Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Ilmu Manajemen Volume 4 Nomor 3 – Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Surabaya

2016

PERAN KOMITMEN ORGANISASI SEBAGAI VARIABEL INTERVENING ANTARA


KEPUASAN KERJA DAN ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOR (OCB) PADA
KARYAWAN PT. COCA-COLA DISTRIBUTION INDONESIA, SURABAYA

Ema Budi Lestariningtyas


Universitas Negeri Surabaya
Ema.bl060394@gmail.com

Abstract

The purpose of this study was to analyze the role of organizational commitment as mediating variabels of
job satisfaction and organizational citizenship bahavior (OCB). The sample used in this study amounted to 30
employees in PT Coca-cola Distribution Indonesia, Surabaya. Data Analysis technique used in Structural Equation
Model Partial Least Square with the help of software SmartPLS versi 3.0.
Data collecting technique using questioner and interview. The results showed that job satisfaction has not
significant influence on organizational citizenship bahavior (OCB). Job satisfaction has positive influensce on
organizational commitment. Organizational commitment has positive influence on organizational citizenship
bahavior (OCB). And organizational commitment mediates relationship between job satisfaction and organizational
citizenship bahavior (OCB).

Keywords: Job Satisfaction, Organizational Commitment, Organizational Citizenship Bahavior (OCB)

respon afektif atau emosional terhadap berbagai aspek


PENDAHULUAN pekerjaan seseorang.
Karyawan yang memiliki kepuasan kerja terhadap
Persaingan antar perusahaan yang semakin organisasi diharapkan tidak hanya bersedia melakukan
kompleks dan kompetitif memicu perusahaan untuk pekerjaan in-role tetapi juga ekstra-role. Perilaku
dapat memaksimalkan kinerja perusahaannya agar ekstra-role ini disebut juga dengan Organizational
sanggup bertahan dan terus berkembang. Keberhasilan Citizenship Behavior (OCB). Menurut Krietner dan
organisasi tidak terlepas dari peran sumber daya Kinicki (2008:174) Organizational Citizenship behavior
manusianya. Rivai dan Sagala (2010:14) menyatakan (OCB) merupakan perilaku karyawan melebihi apa
bahwa SDM merupakan masalah perusahaan yang yang distandarkan oleh perusahaan. Kepuasan kerja
paling penting, karena melalui sumber daya manusialah yang didapatkan oleh karyawan dalam suatu organisasi
yang menyebabkan sumber daya lain dalam perusahaan diharapkan dapat menumbuhkan organizational
dapat berfungsi/dijalankan atau dilaksanakan. citizenship behavior (OCB). Rauf (2015)
Menyadari sumber daya manusia merupakan modal mengemukakan bahwa kepuasan kerja perpengaruh
utama dalam suatu usaha, maka sangat penting untuk positif terhadap organizational citizenship behavior
memperhatikan kepuasan kerja agar mendapatkan hasil (OCB). Pendapat tersebut didukung oleh penelitian
kerja yang optimal. yang dilakukan Yuniar (2011) yang mengemukakan
Hartline and Ferrel (dalam Sejjaaka dan Kaawaase, bahwa ada hubungan positif dan signifikan antara
2014) mengemukakan bahwa kepuasan kerja sangat kepuasan kerja dengan organizational citizenship
penting karena karyawan yang puas lebih behavior (OCB). Namun berbeda dengan pendapat Sani
memungkinkan untuk memberikan pelayanan yang (2013) mengemukakan bahwa kepuasan kerja tidak
lebih baik dan umumnya akan menunjukkan tingkat memiliki efek terhadap OCB.
produktivitas yang lebih tinggi. Menurut Krietner dan Kepuasan kerja yang tinggi juga dapat
Kinicki (2008:170) kepuasan kerja adalah merupakan mempengaruhi terciptanya komitmen organisasi. Stum

