Anda di halaman 1dari 10

PENGARUH MOTIVASI KERJA KARYAWAN TERHADAP KOMITMEN ORGANISASIONAL

DENGAN KEPUASAN KERJA SEBAGAI VARIABEL INTERVENING

Winda Kusuma Wardhani


Drs. Heru Susilo, MA
Mohammad Iqbal, S.Sos, M.IB, DBA
Fakultas Ilmu Administrasi
Universitas Brawijaya Malang
Email : windakw@yahoo.com

Abstract : This research is aimed to examine the effect of work motivation to organizational commitment
through job satisfaction as intervening variable at PT.ABC Malang. Motivation theory used Herzberg’s theory,
which is hygiene factor and motivator factor. Research method used explanatory research method with
quantitative approach. Data collection techniques used questionnaires distributed to 70 employees who have
become permanent employees at PT.ABC Malang. Data analysis of this research is descriptive analysis and
path analysis processed by IBM SPSS Statistic v.21. This research showed that work motivation affects
organizational commitment through job satisfaction. If work motivation of employees is high, job satisfaction
will be high, and high job satisfaction will increase organizational commitment.
Keyword : Work Motivation, Organizational Commitment, Job satisfaction

Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh motivasi kerja karyawan terhadap komitmen
organisasional dengan kepuasan kerja sebagai variabel intervening pada PT.ABC Malang. Teori motivasi yang
digunakan adalah teori dua faktor yang dikemukakan oleh Herzberg yaitu faktor higienis dan faktor motivator.
Metode penelitian ini menggunakan metode explanatory research dengan menggunakan pendekatan kuantitatif.
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah menyebarkan kuesioner kepada 70 karyawan yang
merupakan karyawan tetap PT.ABC Malang. Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif dan
analisis path yang diolah menggunakan IBM SPSS Statistic v.21. Hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi
kerja karyawan berpengaruh terhadap komitmen organisasional melalui kepuasan kerja. Apabila motivasi kerja
karyawan tinggi maka tingkat kepuasan kerja akan tinggi, dan ketika kepuasan kerja tinggi maka meningkatkan
komitmen organisasional.
Kata Kunci : Motivasi Kerja, Komitmen Organisasional, Kepuasan Kerja
PENDAHULUAN
Sumber daya manusia merupakan salah satu faktor yang dikemukakan oleh Herzberg dalam
faktor penting dalam memberi kontribusi Nickels (2009:334), yaitu faktor motivator dan
mewujudkan tujuan perusahaan. Selain itu sumber faktor hygiene. Faktor motivator merupakan faktor-
daya manusia diharapkan mampu memberikan faktor yang membuat para karyawan menjadi
fungsi yang bermanfaat positif bagi perusahaan, produktif dan memberi mereka banyak kepuasan.
masyarakat dan kepentingan individu. Pencapaian Faktor faktor tersebut berkaitan dengan kadar
tujuan perusahaan dan kemampuan bersaing pekerjaan. Sedangkan pada faktor hygiene, yang
tersebut akan tergantung pada baik dan buruknya merupakan faktor-faktor pekerjaan yang dapat
progam pengembangan sumber daya manusia yang menyebabkan ketidakpuasan apabila tidak ada,
dilaksanakan oleh perusahaan. Salah satu upaya tetapi yang tidak selalu memotivasi para karyawan
yang perlu dilakukan oleh perusahaan adalah bila ditingkatkan.
meningkatkan kinerja karyawan dengan cara Adanya pemberian faktor tersebut akan
memberikan motivasi. mendorong karyawan untuk bekerja lebih baik, para
Motivasi merupakan hal yang mendorong, karyawan tidak hanya asal bekerja namun mereka
mendukung perilaku seseorang untuk melakukan akan merasa nyaman dan diperhatikan akan
suatu tindakan karena adanya kemauan dan karirnya. Apabila hal tersebut terpenuhi maka
kesediaan bekerja. Terdapat teori motivasi dua penggunaan tenaga kerja berjalan dengan efektif

