Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Ecodemica, Vol. 1 No.

2 September 2017

Hubungan Motivasi Kerja dan Kepuasan Kerja


Terhadap Kinerja Karyawan PTLR Batan
Herudini Subariyanti
ASM BSI Jakarta, herudini.hdi@bsi.ac.id

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara motivasi kerja
terhadap kinerja karyawan, hubungan antara kepuasan kerja terhadap kinerja karyawan,
hubungan antara motivasi kerja, kepuasan kerja secara bersama-sama terhadap kinerja
karyawan pada karyawan PTLR BATAN. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
metode kuantitatif dengan pendekatan korelasional yaitu penelitian yang berupaya
menjelaskan hubungan antara variabel bebas (independent variables) dengan variabel
terikat (dependent variables) melalui pengujian hipotesis. Variabel bebas terdiri dari
motivasi kerja dan kepuasan kerja sedangkan variabel terikatnya adalah kinerja karyawan.
Desain penelitian adalah penelitian sampel acak yang dilakukan terhadap 120 sampel
karyawan PTLR BATAN, teknik pengumpulan data melalui kuesioner. Selanjutnya data
dianalisis secara kuantitatif yaitu dengan menggunakan metode statistik dengan bantuan
program komputer SPSS 12.00, dengan teknik analisis deskriptif, korelasi sederhana,
korelasi berganda, dan uji asumsi dasar. Dari hasil penelitian didapat kesimpulan bahwa
terdapat hubungan positif dan signifikan antara motivasi kerja terhadap kinerja
karyawan, terdapat hubungan positif dan signifikan antara kepuasan kerja terhadap
kinerja karyawan, terdapat hubungan positif dan signifikan antara motivasi kerja dan
kepuasan kerja terhadap kinerja karyawan.
Kata Kunci : Motivasi Kerja, Kepuasan Kerja, Kinerja Karyawan

ABSTRACT
This research aimed to know the relationship between working motivation with
employee performance, the relationship between working satisfaction with employee
performance and the relationship among working motivation, working satisfaction with
employee performance simultaneously (Research on PTLR BATAN employee).This
research applied quantitative method by using correlational approach, which is explain
the relationship between (independent variables) and (dependent variables) through
hypothesis examination. Independent variables consist of working motivation and
working satisfaction .Dependent variable is toward employee performance. while the
design of the research is used random sampling wich performed to 120 of PTLR BATAN
employee, and data collection is use questionnair. Data is analyzed quantitatively by
using statistical model in computer program (SPSS 12.00), with descriptive analysis
technique, simple correlation, double correlation, and basic assumption analysis.The
result of this research showed that there is a positive and significant relationship between
working motivation with employee performance, there is a positive and significant
relationship between working satisfaction with employee performance and there is a
positive and significant relationship between working motivation and working
satisfaction with employee performance.
Keywords: Working Motivation, Working Satisfaction, Employee Performance

Naskah diterima : 15 Juni 2017 , Naskah dipublikasikan : 15 September 2017

PENDAHULUAN memiliki perilaku berbeda satu sama lain.


Manusia, di samping sebagai salah satu Manusia memiliki peran yang sama yakni
faktor penting dalam suatu organisasi, sebagai tenaga kerja ataupun sebagai
juga merupakan individu-individu yang karyawan dalam suatu proses produksi

