Akuntansi dan Manajemen Jurnal Sains, Akuntansi dan Manajemen (Vol. 1, No. 2: Pebruari, 2019)
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SISA HASIL USAHA(SHU)
KOPERASI SIMPAN PINJAM(KSP) DI KODYA DENPASAR TAHUN 2013-2017
Abstrak
Kata kunci: Sisa hasil usaha, jumlah anggota koperasi simpan pinjam, jumlah simpanan,
jumlah pinjaman, jumlah modal kerja.
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keadaan perekonomian global yang terjadi saat ini di rasakan sangat merosot tajam
sehingga mengakibatkan kondisi perekonomian di setiap negara menjadi tidak stabil, terutama
pada negara-negara berkembang. Agar tetap mampu bertahan pada situasi seperti ini, maka
diperlukan usaha yang kuat dari pemerintah untuk memperbaiki perekonomian negaranya demi
mencapai kesejahteraan rakyat. Maka terciptalah wadah ekonomi yang mampu bertahan di
tengah-tengah situasi ekonomi yang tidak terkendali ini. Wadah yang sesuai untuk
perekonomian di Indonesia tersebut adalah Koperasi, karena merupakan wadah perekonomian
rakyat yang bersifat sesuai dan di laksanakan berdasarkan atas asas kekeluargaan (Astari,2015).
Seperti yang dijelaskan dalam UU No. 25 Bab 1 Ayat 1 tahun 1992 yang menyatakan
bahwa : “Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-orang atas badan hukum
koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai
gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas asas kekeluargaan dengan tujuan memajukan
kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut membangun
tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan
makmur berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945“.
Pada dasarnya koperasi dikelola dengan tujuan mensejahterakan anggotanya dan
masyarakat pada umumnya, bukan mengejar keuntungan semata. Sekalipun koperasi tidak
mengutamakan keuntungan, akan tetapi usaha-usaha yang dikelola oleh koperasi harus tetap
memperoleh penghasilan yang layak demi menjaga kelangsungan hidup dan meningkatkan
kemampuan usaha, bukan untuk memupuk kekayaan. Sehingga pada akhir periode usahanya
diharapkan dan ditargetkan menghasilkan Sisa Hasil Usaha (Septiani,2015).
299
DOI: https://doi.org/10.1234/jasm.v1i2.42 http://journals.segce.com/index.php/JSAM/article/view/42
Dalam UU No.25 Tahun 1992 Pasal 45 Ayat 1 menyatakan bahwa Sisa Hasil Usaha
merupakan pendapatan koperasi yang diperoleh dalam satu tahun buku dikurangi dengan biaya,
penyusutan, dan kewajiban lain termasuk pajak dalamtahun buku yang bersangkutan. Salah satu
bentuk keberhasilan koperasi dapat dilihat dari perolehan SHU yang lebih baik setiap tahunnya
karena koperasi sebagai lembaga yang bergerak dalam bidang ekonomi tidak terlepas dari
pendapatan yang diperoleh selama satu tahun SHU.Mengingat kegunaan dan fungsi dari
penyisihan SHU yang begitu banyak, maka perolehan SHU bagi koperasi setiap tahunnya
menjadi sangat penting. Melalui SHU koperasi dapat menupuk modal sendiri yaitu dengan dana
cadangan yang disisihkan setiap akhir periode tutup buku, sehingga akan memperkuat struktur
modalnya. Selain itu dana-dana yang disisihkan dari SHU, apabila belum dicairkan atau
digunakan maka akan diperlakukan sebagai tambahan modal yaitu sebagai modal pinjaman
tanpa dikenakan biaya modal. Oleh sebab itu apabila koperasi dapat meningkatkan perolehan
SHU dalam setiap tahunnya dengan sendirinyaakan memperkuat struktur finansialnya
(Satriawati, 2013).
Faktor- faktor yang dapat mempengaruhi peningkatan perolehan Sisa Hasil Usaha (SHU)
dalam koperasi adalah jumlah anggota. Anggota koperasi adalah individu-individu yang
menjadi bagian dari koperasi tersebut sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan. Jumlah
anggota koperasi adalah jumlah pemilik sekaligus sebagai pengguna jasa koperasi (Iswari,
2016).Sebagai anggota koperasi wajib membayar sejumlah uang untuk simpanan pokok dan
simpanan wajib koperasi. Bertambahnya jumlah anggota akan membuat perkembangan koperasi
menjadi lebih besar karena simpanan para anggota koperasi merupakan salah satu komponen
yang turut serta menentukan besar kecilnya perkembangan koperasi. Bertambahnya para
anggota yang memanfaatkan haknya untuk mendapatkan pinjaman baik berupa uang ataupun
barang secara tidak langsung dapat meningkatkan SHU, karena SHU diperoleh oleh anggota
dan untuk anggota, maka apabila jumlah pinjaman anggota mengalami kenaikan maka akan
mengakibatkan kenaikan SHU, demikian pula sebaliknya (Anggara,2010). Hasil penelitian
Ayuk (2012), Nurmawati(2015), Anggara(2010), Septiani(2015) menyatakan bahwa jumlah
anggota berpengaruh positif terhadap SHU.Sedangkan Sulistiowati(2012) Dewi(2017) dan
Buana(2014) menyatakan jumlah anggota tidak berpengaruh terhadap SHU.
Faktor lainnya adalah jumlah simpanan. Jumlah simpanan adalah jumlah uang yang
disetorkan anggota kepada koperasi. Jumlah simpanan tersebut merupakan komponen penting
dalam usaha koperasi.Dimana simpanan ini meliputi simpanan pokok,simpanan wajib, dan juga
simpanan sukarela (Nurmawati, 2016). Sebagai pemilik, anggota dapat berpartisipasi
menginvestasikan dananya, partisipasi anggota dalam menginvestasikan dana tersebut
disampaikan dalam bidang keuangan yang dinyatakan dengan pemenuhan kewajiban
pembayaran simpanan. Semakin banyak transaksi-transaksi pada koperasi oleh anggota maupun
bukan anggota akan semakin meningkatkan Sisa Hasil Usaha koperasi (Yolamalinda,2013).
Hasil penelitian Ayuk (2012), Nurmawati(2015), Anggara(2010) menyatakan bahwa jumlah
simpanan berpengaruh positif terhadap SHU. Sedangkan Dewi(2017) dan Weni (2015)
menyatakan jumlah simpanan tidak berpengaruh terhadap SHU.
Jumlah pinjaman juga merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
peningkatan SHU (Ayuk,2012). Jumlah pinjaman adalah jumlah hutang yang diberikan oleh
masing-masing koperasi simpan pinjam berdasarkan kesepakatan pihak peminjam dengan
koperasi dengan imbalan bunga yang telah ditentukan (Ayuk,2012). Sebagai pelanggan,
anggota dapat berpatisipasi dengan melakukan aktivitas keuangan yaitu mendapatkan pinjaman.
Semakin banyak transaksi-transaksi pada koperasi oleh anggota maupun bukan anggota akan
semakin meningkatkan Sisa Hasil Usaha koperasi (Yolamalinda,2013). Hasil penelitiaan
Ayuk(2012), Nurmawati(2015), Anggara(2010) menyatakan bahwa jumlah simpanan dan
jumlah pinjaman berpengaruh positif terhadap SHU. Sedangkan Dewi(2017) dan Weni(2015)
menyatakan jumlah simpanan dan jumlah pinjaman tidak berpengaruh terhadap SHU.
Aktivitas koperasi tidak terlepas dari efektifitas modal kerja.Modal kerja adalah aktiva
lancar yang digunakan dalam kegiatan operasional dan selalu berputar dalam periode tertentu.
Periode perputaran modal kerja dimulai dari saat dimana kas diinvestasikan dalam komponen-
300
DOI: https://doi.org/10.1234/jasm.v1i2.42 http://journals.segce.com/index.php/JSAM/article/view/42
komponen modal kerja sampai saat dimana kembali lagi menjadi kas, sedangkan elemen modal
kerja adalah semua aktiva lancar atau seluruh aktiva yang diharapkan dapat kembali menjadi
bentuk asalnya dalam satu tahun atau siklus kegiatan normal usaha (Iswari,2016). Hal ini berarti
bahwa yang perlu diperhatikan dalam modal kerja ialah kas, piutang, dan persediaan. Semakin
tinggi tingkat perputaran modal kerja, maka semakin cepat waktu pengembalian atas modal
yang telah di investasikan (Wijayanti,2010). Hasil penelitian Nurfarhana(2013), Ayuk(2012),
Nurmawati(2015) menyatakan bahwa modal kerja berpengaruh positif terhadap SHU.