1
Jurnal Ilmu Manajemen Volume 4 Nomor 3 – Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Surabaya
2016

(dalam Sopiah, 2008:164) mengidentifikasi faktor- Terdapat lima divisi yaitu divisi Technical
faktor yang mempengaruhi komitmen organisasi salah Operation and Logistic, divisi Sales and marketing,
satunya adalah kepuasan kerja. Karyawan yang merasa divisi Human Resource Development (HRD), divisi
puas akan pekerjaannya akan cenderung memiliki Finance, dan divisi Business System. Penelitian ini
komitmen terhadap suatu organisasi begitu juga dilakukan pada karyawan tetap divisi Human Resource
sebaliknya. Luthans (2011:147) mendefinisikan Development (HRD) dan divisi Finance.
komitmen organisasional sebagai: (1) Keinginan yang Jumlah kebutuhan akan minuman kemasan yang
kuat untuk tetap menjadi anggota organisasi tertentu, (2) terus meningkat juga menciptakan persaingan pasar
Keinginan untuk berusaha sekuat tenaga demi yang ketat. Ketatnya persaingan pasar menjadikan PT.
organisasi dan (3) Kepercayaan yang pasti dan Coca-cola Distribution Indonesia, Surabaya untuk
penerimaan terhadap nilai-nilai dan tujuan organisasi. mampu melakukan inovasi-inovasi baru agar mampu
Penelitian yang dilakukan oleh Sejjaaka dan bersaing dengan produsen lain. Persaingain tersebut
Kaawaase (2014) mengemukakan bahwa kepuasan kerja menuntut organisasi memaksimalkan kinerjanya agar
memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap efektif dan efisien dan mampu memcapai tujuan
komitmen organisasi. Hasil penelitian tersebut didukung perusahaan. Sehingga perusahaan sangat
oleh Najafi et al., (2011) yang mengatakan bahwa memperhatikan sumber daya manusianya.
kepuasan kerja memiliki pengaruh positif terhadap PT. Coca-cola Distribution Indonesia, Surabaya
komitmen organisasi. Sedangkan penelitian yang berusaha untuk menciptakan kepuasan kerja
dilakukan Wibowo dan Sutanto (2013) menunjukkan karyawannya. Kepuasan kerja dicapai dengan
bahwa kepuasan kerja tidak berpengaruh signifikan diterapkannya kenaikan gaji setiap tahun sekali dan
terhadap komitmen organisasi. pemberian penghargaan berupa sertifikat Star kepada
Karyawan yang memiliki komitmen organisasional karyawannya setiap lima tahun sekali. Selain itu, setiap
yang tinggi terhadap organisasi akan melakukan apapun penjualan tercapai, karyawan selalu mendapatkan bonus
untuk mencapai tujuan organisasi. Robbin dan Judge dari tercapainya target penjualan apabila perusahaan
(2007:86) mengatakan organizational citizenship mendapatkan keuntungan. Kesejahteraan karyawaan
behavior (OCB) dapat timbul dari berbagai faktor dalam dalam hal kesehatan juga sangat diperhatikan oleh
organisasi, salah satunya adalah adanya komitmen perusahaan. Perusahaan berusaha menjaga komitmen
organisasi yang tinggi dari karyawan. Penelitian yang organisasi karyawan terhadap PT. Coca-cola
dilakukan oleh Oemar (2013) mengemukakan bahwa Distribution Indonesia, Surabaya dengan adanya Key
komitmen organisasi berpengaruh positif dan signifikan Performance Indicator (KPI). KPI tersebut digunakan
terhadap OCB. Farzaneh et al., (2014) mengemukakan untuk menilai kinerja karyawan yang dilakukan setiap
hal yang sama bahwa komitmen organisasi berpengaruh tahun yang bertujuan untuk meningkatkan kinerja
secara signifikan pada OCB. Berbeda dengan pendapat karyawan. Karena kinerjanya akan dinilai maka
Darmawati (2013) yang menyimpulkan komitmen karyawan akan terus bersemangat untuk meningkatkan
organisasi tidak memiliki pengaruh terhadap OCB. kinerjanya. Kinerja karyawan yang semakin tinggi
Penelitian yang menunjukkan adanya pengaruh dinilai bahwa karyawan tersebut memiliki komitmen
kepuasan kerja terhadap organizational citizenship organisasi tinggi.
behavior (OCB) melalui komitmen organisasi sebagai Adanya komitmen pada karyawan bukan saja dapat
variabel mediasi atau intervening dilakukan oleh Najafi meningkatkan tanggung jawab karyawan, tetapi juga
et al., (2011) yang mengatakan bahwa komitmen diharapkan dapat menciptakan rasa memiliki pada
organisasi memediasi kepuasan kerja terhadap organisasi. Tingkat turnover karyawan yang rendah
organizational citizenship behavior (OCB). menunjukkan terciptanya komitmen organisasi, hal ini
PT. Coca-cola Distribution Indonesia (CCDI), dibuktikan dari masih bertahannya karyawan yang telah
Surabaya yang beralamat di Jl. Rungkut Industri I/27 menjadi bagian dari perusahaan sejak dibentuknya
Surabaya, Jawa Timur. PT. Coca-cola Distribution perusahaan. Tercapainya kepuasan kerja yang tinggi
Indonesia (CCDI), Surabaya sendiri merupakan salah dengan didukung adanya komitmen organisasi
satu perusahaan swasta asing yang bergerak dibidang diharapkan mampu menciptakan lingkungan kerja yang
distributor minuman ringan (Soft drink) terkemuka di kondusif dan rasa kekeluargaan dalam lingkungan kerja,
Indonesia. Dimana PT. Coca-cola Distribution sehingga mampu menciptakan perilaku Organizational
Indonesia, Surabaya bertugas mendistribusikan Citizenship Behavior (OCB) pada karyawan. Sikap
produknya ke konsumen seluruh wilayah Jawa Timur. OCB pada karyawan terlihat dari hubungan kerja sama

2
Jurnal Ilmu Manajemen Volume 4 Nomor 3 – Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Surabaya
2016

yang baik antar karyawan, saling mendukung rekan Teori Komitmen Organisasi
kerja, menyelesaikan pekerjaannya dengan baik, tidak Robbins (dalam Sopiah, 2008: 155) mendefinisikan
mengeluh atas pekerjaan tambahan yang dibebankan, komitmen organisasi sebagai suatu sikap yang
serta loyalitas terhadap perusahaan yang cukup tinggi. merefleksikan perasaan suka atau tidak suka dari
Fenomena yang sedang terjadi saat ini adalah karyawan terhadap organisasi. Luthans (2011:147)
adanya downsizing atau efisiensi karyawan pada PT. mendefinisikan komitmen organisasional sebagai: (1)
Coca-cola Ditribution Indonesia, Surabaya sehingga ada Keinginan yang kuat untuk tetap menjadi anggota
pengurangan jumlah karyawan dan pensiun dini. organisasi tertentu, (2) Keinginan untuk berusaha sekuat
Hal tersebut menyebabkan bertambahnya tugas tenaga demi organisasi dan (3) Kepercayaan yang pasti
atau beban kerja karyawan yang masih tetap bekerja dan penerimaan terhadap nilai-nilai dan tujuan
karena harus mengerjakan tugas yang seharusnya organisasi.
dilakukan oleh karyawan yang lama. Beban kerja Dari teori-teori diatas dan tujuan penelitian maka
karyawan lama ditangguhkan kepada karyawan dengan berikut hipotesis yang akan diajukan dalam penelitian
membentuk kelompok kecil untuk menyelesaikan tugas ini:
tersebut. Karyawan harus mengutamakan
menyelesaikan pekerjaan tersebut baru menyelesaikan H1 = Diduga kepuasan kerja berpengaruh positif dan
pekerjaan yang ditanggung jawabkan secara pribadi. signifikan terhadap organizational citizenship
Sehingga banyak pekerjaan yang belum selesai pada behavior (OCB)
waktunya dan harus menyelesaikan di luar jam H2 = Diduga kepuasan kerja berpengaruh positif dan
kerjanya. Adanya pensiun dini juga menimbulkan signifikan terhadap komitmen organisasi
keresahan pada karyawan karena mereka harus siap H3 = Diduga komitmen organisasi berpengaruh positif
apabila sewaktu-waktu harus pensiun dini sehingga dan signifikan terhadap organizational citizenship
komitmen karyawanpun tidak lagi sama seperti behavior (OCB)
sebelumnya. Oleh sebab itu, diperlukan kepuasan kerja H4= Diduga kepuasan kerja berpengaruh positif dan
dan komitmen organisasi agar tercipta perilaku signifikan terhadap organizational citizenship
organizational citizenship behavior (OCB) pada behavior (OCB) melalui komitmen organisasi
karyawan PT. Coca-cola Distribution, Surabaya untuk sebagai variabel intervening
mendorong terciptanya efektifitas dan efisiensi.
METODE PENELITIAN
KAJIAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN
HIPOTESIS Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian
kuantitatif yang menekankan pada penentuan sebab
Teori Kepuasan Kerja akibat. Dalam penelitian ini peneliti memilih untuk
Amstrong (2006:264) mengemukakan bahwa kepuasan penganalisis pengaruh variabel kepuasan kerja,
kerja mengacu pada sikap serta perasaan seseorang terhadap organizational citizebship behavior, dan komitmen
pekerjaannya. Apabila orang tersebut menunjukkan sikap organisasi. Sumber data yang digunakan merupakan
yang positif, maka dikatakan orang tersebut merasa puas data primer yang di dapatkan dari penyebaran kuisioner
akan pekerjaannya dan sebaliknya. Robbins (dalam Sopiah, langsung pada karyawan.
2008:170) merupakan sikap umum seorang karyawan Populasi dari penelitian ini adalah 30 orang
terhadap pekerjaannya. karyawan PT. Coca-cola Distribution Indonesia,
Surabaya pada divisi HRD dan Finance, dan
Teori Organizatonal Citizenship Behaviour menggunakan seluruh sampel 30 orang karyawan.
Menurut Krietner dan Kinicki (2008:174) mengatakan Variabel yang digunakan dalam penelitian ini
OCB merupakan perilaku karyawan melebihi apa yang di adalah kepuasan kerja sebagai variabel independen,
standarkan oleh perusahaan. Organ (dalam Luthans, organizational citizenship behavior sebagai variabel
2011:149) mendefinisikan OCB sebagai perilaku individu dependen, dan komitmen organisasi sebagai variabel
yang diskresioner, tidak langsung atau eksplisit diakui oleh intervening.
sistem reward formal, dan bahwa secara agregat Teknik analisis data yang digunakan adalah Partial
mempromosikan fungsi efektif organisasi. Least Square. Sebelum analisis Partial Least Square

