Anda di halaman 1dari 12

MEDIA EKONOMI DAN MANAJEMEN

Vol. 30 No. 2 Juli 2015

PENGARUH EMPLOYEE ENGAGEMENT DAN MODAL SOSIAL


TERHADAP KINERJA KARYAWAN DENGAN OCB
(ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOUR) SEBAGAI MEDIASI
(Studi pada Bank Jateng Kantor Pusat )
Citta Cendani dan Endang Tjahjaningsih
Fakultas Ekonomi dan Bisnis UNISBANK Semarang
Email : e.cahyaningsih@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Employee Engagament dan


Modal Sosial terhadap Kinerja Karyawan dengan Organizational Citizenship Behaviour
(OCB)sebagi mediasi, studi kasus pada kantor pusat Bank Jateng. Populasi penelitian adalah
pegawai kantor pusat Bank Jateng sebanyak 293 orang. Sampel penelitian sebanyak 130
orang, yang diambil dengan metode Proportionale Stratified Random Sampling. Alat yang
digunakan untuk mendapatkan data penelitian adalah daftar pertanyaan atau kuesioner. Hasil
penelitian memperlihatkaa, bahwa : (1) Employee of engagement berpengaruh positif dan
signifikan terhadap OCB (2) Modal sosial berpengaruh positif dan signifikan terhadap OCB
(3) Employee engagement berpengaruh positif dan signifikan kinerja karyawan (4) Modal
sosial berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan (5) OCB berpengaruh
positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan.

Abstract
This study aims to analyze the influence of Employee Engagement and Social Capital
on Employee Performance through Organizational Citizenship Behaviour (OCB), a Case
Study of Head Office Bank Jateng. The population in this study was employees of Head
Office of Bank Jateng as many as 293 employees. The samples of this research are 130
employees using which carried out with Proportionale Stratified Random Sampling method.
The tools used to obtain data related to this study is a list of question or questionnaires.
Measurements of the results showed that (1) Employee engagement had significant and
positive effect on OCB, (2) Social Capital had significant and positive effect on OCB, (3)
Employee engagement had significant and positive effect on Employee Performance, (4)
Social Capital had significant and positive effect on Employee Performance, (5) OCB had
significant and positive effect on Employee Performance.
Keywords : Employee Engagement, Social Capital, OCB, Employee Performance

PENDAHULUAN organisasi tidaklah mudah karena


Latar Belakang Permasalahan dibutuhkan banyak sekali faktor yang perlu
Keberhasilan suatu organisasi sangat dikontribusikan oleh karyawan pada
dipengaruhi oleh kinerja karyawannya. organisasi. Sukses tidaknya seorang
Setiap organisasi maupun perusahaan akan karyawan dalam bekerja akan dapat
selalu berusaha meningkatkan kinerja diketahui apabila perusahaan yang
karyawan agar tujuan perusahaan dapat bersangkutan menerapkan system penilaian
tercapai. Untuk memperoleh karyawan kinerja. Kinerja adalah hasil kerja yang
yang memiliki kinerja yang tinggi bagi dapat dicapai oleh seseorang atau

ISSN : 085-1442 149


MEDIA EKONOMI DAN MANAJEMEN
Vol. 30 No. 2 Juli 2015

sekelompok orang dalam suatu organisasi, Dalam konteks perilaku


sesuai dengan wewenang dan tanggung keorganisasian , perilaku ekstra peran atau
jawab masing-masing dalam rangka perilaku baik warga organisasi yang
upanya mencapai tujuan organisasi secara popular dikenal sebagai Organizational
legal, tidak melanggar hukum dan sesuai Citizenship Behavior (OCB) amat penting
dengan moral maupun etika dimiliki karena turut memberikan
(Prawirosentono, 2004). Kinerja karyawan kontribusi positif terhadap kualitas
dipengaruhi oleh beberapa faktor baik yang kehidupan kerja dan kinerja organisasi.
berhubungan dengan tenaga kerja itu Melalui OCB karyawan diharapkan dapat
sendiri maupun yang berhubungan dengan memahami keberadaan organisasinya
lingkungan perusahaan suatu organisasi. dengan segala keterbatasan dan dengan
Seseorang yang bergabung dalam sukarela memiliki komitmen terhadap
organisasi pada sebuah perusahaan dituntut keefektifan fungsi-fungsi organisasi.
adanya komitmen dalam dirinya. Menurut Robbins dan Judge (2008) fakta
Komitmen individu pegawai mencakup menunjukkan bahwa organisasi yang
keterlibatan kerja (employee engagement). mempunyai karyawan yang memilki OCB
Keterlibatan kerja sebagai derajat kemauan yang baik akan memiliki kinerja yang lebih
untuk menyatukan dirinya dengan baik dari organisasi lain. Adanya employee
pekerjaan , menginvestasikan waktu, engagement (keterikatan karyawan) dan
kemampuan dan energinya untuk modal sosial dapat menimbulkan suatu
pekerjaan dan menganggap pekerjaannya perilaku OCB pada karyawan sehingga
sebagai bagian utama dari kehidupannya. dapat meningkatkan kinerja.
Sumber daya manusia yang ada dalam Organisasi perbankan adalah
suatu perusahaan memiliki sebuah organisasi yang mempunyai tujuan
keanekaragaman yang cukup tinggi untuk melayani masyarakat (Public
menjadi salah satu bentuk modal yang Service). Dalam era globalisasi seperti
sekarang ini mulai mendapat perhatian sekarang ini, banyak tuntutan masyarakat
lebih dari para praktisi manajemen dan tentang peningkatan pelayanan yang
perusahan-perusahan, terutama perusahaan diberikan oleh perbankan dapat terwujud
yang menginginkan untuk meningkatkan memuaskan. Untuk mewujudkan keinginan
kinerja dan efisiensinya yaitu modal sosial. tersebut tentunya peningkatan kerja
Eksistensi modal sosial pegawai menjadi karyawan sangat dibutuhkan. Semakin baik
penting karena mempengaruhi kinerja kinerja karyawan maka akan semakin baik
pegawai yang pada gilirannya pula pelayanan kepada masyarakat.Bank
mempengaruhi kinerja organisasi (Akdere, Jateng melakukan penilaian kinerja secara
2005).Bangunan hubungan sosial yang rutin secara berkala. Hasil dari penilaian
yang didasari dengan kepercayaan tersebut akan menjadi acuan bagi
sehingga membangkitkan semangat manajemen untuk penetapan kenaikan gaji
kebersamaan (solidaritas sosial) yang berkala, promosi, reward dan punishment
tinggi sehingga berdampak positif pada pegawai. Promosi jabatan yang dilakukan
peningkatan kesejahteraan ekonomi dan pada tahun 2013 di Bank Jateng yaitu 23,
pembangunan (Mashud, 2010 dalam menurun dibandingkan tahun sebelumnya
Parwitaningsih dan Darmayanti, 2010). yaitu 55. Penurunan jumlah promosi
Keberadaan modal sosial dapat jabatan dimungkinkan karena kinerja yang
menumbuhkan suatu perilaku positif dalam kurang memuaskan(Tabel 1). Berikut ini
organisasi yang dapat mendorong individu adalah data promosi jabatan dan mutasi
untuk berperilaku lebih demi tercapainya transfer pada Bank Jateng Kantor Pusat
tujuan perusahaan. tahun 2011-2013.

