seorang atau badan hukum koperasi dengan dengan berlandaskan kegiatan
pada prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas
kekeluargaan. Tujuan koperasi yang tercantum dalam UU No.25 Bab II pasal 3 tahun 1992
menyebutkan bahwa:
Koperasi bertujuan memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan
masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam
rangka mewujudkan masyarakat maju, adil, dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar 1945.
Aktivitas yang dilakukan oleh koperasi berlandaskan pada tiga landasan utama
koperasi, yaitu Pancasila, UUD 1945, dan Asas Kekeluargaan, sedangkan tujuan dibentuknya
koperasi adalah untuk memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat
pada umumnya serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka
mewujudkan masyarakat yang maju, adil, dan makmur berlandaskan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar 1945 (Nurmawati,2015).

2.1.2 Fungsi dan Peran Koperasi


Dalam pasal 4 UU No.25 Tahun 1992 menguraikan fungsi dan peran koperasi adalah:
1) Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi anggota pada
khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi
dan sosialnya;
2) Berperan serta secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan manusia dan
masyarakat;
3) Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan perekonomian
nasional dengan koperasi sebagai soko gurunya;
4) Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional yang
merupakan usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi.

2.1.3 Prinsip Koperasi


Menurut UU No.25 tahun 1992 pasal 5 disebutkan prinsip koperasi, yaitu:
1) Koperasi melaksanakan prinsip koperasi sebagai berikut:
a. Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka
b. Pengelolaan dilaksanakan secara demokratis
c. Pembagian hasil usaha dilakukan secara adil sebanding dengan besarnya jasa usaha
masing-masing anggota
d. Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal
e. Kemandirian
2) Dalam pengembangan koperasi, maka koperasi melaksanakan pula prinsip koperasi
sebagai berikut:
a. Pendidikan perkoperasian
302
DOI: https://doi.org/10.1234/jasm.v1i2.42 http://journals.segce.com/index.php/JSAM/article/view/42
b. Kerjasama antar koperasi.
Prinsip koperasi ini merupakan esensi dari dasar kerja koperasi sebagai badan usaha
dan merupakan ciri khas dan jati diri Koperasi yang membedakan dari badan usaha lainnya.
a. Sifat kesukarelaan dalam keanggotaan koperasi mengandung makna bahwa menjadi
anggota koperasi tidak boleh dipaksakan siapapun. Sikap kesukarelaan juga mengandung
makna bahwa seorang anggota dapat mengundurkan diri dari koperasinya sesuai dengan
syarat yang ditentukan dalam Anggaran Dasar Koperasi. Sedangkan sifat terbuka
memiliki arti bahwa dalam keanggotaan tidak dilakukan pembatasan atau diskriminasi
dalam bentuk apapun.
b. Prinsip demokrasi menunjukan bahwa pengelolaan koperasi dilakukan atas kehendak dan
keputusan para anggota. Para anggota itulah yang memegang kekuasaan tertinggi dalam
koperasi.
c. Pembagian Sisa Hasil Usaha kepada anggota dilakukan tidak semata-mata berdasarkan
modal yang dimiliki seseorang dalam koperasi tetapi juga berdasarkan perimbangan jasa
usaha anggota terhadap koperasi. Ketentuan yang demikian ini merupakan perwujudan
nilai kekeluargaan dan keadilan.
d. Modal dalam koperasi pada dasarnya dipergunakan untuk kemanfaatan anggota dan
bukan sekedar untuk mencari keuntungan. Oleh karena itu balas jasa terhadap modal yang
diberikan kepada para anggota juga terbatas, dan tidak didasarkan semata-mata atas
besarnya modal yang diberikan. Yang dimaksud dengan terbatas adalah wajar dalam arti
tidak melebihi suku bunga yang berlaku dipasar.
e. Kemandirian mengandung pengertian dapat berdiri sendiri, tanpa tergantung pada pihak
lain yang dilandasi oleh kepercayaan kepada pertimbangan, keputusan, kemampuan, dan
usaha sendiri. Dalam kemandirian terkandung pula pengertian kebebasan yang
bertanggung jawab, otonomi, swadaya, berani mempertanggung jawabkan perbuatan
sendiri, dan kehendak untuk mengelola diri sendiri.
Untuk pengembangan dirinya koperasi juga melaksanakan dua prinsip koperasi yang
lain yaitu pendidikan perkoperasian dan kerjasama antar Koperasi, hal tersebut merupakan
prinsip koperasi yang penting dalam meningkatkan kemampuan, memperluas wawasan
anggota, dan memperkuat solidaritas dalam mewujudkan tujuan koperasi. Kerja sama dapat
dilakukan antar koperasi ditingkat lokal, regional, nasional, dan internasional
(Nurmawati,2015).
Dari gambaran diatas dapat disimpulkan bahwa prinsip-prinsip koperasi sampai saat
ini masih sangat relevan sampai dengan perubahan ekonomi yang terjadi, bahwa dalam
persaingan yang ketat pun, prinsip-prinsip koperasi telah diadopsi oleh organisasi-organisasi
non koperasi dan terbukti telah memberikan manfaat yang lebih kepada organisasi-organisasi
tersebut.

2.1.4 Landasan Koperasi


Dalam UUD 1945 pasal 33 ayat 1 dimana menyebutkan bahwa dasar dari
perekonomian Indonesia adalah berdasarkan atas asas kekeluargaan. Hal ini sesuai dengan
landasan yang menjadi dasar dari koperasi dimana pada koperasi terdapat tiga landasan
koperasi yaitu:
1) Landasan idiil
Landasan idiil koperasi Indonesia adalah Pancasila.Landasan ini harus dijalankan dan
diamalkan karena pancasila merupakan falsafah hidup bangsa Indonesia.
2) Landasan Struktural
Landasan operasional dalam koperasi yaitu tata aturan kerja yang harus diikuti dan
ditaati oleh anggota, pengurus, badan pemeriksa, manajer dan karyawan koperasi dalam
melakukan tugas masing-masing di koperasi. Berikut ini adalah landasan operasional koperasi
Indonesia yaitu:
a. UU No.25 Tahun 1992 tentang pokok-pokok perkoperasian.
b. Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART) Koperasi.
303
DOI: https://doi.org/10.1234/jasm.v1i2.42 http://journals.segce.com/index.php/JSAM/article/view/42
3) Landasan Mental
Landasan mental koperasi Indonesia adalah kesetiakawanan dan kesadaran pribadi.
Sifat inilah yang harus senantiasa ada dalam aktivitas koperasi. Setiap anggota koperasi harus
memiliki rasa kesetiakawanan dengan anggota koperasi yang lain.
2.1.5 Koperasi Simpan Pinjam (KSP)
UU No. 17 pasal 1 tahun 2012 menyatakan koperasi simpan pinjam adalah koperasi
yang menjalankan usaha simpan pinjam sebagai satu-satunya usaha.
Menurut Anoraga dan Widiyanti (2007) Koperasi Simpan Pinjam ialah Koperasi yang
bergerak dalam lapangan usaha pembentukan modal melalui tabungan-tabungan para anggota
secara teratur dan terus-menerus untuk kemudian dipinjamkan kepada para anggota dengan
cara mudah, murah, cepat, dan tepat untuk tujuan produktif dan kesejahteraan.
Menurut Burhanuddin (2010) koperasi simpan pinjam adalah koperasi yang didirikan
guna memberikan kesempatan kepada para anggotanya untuk memperoleh pinjaman atas
dasar kebaikan. Pada dasarnya koperasi simpan pinjam menjalankan fungsi yang hampir sama
dengan bank, yaitu menjalankan penggalian dana masyarakat dan menyalurkan kembali
dalam bentuk kredit pada masyarakat yang membutuhkan. Yang membedakan adalah bahwa
koperasi dimiliki bersama oleh anggotanya dengan hak dan kedudukan yang sama. Sedangkan
bank dimiliki oleh sejumlah orang atau badan sebagai pemegang saham, pengendalian dana
dari masyarakat luas, namun hanya menyalurkan dana yang terhimpun kepada masyarakat
yang mampu memenuhi persyaratan teknis bank.
PP RI No.9 tahun 1995 tentang pelaksanaan kegiatan Usaha Simpan Pinjam oleh
koperasi pada Bab 1 ketentuan umum pasal 1 menerangkan bahwa kegiatan usaha simpan
pinjam adalah kegiatan yang dilakukan untuk menghimpun dana dan menyalurkan melalui
kegiatan usaha simpan pinjam dari dan untuk anggota koperasi yang bersangkutan, calon
anggota koperasi yang bersangkutan, koperasi lain dan atau anggotanya.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan, simpan pinjam adalah suatu kegiatan
penyimpanan dan penyediaan dana dari dan untuk anggota koperasi, calon anggota koperasi,
dan koperasi lain berdasarkan kesepakatan simpan menyimpan dan pinjam meminjam atas
dasar kebaikan.

2.1.6 Peran Koperasi Simpan Pinjam (KSP)


Koperasi Simpan Pinjam (KSP) ikut mengembangkan perekonomian masyarakat
terutama bagi para anggotanya antara lain:
1) Membantu keperluan kredit para anggota dengan syarat-syarat yang ringan
2) Mendidik para anggotanya agar giat menabung secara teratur sehingga membentuk modal
sendiri.
3) Menambah pengetahuan tentang perkoperasian.
4) Menjauhkan anggotanya dari cengkeraman rentenir.

2.1.7 Prinsip Utama Koperasi Simpan Pinjam


Koperasi Simpan Pinjam memiliki tiga prinsip utama yaitu:
1) Swadaya
Pengertian koperasi swadaya adalah memiliki prinsip bahwa tabungan hanya diperoleh dari
anggotanya.

2) Setia Kawan
Pengertian Setia Kawan adalah memiliki prinsip bahwa pinjaman hanya diberikan kepada
anggota
3) Pendidikan dan Penyadaran
Pengertian pendidikan dan penyadaran adalah memiliki prinsip membangun watak adalah
yang utama, jadi hanya yang berwatak baik yang dapat diberi pinjaman.

304
DOI: https://doi.org/10.1234/jasm.v1i2.42 http://journals.segce.com/index.php/JSAM/article/view/42
2.1.8 Tujuan Koperasi Simpan Pinjam
Menurut Anoraga dan Widiyanti (2007), tujuan koperasi simpan pinjam adalah
sebagai berikut :
1) Membantu keperluan kredit para anggota yang sangat banyak membutuhkan dengan
syarat dan bunga yang ringan.
2) Mendidik para anggota supaya giat menyimpan secara teratur sehingga membentuk
modal sendiri
3) Mendidik anggota hidup hemat, dengan menyisihkan sebagian dari pendapatannya.
4) Menambah pengetahuan tentang perkoperasian.

2.2 Sisa Hasil Usaha (SHU)


2.2.1 Pengertian Sisa Hasil Usaha (SHU)
Sisa hasil usaha merupakan laba bersih seperti lazimnya dalam dunia usaha yang
dilaporkan pada akhir tiap periode. Menurut IAI (2004) Sisa Hasil Usaha adalah penjumlahan
dari partisipasi neto dan laba atau rugi kotor dengan non anggota, ditambah atau dikurangi
dengan pendapatan dan beban lain serta beban perkoperasian pajak penghasilan badan
koperasi. Menurut Rudianto (2010) SHU adalah selisih antara penghasilan yang diterima
selama periode tertentu dan pengorbanan yang dikeluarkan untuk memperoleh penghasilan
itu.
Undang-Undang No.25 tahun 1992 mengenai Sisa Hasil Usaha (SHU) dalam pasal 45
mengatakan bahwa :
1) Sisa Hasil Usaha (SHU) koperasi merupakan pendapatan koperasi yang diperoleh dalam
satu tahun buku dikurangi dengan biaya, penyusutan, dan kewajiban lainnya termasuk
pajak dalam tahun buku yang bersangkutan.
2) Sisa Hasil Usaha (SHU) setelah dikurangi dana cadangan, dibagikan kepada anggota
sebanding dengan jasa usaha yang dilakukan oleh masing-masing anggota dengan
koperasi, serta digunakan untuk keperluan pendidikan perkoperasian dan keperluan lain
dari koperasi, sesuai dengan keputusan rapat anggota.
3) Besarnya pemupukan dana cadangan ditetapkan dalam rapat anggota.
Berdasarkan beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa sisa hasil usaha
merupakan laba bersih yang akan digunakan oleh anggota untuk memenuhi kebutuhannya.
SHU disisihkan sebagian untuk cadangan dan dana-dana koperasi yang besarnya ditetapkan
dalam rapat anggota. Sebagian lagi sisa hasil usaha ini dibagikan kepada anggota sesuai
dengan besarnya kontribusi anggota terhadap pendapatan koperasi. Hasil dari pembagian SHU
ini berarti anggota telah menerima manfaat berupa manfaat ekonomi tidak langsung. Jika
pendapatan lebih kecil dari beban usaha maka akan timbul kerugian usaha. Pengelolaan usaha
koperasi sebagai badan usaha yangbergerak dibidang ekonomi tidak boleh mengabaikan
adanya kelebihan yang diperoleh dari kegiatan usaha atau yang disebut Sisa Hasil Usaha
(SHU).

2.2.2 Pembagian Sisa Hasil Usaha


Pada dasarnya SHU yang diperoleh koperasi setiap tahunnya dibagi sesuai dengan
aturan yang telah ditetapkan pada Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga koperasi yang
bersangkutan. Acuan dasar untuk membagi SHU adalah prinsip-prinsip dasar koperasi yang
menyebutkan bahwa, pembagian SHU yang dilakukan secara adil sebanding dengan besarnya
jasa usaha masing-masing anggota.
Menurut UU Koperasi NO.25 Tahun 1992 pasal 34 menjelaskan bahwa pembagian
Sisa Hasil Usaha (SHU) yang berasal dari usaha yang diselenggarakan untuk anggota koperasi
itulah yang boleh dibagikan kepada para anggota, sedangkan sisa hasil usaha yang berasal dari
usaha koperasi yang diselenggarakan bukan untuk anggota, misalnya dari hasil pelayanan
pihak ketiga tidak boleh dibagikan kepada anggota karena bagian ini diperoleh bukan dari jasa
anggota, sisa hasil usaha ini digunakan untuk pembiayaan tertentu lainnya. Pembagian Sisa
Hasil Usaha koperasi supaya diatur sebagai berikut:
305
DOI: https://doi.org/10.1234/jasm.v1i2.42 http://journals.segce.com/index.php/JSAM/article/view/42
1) Sisa Hasil Usaha yang berasal dari usaha yang diselenggarakan untuk anggota, dibagikan
untuk:
a. Cadangan Koperasi
b. Para Anggota, sebanding dengan jasa yang diberikan masing-masing
c. Dana pengurus
d. Dana pegawai/karyawan
e. Dana pendidikan koperasi
f. Dana sosial
g. Dana pembangunan daerah kerja
2) Sisa Hasil Usaha yang berasal dari usaha yang diselenggarakan bukan untuk anggota,
dibagikan untuk:
a. Cadangan koperasi
b. Dana pengurus
c. Dana pegawai/karyawan
d. Dana pendidikan koperasi
e. Dana sosial
f. Dana pembangunan daerah kerja
Cara penggunaan sisa hasil usaha diatas, kecuali cadangan diatur dalam anggaran dasar
dengan mengutamakan kepentingan koperasi yang bersangkutan. Cadangan ini dimaksudkan
untuk memupuk modal koperasi sendiri dan untuk menutup kerugian koperasi bila diperlukan,
oleh karenanya cadangan tidak boleh dibagikan kepada anggota walaupun diwaktu
pembubaran (Anoraga dan Widiyanti, 2007).
Penggunaan Dana Sosial diatur oleh Rapat Anggota dan dapat diberikan antara lain
pada fakir miskin, yatim piatu atau usaha-usaha sosial lainnya. Perihal zakat dapat diatur oleh
koperasi yang bersangkutan dalamanggaran dasar maupun ketentuan-ketentuan lain dari
koperasi. Pengguanaan dana pembangunan daerah dilakukan setelah mengadakan konsultasi
dengan pihak pemerintah daerah setempat (Anoraga dan Widiyanti, 2007).
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK No.27) menyebutkan bahwa
pembagian Selisih Hasil Usaha harus dilakukan pada akhir periode pembukuan. Jumlah yang
dialokasikan selain untuk koperasi diakui sebagai kewajiban. Dalam hal pembagian tidak
dapat dilakukan karena jenis dan jumlah pembagiannya belum diatur secara jelas dalam
anggaran dasar atau anggaran rumah tangga, tetapi harus menunggu rapat anggota, maka sisa
hasil usaha tersebut dicatat sebagai sisa hasil usaha belum dibagi dan harus dijelaskan dalam
catatan atas laporan keuangan. Menurut Sitio dan Tamba (2002) secara umum SHU koperasi
dibagi untuk :
1) Cadangan Koperasi
Cadangan koperasi merupakan bagian dari penyisihan SHU yang tidak dibagi dan dapat
digunakan untuk memupuk modal sendiri serta untuk memupuk kerugian koperasi.
2) Jasa Anggota
Anggota di dalam koperasi memiliki fungsi ganda yaitu sebagai pemilik (owner) dan
sekaligus sebagai pelanggan (customer). Dengan demikian, SHU yang diberikan kepada
anggotanya berdasar atas dua kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh anggota sendiri,
yaitu :
a. SHU atas jasa modal, adalah SHU yang diterima oleh anggota karena jasa atas
penanaman modalnya (simpanan) didalam koperasi.
b. SHU atas jasa usaha, adalah SHU yang diterima oleh anggota karena jasa atas
transaksi yang dilakukan sebagai pelanggan di dalam koperasi.
3) Dana Pengurus
Dana pengurus adalah SHU yang disisihkan untuk pengurus atas balas jasanya dalam
mengelola organisasi dan usaha koperasi.
4) Dana pegawai
Dana pegawai adalah penyisihan SHU yang digunakan untuk membayar gaji pegawai
yang bekerja dalam koperasi.
306
DOI: https://doi.org/10.1234/jasm.v1i2.42 http://journals.segce.com/index.php/JSAM/article/view/42
5) Dana Pendidikan
Dana pendidikan adalah penyisihan SHU yang digunakan untuk membiayai pendidikan
pengurus, pengelola, dan pegawai koperasi sebagai upaya meningkatkan kemampuan dan
keahlian Sumber Daya Manusia dalam mengelola koperasi.
6) Dana Sosial
Dana sosial adalah penyisihan SHU yang digunakan untuk membantu anggota dan
masyarakat sekitar yang tertimpa musibah.
7) Dana Pembangunan Daerah Kerja
Dana pembangunan daerah kerja adalah penyisihan SHU yang di pergunakan untuk
mengembangkan daerah kerjanya.

