Anda di halaman 1dari 11

Humanitas Vol. 13 No.2.

84-94 ISSN 1693-7236

MODEL PERANAN WORK LIFE BALANCE, STRES KERJA DAN


KEPUASAN KERJA PADA KARYAWAN

Annisaa Miranty Nurendra, Mega Putri Saraswati


Program Studi Psikologi, Universitas Islam Indonesia
Jalan Kaliurang km 14,5 Sleman
annisaa.miranty@uii.ac.id

Abstract
The purpose of this study is to measure the empirical model of work life balance, job stress
and job satisfaction. Participants in this study were 119 employees who work on some
hotels in Yogyakarta. Job satisfaction was measured using job satisfaction scale that was
developed based on Luthans, b) work life balance was measured using work life balance
scale that was developed based on Hudson and 3) job stress scale based on Beehr and
Newman was used to measure job stress. Simple mediation analysis using Sobel test by
Preacher and Hayes was used to analyze the data. Result showed that work life balance
affected job satisfaction and mediated by job stress. Discussions and recommendations
are discussed further.

Keywords: job satisfaction, job stress, work life balance

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara empiris model peranan keseimbangan
kehidupan-kerja dan stres kerja terhadap kepuasan kerja. Penelitian ini melibatkan 119
karyawan yang bekerja di bidang perhotelan di Yogyakarta. Hipotesis dalam penelitian
ini adalah keseimbangan kehidupan-kerja dapat mempengaruhi kepuasan kerja dengan
dimediasi oleh stres kerja. Penelitan ini menggunakan skala kepuasan kerja berdasarkan
aspek-aspek kepuasan kerja yang dikemukakan oleh Luthans, skala keseimbangan
kehidupan-kerja berdasarkan aspek-aspek keseimbangan kehidupan-kerja menurut Hudson
dan skala stres kerja berdasarkan aspek-aspek yang dikemukakan oleh Beehr dan Newman.
Data dianalisis dengan menggunakan Sobel Test dari Preacher dan Hayes. Hasil penelitian
ini menunjukkan bahwa keseimbangan kehidupan-kerja mempengaruhi kepuasan kerja
dengan dimediasi oleh stres kerja. Keseimbangan kehidupan kerja yang rendah dapat
meningkatkan stres kerja terlebih dahulu sebelum menurunkan stres kerja pada karyawan.

Kata kunci: kepuasan kerja, keseimbangan kehidupan-kerja, stres kerja


Model Peranan Work Life Balance, Stres Kerja dan Kepuasan Kerja Pada Karyawan 85

Pendahuluan atau interaksi dengan sesama karyawan,


faktor fisik yang berhubungan dengan
Kepuasan kerja adalah perasaan
kondisi fisik lingkungan dan karyawan
menyenangkan yang dirasakan oleh
itu sendiri dan yang terakhir adalah faktor
karyawan terhadap pekerjaannya. Kepuasan
finansial yang berhubungan dengan gaji,
kerja merupakan suatu hal yang penting
jaminan sosial, tunjangan, fasilitas, promosi
untuk diperhatikan oleh perusahaan.
dan lain sebagainya. Yadav dan Yadav
Menurut Robbins (dalam Munandar,
(2014) menambahkan, kepuasan kerja
2012) apabila karyawan merasa tidak
pada karyawan memiliki hubungan dengan
puas dengan pekerjaannya, karyawan
beberapa variabel, seperti: usia, iklim
dapat meninggalkan pekerjaannya, sering
perusahaan, pendidikan, jenis kelamin, latar
mengeluh, membangkang, mencuri barang
belakang ekonomi, dan besar atau tidaknya
milik organisasi, menghindari sebagian dari
keluarga karyawan. Dalam penelitian ini,
tanggung jawab pekerjaan mereka, dan lain
salah satu faktor yang akan diteliti dalam
sebagainya. Tunjungsari (2011) menyatakan
kaitannya dengan kepuasan kerja adalah
bahwa kepuasan kerja sangatlah penting
work life balance (keseimbangan kehidupan
sebab karyawan dalam sebuah organisasi
kerja).
merupakan faktor yang paling dominan
Keseimbangan kehidupan-kerja
dalam menentukan berhasil atau tidaknya
adalah sejauh mana karyawan secara
kegiatan organisasi. Kepuasan kerja
seimbang terlibat dan puas dalam perannya
karyawan harus diciptakan sebaik-baiknya
di kehidupan pekerjaan dan kehidupan non-
agar tercipta moral kerja, dedikasi, kecintaan
kerjanya (Greenhaus, Collins & Shaw 2003).
dan kedisiplinan kerja tinggi. Kepuasan
Menurut Nafiudin (2015), ketika seseorang
yang tinggi akan menciptakan suasana kerja
tidak dapat menyeimbangkan antara masalah
yang menyenangkan dan akan mendorong
pekerjaan dan masalah kehidupan di luar
karyawan untuk berprestasi. Penelitian yang
kantor maka diidentifikasi ia akan memilih
dilakukan oleh Yadav dan Dabhade (2014)
pekerjaan lain yang dapat menyeimbangkan
membuktikan bahwa kepuasan kerja dapat
antara kedua hal tersebut atau bahkan ia lebih
memunculkan ide-ide yang inovatif pada
memilih untuk berhenti bekerja. Rendahnya
karyawan. Karyawan dapat menjadi lebih
tingkat keseimbangan kehidupan kerja dan
setia dengan organisasi. Karyawan juga akan
keluarga atau keseimbangan kehidupan-
lebih puas apabila mereka mendapatkan
kerja tersebut juga dapat menimbulkan stres
apa yang mereka harapkan dengan kondisi
pada karyawan.
keseimbangan kehidupan kerja yang efisien
Stres kerja merupakan fenomena
sehingga dapat bekerja secara efektif dan
yang dihadapi oleh setiap karyawan
efisien.
ketika bekerja dan diatasi secara berbeda
Kepuasan kerja dapat dipengaruhi
menggunakan cara mereka sendiri. Pada
oleh beberapa faktor. Menurut As’ad (dalam
dasarnya hal tersebut terjadi karena adanya
Purwanto, 2015) kepuasan kerja seseorang
ketidaksesuaian antara kemampuan individu
dapat dipengaruhi oleh banyak faktor,
dengan tuntutan dari organisasi (Pediwal,
beberapa diantaranya adalah faktor psikologi
dalam Naqvi dkk, 2013). Stres kerja adalah
yang mencakup minat, sikap, keterampilan
situasi emosi yang tidak menyenangkan
dan ketentraman dalam bekerja yang
yang dialami individu ketika persyaratan
dirasakan karyawan, kemudian faktor sosial
dari sebuah pekerjaan tidak seimbang
86