150 ISSN : 085-1442


MEDIA EKONOMI DAN MANAJEMEN
Vol. 30 No. 2 Juli 2015

Tabel 1. Penilaian Kinerja Kantor Pusat Bank Jateng Tahun 2011-2013

Hasil Penilaian Tahun


Kinerja
2011 2012 2013
Promosi Jabatan 41 55 23
Mutasi Transfer 40 44 16
Sumber : Kantor Pusat Bank Jateng
Optimalisasi kinerja sulit dapat seorang karyawan terhadap lingkungan
diwujudkan, karena sangat banyak factor kerja atau perusahaan tempatnya bekerja.
yang mempengaruhi keberhasilan kinerja Keterlibatan karyawan adalah sikap positif
tersebut. Sehubungan dengan itu dalam yang dimiliki oleh karyawan terhadap
penelitian ini penulis mencoba untuk organisasi dan nilai organisasi. Kahn
meneliti faktor-faktor yang bisa (1990) menyimpulkan bahwa faktor yang
mempengaruhi kinerja seorang karyawan. penting untuk memahami kondisi
Dalam penelitian ini hanya diarahkan pada Engagement atau dis-engagement dari
factor Employee Engagement, Modal seorang karyawan di tempat kerja terdiri
Sosial dan OCB. atas: (1) Rasa bermakna, (2) Keamanan /
rasa aman dan (3) Ketersediaan dukungan
Tujuan Penelitian di tempat kerja.
Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis pengaruh employee Modal Sosial
engagement dan modal sosial terhadap Fukuyama (1995) dalam Supriyono (2010)
kinerja karyawan dengan mediasisi OCB mendefinisikan modal sosial sebagai
serangkaian nilai-nilai atau norma-norma
KAJIAN PUSTAKA DAN informal yang dimiliki bersama di antara
PENGEMBANGAN HIPOTESIS para anggota suatu kelompok yang
memungkinkan terjalinnya kerja sama di
Employee Engagement antara mereka. Sejalan dengan Fukuyama,
Pegawai yang memiliki tingkat Partha dan Ismail S. (1999) dalam
engagement tinggi akan memiliki Supriyono (2010) mendefinisikan modal
keterikatan emosi yang tinggi terhadap sosial sebagai hubungan-hubungan yang
organisasi sehingga akan berpengaruh tercipta dan norma-norma yang
dalam menyelesaikan pekerjaan dan membentuk kualitas dan kuantitas
cenderung memiliki kualitas kerja yang hubungan sosial dalam masyarakat dalam
memuaskan (Schaufeli & Bakker, spectrum yang luas, yaitu sebagai perekat
2003).Employee engagement didefinisikan sosial (social glue) yang menajaga
oleh Kahn (1990) sebagai upaya dari kesatuan anggota kelompok secara
anggota organisasi untuk mengikatkan diri bersama-sama.
mereka dengan perannya di pekerjaan. Dimensi modal sosial menurut Nahapiet
Dalam kondisi ini, orang akan melibatkan dan Ghosal (1998) yaitu structural,
dan mengekspresikan dirinya secara fisik, kognitif dan relasional, selanjutnya lebih
secara kognitif dan secara emosional rinci sebagai berikut :
selama ia sedang memainkan peran 1) Dimensi Struktural
kerjanya. Dalam terminologi "employee Dimensi struktural adalah pola hubungan-
engagement" yang diperkenalkan oleh hubungan antara perilaku jejaring dan
Gallup, engagement diartikan sebagai dapat dianalisa dari pandangan ikatan
status "keterikatan" (dalam arti positif) jerjaring dan stabilitas jejaring. Jejaring
ikatan sosial pelaku menciptakan

