Anda di halaman 1dari 10

Kajian Ilmiah Mahasiswa Manajemen (KAMMA) Vol 6 no 1 Juli 2017

ISSN: 2303-1611 http://journal.wima.ac.id/index.php/KAMMA

Pengaruh Motivasi Kerja dan Komitmen Organisasional


terhadap Kepuasan Kerja pada Perawat Rumah Sakit Umum
Daerah Bobong
Anggita Mus, Teman Koesmono, Fenika Wulani

Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya

Abstract
This study aims to determine the effect of work motivation and organizational commitment to job satisfaction nurses Bobong
Hospital. This research is a causal research. The entire population in the study was used as a sample (census study). Data
were collected through questionnaires and then processed by multiple regression analysis technique using SPSS program.
The object of this research is nurses Bobong Hospital. The number of samples used in this study amounted to 68 respondents.
The result of this research is work motivation have an effect on signifikan to job satisfaction. Hence hypothesis 1 is fulfilled.
In addition, other results indicate that organizational commitment has no effect on job satisfaction. Thus the 2nd hypothesis
is rejected.

Key words: Work Motivation, Organizational Commitment, and Job Satisfaction.

Organisasi bisa berjalan jika tiap anggotanya mampu


1. PENDAHULUAN
bekerja sesuai dengan tugas yang diberikan serta
Perkembangan bisnis saat ini begitu pesat, membuat mampu mengelolah organisasi sehingga berjalan sesuai
banyak pihak saling terkait sehingga disadari atau tidak visi dan misi bersama. Dalam bergorganisasi setiap
sudah tercipta sistem dari bisnis. Dunia bisnis anggota harus mempunyai kemampuan interpersonal
merupakan dunia yang dinamis dimana perubahan agar terjadi kerja sama yang baik dalam organisasi.
terjadi sangat cepat sehingga perusahaan harus mampu Sumber daya manusia merupakan penggerak dari
beradaptasi. sumber daya yang lain seperti sumber daya modal dan
Bisnis menuntut kreativtas dan inovasi agar tidak sumber daya bahan baku.Menurut Chusway (1994:22)
terjadi kejenuhan pada pasar sasaran. Untuk perencanaan SDM merupakan bagian yang penting dari
menjalankan bisnis yang besar seseorang tidak mampu dan sebagai contributor pada proses perencanaan
berdiri sendiri, tetapi dia membutuhkan tim untuk strategis, karena tidak saja membantu organisasi dalam
memperkokoh bisnisnya. Setiap tim yang bergabung menentukan sumber-sumber yang diperlukan untuk
mempunyai fungsi untuk menguatkan bisnis tersebut mencapai tujuan, tetapi juga membantu menentukan
dan mereka membutuhkan lingkungan yang sesuai apa yang benar – benar dapat dicapai dengan sumber–
untuk menunjang tugasnya. sumber yang teredia.
Organisasi yang sehat dapat mengantar perusahaan Melihat pentingnya sumber daya manusia pada
mencapai tujuan.Menurut Robbin dan Judge (2015:2) kinerja perusahaan, maka sumber daya manusia harus
Organisasi merupakan satu unit sosial yang dikelolah dengan baik agar berdampak baik bagi
dikoordinasi secara sadar, terdiri atas dua atau lebih perusahaan. Hal yang harus diperhatikan dalam
orang-orang, yang berfungsi dalam satu basis yang menglolah sumberdaya manusia yaitu membutuhkan
kontinyu untuk mencapai suatu tujuan bersama atau cara yang berbeda dari sumberdaya yang lain, hal ini
seragkaian tujuan.Untuk membangun organisasi maka dikarenakan setiap individu memiliki kepribadian yang
diperlukan budaya organisasi sebagai landasan bagi berbeda sehingga sangat kompleks. Banyak variabel
individu untuk bekerja. Dalam organisasi banyak hal yang mempengaruhi sumberdaya manusia diantaranya
komples yang terjadi karena perbedaan pendapat dan ada motivasi kerja, komitmen organisasional, dan
sudut pandang , hal ini dapat menjadi dapat menjadi kepuasan kerja.
penghabat pertumbuhan organisasi tetapi dapat pula Variabel motivasi kerja berkaitan langsung dengan
mejadi pemicu keberhasilan suatu organisasi. sumber daya manusia yang ada pada perusahaan.