ISSN: 2355-0295, E-ISSN: 2549-8932 224


Jurnal Ecodemica, Vol. 1 No. 2 September 2017

yang dilakukan secara efektif dan efisien. dianggap penting oleh masing-masing
Hasil akhir pekerjaan karyawan adalah orang berbeda”.
berupa kinerja (work performance) baik Era globalisasi dewasa ini ditandai oleh
kinerja yang bersifat kualitatif maupun persaingan ketat, bukan saja antar
kuantitatif. Di samping itu, peran perusahaan atau industri, namun juga
karyawan adalah juga sebagai pihak yang antar bangsa. Menurut Sudarmanto
melaksanakan visi, misi dan tujuan-tujuan (2009), organisasi yang berhasil dan
yang ingin dicapai oleh organisasi. Oleh efektif merupakan organisasi dengan
karena itu, sudah selayaknya apabila individu yang di dalamnya memiliki
karyawan mendapatkan perlakuan yang kinerja yang baik. Persaingan juga terasa
memadai sesuai dengan apa yang telah di sektor publik (instansi dan lembaga
mereka kontribusikan kepada organisasi. Pemerintah) dalam rangka
Kontribusi karyawan dapat berupa mengedepankan pelayanan publik untuk
pemikiran, loyalitas, tenaga, waktu, kesejahteraan masyarakat secara umum.
keahlian, keterampilan, sikap, dan Salah satunya organisasi publik tersebut
pengorbanan yang mereka berikan kepada adalah Pusat Teknologi Limbah
organisasi. Untuk mencapai kepuasan Radioaktif - Badan Tenaga Nuklir
kerja, setiap karyawan perlu memiliki Nasional (untuk selanjutnya disingkat
motivasi. Tentang faktor motivasi, PTLR- BATAN). Berdasarkan data yang
Siswanto (2005) menyatakan pendapatnya diperoleh di lapangan dan penelitian-
sebagai berikut : penelitian sebelumnya, maka fokus
“Seorang karyawan dituntut untuk penelitian ini adalah mengenai hubungan
memiliki motivasi yang kuat dalam motivasi kerja dan kepuasan kerja
melakukan pekerjaannya. Secara pasif terhadap kinerja karyawan PTLR
motivasi tampak sebagai kebutuhan BATAN.
sekaligus sebagai pendorong yang dapat Dalam penelitian ini, terdapat beberapa
menggerakkan semua potensi. Secara masalah yang berhasil diidentifikasi di
aktif, motivasi tampak sebagai suatu PTLR-BATAN sebagai obyek penelitian,
usaha positif dalam menggerakkan daya antara lain:
dan potensi karyawan agar produktif 1. Hubungan insentif / kompensasi
berhasil dan mencapai tujuan. Motivasi materiil dengan motivasi kerja
kerja dapat memberi energi yang 2. Hubungan rekan kerja dengan
menggerakkan segala potensi yang ada, motivasi kerja
menciptakan keinginan yang tinggi dan 3. Hubungan motivasi kerja dengan
luhur, serta meningkatkan kegairahan kinerja karyawan
kerja bersama” 4. Hubungan fasilitas kerja dengan
Kepuasan kerja merupakan penilaian atau kepuasan kerja
cerminan dari perasaan karyawan 5. Hubungan kepuasan kerja dengan
terhadap pekerjaannya. Hal ini tampak kinerja karyawan
dalam sikap positif pekerja terhadap 6. Hubungan motivasi kerja dan
pekerjaannya dan segala sesuatu yang kepuasan kerja dengan kinerja
dihadapi lingkungan kerjanya. Kepuasan karyawan
kerja memiliki pengaruh terhadap hasil Berdasarkan uraian latar belakang
akhir suatu pekerjaan yakni kinerja masalah di atas, maka rumusan masalah
(Umar, 1999). Tentang kepuasan kerja, penelitian ini adalah sebagai berikut :
(Luthans (1998) menyatakan pendapatnya Apakah ada hubungan antara motivasi
sebagai berikut : kerja karyawan dengan kinerja karyawan
“kepuasan kerja merupakan hasil persepsi di PTLR - BATAN? Apakah ada
karyawan tentang bagaimana pekerjaan hubungan antara kepuasan kerja karyawan
mereka dapat memberikan sesuatu yang dengan kinerja karyawan di PTLR -
dianggap penting. Karena ini adalah BATAN? Apakah ada hubungan antara
masalah persepsi, maka kepuasan kerja motivasi kerja dan kepuasan kerja secara
yang ditunjukkan oleh seseorang berbeda bersama-sama dengan kinerja karyawan di
dengan orang lain, karena hal yang dapat PTLR - BATAN?

