Anda di halaman 1dari 11

Jurnal GEMA AKTUALITA, Vol. 1 No.

1, Desember 2012

PENGARUH KEPRIBADIAN
BERDASARKAN
THE BIG FIVE PERSONALITY TERHADAP
KEPUASAN KERJA KARYAWAN HOTEL
Dimas Andhika Pratama Marthen Pali Firmanto Adi Nurcahyo
Fakultas Psikologi Fakultas Psikologi Fakultas Psikologi
Universitas Pelita Harapan Universitas Pelita Harapan Universitas Pelita Harapan
Surabaya - Indonesia Surabaya - Indonesia Surabaya - Indonesia
dimas_samid69@hotmail.com marthen_pali@yahoo.com firmanto.adi@uphsurabaya.ac.id

Abstrak – Ekonomi kreatif yang bertumpu pada ekonomi suatu bangsa untuk bersaing dalam
pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) yang bermutu pembangunan global (Saputra, 2010).
tinggi, menjadi agenda dan dasar suatu negara dalam
membangun ekonominya pada saat ini. Oleh karena itu, Sejarah suksesnya suatu negara menjadi kekuatan
aspek-aspek yang berhubungan dengan SDM perlu terus ekonomi dunia, berawal dari perubahan paradigma
diteliti dan ditingkatkan. Kepuasan kerja menjadi salah satu
pembangunan yang menempatkan investasi modal
aspek yang perlu diteliti karena terbukti besar manfaatnya
bagi individu, industri, maupun masyarakat. Penelitian ini manusia (investment of human capital) menjadi prioritas
bertujuan untuk mengetahui pengaruh kepribadian dalam pembangunan. Investment of human capital
berdasarkan the big five personality terhadap kepuasan kerja menyangkut bagaimana mengalokasikan modal dalam
pada karyawan Hotel D’Season Surabaya. Subjek dalam menciptakan Sumber Daya Manusia (SDM) yang baik
penelitian ini adalah 50 orang karyawan Hotel D’Season melalui pendidikan, kesehatan, ketenagakerjaan, dan
Surabaya. Pengukuran variabel penelitian dilakukan dengan teknologi. Becker (dalam Saputra, 2010) menyebutkan
menggunakan kuisioner. Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa pengembalian investasi modal manusia dalam
tidak adanya pengaruh dari variabel extraversion, jangka menengah dan panjang jauh melebihi
agreeableness, conscientiousness, neuroticism, dan openness
pengembalian investasi pada bidang fisik. Model ini
to experience terhadap kepuasan kerja. Tidak adanya
pengaruh kepribadian tersebut dimungkinkan disebabkan menunjukkan bukti dari kekuatan investasi pada aspek
oleh adanya variabel-variabel lain yang lebih berpengaruh modal manusia, bahwa sesungguhnya dalam jangka 10-
terhadap kepuasan kerja. Penelitian-penelitian lanjutan 20 tahun, apa yang dibuat untuk mengembangkan SDM
mengenai kepuasan kerja diharapkan dapat mengaitkannya yang bermutu akan dapat menciptakan pengembalian
dengan faktor gaji serta lingkungan pekerjaan. investasi yang lebih besar dan berkelanjutan (Saputra,
2010).
Kata kunci – big five personality, kepuasan kerja,
kepribadian. SDM adalah “aset perusahaan” yang harus dipelihara
dan dikembangkan karena SDM faktor penentu
keberhasilan aktivitas yang dilakukan dalam suatu
I. PENDAHULUAN perusahaan (Saydam, 2000). Dalam hal ini, SDM menjadi
Pada saat ini, ekonomi kreatif telah menjadi menjadi salah satu alat pencapai target dan tujuan perusahaan.
agenda dan dasar bagi suatu negara dalam membangun Perencanaan dan penelitian yang sempurna dalam sebuah
ekonominya, khususnya bagi negara-negara berkembang. perusahaan atau organisasi, bukan hal yang dapat
Hal ini didasari oleh kesadaran negara-negara tersebut menjamin tercapainya tujuan yang diharapkan, tanpa
bahwa mereka tidak bisa lagi mengandalkan supremasi di didukung oleh semangat dan kerja keras dari SDM yang
bidang industri lagi, tetapi mereka harus lebih tersedia (Allen dalam As'ad, 2003). Bahkan
mengandalkan sumber daya manusia yang kreatif pemberdayaan sumber daya sebagai modal utama
(Pangestu, 2008). Ekonomi kreatif bertumpu pada pembangunan nasional, juga telah menjadi misi dari
pengembangan sumber daya manusia yang bermutu ekonomi kreatif Indonesia (Pangestu, 2008). Oleh karena
tinggi dan didayagunakan sepenuhnya dalam itu, aspek-aspek yang berhubungan dengan SDM perlu
pembangunan, atau dengan kata lain, investment of terus ditingkatkan demi menunjang kemajuan suatu
human capital menjadi program dan kebijakan dalam perusahaan. Salah satu aspek yang terkait dengan SDM
menciptakan pertumbuhan ekonomi. Hal ini cukup adalah kepuasan kerja karyawan. Kepuasan kerja
bertentangan dengan paradigma pembangunan ekonomi karyawan perlu diperhatikan agar hasilnya sesuai dengan
global yang menganut prinsip bahwa kekayaan alam tujuan yang diinginkan oleh perusahaan (As'ad, 2003).
merupakan kunci bagi pembangunan dan pertumbuhan
57
Jurnal GEMA AKTUALITA, Vol. 1 No. 1, Desember 2012

Kepuasan kerja menjadi masalah yang cukup menarik terhadap kondisi dan situasi kerja, termasuk didalamnya
dan penting untuk diteliti karena terbukti besar upah, kondisi sosial, kondisi fisik dan kondisi psikologis.
manfaatnya baik bagi kepentingan individu, industri, dan
masyarakat. Bagi individu, penelitian tentang sebab-sebab Kepuasan kerja menjadi masalah yang cukup menarik
dan sumber-sumber kepuasan kerja memungkinkan untuk diperhatikan, karena dapat mempengaruhi job
timbulnya usaha-usaha peningkatan kebahagiaan hidup performance, absen, dan turnover.
mereka. Bagi industri, penelitian mengenai kepuasan kerja
dilakukan dalam rangka usaha peningkatan produksi dan 1. Kepuasan kerja dan Job performance
pengurangan biaya melalui perbaikan sikap dan tingkah Penelitian menyebutkan bahwa kepuasan kerja
laku karyawannya. Masyarakat tentunya akan menikmati dengan job performance mempunyai korelasi yang
hasil kapasitas maksimum dari industri serta naiknya nilai sangat kuat (Robbins & Judge, 2011). Terdapat
manusia di dalam konteks pekerjaan (As'ad, 2003). penjelasan yang berbeda-beda untuk menjelaskan
hubungan ini. Pertama kepuasan kerja dapat
Kepuasan kerja mengacu kepada sikap individu mendahului performance. Hubungan ini dapat pula
secara umum terhadap pekerjaannya. Cherington (dalam terjadi sebaliknya yaitu, performance dapat
Johan, 2002) mengatakan bahwa kepuasan kerja pada mendahului kepuasan kerja. Seorang karyawan yang
dasarnya merujuk pada seberapa besar seorang pegawai dapat bekerja dengan baik, akan mendapatkan
menyukai pekerjaannya. Seseorang dengan tingkat keuntungan dari performanya tersebut yang dapat
kepuasan kerja yang tinggi mempunyai sikap positif berbentuk reward, sehingga dapat menghasilkan
terhadap pekerjaannya; seseorang yang tidak puas dengan kepuasan kerja. Jacobs dan Solomon (1977)
pekerjaannya mempunyai sikap negatif terhadap menjelaskan bahwa hipotesis mengenai kepuasan
pekerjaannya tersebut (Robbins, 2002). Fakta kerja dan performance mempunyai korelasi yang
menunjukkan bahwa faktor penting yang lebih banyak kuat apabila performance mendahului kepuasan
mendatangkan kepuasan kerja adalah pekerjaan yang kerja. Penjelasan rasionalnya karena seorang
secara mentalitas memberi tantangan, kondisi kerja yang karyawan yang mempunyai performa baik akan lebih
mendukung, rekan kerja yang mendukung dan terpuaskan karena mereka telah menerima berbagai
penghargaan yang layak (Robbins, 2002). penghargaan.

