http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/eeaj
301
Wahyu Setyorini / Journal of Economic Education5 (1) (2016)
Peningkatan jumlah Koperasi tersebut masih belum berjalan sesuai dengan yang dicita-
nyatanya belum mampu menunjukkan kekuatan citakan.
potensi Koperasi di Indonesia.Namun, Koperasi Koperasi merupakan badan usaha yang
masih mempunyai tantangan tersendiri baik dari cocok untuk meningkatkan kesejahteraan
sektor eksternal maupun internal.Eksistensi masyarakat, seperti yang dijelaskan dalam UU
Koperasi sebagai suatu institusi ekonomi yang No.25 tahun 1992, “Koperasi adalah badan
diharapkan dapat berperan sebagai mesin usaha yang beranggotakan orang-seorang atau
penggerak kegiatan ekonomi nasional sekaligus badan hukum Koperasi, dengan melandaskan
sebagai soko guru perekonomian Indonesia kegiatannya berdasarkan prinsip Koperasi
sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat, yang
302
Wahyu Setyorini / Journal of Economic Education5 (1) (2016)
berdasar atas asas kekeluargaan”. Penjelasan dikelola secara profesional sesuai prinsip kehati-
dari definisi Koperasi tersebut selaras dengan hatian dan kesehatan Koperasi sehingga dapat
Undang-Undang Dasar 1945 pasal 33 ayat 1 meningkatkan kepercayaan dan memberikan
yang berbunyi, “Perekonomian Indonesia manfaat yang sebesar-besarnya kepada anggota
disusun sebagai usaha bersama berdasar atas dan masyarakat di sekitarnya.
asas kekeluargaan”, kesesuaian antara pasal 33 Penilaian kesehatan Koperasi tidak
UUD 1945 dengan UU No.25/1992 inilah yang terlepas dari perhatian Dinas Perindustrian
menjadi landasan mengapa Koperasi dirasa Koperasi dan UMKM Kudus.Pertumbuhan
sesuai untuk membantu pembangunan ekonomi jumlah Koperasi di Kudus mengalami
masyarakat Indonesia. peningkatan secara terus menerus setiap
Koperasi perlu melakukan pengawasan tahunnya. Namun, bertambahnya jumlah
agar dapat mengevaluasi kinerjanya sehingga Koperasi tidak diiringi dengan peningkatan
pengurus Koperasi mampu memahami keadaan jumlah Koperasi yang ada dalam kategori
Koperasi dan berguna dalam pengambilan sehat.Hal tersebut dikarenakan berbagai kendala
keputusan agar Koperasi dapat terus bertahan. masih dialami oleh Koperasi-Koperasi yang ada
Berdasarkan Peraturan Menteri Negara di Kudus, seperti masalah Sumber Daya
Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Republik Manusia, akses pasar dan permodalan.Adapun
Indonesia Nomor 14/Per/M.KUKM/XII/2009 jumlah Koperasi yang ada di Kudus pada tahun
tentang Perubahan Atas Peraturaan Menteri 2014 sebanyak 516 unit Koperasi.Diantaranya
Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan terdapat 451 unit Koperasi yang termasuk dalam
Menengah Nomor 20/Per/M.KUKM/XI/2008 kategori Koperasi Simpan Pinjam (KSP) dan
tentang Pedoman Penilaian Kesehatan Koperasi Unit Simpan Pinjam (USP) Koperasi. Data
Simpan Pinjam dan Unit Simpan Pinjam penilaian kesehatan Koperasi di Kudus dapat
Koperasi memiliki tujuan agar Koperasi dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 2.Data Penilaian Kesehatan Koperasi di Kabupaten Kudus Tahun Buku 2014
KSP 10 29 2 0 2 43
USP 40 160 35 6 3 244
KJKS 2 4 0 0 0 6
UJKS 4 8 0 0 0 12
Dari keseluruhan 451 Koperasi Simpan kepada Dinas Perindustrian Koperasi dan
Pinjam (KSP) dan Unit Simpan Pinjam (USP), UMKM. Terlihat dalam tabel bahwa hanya 18%
hanya sebanyak 305 unit Koperasi saja yang saja dari keseluruhan Koperasi yang ada di
dinilai kesehatannya. Hal ini dikarenakan ada Kudus dalam kategori sehat dan sebanyak 82%
beberapa Koperasi yang tidak bisa Koperasi dibawah kategori sehat. Secara garis
dinilai.Koperasi yang tidak bisa dinilai besar, tidak sehatnya Koperasi di Kudus bisa
diantaranya adalah Koperasi yang sudah tidak mengindikasikan 3 hal, yakni organisasi yang
beroperasi, Koperasi yang beroperasi kurang tidak berjalan, usaha yang macet dan Rapar
dari satu tahun, Koperasi dengan asset kecil dan Aanggota Tahunan (RAT) yang belum
Koperasi yang tidak menyelesaikan administrasi memenuhi syarat. Ketidaksehatan Koperasi ini
303
Wahyu Setyorini / Journal of Economic Education5 (1) (2016)
kemudian memunculkan dampak buruk dengan dari segi permodalan Koperasi, modal tidak
terdapatnya 64 Koperasi di Kudus yang akan bisa berjalan jika tidak dikelola oleh
dinyatakan gulung tikar pada tahun Sumber Daya Manusia Koperasi yang
2014.Koperasi yang tidak sehat ini bukan berarti kompeten. Partisipasi juga dilakukan oleh
bubar, namun Koperasi yang tidak menjalankan manusia, dalam hal ini dilakukan oleh anggota
prosedur secara benar. Dari 64 Koperasi yang Koperasi yang menggunakan jasa atau
dinyatakan tidak berjalan beberapa diantaranya membeli produk yang dijual oleh Koperasi.