ISSN : 085-1442 151


MEDIA EKONOMI DAN MANAJEMEN
Vol. 30 No. 2 Juli 2015

kesempatan bagi transaksi modal sosial. mempengaruhi kinerja organisasi secara


Dimensi struktural modal sosial para keseluruhan.
karyawan selalumelakukan tegur sapa, Organ (1988) mendefinisikan lima tipe
menjaga hubungan baik dan melibatkan dari OCB yaitu Helping (Altruism),
diri pada setiap kegiatan. Conscientiousness, Sportamship, Courtesy
2) Dimensi Kognitif dan Civic Virtue. Altruism, perilaku untuk
Dimensi kognitif mempresentasikan membantu orang lain dalam
sumber daya yang memberikan makna dan pekerjaannya;Conscientiousness, suatu
pemahaman antar anggota jejaring perilaku minimum yang disyaratkan
(Nahapiet & Ghosal, 1998). Dua sisi dari seperti kehadiran, mamatuhi peraturan;
dimensi ini saling berbagi kesamaan tujuan Sportmanship, kemauan untuk bersikap
dan kultur antar anggota. Tujuan mewakili toleran dengan keadaan sekitar ; Courtesy,
tingkat di mana anggota jejaring berbagi kecenderungan karyawan untuk
pemahaman dan pendekatan yang sama menghindari timbulnya masalah dengan
dalam pencapaian tindakan-tindakan dan rekan kerja; Civic Virtue melakukan
hasil yang diinginkan jejaring. Pegawai sesuatu aktivitas atau perkumpulan dalam
selalu menjaga kebersamaan, mempunyai organisasi.
pemahaman yang sama tentang visi
organisasi, mempunya pemahaman yang Kinerja Karyawan
sama tentang perilaku pimpinan dan Menurut Masud (2004), kinerja adalah
terbiasa berbicara santai saat jam istirahat. hasil pencapaian dari usaha yang telah
3) Dimensi Relasional dilakukan yang dapat diukur dengan
Dimensi relasional memfokuskan pada indikator-indikator tertentu. Kinerja
peran ikatan langsung antar perilaku dan karyawan adalah yang mempengaruhi
hasil interaksi rasional, sebagai lawan seberapa banyak mereka memberikan
structural. Karyawan membantu teman jika kontribusi kepada organisasi yang antara
kesulitan, percaya teman kerja akan lain termasuk (1) kuantitas keluaran, (2)
menepati janji dan percaya dengan kualitas keluaran, (3) jangka waktu
kemampuan rekan kerja. keluaran, (4) kehadiran di tempat kerja, (5)
Organizational Citizenship Behavior sikap kooperatif.Gibson (1997)
(OCB) mendefinisikan kinerja sebagai hasil dari
Menurut Organ (1988) OCB adalah pekerjaan yang terkait dengan tujuan
sebagai perilaku individu yang bebas, tidak organisasi seperti kualitas dan kuantitas.
secara langsung atau eksplisit mendapat Kualitas kerja dinilai dari tanggung jawab
penghargaan dari system imbalan formal, dan inisiatif yang dimiliki oleh pegawai
dan yang secara keseluruhan (agregat) dalam menyelesaikan tugasnya, sedangkan
meningkatkan efisiensi dan efektivitas kuantitas kerja dapat dinilai dari target
fungsi-fungsi organisasi. Bersifat bebas capaian kerja dan ketepatan waktu dalam
dan sukarela karena perilaku tersebut tidak penyelesaian pekerjaan. Kualitas pekerjaan
diharuskan oleh persyaratan peran atau meliputi pelaksanaan tugas sesuai
deskripsi jabatan yang secara jelas dituntut prosedur, ketelitian, ketrampilan, dan
berdasarkan kontrak dengan organisasi, penerimaan keluaran. Kuantitas pekerjaan
melainkan sebagai pilihan personal. meliputi target pekerjaan, ketepatan waktu
Organisasi pada umumnya percaya bahwa dan kontribusi. Inisiatif para pegawai
untuk mencapai keunggulan harus dalam menyelesaikan tugas dan
mengusahakan kinerja individual yang pekerjaannya, sangat mempengaruhi hasil
setingi-tingginya karena kinerja individual kerja. Semakin tinggi daya inisiatif dalam
dapat mempengaruhi kinerja tim atau menyelesaikan tugas dan pekerjaannya
kelompok yang pada akhirnya akan maka hasil kerja juga optimal (Gibson,
1997). Menurut Dessler (2000)