dengan kemampuannya untuk mengatasi pada akademisi institusi pendidikan tinggi


situasi tersebut. Rollinson (dalam Coetzee di Malaysia. Hasil penelitian menunjukkan
dan Velliers, 2010) mendefinisikan stres di hubungan yang positif dan signifikan antara
tempat kerja sebagai kondisi yang timbul keseimbangan kehidupan-kerja dan kepuasan
dari interaksi antara orang-orang dengan kerja, namun, keseimbangan kehidupan-
pekerjaan mereka, yang mana ditandai kerja memiliki hubungan yang negatif dan
dengan adanya perubahan pada orang signifikan dengan keinginan untuk cuti dari
yang memaksakan diri mereka untuk organisasi. Shujat, Cheema dan Bhutto (2011)
menyimpang dari fungsi normal mereka. meneliti tentang keseimbangan kehidupan-
Stressor di tempat kerja merupakan kondisi kerja dan kepuasan kerja karyawan pada
yang memiliki potensi untuk menghasilkan 273 karyawan sektor perbankan privat di
pengalaman seseorang sebagai situasi yang Karachi. Hasil penelitiannya menunjukkan
penuh tekanan. Tingkat dari pengalaman bahwa keseimbangan kehidupan-kerja
stres dan cara bagaimana seseorang bereaksi memiliki pengaruh positif namun sangat
terhadap stres itu sendiri dapat dipengaruhi kecil terhadap kepuasan kerja.
oleh beberapa faktor seperti karakteristik Afrizal, Musadieq dan Ruhana (2014)
individu, gaya hidup, dukungan sosial, meneliti tentang pengaruh konflik kerja
penilaian terhadap sumber stres, peristiwa dan stres kerja secara simultan dan parsial
dalam hidupnya, demografi sosial dan terhadap kepuasan kerja. Hasil penelitiannya
variabel lain dari perkerjaan. menunjukkan bahwa ada pengaruh negatif
Menurut Swift (dalam Atheya & yang signifikan antara konflik kerja terhadap
Arora, 2014) keseimbangan kehidupan- kepuasan kerja dan stres kerja terhadap
kerja merupakan suatu masalah yang penting kepuasan kerja. Penelitian yang dilakukan
untuk diperhatikan bagi seluruh karyawan oleh Mansoor, Fida, Nasir, dan Ahmad
dan organisasi, karena menghadapi dua (2011) juga menunjukkan bahwa terdapat
atau lebih tuntutan yang bersaing untuk hubungan negatif antara stres kerja dan
dipenuhi sangatlah melelahkan, selain dapat kepuasan kerja.Penelitian lainnya yang
menimbulkan stres, keadaan tersebut juga mendukung hasil kedua penelitian tersebut
dapat membuat produktivitas karyawan adalah penelitian Anitawidanti (2010) yang
menurun. Ross dan Vasantha (dalam Atheya menunjukkan bahwa terdapat hubungan
& Arora, 2014) menambahkan bahwa antara stres kerja yang diukur melalui
keseimbangan kehidupan-kerja dan stres variabel peran individu dalam organisasi,
kerja berjalan beriringan. Bagian penting tuntutan tugas, hubungan dalam organisasi,
dalam hal ini adalah bagaimana karyawan dan faktor luar organisasi dengan kepuasan
menyeimbangkan hidup mereka dan kerja antara karyawan pria dan wanita.
bagaimana efektivitas kebijakan dan praktek Penelitian yang dilakukan Khan, Aqeel
di tempat mereka bekerja untuk mendukung dan Riaz (2014) juga menunjukkan bahwa
karyawan mencapai tujuan ini. stres kerja memiliki hubungan negatif yang
Hasil penelitian sebelumnya mengenai signifikan terhadap prestasi kerja, kepuasan
keterkaitan antara stres kerja, keseimbangan kerja, dan kepuasan hidup individu.
kehidupan kerja, dan kepuasan kerja Penelitian yang dilakukan oleh Razak,
menunjukkan hasil yang beragam. Noor Yusof, Azidin, Latif, dan Ismail (2014)
(2011) meneliti tentang keseimbangan tentang stres kerja terhadap keseimbangan
kehidupan-kerja dan keinginan untuk cuti kehidupan-kerja pada 80 karyawan di
Model Peranan Work Life Balance, Stres Kerja dan Kepuasan Kerja Pada Karyawan 87