2.2.3 Prinsip-Prinsip Pembagian SHU


Menurut Sitio dan Tamba (2002) agar tercermin asas keadilan, demokrasi, transparasi,
dan sesuai dengan prinsip-prinsip koperasi, maka perlu diperhatikan prinsip-prinsip
pembagian SHU sebagai berikut:

1) SHU yang dibagi adalah yang bersumber dari anggota.


Pada hakikatnya SHU yang dibagi kepada anggota adalah yang bersumber dari anggota
sendiri, sedangkan SHU yang bukan berasal dari anggota dijadikan sebagai cadangan
koperasi. Oleh sebab itu, langkah pertama dalam pembagian SHU adalah memisahkan
antara SHU yang bersumber dari hasil transaksi anggota dan SHU yang bersumber dari
nonanggota.
2) SHU anggota adalah jasa dari modal dan transaksi usaha yang dilakukan anggota sendiri.
SHU yang diterima setiap anggota pada dasarnya merupakan insentif dari modal yang
diinvestasikannya dan dari hasil transaksi yang dilakukannya dengankoperasi. Oleh sebab
itu, perlu ditentukan proporsi SHU untuk jasa modal dan jasa transaksi usaha yang dibagi
kepada anggota.
3) Pembagian SHU anggota dilakukan secara transparan
Proses perhitungan SHU peranggota dan jumlah SHU yang dibagi kepada anggota harus
diumumkan secara transparan, sehingga setiap anggota dapat dengan mudah menghitung
secara kuantitatif berapa partisipasinya kepada koperasinya. Prinsip ini pada dasarnya juga
merupakan salah satu proses pendidikan bagi anggota koperasi dalam membangun suatu
kebersamaan, kepemilikan terhadap suatu badan usaha, pendidikan dalam proses
demokrasi.
4) SHU anggota dibayar secara tunai
SHU per anggota harus diberikan secara tunai, karena dengan demikian koperasi
membuktikan dirinya sebagai badan usaha yang sehat kepada anggota dan masyarakat
mitra bisnisnya.
Berdasarkan prinsip-prinsip SHU diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa koperasi
berasaskan kekeluargaan, bahkan dalam pembagian-pembagian SHU memiliki prinsip-prinsip
yang identik dengan kekeluargaan. Hal ini dilakukan SHU yang diperoleh masing-masing
anggota dapat bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan seluruh warga koperasi tersebut.

2.2.4 Faktor – faktor yang Memperngaruhi Sisa Hasil Usaha (SHU)


Besarnya SHU pada koperasi tergantung dari kegiatan yang dilakukan oleh koperasi
itu sendiri. Menurut Yanti(2005), faktor-faktor yang mempengaruhi SHU terdiri dari dua
faktor yaitu:
1) Faktor dari Dalam
a. Partisipasi anggota, para anggota koperasi harus berpartisipasi dalam kegiatan koperasi
karena tanpa adanya peran anggota maka koperasi tidakakan berjalan lancar.
b. Jumlah Modal sendiri, SHU anggota yang diperoleh sebagian dari modal sendiri yaitu dari
simpanan wajib, simpanan pokok, dana cadangan dan hibah.

307
DOI: https://doi.org/10.1234/jasm.v1i2.42 http://journals.segce.com/index.php/JSAM/article/view/42
c. Kinerja pengurus, kinerja pengurus sangat diperlukan dalam semua kegiatan yang
dilakukan oleh koperasi, dengan adanya kinerja yang baik sesuai persyaratan dalam
anggaran dasar serta UU perekonomian maka hasil yang dicapai pun juga kan baik.
d. Jumlah unit usaha yang dimiliki, setiap koperasi pasti mempunyai unit usaha, hal ini juga
menentukan seberapa besar volume usaha yang dijalankan dalam kegiatan usaha tersebut.
e. Kinerja manajer, kinerja manajer menentukan jalannya semua kegiatan yang dilakukan
oleh koperasi dan memiliki wewenang atas semua hal-hal yang bersifat intern.
f. Kinerja karyawan, merupakan kemampuan seseorang karyawan dalam menjadi anggota
koperasi.
2) Faktor dari Luar
a. Modal pinjaman dari luar
b. Para konsumen dariluar selainanggota koperasi
c. Pemerintah
Faktor-faktor yang mempengaruhi SHU menurut Iramani dan Kristijadi(2002)
1) Jumlah Anggota Koperasi
Semakin banyak anggota koperasi yang menyimpan dananya pada koperasi, diharapkan akan
meningkatkan volume kegiatan koperasi sehingga akan meningkatkan SHU yang akan
diperoleh koperasi.
2) Volume usaha
Peningkatan SHU dari suatu koperasi sangat tergantung pada kegiatan yang dijalankannya,
sehingga aspek volume usaha yang dijalankan oleh koperasi akan sangat menentukan
pendapatannya.
3) Jumlah simpanan
Simpanan para anggota koperasi merupakan salah satu komponen yang turut serta
menentukan kegiatan perkoperasian di koperasi tersebut.
4) Jumlah hutang (Pinjaman)
Volume usaha yang harus ditingkatkan oleh koperasi akan terlaksana modal yang mencukupi,
baik yang berasal dari para anggota maupun modal yang digali dari luar (hutang).

2.3 Anggota Koperasi


2.3.1 Pengertian Anggota Koperasi
Menurut Sartika(2002) Anggota koperasi adalah pemilik dan sekaligus pengguna jasa
koperasi yang dapat menjadi anggota koperasi ialah setiap orang/individu yang mampu
melakukan tindakan hukum atau koperasi yang memenuhi persyaratan sebagaimana
ditetapkan dalam anggaran dasar koperasi
Masyarakat yang menjadi anggota koperasi adalah mereka yang memenuhi persyaratan
sebagaimana ditetapkan dalam Anggaran Dasar. Keanggotaan koperasi harus didasarkan pada
kesamaan kepentingan ekonomi dalam lingkup usaha koperasi, dapat diperoleh setelah syarat
sebagaimana diatur dalam Anggaran Dasar dipenuhi, tidak dapat dipindahtangankan, dan
setiap anggota memiliki kewajiban dan hak yang sama terhadap koperasi sesuai yang diatur
dalam Anggaran Dasar. (UU No.25 Tahun 1992).
Dalam UU No.25 Bab IV pasal 6 Tahun 1992 tentang banyaknya anggota sebagai
syarat pembentukan syarat pembentukan koperasi yaitu:
1) Koperasi Primer dibentuk oleh sekurang-kurangnya 20 (dua puluh) orang
2) Koperasi Sekunder dibentuk oleh sekurang-kurangnya 3 (tiga) koperasi

2.3.2 Hak Anggota Koperasi


Adapun Hak dari setiap anggota koperasi seperti tercantum di dalam ketentuan Pasal
20 ayat (1) UU No.25 tahun 1992, dapat disimpulkan sebagai berikut:
a. Menghadiri, menyatakan pendapat dan memberikan suara dalam Rapat Anggota.
b. Memilih atau dipilih menjadi anggota pengurus dan pengawas
c. Meminta diadakan rapat anggota menurut ketentuan dalam anggaran dasar.

308
DOI: https://doi.org/10.1234/jasm.v1i2.42 http://journals.segce.com/index.php/JSAM/article/view/42
d. Mengemukakan pendapat atau saran kepada pengurus diluar rapat anggota baik diminta
maupun tidak diminta
e. Memanfaatkan koperasi dan mendapat pelayanan yang sama antara semua anggota
f. Mendapat keterangan mengenai perkembangan koperasi menurut ketentuan dalam
anggaran dasar.

2.3.3 Kewajiban Anggota


Kewajiban yang utama dari anggota koperasi adalah kewajiban ikut serta secara
perorangan dalam usaha bersama supaya tercapai tujuan bersama dalam kewajiban untuk setia
kepada koperasi. Pasal 20 ayat (1) UU No.25 tahun 1992 menjabarkan kewajiban anggota
adalah:
a. Mematuhi anggaran dasar koperasi
b. Mematuhi anggaran rumah tangga koperasi
c. Mematuhi hasil keputusan-keputusan Rapat Anggota Koperasi
d. Berpartisipasi dalam kegiatan usaha yang diselenggarakan koperasi
e. Mengembangkan dan memelihara kebersamaan berdasar atas asas kekeluargaan.

2.4 Simpanan
2.4.1 Pengertian Simpanan
Simpanan adalah penyisihan sebagian dari pendapatan secara sadar dan terencana.
Jadi, orang yang menyimpan bukan hanya karena orang tersebut mempunyaikelebihan uang,
tetapi secara sadar dan terenvana menyisihkan sebagian pendapatannya disuatu tempat yang
dianggap aman, menguntungkan, sesuai dengan harapannya untuk memenuhi kebutuhan dan
keinginannya dimasa yang akan datang. Sejak saat itu sampai sekarang modal koperasi adalah
simpanan, berbeda dengan perusahaan pada umumnya yang menggunakan istilah saham
(Satriawati,2013).
Menurut Sudarsono dan Edilius(2005) sumber modal koperasi terdiri dari beberapa
jenis yaitu berupa simpanan baik pokok, wajib maupun sukarela dan cadangan yang
dikumpulkan dari SHU yang merupakan kekayaan koperasi. Disamping itu koperasi juga
memiliki modal yang bersifat potensial yang didasarkan pada sikap anggota kepada
koperasinya. Modal ini dapat besar dan dapat pula kecil nilainya berkaitan dengan besar atau
kecilnya kesadaran orang dalam berkoperasi. Koperasi dapat juga menambah modalnya yang
berasal dari sumber ekstern yang berasal dari pinjaman atau simpanan dariluar keanggotaan
koperasi.
Modal dari anggota itu sendiri terdiri dari simpanan-simpanan anggota atau bukan
anggota. Menurut Widiyanti (2003) modal itu sendiri diperoleh dari simpanan pokok,
simpanan wajib dan simpanan sukarela berjangka.
Berdasarkan beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa modal koperasi yang
terdiri dari simpanan-simpanan merupakan sumber pembiayaan untuk kegiatan-kegiatan yang
dijalankan oleh koperasi. Simpanan-simpanan tersebut merupakan komponen penting dalam
usaha koperasi.
2.4.2 Macam-Macam Simpanan
1) Simpanan Pokok
Simpanan pokok merupakan modal awal yang sangat penting dalam koperasi. Menurut
Widiyanti (2003) simpanan pokok adalah suatu jumlah uang simpanan yang sama besarnya
bagi setiap anggota dapat diangsur. Simpanan pokok ini tidak dapat diambil kembali oleh
peserta selama ia menjadi anggota koperasi. Sedangkan menurut Hendrajogi(2000)
berpendapat simpanan pokok adalah sejumlah uang yang diwajibkan kepada anggota untuk
diserahkan kepada koperasi pada seseorang masuk menjadi anggota koperasi tersebut dan
besarnya sama untuk semua anggota dan simpanan pokok ini tidak dapat diambil selama yang
bersangkutan masih menjadi anggota.
Berdasarkan beberapa definisi diatas dapat disimpulkan simpanan pokok adalah simpanan
tahap awal dan syarat utama untuk menjadi anggota koperasi yang harus dilakukan oleh calon
309
DOI: https://doi.org/10.1234/jasm.v1i2.42 http://journals.segce.com/index.php/JSAM/article/view/42
anggota dengan memberikan sejumlah dana yang telah ditetapkan oleh koperasi tersebut
sesuai dalam Anggaran Dasar atau Anggaran Rumah Tangga koperasi. Simpanan pokok ini
akan tetap tercatat dan ada dalam koperasi selama seseorang menjadi anggota sebagai modal
permanen koperasi.
2) Simpanan Wajib
Simpanan wajib merupakan kewajiban setiap anggota koperasi setelah simpanan
pokok. Menurut Widiyanti (2003) simpanan wajib adalah simpanan yang dapat disetor setiap
minggu atau bulan atau menurut waktu yang ditetapkan oleh anggota. Simpanan bisa
digunakan untuk pemupukan modal dapat juga diadakan simpanan khusus dan pinjaman wajib
dari anggota yang bersedia, untuk digunakan sebagai pemupukan modal investas. Sedangkan
menurut Wijaya(2002) simpanan wajib adalah jumlah simpanan tertentu yang harus dibayar
oleh anggota dalam waktu dan kesempatan tertentu.
Berdasarkan beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa simpanan wajib merupakan
sumber permodalan koperasi yang sangat dibutuhkan untuk kegiatan operasional dan
kelangsungan usaha koperasi agar koperasi tersebut dapat berkembang dan mengalami
peningkatan dikemudian hari.Simpanan wajib ini, tidaklah merupakan modal permanen
koperasi.Undang-undang koperasi memberikan petunjuk untuk diatur oleh koperasi sendiri,
baik dalam Anggaran Dasarnya maupun Anggaran Rumah Tangganya.Simpanan wajib dapat
diambil kembali setelah jangka waktun yang ditentukannya habis.
3) Simpanan Sukarela
Simpanan sukarela merupakan simpanan yang selanjutnya setelah simpanan pokok
dan simpanan wajib.Menurut Widiyanti (2003) simpanan manasuka atau simpanan sukarela
adalah member kesempatan kepada anggota yang dapat menyimpan dalam bentuk deposito,
yang dapat diambil kembali menurut perjanjian.
Jadi dapat disimpulkan permodalan koperasi tidak hanya berasaldari simpanan pokok
dan simpanan wajib tapi juga berasal dari simpanan sukarela yang diseterkan oleh anggota
maupun bukan anggota.Ada pendapat yang menyatakan bahwa simpanan sukarela itu
merupakan utang jangka pendek.Artinya, tidak mempunyai ikatan tentang anggota maupun
bukan anggota dapat menyimpan secara sukarela dalam koperasi.Sehingga simpanan sukarela
jelas bukan modal sendiri koperasi.

2.5 Modal Koperasi


2.5.1 Pengertian Modal Koperasi
Seperti halnya bentuk badan usaha yang lain, untuk menjalankan kegiatan usahanya
koperasi memerlukan modal.Adapun modal koperasi terdiri atas Modal Sendiri dan Modal
Pinjaman.
Menurut Riyanto(2001) ada dua macam modal yaitu modal sendiri dan modal
asing.Yang dimaksud Modal Sendiri adalah modal yang berasal dari perusahaan itu sendiri
(cadangan laba) atau berasal dari pengambil bagian, peserta atau pemilik (modal saham,
modal peserta).Dan yang dimaksud dengan modal asing adalah modal yang berasal dari luar
perusahaan yang sifatnya sementara bekerja di dalam perusahaan, dan bagi perusahaan
merupakan utang yang harus dibayar kembali.
Sedikitnya ada tiga alasan koperasi membutuhkan modal, antara lain untuk :
1) Membiayai proses pendirian sebuah koperasi atau disebut biaya pra-organisasi untuk
keperluan : pembuatan akta pendirian atau anggaran dasar, membayar biaya administrasi
pengurusan izin yang diperlukan, sewa tempat bekerja,ongkos transportasi, dan lain-lain.
2) Membeli barang-barang modal. Barang-barang modal ini dalam perhitungan perusahaan
digolongkan menjadi harta tetap atau barang modal jangka panjang.
3) Modal kerja, modal kerja biasanya digunakan untuk membiayai operasional koperasi
dalam menjalankan usahanya.