dikarenakan tidak mempunyai regenerasi Dari aspek manajemen mulai dari planning,
kepengurusan dan tingkat kompetensi Sumber operating, actuating sampai controlling
Daya Manusia (SDM) yang rendah. dilaksanakan oleh Sumber Daya Manusia
Sesuai paparan diatas, Sumber Daya yang mengarahkan proses manajerial untuk
Manusia Koperasi (SDMK) masih menjadi mencapai tujuan Koperasi. Purchasing dan
permasalahan yang dihadapi Koperasi di Kudus distributing keperluan Koperasi juga tidak lepas
sehingga akan mempengaruhi kemampuan dari peran Sumber Daya Manusia.
Koperasi dalam menjalankan usahanya, sesuai Suryani dkk.(2008:115) menjelaskan
dengan pendapat Trisnawani (2009:2) yang bahwa Koperasi merupakan badan usaha yang
menyebutkan SDM sebagai salah satu faktor bersifat gotong royong sehingga supaya
pendukung yang mempengaruhi kemampuan pengelolaannya berjalan dengan baik Koperasi
Koperasi dalam menjalankan usahanya. Faktor- perlu memperhatikan pengembangan sumber
faktor tersebut antara lain: (a) SDM (petugas daya manusianya.Berkembang tidaknya
pelaksana) terutama “Kewirausahaan”, (b) Koperasi sangat ditentukan oleh sumber daya
sarana dan prasana yang dimiliki, atau yang yang dimiliki.Maka dari itu, peranan sumber
perlu harus dimiliki, (c) permodalan (modal daya manusia dalam Koperasi baik sebagai
sendiri dan modal luar) ; (d) kemampuan anggota, pengurus maupun pengawas perlu
manajemen dalam pelaksanaannya; dan (e) dikelola dengan baik oleh organisasi Koperasi.
faktor eksternal yang terdiri atas potensi Sumber daya yang kompeten (ketrampilan ,
ekonomi di wilayah kerja Koperasi dan pengetahuan, sikap yang baik) akan membuat
kebijaksanaan (iklim usaha yang diciptakan oleh Koperasi berkembang dan mampu bersaing
pemerintah bagi Koperasi dan Koperasi mampu dengan Koperasi lainnya.
melakukan interaksi terhadap kebijaksanaan Untuk menjawab permasalahan
yang bersangkutan). Sumber Daya Manusia Koperasi yang banyak
Dalam perKoperasian, Sumber Daya dialami Koperasi-Koperasi yang ada di Kudus,
Manusia Koperasi (SDMK) yang berkualitas maka perlu diperhatikan aspek-aspek yang
sangat diperlukan karena Sumber Daya masuk dalam penilaian kesehatan Koperasi.
Manusia merupakan salah satu hal yang Terdapat tujuh aspek yang dinilai dalam
mendukung kemampuan usaha Koperasi. penilaian kesehatan Koperasi menurut
Soesilo (2008:149) menyatakan bahwa “... Peraturan Menteri Negara Koperasi dan
permasalahan internal utama dan amat sentral Usaha Kecil dan Menengah Republik
yang dihadapi oleh KUMKM selama ini Indonesia Nomor: 14/ Per/ M.KUKM/ XII/
dalam menjalankan kegiatan bisnisnya adalah 2009 tentang Perubahan Atas Peraturan
sangat berkait dengan dan bersumber pada Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan
kualitas sumber daya manusia di Menengah Nomor 20/ Per/ M.KUKM/ XI/
lingkungannya.”Kepentingan aspek Sumber 2008 tentang Pedoman Penilaian Kesehatan
Daya Manusia Koperasi ini dikarenakan Koperasi Simpan Pinjam dan Unit Simpan
manusia sebagai operator pusat dalam semua Pinjam Koperasi. Ketujuh aspek tersubut
kegiatan operasional Koperasi. Dengan kata diantaranya adalah: permodalan, kualitas
lain, segala hal yang berkaitan dengan aktiva produktif, manajemen, efisiensi,
Koperasi dilakukan oleh manusia. Jika dilihat likuiditas, kemandirian dan pertumbuhan, dan
304
Wahyu Setyorini / Journal of Economic Education5 (1) (2016)
jatidiri Koperasi. Dari ketujuh aspek tersebut, bidang usaha yang dikelola Koperasi
Sumber Daya Manusia Koperasi (SDMK) Karyawan Pura Group, yaitu Bidang usaha
dapat digali dalam aspek manajemen pada simpan pinjam; Bidang usaha pertokoan (mini
poin manajemen umum dan market); Bidang usaha outsourcing; Bidang
kelembagaan.Dengan demikian, kesuksesan usaha PPOB; Bidang usaha dump truck dan
sebuah Koperasi atau sehatnya sebuah forklif; Bidang usaha perumahan, dan Bidang
Koperasi tidak bisa dilepaskan dari peran usaha simpan pinjam non anggota. Berbeda
manajemen itu sendiri. Manajemen sangat dengan Koperasi karyawan dari perusahaan
bersangkutan dengan Sumber Daya Manusia besar lainnya di Kudus, seperti PT. Djarum,
karena suatu organisasi Koperasi tidak akan PT. Nojorono, PG. Rendeng, dan sebagainya
bejalan lancar jika Sumber Daya Manusia yang hanya memfokuskan pada pemberian
Koperasi nya tidak memiliki kompetensi. Jika pelayanan bidang simpan pinjam saja. Selain
Sumber Daya Manusia Koperasi (SDMK) itu, jumlah karyawan Koperasi yang mampu
kompeten, maka akan mampu me-manage - dipekerjakan di Koperasi Pura Group juga
faktor lain seperti permodalan, aktiva dan terbanyak di Kudus, yakni sebanyak 56 orang
likuiditas Koperasi.Hal ini mengindikasikan dan hanya Koperasi Karyawan Pura Group
bahwa peran manajemen mampu mengatur yang memiliki bangunan Koperasi tersendiri
Koperasi baik dari segi finansial maupun non- yang terpisah dari lokasi pusat Perusahaan.
