Anda di halaman 1dari 13

Hubungan antara Dukungan Sosial dengan Psychological Well-Being pada Karyawan

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN PSYCHOLOGICAL WELL-BEING


PADA KARYAWAN

Khalidan Rahama
Jurusan Psikologi, Fakultas Ilmu Pendidikan, UNESA, email: khalidanrahama16010664045@mhs.unesa.ac.id

Umi Anugerah Izzati


Jurusan Psikologi, Fakultas Ilmu Pendidikan, UNESA, email: umianugerah@unesa.ac.id

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dukungan sosial dengan psychological well-
being pada perusahaan X. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif.
Terdapat 90 subjek pada penelitian ini. Teknik sampling yang digunakan pada penelitian yaitu sampel jenuh.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pearson Product Moment Correlation
dengan bantuan program SPSS for windows. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini berupa skala
dukungan sosial dan skala psychological well-being yang disusun peneliti menggunakan skala likert. Hasil
dari analisis pada penelitian ini menunjukkan taraf signifikansi 0,000 (p<0,05) dengan koefisien korelasi
0,443 (r=0,433). Hal tersebut dapat diartikan bahwa terdapat hubungan antara dukungan sosial dengan
psychological well-being. Hubungan antara kedua variabel tersebut menunjukkan hubungan yang memiliki
arah sama. Hubungan yang searah memiliki arti bahwa apabila variabel dukungan sosial mengalami
peningkatan, maka akan diikuti dengan peningkatan variabel psychological well-being. Begitu pula
sebaliknya apabila variabel dukungan sosial mengalami penurunan, maka variabel psychological well- being
juga akan menurun.
Kata Kunci: Psychological well-being, Dukungan Sosial, Karyawan

Abstract
This study aims to determine the relationship between social support and psychological well-being in
company X. The method used in this study is a quantitative research method. There are 90 subjects in this
study. The sampling technique used in this study is a saturated sample. The data analysis technique used
in this research is Pearson Product Moment Correlation with the help of SPSS for windows program. The
data collection techniques in this study were in the form of a social support scale and a psychological well-
being scale which were compiled by researchers using a Likert scale. The results of the analysis in this
study showed a significance level of 0.000 (p<0.05) with a correlation coefficient of 0.443 (r=0.433). This
means that there is a relationship between social support and psychological well-being. The relationship
between the two variables shows a relationship that has the same direction. The unidirectional relationship
means that if the social support variable increases, it will be followed by an increase in the psychological
well-being variable. And vice versa if the social support variable decreases, the psychological well-being
variable will also decrease.
Keywords: Psychological well-being, Social Support, Employee

delapan jam perhari serta karyawan bekerja guna


PENDAHULUAN memenuhi kebutuhan dalam hidupnya (Harter et al.,
Pada masa sekarang karyawan tidak hanya memiliki
2002). Dengan keadaan ini banyak karyawan yang
fungsi sebagai penyokong perusahaan melainkan
menghabiskan sebagian besar waktunya di tempat kerja
karyawan dianggap sebagai kunci utama keberhasilan
mereka.
perusahaan (Dessler, 2003). Sejalan dengan pernyataan
Saat melakukan tugasnya sebagai karyawan, terdapat
yang dikemukakan oleh Saraji (2006) bahwa karyawan
beberapa hal yang dapat menyebabkan karyawan memiliki
adalah titik utama dari keunggulan daya saing yang dapat
rasa senang ataupun tidak senang dengan pekerjaan yang
melawan berbagai macam masalah. Jadi kemampuan yang
akan dihadapi oleh karyawan (Sianturi & Zulkarnain,
ada pada karyawan harus ditingkatkan dan dikembangkan
2013). Banyak karyawan yang bekerja merasakan benar-
dengan maksimal. Untuk membuat karyawan memiliki
benar tertarik dengan pekerjaannya dan ada beberapa pula
nilai yang lebih unggul dalam daya saing, suasana kerja
yang tidak terlalu menyukai tetapi masih menetap dalam
yang kondusif maka yang harus dilakukan perusahaan
pekerjaan ada pada bagian yang telah dipilihnya. Bahkan
adalah mengelola dan memberikan perhatiaan terhadap
bertahun-tahun tetap menjalankan pekerjaan ini dengan
kepentingan karywan (Saraji & Dargahi, 2006).
segala konsekuensi yang telah diambil dari awal
Kepentingan karyawan penting untuk diperhatikan karena
mengambil pekerjaan tersebut. Pada dasarnya setiap
keryawan diharuskan untuk bekerja selama kurang lebih

94
Volume 8 Nomor 7 Tahun 2021, Character: Jurnal Penelitian Psikologi

organisasi menginginkan dan menuntut agar seluruh (Papalia, 2008) kesejahteraan psikologis merupakan
karyawan dapat menyelesaikan pekerjaannya dengan perasaan subjektif dan evaluasi individu terhadap dirinya
sebaik mungkin. sendiri.
Beberapa fakta menunjukkan bahwa organisasi yang Menurut Ryff dan Singer (2008) psychological well-
berhasil merupakan organisasi yang menjadikan kondisi being didefinisikan sebagai suatu pemenuhan dari
karyawan sebagai faktor utama yang harus diperhatikan pertumbuhan manusia yang dipengaruhi oleh konteks
(Corey L M Keyes et al., 2000). Ketika suatu organisasi kehidupan manusia disekitarnya. Dapat diartikan juga
dapat memberikan peningkatan pada kesejahteraan psychological well-being adalah suatu pencapaian potensi
karyawannya, maka hal tersebut dapat menyebabkan psikologis individu, mempunyai tujuan hidup, dapat
karyawan dapat menempatkan diri dengan sebaik mungkin membangun relasi yang baik dengan orang lain, mampu
pada pekerjaan mereka, menghasilkan keuntungan untuk mengendalikan lingkungan sesuai dengan kondisi dirinya,
perusahaan, dan menciptakan karya yang kreatif dan dapat menerima kelebihan juga kekurangan dirinya, serta
inovatif sehingga dapat menghasilkan kemajuan pada dapat terus mengembangkan dirinya. Berdasarkan uraian
perusahaan (Davis, 2012). diatas, dapat disimpulkan bahwa psychological well-being
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh merupakan persepsi individu tentang suatu rasa
Lovelock & Wright (2007) menyatakan bahwa karyawan kesejahteraan baik secara fisik maupun mental, serta dapat
yang merasa bahagia dapat lebih baik dalam menuntaskan mengaktualisasikan dirinya dengan baik.
permasalahan yang berkaitan dengan pekerjaannya Ryff dan Singer (2008) menyebutkan bahwa terdapat
sehingga hal tersebut menyebabkan meningkatnya beberapa dimensi dari psychological well-being, yaitu : 1)
produktivitas kerja yang dimilikinya. Setiap manusia Self-Acceptance (penerimaan diri) merupakan seberapa
memiliki konsep ideal dalam hidupnya, salah satu konsep besar individu memiliki sikap yang positif terhadap diri
ideal tersebut adalah kesejahteraan (Gavin & Mason, sendiri, memahami setiap tindakan serta perasaan yang
2004). Kesejahteraan terdiri dari dua jenis, yaitu dimilikinya, menerima semua kondisi diri dengan apa
kesejahteraan fisik dan kesejahteraan psikologis. adanya dan dengan kondisi apapun, serta dapat berfikir
Kesejahteraan fisik memiliki kaitan dengan jasmani positif terhadap maslalunya. 2) Relations with Others
sedangkan kesejahteraan psikologis berhubungan dengan (hubungan positif dengan orang lain) suatu kemampuan
perasaan individi mengenai setiap aktivitas yang telah indivdu untuk berinteraksi serta menjalin hubungna
dilakukan dalam kehidupan sehari-harinya (Ryff & Keyes, dengan orang lain secara positif sepeti; hangat, memiliki
1995). empati, rasa saling percaya, kasih sayang, dan lain-lain. 3)
Psychological well-being atau kesejahteraan Personal Growth (pengembangan diri) merupakan suatu
psikologis adalah suatu pengoptimalan dalam kemampuan kemampuan individu dalam mengembangkan potensi
psikologis tanpa adanya gangguan psikologis untuk dirinya, melihat setiap pencapaian yang telah dilakukan,
mencapai kebahagiaan (Huppert dalam Nopiando, 2012). suka dengan hal-hal baru, memiliki rasa sadar mengenai
Menurut Garcia dan Alandete (2015) psychological well- keharusan dalam perkembangan dirinya dari pada
being merupakan kondisi individu yang merasa mengalami kondisi yang tetap dimana seluruh masalah
kehidupannya memiliki makna ketika dirinya dapat diselesaikan. 4) Purpose in Life (tujuan hidup) merupakan
melakukan penerimaan diri pribadi, penguasaan kemampuan individu untuk membentuk makna dan arahan
lingkungan, memiliki hubungan interpersonal yang dalam hidupnya, memiliki arah dan konsistensi dalam
positif, pertumbuhan pribadi, dan otonomi. Berger (2010) pandangan hidupnya, memiliki rasa terdapat makna dalam
juga menyatakan psychological well-being ditempat kerja kehidupan yang sekarang maupun masa lalu, memiliki
merupakan suatu keadaan dimana seorang karyawan target dan tujuan hidup, serta keinginan untuk menghadapi
memiliki dorongan atau motivasi, memiliki energi yang setiap permasalahan dalam hidup. 5) Environmental
positif, terlibat dalam pekerjaannya, menikmati segala Mastery (penguasaan lingkungan) kemampuan individu
kegiatan yang ada di pekerjaan, serta mampu untuk dalam menciptakan lingkungan yang sesuai dengan
bertahan dengan pekerjaannya. Menurut Wells (2010) dirinya, dapat mengatur lingkungan yang kompleks,
konsep psychological well-being berkaitan dengan mampu memanfaatkan kesempatan yang ada guna
persepsi subjektif yang dimiliki seorang individu atas mengembangkan diri,dan mengembangkan diri dengan
pencapaiannya sendiri dan sejauh mana individu tersebut melalui aktivitas mental maupun fisik. 6) Autonomy
puas dengan tindakannya dimasa lalu, sekarang, dan masa (otonomi) kemampuan individu perihal membuat ataupun
depan. Robertson dan Cooper (2011) memberikan mengambil keputusan dengan mandiri, mampu menolak
pengertian tentang kesejahteraan psikologis ditempat kerja tekanan sosial guna berpikir dan berperilaku denga
sebagai tingkat perasaan dan tujuan psikologis yang beberapa cara tertentu, mampu menyusun tujuan hidup
dirasakan seseorang di tempat kerja. Menurut Diener