1
Kajian Ilmiah Mahasiswa Manajemen (KAMMA) Vol 6 no 1 Juli 2017 Mus, et al

Menurut Robbins dan Judge (2015:127) motivasi Menurut Suwandi dan Indriantoro (1999) dalam Andini
sebagai proses yang menjelaskan mengenai kekuatan, (2006) dengan tingginya tingkat kepuasan kerjapada
arah dan ketekunan seseorang dalam mencapai tujuan. pegawai akan menimbulkan penghematan biaya baik
Motivasi mempunyai peran tersendiri bagi sumber daya itu biaya pelatihan yang sudah diinvestasikan pada
manusia.Individu yang termotivasi mampu memberikan karyawan, tingkat kinerja yang selalu dikorbankan,
kontribusi terbaiknya bagi perusahaan.Kontribusi yang maupun biaya rekrutmen dan pelatihan kembali.
baik dari sumberdaya manusia dapat menghantar Pelayanan dirumah sakit merupakan betuk pelayanan
perusahaan pada kesuksesan bisnisnya. yang diberikan pada pasien oleh satu tim multidisiplin
Sumber daya manusia yang baik harus mampu termasuk tim keperawatan. Tim keperawatan
dipertahankan,hal ini menjadi tantangan bagi merupakan tim garda depan yang melayani kesehatan
perusahaan.Komitmen Organsasional menjadi kunci pasien secara langsung selama dua puluh empat jam,
untuk tantangan ini.Menurut Winner (1982) dalam oleh karena itu kepuasan perawat merupakan sarana
Tranggono dan Kartika (2008) Komitmen penting dalam manajemen sumberdaya manusia karena
Organisasional merupakan dorongan dalam diri secara langsung atau tidak langsung dapat berpengaruh
individu untuk berbuat agar dapat menunjang pada produktivitas kerja yang pada akhirnya akan
keberhasilan organisasi dan lebih mengutamakan meninggkatan mutu asuhan perawat pada pasien.
kepentingan organisasi. Selain untuk keberlangsungan Penelitian mengenai komitmen dan kepuasan kerja
perusahaan, mempertahankan sumberdaya manusia merupakan topik yang menarik untuk diteliti lebih
merupakan salah satu bntuk efisiensi karena akan lanjut. Gregson (1992) dalam Trisnaningsih (2001)
dibutuhkan biaya lebih besar jika perusahaan merekrut mengatakan kepuasan kerja merupakan pertanda awal
dan melatih perawat baru. suatu komitmen organisasional dalam sebuah
Komitmen organisasional yang tinggi akan pergantian akuntan yang bekerja pada kantor akuntan
berdampak pada kepuasan dan karier perawat itu publik , sedangkan Bateman dan Strasser (1984) dalam
sendiri yaitu peningkatan karier yang lebih cepat dan Trisnaningsih (2001) menyatakan bahwa komitmen
pasti. Seperti pendapat Jernigan et al (2001) dalam mendahului kepuasan kerja. Oleh karena itu penelitian
Djamaludin (2009) Komitmen organisasional yang yang menguji hubungan tingkat komitmen
tinggi juga berkorelasi positif terhadap organisasi yaitu: organisasional dalam peninggkatan kepuasan kerja
tingginya kinerja/performa perawat, rendahnya turn- merupakan suatu topik yang menarik untuk diangkat.
over, rendahnya tingkat absensi perawat. Menurut Bajuri dan Jane (2013) Untuk mencapai
Salah satu variabel yang juga penting untuk kepuasan kinerja, seseorang juga harus memiliki
mengelolah sumbe daya manusia yaitu kepuasan kerja. motivasi dalam dirinya. Dimana motivasi adalah
Menurut Robin dan Judge (2015:46) kepuasan kerja keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong
adalah suatu perasaan positif tentang pekerjaan, yang individu untuk melakukan kegiatan tertentu untuk
dihasilkan dari satu evaluasi dari karaktersistik- mencapai suatu tujuan. Trisnaningsih (2001)
karakteristiknya. Perusahaan harus bisa mengupayakan menyatakan motivasi juga diperlukan untuk mendorong
kepuasan kerja dari para perawat sehingga kontribusi suatu profesi untuk melakukan pekerjaannya dan
yang baik dapat diberikan perawat pada perusahaan. mengembangkan kemampuannya dalam melakukan
Rumah Sakit Umum Daerah Bobong merupakan pekerjaan namun belum bisa dipastikan seberapa besar
jasa pelayanan masyarakat yang didirikan pemerintah pengaruh motivasi terhadap tercapainya kepuasan kerja
untuk menangani dibidang kesehatan masyarakat seseorang, apakah hubungan antara motivasi dengan
kabupaten Kepualuan Sula.Sebagai bentuk layanan komitmen organisasional dan bagaimana kedua unsur
masyarakat RSUD Bobong telah melakukan kinerja tersebut mempunyai dampakbagi kepuasan kerja.
yang baik dalam melayani para pasiennya.
Keberhasilan ini tentunya tak lepas dari para perawat 2. TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN
rumah sakit yang degan profesinal melakukan HIPOTESIS
tugasnya. Sebagai rumah sakit yang baru tentunya 2.1. Kepuasan Kerja
banyak kendala yang dihadapi rumah sakit ini dalam Menurut Robins dan Judge (2013 : 46) Kepuasan Kerja
hal oprasional, akan tetapi jika dilihat RSUD Bobong ialah yang menjelaskan suatu perasan positif tentang
mampu mengelola perawatnya dengan baik hal ini pekerjan, yang dihasilkan dari suatu evaluasi dari
dapat dilihat dari prosentasi kehadiran perawat dari karakterstik-karakteristiknya serta untuk indikasi yang
bulan September sampai bulan Desember 2016.
2
Kajian Ilmiah Mahasiswa Manajemen (KAMMA) Vol 6 no 1 Juli 2017 Mus, et al