finansial. Kemampuan Koperasi Karyawan Pura Group
Penelitian akan dilakukan pada dalam menjalankan usaha menjadi sorotan di
Koperasi Karyawan Pura Group Kudus yang Kusus dan didukung dengan perkembangan
bergerak dalam usaha pemenuhan kebutuhan Koperasi Karyawan Pura Group selama tahun
karyawan PT. Pusaka Raya (PURA). Koperasi 2012 sampai dengan tahun 2014 yang telah
Karyawan Pura Group merupakan Koperasi mengalami peningkatan di berbagai aspek,
karyawan terbesar di Kudus jika dilihat dari diantaranya adalah sebagai berikut:
bidang usaha yang dimilikinya. Terdapat tujuh
penilaian kesehatan Koperasi yang dilakukan. Berikut rincian hasil penilaian kesehatan
Hal tersebut mengindikasikan bahwa tidak Koperasi di Koperasi Karyawan Pura Group:
semua Koperasi yang besar adalah sehat.
Tabel diatas memperlihatkan aspek tidak mencapai skor maksimum. Hal ini
manajemen merupakan aspek dengan penilaian mengindikasikan bahwa Koperasi Karyawan
yang paling rendah. Kelima poin didalam aspek Pura Group belum mampu memperlihatkan
manajemen, yakni manajemen umum, keefektifan sistem manajerialnya.Tidak
kelembagaan, manajemen permodalan, tercapainya skor maksimal pada aspek
manajemen aktiva dan manajemen likuiditas manajemen tersebut memperlihatkan bahwa
306
Wahyu Setyorini / Journal of Economic Education5 (1) (2016)
Keabsahan data yang digunakan yaitu lapangan, tahap pekerjaan lapangan, dan tahap
triangulasi, meliputi triangulasi triangulasi analisis data.
sumber. Triangulasi sumber dalam penelitian ini
meliputi: (1) peneliti menggunakan teknik HASIL DAN PEMBAHASAN
wawancara pada bermacam-macam sumber dari
manajer Koperasi, karyawan Koperasi, dan Koperasi Karyawan Pura Group memiliki
anggota Koperasi; (2) Jawaban yang telah anggota sebanyak 6.741 orang.Jika dikelola
diperoleh dari informan tersebut kemudian dengan baik, maka Koperasi Karyawan tersebut
dianalisis keabsahannya melalui informan lain; mampu untuk berkembang menjadi lebih besar
(3) Hasil data yang diperoleh melalui dan lebih kuat serta mampu bersaing dengan
wawancara tersebut akan dibandingkan datanya badan usaha lainnya.Dilihat dari kuantitas
dengan dokumen yang ditemukan, agar tidak anggota, Koperasi Karyawan Pura Group
terjadi perbedaan hasil dan sesuai dengan mampu memperkuat perekonomian khususnya
dokumen. Tujuannya adalah penyesuaian data bagi anggota Koperasi.Dalam penilaian
agar tidak terjadi ketimpangan data.Teknik Koperasi yang dilakukan oleh Dinas Koperasi
analisis data yang dilakukan meliputi tiga dan UMKM pada tahun 2013 lalu menunjukkan
tahapan yaitu dengan mereduksi data, predikat “CUKUP SEHAT”.Dilihat dari segi
menyajikan data dan verifikasi data. Sedangkan keuangan Koperasi, menunjukkan hasil yang
untuk prosedur penelitian meliputi tahap pra bagus dan layak untuk dinyatakan sehat namun
dari segi manajemen masih banyak hal yang
307
Wahyu Setyorini / Journal of Economic Education5 (1) (2016)
perlu diperbaiki karena masih kurang Sesuai dengan pendapat diatas, jika visi
perhatian.Aspek manajemen pada penilaian Koperasi Karyawan Pura Group tidak diketahui
kesehatan Koperasi di Koperasi Karyawan Pura dan tidak didokumentasikan dengan baik maka
Group menjadi satu-satunya aspek dengan poin- akan membuat ketidakjelasan arah tujuan
poin yang paling rendah skornya. Beberapa hal Koperasi. Usaha-usaha yang dijalankan oleh
yang menjadi penyebab tidak maksimalnya skor Koperasi Karyawan Pura Group juga tidak akan
penilaian kesehatan Koperasi Karyawan Pura tercapai sesuai harapan. Dengan demikian,
Group adalah sebagai berikut: maka visi, misi dan tujuan Koperasi perlu
terdokumentasi dengan baik dan disosialisasikan
a. Tidak jelasnya visi, misi dan tujuan kembali kepada seluruh stakeholders Koperasi
Koperasi secara periodik.