95
Hubungan antara Dukungan Sosial dengan Psychological Well-Being pada Karyawan

tanpa meminta persetujuan pada orang lain, dan mampu dimana dukungan sosial yang diperoleh karyawan akan
mengevaluasi diri sendiri. memberikan dorongan semangat, perhatiaan,
Berdasarkan observasi dan studi pendahuluan yang penghargaan, bantuan ataupun kasih sayang yang dapat
telah dilakukan peneliti, Perusahaan X merupakan menyebabkan karyawan memiliki pandangan yang positif
perusahaan yang bergerak pada bidang pertanian (pupuk). mengenai diri dan lingkunga kerjanya sebagai motivasi
Seperti pada perusahaan lainnya, perusahaan x juga selalu untuk karyawan dalam meningkatkan kinerjanya.
mengupayakan kinerja karyawan yang berada di dalam Dukungan sosial memiliki manfaat karena hal tersebut
perusahan x efektif dan efisien. Secara umum fenomena merupakan kebutuhan bagi individu, menurut Sarafino
mengenai kesejahteraan psikologis yang dapat dijabarkan (dalam Lubis, 2009) menyebutkan bahwa dukungan sosial
dalam hasil observasi dan studi pendahuluan pada merujuk pada rasa senang yang dirasakan oleh individu,
perusahaan x adalah rasa nyaman pada setiap karyawan penghargaan atas kepedulian, atau membantu orang
dalam melakukan pekerjaan, kesejahteraan psikologis menerima diri dari orang-orang dan kelompok lain.
yang dimiliki oleh para karyawan seharusnya dapat Smet (1994) dukungan sosial murujuk pada bantuan
menyebabkan karyawan merasakan bahagia dalam bekerja secara emosional, instrumental, dan finansial yang
dan bahagia ketika melakukan interaksi dengan karyawan diterima dari dari lingkungan sosial individu. Larocco
lainya. Maksud dari kesejahteraan disini tidak adanya (1987) menyebutkan bahwa dukungan sosial dapat
sikut menyikut antara karyawan satu dengan karyawan diartikan sebagai suatu dukungan emsional yang dapat
lain dan tidak ada karyawan yang saling menjatuhkan. menjadi penengah untuk menyelesaikan suatu masalah.
Penjabaran singkat dari fenomena diatas didukung dengan Dukungan sosial merupakan salah satu faktor yang penting
hasil wawancara dengan 2 karyawan bagian produksi pada agar perusahaan mampu memacu semangat karyawan dan
perusahaan x, yaitu sebagai berikut : “dengan adanya memotivasi karyawan untuk mampu menyelesaikan
pandemi seperti ini, perusahaan sangat memperhatikan masalahnya. Menurut Sarason, dkk (1983) seseorang yang
kebutuhan serta kesehatan karyawan, seperti diberikan mempunyai dukungan sosial yang baik di sekitarnya,
vitamin secara rutin, seringkali menanyakan kesehatan, mereka kan mempunyai pengalaman hidup yang lebih
dukungan-dukungan sederhana seperti itulah yang baik, mereka juga memiliki tingkat kepercayaan diri dan
membuat para karyawan disini juga merasa aman dan harga diri yang tinggi, serta mereka sanggup memandang
nyaman ketika melakukan tugas pekerjaan walaupun hal sekitar jauh lebih positif dibandingkan sebagian lain
dalam suasana pandemi.” Faktanya kesejahteraan yang memiliki dukungan sosial yamg kurang baik atau
psikologis itu sangat penting bagi setiap karyawan. lebih rendah. Menurut Kuntjoro (2002) dukungan sosial
Kesejahteraan psikologis senantiasa mempengaruhi adalah tentang bagaimana individu memandang dunia dan
seluruh kondisi dasar dan perilaku individu dalam lingkungan sekitarnya, sehingga tinggi rendahnya
perusahaan, dukungan sosial juga bergantung terhadap persprektif dari
Faktor - faktor yang dapat mempengaruhi individu itu sendiri juga. Secara singkat, dukungan sosial
kesejahteraaan psikologis individu menurut Ryff (2008) dapat diartikan sebagai suatu persepsi terhadap
adalah : Pertama, dukungan sosial yaitu suatu gambaran ketersediaan sumber daya dukungan yang diperoleh dari
perilaku yang mendukung individu dengan berdasarkan lingkungan sekitarnya.
pada emosi positif dari orang-orang yang berarti dalam Weiss (dalam Cutrona dkk, 1994) membagi dukungan
hidup individu, terutama keluarga. Kedua, kepribadian sosial ke dalam enam bagian yang berasal dari hubungan
yaitu individu yang memiliki kepribadian yang suka dengan individu lain, yaitu: guidance, reliable alliance,
bergaul, penuh semangat, dan dapat mengontrol attachment, reassurance of worth, social integration, dan
hubungannya dengan individu lain akan menumbuhkan opportunity to provide nurturance. Komponen-komponen
emosi yang positif. Ketiga, usia dimana kesehateraan itu sendiri dikelompokkan ke dalam 2 bentuk, yaitu
psikologis dinilai sebagai aspek yang mengalami instrumental support dan emotional support.
perkembangan seiring dengan bertambahnya usia. Berikut ini penjelasan lebih lengkap mengenai enam
Keempat, jenis kelamin, faktor ini memiliki hubungan komponen dukungan sosial dari Weiss (dalam Cutrona,
dengan kebahagiaan individu, wanita yang memiliki skor 1994): (a) Instrumental Support (1) Reliable alliance,
yang tinggi pada skala yang menilai fungsi sosial. Kelima merupakan pengetahuan individu, dan mereka dapat
status sosial ekonomi faktor ini berhubungan dengan mengandalkan bantuan nyata ketika mereka
individu dengan tingkat sosial dimana yang memiliki membutuhkannya. Individu akan merasa aman, karena
pendapatan tinggi cenderung memperoleh kebahagiaan individu akan menemukan bahwa ketika individu
yang tinggi dan cenderung terhindar dari stress. menghadapi masalah dan kesulitan, seseorang dapat
Kesejahteraan psikologis dari karyawan dapat diandalkan. (2) Guidance (bimbingan) merupakan saran
dipengaruhi oleh salah satu faktor yaitu dukungan sosial, dari sumber terpercaya dan dukungan sosial berupa