Malaysia, membuktikan bahwa stres kerja digunakan disusun berdasarkan aspek-aspek


memiliki hubungan positif yang signifikan yang dikemukakan oleh Beehr dan Newman
terhadap keseimbangan kehidupan-kerja, (Luthans, 2011) yaitu, aspek fisik (Physical),
selain itu konflik peran juga memilki aspek psikologis (Psychological), dan aspek
hubungan positif yang signifikan terhadap perilaku (Behavioral). Skala kepuasan kerja
keseimbangan kehidupan-kerja. terdiri atas 12 aitem favourable dan 12 aitem
Berdasarkan latar belakang, unfavorable. Data dianalisis menggunakan
identifikasi masalah dan sejumlah penelitian analisis jalur menggunakan Sobel test
yang telah dijelaskan di atas menunjukkan melalui SPSS macro for Simple Mediation
bahwa ada hubungan antara keseimbangan dari Preacher dan Hayes (2004).
kehidupan kerja, stres kerja dan kepuasan
kerja. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk Hasil dan Pembahasan
menguji model peranan keseimbangan
kehidupan-kerja, stres kerja dan kepuasan Responden dalam penelitian ini
kerja pada karyawan. berjumlah sebanyak 119 karyawan yang
bekerja di beberapa hotel. Gambaran umum
dan karakteristik responden penelitian
Metode Penelitian
dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel
Desain penelitian yang digunakan 1 berikut.
dalam penelitian ini adalah desain penelitian
kuantitatif dengan metode survey. Responden Tabel 1 Deskripsi Variabel Demografik
yang digunakan dalam penelitian ini adalah Responden Penelitian
karyawan yang sudah menikah, berjenis No. Variabel Frekuensi Persentase
kelamin laki-laki dan perempuan, dengan 1. Usia 20 – 25 tahun 29 24,4 %
rentang usia 20-45 tahun. Data dikumpulkan 26 – 30 tahun 46 38,6%
dengan menggunalan tiga skala, yaitu 31 – 40 tahun 30 25,2%
skala kepuasan kerja, skala keseimbangan >40 tahun 14 11,8%
kehidupan-kerja dan skala stres kerja. 2. Jenis Laki-laki 47 39,5 %
Kelamin Perempuan 72 60,5 %
Skala kepuasan kerja yang digunakan
3. Masa < 1 tahun 18 15,1 %
disusun berdasarkan aspek-aspek yang Kerja 1-2 tahun 58 48,7 %
dikemukakan oleh Luthans (2011) yaitu 2 – 3 tahun 17 14,3 %
pekerjaan itu sendiri, pemberian gaji dan >3 tahun 26 21,9 %
upah, kepenyeliaan (supervisi), rekan kerja, JUMLAH 119 100%
dan promosi pekerjaan. Skala kepuasan
kerja terdiri atas 20 aitem favourable dan Berdasarkan deskripsi responden
20 aitem unfavorable. Skala work life penelitian pada tabel 4.4 di atas, maka
balance yang digunakan peneliti disusun dapat diketahui bahwa karyawan yang
berdasarkan aspek-aspek keseimbangan mengisi kuisioner dalam penelitian ini
kehidupan-kerja menurut Greenhaus, sebagian besar berusia kurang dari 40
Collins & Shaw (2003) yaitu, keseimbangan tahun, dengan komposisi 24,4% berusia
waktu, keseimbangan akan keterlibatan 20-25 tahun, 38,6% berusia 26-30 tahun
diri, dan keseimbangan kepuasan yang dan 25,2% berusia31-40 tahun. Mayoritas
terdiri atas 10 aitem favorable dan 20 responden berjenis kelamin perempuan
aitem unfavorable. Skala stress kerja yang dengan persentase sebesar 60,5%. Selain
88