memunculkan kepuasan kerja adalah kepuasan kerja two factor Theory) Teori dua faktor dikembangkan
berkorelasi positif dengan kepuasan hidup, sikap dan tahun 1950, yang menggunakan teoriAbraham
pengalaman hidup. Interpendensi, umpan balik, Maslow sebagai titik acuannya.Penelitian Herzberg
dukungan sosial, dan interaksi dengan rekan kerja diadakandengan melakukan wawancara terhadap
diluar tempat kerja terkait erat dengan kepuasan kerja. subjek insinyur dan akuntan.Masingmasingsubjek
Gaji sering mnuncul dalam epuasan kerja bagi negara diminta menceritakan kejadian yang dialami mereka
yang miskin namun hal ini dapat beubah ketika baik yangmenyenangkan (memberikan kepuasan)
seseorang telah mencpai level hidup yang nyaman. maupun yang tidak menyenangkantidak member
Teori kepuasan kerja mencoba mengungkapkan apa kepuasan.Kemudian dianalisa untuk menentukan
yang membuat sebagian orang lebih puas terhadap faktor-faktoryang menyebabkan ketidakpuasan.
suatu pekerjaan daripada beberapa lainnya. Teori ini
juga mencari landasan tentang proses perasaan orang 2.2.Motivasi Kerja
terhadap kepuasan kerja. Menurut Mangkungara (2000) Menurut Hasibuan (2006:141) Istilah motivasi berasal
dalam Muslih (2011) ada beberapa teori tentang dari kata Latin “movere” yang berarti bergerak atau
kepuasan kerja yaitu: menggerakkan. Motivasi mempersoalkan bagaimana
1. Teori Perbedaan (Discrepancy Theory) cara mengarahkan daya dan potensi agar bekerja
Mengukur kepuasan dapat dilakukan dengan cara mencapai tujuan yang ditentukan. Motivasi kerja
menghitung selisih antara apa yang seharusnya menurut Mitchell dalam Werner dan DeSimone (2006:
dengan kenyataan yang dirasakan pegawai. 48) didefinisikan sabagai proses psikologis yang
Kepuasan kerja pegawai diharapkan oleh pegawai. menyebabkan timbulnya tindakan, yang memiliki arah
Apabila yang di dapat pegawai ternyata lebih besar dan terus menerus untuk mencapai tujuan. Wood, et.al
daripada apa yang diharapkan maka pegawai (2001 :150) motivasi kerja ditentukan oleh keyakinan
tersebut menjadi puas. Sebaliknya, apabila yang individu tentang hubungan antara effort performance
didapat pegawai lebih rendah daripada yang dan menyenangi berbagai macam outcome dari level
diharapkan, akan menyebabkan pegawai tidak puas. performance yang berbeda-beda. Davis dan Newstroom
2. Teori pandangan Kelompok (social reference group (1995 : 65) karyawan termotivasi dalam bekerja adalah
Theory) seseorang yang melihat bahwa pekerjaannya mencapai
Menurut teori ini, kepuasan kerja karyawan tujuan-tujuan pentingnya.
bukanlah bergantung pada pemenuhan kebutuhan Wexley dan Yukl (1992:75), mengemukakan bahwa
saja, tetapi sangat bergantung pada pandangan dan motivasi kerja adalah sesuatu yang menimbulkan
pendapat yang oleh para karyawan dianggap sebagai semangat atau dorongan kerja. Oleh sebab itu motivasi
kelompok acuan. Kelompok acuan tersebut oleh kerja biasa disebut pendorong semangat kerja.Menurut
karyawan dijadikan tolak ukur untuk menilai dirinya Setiawan (2015) Inti dari definisi motivasi kerja yang
maupun lingkungannya, jadi pegawai akan merasa telah dikemukakan di atas menyatakan bahwa motivasi
puas apabila hasil kerjanya sesuai dengan minat dan kerja berkaitan erat dengan upaya (effort) yang
kebutuhan yang diharapkan oleh kelompok acuan. dikeluarkan seseorang dalam bekerja. Motivasi
3. Teori Pengharapan (Exceptancy Theory) merupakan faktor penting dalam mencapai kinerja
Teori pengharapan dikembangkan oleh Victor H. tinggi. Kunci dalam prinsip motivasi menyebutkan
Vroom.Kemudian teori ini diperluas oleh Porter dan bahwa kinerja merupakan fungsi dari kemampuan
Lawker. Vroom menjelaskan bahwa motivasi (ability) dan motivasi. Teori–teori Mengenai motivasi .
suatuproduk dari bagaimana seorang menginginkan Menurut Robbins dan Judge (2015 : 128) ada sebelas
sesuatu dan penaksiran seseorang memungkinkan teori motivasi yang dibagi mejadi empat teori awal dan
aksi yang akan menuntunnya.Pernyataan di atas tujuh teori kontemporer. Teori awal adalah: a. Teori
berhubungan dengan rumus dibawah ini: Hirarki Kebutuhan
Valensi X harapan = Motivasi Teori motivasi terbaik yang diketahui adalah
Keterangan : a)Valensi merupakan kekuatan hasrat A. teori hierarki kebutuhan dari Abraham Maslow.
seseorang untuk mencapai sesuatu, b)Harapan Maslow membuat hipotesis bahwa dalam setiap
merupakan kemungkinan mencapai sesuatu dengan manusia terdapat hirarki lima kebutuhan:
aksi tertentu c)Motivasi merupakan kekuatan 1. Kebutuhan-kebutuhan Fisiologis Yang paling dasar,
dorongan yang mempunyai arah pada tujuan paling kuat dan paling jelas dari antara keseluruhan
tertentu. d) Teori dua faktor Herzberg (Herzberg’s
3
Kajian Ilmiah Mahasiswa Manajemen (KAMMA) Vol 6 no 1 Juli 2017 Mus, et al