310
DOI: https://doi.org/10.1234/jasm.v1i2.42 http://journals.segce.com/index.php/JSAM/article/view/42
2.5.2 Modal Sendiri
Hendar dan Kusnadi(2002) berpendapat bahwa modal anggota adalah simpanan pokok
dan wajib yang harus di bayar anggota kepada koperasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku
pada koperasi, tiap anggota memiliki hak suara yang sama. Tidak tergantung pada besarnya
modal anggota pada koperasi.
Modal Sendiri menurut Undang-Undang No. 25 tahun 1992 adalah modal yang
menangung risiko atau disebut modal ekuiti. Apabila dalam satu tahun buku, koperasi
menderita kerugian maka yang harus menanggung kerugian tersebut adalah komponen Modal
Sendiri. Modal Sendiri menurut UU No.25 tahun 1992 pasal 41, sebagai berikut:
1) Simpanan Pokok
Simpanan pokok adalah sejumlah uang yang sama banyaknya yang wajib dibayarkan oleh
anggota kepada koperasi pada saat masuk menjadi anggota. Simpanan pokok tidak dapat
diambil kembali selama yang bersangkutan masih menjadi anggota.
2) Simpanan Wajib
Simpanan wajib adalah jumlah simpanan tertentu yang tidak harus sama yang wajib
dibayar oleh anggota kepada koperasi dalamwaktu dan kesempatan tertentu. Simpanan wajib
tidak dapat diambil kembali selama yang bersangkutan masih menjadi anggota.
3) Dana Cadangan
Dana cadangan adalah sejumlah uang yang diperoleh dari penyisihan Sisa Hasil Usaha,
yang dimaksudkan untuk memupuk modal sendiri dan untuk menutup kegiatan koperasi bila
diperlukan.
4) Hibah
Hibah adalah pemberian yang diterima koperasi dari pihak lain berupa uang atau barang
secara cuma-cuma.
Bagi koperasi, Modal sendiri merupakan sumber permodalan yang utama, hal tersebut
berkaitan dengan beberapa alasan (Anoraga dan Widiyanti,2007):
1) Alasan Kepemilikan
Modal yang berasal dari anggota merupakan salah satu wujud kepemilikan anggota terhadap
koperasi beserta usahanya. Anggota yang memodali usahanya sendiri akan merasa lebih
bertanggung jawab terhadap keberhasilan usaha tersebut.
2) Alasan Ekonomi
Modal yang berasal dari anggota akan dapat dikembangkan secara lebih efisien dan murah
karena tidak diperkenankan persyaratan bunga.
3) Alasan Resiko
Modal sendiri/anggota juga mengandung resiko yang lebih kecil dibandingkan dengan modal
dari luar, khususnya pada saat usaha tidak berjalan dengan lancar.

2.5.3 Modal Asing


Modal asing terdiri dari modal pinjaman dan modal penyertaan dimana modal
pinjaman yaitu modal yang berasal dari :
1) Pinjaman dari Anggota
Pinjaman dari anggota adalah pinjaman yang diperoleh dari anggota koperasi.Pinjaman
dari anggota koperasi ini dapat disamakan dengan simpanan sukarela, hanya saja
perbedaannya dalam simpanan sukarela besar kecilnya dari nilai yang disimpan tergantung
dari kerelaan anggota, sedangkan dalam pinjaman koperasi meminjam sejumlah uang
kepada anggota.
2) Pinjaman dari Koperasi Lain
Pada dasarnya diawali dengan adanya kerjasama yang dibuat oleh sesama badan usaha
koperasi untuk saling membantu dalam bidang kebutuhan modal.
3) Sumber lain yang sah
Adalah pinjaman dari bukan anggota koperasi yang dilakukan tidak melalui penawaran
secara umum.

311
DOI: https://doi.org/10.1234/jasm.v1i2.42 http://journals.segce.com/index.php/JSAM/article/view/42
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sekalipun koperasi bukan merupakan
bentuk kumpulan modal, tetapi pengaruh modal dan penggunaanya dalam koperasi tidak
boleh mengaburkan dan mengurangi makna koperasi yang lebih menekankan kemanusiaan
daripada kebendaan.

2.5.4 Pengertian Modal Kerja


Modal kerja adalah keseluruhan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan, atau dapat
pula dimaksudkan sebagai dana yang harus tersedia untuk membiayai kegiatan operasi
perusahaan sehari-hari (Hendrajogi,2000). Modal kerja merupakan kekayaan atau aktiva yang
diperlukan oleh perusahaan untuk menyelenggarakan kegiatan sehari-hari yang selalu berputar
dalam periode tertentu (Gitosudarmo,2002).
Sedangkan pendapat lain menyatakan bahwa modal kerja (working capital) adalah
selisih aktiva lancar setelah dikurangi kewajiban lancar. Modal kerja merupakan ukuran aktiva
lancar yang penting mencerminkan pengamanan dalam pengeluaran lancar atau bisa
dijelaskan sebagai usaha dalam mengefisienkan pengeluaran lancar (Sawir,2005:78).

2.5.5 Macam-Macam Modal Kerja


Menurut Gitosudarmo dan Basri(2002), Modal kerja dalam suatu perusahaan dapat
digolongkan sebagai berikut:
1) Modal Kerja Permanen, yaitu modal kerja yang tetap tertanam di dalam perusahaan
selama perusahaan tersebut melakukan operasinya. Modal kerja harus ada pada
perusahaan agar dapat berfungsi dengan baik dalam satu periode akuntansi. Modal kerja
permanen terbagi menjadi dua :
a. Modal kerja primer adalah sejumlah modal kerja minimum yang harus ada pada
perusahaan untuk menjamin kelangsungan kegiatan usahanya. Aktivanya selalu datang
dan keluar tetapi nilai dana yang terkait di dalamnya adalah tetap tertanam
dalamperusahaan.
b. Modal kerja normal yaitu sejumlah modal kerja yang dipergunakan untuk dapat
menyelenggarakan kegiatan produksi pada kapasitas normal. Kapasitas ini merupakan
kebutuhan rata-rata dari perusahaan jumlah ini dapat pula dihitung dengan membagi
jumlah biaya dengan tingkat perputaran rata-rata dari modal kerja.
2) Modal Kerja Variabel,yaitu modal kerja yang dibutuhkan saat-saat tertentu denganjumlah
yang berubah-ubah sesuai dengan perubahan keadaan dalam satu periode. Modal kerja
variabel ini adalah bagian dari aktiva lancar yang harus ditambah atau diperluas apabila
situasi menghendaki, dan dikurangi atau diperkecil apabila sudah tidak diperlukan lagi.
Modal kerja variabel dapat dibedakan :
a. Modal kerja musiman yaitu sejumlah modal kerja yang besarnya berubah-ubah
disebabkan oleh perubahan musim.
b. Modal kerja siklus yaitu sejumlah modal kerja yang besarnya berubah-ubah
disebabkan oleh perubahan permintaan produk. Kebutuhan akan jenis modal kerja ini
adalah akibat dari adanya dari gelombang konjungtur perekonomian nasional maupun
internasional.
c. Modal kerja darurat yaitu modal kerja yang besarnya berubah-ubah yang penyebabnya
tidak diketahui sebelumnya.

2.5.6 Komponen Modal Kerja


Komponen modal kerja terdapat pada setiap neraca perusahaan yaitu pada semua
perkiraan aktiva lancar dan kewajiban lancar. Perbedaan perkiraan biasanya disebabkan oleh
perbedaan jenis perusahaan.Perusahaan manufaktur memiliki kebutuhan modal kerja yang
lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan jasa.
Adapun komponen modal kerja (Gitosudarmo,2002)adalah:

312
DOI: https://doi.org/10.1234/jasm.v1i2.42 http://journals.segce.com/index.php/JSAM/article/view/42
1) Kas
Kas merupakan aktiva yang paling likuid.Hal ini berarti bahwa semakin besar jumlah kas
yang dimiliki oleh sebuah perusahaan maka semakin tinggi pula tingkat likuiditas
perusahaan. Jumlah kas di dalam perusahaan jangan terlalu besar karena akan banyak
uang yang menganggu sehingga akan memperkecil profitabilitas.
2) Piutang
Rekening piutang dalam neraca biasanya merupakan bagian dari aktivitas lancar, oleh
karenanya perlu mendapat perhatian yang cukup serius agar perkiraan piutang ini dapat
diperhitungkan dengan cara yang seefisien mungkin.Piutang mempunyai tingkat likuiditas
yang lebih tinggi daripada persediaan, karena perputaran dari piutang ke kas
membutuhkan satu langkah saja.Manajemen piutang merupakan hal yang sangat penting
bagi perusahaan yang menjual produknya dengan kredit.
3) Persediaan
Persediaan barang merupakan elemen utama dari modal kerja yang selalu dalam keadaan
berputar, di mana secara terusmenerus mengalami perubahan dalam kegiatan perusahaan.
Persediaan diperlukan untuk dapat melakukan proses produksi, penjualan secara lancar,
persediaan barang mentah dan barang dalam proses. Persediaan merupakan investasi yang
paling besar dalam aktiva lancar untuk sebagian besar perusahaan.

2.5.7 Pentingnya Modal Kerja


Setiap perusahaan pasti selalu membutuhkan modal kerja, karena modal kerja selalu
dibutuhkan secara terus-menerus selama perusahaan masih beroperasi maka pimpinan
perusahaan harus selalu menaruh perhatian terhadap pangaturan modal kerja.Modal kerja
merupakan alat untuk mengukur likuiditas perusahaan. Pengaturan modal kerja yang baik,
perusahaan akan mampu memenuhi kewajiban-kewajiban finansialnya yang harus dipenuhi
dalam jangka pendek (Gitosudarmo,2002).
Penggunaan modal kerja akan menyebabkan perubahan bentuk maupun penurunan
jumlah aktiva lancar yang dimilik oleh perusahan, namun tidak selalu penggunaan aktiva
lancar diikuti dengan perubahan dan penurunan jumlah modal kerja yang dimiliki perusahan
(Gitosudarmo,2002). Penggunaan aktiva lancar yang mengakibatkan turunnya modal kerja
adalah:
a. Pembayaran biaya atau ongkos-ongkos operasi perusahaan
b. Kerugian-kerugian yang diderita oleh perusahaan karena adanya penjualan surat berharga
atau efek, maupun kerugian yang insidentil lainnya.
c. Adanya pembentukan dana atau pemisahan aktiva lancar untuk tujuan-tujuan tertentu
dalam jangka panjang .
d. Adanya penambahan atau pembelian aktiva tetap,investasi jangka panjang aktiva tidak
lancar lainnya yang mengakibatkan berkurangnya aktiva lancar atau timbulnya hutang
lancar yang berakibat kurangnya modal kerja.
e. Pembayaran hutang-hutang jangka panjang.
f. Pengambilan uang atau barang dagangan oleh pemilik perusahaan untuk kepentingan
pribadinya.

2.6 Pinjaman
2.6.1 Pengertian Pinjaman
Pinjaman adalah penyediaan sejumlah dana atau tagihan yang dapat dipersamakan
dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjammeminjam antara koperasi
simpan pinjam dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi
hutangnya setelah jangka waktu tertentu disertai dengan jumlah bunga yang telah disepakati.
1) Pemberian pinjaman
Pemberian pinjaman atau penyaluran dana merupakan salah satu kegiatan usaha yang
mendominasi pengalokasian dana yang dimiliki koperasi simpan pinjam. Oleh karena itu
pemberian pinjaman merupakan sumber utama dari pendapatan simpan pinjam, yang berupa
313
DOI: https://doi.org/10.1234/jasm.v1i2.42 http://journals.segce.com/index.php/JSAM/article/view/42
pendapatan jasa (bunga).Dalam pemberian pinjaman koperasi simpan pinjam harus berhati-
hati agar risiko yang dihadapi dapat seminim mungkin.
2) Pengembangan Produk Pinjaman
Mengingat bahwa pemberian pinjaman (penyaluran dana) adalah sumber dari
pendapatan, maka pengelola simpan pinjam harus mampu membuat berbagai jenis produk
pinjaman yang sesuai dengan kebutuhan para anggota dan calon anggota. Secara garis besar
jenis produk pinjaman terdiri dari :
a. Pinjaman Konsumtif
Pinjaman konsumtif yaitu pinjaman untuk memenuhi kebutuhan yang bersifat konsumtif,
misalnya :
1) Pinjaman untuk pembelian elektronik ( TV, radio, kulkas)
2) Pinjaman untuk pembelian meubel ( meja, kursi, almari)
b. Pinjaman Produktif
Pinjaman produktif yaitu pinjaman untuk membiayai kebutuhan usaha, sehingga dapat
memperlancar atau memperbesar kegiatan produksi atau memperbesar omset penjualan.
Selanjutnya secara lebih rinci pinjaman produktif dibedakan menjadi 2 yaitu:
1) Pinjaman Produksi
Pinjaman produksi adalah pinjaman untuk membiayai kegiatan usaha pembuatan
barang atau produksi barang pertanian, perikanan, peternakan dan lain sebagainya
2) Pinjaman Komersial
Pinjaman komersial adalah pinjaman untuk membiayai usaha perdagangan
3) Jenis Pinjaman dan Pengembangannya
Beragamnya jenis kegiatan usaha mengakibatkan beragam pula kebutuhan akan jenis
pinjamannya. Dalam praktiknya, pinjaman yang ada dimasyarakat terdiri dari beberapa
jenis, begitu pula dengan pemberian fasilitas pinjaman koperasi simpan pinjam kepada
masyarakat.Pembagian jenis ini dimaksudkan untuk mencapai tujuan atau sasaran tertentu
mengingat setiap jenis usaha memiliki berbagai karakteristik tertentu.
Secara umum jenis-jenis pinjaman yang disalurkan oleh koperasi simpan pinjam dan
dilihat dari berbagai segi adalah sebagai berikut :
a. Dilihat dari Segi Kegunaan
Dilihat dari segi kegunaan maksudnya adalah untuk melihat penggunaan uang tersebut
apakah untuk digunakan dalam kegiatan utama atau hanya kegiatan tambahan. Dari segi
ini ada dua jenis pinjaman :
1) Pinjaman Investasi
Pinjaman investasi yaitu pinjaman yang biasa digunakanuntuk keperluan
perluasanusaha atau membangun proyek atau pabrik dimana masa pemakaiannya
untuk suatu periode yang relatif lebih lama dan biasanya pinjaman ini digunakan untuk
kegiatan utama suatu perusahaan.
2) Pinjaman Modal Kerja
Pinjaman Modal Kerja merupakan pinjaman yang digunakan untuk keperluan
meningkatkan produksi dalam operasionalnya. Contoh, pinjaman modal kerja
diberikan untuk membeli bahan baku, membayar gaji pegawai atau biaya-biaya lainnya
yang berkaitan dengan proses produksi perusahaan. Pinjaman modal kerja, merupakan
pinjaman yang dicairkan untuk mendukung kredit investasi yang sudah ada.
b. Dilihat dari Segi Tujuan Peminjaman
Pinjaman jenis ini dimaksudkan apakah bertujuan untuk diusahakan kembali atau dipakai
untuk keperluan pribadi. Jenis pinjaman ini adalah :
1) Pinjaman Produktif
Pinjaman Produktif merupakan pinjaman yang digunakan untuk peningkatan usaha atau
produksi atau investasi.Pinjaman ini diberikan untuk menghasilkan barang atau
jasa.Artinya, pinjaman ini digunakan untuk diusahakan sehingga menghasilkan sesuatu
baikberupa barang ataupun jasa.
2) Pinjaman Konsumtif
314
DOI: https://doi.org/10.1234/jasm.v1i2.42 http://journals.segce.com/index.php/JSAM/article/view/42
Pinjaman konsumtif merupakan pinjaman yang digunakan untuk dikonsumsi ataupun
dipakai sevara pribadi.Dalam pinjaman ini tidak ada pertambahan barang dan jasa yang
dihasilkan karena memang untuk digunakan atau dipakai oleh seseorang atau badan
usaha.
c. Dilihat dari Segi Jaminan
Dilihat dari segi jaminan maksudnya adalah setiap pemberian suatu fasilitas kredit harus
dilindungi dengan suatu barang atau surat-surat berharga minimal senilai pinjaman yang
diberikan. Jenis pinjaman dilihat dari segi jaminan ini adalah sebagai berikut :
1) Pinjaman dengan Jaminan
Pinjaman ini merupakan pinjaman yang diberikan dengan suatu jaminan
tertentu.Jaminan tersebut dapat berbentuk barang berwujud atau tidak berwujud.
Artinya, setiap pinjaman yang dikeluarkan akan dilindungi senilai jaminan yang
diberikan si calon peminjam.
2) Pinjaman tanpa Jaminan
Pinjaman ini merupakan pinjaman yang diberikan tanpa jaminan barang atau orang
tertentu.Pinjaman jenis ini dengan melihat prospek usaha, karakter, serta loyalitas si
calon peminjam selama berhubungan dengan koperasi simpan pinjam yang
bersangkutan.
d. Dilihat dari Segi Sektor Usaha
Setiap sektor usaha memiliki karakteristik yang berbeda-beda.Oleh karena itu pemberian
fasilitas pinjamanpun berbeda pula. Jenis pinjaman jika dilihat dari sektor usaha sebagai
berikut :
1) Pinjaman Pertanian
Pinjaman ini merupakan pinjaman yang dibiayai untuk sektor perkebunan atau pertanian
rakyat.Sektor usaha pertanian dapat berupa jangka pendek atau jangka panjang.
2) Pinjaman Peternakan
Dalam hal ini pinjaman diberikan untuk jangka waktu yang relatif pendek misalnya
peternakan ayam dan untuk pinjaman jangka panjang seperti kambing atau sapi.
3) Pinjaman Industri
Pinjaman industri yaitu pinjaman untuk membiayai industri pengolahan baik untuk
industri kecil, menengah atau besar.
4) Pinjaman Pertambangan
Pinjaman pertambangan yaitu jenis pinjaman untuk usaha tambang yang dibiayainya,
biasanya dalam jangka panjang.Seperti tambang emas, minyak atau timah.
5) Pinjaman Pendidikan
Pinjaman pendidikan merupakan pinjaman yang diberikan untuk membangun sarana
dan prasarana pendidikan atau dapat pula berupa kredit untuk para mahasiswa yang
sedang belajar.
6) Pinjaman Profesi
Pinjaman profesi diberikan kepada kalangan profesional seperti, dosen, dokter atau
pengacara.
7) Pinjaman Perumahan
Pinjaman Perumahan yaitu kredit untuk membiayai pembangunan atau pembelian
perumahan.
8) Sektor-sektor usaha lainnya.