ISSN: 2355-0295, E-ISSN: 2549-8932 225


Jurnal Ecodemica, Vol. 1 No. 2 September 2017

Pengakuan atas suatu kinerja akan


KAJIAN LITERATUR memberikan kepuasan batin yang lebih
Motivasi tinggi daripada penghargaan dalam
Menurut Siswanto (2005), “Motivasi
bentuk materi atau hadiah.
sebagai kejiwaan dan sikap mental
manusia yang memberikan energi, Penghargaan atau pengakuan dalam
mendorong kegiatan (moves), dan bentuk piagam penghargaan atau
mengarah atau menyalurkan perilaku ke medali dapat menjadi stimulus yang
arah mencapai kebutuhan yang memberi lebih kuat dibandingkan dengan hadiah
kepuasan atau mengurangi berupa barang atau bonus/uang.
ketidakseimbangan”.  Tantangan (Challenge)
Perilaku setiap individu pada dasarnya Adanya tantangan yang dihadapi
berorientasi pada tujuan yang ingin
dicapai. Dengan kata lain, perilaku merupakan stimulus kuat bagi manusia
individu pada umumnya didorong oleh untuk mengatasinya. Sasaran yang
keinginan untuk merealisasikan tujuan. tidak menantang atau dengan mudah
Motivasi seseorang akan ditentukan oleh dapat dicapai bisaanya tidak mampu
stimulusnya. Stimulus merupakan mesin menjadi stimulus, bahkan cenderung
penggerak motivasi seseorang sehingga menjadi kegiatan rutin. Tantangan
menimbulkan pengaruh perilaku orang
demi tantangan biasanya akan
yang bersangkutan. Motivasi seseorang
menurut Sagir dalam Siswanto (2005) menumbuhkan kegairahan untuk
biasanya meliputi hal-hal berikut: mengatasinya.
 Kinerja (Achievement)  Tanggung Jawab (Responsibility)
Seseorang yang memiliki keinginan Adanya rasa ikut serta memiliki (sense
berprestasi sebagai suatu kebutuhan of belonging) atau rumongso
(needs) dapat mendorongnya mencapai handarbeni (bahasa Jawa) akan
menimbulkan motivasi untuk turut
sasaran. Mc Cleland menyatakan
merasa bertanggung jawab. Dalam hal
bahwa tingkat needs of achievement (n- ini Total Quality Control (TQC) atau
Ach) yang telah menjadi naluri kedua Peningkatan Mutu Terpadu (PMT)
(second nature), merupakan kunci yang bermula dari Amerika Serikat
keberhasilan seseorang. N-Ach yang kemudian dikembangkan di
seringkali dikaitkan dengan sikap Jepang menjadi Japanese Management
positif, keberanian mengambil resiko Style, berhasil memberikan tekanan
pada karyawan. Bahkan setiap
yang diperhitungkan (bukan gambling, karyawan dalam tahapan proses
namun calculated risk) untuk mencapai produksi telah turut menyumbang
suatu sasaran yang telah dientukan. proses produksi sebagai mata rantai
Melalui pelatihan-pelatihan dalam suatu sistem akan sangat
motivasional seperti (Achievement ditentukan oleh tanggung jawab
Motivation Training (AMT), semangat subsistem (mata rantai) dalam proses
produksi. Apabila setiap tahap atau
kewirausahaan (entrepreneurship)
mata rantai mutu produksinya dapat
yakni sikap hidup yang berani dikendalikan sebagai hasil rasa
mengambil resiko untuk mencapai tanggung jawab kelompok (subsistem)
sasaran yang lebih tinggi dapat maka produk akhir merupakan hasil
dikembangkan. dari Total Quality Control atau
 Penghargaan (Recognition) Peningkatan Mutu Terpadu. Tanggung
Penghargaan dalam bentuk pengakuan jawab kelompok dalam mata rantai
proses produksi merupakan QCC
(recognition) atas suatu kinerja yang
(Quality Control Circle) atau
telah dicapai oleh seseorang Kelompok Mutu Terpadu yang
merupakan stimulus yang kuat.