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 2 No. 1 Februari 2015| 1


administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
dan tujuan perusahaan dapat tercapai dengan baik. Sehingga kepuasan dapat memediasi antara
Upaya pemberian motivasi tersebut merupakan motivasi dan komitmen organisasional. Hal tersebut
salah satu cara untuk mewujudkan komitmen kerja didukung oleh Mathis (2006:99-100) yang
karyawan pada perusahaan. Hal tersebut didukung menyatakan bahwa orang orang yang relatif puas
oleh pernyataan Nickels, dkk (2009:336) yang dengan pekerjaannya akan lebih berkomitmen pada
menjelaskan hubungan antara motivasi dan organisasi dan orang-orang yang berkomitmen
komitmen organisasional, bahwa “Pekerja terhadap organisasi lebih mungkin mendapatkan
(karyawan) yang tidak senang kemungkinan besar kepuasan yang lebih besar.
akan meninggalkan perusahaan dan perusahaan Pentingnya motivasi kerja karyawan,
biasanya mengalami kerugian.” Pernyataan tersebut komitmen organisasional dan kepuasan kerja, maka
beranggapan apabila karyawan memiliki motivasi peneliti ingin mengetahui peran ketiga variabel
yang tinggi maka mereka akan senang dan tersebut pada PT.ABC Malang. PT.ABC Malang
menikmati pekerjaan yang diberikan oleh memiliki keunggulan menjadi market leader di
perusahaan, sehingga karyawan mempunyai pasar dalam negeri. PT.ABC ini juga sudah
loyalitas dan komitmen terhadap perusahaan memiliki “brand recognition” untuk ethanol
dimana karyawan tersebut bekerja. Penelitian kualitas food grade, baik di pasar domestik maupun
Alimohammadi dan Neyshabor (2013) juga pasar internasional. Sehingga penulis tertarik untuk
mendukung bahwa motivasi kerja memiliki dampak mengambil judul “Pengaruh Motivasi Kerja
positif yang signifikan terhadap komitmen Terhadap Komiten Organisasional Dengan
organisasional. Kepuasan Kerja Sebagai Variabel Intervening
Komitmen karyawan pada organisasi itu pada PT.ABC Industrial Malang.”
sendiri merupakan gambaran suatu proses yang
berjalan dimana para karyawan dapat Rumusan Masalah
mengekspresikan kepedulian mereka terhadap Berdasarkan latar belakang tersebut, maka didapat
organisasi selain kesuksesan dan prestasi kerja yang beberapa rumusan masalah, yaitu:
tinggi. Komitmen organisasional merupakan sifat 1. Apakah faktor higienis dan faktor motivator
hubungan antara individu karyawan dengan berpengaruh signifikan terhadap kepuasan
organisasi kerja, dimana mereka mempunyai kerja?
keyakinan diri terhadap nilai-nilai dan tujuan 2. Apakah faktor higienis dan faktor motivator
organisasi kerja, adanya kerelaan untuk berpengaruh signifikan terhadap komitmen
menggunakan usahanya secara sungguh-sungguh organisasional?
demi kepentingan organisasi serta mempunyai 3. Apakah kepuasan kerja berpengaruh
keinginan yang kuat untuk tetap menjadi anggota signifikan terhadap komitmen organisasional?
organisasi tersebut. 4. Apakah faktor higienis dan faktor motivator
“Komitmen karyawan pada organisasi berpengaruh terhadap komitmen
mengacu pada tiga dimensi. Pertama, karyawan organisasional melalui kepuasan kerja?
yang memiliki komitmen afektif yang kuat (strong
affective commitment) akan melakukan terus TINJAUAN PUSTAKA
pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya karena Motivasi
ingin berbuat lebih banyak bagi organisasi. Kedua, Suatu perusahaan membutuhkan pemberian
continue commitment merupakan kesadaran akan motivasi kepada karyawan yang berguna untuk
biaya yang harus dikeluarkan jika ia keluar dari mendorong karyawan untuk mewujudkan tujuan
perusahaan. Ketiga, komitmen normatif yaitu perusahaan itu sendiri. Pinder (1998) dalam jurnal
perasaan memiliki kewajiban untuk tetap bertahan Tremblay dan Blanchard (2009) mendefinisikan
pada organisasi.” (Meyer dan Allen, 1991:7) motivasi sebagai “Satu set kekuatan energik yang
Namun tidak cukup dengan adanya dukungan berasal dari dalam maupun luar seorang individu,
motivasi untuk membentuk komitmen untuk memulai hubungan tingkah laku berkaitan
organisasional. Perusahaan juga butuh untuk dengan pekerjaan dan untuk menetapkan bentuk,
mengetahui seberapa besar komitmen yang dimiliki pengawasan, intensitas dan kelangsungan”. Robbins
oleh karyawan melalui kepuasan kerja pula. dan Judge (2008:222) mendefinisikan motivasi

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 2 No. 1 Februari 2015| 2


administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
sebagai proses yang menjelaskan intensitas, arah interaksi antara kemampuan (ability), motivasi
dan ketekunan seorang individu untuk mencapai (motivation) dan kesempatan (opportunity).
tujuannya. P = f (M x A x O)
Teori yang akan dibahas pada penelitian ini P = Performance
adalah teori kepuasan motivasi kerja yang M= Motivation
dikemukakan oleh Herzberg, yaitu faktor higienis A = Ability
(hygiene factor) dan faktor motivator (motivator O = Opportunity
factor), disebut sebagai Teori Dua Faktor. Rivai Adanya rumus tersebut menjelaskan bahwa
(2009:840) menjelaskan dua faktor itu dinamakan motivasi akan mempengaruhi tingkat kinerja
faktor yang membuat orang merasa tidak puas dan seorang karyawan. Sebuah perusahaan yang
faktor yang membuat orang merasa puas mengelola motivasi, kemampuan, dan kesempatan
(dissatisfiers-satisfiers). karyawannya dengan baik akan dapat mencapai
Tabel 1. Teori Dua Faktor Herzberg prestasi yang optimal.
Faktor Higienis Faktor Motivator
Kebijakan dan Komitmen Organisasional
Prestasi Komitmen yang dimiliki oleh karyawan
administrasi perusahaan
Pengawasan, teknis Penghargaan terhadap perusahaan tentunya menjadi faktor
Gaji Pekerjaan itu sendiri penting bagi sebuah perusahaan. Hal tersebut akan
Hubungan antar pribadi Tanggung jawab membuat karyawan nyaman bekerja pada
Kondisi kerja Kemajuan perusahaan dan karyawan akan merasa mempunyai
Sumber: Luthans (2005:283) kewajiban untuk mencapai tujuan perusahaan
Kedua faktor tersebut sudah menjadi hal dimana dia bekerja. Robbins dan Judge (2008:100)
umum yang ditemui pada permasalahan suatu mendefinisikan komitmen organisasi merupakan
perusahaan. Luthans (2005:283) menjelaskan : suatu keadaan di mana seorang karyawan memihak
“Faktor higienis bersifat mencegah organisasi tertentu serta tujuan dan keinginannya
ketidakpuasan, tetapi tidak menyebabkan kepuasan. untuk mempertahankan keanggotaan dalam
Akibatnya faktor tersebut menaikan motivasi organisasi tersebut.
sampai pada tingkat nol teoritis sebagai landasan Menurut Porter dalam Mc. Neese-Smith
untuk mencegah ketidakpuasan, dan bertindak (2001) mendeskripsikan bahwa komitmen
sebagai titik awal untuk motivasi. Faktor higienis organisasional adalah kekuatan pengenalan
tidak dapat memotivasi dengan sendirinya. Menurut individu dan keterlibatan dalam tujuan dan nilai-
Herzberg hanya motivator yang memotivasi nilai organisasi, keinginan yang kuat untuk menjadi
karyawan dalam pekerjaan.” bagian organisasi dan kesediaan untuk
Nickels dkk (2009:344) menjelaskan mengerahkan upayanya untuk suatu organisasi.
motivator membuat karyawan menjadi lebih Testa dalam Susana (2011:139)
produktif dan memberi mereka banyak kepuasan. mendefinisikan komitmen organisasional “An
Sedangkan faktor higienis dapat menyebabkan attitude which can adopt different forms and join
ketidakpuasan apabila tidak ada, tetapi tidak selalu the individual with a relevant course of action for a
memotivasi para karyawan bila ditingkatkan. particular objective” yang bearti suatu pemikiran
Adanya kedua faktor yang berbeda tersebut yang dapat menerima perbedaan bentuk dan
menjelaskan bagaimana cara untuk mengelola bergabung dengan individu untuk tujuan yang
karyawan dengan baik, mereka tidak hanya tertentu. Definisi komitmen organisasional oleh
mengacu pada pemenuhan kebutuhan berdasarkan Mowday dkk, 1982 dalam Alimohammadi (2013)
faktor higienis, karyawan juga menginginkan “Organizational commitment refers to accordance
adanya faktor motivator salah satunya adalah between the goals of the individual and the
penghargaan dan pengakuan prestasi dengan organization whereby the individual identifies with
pekerjaan yang telah mereka kerjakan dengan baik. and extends attempt on representing the general
Motivasi itu sendiri dipengaruhi oleh beberapa goals of the organization”, artinya komitmen
faktor seperti yang dijelaskan oleh Robbins dalam organisasional mengacu sesuai tujuan individu dan
Moeheriono (2009:61) bahwa kinerja sebagai fungsi organisasi, dimana individu mengenali dan