2.6.2 Analisa Pinjaman


Analisa pinjaman adalah suatu rangkaian kegiatan yang sangat besar peranan di dalam
pengambilan keputusan kredit. Untuk itu ada beberapa kriteria penilaian yang harus dilakukan
oleh bank untuk mendapatkan nasabah yang benar-benar menguntungkan dilakukan dengan
analisis 5C dan 7P sebagai berikut (Kasmir,2012).
1) Analisis 5C
a. Character( Watak)
315
DOI: https://doi.org/10.1234/jasm.v1i2.42 http://journals.segce.com/index.php/JSAM/article/view/42
Character adalah watak / sifat dan kejujuran dari pemohon pinjaman, apakah pemohon
pinjaman dapat dijamin mempunyai itikad baik untuk melunasi pinjaman atau tidak.
Tujuannya adalah memberikan keyakinan kepada KSP bahwa sifat atau watak dari orang-
orang yang akan diberikan kredit benar-benar dapat dipercayai. Keyakinan ini tercermin
dari latar belakang calon peminjam baik yang bersifat latar belakang pekerjaan maupun
yang bersifat pribadi seperti, cara hidup atau gaya hidup yang dianutnya, keadaan
keluarga,hobi dan sosial standingnya. Character merupakan ukuran untuk menilai
kemauan calon peminjam membayar kreditnya. Orang yang memiliki karakter baik akan
berusaha untuk membayar kreditnya dengan berbagai cara. Oleh karena itu pengelola KSP
harus dapat mengamati atau menganalisa kehidupan pribadi pemohon pinjaman.
Sedangkan hal-hal negatif dari karakter calon peminjam yang dapat menghambat
kelancaran pelunasan pinjaman diantaranya ialah : apakah ia suka berjudi, royal, kehidupan
pribadi, pernah tersangkut perkara pidana atau perdata, pernah menunggak, atau
mempunyai istri lebih dari satu dan sebagainya.
b. Capacity (Kemampuan)
Hal ini untuk melihat kemampuan calon peminjam dalam membayar kredit yang
dihubungkan dengan kemampuannya mengelola bisnis serta kemampuannya mencari laba.
Sehingga pada akhirnya akan terlihat kemampuannya dalam mengembalikan kredit yang
disalurkan. Semakin banyak sumber pendapatan seseorang semakin besar kemampuannya
untuk membayar kredit.Sehingga diharapkan usaha pemohon dapat berjalan dengan baik,
mendapatkan laba sebagai jaminan dalam pengembalian pinjamannya.
c. Capital (Modal)
Pemohon diharapkan memiliki modal sendiri (kekayaan bersih) sebagai modal awal
usahanya. Dalam dunia perbankan biasanya lembaga ini tidak akan tersedia untuk
membiayai suatu usaha 100% artinya setiap calon peminjam yang mengajukan
permohonan kredit harus pula menyediakan dana dari sumber lainnya ataumodal sendiri.
Dengankata lain capital adalah untuk mengetahui sumber-sumber pembiayaan yang
dimiliki anggota terhadap usaha yang akan dibiayai KSP sedangkan pinjaman berfungsi
sebagai modal tambahan. Dengan adanya kewajiban ini diharapkan rasa memiliki, rasa
tanggung jawab, ada terhadap usahanya.
d. Collateral (Jaminan)
Collateral merupakan jaminan yang diberikan calon peminjam baik yang bersifat fisik
maupun non fisik. Jaminan hendaknya melebihi jumlah kredit yang diberikan. Jaminan
juga harus diteliti keabsahannya sehingga jika terjadi suatu masalah, jaminan yang
dititipkan akan dapat dipergunakan secepat mungkin. Dengan kata lain, sejauh mana
jaminan tersebut dapat diperhitungkan nilai jualnya. Sehingga, jaminan ini bisa berarti pula
kekayaan yang dapat diikat sebagai guna kepastian pengembaliannya sesuai dengan jangka
waktu jika peminjam tidak melewati pinjamannya.
e. Condition (Kondisi)
Dalam menilai kredit hendaknya juga menilai kondisi ekonomi sekarang dan untuk dimasa
datang sesuai sektor masing-masing. Dalam kondisi perekonomian yang kurang stabil
sebaiknya pemberian kredit untuk sektor tertentu jangan diberikan terlebih dahulu dan
kalaupun jadi diberikan sebaiknya juga dengan melihat prospekusaha tersebut di masa yang
akan datang. Yang perlu dianalisis adalah kondisi ekonomi saat ini (realisasi) pinjaman
sampai dengan jatuh tempo pinjaman.
2) Analisis 7P
a. Personality yaitu menilai dari segi kepribadiannya atau tingkah lakunya sehari-hari
maupun masa lalunya.
b. Party yaitu mengklasifikasikan nasabah ke dalam klasifikasi tertentu atau golongan-
golongan tertentu berdasarkan modal, loyalitas serta karakternya.
c. Purpose yaitu untuk mengetahui tujuan nasabah mengambil kredit, termasuk jenis
yang diinginkan nasabah yaitu untuk mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil
kredit, termasuk jenis yang diinginkan nasabah.
316
DOI: https://doi.org/10.1234/jasm.v1i2.42 http://journals.segce.com/index.php/JSAM/article/view/42
d. Prospect yaitu untuk menilai usaha nasabah dimasa yang akan datang apakah
menguntungkan atau tidak, atau dengan kata lain mempunyai prospek atau sebaliknya.
e. Payment merupakan ukuran bagaimana cara nasabah mengembalikan kredit yang telah
diambil atau dari sumber mana saja untuk pengembalian kredit yang diperolehnya.
f. Profitabilitas untuk menganalisis bagaimana kemampuan nasabah dalam mencari laba.
g. Protection tujuannya dalah bagaimana menjaga kredit yang dikuncurkan oleh bank
namun melalui suatu perlindungan.

2.7 Hubungan antar masing-masing Variabel


2.7.1 Hubungan antara Jumlah Anggota dengan Sisa Hasil Usaha (SHU)
Anggota koperasi adalah pemilik dan sekaligus pengguna jasa koperasi yang dapat
menjadi anggota koperasi ialah setiap orang/individu yang mampu melakukan tindakan
hukum atau koperasi yang memenuhi persyaratan sebagaimana ditetapkan dalam anggaran
dasar koperasi (Sartika,2002). Bertambahnya jumlah anggota akan membuat
perkembangan koperasi menjadi lebih besar karena simpanan para anggota koperasi
merupakan salah satu komponen yang turut serta menentukan besar kecilnya perkembangan
koperasi. Bertambahnya para anggota yang memanfaatkan haknya untuk mendapatkan
pinjaman baik berupa uang ataupun barang secara tidak langsung dapat meningkatkan SHU,
karena SHU diperoleh oleh anggota dan untuk anggota, maka apabila jumlah pinjaman
anggota mengalami kenaikan maka akan mengakibatkan kenaikan SHU(Anggara, 2010).

2.7.2 Hubungan antara Jumlah Simpanan dengan Sisa Hasil Usaha (SHU)
Simpanan adalah penyisihan sebagian dari pendapatan secara sadar dan terencana.
Jadi, dari Jumlah Simpanan tersebut digunakan oleh koperasi sebagai modal usaha.Modal
Usaha merupakan sumber pembiayaan untuk kegiatan-kegiatan yang dijalankan oleh koperasi
seperti mengeluarkan kredit. Semakin banyak simpanan maka Modal Koperasi semakin
bertambah sehingga kegiatan operasional koperasi sepertikegiatan simpan pinjam akan
berjalan dengan baik dan nantinya akan meningkatkan SHU (Nurmawati,2015)

2.7.3 Hubungan antara Jumlah Pinjaman dengan Sisa Hasil Usaha (SHU)
Pinjaman adalah penyediaan sejumlah dana atau tagihan yang berdasarkan persetujuan
atau kesepakatan pinjammeminjam antara koperasi simpan pinjam dengan pihak lain yang
mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu disertai
dengan jumlah bunga yang telah disepakati. Pinjaman merupakan salah satu produk utama
koperasi yang juga di konsumsi anggota koperasi sendiri.Dimana penghasilan utama koperasi
berasal dari bunga pinjaman.Banyaknya jumlah pinjaman sangat menentukan berapa SHU
yang didapatkan.Sehingga, semakin tinggi jumlah pinjaman maka semakin banyak SHU yang
didapatkan oleh Koperasi. (Ayuk, 2012).

2.7.4 Hubungan antara Modal kerja dengan Sisa Hasil Usaha (SHU)
Dalam perusahaan, aktivitas koperasi tidak terlepas dari efektifitas modal kerja.Modal
kerja adalah aktiva lancar yang digunakan dalam kegiatan operasional dan selalu berputar
dalam periode tertentu. Periode perputaran modal kerja dimulai dari saat dimana kas
diinvestasikan dalam komponen-komponen modal kerja sampai saat dimana kembali lagi
menjadi kas, sedangkan elemen modal kerja adalah semua aktiva lancar atau seluruh aktiva
yang diharapkan dapat kembali menjadi bentuk asalnya dalam satu tahun atau siklus kegiatan
normal usaha (Iswari,2016). Hal ini berarti bahwa yang perlu diperhatikan dalam modal kerja
ialah kas, piutang, dan persediaan. Semakin tinggi tingkat perputaran modal kerja, maka
semakin cepat waktu pengembalian atas modal yang telah di investasikan (Sari ,2010)

2.8 Hasil Penelitian Sebelumnya


Suryaningrum (2007), meneliti tentang pengaruh modal sendiri terhadap perolehan SHU
pada KPRI di Kota Semarang.Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi
317
DOI: https://doi.org/10.1234/jasm.v1i2.42 http://journals.segce.com/index.php/JSAM/article/view/42
linier sederhana.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa modal sendiri berpengaruh positif
terhadap perolehan SHU pada KPRI di Kota Semarang.
Septiasih (2009), meneliti tentang pengaruh modal sendiri, modal pinjaman, dan volume
usaha terhadap SHUpada KPRI di Kabupaten Rebang.Teknik analisis data yang digunakan
adalah analisis regresi linear berganda.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa modal sendiri,
modal pinjaman, dan volume usaha berpengaruh positif terhadap SHU pada KPRI di
Kabupaten Rebang.
Setiyono (2009), meneliti tentang pengaruh modal sendiri, modal asing, dan volume
usaha terhadap SHU pada KUD Kabupaten Kebumen.Teknik analisis data yang digunakan
adalah analisis regresi linear berganda.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa modal sendiri,
modal asing, dan volume usaha berpengaruh positif terhadapSHU pada KUD di Kab
Kebumen
Sari (2010), meneliti tentang pengaruh modal sendiri, modal luar, dan volume usaha
pada SHU Koperasi di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.Teknik analisis data yang
digunakan adalah analisis regresi linier berganda.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
modal sendiri, modal luar, dan volume usaha berpengaruh positif terhadap SHU koperasi.
Anggara (2010), meneliti tentang pengaruh jumlah anggota, jumlah simpanan, serta
pinjaman terhadap besar kecilnya perolehan SHU pada Koperasi Karyawan “SARI MANIS”
PT.PG. Candi Baru-Sidoarjo. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi
linier berganda.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jumlah anggota, jumlah simpanan
serta jumlah pinjaman berpengaruh positif terhadap SHU.
Husin (2012), meneliti tentang pengaruh pendapatan simpan pinjam dan biaya
operasional terhadapSHU Koperasi di Surya Harapan Unit S/P Sentra Madu Lebah di Desa
Bagan Laguh Kecamatan Bunut Kabupaten Pelalawan.Teknik analisis data yang digunakan
adalah analisis regresi linier berganda.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada pengaruh
positifantara pendapatan simpan pinjam dan biaya operasional terhadap SHU Koperasi Surya
Harapan Unit Sentra Madu Lebah.
Sulistiowati (2012), meneliti tentang pengaruh jumlah anggota dan jumlah simpanan
terhadap perolehan SHU Pada Koperasi Mina Putra Bahari di Kabupaten Ende.Teknik analisis
data yang digunakan adalah analisis linier berganda.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
jumlah anggota dan jumlah simpanan tidak berpengaruh terhadap perolehan SHU.
Ayuk (2012), meneliti tentang pengaruh anggota, jumlah simpanan, jumlah pinjaman,
jumlah modal kerja terhadap SHU KSP di Kabupaten Badung Provinsi Bali tahun 2007-2011.
Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda.Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa jumlah anggota ,jumlah simpanan, jumlah pinjaman dan jumlah modal
kerja berpengaruh positif terhadap SHU KSP di Kabupaten Badung.
Nurfarhana (2013), meneliti tentang pengaruh modal kerja dengan laba usaha Koperasi
pada Koperasi Serba Usaha Sejati Mulia Jakarta tahun 2007-2012.Teknik analisis data yang
digunakan adalah analisis regresi sederhana.Hasilpenelitian ini menunjukkan bahwa terdapat
pengaruh positif antara modal kerja dengan laba usaha/SHU.
Satriawati (2013), meneliti tentang pengaruh simpanan koperasi terhadap SHU Koperasi
Wanita Sekar Kartini Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember tahun 2009-2011.Teknik
analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linier sederhana.Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa simpanan koperasi mempunyai pengaruh positif terhadap SHU Koperasi
Wanita Sekar Kartini Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember tahun 2009-2011.
Winarko (2014), meneliti tentang pengaruh modal sendiri, jumlah anggota dan asset
terhadap SHU pada Koperasi di Kota Kediri.Teknik analisis data yang digunakan adalah
analisis regresi linier berganda.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa modal sendiri, jumlah
anggota, dan asset berpengaruh positif terhadap SHU pada Koperasi di Kota Kediri.
Buana (2014), meneliti tentang analisis faktor-faktor yang mempengaruhi SHU
Koperasi Kecamatan Ratu Agung (Koperasi Relakontan) Kota Bengkulu.Teknik analisis data
yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda.Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa modal berpengaruh positif sedangkan volume usaha dan jumlah anggota berpengaruh
318
DOI: https://doi.org/10.1234/jasm.v1i2.42 http://journals.segce.com/index.php/JSAM/article/view/42
negatif terhadap SHU Koperasi Kecamatan Ratu Agung (Koperasi Relakontan) Kota
Bengkulu.
Septiani (2015), meneliti tentang pengaruh jumlah modal , jumlah anggota, dan jumlah
pinjaman anggota terhadap perolehan Sisa Hasil Usaha Koperasi Pedagang Bhakti Pati.
Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linear berganda.Hasil penelitian
ini menunjukkan bahwa ada pengaruh positif antara jumlah modal, jumlah anggota dan
jumlah pinjaman anggota terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU).
Weni (2015), meneliti tentang pengaruh jumlah anggota,jumlah simpanan, jumlah
pinjaman dan jumlah modal kerja terhadap SHU studi kasus di BUMN/BUMD Koperasi
Primer Anggota. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi data panel.Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa jumlah anggota berpengaruh terhadap SHU, sedangkan
jumlah simpanan, jumlah pinjaman dan jumlah modal kerja tidak berpengaruh terhadap SHU.
Nurmawati (2015), meneliti tentang pengaruh jumlah anggota, jumlah simpanan, jumlah
pinjaman dan jumlah modal kerja terhadap SHU pada KSP yang bernaung di bawah Dinas
Koperasi dan UMKM Kabupaten Kolon Progo tahun 2011-2014. Teknik analisis data yang
digunakan adalah analisis regresi sederhana, regresi berganda.Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa jumlah anggota, jumlah simpanan, jumlah pinjaman dan jumlah modal
kerja berpengaruh positif terhadap SHUKSP di kabupaten kulon progo tahun 2011-2014.
Astari (2015), meneliti tentang pengaruh jumlah anggota, jumlah simpanan, dan
pinjaman anggota terhadap SHU pada Koperasi Karyawan Timah Mitra Mandiri
Pangkalpinang periode 2009-2013.Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi
linier berganda.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jumlah anggota, jumlah simpanan
serta jumlah pinjaman anggota berpengaruh
Iswari (2016),meneliti tentang pengaruh jumlah anggota, jumlah simpanan, jumlah
pinjaman dan modal kerja terhadap SHU di Kodya Denpasar tahun 2013-2016.Teknik analisis
data yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda.Hasil penelitian ini menunjukan
bahwa variabel jumlah anggota, jumlah simpananan, jumlah pinjaman, dan modal kerja
berpengaruh positif terhadap SHU di Kodya Denpasar tahun 2013-2016.
Andriyani (2016), meneliti tentang pengaruh modal sendiri dan asset terhadap Sisa Hasil
Usaha (SHU) pada Koperasi Pegawai Pemerintah Kota Bandung (KPKB) Periode 2008-
2015.Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda.Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa modal sendiri dan aset secara parsialberpengaruh positif
terhadap sisa hasil usaha (SHU).
Wiyono (2016) meneliti tentang analisis pengaruh jumlah anggota, jumlah simpanan
dan volume usaha terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU) Koperasi di Kabupaten
Bojonegoro.Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda.Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa jumlah anggota, jumlah simpanan dan volume usaha
berpengaruh positif terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU).
Dewi (2017), meneliti tentang pengaruh jumlah anggota, jumlah simpanan, jumlah
pinjaman, modal kerja dan volume usaha terhadap SHU di Desa Sanur tahun 2013-2016.
Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian
ini menunjukan bahwa variabel jumlah modal kerja berpengaruh positif terhadap sisa hasil
usaha (SHU), sedangkan jumlah anggota, jumlah simpanan, jumlah pinjaman dan volume
usaha tidak berpengaruh terhadap SHU.