itu, dapat diketahui bahwa sebagian besar prosedur untuk menguji efek variabel
karyawan yang yang menjadi responden mediator pada hubungan antara variabel
penelitian ini sebagian besar memiliki bebas dan tergantung, dalam uji Sobel,
masa kerja selama 1-2 tahun dengan jumlah selain keempat tahapan tersebut juga
48,7%. dilakukan uji efek tidak langsung (indirect
Hasil perhitungan data penelitian effect) untuk melihat efek mediasi dari
yang diperoleh dari alat ukur yang berupa variabel M atau peranan dari X ke Y melalui
skala, diperoleh fungsi-fungsi statistik dasar M. Dikatakan terdapat efek mediasi apabila
yang berupa data penelitian mengenai skor nilai z efek tidak langsung adalah signifikan.
hipotetik dan skor empirik yang meliputi Berikut adalah hasil uji hipotesis dengan
skor maksimal, rerata dan standar deviasi menggunakan uji Sobel sebagaimana
pada masing-masing skala. Deskripsi data dijelaskan di atas:
penelitian dapat dilihat pada tabel 2 berikut
ini. Tabel 3 Hasil Uji Direct dan Total Effect
Variabel Koefisien (R) Sig.

Tabel 2. Deskripsi Data Penelitian WLB*Kepuasan Kerja


WLB*Stres Kerja
0,7855
-0,5094
0,000
0,000
Variabel Hipotetik Empirik Stres Kerja*Kepuasan Kerja -0,7887 0,000
Min Max Mean SD Min Max Mean SD WLB*Stres Kerja* Kepuasan Kerja 0,3838 0,0087
Kepuasan 26 104 65 13 47 100 76,8 8,6
kerja
Work Life 22 88 55 11 46 85 66 5,6
Hasil analisis dengan menggunakan
Stres Kerja 19 76 47,5 9,5 22 54 38,5 4,6 uji Sobel, menunjukkan bahwa Work life
balance mampu menjadi prediktor bagi
Tahap selanjutnya yang dilakukan kepuasan kerja (p<0,01). Korelasi antara
peneliti setelah melakukan uji normalitas work life balance dengan kepuasan kerja
dan uji linieritas adalah melakukan uji bersifat positif dengan R= 0,7855. Hal ini
hipotesis. Uji hipotesis dalam penelitian ini berarti semakin tinggi work life balance,
dilakukan dengan menggunakan Sobel test semakin tinggi kepuasan kerja, sebaliknya
melalui SPSS macro for Simple Mediation semakin rendah work life balance, semakin
dari Preacher dan Hayes (2004). Simple rendah kepuasan kerja. Dengan demikian
mediation adalah desain analisis mediasi hipotesis 1 terbukti. Hasil analisis juga
yang melibatkan hanya satu variabel menujukkan bahwa Work life balance
mediator. Menurut Preacher & Lenonardeli mampu menjadi prediktor bagi variabel stres
(2010), mediasi dikatakan dapat terjadi kerja (p<0,01). Korelasi work life balance
bila : 1) variabel bebas berkorelasi secara dengan stres kerja bersifat negatif dengan
signifikan dengan variabel mediator, 2) R= -0,5094. Hal ini berarti semakin tinggi
variabel bebas berkorelasi secara signifikan work life balance, semakin rendah stres
dengan variabel tergantung meskipun kerja. Sebaliknya semakin rendah work life
variabel mediator tidak ada, 3) variabel balance semakin tinggi stres kerja. Dengan
mediator memiliki korelasi signifikan demikian, hipotesis 2 terbukti. Hasil analisis
dengan variabel tergantung, 4) korelasi pata pada table 3 juga menjukkan bahwa
variabel bebas dengan variabel tergantung Stres kerja mampu menjadi prediktor bagi
akan mengecil apabila korelasi variabel variabel kepuasan kerja (p<001). Korelasi
mediator ditambahkan pada model. stres kerja dengan kepuasan kerja bersifat
Uji sobel (Sobel test) adalah suatu negatif dengan R= -0,7887. Hal ini berarti
Model Peranan Work Life Balance, Stres Kerja dan Kepuasan Kerja Pada Karyawan 89