Menurut As'ad (2003) ada beberapa definisi kepuasan 2. Kepuasan kerja dan Absen
kerja antara lain: Robbins dan Judge (2011) menemukan bahwa
terdapat hubungan yang negatif antara kepuasan
1. Kepuasan kerja merupakan penilaian dari pekerja kerja dengan tingkat absensi karyawan. Pada saat
yaitu seberapa jauh pekerjaan secara keseluruhan kepuasan kerja tinggi, maka tingkat absen dari
memuaskan kebutuhannya (Wexley & Yukl dalam karyawan menjadi turun. Hal sebaliknya terjadi
As'ad, 2003). ketika karyawan tidak puas dengan pekerjaaanya
2. Kepuasan kerja berhubungan dengan sikap dari atau tidak berkomitmen dengan organisasi atau
karyawan terhadap pekerjaan itu sendiri, situasi kerja, perusahaannya, karyawan yang tidak puas tersebut
kerjasama, antar pemimpin dan sesama karyawan lebih cenderung untuk membolos dari pekerjaannya
(Tiffin dalam As'ad 2003). dibandingkan dengan pekerja yang puas dengan
3. Kepuasan kerja merupakan sikap umum yang pekerjaannya (Aamodt, 2007). Karyawan yang
merupakan hasil dari beberapa sikap khusus terhadap kurang puas cenderung menunjukkan tingkat
faktor-faktor pekerjaan, penyesuaian diri dan ketidakhadirannya (absen) tinggi. Karyawan sering
hubungan sosial individu di luar kerja (Blum dalam tidak hadir kerja dengan alasan yang tidak logis dan
As'ad 2003). subjektif (Mangkunegara, 2004).
4. Kepuasan kerja pada dasarnya adalah “security
feeling” (rasa aman) dan mempunyai segi-segi: 3. Kepuasan kerja dan Turnover
a. Segi sosial ekonomi (gaji dan jaminan sosial) Berhenti dari pekerjaan atau turnover terkait
b. Segi psikologi: dengan kepuasan kerja. Penelitian menunjukkan
1) Kesempatan untuk maju bahwa pengunduran diri karyawan lebih banyak
2) Kesempatan mendapatkan penghargaan terjadi karena ketidakpuasan dalam pekerjaannya
3) Berhubungan dengan masalah (Spector, 2006). Porter dan Steers (dalam Waluyo,
pengawasan 2009) berkesimpulan bahwa ketidakhadiran dan
4) Berhubungan dengan pergaulan antara berhenti bekerja merupakan jenis jawaban-jawaban
karyawan dengan karyawan dan antara yang secara kualitatif berbeda. Steers dan Rhodes
karyawan dengan atasannya. (dalam Waluyo, 2009) mengembangkan model dari
pengaruh terhadap ketidakhadiran. Mereka melihat
Berdasarkan berbagai teori yang telah disimpulkan adanya dua faktor pada perilaku hadir yaitu motivasi
bahwa kepuasan kerja merupakan suatu sikap yang positif untuk hadir dan kemampuan untuk hadir. Mobley,
yang menyangkut penyesuaian diri dari para karyawan Horner dan Hollingworth (dalam Waluyo, 2009),
menemukan bukti yang menunjukkan bahwa tingkat