3
Jurnal Ilmu Manajemen Volume 4 Nomor 3 – Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Surabaya
2016

dilakukan pengujian validitas dan reliabilitas dengan dan 0% tamatan S2 dan S. 0% responden bekerja selama
tujuan mengetahui apakah item pernyataan dari tiap kurang dari atau sama dengan 5 tahun, 26,6% bekerja selama
variabel valid dan reliabel, lalu dilakukan analisis lebih dari 5 tahun sampai 10 tahun, 36,7% bekerja selama
deskriptif dengan tujuan memudahkan pembaca untuk lebih dari 10 tahun sampai 15 tahun, 20% bekerja selama
mengetahui data yang disajikan. lebih dari 15 tahun sampai 20 tahun, dan 16,7% bekerja
selama lebih dari 20 tahun.

HASIL DAN PEMBAHASAN Uji Validitas


Uji validitas digunakan untuk menentukan apakah indikator
dinyatakan valid dan dapat mengukur variabel yang diteliti.
Karakteristik Responden Uji validitas dilakukan dengan bantuan software smartPLS
Pada analisis frekuensi berikut akan disajikan gambaran 3.0.
masing-masing karakteristik responden yaitu, jenis kelamin,
usia, pendidikan terakhir, masa bekerja dan jabatan. Berikut Tabel 2
analisisnya: Validitas Variabel Kepuasan Kerja
Tabel 1 No Indikator Outer Loading Keterangan
Karakteristik Responden
1 Pekerjaan itu sendiri 0,707 Valid
No Karakteristik Karyawan
2 Gaji 0,510 Valid
Responden Frekuensi Persentase 3 Promosi 0,710 Valid
1. Jenis Kelamin:
4 Pengawasan 0,786 Valid
a. Laki-laki 10 33,3
5 Rekan kerja 0,638 Valid
b. Perempuan 20 66,7
Sumber: output smartPLS3.0
2. Usia:
Pada tabel 2 menunjukan outer loading seluruh
a. < 30 Tahun 2 6,7
indikator mempunyai nilai lebih besar dari 0,5 sehingga
b. 30-40 Tahun 6 20,0
dapat dikatakan bahwa seluruh indikator merupakan bagian
c. 41-50 Tahun 15 50,0
dari konstrak kepuasan kerja.
d. > 51 Tahun 7 23,3
3. Pendidikan
Tabel 3
Terakhir:
Validitas Variabel Organizational Citizenship Behaviour
a. SMA/SMK 2 6,7
No Indikator Outer Loading Keterangan
b. Diploma 3 10,0
1 Altruism 0,782 Valid
c. S1 25 83,3
d. S2 0 0 2 Conscientiousness 0,737 Valid
e. S3 0 0 3 Sportsmanship 0,802 Valid
4. Masa Kerja: 4 Courtesy 0,817 Valid
a. ≤ 5 Tahun 0 0 5 Civic virtue 0,683 Valid
b. > 5 – 10 Tahun 8 26,6 Sumber: output smartPLS3.0
c. > 10 – 15 Tahun 11 36,7 Pada tabel 3 menunjukan outer loading seluruh
d. >15 – 20 Tahun 6 20,0 indikator mempunyai nilai lebih besar dari 0,5 sehingga
e. > 20 Tahun 5 16,7 dapat dikatakan bahwa seluruh indikator merupakan bagian
5. Jabatan: dari konstrak organizational citizenship behavior.
a. Human Resource 10 33,3
b. Finance 20 66,7 Tabel 4
Sumber : Output SPSS, 2016 Validitas Variabel Komitmen Organisasi
No Indikator Outer Loading Keterangan
Pada tabel 1 dapat dilihat bahwa 33,3% berjenis 1 Komitmen Afektif 0,787 Valid
kelamin laki-laki dan 66,7% berjenis kelamin perempuan. Komitmen
2 0,681 Valid
6,7% responden berusia kurang dari 30 tahun, 20% berusia Berkelanjutan
antara 30 sampai 40 tahun, 50% berusia antara 41 sampai 50 3 Komitmen Normatif 0,862 Valid
tahun, dan 23,3% berusia diatas 50. 6,7% tamatan SMA atau Sumber: output smartPLS3.0
SMK, 10% merupakan tamatan Diploma, 83,3% tamatan S1,