Sedangkan Weni(2015) menyatakan jumlah modal kerja tidak berpengaruh terhadap SHU.
Semakin pesatnya kemajuan teknologi, komunikasi dan informasi yang terus berkembang
akan banyak mempengaruhi pola hidup masyarakat dan terjadinya persaingan usaha disegala
bidang. Tentunya semua perusahaan khususnya koperasi tidak ingin ketinggalan dalam
memperoleh informasi yang handal untuk meningkatkan kinerja perusahaan.Jadi karena adanya
persaingan usaha tersebut, koperasi harus waspada terhadap kekuatan dan kelemahan koperasi,
untuk itu koperasi harus mampu melihat potensi dirinya agar dapat dimanfaatkan sebaik-
baiknya. Adanya bantuan laporan keuangan tersebut, pengurus diharapkan mampu melihat atau
menganalisa faktor-faktor mana yang mendukung dan mana yang menghambat jalannya
perkembangan koperasi (Anggara,2010).
Sesuai latar belakang yang telah diuraikan, maka peneliti ingin melakukan penelitian
dengan judul :”Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sisa Hasil Usaha (SHU) Pada
Koperasi Simpan Pinjam (KSP) di Kodya Denpasar Tahun 2013-2017”
2) Setia Kawan
Pengertian Setia Kawan adalah memiliki prinsip bahwa pinjaman hanya diberikan kepada
anggota
3) Pendidikan dan Penyadaran
Pengertian pendidikan dan penyadaran adalah memiliki prinsip membangun watak adalah
yang utama, jadi hanya yang berwatak baik yang dapat diberi pinjaman.
304
DOI: https://doi.org/10.1234/jasm.v1i2.42 http://journals.segce.com/index.php/JSAM/article/view/42
2.1.8 Tujuan Koperasi Simpan Pinjam
Menurut Anoraga dan Widiyanti (2007), tujuan koperasi simpan pinjam adalah
sebagai berikut :
1) Membantu keperluan kredit para anggota yang sangat banyak membutuhkan dengan
syarat dan bunga yang ringan.
2) Mendidik para anggota supaya giat menyimpan secara teratur sehingga membentuk
modal sendiri
3) Mendidik anggota hidup hemat, dengan menyisihkan sebagian dari pendapatannya.
4) Menambah pengetahuan tentang perkoperasian.
307
DOI: https://doi.org/10.1234/jasm.v1i2.42 http://journals.segce.com/index.php/JSAM/article/view/42
c. Kinerja pengurus, kinerja pengurus sangat diperlukan dalam semua kegiatan yang
dilakukan oleh koperasi, dengan adanya kinerja yang baik sesuai persyaratan dalam
anggaran dasar serta UU perekonomian maka hasil yang dicapai pun juga kan baik.
d. Jumlah unit usaha yang dimiliki, setiap koperasi pasti mempunyai unit usaha, hal ini juga
menentukan seberapa besar volume usaha yang dijalankan dalam kegiatan usaha tersebut.
e. Kinerja manajer, kinerja manajer menentukan jalannya semua kegiatan yang dilakukan
oleh koperasi dan memiliki wewenang atas semua hal-hal yang bersifat intern.
f. Kinerja karyawan, merupakan kemampuan seseorang karyawan dalam menjadi anggota
koperasi.
2) Faktor dari Luar
a. Modal pinjaman dari luar
b. Para konsumen dariluar selainanggota koperasi
c. Pemerintah
Faktor-faktor yang mempengaruhi SHU menurut Iramani dan Kristijadi(2002)
1) Jumlah Anggota Koperasi
Semakin banyak anggota koperasi yang menyimpan dananya pada koperasi, diharapkan akan
meningkatkan volume kegiatan koperasi sehingga akan meningkatkan SHU yang akan
diperoleh koperasi.
2) Volume usaha
Peningkatan SHU dari suatu koperasi sangat tergantung pada kegiatan yang dijalankannya,
sehingga aspek volume usaha yang dijalankan oleh koperasi akan sangat menentukan
pendapatannya.
3) Jumlah simpanan
Simpanan para anggota koperasi merupakan salah satu komponen yang turut serta
menentukan kegiatan perkoperasian di koperasi tersebut.
4) Jumlah hutang (Pinjaman)
Volume usaha yang harus ditingkatkan oleh koperasi akan terlaksana modal yang mencukupi,
baik yang berasal dari para anggota maupun modal yang digali dari luar (hutang).
308
DOI: https://doi.org/10.1234/jasm.v1i2.42 http://journals.segce.com/index.php/JSAM/article/view/42
d. Mengemukakan pendapat atau saran kepada pengurus diluar rapat anggota baik diminta
maupun tidak diminta
e. Memanfaatkan koperasi dan mendapat pelayanan yang sama antara semua anggota
f. Mendapat keterangan mengenai perkembangan koperasi menurut ketentuan dalam
anggaran dasar.
2.4 Simpanan
2.4.1 Pengertian Simpanan
Simpanan adalah penyisihan sebagian dari pendapatan secara sadar dan terencana.
Jadi, orang yang menyimpan bukan hanya karena orang tersebut mempunyaikelebihan uang,
tetapi secara sadar dan terenvana menyisihkan sebagian pendapatannya disuatu tempat yang
dianggap aman, menguntungkan, sesuai dengan harapannya untuk memenuhi kebutuhan dan
keinginannya dimasa yang akan datang. Sejak saat itu sampai sekarang modal koperasi adalah
simpanan, berbeda dengan perusahaan pada umumnya yang menggunakan istilah saham
(Satriawati,2013).
Menurut Sudarsono dan Edilius(2005) sumber modal koperasi terdiri dari beberapa
jenis yaitu berupa simpanan baik pokok, wajib maupun sukarela dan cadangan yang
dikumpulkan dari SHU yang merupakan kekayaan koperasi. Disamping itu koperasi juga
memiliki modal yang bersifat potensial yang didasarkan pada sikap anggota kepada
koperasinya. Modal ini dapat besar dan dapat pula kecil nilainya berkaitan dengan besar atau
kecilnya kesadaran orang dalam berkoperasi. Koperasi dapat juga menambah modalnya yang
berasal dari sumber ekstern yang berasal dari pinjaman atau simpanan dariluar keanggotaan
koperasi.
Modal dari anggota itu sendiri terdiri dari simpanan-simpanan anggota atau bukan
anggota. Menurut Widiyanti (2003) modal itu sendiri diperoleh dari simpanan pokok,
simpanan wajib dan simpanan sukarela berjangka.
Berdasarkan beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa modal koperasi yang
terdiri dari simpanan-simpanan merupakan sumber pembiayaan untuk kegiatan-kegiatan yang
dijalankan oleh koperasi. Simpanan-simpanan tersebut merupakan komponen penting dalam
usaha koperasi.
2.4.2 Macam-Macam Simpanan
1) Simpanan Pokok
Simpanan pokok merupakan modal awal yang sangat penting dalam koperasi. Menurut
Widiyanti (2003) simpanan pokok adalah suatu jumlah uang simpanan yang sama besarnya
bagi setiap anggota dapat diangsur. Simpanan pokok ini tidak dapat diambil kembali oleh
peserta selama ia menjadi anggota koperasi. Sedangkan menurut Hendrajogi(2000)
berpendapat simpanan pokok adalah sejumlah uang yang diwajibkan kepada anggota untuk
diserahkan kepada koperasi pada seseorang masuk menjadi anggota koperasi tersebut dan
besarnya sama untuk semua anggota dan simpanan pokok ini tidak dapat diambil selama yang
bersangkutan masih menjadi anggota.