Koperasi Karyawan Pura Group tidak
memiliki visi, misi dan tujuan Koperasi yang b. Rencana kerja Koperasi yang tidak
terdokumentasi dengan baik. Selain itu, visi, dipahami oleh karyawan dan anggota
misi dan tujuan Koperasi tidak dipahami oleh Koperasi.
anggota Koperasi dan karyawan Koperasi Koperasi Karyawan Pura Group memiliki
sehingga mengurangi kesadaran mereka akan rencana kerja tahunan yang disahkan dalam
pentingnya Koperasi. Padahal, Koperasi yang setiap Rapat Anggota Tahunan
baik harus memiliki visi dan misi agar mampu Koperasi.Keberadaan rencana kerja ini ternyata
menentukan tujuan yang diharapkan.Hal ini tidak diketahui dan tidak dipahami oleh anggota
sesuai dengan pendapat Satmoko dan Irmim dan karyawan Koperasi. Ketidaktahuan anggota
(2005:2) yang meyatakan bahwa, “Perusahaaan Koperasi akan keberadaan rencana kerja
yang baik tentu mampu menetapkan visi dan disebabkan oleh kurangnya informasi atau
misi di dalam menjalankan usahanya.Bertolak sosialisasi yang dilakukan Koperasi. Dalam
dari visi dan misi inilah perusahaan dapat Rapat Anggota Tahunan Koperasi, pihak
melakukan penyusunan strategi perusahaan.” Koperasi Karyawan Pura Group memiliki
Jika dikaitkan dengan Koperasi, maka dengan tantangan tersendiri. Karena banyaknya anggota
adanya visi dan misi maka akan membantu yang mencapai 6.741 orang, maka dari Koperasi
penentuan rencana kerja kedepan yang akan tidak dapat mengundang semua anggota
dilakukan oleh Koperasi. Visi dan misi sebagai Koperasi untuk hadir. Hanya sekitar 10% saja
acuan atau penentu arah usaha yang dijalankan dari total keseluruhan anggota Koperasi yang
Koperasi. diundang. Pemberian undangan kepada anggota
Visi suatu badan usaha kemudian Koperasi untuk menghadiri Rapat Anggota
dijelaskan kembali oleh Satmoko dan Irmim Tahunan Koperasi dilakukan secara bergilir
(2005:96) seperti berikut ini: pada masing-masing unit perusahaan PT.
“Visi merupakan gambaran realistis, riil PURA.Hal tersebut dilakukan karena
dan menarik tentang masa depan perusahaan. keterbatasan biaya yang dimiliki Koperasi
Untuk mewujudkan visi ini harus jelas tujuan Karyawan Pura Group serta keterbatasan
dan sasaran perusahaan yang hendak dicapai tempat atau gedung yang bisa digunakan di
serta mengarahkan strategi untuk menyatukan kawasan Kudus. Hambatan inilah yang
gagasan strategis dalam rangka membangun membuat 90% anggota Koperasi yang tersisa
komitmen seluruh karyawan.Di dalam praktik tidak mendapatkan laporan Rapat Anggota
untuk menyamakan persepsi tentang visi ini Tahunan dan tidak mengetahui hasil apa yang
ternyata tidak mudah meskipun sudah dicapai Koperasi pada tahun yang bersangkutan.
dinyatakan secara tertulis dan disosialisasikan Sedangkan bagi karyawan Koperasi Pura Group
kepada seluruh lapisan karyawan.Dengan yang yang tidak memahami rencana kerja
demikian visi ini harus selalu selalu diingatkan Koperasi dikarenakan kurangnya kesadaran
kembali secara periodik.” karyawan Koperasi untuk memperoleh
308
Wahyu Setyorini / Journal of Economic Education5 (1) (2016)
informasi lebih mengenai Koperasi tanpa “Jadi kedisiplinan itu kan jadi kalau
diberitahu terlebih dahulu.Jumlah karyawan bekerja jam 8 ya mungkin setengah 9 baru
Koperasi yang mencapai 56 orang dan notabene berangkat itu lho, lumrah lah yang penting kan
berada di Koperasi setiap hari, seharusnya kerjaan rampung.” (SK72, wawancara dilakukan
memahami rencana kerja yang dimiliki pada tanggal 13 Juli 2015 pukul 14.28 di ruang
Koperasi.Dengan demikian, maka sosialisasi meeting Koperasi Karyawan Pura Group)
informasi rencana kerja perlu dilakukan oleh Karyawan Koperasi berpendapat
Koperasi Karyawan Pura Group terutama dari demikian karena tidak adanya aturan yang jelas,
pihak pengurus Koperasi. Hal ini akan tegas dan tertulis sehingga masing-masing
menurunkan penilaian kesehatan Koperasi karyawan Koperasi Pura Group dapat
karena dalam penilaian dibutuhkan pengecekan membacanya. Hal tersebut tentu akan
silang kepada karyawan Koperasi. mempengaruhi kinerja Koperasi Karyawan Pura
Group. Meskipun manajer Koperasi dan
c. Pengurus masih berurusan dengan karyawan Koperasi mengakui adanya KKB
operasional Koperasi (Kontrak Kerja Bersama) dalam wawancara
Secara struktural, manajer Koperasi yang dilakukan, namun hal ini tidak dapat
meng-handle kegiatan operasional Koperasi. dibuktikan dengan jelas.KKB (Kontrak Kerja
Namun, pengurus masih mencampuri kegiatan Bersama) sendiri sebenarnya mengacu pada
operasional Koperasi, sehingga manajer sistem kontrak kepada karyawan perusahaan
Koperasi tidak dapat mengelola Koperasi PT. PURA yang kemudian diadaptasi oleh
Karyawan Pura Group secara independen. Koperasi Karyawan Pura Group.Hal ini
Pengurus masih melaksanakan operasional merupakan salah satu contoh kebijakan
Koperasi dengan memberikan acc pinjaman perusahaan yang mempengaruhi kebijakan
diatas plafond.Seharusnya manajer yang Koperasi atau kebijakan perusahaan yang
melaksanakan semua kegiatan operasional terabsorbsi kedalam kebijakan Koperasi
Koperasi agar lebih terasa kontribusinya Karyawan Pura Group.