kebutuhan manusia adalah kebutuhannya untuk oleh Maslow disebut aktualisasi diri, merupakan
mempertahankan hidupnya secara fisik, yaitu salah satu aspek penting teorinya tentang motivasi
kebutuhannya akan makanan, minuman, tempat pada manusia. Maslow juga melukiskan kebutuhan
berteduh, seks, tidur dan oksigen. Keseluruhan ini sebagai hasrat untuk semakin menjadi diri
kebutuhan ini berada pada posisi paling dasar, atau sepenuh kemampuannya sendiri, menjadi apa saja
bersifat harus dipenuhi lebih dulu oleh seorang menurut kemampuannya. Maslow menemukan
individu. bahwa kebutuhan akan aktualisasi diri ini biasanya
2. Kebutuhan akan rasa aman Segera setelah muncul sesudah kebutuhan akan cinta dan akan
kebutuhan-kebutuhan fisiologis terpuaskan penghargaan terpuaskan secara memadai.
secukupnya, kemudian muncul apa yang oleh B. Teori X dan teori Y Douglas McGregor
Maslow dilukiskan sebagai kebutuhan-kebutuhan mengusulkan 2 sudut pandang berbeda mengenai
akan rasa aman. Karena kebutuhan akan rasa aman manusia : satu sisi secara mendasar negative diberi
ini biasanya terpuaskan pada orang-orang dewasa label Teori X, dan yang satunya lagi secara mendasar
yang normal dan sehat. Menurut Maslow dalam positif diberi label teori Y. Teori X asumsi bahwa para
Purnama (2013) kebutuhan akan rasa aman ini pekerja tidak suka bekerja , malas, tidak menyukai
berhubungan dengan neurotik dan kecemasan, tanggung jawab, dan harus dipaksa untuk mengerjakan.
dimana jika kebutuhan ini tidak terpenuhi maka Teori Y asumsi bahwa pekerja suka bekerja, kreatif,
individu akan bersikap seperti layaknya orang yang mencari tanggung jawab, dan dapat menyodorkan diri
cemas dan ketakutan. sendiri dalam melakukan pekerjaannya.
3. Kebutuhan akan rasa dimiliki-memiliki dan akan C. Teori Dua-Faktor Suatu teori yang mengkaitkan
kasih sayang Menurut Purnama (2013) Selanjutnya faktor–faktor intrinstik dengan kepuasan kerja dan
orang akan mendambakan hubungan hubungan menghubungkan faktor ekstrinsik dengan ketidak
penuh kasih sayang dengan orang lain pada puasan kerja. Juga disebut sebagai teori motivasi murni,
umumnya, khususnya kebutuhan akan rasa memiliki faktor murni seperti kebijakan dan administrasi
tempat di tengah kelompoknya dan ia akan berusaha perusahaan, serta gaji pokok yang ketika memadai
keras mencapai tujuan yang satu ini. Ia akan dalam pekerjaan, akan mampu menenangkan pekerja.
berharap memperoleh tempat semacam itu melebihi Ketika faktor – faktor ini memadai, pekerja tidak akan
segala-galanya di dunia ini, bahkan mungkin kini ia puas.
lupa bahwa tatkala ia merasa lapar ia D. Teori Kebutuhan McClelland Teori kebutuhan ini
mencemoohkan cinta sebagai sesuatu yang tidak yang menyatakan bahwa pencapaian, kekuasaan dan
nyata, tidak perlu atau tidak penting. afiliasi adalah tiga kebutuhan yang penting dan dapat
4. Kebutuhan akan penghargaan Dalam Purnama membantu menjelaskan dalam menjelaskan motivasi.
(2013) Maslow menemukan bahwa setiap orang Kebutuan akan pencapaian ialah dorongan untuk
memiliki dua kategori kebutuhan akan penghargaan berprestasi, untuk pencapaian yang berhubungan
yakni, harga diri dan penghargaan dari orang lain. dengan standar, dan berusaha untuk berhasil.
Harga diri meliputi kebutuhan akan kepercayaan Kebutuhan akan kekuasaan adalah kebutuhan untuk
diri, kompetensi, penguasaan, kecukupan, prestasi, membuat orang lain berprilaku dalam cara yang tidak
ketidaktergantungan dan kebebasan. Penghargaan akan dilakukan tanpa dirinya. Kebutuhan akan afilasi
dari orang lain meliputi prestise, pengakuan, yaitu keinginan untuk hubungan yang penuh
penerimaan, perhatian, kedudukan, nama baik serta persahabatan dan interpersonal yang dekat.
penghargaan. Seseorang yang memiliki cukup harga
diri akan lebih percaya diri serta mampu, maka juga 2.3 Komitmen Organisasional
lebih produktif. Sebaliknya jika harga dirinya Menurut Robbins dan Judge (2015:47) Komitmen
kurang maka ia akan diliputi rasa rendah diri serta organisasional (organizational commitment),
rasa tidak berdaya, yang selanjutnya dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana seseorang
menimbulkan rasa putus asa serta tingkah laku karyawan memihak organisasi tertentu serta tujuan-
neurotik. tujuan dan keinginannya untuk mempertahankan
5. Kebutuhan akan aktualisasi diri Setiap orang harus keanggotaan dalam organisasi tersebut. Jadi,
berkembang sepenuh kemampuannya.Pemaparan keterlibatan pekerjaan yang tinggi berarti memihak
tentang kebutuhan psikologis untuk menumbuhkan, pada pekerjaan tertentu seseorang individu,sementara
mengembangkan dan menggunakan kemampuan,
4
Kajian Ilmiah Mahasiswa Manajemen (KAMMA) Vol 6 no 1 Juli 2017 Mus, et al