4
Jurnal Ilmu Manajemen Volume 4 Nomor 3 – Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Surabaya
2016

Pada tabel 4 menunjukan outer loading seluruh 0,486 artinya besarnya pengaruh kepuasan kerja terhadap
indikator mempunyai nilai lebih besar dari 0,5 sehingga komitmen organisasi karyawan PT Coca-cola Distribution
dapat dikatakan bahwa seluruh indikator merupakan bagian Indonesia, Surabaya sebesar 48,6%, sedangkan 51,4%
dari konstrak komitmen organisasi. dipengaruhi oleh faktor lain yang juga berpengaruh terhadap
OCB karyawan PT Coca-cola Distribution Indonesia,
Uji Reliabilitas Surabaya.
Composite reliability ini digunakan untuk menguji
nilai reliabilitas dari setiap blok indikator yang mengukur Hasil Uji T (Signifikansi)
sebuah konstruk. Konstruk dinyatakan reliable jika nilai Tahapan ini bertujuan untuk mengetahui ada atau
composite reliability di atas 0,70. Berikut ini adalah hasil tidaknya pengaruh yang signifikan antar variabel. Suatu
perhitungan composite reliability pada tiap variabel. pengaruh antar variabel dikatakan signifikan apabila nilai t
hitung lebih besar dari 1,96 atau P value lebih kecil dari
Tabel 5 0,05.
Composite Reliabitiy Tabel 7
Variabel Composite Reliability Path Coefficient
Kepuasan Kerja 0,805 Hubunga Origina T- Keteranga Kesimpu
Organizational Citizenship 0,876 n Antar l statistic n lan
Behavior Variabel Sample
Komitmen Organisasi 0,822
Kepuasan 0,318 1,505 Tidak Hipotesis
Dari tabel 5 diapat dikatahui jika nilai composite Kerja → Signifikan ditolak
reliability dari ketiga variabel tersebut diatas 0,70, ini berarti OCB
konstruk memliki reliabilitas yang baik.
Kepuasan 0,697 14,121 Signifikan Hipotesis
Kerja → diterima
Hasil R-Square (Inner Model)
Komitmen
Berikut ini merupakan hasil dari pengaruh
Organisasi
kecerdasan emosional terhadap kinerja karyawan melalui
organizational citizenship behavior pada perusahaan Bersatu Komitmen 0,466 2,028 Signifikan Hipotesis
Sukses Group, dihasilkan nilai koefisien determinan (R- Organisasi diterima
Square) → OCB
Tabel 6 Sumber : Output PLS, 2016
R-Square
Variabel R-Square Berdasarkan hasil uji pengaruh antar variabel kepuasan
Kepuasan Kerja - kerja dengan OCB menunjukkan nilai koefisien parameter
Komitmen Organisasi 0,486 sebesar 0,318. Koefisien tersebut bertanda positif yang
Organizational Citizenship 0,524 berarti apabila semakin tinggi kepuasan kerja maka semakin
Behavior tinggi OCB, begitu pula sebaliknya. Sedangkan nilai t-
Sumber :Result samrtPLS 3.0 statistic sebesar 1,505 lebih kecil dari 1,96. Hal ini
menunjukkan tidak adanya pengaruh yang signifikan pada
Pada tabel 6 menunjukkan model kepuasan kerja variabel kepuasan kerja terhadap OCB.
terhadap OCB memberikan nilai R-square sebesar 0,524 Pengaruh kepuasan kerja dengan komitmen organisasi
artinya besarnya pengaruh kepuasan kerja dan komitmen menunjukkan nilai koefisien parameter sebesar 0,697.
organisasi terhadap OCB karyawan PT Coca-cola Koefisien tersebut bertanda positif yang berarti apabila
Distribution Indonesia, Surabaya sebesar 52,4%, sedangkan semakin tinggi kepuasan kerja maka semakin tinggi
47,6% dipengaruhi oleh faktor lain yang juga berpengaruh komitmen organisasi, begitu pula sebaliknya. Sedangkan
terhadap OCB karyawan PT Coca-cola Distribution nilai t-statistic sebesar 14,121 lebih besar dari 1,96. Hal ini
Indonesia, Surabaya. menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan pada variabel
Pada tabel 5 model kepuasan kerja terhadap komitmen kepuasan kerja terhadap komitmen organisasi, yang berarti
organisasi karyawan memberikan nilai R-square sebesar bahwa kedua variabel memiliki pengaruh yang sangat besar.