58
Jurnal GEMA AKTUALITA, Vol. 1 No. 1, Desember 2012

dari kepuasan kerja berkorelasi dengan pemikiran- tersebut, faktor kepribadian juga berpengaruh terhadap
pemikiran untuk meninggalkan pekerjaan, dan kepuasan kerja karyawan (Heller, Mount, & Judge, 2002).
bahwa niat untuk meninggalkan pekerjaan
berkorelasi dengan meninggalkan pekerjaan secara Karakteristik kepribadian setiap manusia berbeda-beda
aktual. Ketidakpuasan dapat terungkap dalam antara satu dengan yang lain. Berbagai macam
berbagai cara lain seperti karyawan mengeluh, kebudayaan di dunia ini membuat karakteristik
membangkang, menghindar dari tanggung jawab dan kepribadian setiap bangsa beragam. Indonesia dengan
lain-lain. berbagai macam suku bangsa memiliki karakteristik yang
unik dalam setiap suku bangsanya, sehingga penelitian
Terdapat beberapa faktor yang menentukan kepuasan kepribadian di Indonesia menjadi sesuatu yang menarik
kerja. Menurut Locke (dalam Waluyo, 2009) ciri-ciri untuk diteliti (Mastuti, 2005). Beberapa peneliti
intrinsik dari pekerjaan yang akan menentukan kepuasan menyebutkan bahwa kepribadian dapat berpengaruh
kerja ialah keragaman, kesulitan, jumlah pekerjaan, terhadap kepuasan kerja. Hoppock (dalam Scott, Swortzel,
tanggung jawab, otonomi, kendali terhadap metode kerja, & Taylor, 2005) mengatakan bahwa emotional adjustment
kemajemukan, dan kreativitas. Sementara itu menurut dan kepuasan kerja mempunyai korelasi yang sangat kuat.
Munandar (2001) faktor yang dapat menentukan Fisher dan Hanna (dalam Heller, Mount, & Judge, 2002)
kepuasan kerja adalah keragaman keterampilan, jati diri menyimpulkan bahwa sebagian besar ketidakpuasan kerja
tugas, otonomi dan pemberian feedback. Berdasarkan berasal dari emotional maladjustment. Spector (dalam
teori tersebut dapat disimpulkan bahwa faktor intrinsik Heller, Mount, & Judge, 2002) mencatat bahwa, meskipun
dapat mempengaruhi kepuasan kerja. kepuasan kerja mempunyai korelasi yang sangat kuat
dengan kepribadian, banyak penelitian yang mengatakan
Menurut Burt (dalam As'ad, 2003) beberapa faktor bahwa kepribadian, jauh lebih berpengaruh dengan
yang dapat menimbulkan kepuasan kerja yaitu, faktor kepuasan kerja apabila diteliti secara langsung daripada
hubungan karyawan, faktor individual dan faktor-faktor menggunakan penjelasan teori.
luar. Faktor hubungan karyawan antara lain, hubungan
antara manager dengan karyawan, faktor kondisi kerja, Kepribadian berasal dari kata latin yaitu persona yang
hubungan sosial di antara karyawan, emosi dan situasi berarti sebuah topeng yang biasa digunakan dalam
kerja. Faktor individual antara lain, sikap orang terhadap sebuah petunjukan drama atau teaterikal, yang digunakan
pekerjaannya, umur orang sewaktu bekerja, dan jenis para aktor romawi kuno dalam menjalankan perannya.
kelamin. Faktor-faktor luar antara lain, keadaan keluarga Namun seiring berjalannya waktu, kepribadian adalah
karyawan, rekreasi dan pendidikan (training, up grading). pola sifat yang relatif permanen dan mempunyai
karakteristik yang unik yang secara konsisten
Teori lain berpendapat bahwa kerja yang secara
mempengaruhi perilakunya (Feist & Feist, 2006).
mental menantang (mentality challenging), ganjaran yang
Penjelasan mengenai kepribadian sangat sering
pantas (equitable rewards), kondisi kerja yang mendukung
digunakan oleh Gordon Allport 70 tahun yang lalu.
(supportive working), dan rekan kerja yang mendukung
Allport berpendapat bahwa kepribadian adalah organisasi
(supportive colleagues) adalah variabel-variabel yang
dinamis dalam individu, dari sistem psikofisik yang
berhubungan dengan kepuasan kerja (Robbins, 2002).
menentukan penyesuaian yang unik terhadap
Robbins (2002) mengungkapkan bahwa kerja yang secara
lingkungannya (Feist & Feist, 2008). Pendapat lainnya
mental menantang (mentality challenging), adalah
ditemukan oleh McCrae (2011) yang berpendapat bahwa
karyawan yang cenderung menyukai pekerjaan-pekerjaan
kepribadian adalah karakteristik yang menetap dalam diri
yang memberi mereka kesempatan untuk menggunakan
seseorang yang menggambarkan perilaku individu, yang
keterampilan mereka, kebebasan, dan umpan balik
digunakan untuk berinteraksi dengan lingkungannya.
mengenai betapa baik mereka bekerja. Ganjaran yang
Penelitian yang dilakukan Robbins dan Judge (2011)
pantas (equitable rewards), adalah karyawan yang
mendefinisikan kepribadian sebagai jumlah total dari cara
menginginkan sistem upah dan kebijakan promosi yang
seseorang untuk bereaksi dan berinteraksi dengan orang
mereka persepsikan adil, tidak meragukan dan segaris
lain.
dengan pengharapan mereka. Kondisi kerja yang
mendukung (supportive working), adalah karyawan yang Bagaimana seorang bisa mempunyai kepribadian
sangat memperhatikan faktor-faktor lingkungan kerja yang berbeda-beda menjadi sesuatu topik yang sering
seperti kenyamanan bekerja, keselamatan bekerja dan diperdebatkan; apakah kepribadian berasal dari heredity
ketenangan bekerja, karena karyawan lebih menyukai atau dari environment. Bagaimanapun juga, kedua faktor
lingkungan fisik yang tidak berbahaya dan nyaman. ini tentu memiliki pengaruh tersendiri. Namun ada
Rekan kerja yang mendukung (supportive colleagues), penelitian yang menunjukkan bahwa heredity, memiliki
adalah karyawan yang tidak hanya membutuhkan uang, pengaruh yang lebih besar daripada environment.
namun karyawan yang membutuhkan teman sebagai Penelitian tersebut menjelaskan bahwa, meskipun
interaksi sosial dan bahkan pimpinan yang dapat bekerja seorang anak kembar dipisah sejak lahir, dan dipelihara
sama dengan karyawan. Beberapa peneliti lain mencoba oleh keluarga yang berbeda. Namun setelah
melakukan penelitian dan menemukan, bahwa selain hal dipertemukan pada usia 31, tidak ditemukan adanya
perbedaan kepribadian antara mereka berdua. Hal ini
59
Jurnal GEMA AKTUALITA, Vol. 1 No. 1, Desember 2012

bukan berarti bahwa kepribadian seseorang tidak dapat Judge, 2011). Extraversion dicirikan dengan
berubah, karena faktor lingkungan juga dapat memberi kecenderungan untuk menjadi percaya diri, dominan,
pengaruh terhadap kepribadian seseorang. Pada dasarnya aktif dan menunjukkan emosi yang positif. Selain itu
setiap orang mempunyai personality traits yaitu suatu extraversion pada umumnya dikaitkan dengan
karakteristik yang abadi yang menggambarkan perilaku kecenderungan untuk bersikap optimis (Costa &
individu (Pervin, Cervone, & John, 2005). McCrae dalam Bakker, Van Der Zee, Lewig, &
Dollard, 2002). Extraversion secara umum
Kepribadian dalam penelitian ini dilihat berdasarkan mempunyai sanguine temperament yang dapat
the big five personality yang dikembangkan oleh McCrae. membuatnya fokus pada sesuatu hal yang positif dari
Teori ini didasarkan pada model lima faktor kepribadian pengalamannya (Watson & Clark dalam Bakker,
sebagai representasi struktur trait yang merupakan Van Der Zee, Lewig, & Dollard, 2002). Selain itu
dimensi utama dari kepribadian (Pervin, Cervone, & John, extraversion cenderung dikaitkan dengan cara
2005). Trait kepribadian merupakan dimensi dari seseorang menggunakan rasionalnya, dan cara
kepribadian yang merupakan kecenderungan emosional, bagaimana mengatasi permasalahannya (Watson &
kognitif, dan tingkah laku, yang bersifat menetap dan Hubbard, dalam Bakker, Van Der Zee, Lewig, &
ditampilkan individu sebagai respons terhadap berbagai Dollard, 2002).
situasi lingkungan (Westen dalam Seniati, 2006).
2. Agreeableness.
Selama pertengahan abad 21, para peneliti psikologi Dimensi dari agreeableness mengacu pada
sibuk dengan penelitian mengenai berbagai macam kecendurungan untuk tunduk kepada orang lain.
kepribadian yang berlainan. Setelah beberapa tahun, para Orang dengan tingkat agreeableness yang tinggi,
peneliti tersebut berhasil merangkum, mengidentifikasi adalah orang yang kooperatif, hangat dan penuh
dan mengorganisasi berbagai macam kepribadian. Tujuan kepercayaan, sedangkan seseorang yang mendapat
para peneliti adalah mengembangkan personality profile, skor rendah, adalah orang yang dingin, tidak mudah
sebuah tes yang dapat menjelaskan kepribadian dari patuh dan antagonistik (Robbins & Judge, 2011).
seseorang, daripada sekedar membeda-bedakan Altruisme, nurturance dan kepedulian adalah
kepribadian tersebut (Andre, 2008). Pada saat ini, dengan karakteristik dari agreeableness (Bakker, Van Der
penggunaan metode statistik yang canggih, dengan Zee, Lewig, & Dollard, 2002). Beberapa peneliti
meneliti validitas dan reliabilitas, maka telah ditemukan menyebutkan bahwa agreeableness dan social
lima dasar yang menjelaskan kepribadian dari seseorang, support mempunyai hubungan yang konsisten
yang terkenal dengan sebutan the big five personality (Vickers, Kolar, & Hervig, dalam Bakker, Van Der
factors (Andre, 2008). Berbagai macam peneliti (dalam Zee, Lewig, & Dollard, 2002).
Bakker, Van Der Zee, Lewig, & Dollard, 2002) juga
mengatakan bahwa kepribadian dapat dijelaskan dalam 3. Conscientiousness.
istilah five basic factors yang sering disebut dengan the Orang dengan conscientiousness yang tinggi
big five. adalah seseorang yang bertanggung jawab,
terorganisir, dapat diandalkan dan orang yang gigih.
Menurut McCrae (dalam Pervin, Cervone, & John Orang yang mempunyai skor rendah adalah orang
2005) big five personality dibangun dengan yang mudah bimbang, tidak terorganisir dan tidak
menggunakan pendekatan yang sederhana. Peneliti dapat diandalkan (Robbins & Judge, 2011). Individu
meneliti unit dasar dari kepribadian dengan melakukan dengan tipe kepribadian ini digambarkan sebagai
pengamatan dan menganalisis kata-kata orang dalam individu yang teratur, penuh pengendalian diri,
kehidupan sehari-hari untuk menggambarkan kepribadian terorganisasikan, ambisius, fokus pada pencapaian,
seseorang. Pada akhirnya dihasilkan five factors dari dan disiplin diri. Pada umumnya orang yang
kepribadian yaitu extraversion, agreeableness, memiliki skor tinggi dalam conscientiousness adalah
conscientiousness, neuroticsm serta openness to pekerja keras, peka terhadap suara hati, tepat waktu,
experience. Penilaian dalam kepribadian lima besar tidak dan tekun. Sebaliknya, pribadi yang rendah skor
menghasilkan satu trait tunggal yang dominan, tetapi cenderung tidak terorganisasikan, malas, ceroboh,
menunjukkan seberapa kuat setiap trait dalam diri dan tidak berarah-tujuan dan mudah menyerah jika
seseorang. Kelima trait kepribadian tersebut adalah: suatu proyek menjadi sulit (Feist & Feist, 2008).
extraversion, agreeableness, conscientiousness,
neuroticsm serta openness to experience (McCrae dalam 4. Neuroticism.
Pervin, Cervone, & John, 2005). Pribadi yang tinggi skor neuroticism cenderung
mudah menjadi cemas, temperamental, mengasihani
1. Extraversion. diri, emosional, dan rapuh terhadap gangguan yang
Dimensi dari extraversion berhubungan dengan berkaitan dengan stress. Pribadi yang skornya rendah
tingkat kenyamanan dalam sebuah hubungan. biasanya tenang, bertemperamen lembut, dan puas
Seseorang dengan kepribadian ekstrovert cenderung diri (Feist & Feist, 2008). Karena sifat dasarnya yang
suka berteman, tegas dan ramah, sedangkan introvert negatif, individu neurotik mengalami peristiwa
cenderung pendiam, pemalu dan tenang (Robbins & kehidupan yang lebih negatif dari individu lain