terhadap Koperasi.
e. Anggota Koperasi berperan melalui
d. Tata tertib Sumber Daya Manusia yang partisipasi namun tidak maksimal.
tidak jelas, hanya sebatas KKB (Kontrak Telah dibuktikan dalam penelitian ini
Kerja Bersama) dan tidak bisa dibuktikan bahwa setiap hari terdapat anggota Koperasi
secara tertulis. yang melakukan transaksi di Koperasi
Tata tertib Sumber Daya Manusia tidak Karyawan Pura Group.Partisipasi yang
terdokumentasi dengan baik pada Koperasi dilakukan dirasa kurang maksimal karena
Karyawan Pura Group.Padahal, tata tertib bagi dengan jumlah anggota yang mencapai 6.741
karyawan Koperasi digunakan untuk mengatur orang tersebut seharusnya mampu memberikan
jalannya Koperasi sehari-hari. Jika Tata tertib kontribusi lebih bagi Koperasi.Volume usaha
Sumber Daya Manusia tidak dimiliki dan tidak Koperasi Karyawan Pura Group seharusnya
diketahui oleh karyawan Koperasi maka akan dapat lebih besar daripada yang diperoleh
mempengaruhi etos kerja karyawan Koperasi. sekarang.Keditak maksimalan tersebut
Beberapa tindak pelanggaran kedisiplinan akan dikarenakan kurangnya penyampaian informasi-
muncul karena tidak adanya aturan tersebut. informasi penting bagi anggota Koperasi secara
Hal ini juga tercermin dalam pernyataan salah menyeluruh. Selain itu, mindset (pola pikir)
satu karyawan Koperasi, yaitu Bapak Sukari anggota Koperasi yang masih sekedar
yang menyatakan bahwa datang terlambat menggunakan Koperasi untuk memperbanyak
seharusnya diperbolehkan asalkan kerjaan yang pinjaman saja tanpa mempertimbangkan hal apa
diberikan selesai seperti berikut ini: yang harus ditingkatkan Koperasi juga masih
menjadi kendala yang dihadapi Koperasi
309
Wahyu Setyorini / Journal of Economic Education5 (1) (2016)
Karyawan Pura Group. Kesadaran anggota baik pada Koperasi Karyawan Pura Group.
Koperasi yang masih masih rendah serta Standar Operasional Manajemen (SOM)
jarangnya anggota Koperasi untuk digunakan untuk mengatur proses manajerial di
menyampaikan kritikan dan saran membangun dalam Koperasi. Sedangkan, Standar
juga menjadi alasan mengapa partisipasi Operasional Prosedur (SOP) digunakan untuk
anggota Koperasi Karyawan Pura Group mengatur proses jalannya kegiatan di dalam
menjadi tidak maksimal. Koperasi yang berkaitan dengan prosedur-
prosedur atau tata cara kegiatan operasinal. Jika
f. Pengurus tidak melaksanakan fungsi Standar Operasional Manajemen (SOM) dan
pengawasan dengan maksimal. Standar Operasional Prosedur (SOP) tidak
Pengurus datang ke Koperasi setelah dimiliki oleh Koperasi, maka ketercapaian suatu
menyelesaikan pekerjaannya di tujuan organisasi tidak akan jelas dan sistematis
perusahaan.Sehingga, waktu yang diluangkan karena tidak ada aturan-aturan yang
adalah pada sore hari.Sedangkan anggota bersangkutan untuk mencapainya. Karena
banyak yang bertransakasi pada pagi hari. Hal Koperasi Karyawan Pura Group tidak memiliki
ini akan memberikan gap antara pengurus Standar Operasional Manajemen (SOM) dan
dengan anggota Koperasi dan karyawan Standar Operasional Prosedur (SOP), maka
Koperasi. Dengan tidak mengenal karyawan, akan menurunkan kinerja Koperasi dan
maka pengawasannya pun akan terhambat dan menghambat proses operasional Koperasi.
penilaian kinerja karyawan tidak akan maksimal Berbagai faktor yang membuat skor
sehingga kinerja karyawan pun tidak akan penilaian kesehatan Koperasi pada Koperasi
maksimal. Hal ini dapat menjadi alasan Pura Group menjadi tidak maksimal adalah
penurunan skor penilaian kesehatan aspek dikarenakan kurangnya pengelolaan
manajemen Koperasi Karyawan Pura Group. dokumentasi yang baik di Koperasi. Dokumen
yang dimaksud diantaranya adalah visi, misi
g. Job Description tidak terdokumentasi dan tujuan Koperasi, tata tertib Sumber Daya
dengan baik. Manusia Koperasi, job description dan Standar
Dalam proses wawancara yang dilakukan Operasional Manajemen (SOM) dan Standar
kepada Karyawan Koperasi Pura Group, Operasional Prosedur (SOP).Dokumentasi yang
karyawan Koperasi mampu menjelaskan rincian tidak baik akan mempengaruhi kinerja
tugasnya sehari-hari. Namun, rincian tugas karyawan karena tidak ada acuan-acuan yang
tersebut tidak dapat di deskripsikan secara rinci pasti dalam melaksanakan tugasnya.