96
Volume 8 Nomor 7 Tahun 2021, Character: Jurnal Penelitian Psikologi

informasi. Dukungan ini juga dapat berupa umpan balik itu, dapat diambil kesimpulan bahwa dukungan sosial
atas apa yang telah dilakukan individu (Sarafino, 1997). memiliki pengaruh penting terhadap kesejahteraan
(b) Emotional Support : (1) Reassurance of worth; karyawan. Hal ini juga didukung oleh teori Huppert
dukungan sosial semacam ini dimanifestasikan dalam (2009), yang menyatakan bahwa dukungan sosial adalah
pengakuan atau penghargaan terhadap kemampuan dan salah satu faktor yang mempengaruhi kesejahteraan
kualitas orang; dukungan semacam ini memberi orang rasa psikologis.
penerimaan dan nilai. (2) Attachment ; dukungan Berdasarkan penjelasan di atas, fenomena yang ada
semacam ini merupakan ekspresi emosi dan cinta yang pada perusahaan x adalah setiap karyawan merasa
diterima oleh masyarakat (Cutrona, dkk., 1994) yang dapat memerlukan adanya dukungan lebih dari berbagai pihak
membuat orang yang menerimanya merasa aman. tidak hanya dari keluarga saja. Dukungan sosial yang
Keintiman dan keintiman adalah bentuk dukungan ini, berasal dari lingkungan kerja akan dapat berpengaruh pada
karena keintiman dan keintiman dapat menyampaikan rasa peningkatan kinerja karyawan dan dapat memberikan rasa
aman (3) Social Integration; Cutrona, dkk. (1994) nyaman pada karyawan ketika bekerja. Hal tersebut dapat
mengatakan bahwa dukungan ini dimanifestasikan dalam terlihat ketika pada jam kerja karyawan di perusahaan x
minat dan perhatian yang sama dan rasa memiliki terhadap saling memberikan feedback pada setiap pekerjaan
kelompok. (4) Opportunity to provide nurturance; bentuk masing-masing, walaupun terkadang para karyawan tidak
dukungan ini adalah perasaan pribadi bahwa orang lain bekerja secara tim namun pekerjaan yang dilakukan oleh
membutuhkannya. masing-masing karyawan tetap memiliki hubungan antara
Keberhasilan perusahaan salah satunya, dibentuk oleh satu dengan yang lainnya, sehingga dalam mengerjakan
karyawan yang merasa nyaman di tempat kerja. Setiap tugas masing-masing dapat dilakukan secara bersama.
karyawan berhubungan langsung dengan kinerja tugasnya Dukungan dari lingkungan pekerjaan akan menyebabkan
dan sangat dipengaruhi oleh lingkungannya. Lingkungan pekerjaan yang dilaksanakan akan berdampak baik.
kerja yang aman dan sehat adalah yang paling penting bagi Dukungan sosial yang terlihat pada fenomena ini lebih
semua orang. Dengan lingkungan kerja yang nyaman, cenderung kepada tertatanya cara karyawan dalam bekerja
Anda dapat bekerja dengan tenang dan memastikan bahwa yang menyebabkan pekerjaan dapat terselesaikan dengan
hasil Anda memenuhi standar yang ditetapkan. tepat waktu. Hal tersebut didukung oleh hasil wawancara
Dalam arti menjalin hubungan yang baik antara peneliti dengan karyawan perusahaan x yang menjukan
karyawan dan antara karyawan dengan manajemen, bahwa setiap karyawan akan selalu memberikan feedback
organisasi dapat menciptakan lingkungan kerja yang kepada rekan kerjanya yang hendak melanjutkan
nyaman, dan menjaga kesehatan serta keselamatan tempat pekerjaan yang telah disusun, selain itu pada perusahaan x
kerja dapat meningkatkan produktivitas karyawan. juga setiap karyawannya selalu berdiskusi mengenai
Persepsi terhadap lingkungan organisasi adalah proses format dan kelanjutan ataupun cara penyelesaian dalam
evaluasi kognitif berdasarkan gambaran karakteristik suatu project dan akan terus berhubungan dengan bagian-
lingkungan, berdasarkan evaluasi pribadi, motivasi, atau bagian yang lain.
emosi yang cocok untuk karyawan, proses tersebut Fenomena di atas sejalan dengan faktor-faktor yang
dijelaskan berdasarkan nilai-nilai pribadi dan terkait dapat mempengaruhi dukungan sosial, diantara lain ;
dengan kesejahteraan pribadi. Kesehatan mental karyawan kontrak sosial, kedekatan hubungan sosial, keintiman,
dipengaruhi oleh faktor dukungan sosia, dukungan sosial harga diri, dan keterampilan sosial. Dukungan sosial yang
yang diterima karyawan dapat memberikan dorongan, baik akan menyebabkan kesejahteraan psikologis yang
perhatian, penghargaan, bantuan dan kepedulian yang baik pada karyawan. Dalam hal ini, maksud dari dukungan
dapat membuat karyawan memiliki pandangan yang sosial tidak hanya berasal dari dalam pekerjaan namun
positif terhadap diri dan aktivitasnya. Lingkungan kerja juga dari luar pekerjaan. Seperti dengan sesame karyawan
merupakan motor penggerak bagi karyawan untuk dan orang-orang yang memiliki peran penting bagi
meningkatkan produktivitasnya. karyawan itu sendiri. Dukungan sosial dapat memberikan
Dukungan sosial yang positif akan menimbulkan dampak yang sangat baik ketika dukungan tersebut berasal
kesejahteraan psikologis yang baik pula pada karyawan. dari orang-orang yang memiliki peran yang sangat
Dalam hal ini, dukungan sosial yang dimaksud bukan penting, terutama yang dapat berpengaruh pada pekrjaan
hanya berasal dari internal pekerjaan tetapi juga dari karywan.
eksternal. Seperti, rekan kerja dan orang-orang yang Penelitian yang telah dilakukan oleh Cropanzano dan
penting bagi karyawan itu sendiri. Dukungan sosial ini Wright (2000), menyatakan bahwa terdapat korelasi
dapat berdampak sangat baik ketika diberikan dari positif antara kesejahteraan psikologis dengan tingkat
orangorang yang sangat penting, terutama yang performa kerja. Atau dapat diartikan dengan semakin
mempengaruhi pekerjaan karyawan tersebut. Maka dari meningkatnya kesejahteraan psikologis pada karyawan