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 2 No. 1 Februari 2015| 3


administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
mengupayakan untuk mempresentasikan tujuan Kepuasan kerja bersifat individual, sehingga setiap
suatu organisasi. karyawan memiliki kepuasan yang berbeda-beda
Sehingga dapat disimpulkan bahwa komitmen sesuai dengan sistem nilai yang berlaku pada
organisasional merupakan sikap kesetiaan yang dirinya.
ditunjukan maupun dirasakan oleh karyawan, Peningkatan sikap perjuangan, pengabdian,
sehingga mereka tetap bertahan menjadi anggota disiplin kerja, dan kemampuan professional dapat
dan mereka untuk mencapai tujuan yang dimiliki dilakukan melalui serangkaian pembinaan dan
perusahaan dimana dia bekerja. tindakan nyata agar upaya peningkatan prestasi
Allen dan Meyer (1991:7) menjelaskan kerja serta loyalitas karyawan dapat menjadi
mengenai ketiga komponen tersebut sebagai kenyataan. Kepuasan kerja merupakan salah satu
berikut: faktor yang mempengaruhi loyalitas yang dimiliki
“Employees with a strong affective commitment oleh karyawan terhadap perusahaan. Robbin dan
continue employment with the organization because Judge (2008:99) menjelaskan bahwa kepuasan kerja
they want to do so. Continuance commitment refers dapat didefinisikan sebagai suatu perasaan positif
to an awareness of the cost associated with leaving tentang pekerjaan seseorang yang merupakan hasil
the organization. Employees whose primary link to dari sebuah evaluasi karakteristiknya. Menurut
the organization is based on continuance Martoyo (2007:142) kepuasan kerja (job
commitment remain because they need to do so. satification) adalah keadaan emosional karyawan
Normative commitment reflects a feeling of yang terjadi maupun tidak terjadi titik temu antara
obligation to continue employment employees with nilai balas jasa kerja karyawan dan perusahaan atau
a high level of normative commitment feel that they organisasi dengan tingkat nilai balas yang memang
ought to remain with the organization.” diinginkan oleh karyawan yang bersangkutan.
Pernyataan diatas menjelaskan bahwa Saka halnya dengan kedua pengertian diatas
komitmen afektif berbeda dengan komitmen Handoko (2000:193) memberikan pendapat bahwa
kelanjutan dan normatif. Komitmen afektif terjadi kepuasan kerja (job satification) adalah keadaan
karena karyawan memiliki kedekatan emosional emosional yang menyenangkan atau tidak
yang terhadap organisasi. Karyawan yang memiliki menyenangkan bagaimana para karyawan
komitmen afektif yang tinggi akan memiliki memandang pekerjaan mereka. Kepuasan kerja
motivasi dan mereka memiliki keinginan untuk mencerminkan perasaan seseorang terhadap
berkontribusi secara aktif terhadap organisasi. pekerjaannya. Banyak faktor yang dapat menjadi
Berbeda dengan komitmen kelanjutan, yang penentu bagi kepuasan karyawan, salah satunya
menjelaskan bahwa karyawan akan bertahan dalam adalah pekerjaan itu sendiri.
organisasi karena karyawan tersebut membutuhkan Sementara itu Keith Davis dalam
keuntungan dalam perusahaan, sehingga komitmen Mangkunegara (2005:117) mengemukakan bahwa
diukur melalui finansial dan kemungkinan sulit “job satification is the favorableness or
mencari pekerjaan yang lain. Sedangkan komitmen unfavorableness with employees view their work”
normatif, timbul karena karyawan memiliki artinya, kepuasan kerja adalah perasaan
kesadaran dan memiliki kewajiban bahwa seorang menyongkong atau tidak menyongkong yang
karyawan memang sudah seharusnya harus dialami karyawan dalam bekerja. Gibson
berkomitmen terhadap organisasi. (1985:150) mendefinisikan kepuasan kerja adalah
suatu sikap yang dipunyai individu mengenai
Kepuasan Kerja Karyawan pekerjaannya.
Kepuasan kerja merupakan salah satu bentuk
perasaan seseorang terhadap pekerjaannya, situasi Kerangka Konseptual dan Hipotesis
kerja dan hubungan dengan rekan kerja. Dengan Konsep yang digunakan dalam penelitian ini
demikian kepuasan kerja merupakan sesuatu yang yaitu motivasi kerja karyawan, kepuasan kerja dan
penting untuk dimiliki seseorang karyawan, dimana komitmen Organisasional. Motivasi pada penelitian
mereka dapat berinteraksi dengan lingkungan ini ditekankan sebagai kondisi psikologis yang
kerjanya sehingga pekerjaan dapat dilaksanakan dirasakan hasil dari interaksi antara kebutuhan
dengan baik sesuai dengan tujuan perusahaan. individu dan faktor luar yang mempengaruhi