semakin tinggi stress kerja maka kepuasan Dengan demikian 4 hipotesis yang diajukan
kerja akan semakin rendah. Sebaliknya, oleh peneliti didukung oleh hasil analisis
semakin rendah stres kerja maka kepuasan data dalam penelitian ini.
kerja akan semakin tinggi. Dengan demikian Berdasarkan hasil tersebut, work
hipotesis 3 terbukti. life balance nampak dapat mempengaruhi
kepuasan kerja pada karyawan karena
Tabel 4. Hasil Uji Indirect Effect karyawan yang sudah menikah membutuhkan
Variabel Z Sig. keseimbangan baik pada kehidupan
WLB*Stres Kerja* 3,9670 0,0001 kerjanya maupun kehidupan non-kerjanya.
Kepuasan Kerja Work life balance pada karyawan dapat
membantu karyawan untuk menghadapi
Hasil uji indirect effect sebagaimana dua atau lebih tuntutan yang harus dipenuhi
terlihat pada table 4, menujukkan bahwa karyawan serta mampu membantu karyawan
peranan work life balance terhadap kepuasan mempertahankan perasaan menyenangkan
kerja dapat melalui stres kerja (z= 3,9670, dan positif yang dimiliki karyawan
p<0,01). Hal ini berarti work life balance terhadap pekerjaannya yang kemudian akan
dapat meningkatkan kepuasan kerja dengan berpengaruh positif pula terhadap kepuasan
cara menurunkan stres kerja terlebih dahulu, kerja karyawan. Hasil penelitian ini sesuai
atau sebaliknya, work life balance yang dengan hasil penelitian Saif, Malik, dan
rendah dapat menurunkan kepuasan kerja Awan (2011) tentang kepuasan kerja dan
karena dapat meningkatlan stres kerja. work life balance yang menunjukkan
Dengan demikian hipotesis 4 juga terbukti bahwa ada hubungan yang positif namun
dalam penelitian ini. tidak signifikan antara kepuasan kerja dan
Penelitian ini bertujuan untuk work life balance. Penelitian lain yang
mengetahui bagaimana model peranan mendukung hasil penelitian tersebut adalah
keseimbangan kehidupan-kerja dan stres penelitian Arif dan Farooqi (2014) tentang
kerja yang terhadap kepuasan kerja. work life balance, kepuasan kerja dan
Berdasarkan hasil analisis simple mediation komitmen organisasi yang membuktikan
dengan menggunakan uji Sobel, diketahui bahwa terdapat hubungan yang positif
bahwa Work life balance mampu menjadi dan signifikan antara work life balance
prediktor bagi kepuasan kerja (p<0,01). dan kepuasan kerja. Azeem dan Akhtar
Selain itu, work life balance mampu menjadi (2014) melakukan penelitian yang sama
prediktor bagi variabel stres kerja (p<0,01). tentang work life balance, kepuasan kerja
Stres kerja mampu menjadi prediktor bagi dan komitmen organisasi pada karyawan
variabel kepuasan kerja (p<001). Dengan layanan kesehatan. Hasil penelitiannya
menggunakan uji sobel, diketahui peranan menunjukkan bahwa terdapat hubungan
work life balance terhadap kepuasan kerja yang positif dan signifikan antara work life
dapat melalui stres kerja (z= 3,9670, balance, kepuasan kerja dan komitmen
p<0,01). Hal ini berarti work life balance organisasi.
dapat meningkatkan kepuasan kerja dengan Menurut Williams (2007) kepuasan
cara menurunkan stres kerja terlebih dahulu, kerja sangat penting untuk mengkaji work
dan sebaliknya work life balance yang life balance, karena peran seorang karyawan
rendah dapat menurunkan kepuasan kerja di pekerjaannya merupakan aspek yang
karena dapat meningkatkan stres kerja. sangat penting bagi kehidupan pribadi
90