97
Hubungan antara Dukungan Sosial dengan Psychological Well-Being pada Karyawan

maka semakin baikpola performa kerja karyawan. Pada penelitian ini telah dilaksanakan uji coba skala
Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Keyes (2000) dan telah didapatkan hasil uji realibiltas dan validitas guna
menyebutkan bahwa ketika kesejahteraan psikologis menguji skala sebelum diterjunkan ke proses penelitian.
karyawan tersebut tinggi maka perusahaan yang memiliki Uji Validitas merupakan sebuah proses untuk menguji
tujuan mencari keuntungan akan mendapatkan karyawan kelayakan dari setiap instrumen yang berupa pertanyaan
yang dapat bertahan dengan lama di perusahaan dan atau pernyataan saat mendefinisikan suatu variabel.
memiliki karyawan yang memberi perhatiaan penuh pada Instrumen yang berupa pertanyaan atau pernyataan
peerjaannya. Memberikan perhatian pada kesejahteraan merupakan hasil interpretasi turunan dari dimensi ataupun
karyawan merupakan suatu hal yang paling penting untuk aspek yang mendukung kelompok variabel (Arikunto,
perusahaan karena hal tersebut dapat berpengaruh pada 2002).
perilaku karyawan, bagaimana cara mengambil keputusan Hasil uji validitas menunjukkan bahwa dari 48 aitem
yang akan dilakukan, serta interaksi dengan rekan tryout telah dinyatakan valid sejumlah 36 aitem,
kerjanya (Warr, 1978; Rasulzada, 2007). Lingkungan sedangkan aitem gugur sejumlah 12 aitem. Hal tersebut
kerja dapat berdampak positif ataupun negatif pada didapatkan dari hasil uji validitas mengggunakan rumusan
kesejahteraan psikologis karyawan (Briner, 2000). corrected aitem-total correlation dengan nilai signifikansi
Berdasarkan uraian diatas dapat ditarik kesimpulan diatas 0,03 maka aitem dapat dinyatakan valid dan jika
bahwa dukungan sosial memiliki pengaruh yang penting aitem mendapatkan nilai signifikansi dibawah 0,3 maka
terhadap kesejahteraan karyawan. Hal ini juga didukung aitem dinyatakan gugur.
oleh teori Huppert (2009), yang menyatakan bahwa Setelah didapatkan hasil validitas, selanjutnya
dukungan sosial adalah salah satu faktor yang dilaksanakan uji reliabilitas pada penelitian. Uji
mempengaruhi kesejahteraan psikologis. Dari reliabilitas menurut Azwar (2015) reliabilitas merupakan
pembahasan yang telah dipaparkan, peneliti tertarik untuk salah satu ciri atau karakter utama instrumen pengukuran
melakukan penelitian dengan judul hubungan dukungan yang baik. Suatu tes dikatakan reliabel jika selalu
sosial dengan psychological well-being di perusahaan X. memberikan hasil yang sama bila diteskan pada kelompok
yang sama padaiwaktu atau kesempataniyang berbeda.
METODE Hasil Uji Tryout menggunakan rumusan dari Alpha
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Crombach dan dengan bantuan program SPSS 24.0 for
Pendekatan penelitian kuantitatif adalah pendekatan yang window.
menggunakan teknik analisisnya pada data-data Pada uji reliabilitas telah didapatkan hasil pada skala
numbering (angka) yang selanjutnya diolah dengan psychological well-being sebesar 0,894, sedangkan pada
metode statistika, pada dasarnya pendekatan kuantitatif skala dukungan sosial didapatkan nilai uji reliabilitas
digunakan dalam rangka pengujian hipotesis (Azwar sebesar 0,885. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan
2007). Penelitian kuantitatif dalam penelitian ini bahwa kedua skala dinyatakan reliabel karena memiliki
menggunakan teknik analisis korelasional, yang bertujuan nilai signifikansi lebih dari 0,05.
untuk mencari hubungan antara psychological well-being Pada penelitian ini, juga akan dilakukan uji asumsi
dengan dukungan sosial. yaitu uji normalitas dan linearitas, uji normalitas
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini digunakan untuk menguji distribusi data agar peneliti
menggunakan sampel jenuh, Teknik pengambilan sampel dapat mengetahui apakah data penelitian dapat dapat
menggunakan sampel jenuh, teknik sampling jenuh adalah digolongkan sebagai data penelitian yang berdistribusi
teknik penentuan sampel dimana semua anggota populasi normal atau tidak maka penelitian menggunakan rumusan
digunakan menjadi sampel (Azwar, 2007), sehingga dari kolmogorov smirnov test dengan syarat data dapat
seluruh karyawan perusahaan x akan dijadikan subjek dikatakan berdistribusi normal jika data memiliki nilai
pada penelitian. Karyawan perusahaan x yang manjadi signifikansi dari uji kolmogrov smrinov lebih dari 0,5
subyek penelitian berjumlah 120 orang, dengan rincian (p>0,05) (Arikunto, 2010).
yang mengisi instrument skala untuk uji coba (try out) Selanjurnya, untuk menguji hipotesis pada penelitian,
sebanyak 30 orang dan 90 orang sebagai subyek peneliti menggunakan rumusan dari Korelasi Pearson
penelitian. Product Moment dengan bantuan program SPSS 24.0 for
Teknik pengumpulan data menggunakan instrumen windows, dan hasil penelitian akan dapat disimpulkan
skala dukungan sosial yang disusun peneliti berdasarkan memiliki hubungan/pengaruh jika hasil dari nilai
teori Weis (2010) dan skala psychological well-being signifikansi korelasi memiliki nilai kurang dari 0,05
yang disusun peneliti berdasarkan teori Ryff dan Singer (p<0,05) maka data/hasil dari penelitian dapat
(2008). disimpulkan memiliki hubungan atau pengaruh dan
hipotesis dapat diterima.

98
Volume 8 Nomor 7 Tahun 2021, Character: Jurnal Penelitian Psikologi

Hasil Dan Pembahasan Tabel 3. Hasil Uji Normalitas Shapiro-Wilk


Hasil Penelitian Variabel Nilai Sig. Keterangan
Deskripsi data yang telah dilaksanakan pada penelitian PWB Data Berditribusi
ini dilakukan agar peneliti dapat mengetahui deskripsi data 0.963
Normal
dari hasil penelitian yang diantaranya terdapat nilai
Data Berditribusi
minimum, nilai maksimum, nilai rata-rata (mean), serta Dukungan 0.983
Normal
nilai standart deviasi. Hasil pengolahan data statistic pada Sosial
penelitian ini menggunakan bantuan program SPSS 24.0
for windows, yang mana didapatkan hasil sebagai berikut: Berdasarkan hasil tabel uji normalitas di atas diketahui
Tabel 1. Hasil Statistik Deskriptif bahwa nilai signifikasi uji normalitas bivariate Shapiro
N Min Max Mean SD wilk variabel dukungan social dengan nilai 0,963 dan
PWB psychological well-being yaitu sebesar 0983, dimana
90 94 130 111.07 8.885 dapat diketahui bahwa dalam penelitian ini menunjukan
Dukungan 90 80 111 96.24 6.092 nilai signifikasi yang lebih besar dari 0,05 yang berarti
Sosial data tersebut berdistribusi normal.

Hasil uji statistic deskriptif pada tabel data diatas, Uji Asumsi Linearitas
dapat dilihihat bahwa hasil dari 90 subjek yang digunakan Uji linearitas memiliki fungsi untuk mencari tahu
dalam penelitian, diketahui nilai rata-rata (mean) pada apakah hasil penelitian dari kedua variabel yaitu dukungan
variabel psychological well-being adalah sebesar 111, sosial dengan psychological well-being memiliki
diketuahi nilai max/tertinggi pada penelitian sebesar 130 hubungan secara linear atau tidak. Sugiyono (2017)
dan nilai min/terendah pada penelitian telah diketahui menyebutkan bahwa suatu data dapat dianggap linear apa
sebesar 94, selanjutnya juga dapat diketahu nilai rata-rata bila nilai signifikansinya kurang dari 0,05 (p<0,05). Uji
(mean) pada penelitian untuk variabel dukungan sosial linearitas ini dilakukan menggunakan SPSS 21.0 for
adalah sebesar 96 dengan nilai min/terendah 80 dan nilai Windows.
max/tertinggi sebesar 111.
Dari tabel tersebut juga telah didapatkan nilai dari Tabel 4. Ketentuan Linearitas Data
standar deviasi pada hasil penelitian, dari kedua variabel, Nilai Signifikansi Keterangan
variabel psychological well-being memiliki nilai standart Sig<0.05 Data Linier
deviasi sebesar 8,885 sedangkan variabel dukungan sosial Sig>0.05 Data Tidak Linier
memiliki nilai standart deviasi 6,092. Berdasarkan hasil
yang ditunjukan pada tabel tersebut, maka dapat Tabel 5. Uji Linearitas
disumpulkan hasil dari penelitian memiliki data yang Model Sig Keterangan
bervariasi atau beragam, karena hasil dari data penelitian PWB*Dukungan 0.001 Linear
menunjukan nilai lebih dari 1 SD (1 SD=6) serta Sosial
menunjukkan hasil yang normal dan tidak bias.
Berdasarkan hasil uji linearitas diatas, dapat diketahui
A. Analisa Data bahwa nilai signifikansi hasil penelitian pada kedua
1. Uji Asumsi variabel yaitu psychological well-being dan dukungan
Uji Asumsi Normalitas sosial sebesar 0,001. Berdasarkan hasil tersebut dapat
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui terlihat bahwa nilai signifikasi kurang dari 0,05 (p<0,05),
apakah data dari setiap variabel berdistribusi normal atau yang berarti bahwa dukungan sosial dan psychological
tidak, dalam hal ini data dikatakan berdistribusi normal well-being memiliki hubungan yang linear. Berdasarkan
jika nilai signifikan atau nilai probabilitasnya lebih dari 0.5 grafik 1 juga terlihat bahwa sebaran data dalam penelitian
(p>0,05) (Sugiyono,2017). ini linear berada pada satu garis lurus.

Tabel 2. Kategori Distribusi Nomalitas Data Uji Hipotesis


Nilai Signifikansi Keterangan Uji hipotesis dilakukan bertujuan untuk mencari
Sig > 0,05 Distribusi data normal hubungan antara variabel bebas (dukungan sosial) dan
Sig < 0,05 Distribusi data tidak variabel terikat (psychological well-being) hipotesa dalam
normal penelitian. Hipotesis yang dibuktikan pada penelitian ini