ISSN: 2355-0295, E-ISSN: 2549-8932 226


Jurnal Ecodemica, Vol. 1 No. 2 September 2017

merupakan bentuk tanggung jawab Kepuasan kerja mempunyai peran penting


bersama. dalam rangka mendukung tercapainya
 Pengembangan (Development) tujuan organisasi. Kepuasan kerja
Pengembangan kemampuan seseorang, memberikan sumbangan yang besar
baik dari pengalaman kerja atau terhadap efektivitas organisasi, serta
kesempatan untuk maju, dapat menjadi merangsang semangat kerja dan loyalitas
stimulus kuat bagi karyawan untuk karyawan. Robbins (1996) mendefinisikan
bekerja lebih giat atau lebih bergairah. kepuasan kerja sebagai sikap secara
Apalagi jika pengembangan umum dan tingkat perasaan positif
perusahaan selalu dikaitkan dengan seseorang terhadap pekerjaannya.
kinerja atau produktivitas karyawan. Robbins (1999) mengetengahkan empat
 Keterlibatan (Involvement) respon yang dapat dilakukan oleh
Rasa ikut terlibat atau involved dalam karyawan ketika mereka merasa tidak
suatu proses pengambilan keputusan puas dengan pekerjaan mereka. Respon
atau dengan bentuk kotak saran dari tersebut dapat berupa hal-hal berikut ini:
1. Keluar (exit), ketidakpuasan yang
karyawan, yng dijadikan masukan diungkapkan lewat perilaku yang
untuk manajemen perusahaan diarahkan untuk meninggalkan
merupakan stimulus yang cukup kuat organisasi. Mencakup pencarian posisi
untuk karyawan. Melalui kotak saran, baru maupun minat berhenti.
karyawan merasa diikutsertakan dalam 2. Suara (voice), ketidakpuasan yang
proses pengambilan keputusan atau diungkapkan lewat usaha aktif dan
konstruktif untuk memperbaiki
tahapan kebijakan yang akan diambil
kondisi. Mencakup saran perbaikan,
manajemen. membahas masalah-masalah dengan
Rasa terlibat akan menumbuhkan rasa atasan dan beberapa bentuk kegiatan
ikut bertanggung jawab, rasa dihargai serikat buruh.
yang merupakan tantangan yng harus 3. Kesetiaan (loyality), ketidakpuasan
dijawab, melalui peran serta berprestasi yang diungkapkan secara pasif
untuk mengembangkan usaha maupun menunggu membaiknya kondisi.
Mencakup berbicara membela
pengembangan pribadi. Adanya rasa
organisasi menghadapi kritik luar dan
keterlibatan (involvement) bukan saja mempercayai organisasi dan
menciptakan rasa memiliki (sense of manajemennya untuk melakukan hal
belonging) dan rasa turut bertanggung yang tepat.
jawab (sense of responsibility), tetapi 4. Pengabaian (neglect), ketidakpuasan
juga menimbulkan rasa turut mawas yang dinyatakan dengan membiarkan
diri untuk bekerja lebih baik dan kondisi memburuk. Termasuk
kemangkiran atas dating terlambat
menghasilkan produk yang lebih secara kronis, upaya yang dikurangi
bermutu. dan tingkat kekeliruan yang
 Kesempatan (Opportunity) meningkat.
Kesempatan untuk maju dalam bentuk Faktor-faktor Kepuasan Kerja.
jenjang karir yang terbuka, dari tingkat Menurut Robbin (1996), faktor-faktor
bawah sampai tingkat manajemen yang lebih penting yang mendorong
puncak merupakan stimulus yang kepuasan kerja sebagai berikut:
cukup kuat bagi karyawan. Bekerja 1. kerja baik untuk kenyamanan pribadi
tanpa harapan atau kesempatan untuk maupun untuk memudahkan
meraih kemajuan atau perbaikan nasib mengerjakan tugas yang baik.
tidak akan menjadi stimulus untuk 2. Rekan sekerja yang mendukung :
berprestasi atau bekerja produktif. Bagi karyawan , kerja juga mengisi
kebutuhan dan interaksi sosial. Oleh
Kepuasan Kerja karena itu tidaklah mengejutkan bila
mempunyai rekan sekerja yang