152 ISSN : 085-1442


MEDIA EKONOMI DAN MANAJEMEN
Vol. 30 No. 2 Juli 2015

sebagaimana dikutip Dimas (2012) ada memiliki modal sosial yang kuat, akan
lima faktor dalam penilaian kerja yang lebih mudah untuk mendapatkan informasi
popular yaitu prestasi pekerjaa, kuantitas yang dibutuhkan dan juga bantuan dari
pekerjaan, kepemimpinan, kedisiplin dan rekan kerjanya. Hubungan harmonis
komunikasi. tersebut akan mampu membuat para
karyawan memiliki keterikatan yang kuat
Hubungan Employee Enggement dengan dengan perusahaan, sehingga mereka akan
OCB dengan suka rela memenuhi peraturan
Dalam terminologi "employee yang berlaku yang merupakan sifat dari
engagement" yang diperkenalkan oleh OCB. Penelitian sebelumnya yang
Gallup, engagement diartikan sebagai dilakukan oleh Fadli (2012) menemukan
status "keterikatan" (dalam arti positif) bahwa Modal Sosial berpengaruh positif
seorang karyawan terhadap lingkungan terhadap OCB. Sehingga dapat dirumuskan
kerja atau perusahaan tempatnya bekerja. hipotesis 2.
Menurut Organ (1988) OCB adalah H2 : Modal Sosial berpengaruh positif dan
sebagai perilaku individu yang bebas, tidak signifikan terhadap OCB
secara langsung atau eksplisit mendapat
penghargaan dari sistem imbalan formal, Hubungan Employee Engagement dan
dan yang secara keseluruhan Kinerja Karyawan
meningkatkan efisiensi dan efektivitas Keterlibatan adalah membangun
fungsi-fungsi organisasi.Keterlibatan motivasi yang dapat diberikan oleh
karyawan (Employee Engagement) karyawan di tempat kerja. Keterlibatan
merupakan sikap positif yang dimilikioleh karyawanpada dasarnya merupakan
karyawan terhadap organisasi dan nilai konsep motivasi yang mewakili alokasi
organisasi. Ketika karyawan terlibat dalam aktif sumber daya pribadi terhadap tugas
pekerjaan mereka, mereka meningkatkan yang terkait dengan peran kerja (Christian
terjadinya perilaku yang mempromosikan et al., 2011). Ketika karyawan terlibat
fungsi efisien dan efektif organisasi. dalam pekerjaan mereka, mereka
Perilaku ini dikenal sebagaiOrganizational meningkatkan terjadinya perilaku yang
Citizenship Behaviour (OCB). Hasil mempromosikan fungsi efisien dan efektif
penelitian yang dilakukan oleh Ariani organisasi serta kinerja karyawan.
(2013) menunjukkan bahwa Employee Penelitian sebelumnya yang dilakukan
Engagement berpengaruh positif oleh Markos & Sridevi (2010) menemukan
terhadap OCB. Sehingga dapat bahwa Employee Engagement berpengaruh
dirumuskan hipotesis 1. positif terhadap kinerja karyawan.
H1 : Employee Engagement berpengaruh Sehingga dapat dirumuskan hipotesis 3.
positif dan signifikan terhadap OCB H3 : Employee Engangement berpengaruh
positif dan signifikan terhadap Kinerja
Hubungan Modal Sosial dan OCB karyawan
Fukuyama (1995) dalam Supriyono (2010)
mendefinisikan modal sosial sebagai Hubungan Modal Sosial terhadap
serangkaian nilai-nilai atau norma-norma Kinerja Karyawan
informal yang dimiliki bersama di antara Menurut Cohen dan Prusak L (2001),
para anggota suatu kelompok yang modal sosial adalah sebagai setiap
memungkinkan terjalinnya kerja sama di hubungan yang terjadi dan diikat oleh
antara mereka.Sumber daya manusia yang suatu kepercayaan (trust), ke saling
ada dalam suatu perusahaan memiliki pengertian (mutual understanding), dan
keanekaragaman yang cukup tinggi nilai-nilai bersama (shared value) yang
menjadi salah satu bentuk modal yaitu mengikat anggota kelompok untuk
modal sosial. Individu karyawan yang membuat kemungkinan aksi bersama dapat

ISSN : 085-1442 153


MEDIA EKONOMI DAN MANAJEMEN
Vol. 30 No. 2 Juli 2015

dilakukan secara efisien dan efektif. terhadap pekerjaannya. Altruism, perilaku


Pegawai yang selalu melakukan tegur untuk membantu orang lain dalam
sapa, menjaga hubungan baik, melibatkan pekerjaannya; Conscientiousness, suatu
diri pada setiap kegiatan, selalu menjaga perilaku minimum yang disyaratkan
kebersamaan, mempunyai pemahaman seperti kehadiran, mamatuhi peraturan;
yang sama tentang visi organisasi, teman Sportmanship, kemauan untuk bersikap
membantu jika ada kesulitan, dan percaya toleran dengan keadaan sekitar ; Courtesy,
dengan kemampuan rekan kerja. Hal ini kecenderungan karyawan untuk
akan memberikan semangat dan dorongan menghindari timbulnya masalah dengan
pegawai untuk aktif bekerja sehingga rekan kerja; Civic Virtue melakukan
kinerjanya dapat dicapai dengan baik sesuatu aktivitas atau perkumpulan dalam
(Nahapiet dan Ghosal, 1998). Hasil organisasi. Sifat-sifat individu dalam
penelitian terdahulu oleh Pujiastuti (2012) kategori perilaku OCB tersebut merupakan
menyatakan bahwa modal sosial faktor yang dapat mempengaruhi kinerja
mempunyai pengaruh dan hubungan seseorang.Karyawan dengan OCB tinggi
positif dengan kinerja organisasi. Sehingga akan mempercepat penyelesaian tugasnya
dapat dirumuskan hipotesis 4. sehingga dapat meningkatakan kinerja
H4 : Modal Sosial berpengaruh positif dan karyawan. Hasil penelitian terdahulu oleh
signifikan terhadap kinerja karyawan Nufus (2011) menyatakan bahwa OCB
berpengaruh positif terhadap kinerja
Hubungan OCB terhadap Kinerja karyawan. Sehingga dapat dirumuskan
Karyawan hipotesis 5.
Menurut Dessler (2000) dalam H5 : OCB berpengaruh positif dan
Wicaksono (2012) kinerja karyawan dapat signifikan terhadap kinerja karyawan
dipengaruhi oleh faktor-faktor individu
seperti kontribusi dan kedisiplinan dalam Model Penelitian
pekerjaan. Perilaku OCB tidak terdapat Model Penelitian menunjukkan Employee
dalam job description, tetapi sangat Engagement dan Modal Sosial sebagai
diharapkan karena mendukung variabel independen dan Kinerja
peningkatan efektivitas organisasi. Karyawan sebagai variabel dependen.
Karyawan yang memiliki OCB akan Pengaruh Employee Engagement dan
memiliki loyalitas yang tinggi terhadap Modal Sosial pada Kinerja Karyawan
organisasi tempatnya bekerja, dan dengan dimediasi oleh OCB (Gambar 1).
sendirinya akan merasa nyaman dan aman