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 2 No. 1 Februari 2015| 4


administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
perilaku seseorang untuk melakukan pekerjaan. Faktor H2
Aspek motivasi yang diambil dalam penelitian ini Higienis (X1)
H1 H4
adalah faktor higienis dan faktor motivator.
Perusahaan perlu untuk memperhatikan aspek Kepuasan H3 Komitmen
Kerja (Z) Organisasional (Y)
motivasi tersebut untuk menunjang karyawan
supaya mereka tidak hanya bekerja dengan giat dan Faktor H1 H4
bekerja hanya sekedar untuk mendapatkan imbalan. Motivator (X2)
H2
Aspek tersebut akan menimbulkan suasana yang
nyaman dan menyenangkan dalam melakukan
pekerjaannya, sehingga dapat meningkatkan kinerja Pengertian hipotesis pada penelitian kuantitatif
yang dihasilkan. Seperti yang pendapat yang menurut Creswell (2009:132) merupakan prediksi
dikemukakan oleh Robbins dalam Moeheriono peneliti membuat hubungan yang diharapkan antar
(2009:61), bahwa terdapat keterkaitan antara variabel. Berdasarkan model hipotesis pada gambar
motivasi dan kinerja dengan rumus Performance = 2.4, maka rumusan hipotesis dalam penelitian ini
Motivation x Ability x Opportunity. adalah sebagai berikut :
Ketika kinerja karyawan meningkat maka H1 : Faktor Higienis (X1) dan Faktor Motivator
adanya kepuasan karyawan juga akan meningkat. (X2) berpengaruh signifikan terhadap
Kepuasan kerja sendiri diartikan sebagai bentuk Kepuasan Kerja (Y).
perasaan yang dimiliki oleh karyawan terhadap H2 : Faktor Higienis (X1) dan Faktor Motivator
pekerjaan maupun kondisi lingkngan dimana (X2) berpengaruh signifikan terhadap
mereka bekerja. Kepuasan kerja yang dirasakan Komitmen Organisasional (Y).
oleh karyawan akan menimbulkan kesenangan H3 : Kepuasan Kerja (Y) berpengaruh signifikan
dalam mengerjakan pekerjaanya, sehingga terhadap Komitmen Organisasional (Y).
karyawan akan merasa nyaman dan berkomitmen H4 : Faktor Higienis (X1) dan Faktor Motivator
untuk bekerja pada perusahaan dimana mereka (X2) berpengaruh terhadap Komitmen
bekerja. Komitmen organisasional dalam penelitian Organisasional (Y) melalui Kepuasan Kerja
ini dipresepsikan sebagai sikap karyawan sebagai (Z).
bentuk rasa kesetiaan dan keterlibatan karyawan
kepada perusahaan di tempat kerja. METODE PENELITIAN
Metode penelitian ini menggunakan metode
Gambar 1. Model Kerangka Konseptual explanatory research dengan menggunakan
pendekatan kuantitatif.
Motivasi Kerja Kepuasan Komitmen
Karyawan (X) Kerja (Z) Organisasional Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
(Y) Variabel-variabel yang diteliti dalam
penelitian ini yaitu variabel motivasi kerja
Model konseptual yang telah dijelaskan
karyawan yang terdiri dari faktor higienis (X1) dan
sebelumnya didasarkan pada teori dan penelitian
motivator (X2) terhadap variabel komitmen
terdahulu yang menjelaskan bahwa adanya
organisasional (Y) dan variabel kepuasan kerja (Z)
keterkaitan antara ketiga variabel tersebut, dengan
sebagai intervening. Berikut ini penjelasan
adanya model konseptual maka peneliti dapat
mengenai tiap variabel:
menyimpulkan hipotesis, yang diterangkan pada
1. Variabel independen dalam penelitian ini
gambar 2.5.
adalah motivasi kerja karyawan yang terdiri
dari faktor hygiene (X1) dan faktor motivator
Gambar 2. Model Hipotesis (X2). Motivasi kerja karyawan didefinisikan
sebagai kondisi psikologis yang merupakan
hasil dari interaksi antara kebutuhan individu
dan faktor luar yang mempengaruhi dan
mendorong perilaku seseorang untuk
melakukan pekerjaan yang dimiliki oleh