5
Jurnal Ilmu Manajemen Volume 4 Nomor 3 – Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Surabaya
2016

Pengaruh komitmen organisasi dengan OCB tidak adil dengan kebijakan dan upah yang diterapkan
menunjukkan nilai koefisien parameter sebesar 0,466. kepuasan kerja karywan akan melemah. Sebaliknya ketika
Koefisien tersebut bertanda positif yang berarti apabila karyawan mengganggap adil akan proses dan hasil yang
semakin tinggi komitmen organisasi maka semakin tinggi diterapkan organisasi, kepercayaan akan terbangun dan
OCB, begitu pula sebaliknya. Sedangkan nilai t-statistic karyawan akan lebih bersedia secara sukarela melakukan
sebesar 2,028 lebih besar dari 1,96. Hal ini menunjukkan perilaku-perilaku yang melampaui kewajiban pekerjaan
adanya pengaruh yang signifikan pada variabel komitmen formal.
organisasi terhadap OCB, yang berarti bahwa kedua variabel Kepuasan kerja yang diukur menggunakan lima
memiliki pengaruh. indikator dengan hasil tertinggi pada indikator rekan kerja
Dari pembahasan diatas diketahui bahwa pengaruh dan hasil terendah pada indikator pengawasan. Pada
langsung antar variabel semua positif, kepuasan kerja tidak indikator pengawasan dengan item pernyataan “saya merasa
berpengaruh signifikan terhadap OCB secara langsung, nyaman terhadap pengawasan yang diberikan atasan saat
kepuasan kerja berpengaruh signifikan terhadap komitmen bekerja” memiliki nilai yang cukup sedang. Sehingga dapat
organisasi secara langsung, dan komitmen organisasi dilihat bahwa karyawan kurang nyaman dengan pengawasan
berpengaruh signifikan terhadap OCB secara langsung. yang diberikan oleh atasan. Karyawan lebih nyaman jika
Pengaruh tidak langsung kepuasan kerja terhadap OCB tidak diawasi terlalu ketat, mereka akan merasa takut
melalui komitmen organisasi dapat dilihat dari tabel 8. dimarahi ketika melakukan kesalahan, terlebih karyawan
rata-rata bekerja sudah cukup lama sehingga mereka tahu
Tabel 8 akan tugas dan tanggung jawabnya. Karyawan akan merasa
Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung bahwa atasan tidak mempercayai setiap pekerjaan yang
Path Koefisien Kesimpulan mereka lakukan. Ketika kepercayaan atasan terhadap
Pengaruh bawahan kurang, akan menimbulkan sikap ketidaknyamanan
karyawan sehingga melemahkan sikap OCB karena
Kepuasan Kerja → 0,318 karyawan merasa tidak puas terhadap atasan.
OCB Kritner dan Kinicki (2008:170) menjelaskan faktor yang
menyebabkan kepuasan dan ketidakpuasan adalah
Kepuasan Kerja → 0,697 x 0,466 Hipotesis pemenuhan kebutuhan, perbedaan, pencapaian nilai,
Komitmen Organisasi = 0,325 diterima keadilan, dan komponen genetik. Karyawan yang merasa
→ OCB kebutuhannya tidak terpenuhi akan merasa tidakpuas dan
tidak mau melakukan tanggung jawab lain selain
Sumber : Output PLS, 2016
pekerjaannya. Dengan bertambahnya beban kerja saat ini,
karyawan merasa membutuhkan adanya jam tambahan di
Dari tabel 7 dapat diketahu bahwa besarnya koefisien
luar jam kerjanya, namun kebijakan pembatasan overtime
pengaruh langsung lebih kecil dari pada pengaruh tidak
menyebabkan karyawan tidak bisa menambah jam kerja pada
langsung. Hal ini menyatakan bahwa pengaruh kepuasan
hari weekend sehingga pemenuhan kebutuhan tidak
kerja terhadap OCB melalui komitmen organisasi lebih besar
terpenuhi.
dari pada pengaruh kepuasan kerja terhadap OCB. Sehingga
Kebijakan downsizing menyebabkan karyawan juga
dapat dikatakan komitmen organisasi merupakan variabel
harus siap untuk di pensiunkan dini sewaktu-waktu, sehingga
yang memediasi pengaruh kepuasan kerja terhadap OCB
karyawan merasa cemas akan situasi tersebut. Harapan untuk
karyawan PT Coca-cola Distribution Indonesia, Surabaya.
tetap dapat pensiun pada waktu normal tidak terpenuhi.
Pengaruh kepuasan kerja terhadap OCB dinyatakan
Harapan-harapan karyawan yang tidak terpenuhi akan
tidak memiliki pengaruh yang signifikan. Hasil penelitian ini
melemahkan sikap OCB pada karyawan. Karyawan akan
mendukung penelitian yang dilakukan oleh Sani (2013) yang
merasa berat melakukan pekerjaan lain selain tanggung
mengemukakan bahwa kepuasan kerja tidak memiliki
jawab yang dibebankan karena merasa perusahaan tidak
pengaruh terhadap OCB. Penelitian ini menunjukkan bahwa
memperhatikan kebutuhan karyawan. Hasil penelitian ini
OCB karyawan PT Coca-cola Distribution Indonesia,
mendukung penelitian yang dilakukan oleh Sangmook
Surabaya tidak dipengaruhi oleh kepuasan kerja.
(2006) yang mengemukakan bahwa kepuasan kerja tidak
Fahr et al. (dalam Yuniar, 2011) menjelaskan bahwa
memiliki pengaruh terhadap OCB.
pada dasarnya kepuasan kerja berasal dari konsep mengenai
Pengaruh kepuasan kerja terhadap komitmen organisasi
hasil dan prosedur yang adil, ketika karyawan tidak
dinyatakan memiliki pengaruh yang positif dan signifikan.
menyukai prosedur yang diterapkan oleh atasan, merasa
Artinya semakin tinggi kepuasan kerja karyawan PT Coca-