Employee Engagement

(X1)

OCB (Organizational Citizenship Kinerja


Behaviour) Karyawan
(Y1) (Y2)

Modal Sosial

(X2)

Gambar 1: Model Penelitian

154 ISSN : 085-1442


MEDIA EKONOMI DAN MANAJEMEN
Vol. 30 No. 2 Juli 2015

METODE PENELITIAN Modal sosial yang merupakan serangkaian


nilai-nilai atau norma-norma informal
Dalam penelitian ini sumber dan jenis data yang dimiliki bersama di antara para
yang digunakan adalah data primer. Data anggota suatu kelompok yang
primer adalah data yang berasal dari obyek memungkinkan terjalinnya kerja sama di
yang diteliti yaitu karyawan/karyawati antara mereka. Modal sosial memiliki tiga
Kantor Pusat Bank Jateng Semarang. Data dimensi yaitu struktural, kognitif dan
primer dalam penelitian ini diperoleh relasional (Nahaphiet dan Ghosal, 1998).
melalui kuisioner, yang terdiri dari OCB adalah perilaku individu yang
pertanyaan tentang identitas responden dan bebas, tidak secara langsung atau eksplisit
tentang variable yang diteliti. dapat dikenali dalam suatu system yang
formal dan yang secara agregat mampu
Partisipan Riset meningkatakan efektivitas fungsi
Partisipan Riset dalam penelitian ini organisasi. Ada lima tipe dari OCB yaitu
adalah karyawan/karyawati Bank Jateng Helping (Altruism), Conscientiousness,
Kantor Pusat. Penentuan partisipan dalam Sportamship, Courtesy dan Civic
penelitian ini menggunakan metode Virtue(Organ, 1988).
Proportionale stratified random sampling. Kinerja adalah hasil dari pekerjaan
Teknik ini digunakan karena populasi yang terkait dengan tujuan organisasi
mempunyai anggota/unsur yang tidak seperti kualitas dan kuantitas, efisiensi dan
homogen dan berstrata secara kriteria efektivitas kerjalainnya. (Gibson,
proporsional. Penentuan jumlah sampel 1997). Kinerja Karyawan dibagi menjadi 4
menggunakan tabel Isaac dan dimensi yaitu kualitas kerja, kuantitas
Michael(Sugiyono, 2014). Jumlah sampel kerja, ketepatan waktu dan efektivitas.
yang didapatkan dengan menggunakan
tabel Isaac dan Michael dengan taraf Pengujian Instrumen
kesalahan 10% adalah 140 orang. Teknik Peneliti melakukan pengujian instrumen
pengambilan sampel menggunakan dengan uji validitas dan uji reliabilitas
Proportionate Stratified Random terhadap kuisioner. Dalam penelitian ini
Sampling. Bank Jateng Kantor Pusat untuk menguji dan menganalisis validitas
mempunyai beberapa divisi. Jumlah digunakan teknik analisis faktor. Sebagai
sampel yang diambil berdasarkan masing- kriteria pemilihan item berdasarkan
masing divisi tersebut ditentukan kembali analisis faktor, digunakan nilai Kaiser
dengan rumus n = (populasi kelas / jml Meyer-Olkin Measure of Sampling
populasi keseluruhan) x jumlah sampel Edequacy (KMO). Apabila terlihat angka
yang ditentukan. KMO > 0,5, maka kumpulan variabel
tersebut dapat diproses lebih lanjut. Jika
Definisi Operasional Variabel dan masing-masing butir pernyataan
Instrumen Penelitian merupakan indikator pengukur variabel
maka akan memiliki nilai loading factor di
Variabel dalam penelitian ini
atas 0,4. Dengan demikian jika Loading
diukur menggunakan kuisioner dengan
factor item lebih dari 0,4 maka dianggap
skala Likert.
valid untuk dianalisis kehandalannya (uji
Variabel Employee Engagement
reliabilitas) (Ghozali, 2013).
yang merupakan status "keterikatan"
Pada penelitian ini digunakan
(dalam arti positif) seorang Karyawan
teknik perhitungan reliabilitas koefisien
terhadap lingkungan kerja atau perusahaan
Alpha Cronbach. Nilai batas yang
tempatnya bekerja (Gallup,1998) dibagi
digunakan untuk menilai tingkat
menjadi 3 dimensi yaitu Basic Needs,
reliabilitas yang dapat diterima adalah 0,70
Management Support, Kerjasama tim dan
( Ghozali, 2013).
Pengembangan Karyawan.