komitmen norganisasional yang tinggi berarti Identifikasi dengan organisasi yaitu penerimaan
memilhak organisasi yang merekrut individu tersebut. tujuan organisasi, dimana penerimaan ini
Kuntjoro (2002) dalam Musli (2011) menyebutkan merupakan dasar komitmen organisasi identifikasi
komitmen organisasi dapat dibedakan menjadi 2 bagian karyawan tampak melalui sikap menyetujui
yakni: kebijaksanaan organisasi, kesaan nilai pribadi dan
1. Teori komitmen organisasional dari Allen dan nilai-nilai organisasi, rasa kebanggaan menjadi
Meyer (1991) Allen dan Meyer membedakan bagian dari organisasi. 2. Keterlibatan sesuai peran
komitmen organisasi atas tiga komponen, yaitu dan tanggung jawab pekerjaan di organisasi
afektif,normatife dan continuance. a. Komponen tersebut. Karyawan yang memiliki komitmen tinggi
Afektif berkaitan dengan emosional, identifikasi akan hamper semua tugas dan tanggung jawab
keterlibatan karyawan didalam suatu organisasi. b. pekerjaan yang diberikan padanya. Kehangatan,
Komponen normatife merupakan perasaan-perasaan afeksi dan loyalitas terhadap organisasi merupakan
karyawan tentang kewajiban yang harus ia berikan evaluasi terhadap komitmen, serta adanya ikatan
kepada organisasi. c. Komponen continuance berarti emosional dan keterikatan antara organisasi dengan
komponen berdasarkan persepsi karyawan tentang karyawan. Karyawan dengan komitmen tinggi
kerugian yang akan dihadapinya jika ia merasakan adanya loyalitasdan rasa memiliki
meninggalkan organisasi. Meyer dan Allen dalam terhadap organisai.Sedangkan yang termasuk
Muslih (2011) berpendapat bahwa setiap komponen kehendak untuk bertingkah laku adalah: a)
memiliki dasar yang berbeda.Karyawan dengan Kesediaan untuk menampilkan usaha. Hal ini
komponen efektif tinggi, masih bergabung dengan tampak melalui kesediaan bekerja melebihi apa
organisasi tersebut karena keinginan untuk tetap yang diharapkan agar organisasi dapat maju.
menjadi anggota organisasi.Sementara itu karyawan Karyawan yang berkomitmen tinggi,
dengan komponen continuance tinggi, menjadi memperhatikan organisasi. b) Keinginan tetap
anggota organisasi.Karyawan yang memiliki berada dalam organisasi. Pada karyawan yang
komponen normative yang tinggi, tetap menjadi memiliki komitmen tinggi, hanya sedikit alasan
anggota organisasi karena mereka harus untuk keluar dari organisasi yang telah dipilihnya
melakukanya.Setiap karyawan memiliki dasar dan dalam waktu lama.
tingkah laku yang berbeda berdasarkan komitmen
organisasi yang dimilikinya. 2.4. Hubungan Antar Variabel dan Pengembangan
Karyawan yang memiliki komitmen organisasi Hipotesis
dengan dasar afektif memiliki tingkah laku berbeda 2.4.1. Pengaruh motivasi kerja dengan kepuasan kerja
dengan karyawan yang berdasarkan continuance. Antara motivasi dan kepuasan kerja terdapat hubungan
Karyawan yang ingin menjadi anggota akan yang positif dan signifikan. Menurut Shoail et al.
memiliki keinginan untuk menggunakan usaha yang (2014) Semakin karyawan termotivasi semakin mereka
sesuai dengan tujuan organisasi. Sebaiknya, mereka puas dengan pekerjaan mereka dan berkomitmen
yang terpaksa menjadi anggota akan menghindari dengan organisasi yang akan mengakibatkan kinerja
kerugian financial dan kerugian lain sehingga yang lebih tinggi. Motivasi merupakan dorangan untuk
mungkinhanya melakukan usaha yang tidak pekerja melakukan pekerjaan.
maksimal. Sementara itu, komponen normative Menurut Davis (1995) dalam Trisnaningsih (2001)
yang berkembang sebagai hasil dari pengalaman hakikat kepuasan kerja adalah perasaan senang ataupun
sosialisasi, tergantung dari sejauh apa perasaan tidak senang pada pekerjaan yang dilakukan. Perasaan
kewajiban yang dimiliki karyawan. Komponen senang atau tidak senang muncul karena adanya saaat
normative menimbulkan perasaan kewajiban pada bekerja karyawan membawa serta keinginanan,
karyawan untuk memberi balasan atas apa yang kebutuhan, dan pengalaman masa lalu yang membentuk
telah diterima dari organisasi. harapan kerja mereka. Makin tnggi harapan kerja ini
2. Teori komitmen organisasional dari Mowday, Porter terpenuhi, makin tinggi pula tinggkat kepusan kerja
dan Steers (1982) Teori komitmen dari Mowday, karyawan.
Porter dan Steers lebih dikenal sebagai pendekatan H1: Motivasi Kerja berpengaruh positif terhadap
sikap terhadap organisasi.Komitmen organisasi ini kepuasan kerja.
memiliki dua komponen yaitu sikap dan kehendak
untuk bertingkah laku. Sikap mencakup: 1.
5
Kajian Ilmiah Mahasiswa Manajemen (KAMMA) Vol 6 no 1 Juli 2017 Mus, et al

2.4.2 Hubungan antara komitmen organisasional bantuan dari orang yang lebih mengetahui sesuatu
dengan kepuasan kerja masalah/ pekerjaan. 5.Berusaha mengembangkan
Komitmen Organisasional mencerminkan tingkatan diri bersama dengan rekan.
dimana individu mengidentifikasi dengan organisasi 3. Komitmen Organisasional
dan mempunyai komitmen terhadap tujuannya. Komitmen organisasional didefinisikan sebagai
Menurut Shoail, et al. (2014) antara komitmen sikap karyawan yang tertarik dengan tujuan dan
organisasi dengan kepuasan terdapat hubungan yang sasaran organisasi yang ditunjukkan dengan
kuat, karena meningkatnya kepuasan kerja akan adanya penerimaan individu atas nilai dan tujuan
menimbulkan tingkat komitmen yang lebih tinggi. organisasi serta memiliki keinginan untuk
Menurut Van Den Berg (1992) dalam Trisnaningsi berkembang dengan organisasi dan kesediaan
(2001) suatu presfektif tentang prilaku komitmen bekerja keras untuk organisasi demi tercapainya
organisasional dimana setiap tindakan karyawan tujuan dan kelangsungan organisasi. Dalam
dihubungkan dengan kondisi sekitar dimana sikap dan penelitian ini variabel komitmen organisasional
tidakan tersebut akan menentukan sikap dan prilaku diukur menggunakan indikator yang sudah
komitmen pada organisasinya, suatu komitmen yang dikembangkan oleh Tania dan Sutanto (2013)
kuat timbul dari organisasi individu dengan organisasi Data yang digunakan dalam penelitian ini
ketika terdapat alternatif menarik dari satu pekerjaan adalah kuantitatif. Sumber data dalam penelitian adalah
atau jabatan bagi seseorang. data primer. Adapun yang menjadi sumber data primer
H2: Komitmen Organisasional berpengaruh positif dalam penelitian ini adalah perawat di RSUD daerah
terhadap kepuasan kerja.. Bobong. Skala pengukuran data yang digunakan dlaam
penelitian ini adalah skala interval. Teknik pengukuran
3.METODE PENELITIAN data dengan menggunakan Skala Likert. Alat
Berdasarkan pada permasalahan yang diteliti, metode Pengumpulan Data Alat yang digunakan dalam
yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian berupa kuesioner yang dibagikan langsung
deskriptif. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel kepada responden yaitu perawat RSUD Bobong.
yang akan diteliti, Variabel independen: Motivasi Kerja Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah
dan Komitmen Organisasional serta Variabel dependen. metode yang dilakukan dengan menyebarkan kuisioner.
Kepuasan Kerja Populasi dalam penelitian ini adalah perawat RSUD
Definisi operasional penelitian ini dapat dilihat Bobong. Sampel dalam penelitian ini adalah perawat
dibawah ini: RSUD Bobong. Teknik pengambilan sampel dalam
1. Kepuasan Kerja penelitian ini adalah non-randomly sampling.
Kepuasan kerja didefinisikan sebagai hasil dari Teknik analisis data terdiri dari uji validitas dan
persepsi karyawan yang menggambarkan senang reliabilitas, menentukan koefisien determinasi,
atau tidaknya dan puas atau tidaknya seseorang pengujian hipotesis dengan regresi Linear Berganda
dalam pekerjaannya. Dalam penelitian ini variabel
kepuasan kerja diukur menggunakan 3 indikator 4. ANALISIS DAN DISKUSI
yang telah digunakan dalam penelitian Seashore et 4.1. Karakteristik Responden
al. (1982) dan Corpanzano at al (1993) Penelitian ini menjelaskan mengenai pengaruh motivasi
2. Motivasi kerja kerja dan komitmen organisasional terhadap kepuasan
Motivasi kerja didefinisikan sebagai segala usaha kerja Perawat RSUD Bobong. Peneliti menyebarkan
menggerakan daya dan potensi agar bekerja kuesioner sebanyak 80 kuesioner pada perawat RSUD
mencapai tujuan yang ditentukan Indikator Bobong. Dari 80 kuesioner kusoner tersebut yang
pengukuran motivasi yang digunakan untuk kembali dan terisi lengkap berjumlah 68, maka 68
penelitian ini adalah menurut Suparman (2007) kuesioner tersebut yang akan dianalisis lebih lanjut.
adalah sebagai berikut : 1.Berusaha keras untuk Berdasarkan data dapat diketahui bahwa jumlah
mencapai prestasi (target) dan ingin mengetahui responden perempuan sebanyak 43 orang dengan
seberapa baik pekerjaan ini. 2. Menetapkan diri presentase sebesar 63,2%, sedangkan jumlah responden
sendiri sebagai contoh dan teladan bagi orang lain. laki-laki sebanyak 25 orang dengan presentase sebesar
3.Memastikan bahwa semua pekerjaan dilakukan 36,7%. Dengan demikian, sebagian besar responden
sesuai dengan rencana. 4.Berusaha mencari dalam penelitian ini adalah perempuan.
6
Kajian Ilmiah Mahasiswa Manajemen (KAMMA) Vol 6 no 1 Juli 2017 Mus, et al