karena job description pada Koperasi Karyawan Implikasinya adalah etos kerja karyawan
Pura Group tidak terdokumentasi dengan baik. mengalami penurunan.Etos kerja karyawan
Koperasi Karyawan Pura Group yang tergolong Koperasi Pura Group yang mengalami
besar dengan jumlah anggota Koperasi yang penurunan ditunjukkan dengan pencapaian
banyak seharusnya memiliki manajemen arsip prestasi yang sangat gemilang pada tahun 90an,
yang mendukung agar berjalannya Koperasi namun kehilangan gaungnya pada tahun-tahun
mampu terarah dan sesuai apa yang dicita- setelahnya hingga saat ini. Dengan posisi
citakan. manajer yang masih sama yaitu Ibu Sri Ratna
Mayawati sejak tahun 1993, nyatanya tidak
h. Koperasi tidak mempunyai Standar dapat mempertahankan eksistensi kegemilangan
Operasional Manajemen (SOM) dan prestasi Koperasi. Selain itu, pencapaian
Standar Operasional Prosedur (SOP). penilaian kesehatan Koperasi dengan kategori
Selama penelitian berlangsung, tidak “CUKUP SEHAT” juga menunjukkan etos
ditemukan adanya Standar Operasional kerja karyawan Koperasi yang tidak
Manajemen (SOM) dan Standar Operasional maksimal.Terlebih pada aspek manajemen yang
Prosedur (SOP) yang terdokumentasi dengan tidak mencapai skor maksimal pada semua poin-
310
Wahyu Setyorini / Journal of Economic Education5 (1) (2016)
pendidikan Koperasi yang tidak dilakukan oleh Peran Manajer Koperasi Karyawan Pura
Koperasi pada akhir-akhir ini. Padahal pelatihan Group lebih dinilai sebagai pengelola Koperasi.
ditujukan untuk meningkatkan pengetahuan dan Aktifitas manajer Koperasi yang dilakukan di
kemampuan karyawan sebagaimana menurut dalam Koperasi dalam kaitannya dengan peran
Rae dalam Sofyandi (2008:113) berikut: manajer Koperasi sebagai pengelola harian
“Pelatihan adalah suatu usaha untuk ditunjukkan dalam beberapa hal seperti berikut
meningkatkan pengetahuan dan kemampuan ini:
karyawan dalam melaksanakan pekerjaannya
lebih efektif dan efisien.” Dengan selalu a. Membuat kebijakan yang disetujui oleh
meningkatkan pengetahuan dan kemampuan pengurus.
karyawan, maka akan tercapai pekerjaan yang Hal tersebut sesuai dengan pernyataan
efektif dan efisien sehingga kinerja Koperasi dari Sukamdiyo (1996:94) yang berpendapat
Karyawan Pura Group menjadi maksimal. bahwa manajer merupakan seorang pembuat
Selain permasalahan pada karyawan Koperasi kebijakan yang handal.Wewenang seorang
Pura Group, pengetahuan anggota Koperasi manajer Koperasi dibatasi hanya dalam
terhadap Koperasi juga masih menentukan kebijakan yang sifatnya
minim.Ketidaktahuan anggota Koperasi operasional.Sedangkan untuk kebijakan yang
dikarenakan kurangnya informasi yang bersifat sifatnya aturan-aturan dibuat oleh pengurus
edukatif.Padahal Sumber Daya Manusia Koperasi.Manajer Koperasi Karyawan Pura
Koperasi (SDMK) merupakan salah satu faktor Group bertindak sebagai perpanjangan tangan
penentu efektifitas organisasi Koperasi.Hal dari pengurus Koperasi yang tidak bisa datang
inilah yang menyebabkan pengelolaan SDM dan mengurusi Koperasi setiap hari.
menjadi hal yang sangat penting bagi
kelangsungan hisup suatu satu badan b. Mengelola modal dan asset yang dimiliki
organisasi.Selama ini informasi yang diterima Koperasi.
anggota hanya dalam hal peningkatan usaha Sukamdiyo (1996:94) menyatakan
Koperasi saja tanpa dibarengi dengan loyalitas, bahwa, “Walaupun ada kepala bagian
rasa memiliki Koperasi dan sebagainya. Maka, keuangan, namun manajer juga harus
jika Koperasi Karyawan Pura Group ingin mempertanggungjawabkan keuangan Koperasi
meningkatkan kinerja melalui Sumber Daya kepada pengurus.” Pengelolaan modal Koperasi
Manusia Koperasi agar mencapai penilaian Karyawan Pura Group dilakukan oleh manajer
kesehatan Koperasi dengan kategori sehat, perlu Koperasi dengan cara pengecekan laporan
diselenggarakan pendidikan dan pelatihan baik keuangan secara berkala. Khusus untuk laporan
untuk anggota Koperasi maupun karyawan kas dan piutang usaha dilakukan setiap
Koperasi. hari.Pengelolaan modal juga dilakukan oleh
Peran Sumber Daya Manusia Koperasi manajer dengan menjalin hubungan kerjasama
(SDMK) bagi Koperasi merupakan hal yang dengan pihak bank.
paling menentukan arah keberhasilan suatu
organisasi Koperasi. Sumber Daya Manusia c. Menjaga komunikasi dengan anggota
Koperasi (SDMK) sebagai motor penggerak Koperasi dan karyawan dibawahnya.