ISSN : 085-1442 155


MEDIA EKONOMI DAN MANAJEMEN
Vol. 30 No. 2 Juli 2015

Tabel 2. KMO dan Loading Factor Hasil Analisis Faktor

Variabel KMO Indikator Loading Factor Keterangan


Employee .899 Ee1.1 .784 Valid
Engagement Ee1.2 .700 Valid
Ee2.1 .766 Valid
Ee2.2 .620 Valid
Ee2.3 .670 Valid
Ee3.1 .728 Valid
Ee3.2 .780 Valid
Ee3.3 .751 Valid
Ee3.4 .745 Valid
Ee3.5 .698 Valid
Ee4.2 .711 Valid
Ee4.2 .739 Valid
Modal Sosial .881 Ms1.1 .720 Valid
Ms1.2 .746 Valid
Ms1.3 .652 Valid
Ms2.1 .740 Valid
Ms2.2 .809 Valid
Ms2.3 .711 Valid
Ms3.1 .658 Valid
Ms3.2 .811 Valid
Ms3.3 .815 Valid
Ms3.4 .765 Valid
OCB .860 Ocb1.1 .699 Valid
Ocb1.2 .690 Valid
Ocb1.3 .673 Valid
Ocb1.4 .556 Valid
Ocb1.5 .537 Valid
Ocb2.1 .619 Valid
Ocb2.2 .709 Valid
Ocb2.3 .649 Valid
Ocb2.4 .731 Valid
Ocb2.5 .671 Valid
Ocb2.6 .361 Tidak Valid
Ocb3.1 .523 Valid
Ocb3.2 .656 Valid
Ocb3.3 .732 Valid
Ocb4.1 .751 Valid
Ocb4.2 .797 Valid
Ocb4.3 .712 Valid
Ocb5.1 .829 Valid
Ocb5.2 .703 Valid
Ocb5.3 .786 Valid
Kinerja Karyawan .937 Kk1.1 .764 Valid
Kk1.2 .802 Valid
Kk1.3 .836 Valid
Kk2.1 .881 Valid
Kk2.2 .878 Valid
Kk2.3 .876 Valid
Kk3.1 .886 Valid
Kk3.2 .876 Valid
Kk3.3 .871 Valid
Kk4.1 .871 Valid
Kk4.2 .818 Valid
Kk4.3 .841 Valid
Kk4.4 .799 Valid
Sumber : Data primer yang diolah (2015)

156 ISSN : 085-1442


MEDIA EKONOMI DAN MANAJEMEN
Vol. 30 No. 2 Juli 2015

Tabel 3. Hasil Uji Reliabilitas Cronbachs Alpha

Variabel Hasil Uji Cronbachs Keterangan


Alpha
Employee Engagement (X1) 0.915 Reliabel
Modal Sosial (X2) 0.908 Reliabel
OCB (Y1) 0.930 Reliabel
Kinerja Karyawan (Y2) 0.966 Reliabel
Sumber : Data primer yang diolah (2015)

Dari hasil uji reliabilitas menunjukkan demikian variabel employee engagement


bahwa setiap variabel semuanya dan modal sosial secara simultan
dinyatakan reliable (Tabel 3). berpengaruh terhadap OCB. Signifikansi
persamaan II dari tabel 4 sebesar 0,000 <
Pengujian Hipotesis 0,05 dengan nilai F sebesar 119,600.
Pada persamaan I hasil uji R2 pada Dengan demikian variabel employee
penelitian ini adalah variabel Employee engagement, modal sosial dan OCB secara
Engagement dan Modal Sosial searah simultan berpengaruh terhadap kinerja
dengan perubahan variabel terikat yaitu karyawan.
OCB. Artinya semakin tinggi Employee Hasil uji t menunjukkan persamaan I
Engagement dan Modal Sosial maka akan employee engagement berpengaruh positif
semakin tinggi pula OCB. Hal ini dapat terhadap OCB dengan signifikansi sebesar
dilihat dari koefisien regresi variabel 0,000 < 0,05(Tabel 4). Artinya semakin
employee engagement sebesar 0,545 tinggi employee engagement maka akan
bertanda positif dan modal sosial sebesar semakin tinggi pula OCB atau sebaliknya.
0,289 bertanda positif (Tabel 4). Jadi hipotesis 1 diterima.
Sedangkan untuk persamaan II, koefisien Sedangkan persamaan I modal sosial
regresi dari variabel employee engagement berpengaruh positif terhadap OCB dengan
sebesar 0,378; modal sosial sebesar 0,259; signifikansi sebesar 0,002 < 0,05. Artinya
OCB sebesar 0,292 seluruhnya bertanda semakin tinggi modal sosial maka akan
positif. Hal ini dapat diartikan bahwa semakin tinggi pula OCB atau sebaliknya.
perubahan pada variabel employee Jadi hipotesis 2 diterima. Pada persamaan
engagement, modal sosial dan OCB searah II employee engagement berpengaruh
dengan perubahan variabel terikat yaitu positif terhadap kinerja karyawan dengan
kinerja karyawan. Artinya semakin tinggi signifikansi sebesar 0,000 < 0,05. Artinya
Employee Engagement, Modal Sosial dan semakin tinggi employee engagement
OCB maka akan semakin tinggi pula maka akan semakin tinggi pula kinerja
kinerja karyawan.Masing-masing koefisien karyawan atau sebaliknya. Jadi hipotesis 3
regresi nampak bahwa Employee diterima. Sedangkan persamaan II modal
Engagement mempunyai nilai koefisien sosial berpengaruh positif terhadap kinerja
yang lebih besar dibandingkan Modal karyawan dengan signifikansi sebesar
Sosial dan OCB (0,378 > 0,292 > 0,259) 0,002 < dari 0,05. Artinya semakin tinggi
artinya bahwa variabel employee modal sosial maka akan semakin tinggi
engagement mempunyai pengaruh yang pula kinerja karyawan atau sebaliknya.
lebih kuat diabandingkan modal sosial dan Jadi hipotesis 4 diterima. Kemudian
OCB dalam mempengaruhi kinerja persamaan II OCB berpengaruh positif
karyawan. terhadap kinerja karyawan dengan
Hasil uji F pada persamaan I diketahui signifikansi sebesar 0,000 < dari 0,05.
signifikansi sebesar 0,000 < 0,05 dengan Artinya semakin tinggi OCB maka akan
nilai F hitung sebesar 112,464. Dengan