Berdasarkan latar belakang pendidikan D3 adalah X2 = Komitmen Organisasional


42 orang dengan persentase 61,7% dan responden e = Error
dengan latar belakang pendidikan S1 adalah 28 orang
dengan persentase 38,2%. Jadi mayoritas dengan latar Nilai 0,679 merupakan konstanta regresi, maka nilai
pendidikan dalam penelitian ini adalah D3. variabel terikat adalah 0,679. Nilai 0,756 pada variabel
Berdasarkan data, dapat diketahui bahwa responden motivasi kerja (X1) memiliki nilai positif, sehingga
yang telah bekerja selama 1-3 tahun sebanyak 54 orang dapat dikatakan bahwa semakin tinggi motivasi kerja
dengan persentase sebanyak 74%, sedangkan maka tingkat kepuasan kerja dalam perusahaan tersebut
responden yang telah bekerja 4-6 tahun sebanyak 19 tinggi dan variabel yang terakhir adalah komitmen
orang dengan presentase 26%. Jadi, jumlah responden organisasional (X2) yang memiliki nilai 0,072 berarti
terbanyak bedasarkan lama bekerja adalah 1-3 tahun. semakin tinggi komitmen organisasi dalam perusahaan
Responden Berdasarkan usia <20 tahun sebanyak 9 tersebut maka tidak berpengaruh pada kepuasan kerja.
orang dengan persentase 13,2%. Responden Berdasarkan hasil pengujian dapat dilihat bahwa
dengan usia 21-30 tahun sebanyak 29 orang dengan variabel independen motivasi kerja (X1) memiliki t
persentase 42,6% dan responden dengan usia 30-40 hitung= 6,788 yang lebih besar dari nilai t kritis= 1,997
tahun sebanyak 25 orang dengan persentase 26,7%, (lampiran 8), sehingga variabel kepuasan kerja
serta responden >50 tahun sebanyak 5 orang dengan diterima.
presentase 7,3%. Jadi, jumlah responden terbanyak Berdasarkan hasil ini dapat disimpulkan bahwa
dalam penelitian ini berusia 20-30 tahun. kepuasan kerja berpengaruh signifikan terhadap
kepuasan kerja. Variabel independen yang kedua
4.2 Statistik Deskriptif komitmen organisasional (X2) memiliki t hitung=
Berdasarkan interval rata-rata score tersebut, peneliti 0,715 yang lebih kecil dari nilai t kritis= 1,997
dapat mendeskripsikan jawaban responden untuk setiap sehingga variabel komitmen organisasional ditolak.
indikator dalam variabel penelitian ini. Berdasarkan hasil ini dapat disimpulkan bahwa
Variabel Motivasi Kerja diukur menggunakan 4 komitmen organisasional tidak berpengaruh terhadap
indikator. Jumlah rata-rata sebesar 3,73 , sedangkan kepuasan kerja. Motivasi kerja (X1) terbukti
rata-rata deviasi standart sebesar 0,982. Hal ini mempengaruhi kepuasan kerja (Y) secara signifikan,
menunjukkan bahwa karyawan cenderung mempunyai sedangkan komitmen organisasional (X2) terbukti
motivasi yang kuat dalam bekerja Variabel Komitmen merupakan variabel yang tidak mempengaruhi variabel
Organisasional diukur menggunakan 5 indikator. kepuasan kerja (Y).
Jumlah rata-rata score sebesar 3,52, sedangkan rata-rata
deviasi standart sebesar 0,874. Hal ini menunjukkan 4.4. Diskusi
bahwa karyawan bisa dikatakan berkomitmen 4.4.1 Pengaruh Motivasi Kerja terhadap Kepuasan
organisasi mereka saat ini. Kerja
Variabel kepuasan kerja diukur menggunakan 3 Berdasarkan hasil pengujian menunjukkan bahwa
indikator. Jumlah rata-rata socre sebesar 3,75, variabel kepuasan kerja berpengaruh terhadap kepuasan
sedangkan rata-rata deviasi standart sebesar 0,933, dari kerja Nilai koefisien regresi motivasi kerja adalah
jasil tersebut maka dikatakan karyawan puas dengan sebesar 0,756 yang berarti bahwa semakin tinggi
kerja mereka. motivasi kerja karyawan maka semakin tinggi kepuasan
kerja pada perusahaan tersebut, dan sebaliknya.
4.3 Pengujian Hipotesis Motivasi kerja merupakan dorongan terhadap pekerja
Persamaan regresi linier berganda penelitian yang untuk melakukan pekerjaanya.
diperoleh adalah sebagai berikut: Penelitian ini mendukung penelitian terdahulu yang
Y = 0,679 + 0,756X1 + 0,072X2 + e dilakukan oleh Shoail, et al., (2014). Dalam penelitian
terdahulu Shoail, et al., (2014) menunjukkan bahwa
motivasi kerja memiliki pengaruh signifikan terhadap
kepuasan kerja pada tenaga pengajar di Pakistan.
Keterangan: 4.4.2 Pengaruh Komitmen Organisasional Terhadap
Y = Kepuasan Kerja Kepuasan Kerja
X1 = Motivasi Kerja
7
Kajian Ilmiah Mahasiswa Manajemen (KAMMA) Vol 6 no 1 Juli 2017 Mus, et al