roda operasional Koperasi yang digunakan Menurut Dessler (2008:5) seorang
untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan manajer harus memiliki ketrampilan
secara bersama-sama. Dalam penelitian ini akan berkomunikasi untuk mewawancarai,
dilihat seberapa jauh pencapaian dimensi peran memberikan konseling ataupun memberikan
Sumber Daya Manusia Koperasi (SDMK) pada disiplin kepada karyawan.Komunikasi yang baik
Koperasi Karyawan Pura Group khususnya juga harus dimiliki oleh manajer Koperasi.Hal
peran manajer Koperasi, peran karyawan ini ditunjukkan oleh manajer Koperasi
Koperasi dan peran anggota Koperasi. Karyawan Pura Group yang terlihat
312
Wahyu Setyorini / Journal of Economic Education5 (1) (2016)
Karyawan Pura Group khususnya bidang usaha mampu mematuhi keputusan mayoritas yang
simpan dan pinjam. ada di Koperasi. Hal ini ditunjukkan oleh
Selain manajer Koperasi dan karyawan anggota Koperasi Karyawan Pura Group
Koperasi, penelitian ini juga difokuskan untuk dengan mematuhi segala macam keputusan
meneliti Sumber Daya Manusia Koperasi yang ditetapkan Koperasi dan menaati aturan-
lainnya, yaitu anggota Koperasi.Anggota aturan yang ada di dalam Koperasi Karyawan
Koperasi memiliki peran sebagai user atau Pura Group, seperti parkir sesuai dengan
pengguna jasa Koperasi sekaligus milik tempatnya, mengantri dengan rapi dan sesuai
Koperasi.Perannya sebagai user atau pengguna nomor panggil saat melakukan simpanan
jasa Koperasi sekaligus milik Koperasi tidak maupun pinjaman.
dimanfaatkan dengan baik.Hal ini terlihat pada Peran yang dilakukan Sumber Daya
anggota Koperasi yang jarang memberikan kritik Manusia Koperasi Karyawan Pura Goup belum
dan saran. Namun, untuk pelunasan kewajiban maksimal.Hal tersebut dibuktikan dengan tidak
dan menaati peraturan Koperasi telah dilakukan tercapainya semua dimensi dan semua indikator
seperti uraian berikut ini: perilaku yang ditunjukkan sehari-hari. Dengan
demikian maka perlu adanya peningkatan
a. Memenuhi semua kewajiban dan melunasi kualitas Sumber Daya Manusia Koperasi
segala pembayaran kepada Koperasi. (SDMK) yang dapat dilakukan oleh Koperasi
Anggota Koperasi Pura Group telah sesuai dengan apa yang disampaikan oleh
mampu memenuhi semua kewajiban dan manajer Koperasi, karyawan Koperasi dan
melunasi segala pembayaran kepada anggota Koperasi Karyawan Pura Group berikut
Koperasi.Anggota Koperasi Karyawan Pura ini:
Group melakukan transaksi di Koperasi setiap
harinya dan pelunasan kewajiban hutang kepada a. Pengembangan wawasan oleh karyawan
Koperasi dijalankan tepat waktu karena sistem Koperasi Pura Group.
potong gaji yang diberlakukan Koperasi, Pengembangan wawasan bagi karyawan
sehingga tidak ada anggota yang telat untuk Koperasi Pura Group bisa dilakukan dengan
membayar hutang. Hal tersebut sesuai dengan cara belajar atau dengan mengikuti
pendapat Sukamdiyo (1996:90) yang perkembangan teknologi yang ada. Dengan
menyatakan bahwa seorang anggota Koperasi mengikuti perkembangan perKoperasian, maka
berperan dengan cara memenuhi semua akan membantu Koperasi untuk eksis dan tidak
kewajiban dan melunasi segala pembayaran kalah saing dengan badan usaha lainnya.
kepada Koperasi. Selain itu, Hendrojogi
(2012:145) juga berpendapat bahwa anggota b. Peningkatan partisipasi anggota Koperasi
Koperasi harus secara aktif berpartisipasi dalam Karyawan Pura Group.
kegiatan-kegiatan Koperasi dan ikut membantu Anggota Koperasi Karyawan Pura Group
permodalan Koperasi dengan cara memenuhi dirasa harus meningkatkan partisipasinya
kewajiban pembayaran uang simpanan pokok, dengan memberikan support (dukungan)dan
simpanan wajib dan sebagainya, dimana tidak hanya memikirkan diri sendiri namun
kesemua aspeknya sudah dilakukan oleh memikirkan bagaimana mengembangkan
anggota Koperasi Karyawan Pura Group. Koperasinya.
Karyawan Pura Group untuk melakukan 1. Tidak tercapainya kategori “SEHAT” bagi
transaksi di dalam Koperasi. Koperasi Karyawan Pura Group disebabkan
oleh beberapa faktor manajerial, yakni: (a)
d. Penyampaian kritik dan saran dari anggota tidak jelasnya visi, misi dan tujuan
Koperasi kepada karyawan Koperasi Pura Koperasi; (b) rencana kerja Koperasi yang
Group. tidak dipahami oleh karyawan dan anggota
Pembenahan kualitas Sumber Daya Koperasi; (c) pengurus masih berurusan
Manusia Koperasi (SDMK) khusunya karyawan dengan operasional Koperasi; (d) tata tertib
Koperasi dapat ditingkatkan jika ada kritik dan Sumber Daya Manusia Koperasi yang tidak
saran yang bersifat konstruktif. Anggota jelas, hanya sebatas KKB dan tidak bisa
Koperasi diharapkan mampu memberikan saran dibuktikan secara tertulis; (e) pengurus tidak
saat Rapat Aanggota Tahunan berlangsung melaksanakan fungsi pengawasan dengan
maupun diluar Rapat Anggota Tahunan. maksimal; (f) anggota Koperasi berperan
melalui partisipasi namun tidak maksimal;
(g) job description atau rincian tugas tidak
e. Peningkatan manajemen dan perbaikan
terdokumentasi dengan baik, dan
sistem kerja.