ISSN: 2355-0295, E-ISSN: 2549-8932 227


Jurnal Ecodemica, Vol. 1 No. 2 September 2017

ramah dan mendukung menghantar Membicarakan kinerja akan selalu


ke kepuasan kerja yang meningkat. terkait dengan ukuran atau standar kinerja.
3. Kesesuaian kepribadian-pekerjaan : Ukuran atau standar kinerja terkait dengan
Menurut Holland, kecocokan yang parameter-parameter tertentu atau dimensi
tinggi antara kepribadian seorang yang dijadikan dasar atau acuan oleh
karyawan dan okupasi akan organisasi untuk mengukur kinerja
menhasilkan seorang individu yang (Sudarmanto, 2009). Menurut Gibson
lebih terpuaskan. Orang-orang yang (1997) mengukur kinerja pegawai terkait
tipe kepribadiannya kongruen dengan dengan alat pengukuran kinerja yang
pekerjaan yang mereka digunakan. Terkait dengan alat
pilihseharusnya mendapatkan bahwa pengukuran kinerja, secara garis besar
mereka mempunyai bakat dan diklasifikasikan dalam dua, yaitu: (1) tipe
kemampuan yang tepat untuk penilaian yang dipersyaratkan; dengan
memenuhi tuntutan dari pekerjaan penilaian relatif dan penilaian absolut.
mereka, dengan demikian lebih besar Penilaian relatif merupakan model
kemungkinan untuk berhasil dan penilaian dengan membandingkan kinerja
mempunyai kemungkinan yang lebih seseorang dengan orang lain dalam
besar untuk mencapai jabatan yang sama. Model penilaian ini
Kinerja Karyawan akan menghasilkan peringkatan kinerja
Menurut Sudarmanto (2009), organisasi antar pegawai dalam kelompok pekerjaan.
yang berhasil dan efektif merupakan Model penilaian absolut (absolute)
organisasi dengan individu yang di merupakan penilaian dengan
dalamnya memiliki kinerja yang baik. menggunakan standar penilaian kinerja
Organisasi yang efektif atau berhasil akan tertentu. (2) fokus pengukuran kinerja
ditopang oleh SDM yang berkualitas. dengan 3 model, yaitu: penilaian kinerja
Banyak organisasi yang berhasil atau berfokus sifat (trait), berfokus perilaku
efektif karena ditopang oleh kinerja SDM. dan berfokus hasil.
Sebaliknya, tidak sedikit organisasi yang Hipotesis
gagal karena faktor kinerja SDM. Dengan
demikian, ada kesesuaian antara
keberhasilan organisasi atau kinerja
organisasi dengan kinerja individu atau
kinerja SDM.
Dimensi atau indikator kinerja merupakan
aspek-aspek yang menjadi ukuran dalam
menilai kinerja. Ukuran-ukuran yang
dijadikan tolok ukur dalam menilai
kinerja. Dimensi ataupun ukuran kinerja
sangat diperlukan karena akan bermanfaat Berdasarkan kerangka pemikiran diatas
baik bagi banyak pihak. maka hipotesis yang diajukan dalam
Minner (1992), mengemukakan 4 dimensi penelitian ini adalah sebagai berikut:
yang dapat dijadikan sebagai tolok ukur H1:Terdapat hubungan antara motivasi
dalam menilai kinerja, yaitu: kerja terhadap kinerja karyawan.
 Kualitas yaitu tingkat kesalahan, H2:Terdapat hubungan antara kepuasan
kerusakan, kecermatan kerja terhadap kinerja karyawan .
 Kuantitas yaitu jumlah pekerjaan yang H3:Terdapat hubungan antara motivasi
dihasilkan kerja, kepuasan kerja terhadap kinerja
 Penggunaan waktu dalam kerja yaitu karyawan.
tingkat ketidakhadiran, keterlambatan,
waktu kerja efektif/jam kerja hilang METODE PENELITIAN
 Kerja sama dengan orang lain dalam Penelitian ini adalah jenis penelitian
bekerja survei, yaitu penelitian yang dilakukan
untuk memperoleh data dengan jalan
memberikan kuesioner atau wawancara