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 2 No. 1 Februari 2015| 5


administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
karyawan PT.ABC Malang. Masing-masing item/butir pertanyaan mengenai motivasi kerja
dari faktor tersebut memiliki 5 item yang karyawan, komitmen organisasional serta kepuasan
diukur dengan skala likert lima tingkat. kerja yang diajukan dalam kuesioner. Pada analisis
2. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah inferensial digunakan analisis Jalur (Path Analysis),
komitmen organisasional, yang didefinisikan uji t dan uji normalitas.
sebagai sikap yang ditunjukan oleh karyawan Analisis jalur dikembangkan oleh Wright
sebagai bentuk rasa kesetiaan dan keterlibatan (1943) dengan tujuan menerangkan akibat langsung
karyawan pada PT.ABC Malang.Variabel ini dan tidak langsung seperangkat variabel, sebagai
memiliki 10 item yang diukur dengan skala variabel penyebab, terhadap seperangkat variabel
likert lima tingkat. lainnya yang merupakan variabel akibat
3. Variabel intervening dalam penelitian ini (Muis,2009:195). Berikut ini merupakan kondisi
adalah kepuasan kerja karyawan, yang dimana sebuah variabel dapat dikatakan sebagai
didefinisikan sebagai bentuk perasaan yang fungsi intervening atau mediating yang didasarkan
dirasakan oleh karyawan PT.ABC terhadap dari Baron dan Kenny (1986:1176), yaitu:
pekerjaan, situasi kerja dan hubungan dengan a) Variabel independen berpengaruh signifikan
rekan kerja. Variabel ini memiliki 9 item yang terhadap variabel intervening
diukur dengan skala likert lima tingkat. b) Variabel intervening berpengaruh signifikan
terhadap variabel dependen
Skala Pengukuran c) Ketika kedua hal diatas telah terkontrol,
Skala pengukuran yang digunakan dalam variabel independen dan variabel dependen
penelitian ini adalah skala likert. Skor atas pilihan tidak lagi signifikan.
jawaban untuk kuesioner yang diajukan untuk Apabila hal diatas diimplementasikan pada
pernyataan positif adalah sebagai berikut: penelitian ini maka ketika pengaruh motivasi kerja
a. Jawaban Sangat Setuju (SS) diberi skor 5 karyawan terhadap komitmen organisasional tidak
b. Jawaban Setuju (S) diberi skor 4 signifikan maka hal tersebut berarti kepuasan kerja
c. Jawaban Ragu-ragu (RR) diberi skor 3 menunjukan mediator yang paling mempengaruhi
d. Jawaban Tidak setuju (TS) diberi skor 2 antara hubungan motivasi kerja karyawan dan
e. Jawaban Sangat Tidak Setuju (STS) diberi komitmen organisasional. Namun, jika residual
skor 1 antara motivasi kerja karyawan dan komitmen
Populasi dan Sampel signifikan, maka menunjukkan indikasi terdapat
Populasi dalam penelitian ini adalah para faktor multiple mediating atau dapat dikatakan
karyawan yang bekerja pada PT.ABC Jln Sumber masih terdapat variabel lain yang dapat menjadi
Waras 255 Malang, dengan jumlah populasi sebesar pengaruh tidak langsung antara motivasi kerja
235 karyawan, sehingga jumlah sampel pada karyawan dan komitmen organisasional.
penelitian ini sejumlah 70 karyawan PT. ABC
Malang. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Responden PT. ABC Malang
Teknik Pengumpulan data Penelitian ini adalah penelitian dengan
Teknik pengumpulan data merupakan langkah kuesioner tertutup dengan menggunakan
utama untuk melakukan penelitian dengan mencari karakteristik jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan
sumber data dari dua sumber yaitu data primer dan terakhir dan masa kerja dengan jumlah kuesioner
sekunder. Metode pengumpulan data yang sebanyak 70 responden. Responden yang memiliki
digunakan adalah dengan cara menyebarkan jenis kelamin laki-laki lebih mendominasi sebesar
kuesioner dan mencatat dokumen. 61%. Sedangkan usia yang mendominasi adalah
usia 21-30 dengan presentase sebesar 44,3%
Analisis Data dibandingkan dengan skala usia yang lainnya.
Analisis data yang digunakan dalam penelitian Responden yang berpendidikan akhir sarjana lebih
ini adalah analisis data deskriptif dan inferensial. mendominasi dengan presentasi 61,4% dan yang
Analisis deskriptif bertujuan untuk mengetahui terakhir hasil pengumpulan data menunjukkan
frekuensi dan variasi jawaban reponden terhadap bahwa masa kerja yang paling banyak adalah