(h)Koperasi tidak mempunyai Standar
Perbaikan sangat dibutuhkan untuk
meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia Operasional Manajemen (SOM) dan
Standar Operasional Prosedur (SOP).
Koperasi.terlebih pada manajemen dan sistem
kerja. Perlu adanya peningkatan manajerial 2. Peran Sumber Daya Manusia Koperasi
(SDMK) menunjukkan manajer Koperasi
dengan cara peningkatan pengawasan kinerja
sebagai pengelola Koperasi, karyawan
oleh manajer terhadap karyawan Koperasi dan
Koperasi sebagai pelaksana Koperasi dan
peningkatan pengawasan kinerja oleh Pengurus
anggota Koperasi sebagai pengguna atau
terhadap manajer Koperasi.
user Koperasi. dalam aktivitas yang
dilakukan Sumber Daya Manusia Koperasi
f. Penambahan intensitas datang ke Koperasi
(SDMK) sangat dibutuhkan adanya
dan mengecek kinerja karyawan Koperasi
peningkatan. Hal tersebut ditunjukkan
bagi pengurus.
dengan tidak tercapainya semua dimensi
Pengurus Koperasi Karyawan Pura
pengamatan beserta indikatornya. Peran
Group dirasa masih kurang mengetahui kinerja
yang dilakukan manajer Koperasi
karyawan Koperasi karena keterbatasan waktu
Karyawan Pura Group adalah; (a) membuat
untu datang ke Koperasi.jika pengecekan kinerja
kebijakan yang disetujui oleh pengurus; (b)
terus dilakukan oleh pengurus Koperasi, maka
mengelola modal dan asset yang dimiliki
kualitas Sumber Daya Manusia Koperasi
Koperasi; (c) menjaga komunikasi dengan
(SDMK) akan mengalami peningkatan dan akan
anggota Koperasi dan karyawan
berakibat semakin sehatnya penilaian Koperasi
dibawahnya, dan (d) mengawasi dan
Karyawan Pura Group.
menilai prestasi kerja karyawan-karyawan
Koperasi. Sedangkan peran karyawan
SIMPULAN
Koperasi Pura Group adalah sebagi beikut:
(a) berkompetensi dalam pekerjaan yang
Berdasarkan hasil penelitian dengan judul
dilakukan; (b) memiliki kemampuan
“Peran Sumber Daya Manusia Koperasi
komunikasi yang efektif; (c) memiliki
(SDMK) Dalam Upaya Peningkatan Penilaian
kesopanan dalam interaksinya di dalam
Kesehatan Koperasi Ditinjau Dari Aspek
Koperasi, dan (d) memahami kebutuhan
Penilaian Manajemen (Studi Pada Koperasi
anggota Koperasi. kemudian peran anggota
Karyawan Pura Group Kudus)”,maka dapat
Koperasi yang terlihat selama penelitian
ditarik kesimpulan sebagai berikut :
berlangsung adalah sebagai berikut: (a)
315
Wahyu Setyorini / Journal of Economic Education5 (1) (2016)
memenuhi semua kewajiban dan melunasi Muhammad Sayuti (Ed.), Korupsi, Kolusi
segala pembayaran kepada Koperasi, dan dan Nepotisme di Indonesia. Yogyakarta:
(b) mematuhi keputusan mayoritas atau Aditya Media. Hal.103-114.
menaati keputusan yang dihasilkan dalam Hendrojogi. 2012. Koperasi Asas-asas, Teori dan
Rapat Anggota Tahunan. Praktik. Jakarta: PT Rajagrafindo
Persada.
DAFTAR PUSTAKA Satmoko dan Soejitno Irmim. 2005. Peran
Strategis Manajer SDM. Seyma Media.
Badan Pusat Statistika. 2013. Tabel Soesilo, M. Iskandar. 2008. Dinamika Gerakan
Perkembangan Koperasi pada Periode Koperasi Indonesia Corak Perjuangan
1967 - Ekonomi Rakyat Dalam Menggapai Sejahtera
2013.http://www.bps.go.id/tab_sub/vie Bersama.Jakarta Selatan: PT. Wahana
w.php?kat=2&tabel=1&daftar=1&id_sub Semesta Intermedia.
yek=13¬ab=44. Diakses pada tanggal Sofyandi, Herman. 2008. Manajemen Sumber
6 Maret 2015. Daya Manusia. Yogyakarta: Graha Ilmu
Dessler, Gary. 2008. Manajemen Sumber Daya Sukamdiyo, Ign. 1996. Manajemen Koperasi.
Manusia Edisi Kesepuluh Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Terjemahan Paramita Rahayu. PT Suryani, Tatik., Sri Lestari, dan Wiwik Lestari.
Indeks. 2008. Manajemen Koperasi. Yogyakarta:
Djamil, Fathurrahman. 1999. “Korupsi, Kolusi Graha Ilmu.
dan Nepotisme (KKN): DALAM Trisnawani, Tuti. 2009. Akuntansi Untuk Koperasi
Perspektif Hukum dan Moral Islam”. dan UMKM.Jakarta: Salemba Empat.
Dalam Hamid, Edy Suandi dan
316