ISSN : 085-1442 157


MEDIA EKONOMI DAN MANAJEMEN
Vol. 30 No. 2 Juli 2015

semakin tinggi pula kinerja karyawan atau sebaliknya. Jadi hipotesis 5 diterima.

Tabel 4. Hasil Analisis Regresi Berganda, Uji Model dan Uji t

Adjusted Uji F Uji t


Persamaan Keterangan
R2 F Sig Beta Sig
Persamaan I
Pengaruh Employee Engagement dan Modal Sosial terhadap OCB
1.Employee 0,633 112,464 0,000 0,545 0,000 Hipotesis diterima
Engagement
terhadap OCB
2. Modal Sosial 0,289 0,002 Hipotesis diterima
terhadap OCB
Persamaan II
Pengaruh Employee Engagement, Modal Sosial, OCB terhadap Kinerja Karyawan
1.Employee 0,734 119,600 0,000 0,378 0,000 Hipotesis diterima
Engagement
terhadap Kinerja
Karyawan
2. Modal Sosial 0,259 0,002 Hipotesis diterima
terhadap Kinerja
Karyawan
3. OCB terhadap 0,292 0,000 Hipotesis diterima
Kinerja
Karyawan

PENUTUP
Simpulan Saran
Penelitian ini menunjukkan bahwa Bagi perusahaan yakni Bank Jateng Kantor
Employee engagement berpengaruh Pusat diharapkan karyawannya dapat
signifikan dan positif terhadap OCB. mempertahankan tingkat employee
Artinya semakin tinggi employee enggement dan modal sosial agar tetap
engagement maka akan semakin tinggi tinggi supaya kinerja karyawan juga
pula OCB.Modal Sosial berpengaruh meningkat.Berdasarkan uji statistik,
signifikan dan positif terhadap OCB. diketahui bahwa employee engagement
Artinya semakin tinggi modal sosial maka yang paling mempengaruhi kinerja
akan semakin tinggi pula OCB. Employee karyawan, sehingga diperlukan
engagement berpengaruh signifikan dan ketersediaan dukungan di tempat kerja,
positif terhadap Kinerja Karyawan. rasa aman dan bermakna di tempat kerja.
Artinya semakin tinggi employee Dengan adanya hal tersebut maka
engagement maka akan semakin tinggi karyawan dapat merasa engaged dengan
pula Kinerja Karyawan. Modal Sosial perusahaan dan dapat meningkatkan
berpengaruh signifikan dan positif kinerjanya. Kemudian ditemukan nilai
terhadap Kinerja Karyawan. Artinya mean terendah pada indikator dengan
semakin tinggi modal sosial maka akan pernyataan : ada pengakuan atas kinerja
semakin tinggi pula Kinerja Karyawan. dalam perusahaan. Oleh karena itu
OCB berpengaruh signifikan dan positif diperlukan adanya pengakuan atau reward
terhadap Kinerja Karyawan. Artinya bagi karyawan/karyawati Bank Jateng
semakin tinggi OCB maka akan semakin yang telah melakukan kemajuan atau
tinggi pula Kinerja Karyawan. pekerjaan yang memuaskan.