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 2 No. 1 Februari 2015| 6


administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
sekitar 5-15 tahun dengan presentase sebesar organisasional. Koefisien path faktor higienis
47,14%. terhadap komitmen organisasional sebesar 0,435,
sedangkan faktor motivator terhadap komitmen
Analisis Data dan Pengujian Hipotesis organisasional sebesar 0,393. Kedua variabel
Hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa berpengaruh terhadap komitmen organisasional
setiap variabel mempunyai rata-rata yang tinggi dan dengan probabilitas 0,000 (0,000<0,05). Hasil
jawaban responden dapat dikategorikan setuju. perhitungan juga menunjukkan bahwa kepuasan
Hasil rata-rata dari variabel faktor higienis berpengaruh signifikan terhadap komitmen
menunjukkan angka sebesar 3,7 dan faktor organisasional, dengan koefisien path sebesar 0,352
motivator sebesar 4,0. Sedangkan pada variabel dengan probabilitas 0,008 (0,008<0,05).
komitmen organisasional menunjukkan rata-rata Berdasarkan hasil tersebut dapat dinyatakan
sebesar 3,8 dan kepuasan kerja menunjukkan angka bahwa setiap hipotesis yang dinyatakan dalam
3,9. penelitian ini diterima. Apabila dibandingkan secara
Analisis inferensial yang digunakan adalah keseluruhan faktor higienis lebih berpengaruh
metode path analisis dua jalur. Hasil analisis path secara langsung maupun tidak langsung terhadap
sub struktur pertama menunjukkan bahwa faktor komitmen organisasional, dibandingkan dengan
higienis dan faktor motivator berpengaruh faktor motivator. Pengaruh dari variabel bebas
signifikan terhadap kepuasan kerja. Besarnya terhadap variabel terikat pada penelitian ini
koefisien path faktor higienis terhadap kepuasan mendominasi sebesar 89,3%, sehingga sebesar
kerja adalah 0,458, sedangkan faktor motivator 10,7% variabel komitmen organisasional akan
terhadap kepuasan kerja sebesar 0,433 kedua dipengaruhi variabel-variabel lain.
variabel tersebut menunjukkan signifikansi sebesar Berikut ini adalah hasil analisis regresi
0,000 (0,000<0,05). pengaruh langsung dan tidak langsung antara faktor
Hasil analisis path substruktur kedua higienis dan faktor motivator terhadap komitmen
menunjukkan bahwa faktor higienis dan kepuasan organisasional, dan kepuasan kerja sebagai
kerja berpengaruh signifikan terhadap komitmen pengaruh tidak langsung.
Tabel 2. Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung Dari Analisis Jalur
Pengaruh
No Jalur Total
Langsung Tidak Langsung
1 Faktor Higienis  Kepuasan Kerja 0,458 - 0,781
2 Faktor Motivator  Kepuasan Kerja 0,433 -
3 Faktor Higienis  Komitmen Organisasional 0,435 -
4 Faktor Motivator  Komitmen Organisasional 0,393 -
5 Kepuasan Kerja  Komitmen Organisasional 0,352 -
6 Faktor Higienis  Kepuasan Kerja Komitmen 0,458 x 0,352
0,458 0,619
Organisasional =0,161
7 Faktor Motivator  Kepuasan Kerja Komitmen 0,433 x 0,352 =0,
0,433 0,585
Organisasional 152

PEMBAHASAN maka akan semakin puas karyawan dalam bekerja.


Pengaruh Motivasi Kerja Karyawan Terhadap Sesuai dengan pernyataan Gomes (1995:179)
Kepuasan Kerja PT.ABC menunjukkan bahwa adanya motivasi dan
Uji analisis menunjukkan bahwa motivasi kepuasan yang sama tinggi tersebut akan memberi
yang terdiri dari faktor higienis dan faktor motivator nilai positif bagi organisasi maupun karyawan.
berpengaruh signifikan terhadap kepuasan kerja. Hal tersebut selaras dengan penelitian Saleem
Hasil uji tersebut menunjukkan bahwa adanya dan Mahmood (2009) jika terdapat pengaruh positif
motivasi yang diberikan perusahaan memberikan motivasi dan kepuasan kerja, yang menjelaskan
kepuasan terhadap para karyawan. Maka semakin lebih dari rata-rata karyawan yang memiliki
tinggi motivasi yang dirasakan oleh karyawan, motivasi untuk bekerja pada perusahaan dimana ia

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 2 No. 1 Februari 2015| 7


administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
bekerja, secara keseluruhan para karyawan tersebut kepuasan yang lebih besar.” Pernyataan tersebut
juga puas dan senang dengan pekerjaan mereka. menjelaskan badanya komitmen dan kepuasan
Sehingga dapat disimpulkan, bahwa uji hipotesis berhubungan satu sama lain.
pertama yang menyatakan Faktor Higienis (X1) dan Berdasarkan analisis diatas dapat disimpulkan
Faktor Motivator (X2) berpengaruh terhadap bahwa uji hipotesis kedua yang menyatakan Fakor
Kepuasan Kerja Karyawan (Z) diterima. Adanya Higienis (X1) dan Faktor Motivator (X2)
motivasi yang tinggi akan memberikan kepuasan berpengaruh terhadap Komitmen Organisasional
kerja yang tinggi pula. (Y) diterima. Adanya motivasi yang tinggi akan
mempengaruhi tingkat komitmen organisasional.
Pengaruh Motivasi Kerja dan Kepuasan Kerja Uji hipotesis ketiga yang menjelaskan mengenai
Karyawan terhadap Variabel Komitmen Kepuasan Kerja (Z) berpengaruh terhadap
Organisasional Komitmen Organisasional (Y) diterima. Ketika
Indikator komitmen organisasional pada kepuasan tinggi maka komitmen organisasional
penelitian ini adalah komitmen afektif, komitmen juga tinggi.
kelanjutan, dan komitmen normatif oleh Mayer dan
Allen (1991). Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pengaruh Motivasi Kerja terhadap Variabel
komitmen organisasional pada PT.ABC termasuk Komitmen Organisasional Melalui Kepuasan
cukup tinggi. Hal tersebut menunjukkan bahwa Kerja Karyawan
sebagian besar karyawan merasa memiliki kesetiaan Berdasarkan analisis deskriptif dapat dilihat
dan mereka mempunyai keinginan untuk bekerja motivasi yang berupa faktor higienis lebih rendah,
pada PT.ABC Malang. Masih beberapa karyawan dengan item terendah yaitu gaji yang diterima oleh
menunjukkan bahwa mereka merasa ragu dengan para karyawan. Hal tersebut menunjukkan bahwa
komitmen organisasional pada PT.ABC, namun terdapat ketidakseimbangan antara gaji yang
sebagian besar lainnya menyatakan setuju atau diterima dengan beban pekerjaan yang mereka
yakin apabila mereka memiliki komitmen terima sehingga mengakibatkan karyawan kurang
organisasional. termotivasi. Berbeda dengan faktor motivator yang
Uji analisis menunjukkan bahwa motivasi menunjukkan hasil analisis deskriptif lebih tinggi
kerja yang berupa faktor higienis dan faktor dari pada faktor higienis. Skor tertinggi terlihat
motivator berpengaruh secara parsial terhadap dalam item yang menyatakan mereka merasa
komitmen organisasional. Hal ini berarti motivasi senang dengan pekerjaan yang mereka miliki dan
dan kepuasan kerja memegang peranan untuk merasa bahwa tanggung jawab perusahaan
mempengaruhi komitmen karyawan terhadap memotivasi mereka untuk bekerja dengan lebih
perusahaan. Motivasi ini merupakan aspek yang baik. Ketika terdapat motivasi yang tinggi maka
penting, karena manajer perusahaan perlu akan berdampak pada tingkat kepuasan kerja yang
memahami orang-orang berperilaku tertentu agar diperoleh karyawan.
dapat mempengaruhinya untuk bekerja sesuai yang Hasil menunjukkan bahwa motivasi kerja
diinginkan perusahaan maupun untuk tetap bertahan karyawan berpengaruh terhadap komitmen
pada perusahaan. Analisis ini sesuai dengan organisasional melalui kepuasan kerja, dan dapat
penelitian Alimohammadi (2013) yang menjelaskan dilihat bahwa faktor higienis lebih mempengaruhi
bahwa terdapat dampak positif yang signifikan komitmen organisasional, daripada faktor motivator
antara motivasi dan komitmen organisasional. melalui kepuasan kerja. Telah dijelaskan
Begitu juga adanya kepuasan kerja yang sebelumnya bahwa variabel kepuasan dan
berpengaruh secara parsial terhadap komitmen komitmen organisasional adalah hal yang
organisasional. Mereka yang merasa puas dengan mempunyai keterikatan satu sama lain dan uji
pekerjaannya mereka akan berkomitmen terhadap analisis data menunjukkan bahwa motivasi
perusahaannya. Sesuai dengan pernyataan Mathis berpengaruh positif terhadap kepuasan kerja.
(2006:99) “Orang orang yang relatif puas dengan Sehingga ketika kepuasan kerja karyawan
pekerjaannya akan lebih berkomitmen pada meningkat maka akan mempengaruhi komitmen
organisasi dan orang-orang yang berkomitmen organisasional.
terhadap organisasi lebih mungkin mendapatkan