BAB III. KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS


3.1 Kerangka Berpikir
Anggota koperasi adalah pemilik dan sekaligus pengguna jasa koperasi. Semakin
banyak anggota koperasi yang menyimpan dananya pada koperasi, diharapkan akan
meningkatkan volume kegiatan koperasi sehingga akan meningkatkan SHU yang akan
diperoleh oleh koperasi. Simpanan para anggota koperasi merupakan salah satu komponen
yang turut serta menentukan kegiatan perkoperasian di koperasi tersebut dan meningkatkan
sisa hasil usaha (SHU).
319
DOI: https://doi.org/10.1234/jasm.v1i2.42 http://journals.segce.com/index.php/JSAM/article/view/42
Peningkatan SHU dari suatu koperasi sangat tergantung pada kegiatan yang
dijalankan sehingga aspek volume usaha yang dijalankan oleh koperasi akan sangat
menentukan pendapatannya. Salah satu dari usaha koperasi simpan pinjam adalah
meminjamkan dana kepada anggota. Jika jumlah pinjaman naik maka Sisa Hasil usaha
diharapkan akan meningkat. Modal kerja adalah keseluruhan aktiva lancar yang dimiliki
perusahaan untuk membiayai seluruh kegiatan operasional koperasi. Apabila kegiatan
koperasi terpenuhi dan berjalan dengan baik maka Sisa hasil usaha (SHU) akan meningkat.
Semakin banyak simpanan atau modal sendiri dan terpenuhinya kegiatan operasional
koperasi dari modal kerja maka kegiatan koperasi yaitu simpan dan kegiatan pinjam akan
berjalan dengan baik sehingga akan meningkatkan Sisa hasil Usaha(SHU).
Gambar 3.1
Kerangka Berpikir
Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Sisa Hasil Usaha (SHU) Koperasi Simpan Pinjam
(KSP) Di Kodya Denpasar Tahun 2013-2017

Jumlah Anggota (X1)


H1

Jumlah Simpanan (X2) H2


SHU (Y)
Jumlah Pinjaman (X3)
H3

Jumlah Modal Kerja (X4) H4

Sumber : Hasil Pemikiran Peneliti (2018)

3.2 Hipotesis
3.2.1 Pengaruh Jumlah Anggota terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU)
Setiap koperasi didirikan dengan tujuan untuk dapat terus menambah jumlah
anggotanya, dengan cara memberikan kesempatan kepada masyarakat yang mendukung cita-
cita koperasi untuk mendaftar sebagai anggota.Selain mendukung cita-cita sebuah koperasi,
para calon anggota tentu harus dapat memenuhi syarat-syarat keanggotaan koperasi
sebagaimana ditetapkan dalam anggaran dasar dan anggaran rumah tangga koperasi yang
bersangkutan (Iswari, 2016).
Bertambahnya jumlah anggota akan membuat perkembangan koperasi menjadi lebih
besar karena simpanan para anggota koperasi merupakan salah satu komponen yang turut
serta menentukan besar kecilnya perkembangan koperasi. Bertambahnya para anggota yang
memanfaatkan haknya untuk mendapatkan pinjaman baik berupa uang ataupun barang secara
tidak langsung dapat meningkatkan SHU, karena SHU diperoleh oleh anggota dan untuk
anggota, maka apabila jumlah pinjaman anggota mengalami kenaikan maka akan
mengakibatkan kenaikan SHU(Anggara, 2010).
Ayuk(2012), Anggara(2010), Nurmawati(2015), Septiyani(2015). Iswari(2016)dan
Wiyono(2016)menyatakan bahwa jumlah anggota berpengaruh positif terhadap SHU.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa jumlah anggota berpengaruh positif terhadap SHU.
Berdasarkan uraian diatas maka hipotesis yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah :
H1 : Jumlah anggota berpengaruh positif terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU) Koperasi Simpan
Pinjam (KSP) Di Kodya Denpasar Tahun 2013-2017.

320
DOI: https://doi.org/10.1234/jasm.v1i2.42 http://journals.segce.com/index.php/JSAM/article/view/42
3.2.2 Pengaruh Jumlah Simpanan terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU)
Jumlah simpanan adalah jumlah uang yang disetorkan anggota kepada koperasi.Jumlah
simpanan tersebut merupakan komponen penting dalam usaha koperasi.Salah satu
pembentukan modal pada koperasi adalah melalui simpanan, baik simpanan pokok, maupun
simpanan wajib, dana cadangan, hibah, serta modal penyertaan (Nurmawati, 2015). Sebagai
pemilik, anggota dapat berpatisipasi menginvestasikan dananya, partisipasi anggota dalam
menginvetasikan dana tersebut disampaikan dalam bidang keuangan yang dinyatakan dengan
pemenuhan kewajiban pembayaran simpanan. (Yolamalinda, 2013)
Simpanan dalam koperasi digunakan sebagai modal sendiri dan modal pinjaman dari
anggota sehingga koperasi mempunyai kewajiban untuk membayarkan jasa berupa bunga
simpanan (UU No 25 tahun 1995). Besarnya jumlah simpanan dalam koperasi merupakan
sumber pembiayaan untuk kegiatan-kegiatan yang dijalankan oleh koperasi seperti
mengeluarkan kredit. Semakin banyak simpanan atau modal sendiri dan terpenuhinya kegiatan
operasional koperasi dari modal kerja maka kegiatan koperasi yaitu simpan dan kegiatan
pinjam akan berjalan dengan baik sehingga akan meningkatkan SHU (Nurmawati,2015)
Ayuk(2012), Nurmawati (2015), Anggara (2010), dan Yolamalinda (2013),
Iswari(2016) menyatakan bahwa jumlah simpanan berpengaruh positif terhadap SHU.
Berdasarkan uraian diatas maka hipotesis yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah :
H2 : Jumlah Simpanan berpengaruh positif terhadap SisaHasil Usaha (SHU) Koperasi Simpan
Pinjam (KSP) Di Kodya Denpasar Tahun 2013-2017.

3.2.3 Pengaruh Jumlah Pinjaman terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU)


Pinjaman adalah pemberian sejumlah uang dari suatu pihak (lembaga keuangan,
seseorang atau perusahaan) kepada pihak lain (seseorang atau perusahaan) yang mewajibkan
pinjamannya untuk melunasi dalam jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga yang
disepakati bersama. Dalam menghimpun SHU, maka koperasi simpan pinjam biasanya
memperoleh keuntungan dari jasa atau bagi hasil yang diberikan oleh anggota dalam kegiatan
pembiayaan atau pinjaman modal usaha yang di kerjasamakan dengan anggota koperasi
(Nurmawati, 2015)
Pinjaman adalah salah satu produk utama koperasi yang juga di konsumsi anggota
koperasi sendiri.Penghasilan pinjaman koperasi yang utama berasal dari bunga
pinjaman.Penentuan bunga pinjaman tersebut dikaitkan dengan pertimbangan apakah bunga
tersebut dapat dikembangkan oleh peminjam dan apakah dapat membuat koperasi
berkembang.Besarnya penghasilan usaha sangat menentukan berapa SHU yang
didapatkan.Sehingga, semakin tinggi jumlah pinjaman maka semakin tinggi tingkat SHU
(Ayuk, 2012).
Ayuk (2012), Nurmawati (2015), Anggara (2010) dan Astari (2015) menyatakan
bahwa jumlah pinjaman berpengaruh positif terhadap SHU. Berdasarkan uraian diatas maka
hipotesis yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah :
H3 : Jumlah Pinjaman berpengaruh posistif terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU) Koperasi
Simpan Pinjam (KSP) Di Kodya Denpasar Tahun 2013-2017.
3.2.4. Pengaruh Jumlah Modal Kerja terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU)
Setiap perusahaan pasti selalu membutuhkan modal kerja, karena modal kerja selalu
dibutuhkan secara terus-menerus selama perusahaan masih beroperasi maka pimpinan
perusahaan harus selalu menaruh perhatian terhadap pangaturan modal kerja.Modal kerja
merupakan alat untuk mengukur likuiditas perusahaan. Pengaturan modal kerja yang baik,
perusahaan akan mampu memenuhi kewajiban-kewajiban finansialnya yang harus dipenuhi
dalam jangka pendek (Gitosudarmo,2002).
Dalam perusahaan, aktivitas koperasi tidak terlepas dari efektifitas modal kerja.Modal
kerja adalah aktiva lancar yang digunakan dalam kegiatan operasional dan selalu berputar
dalam periode tertentu. Periode perputaran modal kerja dimulai dari saat dimana kas
diinvestasikan dalam komponen-komponen modal kerja sampai saat dimana kembali lagi
menjadi kas, sedangkan elemen modal kerja adalah semua aktiva lancar atau seluruh aktiva
321
DOI: https://doi.org/10.1234/jasm.v1i2.42 http://journals.segce.com/index.php/JSAM/article/view/42
yang diharapkan dapat kembali menjadi bentuk asalnya dalam satu tahun atau siklus kegiatan
normal usaha (Iswari,2016). Hal ini berarti bahwa yang perlu diperhatikan dalam modal kerja
ialah kas, piutang, dan persediaan. Semakin tinggi tingkat perputaran modal kerja, maka
semakin cepat waktu pengembalian atas modal yang telah di investasikan (Sari ,2010).
Iswari (2016), Nurfarhana (2013), Ayuk (2012), dan Sari (2010) menyatakan bahwa
jumlah modal kerja berpengaruh positif terhadap SHU. Berdasarkan uraian diatas maka
hipotesis yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah :
H4 : Jumlah Modal Kerja berpengaruh positif terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU) Koperasi
Simpan Pinjam (KSP) Di Kodya Denpasar Tahun 2013-2017.

BAB IV. METODE PENELITIAN


4.1 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini adalah Koperasi Simpan Pinjam (KSP) di Kodya Denpasar yang
memiliki laporan lengkap selama tahun 2013-2017.Koperasi simpan pinjam dipilih sebagai
lokasi penelitian dikarenakan koperasi simpan pinjam merupakan salah satu lembaga non
bank yang berkembang pesat di Indonesia pada umumnya dan di Kodya Denpasar pada
khususnya yang mempunyai peran dalam masalah keuangan bagi masyarakat di Kodya
Denpasar.

4.2 Objek Penelitian


Objek penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau
kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2014).Objek penelitian ini adalah jumlah
anggota, jumlah simpanan, jumlah pinjaman dan jumlah modal kerja pada koperasi simpan
pinjam (KSP) di Kodya Denpasar tahun 2013-2017.

4.3 Identifikasi Variabel


Variabel–variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:
1. Variabel dependen (Y), dalam Bahasa Indonesia sering disebut juga sebagai variabel
terikat. Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat, karena
adanya variabel bebas (Sugiyono,2014). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah sisa
hasil usaha (SHU).
2. Variabel independen (X), dalam Bahasa Indonesia sering disebut juga sebagai variabel
bebas. Variabel bebas merupakan variabel mempengaruhi atau yang menjadi sebab
perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat) (Sugiyono, 2014). Variabel
independen dalam penelitian ini adalah jumlah anggota, jumlah simpanan,jumlah
pinjaman dan jumlah modal kerja.

4.4 Definisi Opertasional Variabel


Untuk menguji hipotesis yang diajukan, maka setiap variabel perlu diberi ukuran dan
didefinisikan dengan lebih jelas terlebih dahulu. Adapun pengertian variabel yang akan
digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut.
1) Sisa Hasil Usaha (Y)
Menurut Pachta (2005), “Sisa Hasil Usaha koperasi adalah merupakan laba atau
keuntungan yang diperoleh dari menjalankan usaha sebagaimana layaknya sebuah perusahaan
bukan koperasi. SHU tersebut merupakan hasil akhir dari komponen-komponen yang
menghasilkan dikurangi dengan jumlah komponen-komponen biaya.”.
Dalam penelitian ini SHU diperoleh dari Pendapatan dikurangi total biaya, penyusutan
dan kewajiban lainnya dalam satu tahun buku masing–masing koperasi simpan pinjam di
Kodya Denpasar dalam kurun waktu tahun 2013–2017 yang diukur dengan satuan rupiah.
1) Jumlah Anggota (X1)
Anggota koperasi adalah pemilik sekaligus sebagai pengguna jasa koperasi.Jumlah
anggota dalam penelitian ini dapat diperoleh dari banyaknya jumlah anggota masing–masing
322
DOI: https://doi.org/10.1234/jasm.v1i2.42 http://journals.segce.com/index.php/JSAM/article/view/42
koperasi simpan pinjam di Kodya Denpasar dalam kurun waktu tahun 2013–2017 yang diukur
dengan satuan orang.
2) Jumlah Simpanan (X2)
Simpanan dalam penelitian ini adalah simpanan anggota yang mana simpanan adalah
sejumlah uang yang disetorkan anggota kepada koperasi.Simpanan dalam penelitian ini yaitu
meliputi simpanan pokok, simpanan wajib yang dijumlahkan secara keseluruhan selama
empat tahun koperasi simpan pinjam di Kodya Denpasar dalam kurun waktu tahun 2013-2017
yang diukur dengan satuan rupiah.
3) Jumlah Pinjaman (X3)
Jumlah pinjaman yang dimaksud dalam penelitian ini adalah Jumlah Pinjaman
Anggota kepada Koperasi.Pinjaman dalam penelitian ini adalah jumlah pinjaman (Hutang)
yang diberikan oleh masing-masing koperasi simpan pinjam di Kodya Denpasar
berdasarkankesepakatan pihak peminjam dengan koperasi dengan imbalan bunga yang telah
ditentukan dalam kurun waktu tahun 2013-2017 yang diukur dengan satuan rupiah.
4) Jumlah ModalKerja(X4)
Dalam penelitian ini modal kerja diperoleh dari selisih aktiva lancar setelah dikurangi
kewajiban lancar masing–masing koperasi simpan pinjam di Kodya Denpasar selama tahun
2013-2017.

4.5 Jenis dan Sumber Data


4.5.1 Jenis Data
1) Data Kuantitatif
Menurut Sugiyono (2014), data kuantitatif adalah data dalam bentuk angka atau
data kualitatif yang diangkakan. Data kuantitatif dalam penelitian ini adalah hasil jawaban
dari responden yang didapat langsung dari koperasi simpan pinjam di Kodya Denpasar
serta data perkembangan sisa hasil usaha dari Dinas Koperasi dan UKM Kota Denpasar.
2) Data kualitatif
Menurut Sugiyono(2014), data kualitatif adalah data yang berbentuk kata, kalimat,
skema dan gambar. Data kualitatif pada penelitian ini adalah data mengenai gambaran
umum Koperasi Simpan Pinjam serta teori-teori yang terkait dengan penelitian.
4.5.2 Sumber Data
Data adalah segala fakta dan angka yang dapat dijadikan bahan untuk menyusun sebuah
informasi. Dalam penelitian ini, sumber data yang digunakan adalah:
1) Data Primer
Data primer adalah sumber data yang langsung memberikan data pada pengumpul
data (Sugiyono, 2014).Data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang
didapat dari jawaban responden terhadap serangkaian pertanyaan yang diajukan peneliti,
sedangkan responden yang menjawab pertanyaan tersebut adalah masing-masing
Koperasi Simpan Pinjam di Kodya Denpasar.
2) Data Sekunder
Data sekunder merupakan sumber tidak langsung memberikan data kepada
pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen (Sugiyono,2014). Data
sekunder ini didapat dari buku, jurnal, dan dokumen lain yang mendukung penelitan ini.
4.6 Metode Pengumpulan Sampel
Populasi adalah keseluruhan aspek penelitian yang ingin diperoleh data dan
informasinya, baik perhitungan maupun pengukuran, kualitatif maupun kuantitatif, dari
karakteristik tertentu mengenai sekelompok objek yang lengkap dan jelas (Sudjana,2002).
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Laporan Rapat Anggota Tahunan tahun
2013-2017 Koperasi Simpan Pinjam di Kodya Denpasar yang berjumlah 249 Koperasi
Simpan Pinjam. Pemilihan sampel menggunakan metode purposive sampling artinya bahwa
penentuan sampel dipilih secara khusus berdasarkan tujuan penelitian dan didasarkan pula
pada pertimbangan tertentu dari keseluruhan sampel yang ada sehingga relevan dengan tujuan
penelitian. Kriteria yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
323
DOI: https://doi.org/10.1234/jasm.v1i2.42 http://journals.segce.com/index.php/JSAM/article/view/42
1) Seluruh koperasi simpan pinjam (KSP) di Kodya Denpasar yang terdaftar di Dinas
Koperasi dan UKM Kota Denpasar.
2) Koperasi simpan pinjam (KSP) di Kodya Denpasar yang masih aktif.
3) Koperasi simpan pinjam (KSP) yang memiliki badan hukum minimum tahun 2010 –
2017.
4) Koperasi simpan pinjam (KSP) yang memperoleh laba tahun 2013-2017.
5) Koperasi simpan pinjam (KSP) yang memiliki data lengkap dan jelas.
Adapun proses pemilihan sampel berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan tampak
dalam Tabel 4.1 berikut ini :
Tabel 4.1
Metode Penentuan Sampel
NO KRITERIA JUMLAH
KOPERASI
1. Jumlah Koperasi Simpan Pinjam di Kodya Denpasar 249
2. Jumlah Koperasi Simpan Pinjam yang tidak aktif (0)
3. Jumlah koperasi simpan pinjam yang tidak berbadan (135)
hukum tahun 2010 -2017
4. Jumlah koperasi simpan pinjam yang belum (83)
memperoleh laba tahun 2013-2017
5. Jumlah koperasi simpan pinjam yang tidak memiliki (16)
data lengkap dan jelas.
Jumlah koperasi simpan pinjam (KSP) yang menjadi 15
sampel
Jumlah pengamatan (selama 5 tahun) 75
Sumber :Dinas Koperasi & UKM Kota Denpasar, Data diolah (2018)

Berdasarkan kriteria yang telah ditentukan, maka jumlah sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah 15 koperasi simpan pinjam (KSP) dengan periode pengamatan masing-masing
koperasi selama 5 tahun sehingga pada penelitian ini terdapat 75 poin observasi. Berikut ini data
koperasi simpan pinjam (KSP) di Kodya Denpasar yang di jadikan sampel disajikan dalam Tabel 4.2
berikut ini :
Tabel 4.2
Sampel Koperasi Simpan Pinjam di Kodya Denpasar
1 KSP. Mitra Abadi 9 KSP. Gemilang Dana Jaya
2 KSP. Seni Artha 10 KSP. Bangkung Sari
3 KSP. Sari Mukti Sedana 11 KSP. Mikro Sedana
4 KSP. Tri Dana Artha 12 KSP. Primadana Nusantara
5 KSP. Asti Para Artha 13 KSP. Sari Majapahit
6 KSP. Maja Langu 14 KSP. Tridana Mandiri
7 KSP. Coblong pamor 15 KSP. Merta Suci
8 KSP. Dana Anugerah Mandiri
Sumber : Dinas Koperasi dan UKM Kota Denpasar,data diolah (2018)

4.7 Metode Pengumpulan Data


Penelitian ini menggunakan data laporan rapat anggota tahunan (RAT) tahun 2013-
2017 yang bersumber dari koperasi-koperasi simpan pinjam di Kodya Denpasar. Metode
pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan metode dokumentasi dan Wawancara.