99
Hubungan antara Dukungan Sosial dengan Psychological Well-Being pada Karyawan

adalah “terdapat hubungan antara dukungan sosial dan Pada penelitian yang dilakukan ini, menghasilkan nilai
psychological well-being pada karyawan perusahaan X”. koefisien korelasi yang menunjukkan hubungan yang
Sugiyono (2017) hubungan pada kedua variabel akan positif, dimana dapat terlihat pada besarnya nilai koefisien
dikatakan signifikan jika nilai p atau signifikasinya kurang korelasi yaitu sebesar 0,433(r=0,433) yang tidak tampak
dari 0,05 (p<0,05), sedangkan jika nilai signifikasinya tanda negatif, sehingga dapat dikatakan bahwa koefisien
lebih dari 0,05 (p>0,05) maka dapat dikatakan bahwa korelasi memiliki arah hubungan yang positif, yang berarti
hubungan antar variabel tidak signifikan. Adapun nilai semakin tinggi dukungan sosial karyawan X, maka
koefisien korelasi menurut Sugiyono (2017) merupakan semakin tinggi pula psychological well-being pada
nilai yang menunjukkan kekuatan dan arah hubungan karyawan perusahaan X.
linier antara dua peubah acak (random variable). Kriteria
koefisen korelasi dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Pembahasan
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk
Tabel 6. Kriteria Koefisien Korelasi mengetahui hubungan antara dukungan sosial dengan
Interval Koefisien Kriteria psychological well-being pada karyawan perusahaan X.
0,00-0,199 Sangat rendah Ditinjau dari hasil penelitian ini, dukungan sosial menjadi
0,20-0,399 Rendah salah satu faktor pendukung dalam memunculkan
0,40-0,599 Sedang psychological well-being tertentu pada karyawan dalam
0,60-0,799 Kuat perusahaan.
0,80-1,00 Sangat Kuat Menurut Ryff dan Singer (2008) psychological well-
being didefinisikan sebagai realisasi pertumbuhan
Pada tabel 7 ini merupakan hasil dari uji korelasi manusia yang dipengaruhi oleh konteks kehidupan
menggunakan Pearson Product Moment : manusia yang melingkupinya. Kesejahteraan mental juga
dapat diartikan sebagai pencapaian potensi psikologis
Tabel 7. Hasil Uji Hipotesis individu, memiliki makna dalam hidup, dapat membangun
Pearson Nilai Keterangan hubungan yang baik dengan orang lain, dapat
Variabel mengendalikan lingkungan sesuai keadaannya, dapat
Correlation Sig.
PWB Hubungan menerima kekuatan dan kelemahannya serta dapat
0.433** 0.000 berkembang lebih lanjut. Pada penelitian ini, untuk
Signifikan
mencari hasil hubungan antar variabel akan digunukan
Hubungan
Dukungan 0.433** 0.000 rumusan dari uji korelasi parametrik pearson correlation
Signifikan
Sosial yang dilakukan terhadap 36 karyawan, dengan bantuan
SPSS versi 21.0 for windows ini ditemukan adanya
Berdasarkan hasil uji korelasi yang telah dilakukan hubungan positif signifikan antara dukungan sosial dengan
diperoleh nilai signifikasi antara kedua variabel yaitu psychological well-being pada karyawan di perusahaan X
sebesar 0,000 dimana nilai signifikasi tersebut kurang dari (r = 0,433 dan Sig. < 0,01). Berdasarkan hasil penelitian
0,05 (p<0,05), maka dapat dikatakan bahwa uji korelasi yang telah dilakukan, hal tersebut menunujukkan bahwa
antarakedua variabel memiliki hubungan secara disaat seorang karyawan dalam sebuah perusahaan
signifikan, sehingga dapat dikatakan bahwa hipotesis pada semakin mendapat dukungan sosial yang tinggi, naka
penelitian ini adalah “terdapat hubungan antara dukungan semakin tinggi pula tingkat kesejahterahaan psikologis
sosial dengan psychological well-being pada karyawan orang tersebut dalam bekerja. Adanya korelasi antara
perusahaan X” diterima. dukungan sosial dengan psychological well-being sesuai
Menurut Sugiyono (2013) uji analisis ini bertujuan dengan penelitian sebelumnya yang menemukan bahwa
guna mengukur seberaba erat hubungan antara kedua dukungan sosial menjadi salah satu faktor munculnya
variabel dan dinyatakan dalam besaran korelasi (r). kesejahteraan psikologis (Huppert, 2009).
Besaran korelasi (r) sendiri memiliki rentang nilai muali Psychological well-being merupakan suatu kondisi
dari 0 hingga 1, sesuai dengan tabel 5 di atas. yang berkaitan tentang perasaan individu mengenai
Pada tabel uji hipotesis di atas, dapat terlihat bahwa aktivitas sehari-hari, terkait kemampuan individu dalam
hasil dari koefisien korelasi antara kedua variabel sebesar menerima diri apa adanya, membentuk pengungkapan
0,433 (r=0,433), apabila disesuaikan dengan nilai kriteria perasaan setiap individu yang dimunculkan dari hasil
koefisien korelasi maka dapat dinyatakan bahwa tingkat pengalaman hidupnya dengan kemandirian dalam
hubungan antara kedua variabel termasuk dalam golongan mengontrol diri dalam mencpai tujuan dan merealisasikan
yang sedang (Sugiyono, 2013). potensi yang berada dalam diri (Ryff & Keyes, 1995).
Seseorang dengan kesejahteraan psikologis yang tinggi

100
Volume 8 Nomor 7 Tahun 2021, Character: Jurnal Penelitian Psikologi

maka akan memiliki kepercayaan bagi diri yang baik dan kuat. Disaat itu semua terpenuhi maka seorang individu
tujuan yang jelas dalam kehidupan pribadi dan dapat memenuhi kesejahterahan secara individu dalam
pekerjaanya, tidak hanya untuk dirinya sendiri namun kehidupannya.
seseorang dengan kepercayaan diri yang tinggi juga secara Aspek yang ketiga adalah personal growth,
langsung dapat memiliki hubungan baik dengan pengembangan diri berkaitan dengan individu yang secara
lingkungan di sekitarnya. Sebaliknya, jika seseorang tidak dinamis akan mengikuti proses perubahan dan
merasa cukup atau kurang memiliki kesejahterahan secara pengembangan potensi (Ryff & Singer, 2008). Pada
psikologis akan cenderung untk menyendiri dan menutup dasarnya seseorang akan terus berubah seiring dengan
dirinya. Hal ini disebabkan karena kurang bisanya perjalanan pengalaman yang dimilkinya. Dalam proses
individu tersebut dalam menerima dirinya seutuhnya, baik tersebut seseorang bukan hanya bertujuan untuk melewati
dalam pengalaman hidupnya yang saat ini maupun di masa prosesnya namun juga bisa belajar mengoptimalkan
lalu. Selain itu, kurang bisanya individu dalam potensi yang dimiliki untuk dikembangkan. Jika seorang
mengoptimalkan kemampuan diri dan mengembangkan individu sudah bisa mengembangkan potensi yang
diri dalam melakukan aktivitasnya membuat individu dimilikinya, maka orang tersebut bisa lebih mudah
selalu merasa tidak mampu (Ryff & Keyes, 1995). melewati masalah-masalah yang perlu diselesaikan. Hal
Seseorang yang memiliki kesejahterahan psikologis atau ini akan membuat individu akan lebih terbuka untuk
psychological well-being yang tinggi dapat terlihat dengan menjalani kesehariannya dan menjadi lebih sejahtera
adanya kebahagiaan dalam hidup. Tercapainya sebuah secara psikologis.
kebahagiaan merupakan tujuan utama dalam memenuhi Aspek keempat yang turut mempengaruhi
kesejahterahan psikologis. Hal ini disebabkan ketika terbentuknya psychological well-being adalah purpose in
seorang individu sudah merasa bahagia dengan hidupnya life (Ryff & Singer, 2008). Faktor ini sangat bergantung
dengan pekerjaan yang sedang dijalaninya maka tidak ada terhadap bagaimana seseorang mem-perspektifkan sesuatu
lagi beban saat individu tersebut menjalani kehidupannya terutama terkait dengan ,makna dan tujuan hidup. Setiap
(Ryff & Keyes, 1995). individu memiliki cara pemaknaan dan interpretasi yang
Terdapat beberapa aspek penting dalam terbentuknya berbeda-beda dalam suatu hal. Perbedaan inilah yang
psychological well-being. Aspek pertama yang turut menyebabkan munculnya perbedaan tujuan dan arah hidup
membentuk psychological well-being individu adalah self- seseorang. Adanya perbedaan keinginan, cara
acceptance (Ryff & Singer, 2008). Penerimaan diri menyelesaikan dan memandang masalah juga membentuk
merupakan upaya seseorang untuk lebih mengenal diri dan bagaimana seseorang melihat hidupnya. Pada dasarnya
lebih memahami tindakan yang dilakukan oleh setiap semangat secara aktif dan keinginan untuk maju mencapai
individu. Penerimaan diri erat kaitannya terhadap tujuan merupakan sikap penting dalam merekfleksikan
penerimaan perilaku, emosi, aktualisasi diri dan kehidupan kehidupan. Karena kesehatan mental seseorang bergantuk
masa lalu nya. Hal ini bisa menjadi sebuah bentuk evaluasi dengan pentingnya keyakinan yang dipegang orang
diri yang dilakukan oleh setiap individu secara jangka tersebut dan tujuan yang dibentuk dalam kehidupannya.
panjang dengan melibatkan sebuah kesadaran akan Semakin individu memiliki tujuan yang jelas maka
dirinya. Dengan kata lain, jika seseorang berhasil secara semakin sejahterah psikologis dari individu tersebut.
sadar menerima dan mengevaluasi dirinya untuk Aspek kelima yaitu environmental mastery, atau
menerima kekurangan dan kelebihannya maka orang penguasaan diri terhadap lingkungan (Ryff & Singer,
tersebut akan mencapai kesejahterahan baik psikologis 2008). Dalam hal ini kemampuan individu untuk bisa
maupun fisik. memilih dan menentukan lingkungan mana yang sesuai
Aspek kedua yang turut membentuk psychological dengan kondisi fisik maupun psikis merupakan kunci
well-being adalah positive relation (Ryff & Singer, 2008). utama dalam terbentuknya kesejahterahan psikologis. Jika
Hubungan positf dengan orang lain merupakan salah satu seorang individu dapat mengenal dirinya dan mengetahui
upaya terbentuknya kesejahterahan sosial. Berbeda apa yang diperlukan oleh kondisinya maka individu
dengan beberapa faktor yang lain, positive relation tersebut akan bisa mengontrol dan membatasi lingkungan
bukanlah merupakan ranah interpersonal individu, namun seperti apa yang pantas untuk dirinya. Dalam hal ini jika
berkaitan dengan relasi dengan orang lain. Terjalinnya seseorang sudah mendapatkan lingkungan yang cocok
hubungan yang baik dengan orang lain juga merupakan maka orang tersebut diharapkan dapat berpartisipasi
bentuk kedewasaan, hal ini disebabkan karena saat bersama-sama mencapai tujuan dan memenuhi
seseorang dapat dengan baik membentuk hubungan kebahagiaan diri maupun kelompok, sehingga muncul
dengan orang maka orang tersebut memiliki emosi dan self-efficacy seseorang dalam menciptakan kondisi
energi yang positif, memiliki rasa empati yang kuat dan lingkungan yang sesuai kebutuhan.
kasih sayang dalam bentuk cinta dan pershabatan yang