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 2 No. 1 Februari 2015| 8


administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
Hasibuan (1999:116) memberikan Kesimpulan
pendapatnya mengenai konsep motivasi yang 1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi
direview dari studi terdahulu Vroom menyatakan yang terdiri dari faktor higienis dan faktor
bahwa: motivator berpengaruh signifikan terhadap
“Kekuatan yang memotivasi seseorang untuk kepuasan kerja, dan faktor higienis lebih
bekerja dengan giat dalam mengerjakan mempengaruhi dari pada faktor motivator.
pekerjaanya tergantung dari hubungan timbal Apabila semakin tinggi motivasi yang
balik antara apa yang ia inginkan dan butuhkan dirasakan oleh karyawan, maka akan semakin
dari hasil pekerjaan itu. Berapa besar ia yakin puas karyawan dalam bekerja.
perusahaan akan memberikan pemuasan bagi 2. Hasil menunjukkan bahwa faktor higienis dan
keinginannya sebagai imbalan atas usaha yang faktor motivator berpengaruh signifikan
dilakukannya itu. Bila keyakinan yang diharapkan terhadap komitmen organisasional, dan faktor
cukup besar untuk memperoleh kepuasannya maka higienis lebih berpengaruh terhadap komitmen
ia akan bekerja keras dan berkomitmen tinggi organisasional dari pada faktor motivator.
kepada perusahaan dan sebaliknya.” Semakin tinggi motivasi yang dirasakan oleh
Dengan adanya hal tersebut maka dapat karyawan, maka tingkat komitmen yang
dijelaskan, pemenuhan kebutuhan memotivasi dimiliki oleh karyawan juga semakin tinggi.
mereka untuk bekerja pada perusahaan, salah satu 3. Kepuasan kerja pada penelitian ini digunakan
contoh manakala karyawan menginginkan gaji yang sebagai variabel intervening, atau sebagai
diterima didistribusikan secara adil. Semakin pengaruh tidak langsung antara motivasi kerja
karyawan mendapat gaji secara berimbang dengan yang terdiri dari faktor higienis dan faktor
karyawan-karyawan lain yang memegang jabatan motivator. Hasil dari penelitian menunjukkan
yang sama semakin karyawan merasa puas, yang bahwa kepuasan kerja berpengaruh signifikan
berdampak pada peningkatan komitmen terhadap komitmen organisasional. Sehingga
organisasional. Karyawan yang memiliki komitmen, ketika kepuasan yang dimiliki karyawan tinggi
maka akan mempunyai keinginan untuk maka komitmen organisasional yang dimiliki
memberikan tenaga, pikiran serta tanggung jawab karyawan juga tinggi.
yang lebih dalam meningkatkan kesejahteraan dan 4. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor
keberhasilan dari organisasi. Keberhasilan dari higienis dan faktor motivator berpengaruh
organisasi tidak terlepas dari peran karyawan yang terhadap komitmen organisasional melalui
terlibat di dalamnya, karena dengan adanya kepuasan kerja. Sehingga dapat disimpulkan
komitmen yang tinggi maka tingkat produktivitas bahwa motivasi kerja yang tinggi akan
dan kualitas kerja akan meningkat, dan pada mempengaruhi peningkatan kepuasan kerja,
akhirnya akan menunjang tercapainya tujuan ketika kepuasan kerja tinggi maka kepuasan
organisasi. kerja menjadi pengaruh tidah langsung antara
Dapat disimpulkan bahwa hipotesis keempat kepuasan dan komitmen organisasi.
mengenai pengaruh tidak langsung antara faktor SARAN
higienis (X1) dan faktor motivator (X2) terhadap 1. Hendaknya pimpinan lebih memperhatikan
komitmen organisasional (Y) melalui kepuasan pemberian motivasi kepada karyawan.
kerja karyawan (Z) diterima. Faktor higienis lebih Sehingga motivasi yang diterima oleh
berpengaruh langsung maupun secara tidak karyawan memberikan kepuasan dengan
langsung terhadap komitmen organisasional. pekerjaan yang mereka terima, karena tidak
semua yang diberikan oleh pimpinan
KESIMPULAN DAN SARAN memberikan kepuasan kepada karyawan.
Berdasarkan penelitian serta pembahasan Contohnya saja gaji yang diterima oleh
mengenai pengaruh motivasi kerja terhadap karyawan, tidak semua orang merasa bahwa
komitmen organisasional dengan kepuasan kerja gaji merupakan satu satunya imbalan yang
sebagai variabel intervening (Studi pada PT. ABC mereka inginkan, namun setiap orang
Malang) dapat disimpulkan sebagai berikut: membutuhkan kenyamanan maupun perhatian
dari perusahaan dimana ia bekerja. Hal