Hasil pengujian menunjukkan bahwa variabel kesimpulan atas penelitian ini adalah sebagai berikut:
komitmen organisasional tidak berpengaruh terhadap 1.Motivasi kerja berpengaruh siginifikan terhadap
kepuasan kerja, yang berarti apabila komitmen kepuasan kerja perawat RSUD Bobong. 2.Komitmen
organisasional rendah maka tidak berpengaruh pada organisasional tidak berpengaruh terhadap kepuasan
tingkat kepuasan kerja. Komitmen organisasional kerja perawat RSUD Bobong Dari kesimpulan diatas
merupakan suatu keadaan dimana karyawan akan dapat dikatakan hipotesis motivasi kerja hipotesis
merasa nyaman dan loyal terhadap perusahaan tersebut. diterima, sedangkan hipotesis komitmen organisasional
Hasil penelitian ini tidak mendukung hasil ditolak.
penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Shoail et al, Melihat dari data analisis yang telah dilakukan
(2014) terhadap tenaga pengajar di Pakistan yang terlihat ada beberapa masalah yang dialami karyawan
menyatakan komitmen organisasional berpengaruh sehingga berdampak pada tingkat motivasi kerja dan
positif signifikan terhadap kepuasan kerja tenaga komitmen organisasional. Ada beberapa saran yang
pengajar di Pakistan Selain alasan diatas mengapa diberikan untuk RSUD Bobong dalam mengatasi
komitmen organisasional tidak memiliki pengaruh yang masalah tersebut serta saran bagi peneliti selanjutnya:
besar terhadap kepuasan kerja, seorang responden 1. Saran bagi RSUD Bobong a.Dari hasil analisis
memberikan beberapa alasan tambahan yang menjadi motivasi kerja, menunjukkan bahwa karyawan RSUD
fenomena di tempat tersebut antara lain : Bobong kurang memiliki motivasi kerja secara. Mereka
1. Responden mengungkapkan hal terpenting dalam kurang puas dengan pekerjaan nya karena mereka tidak
pekerjaan saat ini mengenai kualitas pelayanan. mampu memberikan kulitas pelayanan yang baik
Setiap perawat dituntut untuk memberikan dikarenakan kurangnya ketersediaan perlengkapan alat
pelayanan terbaik tatapi alat dan fasilitas dirumah kesehatan dan keterlambatan dalam pengajian
sakit sendiri kurang memadai, apa bila sewaktu- diharapkan RSUD Bobong melengkapinya serta dalam
wakutu dibutuhkan alatnnya tidak lengkap dan jika sistem pengajian diharapkan tidak terjadi lagi
perawat tidak mampu memberikan pelayanan yang keterlambatan tiap bulannya, sehigga karyawan tidak
baik maka mendapat sanksi tidak diberikan merasa terbebani dan semangat dalam bekerja. b. Dari
tunjangan kesehatan selama 1 bulan hasil analisis, komitmen organisasional menunjukkan
2. Hal yang kedua adalah gaji, gaji pokok dari perawat bahwa karyawan cenderung hanya bertahan menjadi
rumah sakit memang sudah sesuai UMR akan tetapi anggota di perusahaan karena merupakan suatu
dalam proses pembagian gaji sering terlambat, keharusan atau kewajiban. Perusahaan dapat
sehingga meyebakan perawat sering mengeluh melakukan pendekatan dengan komunikasi dua arah,
dengan sistem pembagian gaji yng sering terlambat menyatukan kepentingan individu dengan kepentingan
3. Menurut salah satu responden pekerjaan ini perusahaan, serta dapat meyakinkan individu memiliki
hanyalah sebagai batu loncatan. Dari hasil data para kesempatan yang sama dalam menyalurkan
responden mereka bekerja antara 10-12 bulan kemampuannya. 2. Saran Bagi Penelitian Selanjutnya
dengan kisaran umur antara 21-30 tahun. Dapat Penelitian ini memiliki keterbatasan dalam jumlah
dikatakan saat mereka lulus, mereka menerima objek penelitian. Objek penelitian yang digunakan
pekerjaan ini. Meskipun pada akhirnya tidak cocok, sebanyak 68 perawat di RSUD Bobong. Pada
setidaknya mereka mempunyai pengalaman kerja penelitian-penelitian selanjutnya, diharapkan untuk
sebagai bekal mencari pekerjaan di perusahan lain. menambah jumlah objek. Selain itu menurut data dari
4. Menurut beberapa orang responden mereka tetap tabel koefisien determinasi sebanyak 28,7%
bekerja pada RSUD Bobong dikarenakan dipengaruhi oleh variabel lain. Diharapkan peneliti
pandangan dari masyarakat setempat jika bisa dapat menambah variabel untuk mengetahui hal-hal
bekerja pada isntansi pelayanan umum atau kantor – lain yang mempengaruhi kepuasan kerja.
kantor pemerintahan merupakan suatu prestasi
tersendiri dikarenakan mayoritas pekerjaan dari Referensi
masyarakat setempat adalah nelayan dan petani. Andini, Rita., 2006, Analisis Pengaruh Kepuasan Gaji,
Kepuasan Kerja, Komitmen Organisasional
Terhadap Turnover Intention, TESIS. Tidak
5. PENUTUP Diterbikan, Semarang: Program Pasca Sarjana
Universitas Diponegoro.
8
Kajian Ilmiah Mahasiswa Manajemen (KAMMA) Vol 6 no 1 Juli 2017 Mus, et al