60
Jurnal GEMA AKTUALITA, Vol. 1 No. 1, Desember 2012

(Magnus, Diener, Fujita, & Pavot, dalam Heller, neuroticism serta openness to experience (Seniati, 2006).
Mount, & Judge, 2002). Dalam hubungannya dengan Bukti-bukti menunjukkan bahwa kepribadian dapat
kepuasan kerja, neuroticism yang tinggi dapat disederhanakan menjadi lima traits yang disebut dengan
mengurangi tingkat kepuasan kerja (Heller, Mount, big five (Goldberg dalam Judge, Higgins, Thoresen, &
& Judge, 2002). Barrick, 1999). Berdasarkan hal tersebut maka penelitian
kepribadian ini menggunakan big five factor yang
5. Openness to experience. dikembangkan oleh Costa dan McCrae, (dalam Bergner,
Pribadi yang secara konsisten mencari Neubauer, & Kreuzthaler, 2010).
pengalaman-pengalaman yang berbeda dan beragam
akan memperoleh skor tinggi dalam openness to Penelitian yang menggunakan kepribadian telah
experience (Feist & Feist, 2008). Openness to banyak dilakukan dari waktu ke waktu, dengan berbagai
experience berhubungan dengan kreatifitas ilmiah dan macam metode. Watson (2000) mencoba melakukan
artistik (Feist, dalam Heller, Mount, & Judge, 2002). penelitian mengenai kepuasan kerja dan kepribadian
dengan menggunakan suatu tipologi, PA yaitu positive
Berbagai macam metode kepribadian telah dilakukan affectivity dan NA yaitu negative affectivity. Meskipun
untuk mengetahui pengaruh terhadap kepuasan kerja, metode PA dan NA sangat berguna dalam penelitian
akan tetapi metode the big five personality menjadi kepuasan kerja, namun PA dan NA memiliki beberapa
metode yang sering digunakan dalam penelitian keterbatasan. Pertama PA mempunyai korelasi yang
kepribadian. Hal ini membuktikan bahwa selama 20 tinggi, namun banyak penelitian yang justru fokus dalam
tahun terakhir pengukuran kepribadian semakin banyak NA. Kedua, isu dari ketidaktergantungan dari PA dan NA
digunakan dalam personel selection dan human resources masih diperdebatkan dalam literatur (Russell & Carroll;
development (Bergner, Neubauer, & Kreuzthaler, 2010). D. Watson & Tellegen, dalam Heller, Mount, & Judge,
Tren ini terkait dengan dua pengembangan utama dalam 2002). Penelitian tersebut menjelaskan bahwa PA dan
penelitian kepribadian. Pertama yaitu pengenalan model NA bukan menjadi metode yang baik untuk digunakan
lima faktor kepribadian yang sering disebut dengan big dalam pengukuran kepribadian. Beberapa penelitian
five factor oleh Costa dan McCrae (dalam Bergner, setelah itu mencoba melakukan penelitian, yang pada
Neubauer, & Kreuzthaler, 2010). Kedua yaitu akhirnya memunculkan five factor model dari
menggunakan metode meta-analisis, yang kepribadian yang disebut dengan the big five personality
memungkinkan peneliti untuk meringkas hasil kuantitatif (Goldberg, dalam Heller, Mount, & Judge, 2002) yang
di berbagai studi utama (Bergner, Neubauer, & dapat digunakan untuk mendeskripsikan aspek-aspek dari
Kreuzthaler, 2010). Sebuah konsensus dalam penelitian kepribadian.
kepribadian, menyebutkan bahwa semua traits
kepribadian dapat secara singkat dijelaskan melalui big Beberapa penelitian menyebutkan bahwa kepribadian
five traits yang dapat disebut juga big five personality berdasarkan big five personality mempunyai hubungan
(Lounsbury, Steel, Gibson, & Drost, 2008). Kelima dan pengaruh terhadap kepuasan kerja. Hasil penelitian
faktor tersebut adalah emotional stability (positive pole of yang dilakukan oleh Heller, Mount, dan Judge (2002)
neuroticism), extraversion, openness to experience, menunjukkan bahwa beberapa traits dari the big five
agreeableness, dan conscientiousness (Bergner, personality mempunyai korelasi yang tinggi dengan
Neubauer, & Kreuzthaler, 2010). kepuasan kerja yaitu neuroticism, conscientiousness dan
extraversion, sedangkan agreeableness dan openness to
Banyak dan beragamnya trait kepribadian telah experience memiliki nilai korelasi yang rendah. Hasil
diklasifikasikan menjadi lima faktor untuk memudahkan dari analisis regresi juga menunjukkan hasil bahwa three
pengaturan dan pengelolaanya. Kelima faktor tersebut big five traits yaitu extraversion, conscientiousness dan
adalah emotional stability (positive pole of neuroticism), neuroticism menjadi prediktor yang signifikan dari
extraversion, openness to experience, agreeableness, dan kepuasan kerja. Hal tersebut menunjukkan bahwa tidak
conscientiousness (Bergner, Neubauer, & Kreuzthaler, semua aspek dari big five personality mempunyai
2010). Teori big five didasarkan pada model lima faktor hubungan atau pengaruh yang kuat terhadap kepuasan
kepribadian sebagai representasi struktur trait yang kerja. Neuroticism menjadi aspek paling kuat yang
merupakan dimensi utama dari kepribadian (Seniati, berpengaruh terhadap kepuasan kerja. Hal ini sesuai
2006). Trait kepribadian merupakan dimensi dari dengan beberapa penelitian yang menunjukkan bahwa
kepribadian yang merupakan kecenderungan emosional, kepuasan kerja yang tinggi berkorelasi dengan
kognitif, dan tingkah laku, yang bersifat menetap dan neuroticism yang rendah (Heller, Mount, & Judge, 2002).
ditampilkan individu sebagai respons terhadap berbagai
situasi lingkungan (Westen, 1999 dalam Seniati, 2006). Beberapa peneliti (dalam Furnham, Petrides, Jackson,
& Cotter, 2002) menyebutkan bahwa secara khusus
Penilaian dalam kepribadian lima besar tidak extraversion dan neuroticism, masing-masing
menghasilkan satu trait tunggal yang dominan, tetapi mempunyai pengaruh terhadap kepuasan kerja. Ketiga
menunjukkan seberapa kuat setiap trait dalam diri variabel lain yaitu conscientiousness, agreeableness dan
seseorang. Kelima trait kepribadian tersebut adalah: openness to experience kurang berpengaruh terhadap
extraversion, agreeableness, conscientiousness, kepuasan kerja (Tokar, Fisher, & Subich dalam Furnham,