ISSN: 2355-0295, E-ISSN: 2549-8932 228


Jurnal Ecodemica, Vol. 1 No. 2 September 2017

dan merekam jawabannya untuk dianalisis Metode Pengumpulan Data


kembali (Djarwanto; 1998). Penelitian ini Kuesioner yaitu dengan membagikan
menggunakan data primer berupa daftar pertanyaan kepada responden.
kuesioner dan wawancara kepada Kuesioner di samping bertujuan untuk
beberapa karyawan PTLR BATAN. menampung data sesuai dengan
Penelitian ini dilaksanakan untuk kebutuhan, juga merupakan suatu kertas
memahami hubungan motivasi dan kerja yang harus ditatalaksanakan secara
kepuasan kerja terhadap kinerja karyawan aktif (Husein Umar 1999). Kuesioner
Pusat Teknologi Limbah Radioaktif terdiri atas beberapa item pertanyaan yang
(PTLR) Badan Tenaga Nuklir Nasional terkait dengan motivasi, kepuasan kerja,
(BATAN). dan kinerja karyawan. Kuesioner diisi
Populasi dan Sampel oleh karyawan/karyawati Pusat Teknologi
1. Populasi Limbah Radioaktif (PTLR) Badan Tenaga
Populasi adalah jumlah keseluruhan Nuklir Nasional (BATAN) yang termasuk
objek (satuan-satuan atau individu- dalam sampel.
individu) yang karakteristiknya hendak Wawancara adalah percakapan dua arah
diduga (Djarwanto dan Pangestu, atas inisiatif pewawancara untuk
1993). Populasi menunjuk pada memperoleh informasi dari responden
sekelompok orang, kejadian, atau (Husein Umar, 1999).
segala sesuatu. Wawancara dengan karyawan Pusat
1. Sample Teknologi Limbah Radioaktif (PTLR)
Sampel adalah bagian dari populasi Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN).
yang karakteristiknya akan diteliti dan Sumber Data
dianggap mewakili keseluruhan Data primer merupakan data yang didapat
populasi (Djarwanto dan Pangestu, dari sumber pertama baik dari individu
1998). Dalam penelitian ini sampel atau perseorangan seperti hasil wawancara
diambil dari karyawan Pusat Teknologi atau hasil pengisian kuesioner yang bisaa
Limbah Radioaktif (PTLR) Badan dilakukan oleh peneliti (Husein Umar,
Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) 1999). Dalam penelitian ini data primer
yang berjumlah 114 orang, jumlah ini adalah karyawan Pusat Teknologi Limbah
berdasarkan perhitungan dengan rumus Radioaktif (PTLR) Badan Tenaga Nuklir
Slovin dengan penyimpangan (standar Nasional (BATAN) yang dipilih secara
eror) 5% (Husein Umar;1999). Karena acak/random.
penelitian ini adalah penelitian survei,
maka peneliti akan mengukur sampel PEMBAHASAN
dengan menggunakan kuesioner yang Berdasarkan hasil pengumpulan data baik
akan dibagikan sebanyak 120 primer maupun sekunder, diperoleh
kuesioner, untuk mengantisipasi tidak gambaran hasil penelitian. Hasil penelitian
kembalinya kuesioner. Semakin tinggi ini dianalisis secara deskriptif dan
tingkat kepercayaan yang diinginkan, kuantitatif. Analisis deskriptif dilakukan
semakin besar sampel yang dengan cara mendeskripsikan item-item
dibutuhkan. pertanyaan, yang bertujuan untuk
Rumus Slovin: memperoleh gambaran mengenai
N 159 variabel-vriabel yang diteliti. Analisis
n n  114 kuantitatif dilakukan dengan
1  Ne 2
1  159(0.05)2
menggunakan formula statistik yaitu
dengan menggunakan program SPSS 12,
Keterangan: yang digunakan untuk menguji hipotesis
n = jumlah sampel dan menjelaskan hubungan variabel bebas
N = jumlah populasi terhadap variabel terikat.
1 = konstanta Uji Normalitas Data
e = standar eror = 5% Salah satu alat uji statistik untuk
menentukan apakah sekumpulan data
berdistribusi normal atau tidak adalah

ISSN: 2355-0295, E-ISSN: 2549-8932 229


Jurnal Ecodemica, Vol. 1 No. 2 September 2017

dengan menggunakan uji Kolmogorov- normal apabila signifikansi (sig) lebih


Smirnov (K-S) yang dihitung dengan besar dari 0.05.
bantuan Program SPSS 12.0 (tabel 4.8).
Ketentuan yang digunakan untuk menguji
normalitas adalah data memiliki distribusi

Tabel 1 Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
MOT MS P
N 114 114 114
Normal Parameters(a,b) Mean 54.4474 68.2193 56.5789
Std. Deviation 3.52762 7.18376 5.17464
Most Extreme Differences Absolute .107 .069 .068
Positive .107 .069 .068
Negative -.080 -.061 -.063
Kolmogorov-Smirnov Z 1.138 .734 .727
Asymp. Sig. (2-tailed) .150 .654 .666

Dari hasil perhitungan Kolmogorov- signifikansi keempat variabel terlihat


Smirnov, terlihat nilai K-S hitung untuk besarnya lebih dari 0.05 sehingga dapat
motivasi kerja adalah (0.150), kepuasan disimpulkan bahwa data memiliki
kerja adalah (0.654), dan untuk kinerja distribusi normal.
karyawan adalah (0.666). Dari nilai

Tabel 2 Korelasi Sederhana


Correlations
MOT MS P
MOT Pearson
1 .245(**) .487(**)
Correlation
Sig. (2-tailed) . .009 .000
N 114 114 114
MS Pearson
.245(**) 1 .479(**)
Correlation
Sig. (2-tailed) .009 . .000
N 114 114 114
P Pearson
.487(**) .479(**) 1
Correlation
Sig. (2-tailed) .000 .000 .
N 114 114 114

Dari tabel hasil Correlation nilai yang Hipotesis penelitian yang akan diuji
diperoleh untuk variabel Motivasi Kerja dirumuskan secara statistik sebagai
(X1) dengan kinerja karyawan (Y) sebesar berikut:
0.487 dianggap terdapat hubungan antara Ha : ryx1 ≠ 0
variabel Motivasi Kerja (X1) dengan Ho : ryx 1= 0
kinerja karyawan (Y). Nilai yang Hipotesis dalam bentuk kalimat:
diperoleh untuk variabel Kepuasan Kerja Ha:Motivasi kerja mempunyai
(X2) dengan kinerja karyawan (Y) sebesar hubungayang signifikan dengan Kinerja
0.479 dianggap terdapat hubungan antara Karyawan
variabel Kepuasan Kerja (X2) dengan Ho:Motivasi kerja tidak mempunyai
kinerja karyawan (Y). hubungan yang signifikan dengan
Uji Signifikan Individu Kinerja Karyawan
Uji signifikan untuk X1 dan Y Kaidah Keputusan:
ditunjukkan oleh tabel Correlation. Jika nilai probabilitas : 0.05 lebih kecil