Badjuri Achmad, Jane., 2013, Pengaruh Komitmen Setiawan. K.C., 2015, Pengaruh Motivasi Kerja
Terhadap Kepuasan Kerja Auditor Dengan Motivasi Terhadap Kinerja Karyawan Level Pelaksana Di
Sebagai Variabel Intervening (Studi Empirik Pada Divisi Operasi Pt. Pusri Palembang, PSIKISJurnal
Kantor Akuntan Publik Di Jawa Tengah) Jurnal Psikologi Islami, Vol. 1 No. 2
Bisnis dan Ekonomi (JBE), Vol. 20, No. 2
Sekaran, Uma., 2006. Research Methods For Business:
Budi Purbayu Santosa Dr, Ms dan Ashari, SE, Akt., Metodologi Penelitian Untuk Bisnis, Buku 2.
2005, Analisis Statistik dengan Microsoft Excel Jakarta: Salemba Empat.
& SPSS, Andi Offset, Yogyakarta
Suparman., 2007, Pengaruh Kepemimpinan, Motivasi
Cushway Barry., 1994, Manajemen Sumber Daya dan Komitmen Organisasi terhadap Kepuasan Kerja
Manusia, PT Elex Media Komputindo Kelompok dalam meningkatkan Kinerja Pegawai Pemerintah di
Gramedia Jakarta Kalimantan Tengah, Jurnal Aplikasi Manajemen,
Vol.1 Hal.38
Djamaludin M,. 2009, Pengaruh Komitmen
Organisasional, Pengembangan Karier, Motivasi Siregar, S., 2010, Statistika Deskriptif untuk Penelitian,
Kerja Dan Karakteristik Individual Terhadap Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada
Kepuasan Kerja Dan Kinerja Pegawai Pemerintah
Kabupaten Halmahera Timur, DIE–Jurnal Ilmu Tania, A., Sutanto, E. M., 2013, Pengaruh Motivasi
Ekonomi dan Manajemen, Volume 5, Nomor 2. Kerja Dan Kepuasan Kerja Terhadap Komitmen
Organisasional Karyawan PT. Dai Knife Di
Davis, K&Newstroom. J.W., 1995, Human Behavior at Surabaya, AGORA, Vol. 1, No.3, pp. 1157-2101.
Work : Organizational Behavior. Seventh Edition
Singapore: McGraw Hill Book Company Inc Tranggono Prabowo R., Kartika A., 2008, Pengaruh
Komitmen Organisasional Dan Profesional
Ghozali, Imam., 2011, Aplikasi Analisis Multivariate Terhadap Kepuasan Kerja Auditor Dengan Motivasi
Dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Sebagai Variabel Intervening (Studi Empiris Pada
Universitas Kantor Akuntan Publik Di Semarang), Jurnal Bisnis
dan Ekonomi (JBE), Vol. 15, No.1
Hasibuan Malayu S.P., 2006, Manajemen Dasar,
Pengertian, dan Masalah , Bumi Aksara: Jakarta. Trisnaningsih, Sri. 2001. Pengaruh komitmen terhadap
Kepuasan Kerja Auditor : Motivasi sebagai Variabel
Masyhuri dan Zainuddin,M., 2008, Metodologi Intervening : Studi Empiris Terhadap Kantor
Penelitian: Pendekatan Praktis dan Aplikasi. AkuntanPublik di Jawa Timur, TESIS. Tidak
Bandung: Refika Aditama. Diterbikan. Semarang: Program Pasca Sarjana
Universitas Diponegoro.
Muslih., 2011, Pengaruh Kepuasan Kerja Dan
Komitmen Karyawan Terhadap Kinerja Karyawan, Van Voorhis C.R.W. & Morgan B.L., 2007,
Jurnal Manajemen & Bisnis Vol 11 No. 01 April Understanding Power and Rules of Thumb for
2011 Determining Sample Sizes. Tutorials in Quantitative
Methods for Psychology.
Noor, Juliansyah., 2012, Metodologi Penelitian.
Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Werner, John. M. & DeSimone, Randy. L., 2006.
Human Resource Development, United States of
Purnama Febri Sulistya, Pratomo Eko Setyo., 2013, America : Thomson.
Motivasi Terhadap Compose New Tweet pada
Jejaring Sosial Twitter, EMPATHY, Jurnal Fakultas Wexley, Kenneth N., Yukl, Gary A,. 1992,
Psikologi Vol. 1 Organizational Behavior and Personel Psychology,
Robbins Sthepen P., Judge Timothy A, 2015, USA : Richard D. Irwin Inc.
Organizational Behavior , Pearson Education
9
Kajian Ilmiah Mahasiswa Manajemen (KAMMA) Vol 6 no 1 Juli 2017 Mus, et al

Wood., 2001, Organizational Behavior : A Global


Perspective. USA : John Wiley & Sons Inc.

10

Anda mungkin juga menyukai