61
Jurnal GEMA AKTUALITA, Vol. 1 No. 1, Desember 2012

Petrides, Jackson, & Cotter 2002). Hal tersebut


menunjukkan bahwa dari kelima aspek tersebut, hanya
extraversion dan neuroticism yang mempunyai pengaruh
terhadap kepuasan kerja.

Beberapa penelitian justru memperlihatkan hal yang Extraversion


berbeda dari peneliti-peneliti sebelumnya. Menurut
Templer (2012) semua aspek dari big five personality
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan
kerja, dengan prediktor terbaik secara berurutan adalah Agreeableness
agreeableness, conscientiousness, neuroticism,
extraversion dan terlemah adalah openness to experience.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Furnham, Petrides,
Jackson, & Cotter (2002) menunjukkan bahwa dari Conscientiousness
kelima traits hanya conscientiousness yang berhubungan
Kepuasan kerja
dengan kepuasan kerja, sedangkan extraversion,
openness to experience, neuroticism dan agreeableness
tidak. Hasil penelitian dari Furnham, Petrides, Jackson, Neuroticism
dan Cotter (2002) diperjelas oleh temuan dari Judge
(dalam Furnham, Petrides, Jackson, dan Cotter 2002)
menyebutkan bahwa conscientiousness merupakan
prediktor terbaik dari kepuasan kerja. Salgado (1997) Openness to
(dalam Furnham, Petrides, Jackson, & Cotter 2002) experience
melalui penelitian meta analysis juga menemukan bahwa
conscientiousness menjadi prediktor terbaik dari GAMBAR 1. Kerangka Penelitian
kepuasan kerja.

Pada akhirnya, big five personality dan kepuasan kerja


adalah hal yang saling berkaitan. Berdasarkan penelitian- II. METODOLOGI PENELITIAN
penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa secara Metode penelitian pada penelitian ini menggunakan
keseluruhan the big five personality yang terdiri dari metode kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah
extraversion, conscientiousness, neuroticism, pegawai yang bekerja di Hotel D’Season Surabaya yaitu
agreeableness dan openness to experience diduga sebanyak 50 orang. Teknik pengambilan sampel yang
mempunyai pengaruh terhadap kepuasan kerja. digunakan adalah total population sampling yaitu subjek
Walaupun demikian penelitian-penelitian masih yang digunakan dalam sebuah penelitian merupakan
menunjukkan pertentangan tentang aspek mana yang keseluruhan dari populasi (Azwar, 2010). Hal ini
lebih berpengaruh terhadap kepuasan kerja. Hal ini dilakukan mengingat minimnya subjek penelitian.
mendorong peneliti untuk meneliti tentang pengaruh big
five personality terhadap kepuasan kerja. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan
pendekatan uji coba terpakai, yaitu pengambilan data
Subjek penelitian ini adalah karyawan hotel D’Season untuk kepentingan uji coba alat ukur sekaligus uji
Surabaya. Penulis memilih hotel D’Season Surabaya hipotesis. Dalam penelitian ini, proses pengambilan dan
sebagai tempat penelitian, karena hotel D’Season pengumpulan data diperoleh dengan menyebarkan
Surabaya merupakan hotel yang baru beroperasi selama 3 kuesioner yang terdiri dari kuesioner big five personality
tahun, sehingga aspek-aspek yang mempengaruhi kinerja dan kuesioner kepuasan kerja. Peneliti menyebarkan
karyawan kemungkinan belum pernah diteliti sebelumnya. kuesioner kepada karyawan hotel D’Season Surabaya,
setelah sebelumnya peneliti meminta ijin kepada pemilik
Salah satu aspek tersebut adalah kepuasan kerja. Hal ini
hotel D’Season Surabaya.
membuat penulis tertarik untuk meneliti kepuasan kerja
karyawan hotel D’Season Surabaya. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Kepribadian diukur menggunakan kuesioner yang
kepribadian ditinjau dari the big five personality terhadap dikembangkan oleh peneliti sendiri. Kuesioner
kepuasan kerja. Hipotesis penelitian ini adalah terdapat dikembangkan berdasarkan dari teori the big five
pengaruh extraversion, agreeableness, conscientiousness, personality, yang terdiri dari extraversion, agreeableness,
neuroticism, dan openess to experience berdasarkan the conscientiousness neuroticism, openness to experience.
big five personality terhadap kepuasan kerja. Kerangka Kuisioner berbentuk self-report yang terdiri dari 80 aitem,
berpikir dari penelitian ini seperti terlihat pada gambar 1.
setiap sub-aspek terdiri dari 16 pernyataan yang terdiri
dari 8 aitem favorable dan 8 aitem unfavorable.