Berdasarkan beberapa definisi diatas dapat disimpulkan simpanan pokok adalah simpanan
tahap awal dan syarat utama untuk menjadi anggota koperasi yang harus dilakukan oleh calon
309
DOI: https://doi.org/10.1234/jasm.v1i2.42 http://journals.segce.com/index.php/JSAM/article/view/42
anggota dengan memberikan sejumlah dana yang telah ditetapkan oleh koperasi tersebut
sesuai dalam Anggaran Dasar atau Anggaran Rumah Tangga koperasi. Simpanan pokok ini
akan tetap tercatat dan ada dalam koperasi selama seseorang menjadi anggota sebagai modal
permanen koperasi.
2) Simpanan Wajib
Simpanan wajib merupakan kewajiban setiap anggota koperasi setelah simpanan
pokok. Menurut Widiyanti (2003) simpanan wajib adalah simpanan yang dapat disetor setiap
minggu atau bulan atau menurut waktu yang ditetapkan oleh anggota. Simpanan bisa
digunakan untuk pemupukan modal dapat juga diadakan simpanan khusus dan pinjaman wajib
dari anggota yang bersedia, untuk digunakan sebagai pemupukan modal investas. Sedangkan
menurut Wijaya(2002) simpanan wajib adalah jumlah simpanan tertentu yang harus dibayar
oleh anggota dalam waktu dan kesempatan tertentu.
Berdasarkan beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa simpanan wajib merupakan
sumber permodalan koperasi yang sangat dibutuhkan untuk kegiatan operasional dan
kelangsungan usaha koperasi agar koperasi tersebut dapat berkembang dan mengalami
peningkatan dikemudian hari.Simpanan wajib ini, tidaklah merupakan modal permanen
koperasi.Undang-undang koperasi memberikan petunjuk untuk diatur oleh koperasi sendiri,
baik dalam Anggaran Dasarnya maupun Anggaran Rumah Tangganya.Simpanan wajib dapat
diambil kembali setelah jangka waktun yang ditentukannya habis.
3) Simpanan Sukarela
Simpanan sukarela merupakan simpanan yang selanjutnya setelah simpanan pokok
dan simpanan wajib.Menurut Widiyanti (2003) simpanan manasuka atau simpanan sukarela
adalah member kesempatan kepada anggota yang dapat menyimpan dalam bentuk deposito,
yang dapat diambil kembali menurut perjanjian.
Jadi dapat disimpulkan permodalan koperasi tidak hanya berasaldari simpanan pokok
dan simpanan wajib tapi juga berasal dari simpanan sukarela yang diseterkan oleh anggota
maupun bukan anggota.Ada pendapat yang menyatakan bahwa simpanan sukarela itu
merupakan utang jangka pendek.Artinya, tidak mempunyai ikatan tentang anggota maupun
bukan anggota dapat menyimpan secara sukarela dalam koperasi.Sehingga simpanan sukarela
jelas bukan modal sendiri koperasi.
310
DOI: https://doi.org/10.1234/jasm.v1i2.42 http://journals.segce.com/index.php/JSAM/article/view/42
2.5.2 Modal Sendiri
Hendar dan Kusnadi(2002) berpendapat bahwa modal anggota adalah simpanan pokok
dan wajib yang harus di bayar anggota kepada koperasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku
pada koperasi, tiap anggota memiliki hak suara yang sama. Tidak tergantung pada besarnya
modal anggota pada koperasi.
Modal Sendiri menurut Undang-Undang No. 25 tahun 1992 adalah modal yang
menangung risiko atau disebut modal ekuiti. Apabila dalam satu tahun buku, koperasi
menderita kerugian maka yang harus menanggung kerugian tersebut adalah komponen Modal
Sendiri. Modal Sendiri menurut UU No.25 tahun 1992 pasal 41, sebagai berikut:
1) Simpanan Pokok
Simpanan pokok adalah sejumlah uang yang sama banyaknya yang wajib dibayarkan oleh
anggota kepada koperasi pada saat masuk menjadi anggota. Simpanan pokok tidak dapat
diambil kembali selama yang bersangkutan masih menjadi anggota.
2) Simpanan Wajib
Simpanan wajib adalah jumlah simpanan tertentu yang tidak harus sama yang wajib
dibayar oleh anggota kepada koperasi dalamwaktu dan kesempatan tertentu. Simpanan wajib
tidak dapat diambil kembali selama yang bersangkutan masih menjadi anggota.
3) Dana Cadangan
Dana cadangan adalah sejumlah uang yang diperoleh dari penyisihan Sisa Hasil Usaha,
yang dimaksudkan untuk memupuk modal sendiri dan untuk menutup kegiatan koperasi bila
diperlukan.
4) Hibah
Hibah adalah pemberian yang diterima koperasi dari pihak lain berupa uang atau barang
secara cuma-cuma.
Bagi koperasi, Modal sendiri merupakan sumber permodalan yang utama, hal tersebut
berkaitan dengan beberapa alasan (Anoraga dan Widiyanti,2007):
1) Alasan Kepemilikan
Modal yang berasal dari anggota merupakan salah satu wujud kepemilikan anggota terhadap
koperasi beserta usahanya. Anggota yang memodali usahanya sendiri akan merasa lebih
bertanggung jawab terhadap keberhasilan usaha tersebut.
2) Alasan Ekonomi
Modal yang berasal dari anggota akan dapat dikembangkan secara lebih efisien dan murah
karena tidak diperkenankan persyaratan bunga.
3) Alasan Resiko
Modal sendiri/anggota juga mengandung resiko yang lebih kecil dibandingkan dengan modal
dari luar, khususnya pada saat usaha tidak berjalan dengan lancar.
311
DOI: https://doi.org/10.1234/jasm.v1i2.42 http://journals.segce.com/index.php/JSAM/article/view/42
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sekalipun koperasi bukan merupakan
bentuk kumpulan modal, tetapi pengaruh modal dan penggunaanya dalam koperasi tidak
boleh mengaburkan dan mengurangi makna koperasi yang lebih menekankan kemanusiaan
daripada kebendaan.
312
DOI: https://doi.org/10.1234/jasm.v1i2.42 http://journals.segce.com/index.php/JSAM/article/view/42
1) Kas
Kas merupakan aktiva yang paling likuid.Hal ini berarti bahwa semakin besar jumlah kas
yang dimiliki oleh sebuah perusahaan maka semakin tinggi pula tingkat likuiditas
perusahaan. Jumlah kas di dalam perusahaan jangan terlalu besar karena akan banyak
uang yang menganggu sehingga akan memperkecil profitabilitas.
2) Piutang
Rekening piutang dalam neraca biasanya merupakan bagian dari aktivitas lancar, oleh
karenanya perlu mendapat perhatian yang cukup serius agar perkiraan piutang ini dapat
diperhitungkan dengan cara yang seefisien mungkin.Piutang mempunyai tingkat likuiditas
yang lebih tinggi daripada persediaan, karena perputaran dari piutang ke kas
membutuhkan satu langkah saja.Manajemen piutang merupakan hal yang sangat penting
bagi perusahaan yang menjual produknya dengan kredit.
3) Persediaan
Persediaan barang merupakan elemen utama dari modal kerja yang selalu dalam keadaan
berputar, di mana secara terusmenerus mengalami perubahan dalam kegiatan perusahaan.
Persediaan diperlukan untuk dapat melakukan proses produksi, penjualan secara lancar,
persediaan barang mentah dan barang dalam proses. Persediaan merupakan investasi yang
paling besar dalam aktiva lancar untuk sebagian besar perusahaan.
2.6 Pinjaman
2.6.1 Pengertian Pinjaman
Pinjaman adalah penyediaan sejumlah dana atau tagihan yang dapat dipersamakan
dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjammeminjam antara koperasi
simpan pinjam dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi
hutangnya setelah jangka waktu tertentu disertai dengan jumlah bunga yang telah disepakati.
1) Pemberian pinjaman
Pemberian pinjaman atau penyaluran dana merupakan salah satu kegiatan usaha yang
mendominasi pengalokasian dana yang dimiliki koperasi simpan pinjam. Oleh karena itu
pemberian pinjaman merupakan sumber utama dari pendapatan simpan pinjam, yang berupa
313
DOI: https://doi.org/10.1234/jasm.v1i2.42 http://journals.segce.com/index.php/JSAM/article/view/42
pendapatan jasa (bunga).Dalam pemberian pinjaman koperasi simpan pinjam harus berhati-
hati agar risiko yang dihadapi dapat seminim mungkin.