karyawan. Brough, Driscoll dan Kalliath pengaruh signifikan negatif terhadap


(dalam Williams, 2007) menyatakan kepuasan kerja, iklim organisasi mempunyai
bahwa work life balance dapat dikatakan pengaruh positif dan signifikan terhadap
berkorelasi dengan kepuasan kerja karena kepuasan kerja, dan kepuasan kerja mampu
kemampuan untuk mencapai keseimbangan menurunkan niat untuk berpindah. Haryanto
kehidupan-kerja tersebut dihubungkan (2014) meneliti tentang stres kerja, motivasi
dengan beberapa faktor, seperti: intervensi dan kepuasan kerja, menemukan bahwa
organisasi, adanya kebijakan yang stres kerja memiliki pengaruh negatif
mempertimbangkan kehidupan kerja dan yang signifikan terhadap kepuasan kerja,
kehidupan pribadi karyawan di perusahaan, sedangkan motivasi berpengaruh positif
sumber perusahaan, tingkat kepuasan hidup terhadap kepuasan kerja. Tukimin (2014)
dan yang terakhir kepuasan kerja karyawan meneliti tentang stres kerja dan kepuasan
itu sendiri. kerja pada dinas pertanian di Sumatera
Hasil analisis korelasi menunjukkan Utara. Penelitian tersebut juga menunjukkan
bahwa antara stres kerja dan kepuasan kerja bahwa, stres kerja memiliki pengaruh
memiliki korelasi negatif yang signifikan. negatif yang signifikan terhadap kepuasan
Artinya, semakin tinggi tingkat stres kerja kerja. Wibowo (dalam Dewi, Bagia &
yang dirasakan oleh karyawan, maka Susila, 2014) mengungkapkan bahwa ada
semakin rendah pula kepuasan kerjanya. hubungan negatif yang kuat antara perasaan
Begitupun sebaliknya, semakin rendah stres dengan kepuasan kerja karyawan
tingkat stres kerja yang dirasakan oleh dalam pencapaian kinerja pada karyawan.
karyawan, maka semakin tinggi pula Menurut Handoko (Tangklisan, 2007)
kepuasan kerjanya. Berdasarkan hasil karyawan yang memiliki kepuasan kerja
tersebut, stres kerja dapat mempengaruhi memandang pekerjaannya sebagai sesuatu
kepuasan kerja pada karyawan karena ketika yang menyenangkan dan memberikan sikap
karyawan dihadapkan dengan tekanan- positif terhadap pekerjaannya tersebut,
tekanan, tuntutan-tuntutan dan harapan yang sedangkan karyawan yang memandang
tidak mampu dipenuhinya, maka karyawan pekerjaannya sebagai sesuatu yang tidak
tersebut akan mengalami stres. Karyawan menyenangkan akan cenderung tidak puas
yang mengalami stres akan merasakan dengan pekerjaannya. Karyawan yang
ketidaknyamanan, memiliki perasaan- memandang pekerjaannya sebagai sesuatu
perasaan dan persepsi yang negatif dan yang menyenangkan dan memiliki sikap
tidak menyenangkan terhadap pekerjaannya yang positif terhadap pekerjaannya sudah
yang kemudian dapat mengurangi kepuasan bisa dipastikan bahwa karyawan tersebut
kerja pada karyawan. Begitupun sebaliknya, juga memiliki kepuasan kerja yang baik
apabila karyawan tidak mengalami stres, pula.
karyawan akan memiliki perasaan-perasaan Menurut Delecta (2011) seseorang
yang menyenangkan dan pandangan dikatakan memiliki work life balance
yang positif terhadap pekerjaannya yang yang baik apabila seseorang mampu
kemudian akan meningkatkan kepuasan untuk memenuhi komitmen pekerjaan dan
kerjanya. keluarga, serta memenuhi tanggung jawab
Hasil penelitian ini sesuai dengan non-kerja dan kegiatan lainnya. Karyawan
hasil penelitian Suhanto (2009) yang yang mampu memenuhi tanggung jawab di
menunjukkan bahwa, stres kerja memiliki pekerjaan, keluarga, serta mampu memenuhi
Model Peranan Work Life Balance, Stres Kerja dan Kepuasan Kerja Pada Karyawan 91

tanggung jawab di kegiatan lainnya dengan Simpulan


seimbang sudah bisa dipastikan bahwa
Dari analisis yang telah dilakukan,
karyawan tersebut memiliki tingkat
tampak bahwa peranan work life balance
keseimbangan kehidupan-kerja yang baik
terhadap kepuasan kerja dapat melalui stres
pula. Menurut French, Rogers dan Cobb
kerja. Hal ini berarti work life balance dapat
( dalam Wijono, 2010) apabila karyawan
meningkatkan kepuasan kerja dengan cara
merasa keahlian dan kemampuan yang
menurunkan stres kerja terlebih dahulu work
dimilikinya tidak sesuai dengan tuntutan
life balance yang rendah dapat menurunkan
yang diberikan oleh perusahaan. Hal tersebut
kepuasan kerja karena dapat meningkatlan
dapat membuat karyawan merasa tidak
stres kerja, oleh karena itu untuk
berdaya dan memicu stres. Karyawan yang
meningkatkan kepuasan kerja karyawan,
menemukan kecocokan antara keahlian
organisasi dapat melakukan strategi atau
dan kemampuan yang dimilikinya dengan
kebijakan SDM yang bertujuan untuk
tuntutan yang diberikan oleh perusahaan
mengurangi stres kerja pegawai misalnya
maka bisa dipastikan bahwa karyawan
dengan meningkatkan iklim suportif di
tersebut memiliki tingkat stres kerja yang
organisasi, mengurangi beban atau tuntutan
rendah.
pekerjaan apabila memungkinkan, maupun
Penelitian ini bertujuan untuk
memberikan pengembangan diri agar
mengetahui model hubungan antara work
karyawan memiliki manajemen stres yang
life balance, stress kerja dan kepuasan kerja.
lebih baik. Organisasi juga dapat membantu
Stress kerja dihipotesiskan menjadi variabel
karyawan agar memiliki work life balance
mediator atau dengan kata lain memiliki
yang lebih baik dengan cara memberlakukan
efek mediasi pada hubungan antara work life
kebijakan organisasi yang bersifat ramah
balance dan kepuasan kerja. Untuk menguji
keluarga (family friendly) seperti jam
hal tersebut peneliti menggunakan Uji
kerja fleksibel dan sebagainya. Penelitian
Sobel. Uji Sobel dapat dioperasikan untuk
selanjutnya dengan melibatkan variabel
mengetahui peranan langsung maupun tidak
lain dapat meneliti tentang efektivitas
langsung dari variabel yang dihipotesiskan
manajemen stres untuk menurunkan stres
menjadi variabel mediator. Meski demikian
kerja dan meningkatkan kepuasan kerja
sebenarnya Uji Sobel mensyaratkan
pada karyawan. Manajemen stres disini
data yang digunakan memenuhi kriteria
yang dimaksud yaitu yang berkaitan dengan
normalitas, atau data terdistribusi normal.
stress akibat work family interface yang
Hal tersebut tidak dipenuhi dalam data
mengakibatkan terganggunya work life
di penelitian ini. Meskipun data yang
balance.
digunakan dalam data ini banyak (di atas
100), menurut Preacher dan Leonardelli
(2010) sesungguhnya kriteria “banyak” Daftar Pustaka
adalah relatif. Oleh karena itu, hasil yang Afrizal, P. R., Musadieq, M. A., & Ruhana,
diperoleh melalui penelitian ini bersifat I. (2014). Pengaruh konflik kerja dan
indikatif dan tidak boleh digeneralisasikan stres kerja terhadap kepuasan kerja