62
Jurnal GEMA AKTUALITA, Vol. 1 No. 1, Desember 2012

Blue print dari kuesioner ini dapat dilihat pada tabel 1. pilihan jawaban. Skoring untuk aitem favorable adalah
Subjek penelitian diminta untuk menentukan apakah sebagai berikut:
mereka setuju dengan aitem pernyataan yang ada
berdasarkan 4 pilihan jawaban. Skoring untuk aitem 1) sangat setuju (SS) dinilai 4
favorable adalah sebagai berikut: 2) setuju (S) dinilai 3
3) tidak setuju (TS) dinilai 2
4) sangat tidak setuju (STS) dinilai 1.
1) sangat setuju (SS) dinilai 4
2) setuju (S) dinilai 3
Untuk skoring aitem unfavorable berlaku sebaliknya
3) tidak setuju (TS) dinilai 2
dari aitem favorable.
4) sangat tidak setuju (STS) dinilai 1.
TABEL 2. Blue-print Kuesioner Kepuasan Kerja
Untuk skoring aitem unfavorable berlaku sebaliknya Dimensi Aitem Total
dari aitem favorable.
Favorabel Unfavorabel
TABEL 1. Blue-print Kuesioner Big Five Personality
Mentality 2,3,13 5,6,21 6
Dimensi Aitem Total challenging

Favorabel Unfavorabel Equitable 7,9,18 4,11,12 6


rewards
Extraversion 1, 2, 3, 4, 6, 7, 8, 9, 16
5, 10, 11, 13, 14, 15, Supportive 10,14,19 8,16,17 6
12 16 working
condition
Agreeableness 17, 18, 19, 25, 26, 27, 16
20, 21, 22, 28, 29, 30, Supportive 1,15,20 22,23,24 6
23, 24 31, 32 colleagues

Conscientiousness 33, 35, 36, 34, 41, 43, 16 Total 12 12 24


37, 38, 39, 44, 45, 46,
40, 42 47, 48

Neuroticism 49, 50, 51, 55, 57, 58, 16 Uji validitas terhadap kedua kuisioner penelitian
52, 53, 54, 59, 60, 61, dilakukan dengan menggunakan teknik content validity.
56, 63 62, 64 Content validity adalah validitas instrumen yang
memiliki kandungan butir-butir aitem yang dibuat sesuai
Openness to 65, 66, 67, 69, 72, 73, 16
dengan topik penelitian dan bisa menggali jawaban
experience 68, 70, 71, 75, 76, 77,
responden sesuai dengan permasalahan yang sudah
74, 79 78, 80
dirumuskan (Azwar, 2010). Untuk mencapai validitas
Total 40 40 80 dalam penelitian ini, nilai corrected item–total
correlation untuk seleksi aitem r > 0,3. Penilaian
validitas isi dilakukan dengan memberikan kuisioner
penelitian kepada ahli dalam bidang kepribadian dan
Kepuasan kerja diukur menggunakan kuesioner yang psikologi industri untuk dinilai kesesuaian aitem dengan
dikembangkan oleh peneliti sendiri. Kuesioner teori yang digunakan (Azwar, 2010).
dikembangkan berdasarkan dari teori Robbins (2002)
yang terdiri dari mentality challenging, equitable rewards, Pengujian reliabilitas adalah uji coba untuk
supportive working condition, and supportive colleagues. mengetahui konsistensi atau kepercayaan hasil ukur, yang
Kuisioner berbentuk self-report yang terdiri dari 24 aitem, mengandung makna kecermatan pengukuran (Azwar,
setiap sub-aspek terdiri dari 6 pernyataan yang terdiri dari 2010). Uji reliabilitas instrumen pada penelitian ini
menggunakan SPSS 14, yaitu dengan menggunakan
3 aitem favorable dan 3 aitem unfavorable. Blue print teknik cronbach alpha. Pada setiap kuesioner, reliabilitas
dari kuesioner ini dapat dilihat pada tabel 2. Subjek yang baik ditunjukkan dengan nilai diatas 0,7 (Azwar,
penelitian diminta untuk menentukan apakah mereka 2009).
setuju dengan aitem pernyataan yang ada berdasarkan 4
Proses analisis data dimulai dengan uji asumsi. Uji
asumsi tersebut meliputi uji normalitas dan linearitas. Uji
63
Jurnal GEMA AKTUALITA, Vol. 1 No. 1, Desember 2012

normalitas dilakukan dengan melihat nilai signifikansi 0,565, 0,618 dan 0,089. Hasil dari analisis regresi
Kolmogorov-Smirnov sedangkan uji linearitas selengkapnya dapat dilihat pada tabel 3.
menggunakan teknik scatterplot dengan menggunakan
SPSS 14.0 for windows. Hipotesis dalam penelitian ini
diuji dengan mengunakan teknik analisis regresi dengan TABEL 3. Hasil Analisis Regresi
menggunakan SPSS 14.0 for windows. Aspek big five F Signifikansi
personality

Extraversion 2,245 0,149


III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Agreeableness 0,873 0,355
Uji asumsi dilakukan untuk mengetahui apakah uji
hipotesis dapat dilakukan secara parametrik atau non- Conscientiousness 0,336 0,565
parametrik. Uji asumsi yang dilakukan dalam penelitian
ini adalah uji normalitas dan uji linearitas. Tes normalitas Neuroticism 0,253 0,618
data dalam penelitian ini ditentukan dengan melihat pada Openness to 3,004 0,089
nilai signifikansi Kolmogorov-Smirnov. Hasil uji experience
normalitas variabel kepuasan kerja menunjukkan nilai
signifikansi Kolmogorov-Smirnov sebesar 0,200, p > 0,05
yang menunjukkan bahwa data dalam penelitian ini
normal. Tabel tersebut menjelaskan tidak adanya pengaruh
antara extraversion dengan kepuasan kerja,
Uji linearitas merupakan pengujian garis regresi agreeableness terhadap kepuasan kerja,
antara variabel bebas dengan variabel terikat. Uji conscientiousness dengan kepuasan kerja, neuroticism
linearitas bertujuan untuk mengetahui apakah sebaran
dengan kepuasan kerja dan openness to experience
dari titik-titik yang merupakan nilai dari variabel-variabel
terhadap kepuasan kerja, sehingga kelima hipotesis dalam
tersebut mengikuti garis linier atau garis lurus. Uji
penelitian ini tidak terbukti.
linearitas dilaksanakan dengan membentuk grafik
scaterplot. Hasil uji linearitas terlihat pada gambar 2.
Hasil analisis data dalam penelitian ini menunjukkan
tidak adanya pengaruh kelima variabel big five
personality terhadap kepuasan kerja. Kelima variabel dari
big five personality yaitu extraversion, agreeableness,
conscientiousness, neuroticism, dan openness to
experience tidak memiliki pengaruh terhadap kepuasan
80.00
kerja. Beragamnya komposisi sampel dari penelitian
seperti usia dan lama bekerja subjek dapat menyebabkan
hasil penelitian yang beragam pula (Furnham, Petrides,
70.00
Jackson, & Cotter 2002). Subjek dalam penelitian ini
memiliki kisaran usia antara 19-25 tahun yang berjumlah
Kepuasan

23 orang, 26-31 tahun yang berjumlah 20 orang dan


60.00
sisanya 32-38 tahun berjumlah 6 orang, 39-45 tahun
berjumlah 1 orang. Selain itu, subjek dalam penelitian ini
juga cukup beragam dalam hal lama bekerja yaitu kurang
R Sq Linear = 0.045
50.00 R Sq Linear = 0.045
dari 6 bulan sebanyak 11 orang, 7-12 bulan sebanyak 20
orang, 13-18 bulan sebanyak 7 orang, dan lebih dari 19
bulan sebanyak 12 orang. Keragaman usia dan lama
15.00 20.00 25.00 30.00 35.00 40.00 45.00 bekerja dimungkinkan turut menyebabkan hipotesis dari
Extra
penelitian ini tidak terbukti.