2) Pengembangan Produk Pinjaman
Mengingat bahwa pemberian pinjaman (penyaluran dana) adalah sumber dari
pendapatan, maka pengelola simpan pinjam harus mampu membuat berbagai jenis produk
pinjaman yang sesuai dengan kebutuhan para anggota dan calon anggota. Secara garis besar
jenis produk pinjaman terdiri dari :
a. Pinjaman Konsumtif
Pinjaman konsumtif yaitu pinjaman untuk memenuhi kebutuhan yang bersifat konsumtif,
misalnya :
1) Pinjaman untuk pembelian elektronik ( TV, radio, kulkas)
2) Pinjaman untuk pembelian meubel ( meja, kursi, almari)
b. Pinjaman Produktif
Pinjaman produktif yaitu pinjaman untuk membiayai kebutuhan usaha, sehingga dapat
memperlancar atau memperbesar kegiatan produksi atau memperbesar omset penjualan.
Selanjutnya secara lebih rinci pinjaman produktif dibedakan menjadi 2 yaitu:
1) Pinjaman Produksi
Pinjaman produksi adalah pinjaman untuk membiayai kegiatan usaha pembuatan
barang atau produksi barang pertanian, perikanan, peternakan dan lain sebagainya
2) Pinjaman Komersial
Pinjaman komersial adalah pinjaman untuk membiayai usaha perdagangan
3) Jenis Pinjaman dan Pengembangannya
Beragamnya jenis kegiatan usaha mengakibatkan beragam pula kebutuhan akan jenis
pinjamannya. Dalam praktiknya, pinjaman yang ada dimasyarakat terdiri dari beberapa
jenis, begitu pula dengan pemberian fasilitas pinjaman koperasi simpan pinjam kepada
masyarakat.Pembagian jenis ini dimaksudkan untuk mencapai tujuan atau sasaran tertentu
mengingat setiap jenis usaha memiliki berbagai karakteristik tertentu.
Secara umum jenis-jenis pinjaman yang disalurkan oleh koperasi simpan pinjam dan
dilihat dari berbagai segi adalah sebagai berikut :
a. Dilihat dari Segi Kegunaan
Dilihat dari segi kegunaan maksudnya adalah untuk melihat penggunaan uang tersebut
apakah untuk digunakan dalam kegiatan utama atau hanya kegiatan tambahan. Dari segi
ini ada dua jenis pinjaman :
1) Pinjaman Investasi
Pinjaman investasi yaitu pinjaman yang biasa digunakanuntuk keperluan
perluasanusaha atau membangun proyek atau pabrik dimana masa pemakaiannya
untuk suatu periode yang relatif lebih lama dan biasanya pinjaman ini digunakan untuk
kegiatan utama suatu perusahaan.
2) Pinjaman Modal Kerja
Pinjaman Modal Kerja merupakan pinjaman yang digunakan untuk keperluan
meningkatkan produksi dalam operasionalnya. Contoh, pinjaman modal kerja
diberikan untuk membeli bahan baku, membayar gaji pegawai atau biaya-biaya lainnya
yang berkaitan dengan proses produksi perusahaan. Pinjaman modal kerja, merupakan
pinjaman yang dicairkan untuk mendukung kredit investasi yang sudah ada.
b. Dilihat dari Segi Tujuan Peminjaman
Pinjaman jenis ini dimaksudkan apakah bertujuan untuk diusahakan kembali atau dipakai
untuk keperluan pribadi. Jenis pinjaman ini adalah :
1) Pinjaman Produktif
Pinjaman Produktif merupakan pinjaman yang digunakan untuk peningkatan usaha atau
produksi atau investasi.Pinjaman ini diberikan untuk menghasilkan barang atau
jasa.Artinya, pinjaman ini digunakan untuk diusahakan sehingga menghasilkan sesuatu
baikberupa barang ataupun jasa.
2) Pinjaman Konsumtif
314
DOI: https://doi.org/10.1234/jasm.v1i2.42 http://journals.segce.com/index.php/JSAM/article/view/42
Pinjaman konsumtif merupakan pinjaman yang digunakan untuk dikonsumsi ataupun
dipakai sevara pribadi.Dalam pinjaman ini tidak ada pertambahan barang dan jasa yang
dihasilkan karena memang untuk digunakan atau dipakai oleh seseorang atau badan
usaha.
c. Dilihat dari Segi Jaminan
Dilihat dari segi jaminan maksudnya adalah setiap pemberian suatu fasilitas kredit harus
dilindungi dengan suatu barang atau surat-surat berharga minimal senilai pinjaman yang
diberikan. Jenis pinjaman dilihat dari segi jaminan ini adalah sebagai berikut :
1) Pinjaman dengan Jaminan
Pinjaman ini merupakan pinjaman yang diberikan dengan suatu jaminan
tertentu.Jaminan tersebut dapat berbentuk barang berwujud atau tidak berwujud.
Artinya, setiap pinjaman yang dikeluarkan akan dilindungi senilai jaminan yang
diberikan si calon peminjam.
2) Pinjaman tanpa Jaminan
Pinjaman ini merupakan pinjaman yang diberikan tanpa jaminan barang atau orang
tertentu.Pinjaman jenis ini dengan melihat prospek usaha, karakter, serta loyalitas si
calon peminjam selama berhubungan dengan koperasi simpan pinjam yang
bersangkutan.
d. Dilihat dari Segi Sektor Usaha
Setiap sektor usaha memiliki karakteristik yang berbeda-beda.Oleh karena itu pemberian
fasilitas pinjamanpun berbeda pula. Jenis pinjaman jika dilihat dari sektor usaha sebagai
berikut :
1) Pinjaman Pertanian
Pinjaman ini merupakan pinjaman yang dibiayai untuk sektor perkebunan atau pertanian
rakyat.Sektor usaha pertanian dapat berupa jangka pendek atau jangka panjang.
2) Pinjaman Peternakan
Dalam hal ini pinjaman diberikan untuk jangka waktu yang relatif pendek misalnya
peternakan ayam dan untuk pinjaman jangka panjang seperti kambing atau sapi.
3) Pinjaman Industri
Pinjaman industri yaitu pinjaman untuk membiayai industri pengolahan baik untuk
industri kecil, menengah atau besar.
4) Pinjaman Pertambangan
Pinjaman pertambangan yaitu jenis pinjaman untuk usaha tambang yang dibiayainya,
biasanya dalam jangka panjang.Seperti tambang emas, minyak atau timah.
5) Pinjaman Pendidikan
Pinjaman pendidikan merupakan pinjaman yang diberikan untuk membangun sarana
dan prasarana pendidikan atau dapat pula berupa kredit untuk para mahasiswa yang
sedang belajar.
6) Pinjaman Profesi
Pinjaman profesi diberikan kepada kalangan profesional seperti, dosen, dokter atau
pengacara.
7) Pinjaman Perumahan
Pinjaman Perumahan yaitu kredit untuk membiayai pembangunan atau pembelian
perumahan.
8) Sektor-sektor usaha lainnya.
2.7.2 Hubungan antara Jumlah Simpanan dengan Sisa Hasil Usaha (SHU)
Simpanan adalah penyisihan sebagian dari pendapatan secara sadar dan terencana.
Jadi, dari Jumlah Simpanan tersebut digunakan oleh koperasi sebagai modal usaha.Modal
Usaha merupakan sumber pembiayaan untuk kegiatan-kegiatan yang dijalankan oleh koperasi
seperti mengeluarkan kredit. Semakin banyak simpanan maka Modal Koperasi semakin
bertambah sehingga kegiatan operasional koperasi sepertikegiatan simpan pinjam akan
berjalan dengan baik dan nantinya akan meningkatkan SHU (Nurmawati,2015)
2.7.3 Hubungan antara Jumlah Pinjaman dengan Sisa Hasil Usaha (SHU)
Pinjaman adalah penyediaan sejumlah dana atau tagihan yang berdasarkan persetujuan
atau kesepakatan pinjammeminjam antara koperasi simpan pinjam dengan pihak lain yang
mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu disertai
dengan jumlah bunga yang telah disepakati. Pinjaman merupakan salah satu produk utama
koperasi yang juga di konsumsi anggota koperasi sendiri.Dimana penghasilan utama koperasi
berasal dari bunga pinjaman.Banyaknya jumlah pinjaman sangat menentukan berapa SHU
yang didapatkan.Sehingga, semakin tinggi jumlah pinjaman maka semakin banyak SHU yang
didapatkan oleh Koperasi. (Ayuk, 2012).