101
Hubungan antara Dukungan Sosial dengan Psychological Well-Being pada Karyawan

Aspek keenam yang juga mempengaruhi terbentuknya honorer makaisemakin rendah kesejahteraan psikologis
psychological well-being adalah auotonomy (Ryff & yang dimilikinya. iKontribusi efektif variabel dukungan
Singer, 2008). Dalam hal ini adanya kemandirian dalam sosial sebesari15,6% terhadap kesejahteraan psikologis,
menentukan tujuan, nasib, dan pengaturan perilaku dan terdapat 84,4% variabel lain yang mempengaruhi
merupakan fungsi otonom seseorang. Sehingga orang kesejahteraanipsikologis di luar variabel dukungan sosial.
tersebut mampu memiliki ruang untuk mengevaluasi Variabelitersebut meliputi jenis kelamin, status sosial
internal diri dimana tidak perlu persetujuan atau kehendak ekonomi, ibudaya, dan kepribadian. Selain itu, Febriyanto
orang lain lagi namun dapat mengevaluasi diri sesuai (2016) juga menegaskan dalam penelitiannya hasil analisis
dengan standar pribadi yang ditetapkan. statistik penelitian tentang hubungan dukungan sosial
Hal ini sejalan denganihasil penelitian Esty (2020) dengan kesejahteraanipsikologis pensiunan pejabat
yang menunjukkan adanyaihubunganidukungan sosial Pemerintah RepublikiIndonesia Persatuan Wredatama
karyawan denganikesejahteraan mentalikaryawan (rxy) = (PWRI) di pemerintahan Nganjuk. Hasil penelitian ini
0,375 (p<0,050) yangiberarti terdapatihubungan positif menunjukkan bahwaisemakin kuat dukungan, semakin
antara dukunganisosial denganikaryawan dan besar kesejahteraan psikologis dan sebaliknya. Dari kedua
kesejahteraanipsikologis karyawan. iKaryawan yang penelitian tersebut dapat diketahui bahwa hasil yang
mendapatiperhatian, pujian, informasiidan merasa dimiliki oleh Nugraheni (2016) dan Febriyanto (2016)
terbantuilebih mungkin mengalami kepuasanikerja yang pada penelitiannya menunjukan hasil penelitian yang
tinggiidibandingkan dengan karyawaniyang tidak searah dan positif, sehingga hal tersebut mempunyai hasil
mendapat perhatian, pujian, tidakimerasa terbantu dan yang sesuai dengan hasil penelitian yang dimiliki oleh
tidakimenerima informasiidari rekan kerjanya. peneliti juga yaitu menunjukan hasil korelasi yang
Berdasarkan hasil penelitianidiketahui bahwa dukungan signifikan dan searah atau mempunyai hubungan korelasi
sosialikaryawan memberikanikontribusi efektif sebesar yang positif.
37,5%iterhadap kesejahteraanipsikologis karyawan. Pada perusahaan, perlu memperhatikan kesejahteraan
Sisanyai62,5 terkait dengan faktorilain yang tidak karyawan di tempat kerja. Terjalinnya hubungan secara
diselidikiipenyidik. Dari penelitianiini dapat diketahui langsung antar individu dalam melaksanakan tugas sehari-
bahwaibeberapa faktor sepertiiperhatian, pujian, hari sangat bergantung dengan kondisi lingkungan kerja
pengumpulan informasi dan perasaanimendukung secara yang terbentuk. Perusahaan dapat membentuk lingkungan
umum dapat menyebabkan tingkatikepuasan kerja yang kerja yang nyaman, adanya hubungan baik antara sesama
tinggi, hal ini sejalan dengan penelitianiini, yaitu jika ada karyawan dan atasan, menjaga persaingan secara sehat,
dukungan sosial yang cukup, kecenderungan adanya rasa aman dalam bekerja dan dukungan antar
kesejahteraanipsikologis karyawan akan diketahui setelah karyawan akan membuat karyawan akan merasa aman
nilai korelasiiyang signifikan tercapai. dalam bekerja sehingga dapat meningkatkan kinerja
Selain itu, hasilipenelitian Ismail dan Indrawati karyawan, dan secara tidak langsung akan berdampak
(2013) tentangihubungan dukunganisosial dengan terhadap kesuksesan perusahaan tersebut. Hal ini
kesejahteraanipsikologis padaisiswa menunjukkan disebabkan karena kesejahterahan psikologis yang
koefisienikorelasi sebesar 0,623 danitingkat signifikansi dimiliki oleh karyawan dalam suatu perusahaan akan
sebesari0,000 (p<0,01). Dukungan, isemakin besar membuat karyawan tersebut memiliki motivasi kerja yang
kesejahteraan psikologis siswa. iSebaliknya, semakin lebih tinggi, energi kerja yang positif, merasa dihargai dan
negatifipersepsi dukungan sosial, imaka kesejahteraan bertahan lama dalam pekerjaannya (Berger, 2010).
psikologisisiswa semakin rendah. iHasil penelitian ini Munculnya kesejahterahan individu dalam bekerja
sejalanidengan hipotesis penelitiibahwa ada hubungan diinterpretasikan melalui persepsi yang terbentuk di
positifiantaraipersepsi dukungan sosialidan kesejahteraan lingkungan perusahaan dengan adanya penilaian dan
psikologisisiswa. Dalam penelitian ini juga dapat pengalaman inividu dan munculnya beragam emosi yang
diketahuiibahwa nilai koefisien korelasi memiliki kriteria diproses secara kognitif dalam diri individu.
yang lebihikuat yaitu 0,623 dibandingkan dengan nilai Psychological well-being seorang karyawan dalam
koefisienipenelitian sebesar 0,433. sebuah perusahaan dapat dipengaruhi oleh dukungan
Nugraheni (2016) Penelitianimenunjukkan bahwa sosial yang berkaitan dengan dukungan secara emosional,
terdapat hubungan positif yangisangat signifikan antara pengahargaan, instrumental dan dukungan informasional
dukungan sosial denganikesejahteraan psikologis guru (Ryff & Keyes, 1995). Bentuk-bentuk dukungan tersebut
besar honorer daerah. iSemakin besar dukungan sosial didapatkan dengan beberapa hal sederhana seperti
yang dimiliki seorangiguru honorer maka semakin besar perhatian, semangat, kerjasama, saling menolong dan
kesejahteraan psikologisiyang dimilikinya dan sebaliknya penghargaan dapat membuat karyawan memiliki penilaian
semakin rendahidukungan sosial yang dimiliki guru yang positif terhadap dirinya dan lingkungan kerjanya.