GAMBAR 2. Hasil Uji Linearitas Big five personality tidak memiliki pengaruh terhadap
kepuasan kerja, karena ada faktor lain yang lebih
Uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan teknik mempengaruhi kepuasan kerja yaitu gaji (Furnham,
simple regression. Setiap aspek dari big five personality Petrides, Jackson, & Cotter, 2002). Hasil analisa
akan diregresikan dengan kepuasan kerja. Berdasarkan deskriptif dari penelitian ini menunjukkan bahwa subjek
hasil pengujian dapat diketahui bahwa nilai signifikansi telah merasa puas dengan gaji yang diterima. Hal ini
untuk variabel extraversion, agreeableness, didukung dengan jawaban subjek pada aitem kepuasan
kerja nomor 7 yang menyatakan “gaji yang saya terima
conscientiousness, neuroticism, dan openness to cukup untuk menghidupi keluarga saya.” Sebanyak 52%
experience terhadap kepuasan kerja adalah 0,149, 0,355, subjek menjawab pada kategori setuju dan 48%
menjawab pada kategori sangat setuju. As'ad, (2003)

64
Jurnal GEMA AKTUALITA, Vol. 1 No. 1, Desember 2012

menyatakan bahwa kepuasan kerja dapat terjadi apabila Menurut Templer, (2012) agreeableness tidak
tidak ada perbedaan antara yang diinginkan dengan berpengaruh terhadap kepuasan kerja karena adanya
kenyataan yang diterima di tempat kerja. Hal ini pengaruh budaya Asia yang memiliki keramahan dan
dibuktikan dengan jawaban subjek terhadap aitem kolektifitas yang tinggi. Seseorang yang tidak memiliki
kepuasan kerja nomer 4 yang menyatakan “gaji yang keramahan dan tidak mampu bekerja sama dengan
saya peroleh tidak sebanding dengan yang saya kerjakan”. rekannya, akan dianggap melanggar norma-norma sosial
6% subjek menjawab sangat setuju, 52% tidak setuju, dan yang berlaku. Hal ini sesuai dengan penelitian yang
40% sangat tidak setuju. dilakukan oleh Halim (dalam Mastuti, 2005) yang
membandingkan big five factor antara mahasiswa
Faktor lain yang menjadi alasan tidak adanya Amerika dan Indonesia, yang menunjukkan bahwa aspek
pengaruh big five personality terhadap kepuasan kerja agreeableness mahasiswa Indonesia memiliki nilai yang
karena adanya kebutuhan dasar manusia yang harus lebih tinggi dibanding mahasiswa Amerika.
dipenuhi. Maslow (dalam Feist & Feist, 2008)
mengatakan bahwa kebutuhan dasar manusia adalah Orang dengan tingkat conscientiousness tinggi pada
kebutuhan fisiologis seperti makanan, air, oksigen, dan umumnya pekerja keras, peka terhadap suara hati, tepat
sebagainya. Teori Maslow (dalam Feist & Feist, 2008) waktu, dan tekun (Feist & Feist, 2008). Hipotesis ketiga
menyebutkan bahwa kebutuhan dasar manusia harus dalam penelitian ini yaitu pengaruh conscientiousness
dipenuhi. Apabila manusia tidak bisa memenuhi terhadap kepuasan kerja tidak diterima. Hal ini
kebutuhan dasar tersebut, maka manusia akan berusaha disebabkan karena adanya pengaruh faktor usia. Menurut
mendapatkannya dengan berbagai cara. Hal ini sesuai McCrae (dalam Pervin, Cervone, & John, (2005) semakin
dengan hasil penelitian bahwa big five personality tidak bertambahnya usia, semakin tinggi juga tingkat
berpengaruh terhadap kepuasan kerja, karena pada conscientiousness seseorang. Data demografis dalam
dasarnya karyawan akan merasa puas apabila kebutuhan penelitian ini menunjukkan bahwa usia 19-25 tahun
dasar mereka sebagai seorang manusia telah terpenuhi, sebanyak 30,4% berada pada kategori conscientiousness
sehingga faktor kepribadian tidak berpengaruh terhadap rendah, sedangkan usia 26-31 tahun sebanyak 45%
kepuasan kerja. Hal ini didukung dengan jawaban subjek berada pada kategori sedang.
pada aitem kepuasan kerja nomor 11 yang menyatakan
“jaminan kesehatan kurang menunjang pekerjaan saya”, Hipotesis pengaruh neuroticism terhadap kepuasan
sebanyak 78% subjek menjawab pada kategori tidak kerja tidak diterima dalam penelitian ini. Pribadi yang
setuju dan 16% menjawab pada kategori sangat tidak tinggi skor neuroticism cenderung mudah menjadi cemas,
setuju. Hal ini menunjukkan bahwa karyawan puas temperamental, mengasihani diri, emosional, dan rapuh
terhadap jaminan kesehatan yang diberikan oleh terhadap gangguan yang berkaitan dengan stress. Stress
perusahaan. kerja dapat disebabkan karena lingkungan kerja yang
tidak kondusif (Aamodt, 2007). Akan tetapi pada
Hasil dari uji hipotesis pertama tidak menunjukkan penelitian ini, subjek nyaman dengan tempat mereka
adanya pengaruh extraversion terhadap kepuasan kerja. bekerja. Pada aitem kepuasan kerja nomer 10 yang
Salah satu faktor yang membuat aspek extraversion tidak menyatakan “saya bekerja dengan kondisi tempat kerja
berpengaruh terhadap kepuasan kerja karena pada yang tenang.” sebanyak 2% menjawab tidak setuju, 80%
dasarnya karyawan telah bahagia dalam kehidupan setuju dan 18% sangat setuju. Hal tersebut membuktikan
pribadinya, yang dimungkinkan disebabkan oleh relasi bahwa lingkungan bekerja karyawan lebih berpengaruh
yang baik dengan rekan sekerjanya. Menurut Costa dan terhadap kepuasan kerja, karena lingkungan kerja mereka
McCrae dalam Bakker, Van Der Zee, Lewig, & Dollard yang terjamin.
(2002) extraversion pada umumnya dikaitkan dengan
kecenderungan untuk bersikap optimis dan mempunyai Hipotesis pengaruh openness to experience
sanguine temperament yang dapat membuatnya fokus berpengaruh terhadap kepuasan kerja tidak diterima. Hal
pada sesuatu hal yang positif dari pengalamannya. tersebut dapat terjadi karena adanya faktor budaya orang
Sanguine temperament akan membuat seseorang bahagia Indonesia, yang mempunyai kecenderungan tertutup.
dalam setiap aspek kehidupan. Menurut DeNeve dan Lewis, (1999) mengatakan bahwa orang Indonesia
Cooper (1998) seorang karyawan yang telah bahagia mempunyai kecenderungan untuk tidak mau menerima
dalam kehidupan pribadinya, mampu mempengaruhi masukan atau kritikan dari orang lain, sehingga hal
dalam setiap aspek kehidupannya, termasuk dalam tersebut berpengaruh terhadap aspek dari openness to
pekerjaannya. Hal tersebut didukung dari aitem experience. Hal ini sesuai dengan penelitian yang
extraversion nomer 3 yang menyatakan “saya selalu dilakukan oleh Halim (dalam Mastuti, 2005) yang
optimis dalam menyelesaikan pekerjaan” menunjukkan membandingkan big five factor antara mahasiswa
bahwa subjek sebesar 32% setuju, dan 58% sangat setuju. Amerika dan Indonesia, yang menunjukkan bahwa aspek
openness to experience mahasiswa Indonesia memiliki
Agreeableness merupakan aspek kepribadian yang nilai yang lebih rendah dibanding mahasiswa Amerika.
menunjukkan seseorang yang ramah, hangat dan patuh.
Pada uji hipotesis menunjukkan bahwa aspek
agreeableness tidak berpengaruh terhadap kepuasan kerja.
65
Jurnal GEMA AKTUALITA, Vol. 1 No. 1, Desember 2012