2.7.4 Hubungan antara Modal kerja dengan Sisa Hasil Usaha (SHU)
Dalam perusahaan, aktivitas koperasi tidak terlepas dari efektifitas modal kerja.Modal
kerja adalah aktiva lancar yang digunakan dalam kegiatan operasional dan selalu berputar
dalam periode tertentu. Periode perputaran modal kerja dimulai dari saat dimana kas
diinvestasikan dalam komponen-komponen modal kerja sampai saat dimana kembali lagi
menjadi kas, sedangkan elemen modal kerja adalah semua aktiva lancar atau seluruh aktiva
yang diharapkan dapat kembali menjadi bentuk asalnya dalam satu tahun atau siklus kegiatan
normal usaha (Iswari,2016). Hal ini berarti bahwa yang perlu diperhatikan dalam modal kerja
ialah kas, piutang, dan persediaan. Semakin tinggi tingkat perputaran modal kerja, maka
semakin cepat waktu pengembalian atas modal yang telah di investasikan (Sari ,2010)
3.2 Hipotesis
3.2.1 Pengaruh Jumlah Anggota terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU)
Setiap koperasi didirikan dengan tujuan untuk dapat terus menambah jumlah
anggotanya, dengan cara memberikan kesempatan kepada masyarakat yang mendukung cita-
cita koperasi untuk mendaftar sebagai anggota.Selain mendukung cita-cita sebuah koperasi,
para calon anggota tentu harus dapat memenuhi syarat-syarat keanggotaan koperasi
sebagaimana ditetapkan dalam anggaran dasar dan anggaran rumah tangga koperasi yang
bersangkutan (Iswari, 2016).
Bertambahnya jumlah anggota akan membuat perkembangan koperasi menjadi lebih
besar karena simpanan para anggota koperasi merupakan salah satu komponen yang turut
serta menentukan besar kecilnya perkembangan koperasi. Bertambahnya para anggota yang
memanfaatkan haknya untuk mendapatkan pinjaman baik berupa uang ataupun barang secara
tidak langsung dapat meningkatkan SHU, karena SHU diperoleh oleh anggota dan untuk
anggota, maka apabila jumlah pinjaman anggota mengalami kenaikan maka akan
mengakibatkan kenaikan SHU(Anggara, 2010).
Ayuk(2012), Anggara(2010), Nurmawati(2015), Septiyani(2015). Iswari(2016)dan
Wiyono(2016)menyatakan bahwa jumlah anggota berpengaruh positif terhadap SHU.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa jumlah anggota berpengaruh positif terhadap SHU.
Berdasarkan uraian diatas maka hipotesis yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah :
H1 : Jumlah anggota berpengaruh positif terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU) Koperasi Simpan
Pinjam (KSP) Di Kodya Denpasar Tahun 2013-2017.
320
DOI: https://doi.org/10.1234/jasm.v1i2.42 http://journals.segce.com/index.php/JSAM/article/view/42
3.2.2 Pengaruh Jumlah Simpanan terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU)
Jumlah simpanan adalah jumlah uang yang disetorkan anggota kepada koperasi.Jumlah
simpanan tersebut merupakan komponen penting dalam usaha koperasi.Salah satu
pembentukan modal pada koperasi adalah melalui simpanan, baik simpanan pokok, maupun
simpanan wajib, dana cadangan, hibah, serta modal penyertaan (Nurmawati, 2015). Sebagai
pemilik, anggota dapat berpatisipasi menginvestasikan dananya, partisipasi anggota dalam
menginvetasikan dana tersebut disampaikan dalam bidang keuangan yang dinyatakan dengan
pemenuhan kewajiban pembayaran simpanan. (Yolamalinda, 2013)
Simpanan dalam koperasi digunakan sebagai modal sendiri dan modal pinjaman dari
anggota sehingga koperasi mempunyai kewajiban untuk membayarkan jasa berupa bunga
simpanan (UU No 25 tahun 1995). Besarnya jumlah simpanan dalam koperasi merupakan
sumber pembiayaan untuk kegiatan-kegiatan yang dijalankan oleh koperasi seperti
mengeluarkan kredit. Semakin banyak simpanan atau modal sendiri dan terpenuhinya kegiatan
operasional koperasi dari modal kerja maka kegiatan koperasi yaitu simpan dan kegiatan
pinjam akan berjalan dengan baik sehingga akan meningkatkan SHU (Nurmawati,2015)
Ayuk(2012), Nurmawati (2015), Anggara (2010), dan Yolamalinda (2013),
Iswari(2016) menyatakan bahwa jumlah simpanan berpengaruh positif terhadap SHU.
Berdasarkan uraian diatas maka hipotesis yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah :
H2 : Jumlah Simpanan berpengaruh positif terhadap SisaHasil Usaha (SHU) Koperasi Simpan
Pinjam (KSP) Di Kodya Denpasar Tahun 2013-2017.
Berdasarkan kriteria yang telah ditentukan, maka jumlah sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah 15 koperasi simpan pinjam (KSP) dengan periode pengamatan masing-masing
koperasi selama 5 tahun sehingga pada penelitian ini terdapat 75 poin observasi. Berikut ini data
koperasi simpan pinjam (KSP) di Kodya Denpasar yang di jadikan sampel disajikan dalam Tabel 4.2
berikut ini :
Tabel 4.2
Sampel Koperasi Simpan Pinjam di Kodya Denpasar
1 KSP. Mitra Abadi 9 KSP. Gemilang Dana Jaya
2 KSP. Seni Artha 10 KSP. Bangkung Sari
3 KSP. Sari Mukti Sedana 11 KSP. Mikro Sedana
4 KSP. Tri Dana Artha 12 KSP. Primadana Nusantara
5 KSP. Asti Para Artha 13 KSP. Sari Majapahit
6 KSP. Maja Langu 14 KSP. Tridana Mandiri
7 KSP. Coblong pamor 15 KSP. Merta Suci
8 KSP. Dana Anugerah Mandiri
Sumber : Dinas Koperasi dan UKM Kota Denpasar,data diolah (2018)
324
DOI: https://doi.org/10.1234/jasm.v1i2.42 http://journals.segce.com/index.php/JSAM/article/view/42
1) Metode dokumentasi adalah metode yang dilakukan dengan mengumpulkan sumber-
sumber data dokumenter seperti laporan anggota tahunan (RAT) yang menjadi sampel
penelitian.
2) Wawancara adalah metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengadakan
Tanya jawab langsung keoada responden dimana jawaban responden ditulis dan dicatat
oleh si peneliti (Sugiyono, 2013:194). Metode pengumpulan data ini dilakukan dengan
cara mengajukan pertanyaan langsung kepada bagian-bagian terkait dan pegawai pada
Dewan Koperasi Indonesia Daerah Kota Denpasar (DEKOPINDA).
2. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinearitas digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi terdapat
korelasi antara variabel bebas (independen). Dalam model regresi yang baik seharusnya
tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Multikolinearitas dapat diketahui
dengan beberapa cara salah satunya dengan melihat nilai tolerance dan variance inflation
factor (VIF) yang dihasilkan oleh variabel-variabel independen (Ghozali,2016:103). Jika
nilai tolerance > 0,10 dan VIF < 10, maka dapat diartikan bahwa tidak terdapat
multikolinearitas pada penelitian tersebut. Dan sebaliknya jika tolerance < 0,10 dan VIF >
10, maka terjadi gangguan multikolinieritas pada penelitian tersebut.