6
Jurnal Ilmu Manajemen Volume 4 Nomor 3 – Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Surabaya
2016

cola Distribution Indonesia, Surabaya memiliki pengaruh tentu perusahaan lain juga mau menerima dikarenakan usia
yang potifif terhadap komitmen organisasi. Hasil penelitian rata-rata karyawan banyak yang cukup tua.
ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Sejjaka dan Karyawan juga sadar akan kebutuhan gaji dan
Kaawaase (2014) yang menyatakan bahwa kepuasan kerja kehilangan keuntungan-keuntungan lain apabila
berpengaruh positif dan signifikan terhadap komitmen meninggalkan perusahaan. Dan komitmen normatif
organisasi. Kondisi tersebut menjelaskan bahwa semakin karyawan yang merasa wajib untuk tetap berada dalam
tinggi kepuasan kerja maka komitmen organisasi juga organisasi. Kepuasan kerja yang tinggi pada karyawan PT
semakin tinggi. Coca-cola Distribution Indonesia, Surabaya yang diberikan
Kepuasan kerja adalah salah satu faktor yang oleh perusahaan berpengaruh terhadap peningkatan
mempengaruhi komitmen organisasi (Stum, dalam Sopiah, komitmen organisasi. Karyawan yang memiliki kepuasan
2008:164). Kepuasan kerja yang tinggi akan menumbuhkan kerja yang tinggi cenderung berkomitmen pada perusahaan
sikap loyalitas karyawan terhadap organisasinya. Sehingga karena kebutuhan dan harapan-harapan yang diinginkan
kepuasan kerja yang diperoleh karyawan akan karyawan sesuai apa yang diinginkan.
mempengaruhi terciptanya komitmen organisasi. Hasil penelitian ini mendukung pendapat dari Najafi et
Berdasarkan uji analisis deskripsi indikator rekan kerja al., (2011) mengemukakan hal yang serupa bahwa kepuasan
memiliki nilai tertinggi, karyawan merasa puas dengan rekan kerja memiliki pengaruh positif terhadap komitmen
kerjanya. Sesuai dengan kondisi di lapangan hubungan antar organisasi. Jika perusahaan terus meningkatkan kepuasan
rekan kerja sangat baik, karyawan juga mau saling menolong kerja serta memenuhi harapan-harapan yang diinginkan oleh
dan membantu apabila karyawan lain mengalami kesulitan karyawan, maka komitmen organisasi karyawan akan
kerja. Sehingga kepuasan kerja antar karyawan terhadap semakin tinggi.
rekan kerjanya tinggi. Pengaruh komitmen organisasi terhadap OCB
Gaji yang diperoleh karyawan PT Coca-cola dinyatakan memiliki pengaruh yang positif dan signifikan.
Distribution Indonesia, Surabaya sudah dapat memenuhi Artinya semakin tinggi komitmen organisasi karyawan PT
kehidupan sehari-hari mereka, gaji yang didapatkan telah Coca-cola Distribution Indonesia, Surabaya memiliki
sesuai dengan pekerjaan atau tanggung jawab yang pengaruh positif terhadap OCB. Hasil penelitian ini
diberikan. Karyawan merasa puas dengan pekerjaan yang mendukung penelitian yang dilakukan Oemar (2013)
telah diberikan oleh perusahaan karena sesuai dengan menyatakan komitmen organisasi berpengaruh positif dan
keinginan karyawan. Karyawan juga merasa puas terhadap signifikan terhadap OCB.
kebijakan promosi perusahaan. Kepuasan kerja yang telah Mowday (dalam Priandikawadhani, 2015) menjelaskan
dicapai akan mendorong terciptanya komitmen organisasi faktor yang mempengaruhi komitmen organisasi, yaitu
dalam diri karyawan. karakteristik personal, karakteristik pekerjaan dan peran,
Menurut Allen dan Meyer (dalam Wibowo, 2013) karakteristik struktural organisasi, dan pengalaman kerja.
menjelaskan bahwa karyawan dengan komitmen afektif yang Karakteristik personal dilihat dari lama bekerja akan
kuat tetap berada dalam organisasi karena menginginkannya mempengaruhi komitmen organisasi karyawan, semakin
(want to), karyawan dengan komitmen berkelanjutan yang lama karyawan berada dalam organisasi jiwa komitmen akan
kuat tetap berada dalam organisasi karena membutuhkannya semakin tinggi. Rata-rata masa kerja karyawan lebih dari 15
(need to), dan karyawan yang memiliki komitmen normatif tahun sehingga komitmen karyawan cukup tinggi. Oemar
yang kuat tetap berada dalam organisasi karena mereka harus (2013) mengatakan bahwa semakin tinggi komitmen
melakukannya (ought to). organisasi akan meningkatkan OCB.
Komitmen afektif, karyawan merasa senang jika bisa Komitmen organisasi karyawan PT Coca-cola
menghabiskan sisa karirnya di PT Coca-cola Distribution Distribution Indonesia, Surabaya yang tinggi dapat dilihat
Indonesia, Surabaya karena kesadarannya akan kebutuhan dari keinginan karyawan untuk berada dalam perusahaan dan
terhadap organisasi. Komitmen berkelanjutan memiliki hasil merasa berat untuk meninggalkan perusahaan. Karena
nilai tertinggi dari indikator komitmen organisasi. Komitmen komitmennya yang tinggi, karyawan bersedia melakukan
berkelanjutan ditunjukkan karyawan dengan berada semua tugas yang dibebankan di luar tanggung jawabnya
diperusahaan karena merasa berat jika meninggalkan tanpa mengeluh.
perusahaan dan berhubungan dengan kerugian apabila Oemar (2013) menjelaskan bahwa OCB dapat
karyawan meninggalkan perusahaan. Kesadaran akan ditunjukkan dengan cara membantu rekan kerjanya dan
kerugian jika meninggalkan perusahaan adalah mereka takut atasannya dalam menyelesaikan masalah dan membantu
akan kehilangan jabatan tinggi yang telah dicapai, belum organisasi dalam mencapai tujuannya. Dari hasil jawaban
responden, indikator rekan kerja memiliki nilai tertinggi, hal