324
DOI: https://doi.org/10.1234/jasm.v1i2.42 http://journals.segce.com/index.php/JSAM/article/view/42
1) Metode dokumentasi adalah metode yang dilakukan dengan mengumpulkan sumber-
sumber data dokumenter seperti laporan anggota tahunan (RAT) yang menjadi sampel
penelitian.
2) Wawancara adalah metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengadakan
Tanya jawab langsung keoada responden dimana jawaban responden ditulis dan dicatat
oleh si peneliti (Sugiyono, 2013:194). Metode pengumpulan data ini dilakukan dengan
cara mengajukan pertanyaan langsung kepada bagian-bagian terkait dan pegawai pada
Dewan Koperasi Indonesia Daerah Kota Denpasar (DEKOPINDA).

4.8 Teknik Analisis Data


4.8.1 Analisis Statistik Deskriptif
Statistik Deskriptif untuk mengetahui gambaran mengenai standar deviasi, rata-rata,
minimum, maksimum dan variabel-variabel yang diteliti.Statsitik deskriptif mendeskripsikan
data menjadi sebuah informasi yang lebih jelas dan mudah dipahami.

4.8.2 Uji Asumsi Klasik


Uji asumsi klasik meliputi :
1. Uji Normalitas
Uji normalitas data bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel
pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Model regresi yang baik adalah data
yang berdistribusi normal atau mendekati normal (Ghozali,2016:160-161). Untuk
mendeteksi apakah data berdistribusi normal atau tidak, penelitian ini menggunakan
analisis statistik. Analisis statistik merupakan alat statistik yang sering digunakan untuk
menguji normalitas residual yaitu uji statistik non-parametik Kolmogorov-Smirnov. Dalam
mengambil keputusan dilihat dari hasil uji K-S, jika nilai probabilitas signifikansinya lebih
besar dari 0,05 maka data terdistribusi secara normal. Sebaliknya, jika nilai probabilitas
signifikansinya lebih kecil dari 0,05 maka data tersebut tidak terdistribusi secara normal.

2. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinearitas digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi terdapat
korelasi antara variabel bebas (independen). Dalam model regresi yang baik seharusnya
tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Multikolinearitas dapat diketahui
dengan beberapa cara salah satunya dengan melihat nilai tolerance dan variance inflation
factor (VIF) yang dihasilkan oleh variabel-variabel independen (Ghozali,2016:103). Jika
nilai tolerance > 0,10 dan VIF < 10, maka dapat diartikan bahwa tidak terdapat
multikolinearitas pada penelitian tersebut. Dan sebaliknya jika tolerance < 0,10 dan VIF >
10, maka terjadi gangguan multikolinieritas pada penelitian tersebut.
Menurut Ghozali (2016:104), untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinearitas atau
korelasi yang tinggi antar variabel independen dapat dilakukan dengan beberapa cara
sebagai berikut:
1) Nilai R2 tinggi, tetapi hanya sedikit nilai t ratio yang signifikan
2) Melihat matrik korelasi antar variabel independen. Jika antar variabel independen ada
korelasi yang tinggi (misal 0,08), maka hal ini merupakan indikasi adanya
multikolinearitas. Tidak adanya korelasi yang tinggi antar variabel independen tidak
berarti bebas dari multikolinearitas. Multikolinearitas dapat disebabkan karena ada
efek kombinasi dua atau lebih variabel independen.
3) Multikolinearitas dapat juga dilihat dari a) nilai tolerance dan lawannya, b) Variance
inflation factor(VIF). Keduaukuran ini menunjukkan setiap variabel
independenmanakah yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya.Dalam
pengertian sederhana setiap variabel independen dandiregres terhadap variabel
independen lainnya. Tolerance mengukur variabilitas independen yang terpilih yang
tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Jadi nilaitolerance yang rendah
sama dengan nilai VIF tinggi (karenaVIF = 1/Tolerance). Nilai cut off yang umum
325
DOI: https://doi.org/10.1234/jasm.v1i2.42 http://journals.segce.com/index.php/JSAM/article/view/42
dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinearitas adalah nilai tolerance < 0,10
atau sama dengan VIF > 10.
Pada penelitian ini untuk menguji ada atau tidaknya multikolinearitas adalah dengan
cara melihat nilai tolerance dan lawannya, serta nilai Variance inflation factor (VIF).
Untuk mengambil keputusannya digunakan criteria sebagai berikut:
1) Jika VIF > 10 atau tolerance < 0,10, maka ada multikolinearitas dalam model
regresi.
2) Jika VIF < 10 atau jika tolerance > 0,10, maka tidak ada multikolinearitas antar
variabel independen dalam model regresi. (Ghozali,2016:104)

3. Uji Autokorelasi
Menurut Ghozali(2016:107), uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan
pengganggu pada periode t-1(sebelumnya). Model regresi yang baik bebas dari
autokorelasi. Uji autokorelasi dalam penelitian ini memakai uji Durbin-Watson (DWtest).
a. Bila du< dw< (4 – du), maka tidak terjadi autokorelasi
b. Bila 0 < dw< d1, maka terjadi autokorelasi positif
c. Bila dw>( 4 – dt), maka terjadi autokorelasi negative
d. Bila d1<dw< du atau (4-du) < (4-dt), maka tidak dapat ditarik kesimpulan mengenai
ada atau tidaknya autokorelasi.

4. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika
variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka dapat disebut
homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedasitas. Model regresi yang baik
adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedasitas (Ghozali,2016:134).Ada
beberapa metode pengujian yang bisa digunakan diantaranya yaitu uji Glejser dilakukan
dengan cara meregresikan antara variabel independen dengan nilai absolut residualnya.
Jika nilai signifikansi antara variabel independen dengan absolut residual lebih dari 0,05
maka tidak terjadi masalah heteroskedastisitas.

4.8.3 Model Analisis Regresi Linier Berganda


Model analisis regresi berganda bertujuan untuk memprediksi kekuatan pengaruh seberapa
variabel independen terhadap variabel dependen.Model regresi yang digunakan adalah :
Y = α+β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 +e………………………………….....(1)
Keterangan:
Y = Sisa Hasil Usaha
α = Konstanta
β1,β2,β3,β4 = KoefisienRegresi Variabel Independen
X1 = Jumalah Anggota
X2 = Jumlah Simpanan
X3 = Jumlah Pinjaman
X4 = Jumlah Modal Kerja
e = error

4.8.4 Uji Kelayakan Model


1) Koefisien Determenasi (Adjusted R2)
Koefisien determinasi (R2)pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam
menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali,2016:95). Nilai R2berkisar antara 0-1%,
dan jika nilainyamendekati 1 maka semakin baik. Selanjutya kelemahan pada uji R 2
adalah bias terhadap jumlah independen yang dimasukkan kedalam model. Setiap
tambahan satu variabel, maka nilai R 2akan meningkat tanpa mempertimbangkan apakah
326
DOI: https://doi.org/10.1234/jasm.v1i2.42 http://journals.segce.com/index.php/JSAM/article/view/42
variabel independen tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen,
sehingga disarankan untuk menggunakan nilai adjustedR2pada saat mengevaluasi.
2) Uji Signifikansi Simultan (Uji F)
Uji statistik F digunakan untuk mengetahui apakah semua variabelindependen yang
dimasukkan dalam model regresi mempunyai pengaruh secarabersama-sama (simultan)
terhadap variabel dependen (Ghozali,2016:96). Apabilanilai probabilitas signifikansi <
0.05, maka variabel independen secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen.
3) Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji t )
Uji statistik t dimaksudkan untuk menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel
independen terhadap variabel dependen dengan menganggap variabel independen lainnya
konstan (Ghozali,2016:97). Untuk memutuskan apakah variabel independen berpengaruh
terhadap variabel dependen secara parsial adalah dengan cara membandingkan nilai
thitungdengan nilai ttabel sesuai dengan tingkat signifikansi yang digunakan (5%).Apabila
nilai thitung lebih besar dari nilai t tabel, maka keputusannya adalah menolak hipotesis nol
(H0).Artinya, variabel independen (X) secara parsial memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap variabel dependen (Y).

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN


5.1 Gambaran Umum Koperasi Simpan Pinjam
Koperasi Simpan Pinjam merupakan salah satu lembaga non bank yang bertugas
memberikan pelayanan masyarakat berupa pinjaman dan tempat penyimpanan uang bagi
masyarakat.
UU No. 17 pasal 1 tahun 2012 menyatakan koperasi simpan pinjam adalah koperasi
yang menjalankan usaha simpan pinjam sebagai satu-satunya usaha. Menurut Anoraga dan
Widiyanti (2007) Koperasi Simpan Pinjam ialah Koperasi yang bergerak dalam lapangan
usaha pembentukan modal melalui tabungan-tabungan para anggota secara teratur dan terus-
menerus untuk kemudian dipinjamkan kepada para anggota dengan cara mudah, murah,
cepat, dan tepat untuk tujuan produktif dan kesejahteraan.
Menurut Burhanuddin (2010) koperasi simpan pinjam adalah koperasi yang didirikan
guna memberikan kesempatan kepada para anggotanya untuk memperoleh pinjaman atas
dasar kebaikan. Pada dasarnya koperasi simpan pinjam menjalankan fungsi yang hampir
sama dengan bank, yaitu menjalankan penggalian dana masyarakat dan menyalurkan
kembali dalam bentuk kredit pada masyarakat yang membutuhkan. Yang membedakan
adalah bahwa koperasi dimiliki bersama oleh anggotanya dengan hak dan kedudukan yang
sama. Sedangkan bank dimiliki oleh sejumlah orang atau badan sebagai pemegang saham,
pengendalian dana dari masyarakat luas, namun hanya menyalurkan dana yang terhimpun
kepada masyarakat yang mampu memenuhi persyaratan teknis bank.

5.1.1 Visi dan Misi Koperasi Simpan Pinjam


Visi dan misi koperasi simpan pinjam adalah sebagai berikut :
1) Visi
Terwujudnya Koperasi Simpan Pinjam yang mandiri dan tangguh dengan
berlandaskan amanah dalam membangun ekonomi bersama dan berkeadilan di Indonesia
2) Misi
Upaya untuk mewujudkan Visi, koperasi simpan pinjam melakukan aktifitas sebagai
berikut :
1) Mengajak seluruh potensi yang ada dalam masyarakat dengan tanpa membedakan suku,
ras, golongan, dan agama, agar mereka dapat bersama-sama bersatu padu dan beritikad
baik dalam membangun ekonomi kerakyatan secara bergotong royong dalam bentuk
koperasi.
2) Membantu para pedagang kecil dan menengah di dalam mobilisasi permodalan demi
kelancaran usaha sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan mereka.

327
DOI: https://doi.org/10.1234/jasm.v1i2.42 http://journals.segce.com/index.php/JSAM/article/view/42
3) Turut membantu pembangunan ekonomi dan menunjang pelaksanaan kegiatan usaha
secara aktif dengan mengajak mitra usaha lainnya baik BUMN, swasta, perbankan
maupun gerakan koperasi lainnya.
4) Sebagai penyeimbang sistem perekonomian Indonesia dalam bentuk organisasi
masyarakat
5) Memberikan kredit berbunga rendah kepada para pedagang kecil

5.1.2 Struktur Organisasi Koperasi Simpan Pinjam


Gambar 5.1
Struktur organisasi dalam Koperasi Simpan Pinjam

RAPAT
ANGGOTA

PENGURUS
PENGAWAS
1) KETUA
2) WAKIL KETUA 1) KETUA
3) SEKRETARIS 2) ANGGOTA
4) BENDAHARA
5) BENDAHARAII

PENGELOLA
MANAJER

KARYAWAN

ANGGOTA

Sumber : http://www. Indonesian.my.id (2018)

1) Deskripsi Bagian
Adapun tugas dan tanggung jawab dan wewenang dari tiap-tiap bagian yang tampak
pada struktur organisasi dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Pengurus
Secara umum tugas, wewenang dan tanggung jawab pengurus koperasi adalah sebagai berikut
:
a. Menyelenggarakan rapat anggota
b. Menyelenggarakan pembinaan organisasi dan idiil
c. Mewakili koperasi didalam dan diluar pengadilan
d. Mengelola koperasi dan usahanya
e. Menentukan kebijakan koperasi sesuai dengan keputusan rapat anggota
f. Memutuskan penerimaan dan penolakan anggota baru serta pemberhentian anggota sesuai
dengan ketentuan dalam anggaran dasar.
2. Pengawas

328
DOI: https://doi.org/10.1234/jasm.v1i2.42 http://journals.segce.com/index.php/JSAM/article/view/42
Adanya tugas,wewenang dan tanggung jawab pengawas dalam suatu organisasi koperasi
adalah sebagai berikut:
a. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan dan pengelolaan koperasi baik
yang menyangkut aspek organisasi idiil maupun aspek usaha.
b. Meneliti catatan yang ada pada koperasi
c. Membuat laporan tertulis tentang hasil pengawasan
3. Ketua Koperasi
Ketua koperasi memiliki tugas, wewenang, dan tanggung jawab baik dalam keadaan maupun
luar organisasi, dengan uraian sebagai berikut:
a. Memimpin koperasi dalam mengkoordinasi kegiatan seluruh anggota koperasi
b. Mewakili koperasi didalam dan diluar pengadilan
c. Menentukkan kebijaksanaan dan mengambil keputusan
d. Menentukkan surat-surat dan perjanjian bersama sekretaris dan bendahara
e. Ketua bertanggung jawab kepada rapat anggota
4. Sekretaris
Tugas utama, wewenang dan tanggung jawab sekretaris dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Bertanggung jawab pada kegiatan administrasi dan perkantoran
b. Mengusahakan kelengkapan organisasi
c. Menyusun rancangan program kerja organisasi dan idiil
d. Mengambil keputusan dibidang sekretaris
e. Sekretaris bertanggung jawab kepada rapat pengurus melalui wakil ketua
5. Bendahara
Pada dasarnya tugas pokok, wewenang dan tanggung jawab bendahara antara lain :
a. Bertanggung jawab masalah keuangan koperasi
b. Mengatur jalan pembukuan koperasi
c. Menyusun anggaran setiap bulan
d. Mengambil keputusan dibidang pengelolaan keuangan dan usaha
6. Manager
Manager dipilih dan diangkat oleh pengurus untuk melakukan tugas, wewenang dan tanggung
jawab pengelolaan operasional koperasi antara lain:
a. Melaksanakan kebijakan operasional yang telah ditetapkan pengurus
b. Memimpin dan mengkoordinir pelaksanaan kegiatan usaha dan organisasi koperasi
c. Mengembangkan dan mengelola usaha untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien
7. Anggota
Anggota merupakan bagian terpenting dalam koperasi, karena tanpa adanya anggota koperasi
akan berjalan, anggota juga berfungsi sebagai pemilik dan pengguna koperasi.