Menurut Ghozali (2016:104), untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinearitas atau
korelasi yang tinggi antar variabel independen dapat dilakukan dengan beberapa cara
sebagai berikut:
1) Nilai R2 tinggi, tetapi hanya sedikit nilai t ratio yang signifikan
2) Melihat matrik korelasi antar variabel independen. Jika antar variabel independen ada
korelasi yang tinggi (misal 0,08), maka hal ini merupakan indikasi adanya
multikolinearitas. Tidak adanya korelasi yang tinggi antar variabel independen tidak
berarti bebas dari multikolinearitas. Multikolinearitas dapat disebabkan karena ada
efek kombinasi dua atau lebih variabel independen.
3) Multikolinearitas dapat juga dilihat dari a) nilai tolerance dan lawannya, b) Variance
inflation factor(VIF). Keduaukuran ini menunjukkan setiap variabel
independenmanakah yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya.Dalam
pengertian sederhana setiap variabel independen dandiregres terhadap variabel
independen lainnya. Tolerance mengukur variabilitas independen yang terpilih yang
tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Jadi nilaitolerance yang rendah
sama dengan nilai VIF tinggi (karenaVIF = 1/Tolerance). Nilai cut off yang umum
325
DOI: https://doi.org/10.1234/jasm.v1i2.42 http://journals.segce.com/index.php/JSAM/article/view/42
dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinearitas adalah nilai tolerance < 0,10
atau sama dengan VIF > 10.
Pada penelitian ini untuk menguji ada atau tidaknya multikolinearitas adalah dengan
cara melihat nilai tolerance dan lawannya, serta nilai Variance inflation factor (VIF).
Untuk mengambil keputusannya digunakan criteria sebagai berikut:
1) Jika VIF > 10 atau tolerance < 0,10, maka ada multikolinearitas dalam model
regresi.
2) Jika VIF < 10 atau jika tolerance > 0,10, maka tidak ada multikolinearitas antar
variabel independen dalam model regresi. (Ghozali,2016:104)
3. Uji Autokorelasi
Menurut Ghozali(2016:107), uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan
pengganggu pada periode t-1(sebelumnya). Model regresi yang baik bebas dari
autokorelasi. Uji autokorelasi dalam penelitian ini memakai uji Durbin-Watson (DWtest).
a. Bila du< dw< (4 – du), maka tidak terjadi autokorelasi
b. Bila 0 < dw< d1, maka terjadi autokorelasi positif
c. Bila dw>( 4 – dt), maka terjadi autokorelasi negative
d. Bila d1<dw< du atau (4-du) < (4-dt), maka tidak dapat ditarik kesimpulan mengenai
ada atau tidaknya autokorelasi.
4. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika
variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka dapat disebut
homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedasitas. Model regresi yang baik
adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedasitas (Ghozali,2016:134).Ada
beberapa metode pengujian yang bisa digunakan diantaranya yaitu uji Glejser dilakukan
dengan cara meregresikan antara variabel independen dengan nilai absolut residualnya.
Jika nilai signifikansi antara variabel independen dengan absolut residual lebih dari 0,05
maka tidak terjadi masalah heteroskedastisitas.
327
DOI: https://doi.org/10.1234/jasm.v1i2.42 http://journals.segce.com/index.php/JSAM/article/view/42
3) Turut membantu pembangunan ekonomi dan menunjang pelaksanaan kegiatan usaha
secara aktif dengan mengajak mitra usaha lainnya baik BUMN, swasta, perbankan
maupun gerakan koperasi lainnya.
4) Sebagai penyeimbang sistem perekonomian Indonesia dalam bentuk organisasi
masyarakat
5) Memberikan kredit berbunga rendah kepada para pedagang kecil
RAPAT
ANGGOTA
PENGURUS
PENGAWAS
1) KETUA
2) WAKIL KETUA 1) KETUA
3) SEKRETARIS 2) ANGGOTA
4) BENDAHARA
5) BENDAHARAII
PENGELOLA
MANAJER
KARYAWAN
ANGGOTA
1) Deskripsi Bagian
Adapun tugas dan tanggung jawab dan wewenang dari tiap-tiap bagian yang tampak
pada struktur organisasi dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Pengurus
Secara umum tugas, wewenang dan tanggung jawab pengurus koperasi adalah sebagai berikut
:
a. Menyelenggarakan rapat anggota
b. Menyelenggarakan pembinaan organisasi dan idiil
c. Mewakili koperasi didalam dan diluar pengadilan
d. Mengelola koperasi dan usahanya
e. Menentukan kebijakan koperasi sesuai dengan keputusan rapat anggota
f. Memutuskan penerimaan dan penolakan anggota baru serta pemberhentian anggota sesuai
dengan ketentuan dalam anggaran dasar.
2. Pengawas
328
DOI: https://doi.org/10.1234/jasm.v1i2.42 http://journals.segce.com/index.php/JSAM/article/view/42
Adanya tugas,wewenang dan tanggung jawab pengawas dalam suatu organisasi koperasi
adalah sebagai berikut:
a. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan dan pengelolaan koperasi baik
yang menyangkut aspek organisasi idiil maupun aspek usaha.
b. Meneliti catatan yang ada pada koperasi
c. Membuat laporan tertulis tentang hasil pengawasan
3. Ketua Koperasi
Ketua koperasi memiliki tugas, wewenang, dan tanggung jawab baik dalam keadaan maupun
luar organisasi, dengan uraian sebagai berikut:
a. Memimpin koperasi dalam mengkoordinasi kegiatan seluruh anggota koperasi
b. Mewakili koperasi didalam dan diluar pengadilan
c. Menentukkan kebijaksanaan dan mengambil keputusan
d. Menentukkan surat-surat dan perjanjian bersama sekretaris dan bendahara
e. Ketua bertanggung jawab kepada rapat anggota
4. Sekretaris
Tugas utama, wewenang dan tanggung jawab sekretaris dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Bertanggung jawab pada kegiatan administrasi dan perkantoran
b. Mengusahakan kelengkapan organisasi
c. Menyusun rancangan program kerja organisasi dan idiil
d. Mengambil keputusan dibidang sekretaris
e. Sekretaris bertanggung jawab kepada rapat pengurus melalui wakil ketua
5. Bendahara
Pada dasarnya tugas pokok, wewenang dan tanggung jawab bendahara antara lain :
a. Bertanggung jawab masalah keuangan koperasi
b. Mengatur jalan pembukuan koperasi
c. Menyusun anggaran setiap bulan
d. Mengambil keputusan dibidang pengelolaan keuangan dan usaha
6. Manager
Manager dipilih dan diangkat oleh pengurus untuk melakukan tugas, wewenang dan tanggung
jawab pengelolaan operasional koperasi antara lain:
a. Melaksanakan kebijakan operasional yang telah ditetapkan pengurus
b. Memimpin dan mengkoordinir pelaksanaan kegiatan usaha dan organisasi koperasi
c. Mengembangkan dan mengelola usaha untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien
7. Anggota
Anggota merupakan bagian terpenting dalam koperasi, karena tanpa adanya anggota koperasi
akan berjalan, anggota juga berfungsi sebagai pemilik dan pengguna koperasi.
329
DOI: https://doi.org/10.1234/jasm.v1i2.42 http://journals.segce.com/index.php/JSAM/article/view/42
Table 5.1
Hasil Uji Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std.Deviation
JA 75 15,00 2805,00 1,9353 396,39808
JS 75 4,50 1,90 3,2027 4,67235
JP 75 1,16 1,89 4,1804 4,63194
JMK 75 1,02 4,49 8,5317 9,30507
SHU 75 2,86 6,01 1,1944 1,27667
Valid N (listwise) 75
Dari Tabel 5.1 dapat diketahui bahwa jumlah responden (N) dalam penelitian ini
adalah 75. Pembahasan mengenai nilai rata-rata, standar deviasi, minimum dan maksimum
dari masing-masing variabel penelitian akan dijelaskan sebagai berikut:
1) Jumlah Anggota (X1)
Dari hasil uji statistik deskriptif dapat disimpulkanberdasarkan total skor data, rata-rata
koperasi simpan pinjam memiliki jumlah anggota sebesar 1,93dengan standar deviasi
yaitu sebesar 396,39. Total skor
terkecil (minimum) sebesar 15,00 sedangkan untuk total skor terbesar (maksimum) adalah
sebesar 2805,00.