7
Jurnal Ilmu Manajemen Volume 4 Nomor 3 – Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Surabaya
2016

ini menunjukkan bahwa karyawan PT Coca-cola Distribution (OCB). Karyawan yang memiliki keterikatan batin yang kuat
Indonesia, Surabaya merasa puas dengan rekan kerjanya. serta keinginan yang kuat untuk tetap menjadi bagian
Sesuai dengan kondisi di lapangan hubungan antar rekan organisasi dan kemauan untuk bekerja keras akan
kerja sangat baik, karyawan juga mau saling menolong dan mendukung berjalannya organisasi secara efektif. Ketika
membantu apabila karyawan lain mengalami kesulitan kerja. karyawan memiliki keterikatan emosional terhadap
Selain hubungan yang baik dengan rekan kerja, hubungan organisasi, karyawan akan merasa senang melakukan tugas-
dengan atasan sangat baik. Atasan selalu memberikan tugas yang dibebankan tanpa mengeluh sehingga akan
petunjuk kepada bawahan apabila mengalami kesulitan dan muncul sikap OCB dalam diri karyawan.
senantiasan membantu pekerjaan bawahannya agar segala Yuniar (2011) menjelaskan bahwa dampak dari OCB
tujuan organisasi dapat dicapai. Sehingga dapat dilihat mampu meningkatkan efektifitas dan kesuksesan organisasi.
bahwa OCB karyawan tinggi. Adanya kebijakan downsizing yang bertujuan untuk efisien
Sangmook (2006) menyatakan bahwa komitmen karyawan, hal ini menyebabkan bertambahnya beban kerja
organisasi merupakan salah satu penentu OCB. Komitmen karyawan yang masih bekerja akibat tugas dari karyawan
organisasi berpengaruh positif terhadap pembentukan yang dipensiunkan diri harus mereka kerjakan. Dengan
perilaku OCB pada karyawan PT Coca-cola Distribution bertambahnya beban kerja tersebut, apabila karyawan
Indonesia, Surabaya. Hasil penelitian ini juga didukung oleh memiliki OCB yang tinggi maka perilaku OCB tersebut akan
Farzaneh et al., (2014) menyatakan bahwa komitmen mendorong terciptanya efektifitas kerja. Karena karyawan
organisasi berpengaruh secara signifikan pada OCB. Untuk mau melakukan pekerjaan lain sehingga pekerjaan akan tetap
meningkatkan komitmen organisasi, organisasi harus selesai pada waktunya dan tujuan organisasi akan tetap
mendorong karyawan untuk berpartisipasi dalam pelatihan tercapai walau jumlah karyawan sudah berkurang.
untuk meningkatkan perilaku OCB dan organisasi yang akan Kepuasan kerja dan diimbangi dengan komitmen
meningkatkan rasa tanggung jawab dan komitmen. organisasi karyawan PT Coca-cola Distribution Indonesia,
Hasil pengaruh langsung dan tidak langsung pada tabel Surabaya yang tinggi mampu mendorong terciptanya
7 menunjukkan bahwa nilai pengaruh langsung lebih kecil perilaku OCB. Sehingga dengan adanya komitmen
dari pada pengaruh tidak langsung. Sehingga hipotesis 4 organisasi sebagai mediasi akan menimbulkan pengaruh
diterima, komitmen organisasi memediasi antara kepuasan secara tidak langsung.
kerja dengan OCB. Hasil penelitian ini didukung oleh
penelitian yang dilakukan Najafi et al., (2011) yang
mengemukakan bahwa komitmen organisasi memediasi KESIMPULAN
kepuasan kerja terhadap OCB. Penelitian ini menjelaskan
bahwa kepuasan kerja dan komitmen organisasi sangat
1. Kepuasan kerja tidak berpengaruh signifikan terhadap
efektif untuk memotivasi karyawan untuk berperilaku OCB.
OCB. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi
Jika karyawan puas dalam pekerjaannya dan berkomitmen
kepuasan kerja yang diterima, hal tersebut tidak memiliki
pada organisasi, maka mereka akan melakukan usaha diluar
pengaruh apapun terhadap OCB pada karyawan PT Coca-
apa yang diharapkan oleh perusahaan.
cola Distribution Indonesia, Surabaya.
Kepuasan kerja secara langsung tidak berpengaruh
2. Kepuasan kerja memberikan pengaruh yang positif dan
terhadap OCB, namun kepuasan kerja berpengaruh terhadap
signifikan terhadap komitmen organisasi. Hal ini
OCB setelah dimediasi dengan komitmen organisasi.
menunjukkan bahwa semakin tinggi kepuasan kerja yang
Berdasarkan kondisi dilapangan saat ini, jika kepuasan kerja
diterima, maka akan meningkatkan komitmen organisasi
karyawan PT. Coca-cola Distribution Indonesia, Surabaya
pada karyawan PT Coca-cola Distribution Indonesia,
tidak diimbangi dengan adanya komitmen organisasi
Surabaya.
karyawan maka kepuasan kerja karyawan tidak berpengaruh
3. Komitmen organisasi pengaruh yang positif dan
terhadap perilaku OCB karyawan.
signifikan terhadap OCB. Hal ini menunjukkan bahwa
Gonzalez dan Garazo (dalam Najafi et al., 2011)
semakin tinggi komitmen organsisasi yang diterima,
percaya bahwa kepuasan kerja yang tinggi akan
maka akan meningkatkan OCB pada karyawan PT Coca-
meningkatkan komitmen organisasi, selanjutnya komitmen
cola Distribution Indonesia, Surabaya.
organisasi yang tinggi akan memotivasi karyawan untuk
4. Komitmen organisasi memediasi pengaruh kepuasan
berperilaku OCB. Hal ini dikarenakan dengan adanya
kerja terhadap OCB pada karyawan PT Coca-cola
komitmen organisasi yang tinggi dalam diri karyawan akan
Distribution Indonesia, Surabaya. Hal ini karena hasil
mendorong karyawan untuk mau melakukan pekerjaan-
pekerjaan diluar apa yang distandarkan oleh perusahaan