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 2 No. 1 Februari 2015| 9


administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
tersebut akan membuat karyawan bekerja Mangkunegara, A A Anwar Prabu. 2005.
dengan baik, dan tidak asal-asalan. Manajemen Sumber Daya Manusia
2. Untuk memberikan motivasi karyawan dalam Perusahaan. Bandung: Persada Rosdakarya
berkarya maka hendaknya diberi penghargaan Martoyo, Susilo. 2007. Manajemen Sumber Daya
atau insentif yang jelas dan transparan Manusia. Yogjakarta: Bpfe-Yogjakarta
sehingga mampu memberikan harapan Mathis, Robeth L. Jacson, John H. 2006.
berkarya bagi karyawan yang pada akhirnya Manajemen Sumber Daya Manusia, edisi I &
tercipta kompetisi yang sehat bagi karyawan II. Jakarta: Salemba Empat.
untuk meningkatkan kinerjanya. Mcneese-Smith, Donna K. 2001. A Nursing
3. Bagi kalangan akademisi, hendaknya Shortage: Building Organizational
dilakukan penelitian lanjutan karena adanya Commitment Among Nurses. Igi Global.
10,7% yang dapat mempengaruhi komitmen Meyer, John P. Allen, Natalie J. 1991. A Three-
organisasional atau dengan menambah Component Conceptualization Of
variabel lain selain variabel motivasi kerja dan Organizational Commitment. Human
kepuasan kerja, guna menindaklanjuti hasil Resources Manajemen Review. 1(1). 61 89.
penelitian ini yang selanjutnya dipergunakan Moeheriono, 2009. Pengukuran Kinerja Berbasis
sebagai pertimbangan dan referensi dalam Kompetensi. Bogor: Ghalia Indonesia
pengambilan kebijakan terkait Muis, Moh Sidik Priadana Saludin. 2009. Metode
Penelitian Ekonomi Dan Bisnis. Yogjakarta:
DAFTAR PUSTAKA Graha Ilmu.
Alimohammadi, Meysam. Neyshabor, Ali Jamali. Nickels, William G. Mchugh, James M. Mchugh,
2013. Work Motivation And Organizational Susan M. 2009. Pengantar Bisnis:
Commitment Among Iranian Employees. Understanding Business. Buku 1. Dialih
International Journal Of Research In Bahasakan Oleh Elevita Yuliati Dan Diana
Organizational Behaviour And Human Angelica. Jakarta: Salemba Empat.
Resource Management. 1(03) 1-12 Robbins, Stephen P. Judge, Timothy A. 2008.
Baron, R. & Kenny, D.A. 1986. The Moderator- Perilaku Organisasi: Organizational
Mediator Variable Distinction In Social Behaviour. Edisi 12. Dialihbahasakan Oleh
Psychological Research: Conseptual, Diana Angelica, Ria Cahyani, Dan Abdul
Strategic, And Statistical Considerations. Rosyid. Jakarta: Salemba Empat
Journal Of Personality And Social Saleem, Rizwan. Mahmood, Azeem. Mahmood,
Psychology. 51:1173-1182. Asif. 2010. Effect Of Work Motivation On
Creswell, John W. 2009. Research Design: Job Satisfaction In Mobile
Qualitative, Quantitative, and Mixed Methods Telecommunication Service Organization Of
Approaches. United Stated Of America: Sage Pakistan. International Journal Of Business
Publication and Management. 5(11) 213-222
Gomes, Faustino C. 1995. Manajemen Sumber Susana, de Juana-Epinosa. 2011. Human Resource
Daya Manusia. Yogjakarta: Andi. Management in The Digital Economy:
Handoko, T. Hani. 2000. Manajemen Personalia & Creating Synergy between Competency
Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: Bpfe Models and Information.
Universitas Gajah Mada Tremblay, Maxime A. Blanchard, Celine. Taylor,
Hasibuan, Malayu Sp. 1999. Manajemen Sumber Sara. Pelletier, Luc G. 2009. Work Extrinsic
Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara. and Intrinsic Motivation Scale: Its Value For
Organizational Psychology Research.
Luthans, Fred. 2005. Perilaku Organisasi. Edisi 10. Canadian Journal Of Behavioural Science.
Dialihbahasakan Oleh Vivin Andhika 41(4). 213-226.
Yuwono, Shekar Purwanti, Th Arie P, &
Winong Rosari. Yogjakarta: Andi.

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 2 No. 1 Februari 2015| 10


administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

Anda mungkin juga menyukai