2) Jumlah Simpanan (X2)
Dari hasil uji statistik deskriptif dapat disimpulkanberdasarkan total skor data, rata-rata
koperasi simpan pinjam memiliki jumlah simpanan sebesar 3,20 dengan standar deviasi
yaitu sebesar4,67. Total skorterkecil (minimum) sebesar 4,50 sedangkan untuk total skor
terbesar (maksimum) adalah sebesar 1,90.
3) Jumlah Pinjaman (X3)
Dari hasil uji statistik deskriptif dapat disimpulkanberdasarkan total skor data, rata-rata
koperasi simpan pinjam memiliki jumlah pinjaman sebesar 4,18 dengan standar deviasi
yaitu sebesar4,63. Total skor terkecil (minimum) sebesar 1,16 sedangkan untuk total skor
terbesar (maksimum) adalah sebesar 1,89.
4) Jumlah Modal Kerja (X4)
Dari hasil uji statistik deskriptif dapat disimpulkanberdasarkan total skor data, rata-rata
koperasi simpan pinjam memiliki jumlah modal kerja sebesar 8,53 dengan standar deviasi
yaitu sebesar 9,30. Total skor terkecil (minimum) sebesar 1,02 sedangkan untuk total skor
terbesar (maksimum) adalah sebesar 4,49.
5) Sisa Hasil Usaha (Y)
Dari hasil uji statistik deskriptif dapat disimpulkanberdasarkan total skor data, rata-rata
koperasi simpan pinjam memiliki sisa hasil usaha (SHU) sebesar 1,19 dengan standar
deviasi yaitu sebesar 1,27. Total skor terkecil (minimum) sebesar 2,86 sedangkan untuk
total skor terbesar (maksimum) adalah sebesar 6,01.
330
DOI: https://doi.org/10.1234/jasm.v1i2.42 http://journals.segce.com/index.php/JSAM/article/view/42
1. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel
pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Uji normalitas yang digunakan
adalah Uji Kolmogrov-Smirnov, dimana data dikatakan bersifat normal apabila
probablilitas signifikan >0,05. Hasil uji normalitas dapat dilihat pada Tabel 5.2
Tabel 5.2
Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandarized
Residual
N 75
Normal Parametersa,b Mean ,0000000
Std. Deviation 5,75380530
Most Extreme Absolute ,128
Differences Positive ,113
Negative -,128
Kolmogorov-Smirnov Z 1,109
Asymp. Sig. (2-tailed) ,171
Sumber : Lampiran 3, data diolah (2018).
Berdasarkan tabel 5.3 dapat diketahui bahwa hasil nilai tolerance semua variabel
independen lebih besar dari 0,10 yaitu Jumlah Anggota (X1) sebesar 0,970, Jumlah
Simpanan (X2) sebesar 0,173, Jumlah Pinjaman (X3) sebesar 0,143 danJumlah Modal Kerja
(X4) sebesar 0,558. Nilai VIF semua variabel independen lebih kecil dari 10 yaitu Jumlah
Anggota (X1) sebesar 1,031, Jumlah Simpanan (X2) sebesar 5,776, Jumlah Pinjaman (X3)
sebesar 7,012 dan Jumlah Modal Kerja (X4) sebesar 1,791. Jadi dapat disimpulkan bahwa
tidak terjadi multikolinieritas antar variabel bebas dalam model regresi ini.
3. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi dilakukan dengan menggunakan uji Durbin-Watson (DW). Apabila nilai uji
Durbin-Watson (DW) berada pada kisaran du< dw < (4-du), maka tidak terjadi autokorelasi.
Hasil uji autokorelasi dapat dilihat pada Tabel 5.4 berikut :
331
DOI: https://doi.org/10.1234/jasm.v1i2.42 http://journals.segce.com/index.php/JSAM/article/view/42
Tabel 5.4
Hasil Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Adjusted R Std. Error of Durbin-
Model R R Square Square the Estimate Watson
a
1 ,893 ,797 ,785 5,91592 1,870
Sumber : Lampiran 6, data diolah (2018).
Berdasarkan Tabel 5.4 menunjukkan bahwa hasil uji Durbin-Watson (DW) sebesar
1,870. Nilai DW sebesar 1,870akan dibandingkan dengan nilai tabel dengan taraf signifikan
5%, jumlah sampel 75 (n) dan jumlah variabel bebas 4 (k=4) sehingga diperoleh du =
1,7390Karena nilai DW hitung terletak diantara batas atas (d u) dan batas bawah (4-du) atau
du < dw <4-du yaitu 1,7390<1,870<2,261.Jadi dapat disimpulkan tidak terjadi autokorelasi.
4. Uji Heteroskedastisitas
Uji heterokedastisitas dalam penelitian ini menggunakan uji Glejser. Uji Glejser dilakukan
dengan cara meregresikan nilai absolut residual variabel bebas dengan tingkat signifikansi
0,05. Jika nilai signifikansinya diatas 0,05 maka tidak terjadi heterokedastisitas. Hasil uji
heterokedastisitas dapat dilihat pada Tabel 5.5 berikut:
Tabel 5.5
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Coefficientsa
Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 1,407 5,209 2,700 ,009
JA 10026,590 8989,314 ,102 1,115 ,268
JS ,003 ,002 ,411 1,895 ,062
JP ,001 ,002 ,137 ,574 ,568
JMK ,006 ,005 ,142 1,178 ,243
Arti dari persamaan regresi linier berganda dapat dijelaskan sebagai berikut:
α = Konstanta sebesar 9,488, ini berarti apabila jumlah anggota (X1), jumlah simpanan (X2),
jumlah pinjaman (X3), jumlah modal (X4), sama dengan nol (konstan), maka sisa hasil
usaha (Y) sama dengan 9,488.
β1 = Nilai 14905,853ini berarti apabila jumlah anggota (X1) meningkat 1 satuan, maka sisa
hasil usaha (Y) akan meningkat sebesar 14905,853satuan dengan asumsi variabel lain
konstan.
β2 = Nilai -0,002ini berarti apabila jumlah simpanan (X2) meningkat 1 satuan, maka sisa hasil
usaha (Y) akan menurun sebesar -0,002 satuan dengan asumsi variabel lain konstan.
β3 = Nilai 0,024 ini berarti apabila jumlah pinjaman (X3) meningkat 1 satuan, maka sisa hasil
usaha (Y) akan meningkat sebesar 0,024satuan dengan asumsi variabel lain konstan.
β4 = Nilai 0,015ini berarti apabila jumlah modalkerja (X4) meningkat 1 satuan, maka sisa
hasil usaha (Y) akan meningkat sebesar 0,015 satuan dengan asumsi variabel lain
konstan.
Berdasarkan Tabel 5.7 diatas, dapat diketahui nilai Adjused R Square sebesar
0,785 yang berarti bahwa 78,5% variabelSisa Hasil Usaha mampu dijelaskan oleh
variabel Jumlah Anggota, Jumlah Simpanan, Jumlah Pinjaman dan Jumlah Modal Kerja,
sedangkan sisanya 21,5% dijelaskan oleh faktor-faktor lain diluar model.
333
DOI: https://doi.org/10.1234/jasm.v1i2.42 http://journals.segce.com/index.php/JSAM/article/view/42
Tabel 5.8
Hasil Uji Statistik F
ANOVAb
Sum of
Model Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 9,611 4 2,403 68,657 ,000a
Residual 2,450 70 3,500
Total 1,206 74
Sumber: Lampiran 8, data diolah (2018).
Tabel 5.9
Hasil Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji t)
Standardiz
Unstandardized ed
Model Coefficients Coefficien t Sig.
ts
B Std. Error Beta
1 (Constant) 9,488 1,021 ,929 ,356
JA 14905,853 17614,949 ,046 ,846 ,400
JS -,002 ,004 -,073 -,561 ,576
JP ,024 ,004 ,876 6,143 ,000
JMK ,015 ,010 ,107 1,477 ,144
334
DOI: https://doi.org/10.1234/jasm.v1i2.42 http://journals.segce.com/index.php/JSAM/article/view/42
3) Jumlah Pinjaman berpengaruh positif terhadap Sisa Hasil Usaha(SHU), dengan koefisien
regresi sebesar 0,024 dan tingkat signifikansi sebesar 0.000 lebih kecil dari 0,05 maka hipotesis
diterima.