ISSN: 2355-0295, E-ISSN: 2549-8932 230


Jurnal Ecodemica, Vol. 1 No. 2 September 2017

atau sama dengan nilai probabilitas Sig Hubungan Motivasi Kerja dengan
atau (0.05 ≤ Sig.), maka Ho diterima dan Kinerja Karyawan PTLR BATAN
Ha ditolak, artinya tidak signifikan Hubungan variabel motivasi kerja dengan
Jika nilai probabilitas : 0.05 lebih besar kinerja karyawan di PTLR BATAN
atau sama dengan nilai probabilitas Sig berhubungan secara positif dan signifikan
atau (0.05 ≥ Sig.), maka Ho ditolak dan sedang. Dilihat dari dimensi motivasi
Ha diterima, artinya signifikan kerja di PTLR BATAN yang diamati
Pada tabel Correlation diperoleh variabel dalam penelitian ini, masih menunjukkan
Motivasi kerja dengan Kinerja Karyawan hasil yang belum memuaskan. Hal ini
dengan metode dua sisi (Sig.(2-tailed)) dari diketahui dari semangat menjalankan
output nilai sig. Sebesar 0.000, kemudian pekerjaan yang masih lemah. dikarenakan
dibandingkan dengan probabilitas 0.05 jenjang karir yang tidak jelas (kenaikan
ternyata nilai probabilitas 0.05 lebih besar jabatan seringkali dipilih secara subjektif).
dari nilai sig atau (0.05 ≥ 0.000), maka Ho Selain itu masih kurangnya kebutuhan
ditolak dan Ha diterima artinya signifikan. dasar karyawan seperti makan dan minum
Terbukti bahwa motivasi kerja mempunyai belum terpenuhi secara layak.
hubungan yang signifikan dengan kinerja Berdasarkan uraian tersebut, maka
karyawan. peningkatan motivasi perlu ditingkatkan.
Uji signifikan untuk X2 dan Y ditunjukkan Peningkatan motivasi ini memiliki tujuan
oleh tabel Correlations. Hipotesis penelitian agar karyawan dapat bekerja maksimal
yang akan diuji dirumuskan secara statistik dan mencapai kinerja yang optimal.
sebagai berikut: Hubungan Kepuasan Kerja dengan
Ha : ryx1 ≠ 0 Kinerja Karyawan PTLR BATAN
Ho : ryx 1= 0 Hubungan variabel kepuasan kerja dengan
Hipotesis dalam bentuk kalimat: kinerja karyawan di PTLR BATAN
Ha: Kepuasan kerja mempunyai hubungan berhubungan secara positif dan signifikan
yang signifikan dengan Kinerja Karyawan sedang. Dilihat dari dimensi kepuasan
Ho: Kepuasan kerja tidak mempunyai kerja di PTLR BATAN yang diamati
hubungan yang signifikan dengan dalam penelitian ini, masih menunjukkan
Kinerja Karyawan hasil yang belum memuaskan. Hal ini
Kaidah Keputusan: diketahui dari tingkat kepuasan karyawan
1. Jika nilai probabilitas : 0.05 lebih kecil terhadap pekerjaannya yang masih lemah
atau sama dengan nilai probabilitas Sig dikarenakan semangat dorongan dari
atau (0.05 ≤ Sig.), maka Ho diterima dan pimpinan yang berupa pengakuan dan
Ha ditolak, artinya tidak signifikan penghargaan atas prestasi kerja yang
2. Jika nilai probabilitas : 0.05 lebih besar belum maksimal (reward and punishment
atau sama dengan nilai probabilitas Sig yang belum berlaku). Selain itu masih
atau (0.05 ≥ Sig.), maka Ho ditolak dan kurangnya fasilitas kerja di tempat kerja
Ha diterima, artinya signifikan sehingga mengurangi kenyamanan dalam
Pada tabel Correlation diperoleh variabel bekerja. Berdasarkan uraian tersebut,
Kepuasan kerja dengan Kinerja Karyawan maka peningkatan kepuasan kerja
dengan metode dua sisi (Sig.(2-tailed)) karyawan perlu ditingkatkan. Peningkatan
dari output nilai sig. Sebesar 0.000, kepuasan kerja ini diharapkan karyawan
kemudian dibandingkan dengan mencapai tujuan dengan hasil yang
probabilitas 0.05 ternyata nilai memuaskan.
probabilitas 0.05 lebih besar dari nilai sig Hubungan Motivasi Kerja dan
atau (0.05 ≥ 0.000), maka Ho ditolak dan Kepuasan Kerja dengan Kinerja
Ha diterima artinya signifikan. Terbukti Karyawan PTLR BATAN
bahwa kepuasan kerja mempunyai Hubungan variabel motivasi kerja dengan
hubungan yang signifikan dengan kinerja kinerja karyawan di PTLR BATAN
karyawan. berhubungan secara positif dan signifikan
sedang. Dilihat dari dimensi motivasi
kerja dan kepuasan kerja di PTLR
BATAN yang diamati dalam penelitian