pada kelompok populasi yang lain. (studi pada karyawan PT. TASPEN
(PERSERO) cabang Malang). Jurnal
Administrasi Bisnis, 8(01), 1-10
92

Amiruzaman, M, I. (2015). Hubungan stres Dhania, D. R. (2010). Pengaruh stres kerja,


kerja dengan etos kerja islam pada beban kerja terhadap kepuasan kerja
karyawan. Skripsi (tidak diterbitkan). studi pada medical representatif
Yogyakarta: Fakultas Psikologi dan di kota kudus). Jurnal Psikologi
Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Universitas Muria Kudus, 1(01),
Indonesia 15-23
Anitawidanti, H. (2010). Analisis hubungan Greenhaus, J. H., Collins, K. M., & Shaw,
antara stres kerja dengan kepuasan J. D. (2003). The relation between
kerja karyawan berdasarkan gender work–family balance and quality of
(studi pada PT Transindo Surya life. Journal of Vocational Behavior,
Sarana Semarang). Skripsi (tidak 63, 510-531
diterbitkan). Semarang: Universitas
Haryanto, W. D. (2014). Pengaruh stres
Diponegoro
kerja dan motivasi terhadap kepuasan
Arif, B., & Farooqi, Y. A. (2014). Impact of kerja (studi pada perawat RSUD kota
work life balance on job satisfaction Semarang). Skripsi (tidak diterbitkan).
and organizational commitment Semarang: Universitas Diponegoro
among university teachers: A case
Khan, E. A., Aqeel, M., & Riaz, M. A.
study of University of Gujrat,
(2014). Impact of job stress on
Pakistan. International Journal
job attitudes and life satisfaction
of Multidisciplinary Sciences and
in college lecturers. International
Engineering, 5(09), 24-29
Journal of Information and Education
Atheya, R., & Arora, R. (2014). Stress and Technology, 4(03), 270-273
its brunt on employee’s work-life
Kiruthiga.,V., & Magesh, R. (2015). Gears
balance (wlb): A conceptual study.
of job satisfaction among star hotel
IOSR Journal Of Humanities And
employees. International Journal
Social Science (IOSR-JHSS). 19(03),
of Innovative Research in Science,
57-62
Engineering and Technology, 4(01),
Azeem, S. M., & Akhtar, N. (2014). The 18563-18567
influence of work life balance and
Luthans, F. (2011). Organizational Behavior.
job satisfaction on organizational
New York: McGraw Hill
commitment of healthcare employees.
International Journal of Human Mansoor, M., Fida, S., Nasir, S., & Ahmad,
Resource Studies. 4(02), 18-24 Z. (2011). The impact of job stres on
employee job satisfaction a study on
Dewi, C. N. C., Bagia, W. I., & Susila,
telecommunication sector of Pakistan.
G. P. A. J. (2014). Pengaruh stres
Journal of Business Studies Quarterly,
kerja dan kepuasan kerja terhadap
2(03), 50-56
kinerja karyawan pada bagian
tenaga penjualan UD Surya Raditya Moeljono, D. (2003). Budaya korporat dan
Negara. E-Journal Bisma Universitas keunggulan organisasi. Jakarta: PT
Pendidikan Ganesha Jurusan Elex Media Komputindo
Manajemen. 2, 1-9
Mukhtar, F. (2012). Work life balance and
Model Peranan Work Life Balance, Stres Kerja dan Kepuasan Kerja Pada Karyawan 93