4) Jumlah modal kerja tidak berpengaruh positif terhadap Sisa hasil Usaha (SHU), dengan
koefisien regresi sebesar 0,015 dan tingkat signifikansi sebesar 0,144 lebih besar dari 0,05 maka
hipotesis ditolak.
DAFTAR PUSTAKA
1. Andriani, Fitri. 2016. Pengaruh Modal Sendiri dan Asset Terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU)
Pada Koperasi Pegawai Pemerintah Kota Bandung (KPKB) Periode 2008-2015.Skripsi.
Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Komputer Indonesia
Bandung.
2. Anoraga, Pandji dan Ninik Widiyanti.2007. Dinamika Koperasi. Rineka Cipta; Jakarta.
3. Anggara, Ferrix Sandhy. 2010. Pengaruh Jumlah Anggota, Jumlah Simpanan, Serta Pinjaman
Terhadap Besar Kecilnya Perolehan Sisa Hasil Usaha Pada Koperasi Karyawan “SARI
MANIS” PT.PG. Candi Baru-Sidoarjo. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran”: Jawa Timur.
4. Astari, Ayu. 2015. Pengaruh Jumlah Anggota, Jumlah Simpanan, dan Pinjaman Anggota
Terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU) Pada Koperasi Karyawan Timah Mitra Mandiri Pangkal
pinang Periode 2009-2013. Skripsi. Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas
Bangka Belitung.
5. Ayuk, Ni Made Taman. 2012. Pengaruh Anggota, Jumlah Simpanan, Jumlah Pinjaman,
Jumlah Modal Kerja Terhadap Sisa Hasil Usaha (SHU) Koperasi Simpan Pinjam (KSP) di
Kabupaten Badung Provinsi Bali Tahun 2007-2011. Jurnal. Fakultas Ekonomi Universitas
Udayana: Bali.
6. Buana, Toto Cakra. 2014. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sisa Hasil Usaha
Koperasi Kecamatan Ratu Agung (Koperasi Relakontan) Kota Bengkulu. Skripsi. Fakultas
Ekonomi Dan Bisnis Universitas Bengkulu.
7. Burhanuddin. 2010. Prosedur Mudah Mendirikan Koperasi, Cetakan Pertama. Pustaka
Yustisia: Yogyakarta.
8. Dewi, Santia Ni Wayan. 2017. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi SHU KSP di
Desa Sanur Tahun 2013-2016. Skripsi. Program Studi Pendidikan Ekonomi Fakultas Ekonomi
Universitas Mahasaraswati Denpasar
9. Dinas Koperasi, Usaha Kecil & Menengah (UKM) Kota Denpasar. 2018. Jumlah Koperasi di
Kodya Denpasar. Denpasar: Dinas Koperasi & Usaha Kecil dan Menengah Kota Denpasar.
10. Gitosudarmo,Indriyo dan Basri. 2002.Manajemen Keuangan, Edisi 3, Yogyakarta:PT. BPFE.
11. Hendar, dan Kusnadi. 2002. Ekonomi Koperasi.Raja Grafindo Persada : Jakarta.
12. Hendrajogi. 2000.Koperasi(Azas, Teori Dan Praktek). Jakarta: Raja Grafindo Persada.
13. Husin, Saddam. 2012. AnalisisFaktor Yang MempengaruhiSisaHasil Usaha (SHU) Koperasi
337
di Surya Harapan Unit S/P Sentra MaduLebah di
DesaBaganLaguhKecamatanBunutKabupatenPelalawan. Skripsi. Program
StudiEkonomidanIlmuSosialUniversitas Islam Negeri Sultan SyarifKasimPekanbaru.
14. IAI. 2004. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba Empat
15. Iramani, dan E. Kristijadi. 1997. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sisa Hasil Usaha Unit
Koperasi Desa di Jawa Timur. Jurnal Vebtura, Vol.1, No 2.
16. Iswari, Ratih Ida Ayu. 2016. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi SHU KSP di Kodya
Denpasar Tahun 2012-2015. Skripsi. Program Studi Pendidikan Ekonomi Fakultas Ekonomi
Universitas Mahasaraswati Denpasar
17. Kasmir. 2012. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
18. Muljono, djoko. 2012. Buku Pintar Strategi Bisnis Koperasi Simpan Pinjam. Yogyakarta:
ANDI OFFSET.
19. Nurfarhana, Anna. 2013. Pengaruh Modal Kerja Dengan Laba Usaha Koperasi Pada Koperasi
Serba Usaha Sejati Mulia Jakarta Tahun 2007-2012. Skripsi. Program Studi Pendidikan
Ekonomi Fakultas Ilmu Pendidikan dan Pengetahuan Sosial Universitas Indraprasta PGRI:
Jakarta.
20. Nurmawati, Yuni. 2015. Pengaruh Jumlah Anggota, Jumlah Simpanan, Jumlah Pinjaman Dan
Jumlah Modal Kerja Terhadap Sisa Hasil Usaha(SHU) Pada Koperasi Simpan Pinjam (KSP)
Yang Bernaung di bawah Dinas Koperasi Dan UMKM Kabupaten Kolon Progo Tahun 2011-
2014. Skripsi. Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta.
21. Pachta, Andjar W dkk. 2005. Hukum Koperasi Indonesia. Jakarta: KencanaPrenada Group.
22. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1995, tentang Pelaksanaan
Kegiatan Usaha Simpan Pinjam Oleh Koperasi.
23. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 27 Tahun 1998, tentang Akuntansi
Perkoperasian.
24. Riyanto, Bambang. 2001.Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan.Yogyakarta:PT. BPFE.
25. Rudianto. 2010. Akuntansi Koperasi Edisi Kedua. Jakarta: Erlangga.
26. Sari, Susanti. 2010. Pengaruh Modal Sendiri, Modal Luar, dan Volume Usaha PadaSisaHasil
Usaha Koperasi di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. E-
jurnalBismaUniversitasPendidikanGanesha.
27. Sartika Partomo, Tiktik, dkk. 2002. Ekonomi Skala Kecil/Menengah dan Koperasi. Jakarta :
Ghalia Indonesia.
28. Satriawati, Eka Laras. 2013. Pengaruh Simpanan Koperasi terhadap SHU Koperasi Wanita
Sekar Kartini Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember Tahun 2009-2011.Skripsi. Program
Sudi Pendidikan Ekonomi Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Jember.
29. Sawir, Agnes. 2005. Pengertian Modal Kerja. Jakarta :PT. Gramedia PustakaUtama.
30. Septiani, Ika. 2015. Pengaruh Jumlah Modal , Jumlah Anggota, Dan Jumlah Pinjaman
Anggota Terhadap Perolehan Sisa Hasil Usaha Koperasi Pedagang Bhakti Pati. Skripsi.
Program Studi Pendidikan Ekonomi Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas
Sanata Dharma: Yogyakarta.
31. Setiyono, Aji. 2009. Pengaruh Modal Sendiri, Modal Asing, dan Volume Usaha
TerhadapSisaHasil Usaha padaKoperasi Unit DesaKabupatenKebumen. Skripsi. Program
StudiEkonomiUniversitasNegeri Semarang.
32. Sitio Arifin, Halomoan Tamba. 2001. Koperasi Teori dan Praktik.Jakarta :Erlangga.
33. Sudarsono dan Edilus.2005. Koperasi Dalam Teori dan Praktek.Jakarta: PT Rineka Cipta.
34. Sudjana. 2002. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.
35. Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.
338
36. Sulistiowati, Lilis. 2012. Pengaruh Jumlah Anggota Dan Jumlah Simpanan terhadap
Perolehan Sisa hasil Usaha Pada Koperasi Mina Putra Bahari Di Kabupaten Ende. Skripsi.
Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”: Jawa Timur.
37. Suryaningrum, Lubuk Novi. 2007. Pengaruh Modal SendiriTerhadapPerolehanSisaHasil
Usaha (SHU) pada KPRI di Kota Semarang. Skripsi. Program
StudiAkuntansiUniversitasNegeri Semarang.
38. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2012, tentang Perkoperasian.
339