102
Volume 8 Nomor 7 Tahun 2021, Character: Jurnal Penelitian Psikologi

Sama seperti kesejahterahan psikologis, dukungan sosial dukungan isosial percaya bahwaimereka dicintai, dihargai,
juga merupakan sebuah proses kognisi individu yang idan merupakan bagian dariijaringan sosial,
berasal dari lingkungan yang objektif Winnubst et al sepertiikeluarga atau organisasi komunitas, iyang dapat
(dalam Smet, 1994). membantuiada saat dibutuhkan. Hal iniisejalan dengan
Menurut Sarafino (2006) dukungan sosial dapat fenomenaiyang ada di perusahaan yangimenyebuthkan
memberikan berbagai dampak positif bagi individu yaitu bahwaiadanya tatanan kerja yang dibuat secaraijelas dan
dapat memulihkan kondisi fisik dan psikis seseorang saat runtut, iadanya diskusi dan feedback yang diberikanioleh
sedang penat. Seseorang karyawan yang memiliki antarikaryawan membuatimereka lebih mudahidan
hubungan baik dengan sesama karyawan, dengan atasan, nyamanidalam bekerja.
dengan bawahan atau bahkan dengan klien dari luar Dukungan emosional sendiri merupakan salah satu
perusahaan akan meningkatkan kemampuannya dalam bentuk dukungan yang diberikan terkait rasa dicintai dan
mengelola berbagai macam persoalaan yang dihadapinya disayangi. Dukungan ini biasanya akan berkaitan terkait
sehari-hari. Karena dengan diberikannya dukungan sosial perasaan yang diberikan seseorang untuk membuat rasa
yang tinggi pada individu dapat membuat individu tersebut aman dan nyaman (Ryff & Keyes, 1995). Dalam
memiliki kehidupan yang lebih baik, dalam segi cara perusahaan dukungan emosional dapat diberikan oleh
pandangan yang lebih positif, harga diri dan kepercayaan antar karyawan, dengan memperhatikan kesehatan dan
diri yang lebih tinggi, pengalaman hidup yang lebih baik kenyamanan antar karyawan dalam bekerja, atau
dan komunikasi yang lebih baik (Sarafino, 2006). memberikan semangat setiap harinya antar karyawan
Dukungan sosial mengacu pada tindakan yang sebenarnya untuk bisaimencapai target dan tujuan bersama.
dilakukan oleh orang lain, atau mendapat dukungan. Dukunganiemosional yang diberikan orang lain terhadap
Namun ini juga merujuk pada indra atau persepsi diri kitaidapat membuat individu menginterpretasikan
seseorang bahwa kenyamanan, perhatian, dan bantuan bahwa adaiorang lain yang peduli dan menghargai
tersedia jika diperlukan — yaitu, dukungan yang individuitersebut, hal ini akan membentuk adanya relasi
dirasakan. Seperti yang akan kita lihat nanti, dukungan yang baikiantara individu dengan orang lain, selain itu
yang diterima dan dirasakan dapat memiliki efek yang adanya rasaidihargai dan dicintai akan memunculkan
berbeda pada kesehatan. kenyamananidan keamanan dalam diri sehingga
Sarafino (2006)imengemukakan bahwaiada dua model terbentuklahikesejahterahan psikologis dalam diri. Hal ini
perananidukungan sosial dalamikehidupan manusia, sejalanidengan fenomena yang berada di perusahaan x
yaituimodel efek langsung (directieffect) dan model yang terlihatiadanya kepedulian antar karyawan untuk
efekipelindung (buffering effect). Dalam model menanyakanikesusahan atau kendala dalam bekerja dan
efekilangsung (direct effect), dukungan sosialiberperan bersama-samaimencari jalan keluar, meskipun beban
dalamipeningkatkan kesejahteraan individuiwalaupun pekerjaanitersebut bukan secara tim melainkan individual.
individu tersebut tidak dalamikeadaan stress. iModel ini Dukungan penghargaan merupakan bentuk dukungan
menekan pada strukturidukungan, sepertiijumlah orang yang diberikan individu lain dengan tujuan menghargai
dalamijaringan sosialiatau kegiatan yang ada dalam dan membangun harga diri orang lain terkait apa yang
kegiatanisosial. Pada efek pelindung (buffering effect), sudah dilakukannya (Ryff & Keyes, 1995). Adanya
dukunganisosial memiliki peranan untuk melindungi dukungan penghargaan ini secara tidak langsung dapat
individuidari efek negatif akibat stres. Model ini menekan meningkatkan tingkat kepercayaan diri seseorang. Hal ini
pada fungsi dukungan yangidirasakan individu disebabkan karena jika seseorang dihargai dalam
dalamihubungan sosialnya. Keduaimodel ini pada melakukan sesuatu maka individu tersebut akan merasa di
akhirnya menekankan bahwaidukungan sosial memiliki dukung dan di apresiasi terhadap apa yang telah
peranan dalam melemahkaniefek negatif dari kondisi dan dilakukannya. Maka individu tersebut akan lebih
situasiiterhadap kesejahteraanimental individu. Sumber- mencapai targetnya karena merasa dirinya berhasil.
sumber dukungan sosialiGoetlieb (1983) menyatakaniada Adanya kepercayaan diri yang tinggi ini membuat individu
duaimacam hubunganidukungan sosial, yaituipertama, akan merasa sejahtera secara psikologis karena tidak
hubungan profesionaliyakni bersumber dariiorang-orang merasa tertekan atau disalahkan. Bentuk penghargaan
yang ahli diibidangnya, seperti konselor, ipsikiater, yang dilakukan di perusahaan X seperti adanya apresiasi
psikolog, idokter maupun pengacara, idan kedua, saat antar karyawan berhasil mengerjakan pekerjaannya,
hubunganinon profesional, yakni bersumber dari orang- tanpa ada yang merasa lebih superior di banding yang lain.
orangiterdekat seperti teman, ikeluarga. Dapat Dukungan instrumental merupakan sebuah dukungan
disimpulkanidukungan dapat datang dari banyak sumber yang terlihat secara nyata dan konkrit. Bentuk dukungan
—ipasangan atau kekasih orangitersebut, keluarga, teman, ini dapat terlihat secara langsung dan dapat dirasakan
idokter, atau organisasi komunitas. iOrang dengan secara langsung (Ryff & Keyes, 1995). Bentuk dukungan