Job Satisfaction among Faculty at 54-64


Iowa State University. Disertasi:
Ramadhani, P. (2013). Hubungan antara
(tidak diterbitkan). Ames: Iowa State
persepsi terhadap pengembangan
University
karir dengan kepuasan kerja karyawan
Mukururi, J. N., & Ngari, J. N. (2014). kontrak PT. Pos Indonesia Yogyakarta.
Influence of work life balance policies Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta:
on employee job satisfaction in Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial
Kenya’s banking sector: A case of Budaya Universitas Islam Indonesia
commercial banks in Nairobi Central
Razak, M. I., Yusof, N. M., Azidin, R. A.,
Business District. IOSR Journal
Latif, M. M. R. H. A. & Ismail, I.
Of Humanities And Social Science
(2014). The impact of work stress
(IOSR-JHSS). 19 (03), 102-112
towards work life balance in Malaysia.
Munandar, A. M. (2012). Psikologi industri International Journal of Economics,
dan organisasi. Jakarta: Penerbit Commerce and Management, 2 (11),
Universitas Indonesia (UI-Press) 1-16
National Institute for Occupational Safety Saeed, K. & Farooqi, Y. A. (2014). Examining
and Health. (n.d.) Stress at work. the relationship between work life
Columbia Parkway: DHHS (NIOSH) balance, job stress and job satisfaction
Publication among university teachers (A case of
university of Gujrat). International
Nafiudin. (2015). Pengaruh work life
Journal Of Multidisciplinary Sciences
balance dan kepuasan kerja terhadap
And Engineering, 5(06), 9-15
turnover intention karyawan pada
PT Bank Agroniaga Tbk Cabang Saif, M. I., Malik, M. I. & Awan, M. Z.
Bandung. Jurnal Sains Manajemen. (2011). Employee work satisfaction
1(01), 23-37 and work - life balance: a Pakistani
pe r spe c tive . I nte rdisc iplinary
Noor, K. M. (2011). Work-life balance and
Journal of Contemporary Research
intention to leave among academics
In Business, 3 (05), 606-617
in Malaysian public higher education
institutions. International Journal of Sheraz, A., Wajid, M., Sajid, M., Qureshi,
Business and Social Science, 2(11), W. H., & Rizwan, M. (2014).
240-248 Antecedents of job stress and its
impact on employee’s job satisfaction
Preacher, K.J., & Leonardelli, G.J. (2010).
and turnover intentions. International
Calculation for the Sobel test: An
Journal of Learning & Development.
interactive calculation tool for
4(02), 2014-226
mediation test. Diunduh dari : http://
quantpsy.org/sobel/sobel.htm Shofa, N. (2014). Hubungan antara work-
life balance dengan kebahagiaan
Purwanto, H. (2015). Faktor-faktor
pada wanita karier. Skripsi (tidak
kepuasan kerja terhadap kinerja
diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas
pegawai di lingkungan SMP Negeri 1
Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya
kota Madiun. Jurnal JIBEKA, 9(01),
Universitas Islam Indonesia
94

Shujat, S., Cheema, F. E. & Bhutto, F. Wijono, S. (2010). Psikologi industri dan
(2011). Impact of work life balance organisasi: Dalam suatu bidang gerak
on employee job satisfaction in private psikologi sumber daya manusia.
banking sector of Karachi. Journal of Jakarta: Kencana
Management and Social Sciences, 7
Williams, T. S. (2007). Stratified roles: The
(02), 8-15
implications of work-life balance on
Suhanto, E. (2009). Pengaruh stres kerja male executives. Disertasi Doktor
dan iklim organisasi terhadap turnover Filsafat Psikologi: (tidak diterbitkan).
intention dengan kepuasan kerja
 Minnesota: Walden University
sebagai variabel intervening
 (studi
Yadav, R. K. & Dabhade, N. (2014). Work
di Bank Internasional Indonesia).
life balance and job satisfaction
Tesis (tidak diterbitkan). Semarang:
among the working women of banking
Universitas Diponegoro
and education sector – A comparative
Tangkilisan, H. N. S. (2007). Manajemen study. International Letters of Social
Publik. Jakarta: PT Grasindo and Humanistic Sciences. 21, 181-201
Tukimin. (2014). Pengaruh stres kerja Yadav, R. K. & Yadav, S. S. (2014). Impact
terhadap kepuasan kerja pada dinas of work life balance and stress
pertanian Sumatera Utara. Kultura. management on job satisfaction
15(01), 4189-4197 among the working women in public
sector banks. International Letters of
Tunjungsari, P. (2011). Pengaruh stres
Social and Humanistic Sciences,
kerja terhadap kepuasan kerja
26, 63­70.
karyawan
pada Kantor Pusat PT. Pos
Indonesia (Persero) Bandung. Jurnal
Universitas Komputer Indonesia,
1(01), 1-14

Anda mungkin juga menyukai