8
Jurnal Ilmu Manajemen Volume 4 Nomor 3 – Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Surabaya
2016

dari nilai koefisien pengaruh tidak langsung lebih besar acara pelatihan atau pengembangan seluruh karyawan
dari pada pengaruh langsung. untuk membangun karakter karyawan yang berkomitmen
terhadap organisasi.
SARAN 4. Hasil dari penelitian menyebutkan pengaruh langsung
antara kepuasan kerja terhadap OCB memiliki nilai
1. Dilihat dari skor rata-rata indikator kepuasan kerja positif namun lebih rendah dibandingkan pengaruh tidak
meskipun dengan kategori tinggi dengan nilai terkecil langsung antara kepuasan kerja terhadap OCB melalui
dibandingkan indikator lain adalah pengawasan. Untuk komitmen organisasi. Kepuasan kerja dalam diri
meningkatkan nilai kepuasan terhadap pengawasan atasan karyawan sesungguhnya sangat dibutuhkan untuk
lebih sering meningkatkan komunikasi antara karyawan meningkatkan OCB oleh karenanya perusahaan
dan atasan agar terbentuk rasa kekeluargaan. disarankan memperhatikan harapan-harapan karyawan
Mengagendakan acara rutin kegiatan makan bersama atau yang belum terpenuhi. Perusahaan dapat menambah
silaturami (gathering) setiap tiga bulan sekali. Membuat kegiatan-kegiatan yang telah ada dengan kegiatan baru
kegiatan-kegiatan sosial yang sederhana agar dapat yang lebih fresh sesuai dengan keinginan karyawan.
terealisasi ditengah kesibukan kerja. Memperbanyak Membuat acara sosialisasi akan pentingnya solidaritas
waktu sharing antara atasan dan bawahan baik mengenai dan sikap saling membantu agar tujuan perusahaan
hal-hal yang berkaitan dengan pekerjaan maupun hal-hal tercapai. Melakukan rapat besar seluruh karyawan yang
diluar pekerjaan. Hal tersebut akan membuat karyawan bertujuan untuk membicarakan permasalahan pekerjaan
semakin dekat dengan atasan dan mengenal satu sama antar karyawan dan atasan dengan sharing dan
lain sehingga akan memperkuat hubungan kerja karyawan mendengarkan masukan dari semua karyawan agar
dan atasan. tercipta keterbukaan dalam perusahaan. Dan tujuan akhir
2. Dilihat dari skor rata-rata indikator organizational dari rapat tersebut sebaiknya ditujukan untuk memperoleh
citizenship behavior (OCB) meskipun dengan kategori kesepakatan yang disepakati bersama sehingga karyawan
tinggi dengan nilai terkecil dibandingkan indikator lain akan nyaman dan akan meningkatkan perilaku OCB
adalah courtesy. Untuk meningkatkan perilaku OCB yang karyawan.
berkaitan dengan perilaku baik untuk saling membantu
rekan kerjanya bisa dilakukan dengan menciptakan DAFTAR PUSTAKA
kondisi lingkungan kerja yang nyaman. Sebelum bekerja
setiap divisi melakukan briefing dan sharing antar rekan
Amstrong, Michael. 2006. A Handbook Of Human Researce
kerja dan kepala divisi dengan saling
Management Practice. 10th edition. London:
mengkomunikasikan pekerjaan apa yang tidak bisa
Cambridge University Press.
diselesaikan sendiri. Bertambahnya beban kerja karena
Darmawati, Arum, Lina Nur Hidayati dan Dyna Herlina S.
efisiensi karyawan, sebaiknya perusahaan menambah
2013. Pengaruh Kepuasan Kerja Dan Komitmen
jatah overtime karyawan agar pekerjaan yang belum
Organisasi Terhadap Organizational Citizenship
selesai bisa diselesaikan pada weekend sehingga
Behavior. Jurnal Economia, Vol. 9 (1), hlm. 10-17.
karyawan tidak kelelahan dan rasa solidaritas untuk
Farzaneh, Jaleh, Ali Dehghanpour Farashah dan Mehdi
membantu pekerjaan karyawan yang lain semakin tinggi
Kazemi. 2014. The Impact of Person-Job Fit and
maka perilaku OCB karyawan akan meningkat.
Person-Organization Fit on OCB The Mediating
3. Dilihat dari skor rata-rata indikator komitmen organisasi
and Moderating Effects of Organizational
nilai terkecil dibandingkan indikator lain adalah
Commitment and Psychological Empowerment.
komitmen normatif. Untuk meningkatkan nilai komitmen
Personnel Review, Vol. 43 (5), hlm. 672-691.
normatif karyawan yang berupa keinginan tetap berada
Kreitner, Robert dan Angelo Kinicki. 2008. Organizational
dalam organisasi dengan memenuhi harapan-harapan
Behavior. 8th edition. Bioston: McGrow Hill
karyawan. Perusahaan dapat melakukan evaluasi secara
International.
periodik agar dapat mengetahui faktor yang dapat
Luthans, Fred. 2011. Organizational Behavior. 12th edition.
meningkatkan komitmen organisasi karyawan. Evaluasi
New York: McGraw Hill Irwin.
dapat dilakukan dengan memberikan kuesioner
Najafi, Sajjad, Ali Noruzy, Hemin Khezri Azar, Sajad
pertanyaan dan masukan dari karyawan agar perusahaan
Nazari-Shirkouhi, dan Mohammad Reza Dalvand.
dapat mengetahui apa yang diharapkan karyawan. Agar
2011. Investigating the relationship between
karyawan bekerja dengan sungguh-sungguh dan merasa
organizational justice, psychological
memiliki kewajiban terhadap organisasi dapat dilakukan

9
Jurnal Ilmu Manajemen Volume 4 Nomor 3 – Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Surabaya
2016

empowerment, job satisfaction, organizational Kerja Dan Resiliensi dengan Organizational


commitment and organizational citizenship Citizenship Behavior (OCB) Pada Karyawan
behavior: An empirical model. African Journal of Kantor Pusat PT. BPD Bali. Jurnal Psikologi
Business Management, Vol. 5 (13), hlm. 5241- Undip, Vol. 9 (1), hlm.11-20.
5248.
Oemar, Yohanas. 2013. Pengaruh Budaya Organisasi,
Kemampuan Kerja dan Komitmen Organisasi
terhadap Organizational Citizenhsip Behavior
(OCB) Pegawai pada BAPPEDA Kota Pekanbaru.
Jurnal Aplikasi Manajemen, Vol. 11 (1), hlm. 65-
75.
Priandikawardhani, Rerra. 2015. Pengaruh Organizational
Commitment Terhadap Job Performance Dinas
Kesehatan Kabupaten Sidoarjo Dengan
Organizational Citizenship Behavior Sebagai
Variabel Intervening. Skripsi. Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Airlangga.
Rauf, Abdul, F.H. 2015. What Role Does Job Satisfaction
Play on The Relationship Between Organizational
Justice Perception And Organizational Citizenship
Behavior? Empirical Evidence from Sri Lankan
Employees. European Journal of Business and
Management, Vol. 7 (15), hlm. 149-162.
Rivai, Veithzal dan Ella Jauvani Sagala. 2010. Manajemen
Sumber Daya Manusia Untuk Perusahaan.
CetakanKetiga. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Robbins, S.P. dan Judge, T. 2007. Perilaku Organisasi.Edisi
Kedua Belas. Jakarta: Salemba Empat.
Sangmook, Kim. 2006. Public service motivation and
organizational citizenship behavior in Korea.
International Journal of Manpower, Vol. 27 (8),
hlm. 722-740.
Sani, Achmad. 2013. Role of Procedural Commitment and
Job Satisfaction on Job Performance: The
Mediating Effect of Organizational Citizenship
Behavior. International Journal of Business and
Management, Vol. 8 (15), hlm. 57-67.
Sejjaaka, Samuel K. dan Twaha K. Kaawaase. 2014.
Professionalism, Rewards, Job Satisfaction and
Organizational Commitment Amongst Accounting
Professionals In Uganda. Journal of Accounting in
Emerging Economies, Vol. 4 (2), hlm. 134-157.
Sopiah. 2008.Perilaku Organisasi. Edisi 1. Yogyakarta:
ANDI.
Wibowo, Novebry. C dan Eddy M Sutanto. 2013. Pengaruh
Kualitas Leader Member Exchange(LMX)
Terhadap Produktivitas Kerja Melalui Kepuasan
Kerja dan Komitmen Organisasional Pada PT.
Nutrifood Surabaya. AGORA, Vol. 1 (1).
Yuniar, I Gusti A. A. Y., Nurtjahjanti, Harlina., dan Diana
Rusmawati. 2011. “Hubungan Antara Kepuasan

10

Anda mungkin juga menyukai