103
Hubungan antara Dukungan Sosial dengan Psychological Well-Being pada Karyawan

ini dapat memunculkan dampak yang spontan dan nyata well-being pada karyawan di perusahaan X”. Dalam
bagi orang lain, hal ini disebabkan bentuk dukungan ini penelitian ini juga memiliki beberapa keterbatasan,
langsung terlihat dan lebih mudah diinterpretasikan. diantaranya penelitian ini hanya mengukur adanya
Secara kognitif seseorang yang mendapat dukungan keterkaitan antara variabel dukungan sosial dengan
instrumental akan langsung menilai dan variabel psychological well-being, selanjutnya penelitian
menginterpretasikan apakah dukungan ini berdampak baik ini juga hanya memiliki ruang lingkup sebatas satu
atau tidak bagi dirinya. Dukungan ini akan mempengaruhi perusahaan yang digunakan sebagai subjek penelitian,
bagaimana relasi yang terbentuk antara individu satu sehingga untuk hasil yang didapatkan pada penelitian ini
dengan yang lain. Jika seorang individu memberikan tidak dapat digeneralisir terhadap semua perusahaan
dukungan instrumental secara terus menerus, maka relasi walaupun memiliki kriteria subjek yang sama.
yang terbentuk antar individu tersebut akan menjadi sangat
baik. Sejalan dengan fenomena yang ada di perusahaan X, Simpulan dan Saran
adanya dukungan instrumental berupa bentuk tolong Simpulan
menolong dalam menyelesaikan pekerjaan membuat Hasil analisis data yang telah dilakukan pada penelitian
karyawan dalam perusahaan tersebut merasa nyaman dan ini, dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial memiliki
sejahtera secara psikologis saat bekerja. hubungan yang signifikan dengan psychological well-
Dukungan informasional merupakan bentuk dukungan being pada karyawan di perusahaan x. Berdasarkan uji
yang diberikan berupa informasi atau saran yang dapat korelasi yang telah dilakukan didapatkan hasil nilai
digunakan dalam menyelesaikan sebuah permasalahan signifikansi dari uji hipotesis antara variabel dukungan
(Ryff & Keyes, 1995). Berbagai macam bentuk dukungan sosial dengan psychological well-being yaitu sebesar
yang diberikan baik secara verbal maupun non-verbal 0,000 dimana signifikansi (p) dari nilai tersebut kurang
sangat mempengaruhi kesejahterahan seseorang. Adanya dari 0,05 (p<0,05), maka hasil uji tersebut menjelaskan
dukungan verbal bentuk informasional merupakan salah bahwa kedua variabel memiliki hubungan yang signifikan.
satu bentuk dukungan sederhana yang juga memiliki Pada saat uji korelasi juga didapatkan nilai koefisiensi
dampak besar bagi kesejahterahan psikologis seseorang. korelasi sebesar 0,433 (r=0,433) sehingga, dapat
Terkadang individu lebih mengingat dengan mudah disimpulkan bahwa hubungan antara variabel
perkataan orang lain dibandingkan dengan apa yang psychological well-being dengan dukungan sosial
dilakukan. Bentuk dukungan informasional ini dapat memiliki tingkat hubungan tergolong sedang. Pada hasil
diberikan berupa masukan – masukan atau informasi- perhitungan tersebut juga menunjukkan hubungan yang
informasi yang dapat membantu individu yang lain. Hal positif. Hubungan positif menunjukkan kedua variabel
ini terbukti dalam perusahaan X, adanya feedback atau tersebut memiliki arah yang sama. Hal tersebut berarti
saran yang diberikan langsung antar karyawan untuk bahwa apabila variabel dukungan sosial tinggi, maka akan
memperbaiki kinerja atau membantu menyelesaikan kerja diikuti dengan tingginya variabel psychological well-
dapat membantu karyawan lebih mudah menyelesaikan being. Begitu pula sebaliknya apabila variabel dukungan
pekerjaannya. Selain itu, adanya saran dan informasi yang sosial bernilai rendah, maka variabel psychological well-
diberikan membuat antar karyawan belajar lagi dan lebih being juga akan rendah.
bisa mengembangkan potensi yang dimiliki untuk
mencapai tujuan hidupnya, dan mencapai kesejahterahan Saran
psikologis yang tinggi atau high psychological well-being. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan,
Adanya nilai korelasi yang muncul dalam hubungan selanjutnya peneliti memiliki beberapa saran yang akan
terbentuknya dukungan sosial dengan psychological well- dijabarkan sebagai berikut :
being sebesar r=0,433 menunjukkan bahwa dukungan a) Bagi perusahaan,
sosial memberikan sumbangan sebesar 18.74% terhadap Perusahaan disarankan untuk memperhatikan kondisi
munculnya psychological well-being, maka dari itu masih psikologis yang dimiliki oleh karyawan sehingga dapat
terdapat 81.26% sumbangan dari faktor lain yang juga bisa menunjang kesejahteraan karyawan dengan
membentuk psychological well-being seseorang. Ada memberikan dukungan terhadap kebutuhan karyawan
beberapa faktor yang turut berperan dalam membentuk seperti memberikan semangat, perhatian, serta
psychological well-being. Faktor tersebut diantaranya memperhatikan kesehatan karyawan.
kepribadian, usia, jenis kelamin dan status sosial ekonomi b) Peneliti selanjutnya,
(Ryff & Singer, 2008). Penelitian ini hanya melihat dukungan sosial sebagai
Pada penelitian ini telah didapatkan hasil yaitu salah satu variabel yang berhubungan dengan
diterimanya hipotesis satu yang artinya “terdapat psychological well-being. Oleh karena itu, peneliti lain
hubungan antara dukungan sosial dengan psychological diharapkan melihat variabel lain yang memiliki kaitan

104
Volume 8 Nomor 7 Tahun 2021, Character: Jurnal Penelitian Psikologi

dengan psychological well-being. Selain itu penelitian employee well-being, and the bottom line. The
ini hanya terbatas pada subyek di salah satu Psychologist-Manager Journal., 4, 143–153.
perusahaan. Untuk peneliti selanjutnya bisa Keyes, Corey L M, Hysom, S. J., Lupo, K. L., & Lee, C.
memperbanyak jumlah subyek penelitian serta (2000). The positive organization: Leadership
melakukan penelitian pada lingkup organisasi yang legitimacy, employee well-being, and the bottom
berbeda. line. The Psychologist-Manager Journal, 4(2), 143–
153.
Kuntjoro, 2002, Manajemen Sumber Daya Manusia,
DAFTAR PUSTAKA Jakarta, Rajawali.
Febriyanto, Aditya Dwi. (2016). Hubungan antara La Rocco, J.M. and Jones, A.P. 1987. Coworker and
Dukungan Sosial dengan Kesejahteraan Sosial pada Leader Support as a Moderators of Stress-Strain
Pensiunan Pegawai Negeri Sipil Birokrasi Relationship in Work Situation. Journal of Applied
Pemerintahan Persatuan Wredatama Republik Psychology. 63. 5. 629-634.
Indonesia (PWRI) di Kabupaten Nganjuk, Skripsi,
Fakultas Psikologi Universitas Airlangga Surabaya. Lovelock, C., & Wright, L. K. (2007). Manajemen
Pemasaran Jasa. PT. Indeks.
Nugraheni, Agi Septina. (2016). Hubungan Antara
Dukungan Sosial Dengan Psychological Well Being Lubis, N. L. (2009). Depresi dan tinjauan psikologis.
Pada Guru Honorer Daerah. Fakultas Psikologi. Prenada Media Group.
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Nopiando, B. (2012). Hubungan antara Job Insecurity
Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu dengan Kesejahteraan Psikologis pada Karyawan
Pendekatan Praktik. Rineka Cipta. Outsourcing.Journal of Social and Industrial
Psychology,1(2), 1-6.
Bart, Smet. (1994). Psikologi Kesehatan. PT. Gramedia
Widiasarna Indonesia : Jakarta. Rasulzada, F. (2007). Organizational Creativity and
Psychological Well-Being: Contextual Aspects on
Berger, A. (2010). Review : Happiness At Work. Basil & Organizational Creativity and Psychological Well-
Spice. Being from an Open Systems Perspective. Doctoral
Briner, R. B. (2000). Relationships between Work Theses, Lund: Department of Psychology, Lund
Enviroments, Psychological Enviroments and University.
Psychological Well-Being. Occupational Medicine, R. G. Ismail, And E. S. Indrawati (2013) Hubungan
5(50), 299–303. Dukungan Sosial Dengan Psychological Well Being
Cutrona, Carolyn E, dkk. 1994. Perceived Parental Social Pada Mahasiswa Stie Dharmaputera Program Studi
Support and Academic. Achievement: An Ekonomi Manajemen Semarang," Jurnal Empati,
Attachment Theory Perspective :Journal of Vol. 2, No. 4, Pp. 416-423, Jan. 2015. [Online].
Personality. Robertson, I., & Cooper, C. (2011). Well-Being
Davis, G. B. (2012). Kerangka Dasar Sistem Informasi Productivity and Happiness at Work. Palgrave
Manajemen. Maxicom. Macmillan.
Dessler, G. (2003). Manajemen Sumber Daya Manusia Ryff, C. D., & Keyes, C. L. . (1995). The structure of
(Edisi 10). PT Indeks. psychological well-being revisited. Journal of
Personality and Social Psychology, 69(4).
Gavin, J. H., & Mason, R. O. (2004). The Virtuous
Organization: The Value of Happiness in the Ryff, C. D., & Singer, B. H. (2008). Know thyself and
Workplace. Organizational Dynamics, 33(4), 379– become what you are: a eudamonic approach to
392. https://doi.org/10.1016/j.orgdyn.2004.09.005 psychological well-being. Journal of Happiness
Studies, 9(13).
Harter, J. K., Schmidt, F. L., & Hayes, T. L. (2002).
Business-Unit-Level Relationship between Sarafino. E. P. 1997. Health Psychology: Biosychosocial
Employee Satisfaction, Employee Engagement, and Interactions. New York: John Wiley & Sons . Inc.
Business Outcomes: A Meta-Analysis. Journal of Saraji, G. N., & Dargahi, H. (2006). Study of quality of
Applied Psychology, 82(2), 268–279. work life (QWL). Irian Journal Public Health, 35,
Huppert, F. A. (2009). Psychological Well-being: 8–14.
Evidence Regarding its Causes and Consequences. Sianturi, & Zulkarnain. (2013). Analisis work family
Journal Compilation International Association of conflict terhadap kesejahteraan psikologis pekerja.
Applied Psychology: Health and Well-Being, 1(2), Jurnal Sains Dan Praktik Psikologi Universitas
137–164. Muhammadiyah Malang, 1(3), 207–215.
Keyes, C. L. M, Hysom, S. J., & Lupo, K. L. (2000). The Wright, T. A., & Cropanzano, R. (2000). Psychological
positive organization: Leadership legitimacy, well-being and job satisfaction as predictors of job

105
Hubungan antara Dukungan Sosial dengan Psychological Well-Being pada Karyawan

performance. Journal of Occupational Health


Psychology, 5(1), 84–94.
https://doi.org/10.1037/1076-8998.5.1.84

106

Anda mungkin juga menyukai