Among Volunteer Counselors. The Journal of Social


Psychology , 135.
IV. KESIMPULAN Bergner, S., Neubauer, A. C., & Kreuzthaler, A. (2010).
Berdasarkan hasil analisis data, maka penulis dapat Broad and narrow personality traits for predicting.
menyimpulkan bahwa: European journal of work and organizational
psychology , 177–199.
1. Aspek dari big five personality yaitu extraversion DeNeve, K. M., & Cooper, H. (1998). Happy Personality:
tidak memiliki pengaruh terhadap kepuasan kerja (p A Meta-Analysis of 137 Personal Traits and
= 0,149, p > 0,05). Subjective Well-Being. Psychological Bulletin , 197-
2. Aspek dari big five personality yaitu agreeableness 229.
tidak memiliki pengaruh terhadap kepuasan kerja (p Feist, J., & Feist, G. J. (2006). Theories of Personality.
= 0,355, p > 0,05). New York: Mc Graw Hill.
3. Aspek dari big five personality yaitu Feist, J., & Feist, G. J. (2008). Theories of Personality.
conscientiousness tidak memiliki pengaruh terhadap yogyakarta: pustaka pelajar.
kepuasan kerja (p = 0,565, p > 0,05). Furnham, A., Petrides, K. V., Jackson, C. J., & Cotter, T.
4. Aspek dari big five personality yaitu neuroticism (2002). Do personality factors predict job
tidak memiliki pengaruh terhadap kepuasan kerja (p satisfaction? Personality and Individual Differences ,
= 0,618, p > 0,05). 1325–1342.
5. Aspek dari big five personality yaitu openness to Heller, D., Mount, M. K., & Judge, T. A. (2002). Five-
experience tidak memiliki pengaruh terhadap Factor Model of Personality and Job Satisfaction: A
kepuasan kerja (p = 0,089, p > 0,05). Meta-Analysis. Journal of Applied Psychology ,
530–541.
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan tidak Johan, R. (2002). Kepuasan kerja karyawan dalam.
adanya pengaruh antara kelima aspek big five personality Jurnal pendidikan penabur , 6-31.
terhadap kepuasan kerja adalah minimnya subjek dalam Judge, T. A. (2001). Dispositional affect and job
penelitian, adanya pengaruh dari gaji, rekan kerja dan satisfaction: A review and theoretical extension.
lingkungan kerja yang mendukung dalam tercapainya Organizational behavior and human decision
kepuasan kerja. Penelitian-penelitian lanjutan mengenai processes , 67-98.
kepuasan kerja diharapkan dapat mengaitkannya dengan Judge, T. A., Higgins, C. A., Thoresen, C. J., & Barrick,
faktor gaji serta lingkungan pekerjaan. M. R. (1999). The big five personality traits, general.
Personel psychology , 52.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi Kompas. (2009, 4 17). kompas.com. Retrieved 10 24,
sumbangan dalam pengembangan ekonomi kreatif di 2011, from kompas.com/lipsus:
Indonesia, khususnya dalam hal pengembangan SDM. http://www.kompas.com/lipsus052009/antasariread/2
Seperti terkutip dalam Rencana Pengembangan Ekonomi 009/04/17/06134961/Buruh.KBN.Unjuk.Rasa.Tuntut
Kreatif Indonesia (Pangestu, 2008), untuk .Dana.Jamsostek
mengembangkan ekonomi kreatif, diperlukan kolaborasi Lewis, R. D. (1999). When Cultures Collide. London:
antara berbagai aktor yang berperan yakni cendekiawan Nicholas Brealey.
(intellectuals), bisnis (business), dan pemerintah Lounsbury, J. W., Steel, R. P., Gibson, L. W., & Drost,
(government). Oleh karena itu, penelitian menjadi salah A. W. (2008). Personality traits and career
satu bentuk partisipasi aktif yang bisa dilakukan para satisfaction of human resource professionals. Human
akademisi dalam menunjang pengembangan ekonomi Resource Development International , 351–366.
kreatif di Indonesia. Mangkunegara, A. P. (2004). Manajemen Sumber Daya
Manusia Perusahaan. Bandung: PT Remaja
REFERENSI Rosdakarya.
Mastuti, E. (2005). Analisis Faktor Alat Ukur
Aamodt, M. G. (2007). Industrial/Organizational Kepribadian Big Five (Adaptasi dari IPIP) pada
Psychology. Belmont CA: Thomson Wadsworth. Mahasiswa Suku Jawa. INSAN , 264-276.
Andre, R. (2008). Organizational Behavior. New Jersey:
McCrae, R. R. (2011). 5 Years of Progress: A Reply to
Pearson.
Block. Journal of Research in Personality , 108–113.
As'ad, D. M. (2003). Psikologi Industri. Yogyakarta:
Munandar, A. S. (2001). Psikologi Industri dan
Liberty.
Organisasi. Jakarta: Universitas Indonesia.
Azwar, S. (2009). Dasar-Dasar Psikometri. Yogyakarta:
Pangestu, M.E. (2008). Pengembangan Ekonomi Kreatif
pustaka pelajar.
Indonesia 2025. Jakarta: Departemen Perdagangan
Azwar, S. (2010). Penyusunan Skala Psikologi. Republik Indonesia.
Yogyakarta: Pustaka pelajar. Pervin, L. A., Cervone, D., & John, O. P. (2005).
Bakker, A. B., Van Der Zee, K. I., Lewig, K. A., & Personality theory and research. New York: John
Dollard, M. F. (2002). The Relationship Between the Wiley & Sons, Inc.
Big Five Personality Factors and Burnout: A Study
Robbins, S. P. (2002). Prinsip Prinsip Perilaku
Organisasi. jakarta: erlangga.
66
Jurnal GEMA AKTUALITA, Vol. 1 No. 1, Desember 2012

Robbins, S. P., & Judge, A. T. (2011). Organizational terhadap komitmen dosen pada universitas
Behavioral. New Jersey: Pearson. Indonesia. Makara, sosial humaniora , 88-97.
Saputra, W. (2010). Industri Kreatif. Jakarta: Baduose Spector, P. E. (2006). Industrial and Organizational
Media. Psychology. Australia: John Wiley & Sons, Inc. .
Scott, M., Swortzel, K. A., & Taylor, W. N. (2005). The Templer, K. J. (2012). Five Factor Model of Personality
Relationships between Selected Demographic and Job Satisfaction: The Importance of
Factors and the Level of Job Satisfaction of Agreeableness in a Tight and Collectivistic Asian
Extension Agents. Journal of Southern Agricultural Society. Applied Psychology , 114-129.
Education Research , 55-62. Waluyo, M. (2009). Psikologi Teknik Industri.
Seniati, L. (2006). Pengaruh masa kerja, trait Yogyakarta: Graha Ilmu.
kepribadian, kepuasan kerja, dan iklim psikologis

67

Anda mungkin juga menyukai