158 ISSN : 085-1442


MEDIA EKONOMI DAN MANAJEMEN
Vol. 30 No. 2 Juli 2015

Keterbatasan Penelitian Edy, YJ. (2013). Pengaruh Modal Sosial


Penelitian ini mempunyai keterbatasan. dan Budaya Organisasi terhadap
Untuk penelitian yang akan datang Kinerja Tenaga Medis di RSUD
sebaiknya dilakukan pada obyek penelitian Kabupaten Kepulauan Talaud.
yang berbeda dengan cakupan sampel Jurnal Ilmiah Farmasi, 2, 2302-
penelitian yang lebih diperluas. Cakupan 2493
sampel yang luas serta waktu penelitian Fadli, M. (2012). Pengaruh Modal Sosial
yang lebih lama akan memberikan ruang terhadap Organizational
yang lebih luas bagi generalisasi hasil- Citizenship Behaviour pada PT
hasil penelitian mendatang. Indofood CBP Sukses Makmur
Cabang Makassar. Retrieved from
DAFTAR PUSTAKA http://repository.ipb.ac.id
Ghozali, I. (2013). Aplikasi Analisis
Akdere, M. (2005). Social Capital Theory Multivariate dengan Program SPSS
and Implications for Human 21, edisi 7. Semarang: Badan
Resource Development. Singapore Penerbit Universitas Diponegoro.
Management Review 27 (2):1-24. Gibson, J.L. Ivancevich, J.M dan Donnely,
Ariani, D. W. (2013.) The Relationship J.H. (1997). Organization :
between Employee Engagement, Behaviour, Struscture, Processes.
Organizational Citizenship Irwin Professional Publishing
Behavior, and Counterproductive Kahn, W. (1990), Psychological
Work Behavior. International conditions of personal engagement
Journal of Business and disengagement at
Administration. Vol. 4, No. 2. work.Academy of Management
Retrieved from Journal, Vol. 33 No. 4
http://www.sciedu.ca/ijba Little, B & Little, P.(2006). Employee
Azwar,S (2008). Reliabilitas dan Validitas. Engagement:Conceptual Issues.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar Journal of Organizational Culture,
Bhatnagar, J., & Biswas, S. (2010). Communications and Conflict,
Predictors and Outcomes of Volume 10: 111-118.
Employee Engagement: Mangkunegara, A.A.Anwar Prabu. (2000)
Implications of theResource-Based , Manajemen Sumber Daya
View Perspective. The Indian Manusia Perusahaan,PT. Bandung:
Journal of Industrial Relations, Remaja Rosda Karya.
46(2), 273-288 Markos, S & Sridevi, S. (2010). Employee
Christian, M.S., Garza, A.S., & Slaughter, Engagement : The Key to
J.E. (2011). Work Engagement: A Improving Performance.
Quantitative Review a Test of Its International Jornal of Bussiness
Relations with Task and and Management.
Contextual Performance. Personnel Masud, F. (2004). Survai Diagnosis
Psychology, 64(1), 89-136. Organisasional Konsep & Aplikasi.
http://dx.doi.org/10.1111/j.1744- Semarang: Badan Penerbit
6570.2010.01203.x Universitas Diponegoro.
Cohen, S., dan Prusak L. (2001). In Good Medlin, B. & Green, K. (2008). The
Company: How Social Capital Relationship Among Goal
Makes Organization Work. Setting,Optimism and The
Harvard Business Pres Engagement : The Impact on
Employee Performance. Journal of
Managerial Psychology,109,943-
958.

ISSN : 085-1442 159


MEDIA EKONOMI DAN MANAJEMEN
Vol. 30 No. 2 Juli 2015

Murnianita, F. B. (2012). Pengaruh Santosa, E. C. (2012). Memahami dan


Kepemimpinan terhadap Employee Mendorong Terciptanya Employee
Engagement pada PT PLN Persero Engagement dalam Organisasi.
Pusdiklat. Jakarta: Fakultas Jurnal Manajemen, Vol.11, No.2.
Ekonomi UI Saks, AM. (2006). Employee Engagement
Nahapiet, J & Ghosal, S. (1998). Social : Antecedents and Consequences.
capital, intellectual capital, and Journal of Managerial Psychology,
organizatioanal 21, 600-612
advantage.Academy of Siauw Chow, IH. The Relationship
Management Review between Social Capital,
Nufus, H. (2011). Pengaruh OCB terhadap Organizational Citizenship
Kinerja Karyawan di PT Putra Behaviour and Performance
Pertiwi Karya Utama. Jakarta:UIN Outcome: An Empirical Study from
Syarif Hidayatullah. China. SAM Advanced
Organ D.W.(1988). Organizational Management Journal.
Citizenship Behaviour : The Good Schaufeli, W. B., & Bakker, A. B. (2003).
Soldier Syndrome. England: Utrecht work engagement scale:
Lexington Books. Preliminary manual, version 1.
Parwitaningsih dan Darmayanti,T. (2010). Utrecht University, Occupational
Modal Sosial dan Modal Manusia Health Psychology Unit.
pada Pendidikan Jarak Jauh di Solow, R. M. 1999. Notes Social Capital
Universitas Terbuka. Jurnal and Economic Performance. In
Pendidikan terbuka dan Jarak Partha D., Ismail S. 1999.Social
Jauh, Volume 11, Nomor 1, Maret Capital A Multifaceted Perspective.
2010. Washington DC: The World Bank.
Prawirosentono, Suyadi. (2004). Filosofi Sugiyono. 2014. Metode Penelitian
Baru tentang Manajemen Mutu Kuantitatif, Kualitatif, dan
Terpadu: Total Quality Kombinasi. Bandung : Alfabeta
Management Abad 21. Jakarta: Supriyono, Agus. 2010. Modal Sosial:
Bumi Aksara. Definisi, Dimensi dan Tipologi.
Pujiastuti, E. (2012). Human Capital, Jurnal Manajemen Sumber Daya
Social Capital dan Pengaruhnya ManusiaVol 2 No. 1 Desember
terhadap Kinerja Perusahaan (Studi The Gallup Organization. The Gallup
pada Bank Sleman). Proceeding Organization, (2004). Retrieved
Business Conference Bisnis dan from http://www.gallup.com
Isu Global, 6-12. Wicaksono, D.S. 2012. Analisis Pengaruh
Rahmawati, Diah. (2011). Model OCB dan Komitmen
hubungan Modal Sosial, Organisasional terhadap Kinerja
Organizational Citizenship dengan Mediasi Kepuasan Kerja.
Behaviour dan Kepercayaan di Semarang: Unisbank.
PDAM Tirta Kahuripan Kabupaten Laporan Berkelanjutan Bank Jateng 2013.
Bogor. Retrieved from http://www.bankjateng.co.id
http://repository.ipb.ac.id
Robins dan Judge. (2008). Perilaku
Organisasi, edisi 12. Salemba
Empat : Jakarta.
Robinson, D., Perryman, S. & Hayday, S.
(2004). The drivers of employee
engagement.Institute of
Employment Studies, Report 405.

160 ISSN : 085-1442

Anda mungkin juga menyukai