5.2 Hasil dan Pembahasan Penelitian


5.2.1 Uji Statistik Deskriptif
Pengujian ini menggunakan analisis statistik yang dilihat dari nilai rata-rata (mean),
standar deviasi (standar deviation), minimum dan maksimum dari variabel-variabel
penelitian dengan menggunakan program SPSS sebagai alat untuk menguji data tersebut.
Hasil uji statistik deskriptif dapat dilihat pada Tabel 5.1

329
DOI: https://doi.org/10.1234/jasm.v1i2.42 http://journals.segce.com/index.php/JSAM/article/view/42
Table 5.1
Hasil Uji Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std.Deviation
JA 75 15,00 2805,00 1,9353 396,39808
JS 75 4,50 1,90 3,2027 4,67235
JP 75 1,16 1,89 4,1804 4,63194
JMK 75 1,02 4,49 8,5317 9,30507
SHU 75 2,86 6,01 1,1944 1,27667
Valid N (listwise) 75

Sumber : Lampiran 2, data diolah (2018)

Dari Tabel 5.1 dapat diketahui bahwa jumlah responden (N) dalam penelitian ini
adalah 75. Pembahasan mengenai nilai rata-rata, standar deviasi, minimum dan maksimum
dari masing-masing variabel penelitian akan dijelaskan sebagai berikut:
1) Jumlah Anggota (X1)
Dari hasil uji statistik deskriptif dapat disimpulkanberdasarkan total skor data, rata-rata
koperasi simpan pinjam memiliki jumlah anggota sebesar 1,93dengan standar deviasi
yaitu sebesar 396,39. Total skor
terkecil (minimum) sebesar 15,00 sedangkan untuk total skor terbesar (maksimum) adalah
sebesar 2805,00.
2) Jumlah Simpanan (X2)
Dari hasil uji statistik deskriptif dapat disimpulkanberdasarkan total skor data, rata-rata
koperasi simpan pinjam memiliki jumlah simpanan sebesar 3,20 dengan standar deviasi
yaitu sebesar4,67. Total skorterkecil (minimum) sebesar 4,50 sedangkan untuk total skor
terbesar (maksimum) adalah sebesar 1,90.
3) Jumlah Pinjaman (X3)
Dari hasil uji statistik deskriptif dapat disimpulkanberdasarkan total skor data, rata-rata
koperasi simpan pinjam memiliki jumlah pinjaman sebesar 4,18 dengan standar deviasi
yaitu sebesar4,63. Total skor terkecil (minimum) sebesar 1,16 sedangkan untuk total skor
terbesar (maksimum) adalah sebesar 1,89.
4) Jumlah Modal Kerja (X4)
Dari hasil uji statistik deskriptif dapat disimpulkanberdasarkan total skor data, rata-rata
koperasi simpan pinjam memiliki jumlah modal kerja sebesar 8,53 dengan standar deviasi
yaitu sebesar 9,30. Total skor terkecil (minimum) sebesar 1,02 sedangkan untuk total skor
terbesar (maksimum) adalah sebesar 4,49.
5) Sisa Hasil Usaha (Y)
Dari hasil uji statistik deskriptif dapat disimpulkanberdasarkan total skor data, rata-rata
koperasi simpan pinjam memiliki sisa hasil usaha (SHU) sebesar 1,19 dengan standar
deviasi yaitu sebesar 1,27. Total skor terkecil (minimum) sebesar 2,86 sedangkan untuk
total skor terbesar (maksimum) adalah sebesar 6,01.

5.2.2 Uji Asumsi Klasik


Penelitian ini menggunakan statistik parametrik dengan model regresi linier
berganda, maka sebelumnya perlu dilakukan uji normalitas, uji multikolinieritas, uji
heterokedastisitas dan uji autokorelasi. Data yang di tampilkan dalam penelitian ini adalah
data yang sudah di transformasi ke dalam bentuk Ln (Logaritma natural). Tujuan dari
transformasi data adalah merubah skala data ke dalam bentuk lain sehingga data memiliki
distribusi yang diharapkan. Adapun hasil dari uji asumsi klasik adalah sebagai berikut :

330
DOI: https://doi.org/10.1234/jasm.v1i2.42 http://journals.segce.com/index.php/JSAM/article/view/42
1. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel
pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Uji normalitas yang digunakan
adalah Uji Kolmogrov-Smirnov, dimana data dikatakan bersifat normal apabila
probablilitas signifikan >0,05. Hasil uji normalitas dapat dilihat pada Tabel 5.2
Tabel 5.2
Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandarized
Residual
N 75
Normal Parametersa,b Mean ,0000000
Std. Deviation 5,75380530
Most Extreme Absolute ,128
Differences Positive ,113
Negative -,128
Kolmogorov-Smirnov Z 1,109
Asymp. Sig. (2-tailed) ,171
Sumber : Lampiran 3, data diolah (2018).

Berdasarkan hasil uji normalitas dengan one sample kolmogorov-smirnov test


diperoleh nilai kolmogorov-smirnov sebesar 1,109dengan nilai signifikansi sebesar 0,171
lebih besar dari 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal.
2. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas digunakan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya
korelasi antar variabel bebas. Adanya model regresi yang mengalami korelasi antar
variabel bebas dapat dilihat dari nilai VIF (variance in flation factor) dan nilai tolerance.
Multikolinieritas tidak terjadi jika nilai VIF < 10 dan nilai tolerance > 0,10. Hasil uji
multikolieritas dapat dilihat pada Tabel 5.3 berikut :
Tabel 5.3
Hasil Uji Multikolonieritas
Colliniearity Statistics
Model Tolerance VIF
1. (Constant)
JA ,970 1,031
JS ,173 5,776
JP ,143 7,012
JMK ,558 1,791
Sumber : Lampiran 4, data diolah(2018).

Berdasarkan tabel 5.3 dapat diketahui bahwa hasil nilai tolerance semua variabel
independen lebih besar dari 0,10 yaitu Jumlah Anggota (X1) sebesar 0,970, Jumlah
Simpanan (X2) sebesar 0,173, Jumlah Pinjaman (X3) sebesar 0,143 danJumlah Modal Kerja
(X4) sebesar 0,558. Nilai VIF semua variabel independen lebih kecil dari 10 yaitu Jumlah
Anggota (X1) sebesar 1,031, Jumlah Simpanan (X2) sebesar 5,776, Jumlah Pinjaman (X3)
sebesar 7,012 dan Jumlah Modal Kerja (X4) sebesar 1,791. Jadi dapat disimpulkan bahwa
tidak terjadi multikolinieritas antar variabel bebas dalam model regresi ini.
3. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi dilakukan dengan menggunakan uji Durbin-Watson (DW). Apabila nilai uji
Durbin-Watson (DW) berada pada kisaran du< dw < (4-du), maka tidak terjadi autokorelasi.
Hasil uji autokorelasi dapat dilihat pada Tabel 5.4 berikut :

331
DOI: https://doi.org/10.1234/jasm.v1i2.42 http://journals.segce.com/index.php/JSAM/article/view/42
Tabel 5.4
Hasil Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Adjusted R Std. Error of Durbin-
Model R R Square Square the Estimate Watson
a
1 ,893 ,797 ,785 5,91592 1,870
Sumber : Lampiran 6, data diolah (2018).

Berdasarkan Tabel 5.4 menunjukkan bahwa hasil uji Durbin-Watson (DW) sebesar
1,870. Nilai DW sebesar 1,870akan dibandingkan dengan nilai tabel dengan taraf signifikan
5%, jumlah sampel 75 (n) dan jumlah variabel bebas 4 (k=4) sehingga diperoleh du =
1,7390Karena nilai DW hitung terletak diantara batas atas (d u) dan batas bawah (4-du) atau
du < dw <4-du yaitu 1,7390<1,870<2,261.Jadi dapat disimpulkan tidak terjadi autokorelasi.

4. Uji Heteroskedastisitas
Uji heterokedastisitas dalam penelitian ini menggunakan uji Glejser. Uji Glejser dilakukan
dengan cara meregresikan nilai absolut residual variabel bebas dengan tingkat signifikansi
0,05. Jika nilai signifikansinya diatas 0,05 maka tidak terjadi heterokedastisitas. Hasil uji
heterokedastisitas dapat dilihat pada Tabel 5.5 berikut:

Tabel 5.5
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Coefficientsa
Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 1,407 5,209 2,700 ,009
JA 10026,590 8989,314 ,102 1,115 ,268
JS ,003 ,002 ,411 1,895 ,062
JP ,001 ,002 ,137 ,574 ,568
JMK ,006 ,005 ,142 1,178 ,243

Sumber : Lampiran 5, data diolah (2018).


Berdasarkan Tabel 5.5 menujukkan hasil dari uji Glejser bahwa nilai signifikansi dari
semua variabel independen lebih besar dari 0,05 yaitu Jumlah Anggota (X1) sebesar
0,268,Jumlah Simpanan (X2) sebesar 0,062, Jumlah Pinjaman (X3) sebesar 0,568 danJumlah
Modal Kerja (X4) sebesar 0,243, maka dapat disimpulkan model regresi tidak mengandung
adanya heterokedastisitas.

5.2.3 Analisis Regresi Linier Berganda


Analisis regresi linier berganda digunakan untuk mengukur kekuatan asosiasi (hubungan)
linier atara dua variabel. Hasil dari analisis regresi linier berganda yang diperoleh dari
pengolahan data menggunakan program SPSS versi 2.1 dapat dilihat pada Tabel 5.6
Tabel 5.6
Hasil Analisis Regresi Linier Berganda
Coefficientsa
Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 9,488 1,021 ,929 ,356
JA 14905,853 17614,949 ,046 ,846 ,400
JS -,002 ,004 -,073 -,561 ,576
JP ,024 ,004 ,876 6,143 ,000
JMK ,015 ,010 ,107 1,477 ,144

Sumber : Lampiran 7,data diolah (2018).


332
DOI: https://doi.org/10.1234/jasm.v1i2.42 http://journals.segce.com/index.php/JSAM/article/view/42
Berdasarkan Tabel 5.6 dapat ditulis dalam persamaan regresi linier berganda sebagai
berikut:
Y= 9,488+ 14905,853X1-0,002X2 +0,024X3 + 0,015X4
Keterangan:
Y = Sisa Hasil Usaha
X1 = Jumlah Anggota
X2 = Jumlah Simpanan
X3 = Jumlah Pinjaman
X4 = Jumlah Modal Kerja

Arti dari persamaan regresi linier berganda dapat dijelaskan sebagai berikut:
α = Konstanta sebesar 9,488, ini berarti apabila jumlah anggota (X1), jumlah simpanan (X2),
jumlah pinjaman (X3), jumlah modal (X4), sama dengan nol (konstan), maka sisa hasil
usaha (Y) sama dengan 9,488.
β1 = Nilai 14905,853ini berarti apabila jumlah anggota (X1) meningkat 1 satuan, maka sisa
hasil usaha (Y) akan meningkat sebesar 14905,853satuan dengan asumsi variabel lain
konstan.
β2 = Nilai -0,002ini berarti apabila jumlah simpanan (X2) meningkat 1 satuan, maka sisa hasil
usaha (Y) akan menurun sebesar -0,002 satuan dengan asumsi variabel lain konstan.
β3 = Nilai 0,024 ini berarti apabila jumlah pinjaman (X3) meningkat 1 satuan, maka sisa hasil
usaha (Y) akan meningkat sebesar 0,024satuan dengan asumsi variabel lain konstan.
β4 = Nilai 0,015ini berarti apabila jumlah modalkerja (X4) meningkat 1 satuan, maka sisa
hasil usaha (Y) akan meningkat sebesar 0,015 satuan dengan asumsi variabel lain
konstan.

5.2.4 Uji Kelayakan Model (Goodness of Fit)


1. Koefisien Determinasi (AdjustedR2)
Koefisien determinasi (R-Square) digunakan untuk melihat sejauh mana keseluruhan
variabel independen dapat menjelaskan variabel dependen. Hasil perhitungan koefisien
determinasi (Adjusted R2) dapat dilihat pada Tabel 5.7 berikut :
Tabel 5.7
KoefisienDeterminasi
Model Summaryb
Model Adjusted R
R R Square Square
a
1 ,893 ,797 ,785
Sumber : Lampiran 6,data diolah (2018).

Berdasarkan Tabel 5.7 diatas, dapat diketahui nilai Adjused R Square sebesar
0,785 yang berarti bahwa 78,5% variabelSisa Hasil Usaha mampu dijelaskan oleh
variabel Jumlah Anggota, Jumlah Simpanan, Jumlah Pinjaman dan Jumlah Modal Kerja,
sedangkan sisanya 21,5% dijelaskan oleh faktor-faktor lain diluar model.

2 Uji Signifikansi Simultan (Uji F)


Uji F bertujuan untuk menunjukkan apakah semua variabel bebas yang dimasukkan pada
model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen atau
terikat. Dasar pengambilan keputusan yang digunakan uji F yaitu dengan membandingkan
tingkat signifikansi 0,05. Jika nilai probabilitas < 0,05, maka dapat dikatakan terdapat
model Fit dengan data. Namun, jika nilai probabilitas > 0,05 maka model tidak Fit
dengan data. Hasil uji statistik F dapat dilihat pada Tabel 5.8.

333
DOI: https://doi.org/10.1234/jasm.v1i2.42 http://journals.segce.com/index.php/JSAM/article/view/42
Tabel 5.8
Hasil Uji Statistik F
ANOVAb

Sum of
Model Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 9,611 4 2,403 68,657 ,000a
Residual 2,450 70 3,500
Total 1,206 74
Sumber: Lampiran 8, data diolah (2018).

Berdasarkan Tabel 5.8 diatas, diketahui bahwa nilai F = 68,657dengan nilai


signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05. Karena nilai sinifikansi (sig) jauh lebih
kecil dari 0,05 maka model persamaan regresi dalam penelitian ini layak untuk digunakan
memprediksi SHU atau dapat dikatakan bahwa Jumlah Anggota, Jumlah Simpanan,
Jumlah Pinjaman dan Jumlah Modal Kerja secara bersama-sama berpengaruh terhadap
Sisa Hasil Usaha.

3 Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji t)


Uji t bertujuan untuk menguji hipotesis yang diajukan,apakah hipotesis nol(H0)
dan hipotesis alternatif (Ha) diterima atau ditolak, maka dilakukan uji statistic t(ujit)
dengan tingkat signifikasi5% (α= 0,05).Uji t menunjukkan seberapa jauh pengaruh
variabel independen (Jumlah Anggota, Jumlah Simpanan, Jumlah Pinjaman dan Jumlah
Modal Kerja) secara individual terhadap variabel dependen (Sisa Hasil Usaha).
Penerimaan atau penolakan hipotesis dilakukan dengan kriteria :
a. Jika nilai Sig > 0,05 maka hipotesis ditolak.
b. Jika nilai Sig < 0,05 maka hipotesis diterima.
Hasil uji satatistik t pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 5.9 beriku:

Tabel 5.9
Hasil Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji t)
Standardiz
Unstandardized ed
Model Coefficients Coefficien t Sig.
ts
B Std. Error Beta
1 (Constant) 9,488 1,021 ,929 ,356
JA 14905,853 17614,949 ,046 ,846 ,400
JS -,002 ,004 -,073 -,561 ,576
JP ,024 ,004 ,876 6,143 ,000
JMK ,015 ,010 ,107 1,477 ,144

Sumber : Lampiran 7, data diolah (2018).

Berdasarkan hasil uji t dapat dijelaskan sebagai berikut:


1) Jumlah Anggota tidak berpengaruh terhadap Sisa Hasil Usaha(SHU), dengan tingkat
signifikansi sebesar 0,356 lebih besar dari 0,05 maka hipotesis ditolak.
2) Jumlah Simpanan tidak berpengaruh terhadap Sisa Hasil Usaha(SHU), dengan tingkat
signifikansi sebesar 0,400 lebih besar dari 0,05 maka hipotesis ditolak.

334
DOI: https://doi.org/10.1234/jasm.v1i2.42 http://journals.segce.com/index.php/JSAM/article/view/42
3) Jumlah Pinjaman berpengaruh positif terhadap Sisa Hasil Usaha(SHU), dengan koefisien
regresi sebesar 0,024 dan tingkat signifikansi sebesar 0.000 lebih kecil dari 0,05 maka hipotesis
diterima.
4) Jumlah modal kerja tidak berpengaruh positif terhadap Sisa hasil Usaha (SHU), dengan
koefisien regresi sebesar 0,015 dan tingkat signifikansi sebesar 0,144 lebih besar dari 0,05 maka
hipotesis ditolak.