ISSN: 2355-0295, E-ISSN: 2549-8932 231


Jurnal Ecodemica, Vol. 1 No. 2 September 2017

ini, masih menunjukkan hasil yang belum Minner, J. (1992). Industrial Organization
memuaskan. Hal ini diketahui dari Psycology. New York: McGraw-
semangat menjalankan pekerjaan yang Hill.
masih lemah, sehingga mempengaruhi Rivai, H. A. (2001). Pengaruh Kepuasan
kepuasan kerja individu. Berdasarkan Gaji, Kepuasan Kerja dan
uraian tersebut, maka peningkatan Komitmen Organisasional
motivasi kerja perlu ditingkatkan untuk Terhadap Intensi Keluar. Jurnal
mendukung kepuasan kerja yang pada Bisnis dan Akuntansi No. 1 , Hal
akhirnya akan mempengaruhi kinerja 335-352.
karyawan. Robbins, S. &. (1999). Management, Sixth
Edition. Prentice Hall Inc.
PENUTUP Robins, S. (1993). Organization
Terdapat hubungan signifikan antara Behavior: Concept Application
motivasi kerja dengan kinerja karyawan and Controversies. New Jersey:
PTLR BATAN. Terdapat hubungan Prentice Hall Inc.
signifikan antara kepuasan kerja dengan Sekaran, U. (1992). Research Method for
kinerja karyawan PTLR BATAN. Business. New York: John
Terdapat hubungan signifikan antara Willey&Sons Inc.
motivasi kerja dan kepuasan kerja secara
bersama-sama dengan kinerja karyawan Siswanto, H. (2005). Pengantar
PTLR BATAN. Manajemen. Jakarta: Bumi
Berdasarkan hasil pembahasan dan Aksara.
kesimpulan diatas, disampaikan beberapa Sudarmanto. (2009). Kinerja dan
saran-saran sebagai berikut: Peneliti Pengembangan Kompetensi SDM.
selanjutnya disarankan untuk mencari Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
pengaruh dan menambahkan variabel lain Umar, H. (2007). Studi Kelayakan Bisnis.
yang berkaitan dengan peningkatan Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
kinerja karyawan.Sebagai perbandingan Utama.
untuk mencari faktor atau variabel lain
yang berhubungan dengan kinerja
BIODATA PENULIS
karyawan dengan indikator yang sama,
Herudini Subariyanti adalah Dosen di
disarankan untuk melakukan penelitian
Bina Sarana Informatika (BSI) BSD.
yang sama di Pusat Teknologi Limbah
Lulus Program Strata Dua Ekonomi
Radioaktif (PLTR) BATAN.
Manajemen di Universitas Pamulang.
Manfaat bagi PTLR BATAN yaitu untuk Tertarik dalam Penelitian terkait bidang
mengukur kinerja karyawannya di masa
Manajemen SDM.
mendatang. Manfaat bagi peneliti yaitu
untuk mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi kinerja karyawan di PTLR
BATAN sebagai salah satu instansi
pemerintah.

REFERENSI
Terhadap Intensi Keluar. Jurnal Bisnis
dan Akuntansi No. 1, Hal 335-
352.
Djarwanto, P. d. (1998). Statistik Induktif.
Yogyakarta: BPFE.
Djarwanto, P. (1998). Statistik Sosial
Ekonomi. Yogyakarta: BPFE.
Gibson, J. a. (1997). Organization ehavior
Structure Processes tenth Edition.
USA: Irwin McGraw-Hill.

ISSN: 2355-0295, E-ISSN: 2549-8932 232

Anda mungkin juga menyukai