5.2.5 Pembahasan Hasil Penelitian


1) Pengaruh Jumlah Anggota terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU)
Hipotesis pertama menyatakan bahwa Jumlah Anggotaberpengaruh positif terhadap
Sisa Hasil Usaha (SHU). Dari hasil analisis menyatakan bahwa Jumlah Anggota tidak
berpengaruh pada Sisa Hasil Usaha (SHU) karena analisis data menunjukkan nilai β sebesar
14905,853dan nilai signifikansi sebesar 0,400 lebih besar dari 0,05 yang berarti Jumlah
Anggota tidakberpengaruh terhadap SHU sehingga H1 ditolak.
Hasil penelitian ini sejalan dengan Sulistiowati (2012) dan Buana (2014) menyatakan
bahwa jumlah anggota tidak memiliki pengaruh terhadap sisa hasil usaha. Besar kecilnya
jumlah anggota tidak mempengaruhi sisa hasil usaha (SHU).
Jumlah anggota merupakan salah satu faktor yang menyebabkan Sisa Hasil Usaha
mengalami peningkatan, namun tidak selalu peningkatan jumlah anggota dapat menyebabkan
SHU selalu meningkat. Karena apabila anggota koperasi banyak namun bersifat pasif tentu
saja tidak berpengaruh terhadap sisa hasil usaha karena yang menetukan SHU bukanlah
jumlah anggota dari segi kuantitas, tetapi lebih kepada kuantitas anggota koperasi dalam
memanfaatkan barang dan jasa yang disediakan oleh koperasi untuk memajukan koperasi.
Hasil ini tidak sejalan dengan Ayuk (2012), Nurmawati (2015), Anggara (2010), Weni (2015),
dan Septiani (2015) yang menyatakan bahwa jumlah anggota memiliki pengaruh positif
terhadap sisa hasil usaha.
2) Pengaruh Jumlah Simpanan terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU)
Hipotesis keduamenyatakan bahwa Jumlah Simpanan berpengaruh positif terhadap Sisa
Hasil Usaha (SHU). Dari hasil analisis menyatakan Jumlah Simpanan tidak berpengaruh
terhadap sisa hasil usaha karena hasil uji hipotesis uji t menunjukkan jumlah simpanan
memiliki nilai β -0,002 dengan nilai signifikansi sebesar 0,576 lebih besar dari 0,05 yang
berarti jumlah simpanan tidak berpengaruh terhadap sisa hasil usaha sehingga H2 ditolak.
Hasil yang sama diperoleh dari penelitian Suliostiowati (2012), dan Weni (2015) menyatakan
jumlah simpanan tidak berpengaruh terhadap sisa hasil usaha.
Jumlah Simpanan tidak berpengaruh terhadap sisa hasil usaha, ini berarti banyak sedikit
jumlah simpanan tidak akan mempengaruhi sisa hasi usaha di KSP. Simpanan dalam koperasi
digunakan sebagai modal sendiri dan modal pinjaman dari anggota sehingga koperasi
mempunyai kewajiban untuk membayarkan jasa berupa bunga simpanan ( UU No. 25 tahun
1995). SHU terbentuk dari bunga pinjaman, dan ketepatan waktu para anggota untuk
membayar simpanan yang sudah jatuh tempo. jadi besar kecilnya SHU tergantung dari berapa
banyak pendapatan yang dapat di himpun oleh koperasi setiap tahunnya. Berbeda dengan hasil
penelitian dari Satriawati (2013), Ayuk (2012), Nurmawati (2015), dan Anggara (2010),
menyatakan jumlah simpanan berpengaruh terhadap sisa hasil usaha.
3) Pengaruh Jumlah Pinjaman terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU)
Hipotesis ketigamenyatakan bahwa Jumlah Pinjaman berpengaruh positif terhadap Sisa
Hasil Usaha (SHU). Dari hasil analisis menyatakan bahwa Jumlah Pinjaman berpengaruh
positif terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU) karena hasil analisis data menunjukkan nilai β
sebesar 0,024 dan nilai signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05 yang berarti Jumlah
Pinjaman berpengaruh terhadap sisa hasil usaha sehingga H3 diterima.
Banyak sedikitnya jumlah pinjaman sangat berpengaruh terhadap SHU. Hal ini
disebabkan karena semakin banyak jumlah pinjaman yang diberikan maka akan semakin
banyak juga bunga pinjaman yang diperoleh sehingga sisa hasil usaha juga akan meningkat.
Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Ayuk (2012), Nurmawati
335
DOI: https://doi.org/10.1234/jasm.v1i2.42 http://journals.segce.com/index.php/JSAM/article/view/42
(2015), Anggara (2010) dan Septiani (2015) yang menyatakan bahwa jumlah pinjaman
berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap sisa hasil usaha. Namun berbeda dengan
penelitian Weni (2015) yang menyatakan jumlah pinjaman tidak berpengaruh terhadap sisa
hasil usaha (SHU)
4) Pengaruh Jumlah Modal Kerjaterhadap Sisa Hasil Usaha (SHU)
Hipotesis keempat menyatakan bahwa Jumlah Modal Kerja berpengaruh positif terhadap
Sisa Hasil Usaha (SHU). Dari hasil analisis menyatakan bahwa Jumlah modal kerja tidak
berpengaruh positif pada Sisa Hasil Usaha (SHU). Hasil analisis data menunjukkan nilai β
sebesar 0,015 dan nilai signifikansi sebesar 0.144 lebih besar dari 0,05 yang berarti Jumlah
modal kerja tidak berpengaruh positif terhadap SHU sehingga H4 ditolak.
Besar kecilnya modal kerja tidak dapat mempengaruhi sisa hasil usaha karena usaha
koperasi tidak ditentukan oleh besar kecilnya dana. Pemanfaatan Modal yang tidak dikelola
dengan baik atau maksimal sehingga modal koperasi dapat mengalami pengendapan,Jadi
Modal kerja Tidak dapat menghasilkan SHU. .Hasil yang sama diperoleh dari penelitian Weni
(2015) yang menyatakan jumlah modal kerja tidak berpengaruh terhadap sisa hasil usaha.
Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Nurfarhana (2013), Ayuk (2012),
Nurmawati(2015), Buana (2014), dan Septiani (2015) yang menyatakan jumlah modal kerja
berpengaruh terhadap sisa hasil usaha.

BAB VI. PENUTUP


6.1 Simpulan
Penelitian ini untuk menguji apakah jumlah anggota, jumlah simpanan, jumlah
pinjaman dan jumlah modal kerja berpengaruh terhadap sisa hasil usaha. Berdasarkan hal
yang telah diurakian, maka dapat ditarik kesimpulan:
1) Jumlah Anggota tidak berpengaruh terhadap sisa hasil usaha.
Besar kecilnya jumlah anggota tidak mempengaruhi sisa hasil usaha (SHU). Karena
apabila anggota koperasi banyak namun bersifat pasif tentu saja tidak berpengaruh
terhadap sisa hasil usaha karena yang menetukan SHU bukanlah jumlah anggota dari
segi kuantitas, tetapi lebih kepada kuantitas anggota koperasi dalam memanfaatkan
barang dan jasa yang disediakan oleh koperasi untuk memajukan koperasi.
2) Jumlah Simpanan tidak berpengaruh terhadap sisa hasil usaha.
Simpanan dalam koperasi digunakan sebagai modal sendiri dan modal pinjaman dari
anggota sehingga koperasi mempunyai kewajiban untuk membayarkan jasa berupa
bunga simpanan ( UU No. 25 tahun 1995). SHU terbentuk dari bunga pinjaman, dan
ketepatan waktu para anggota untuk membayar simpanan yang sudah jatuh tempo.jadi
besar kecilnya SHU tergantung dari berapa banyak pendapatan yang dapat di himpun
oleh koperasi setiap tahunnya.
3) Jumlah Pinjamanberpengaruh positif terhadap sisa hasil usaha.
Hal ini disebabkan karena semakin banyak jumlah pinjaman yang diberikan maka
akan semakin banyak juga bunga pinjaman yang diperoleh, sehingga sisa hasil usaha
juga akan meningkat.
4) Jumlah Modal kerja tidak berpengaruhterhadap sisa hasil usaha.
Hal ini disebabkan besar kecilnya modal kerja tidak dapat mempengaruhi sisa hasil
usaha karena usaha koperasi tidak ditentukan oleh besar kecilnya dana. Pemanfaatan
Modal yang tidak dikelola dengan baik atau maksimal sehingga modal koperasi dapat
mengalami pengendapan, Jadi Modal kerja Tidak dapat menghasilkan SHU.
6.2 Saran
Berdasarkan hasil analisis data dan simpulan tersebut di atas, maka dapat
dikemukakan saran-saran sebagai berikut:
1) Penelitian ini hanya menguji empatvariabel independen yang digunakan oleh peneliti
yaitu jumlah anggota, jumlah simpanan, jumlah pinjaman dan jumlah modal kerja.
Penelitian selanjutnya dapat mengembangkan variabel lain yang dapat mempengaruhi
sisa hasil usaha (menurun atau meningkat) untuk mendapatkan hasil yang lebih
336
DOI: https://doi.org/10.1234/jasm.v1i2.42 http://journals.segce.com/index.php/JSAM/article/view/42
representative. Selain itu keterbatasan penelitian ini adalah dikarenakan adanya koperasi
simpan pinjam yang tidak memberi data secara lengkap dan jelas yang diperlukan oleh
peneliti sehingga menyebabkan variabel tidak terukur sempurna. Untuk penelitian
selanjutnya diharapkan penyebaran kuesioner dapat disertai dengan metode wawancara
atau terlibat tatap muka secara langsung dengan responden sehingga pernyataan dari
kuesioner dapat lebih dipahami.
2) Koperasi sebaiknya meningkatkan jumlah pinjaman dengan cara memperkecil bunga dan
administrasi yang diharapkan akan menarik anggota untuk meningkatkan partisipasinya
dalam pinjaman modal kepada koperasi sehingga koperasi akan memperoleh pendapatan
dari pinjaman anggota yang dapat menaikan sisa hasil usaha. Selain itu hendaknya
koperasi lebih giat mengajak anggotanya untuk meningkatkan perolehan jumlah
simpanan. Semakin rajin anggota menyetor simpanan maka semakin besar peluang
anggotanya untuk mendapatkan pinjaman dalam jumlah yang besar. Selain itu apabila
modal sendiri bertambah besar kegiatan koperasi akan berjalan lancer dan dapat
meningkatkan sisa hasil usaha (SHU).

DAFTAR PUSTAKA
1. Andriani, Fitri. 2016. Pengaruh Modal Sendiri dan Asset Terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU)
Pada Koperasi Pegawai Pemerintah Kota Bandung (KPKB) Periode 2008-2015.Skripsi.
Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Komputer Indonesia
Bandung.
2. Anoraga, Pandji dan Ninik Widiyanti.2007. Dinamika Koperasi. Rineka Cipta; Jakarta.
3. Anggara, Ferrix Sandhy. 2010. Pengaruh Jumlah Anggota, Jumlah Simpanan, Serta Pinjaman
Terhadap Besar Kecilnya Perolehan Sisa Hasil Usaha Pada Koperasi Karyawan “SARI
MANIS” PT.PG. Candi Baru-Sidoarjo. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran”: Jawa Timur.
4. Astari, Ayu. 2015. Pengaruh Jumlah Anggota, Jumlah Simpanan, dan Pinjaman Anggota
Terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU) Pada Koperasi Karyawan Timah Mitra Mandiri Pangkal
pinang Periode 2009-2013. Skripsi. Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas
Bangka Belitung.
5. Ayuk, Ni Made Taman. 2012. Pengaruh Anggota, Jumlah Simpanan, Jumlah Pinjaman,
Jumlah Modal Kerja Terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU) Koperasi Simpan Pinjam (KSP) di
Kabupaten Badung Provinsi Bali Tahun 2007-2011. Jurnal. Fakultas Ekonomi Universitas
Udayana: Bali.
6. Buana, Toto Cakra. 2014. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sisa Hasil Usaha
Koperasi Kecamatan Ratu Agung (Koperasi Relakontan) Kota Bengkulu. Skripsi. Fakultas
Ekonomi Dan Bisnis Universitas Bengkulu.
7. Burhanuddin. 2010. Prosedur Mudah Mendirikan Koperasi, Cetakan Pertama. Pustaka
Yustisia: Yogyakarta.
8. Dewi, Santia Ni Wayan. 2017. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi SHU KSP di
Desa Sanur Tahun 2013-2016. Skripsi. Program Studi Pendidikan Ekonomi Fakultas Ekonomi
Universitas Mahasaraswati Denpasar
9. Dinas Koperasi, Usaha Kecil & Menengah (UKM) Kota Denpasar. 2018. Jumlah Koperasi di
Kodya Denpasar. Denpasar: Dinas Koperasi & Usaha Kecil dan Menengah Kota Denpasar.
10. Gitosudarmo,Indriyo dan Basri. 2002.Manajemen Keuangan, Edisi 3, Yogyakarta:PT. BPFE.
11. Hendar, dan Kusnadi. 2002. Ekonomi Koperasi.Raja Grafindo Persada : Jakarta.
12. Hendrajogi. 2000.Koperasi(Azas, Teori Dan Praktek). Jakarta: Raja Grafindo Persada.
13. Husin, Saddam. 2012. AnalisisFaktor Yang MempengaruhiSisaHasil Usaha (SHU) Koperasi

337
di Surya Harapan Unit S/P Sentra MaduLebah di
DesaBaganLaguhKecamatanBunutKabupatenPelalawan. Skripsi. Program
StudiEkonomidanIlmuSosialUniversitas Islam Negeri Sultan SyarifKasimPekanbaru.
14. IAI. 2004. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba Empat
15. Iramani, dan E. Kristijadi. 1997. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sisa Hasil Usaha Unit
Koperasi Desa di Jawa Timur. Jurnal Vebtura, Vol.1, No 2.
16. Iswari, Ratih Ida Ayu. 2016. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi SHU KSP di Kodya
Denpasar Tahun 2012-2015. Skripsi. Program Studi Pendidikan Ekonomi Fakultas Ekonomi
Universitas Mahasaraswati Denpasar
17. Kasmir. 2012. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
18. Muljono, djoko. 2012. Buku Pintar Strategi Bisnis Koperasi Simpan Pinjam. Yogyakarta:
ANDI OFFSET.
19. Nurfarhana, Anna. 2013. Pengaruh Modal Kerja Dengan Laba Usaha Koperasi Pada Koperasi
Serba Usaha Sejati Mulia Jakarta Tahun 2007-2012. Skripsi. Program Studi Pendidikan
Ekonomi Fakultas Ilmu Pendidikan dan Pengetahuan Sosial Universitas Indraprasta PGRI:
Jakarta.
20. Nurmawati, Yuni. 2015. Pengaruh Jumlah Anggota, Jumlah Simpanan, Jumlah Pinjaman Dan
Jumlah Modal Kerja Terhadap Sisa Hasil Usaha(SHU) Pada Koperasi Simpan Pinjam (KSP)
Yang Bernaung di bawah Dinas Koperasi Dan UMKM Kabupaten Kolon Progo Tahun 2011-
2014. Skripsi. Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta.
21. Pachta, Andjar W dkk. 2005. Hukum Koperasi Indonesia. Jakarta: KencanaPrenada Group.
22. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1995, tentang Pelaksanaan
Kegiatan Usaha Simpan Pinjam Oleh Koperasi.
23. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 27 Tahun 1998, tentang Akuntansi
Perkoperasian.
24. Riyanto, Bambang. 2001.Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan.Yogyakarta:PT. BPFE.
25. Rudianto. 2010. Akuntansi Koperasi Edisi Kedua. Jakarta: Erlangga.
26. Sari, Susanti. 2010. Pengaruh Modal Sendiri, Modal Luar, dan Volume Usaha PadaSisaHasil
Usaha Koperasi di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. E-
jurnalBismaUniversitasPendidikanGanesha.
27. Sartika Partomo, Tiktik, dkk. 2002. Ekonomi Skala Kecil/Menengah dan Koperasi. Jakarta :
Ghalia Indonesia.
28. Satriawati, Eka Laras. 2013. Pengaruh Simpanan Koperasi terhadap SHU Koperasi Wanita
Sekar Kartini Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember Tahun 2009-2011.Skripsi. Program
Sudi Pendidikan Ekonomi Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Jember.
29. Sawir, Agnes. 2005. Pengertian Modal Kerja. Jakarta :PT. Gramedia PustakaUtama.
30. Septiani, Ika. 2015. Pengaruh Jumlah Modal , Jumlah Anggota, Dan Jumlah Pinjaman
Anggota Terhadap Perolehan Sisa Hasil Usaha Koperasi Pedagang Bhakti Pati. Skripsi.
Program Studi Pendidikan Ekonomi Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas
Sanata Dharma: Yogyakarta.
31. Setiyono, Aji. 2009. Pengaruh Modal Sendiri, Modal Asing, dan Volume Usaha
TerhadapSisaHasil Usaha padaKoperasi Unit DesaKabupatenKebumen. Skripsi. Program
StudiEkonomiUniversitasNegeri Semarang.
32. Sitio Arifin, Halomoan Tamba. 2001. Koperasi Teori dan Praktik.Jakarta :Erlangga.
33. Sudarsono dan Edilus.2005. Koperasi Dalam Teori dan Praktek.Jakarta: PT Rineka Cipta.
34. Sudjana. 2002. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.
35. Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.

338
36. Sulistiowati, Lilis. 2012. Pengaruh Jumlah Anggota Dan Jumlah Simpanan terhadap
Perolehan Sisa hasil Usaha Pada Koperasi Mina Putra Bahari Di Kabupaten Ende. Skripsi.
Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”: Jawa Timur.
37. Suryaningrum, Lubuk Novi. 2007. Pengaruh Modal SendiriTerhadapPerolehanSisaHasil
Usaha (SHU) pada KPRI di Kota Semarang. Skripsi. Program
StudiAkuntansiUniversitasNegeri Semarang.
38. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2012, tentang Perkoperasian.

39. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1992, tentang Perkoperasia.


40. Weni, Putri Marina Mustika. 2015. Pengaruh Jumlah Anggota, Jumlah Simpanan, Jumlah
Pinjaman Dan Jumlah Modal Kerja Terhadap Sisa hasil Usaha (SHU) Studi Kasus Di
BUMN/BUMD Koperasi Primer Anggota. Skripsi. Fakultas Ekonomi Program Studi
Akuntansi Universitas Sanata Dharma: Yogyakarta.
41. Widiyanti, Ninik. 2003. .Dinamika Koperasi. Jakarta: PT. Dunia Pustaka Jaya.
42. Wijaya, Amin Tunggal. 2002. .Akuntansi untuk Koperasi. Yogakarta: Harvarindo.
43. Wijayanti, Isnaini Ari. 2010. Pengaruh Efektivitas Modal Kerja Dan Likuiditas Terhadap
Return On Assets (ROA) Pada Koperasi Pegawai Republik Indonesia atau KPRI Di
Kabupaten Magelang. Skripsi. Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas
Maret: Surakarta.
44. Winarko, SigitPuji. 2014. Pengaruh Modal Sendiri, JumlahAnggotadan Asset
TerhadapSisaHasil Usaha PadaKoperasi di Kota Kediri. Jurnal Nusantara of Research. Vol.1,
No 2.
45. Wiyono, 2016.AnalisisPengaruhJumlahAnggota, JumlahSimpanandan Volume Usaha
TerhadapSisaHasil Usaha (SHU) Koperasi di KabupatenBojonegoro. Senaspro 2016. Skripsi.
Program StudiEkonomidanBisnis UMM.
46. Yolamalinda, Ansofino dan Ferline Ariesta. 2013. Pengaruh Jumlah Anggota Dan Simpanan
Anggota Terhadap Peningkatan Sisa Hasil Usaha(SHU) Pada PKP-RI (Pusat Koperasi
Pegawai Republik Indonesia) Propinsi Sumatera Barat. Ejurnal, Vol.2 No.2.

339

Anda mungkin juga menyukai