Anda di halaman 1dari 12

PEKOBIS Jurnal Pendidikan, Ekonomi dan Bisnis Vol. 4 No.

2 Tahun 2019
P- ISSN: 2503 - 5142
E- ISSN: 2686 - 3235

ANALISIS PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN TRANSAKSIONAL


TERHADAP KEPUASAN GURU

FIKA RAHMANITA1), PUTUT SAID PERMANA2)

1,2
Dosen Pendidikan Ekonomi, Universitas Pamulang

dosen01930@gmail.com1, dosen01843@gmail.com2

ABSTRAK

Kepuasan kerja adalah kondisi yang muncul akibat pekerjaan. Kepuasan


kerja dapat berwujud kondisi yang positif maupun negative. Kondisi positif yang
diakibatkan oleh pekerjaan dapat meningkatkan motivasi kerja karyawan dan
menurunkan tingkat absensi karyawan. Tingkat resiko turn over dan
ketidakdiskiplinan karyawan meningkat apabila kepuasan kerja yang ditimbulkan
negative. Penelitian dilakukan untuk melihat dampak yang ditimbulkan pada
kepuasan kerja karyawan oleh kepemimpinan transaksional. Metode survey
dengan pendekatan kuantitatif digunakan. Guru di Tangerang Selatan digunakan
sebagai sampel menggunakan analisis data SmartPLS. Kepemimpinan
transaksional terbukti berpengaruh positif pada kepuasan kerja guru.

Kata Kunci: kepuasan kerja, kepemimpinan transaksional.

PENDAHULUAN Disiplin tinggi akan dimiliki


Kepuasan kerja adalah oleh karyawan yang memiliki
kondisi emosional yang positif kepuasan kerja positif. Absen akan
maupun negative dari perspektif menjadi tidak ada, tidak terlibat
karyawan pada pekerjaan yang dalam serikat pekerja, bahkan hasil
menjadi tanggungjawabnya kerja yang didapatkan lebih baik
(Handoko, 2002). Produktivitas, dibanding sebaliknya.
motivasi, dan loyalitas karyawan Judge (1993) menganggap
dapat meningkat apabila kepuasan bahwa kepuasan kerja, memiliki
kerja positif, serta tingkat absensi kedekatan dengan tingkat absensi,
dan retensi karyawan dapat ditekan. pemogokan kerja, dan turnover.
Karyawan yang memiliki Herzberg (dalam Wexley dan
produktivitas yang baik akan tetap Julk, 1988) berpendapat bahwa
bertahan di organisasi. pekerjaan yang sedang dilakukan,
interaksi dalam kehidupan social di

29
PEKOBIS Jurnal Pendidikan, Ekonomi dan Bisnis Vol. 4 No. 2 Tahun 2019
P- ISSN: 2503 - 5142
E- ISSN: 2686 - 3235

tempat kerja, pendapatan dan tingkat Terkadang perusahaan


sejahtera, promosi dan hubungan berfikir bahwa kinerja karyawan
dengan atasan. Burn (Pawar, et.al: hanya bergantung pada kemampuan
1997) praktik gaya transaksional dan keahliannya seseorang, namun
memenuhi kebutuhan fisiologis dan pada kenyataannya apa yang
rasa aman pada taraf kebutuhan yang karyawan dapatkan dari perusahaan
lebih rendah. Penelitian ini, akan juga berdampak pada hasil kerja
menganalisis bagaimana kondisi mereka. Kepuasan kasat mata,
kepuasan kerja guru dan gaya namun terlihat dari nilai dari hasil
kepemimpinan transaksional pada pekerjaan. Karyawan akan merasa
organisasi sekolah. nyaman terhadap pekerjaannya jika
mendapat kepuasan kerja yang
METODE PENELITIAN positif. Seseorang akan dapat
Kerja menurut Osborn (1985) menikmati pekerjaan, dan bahkan
merupakan kegiatan yang lebih mencintai pekerjaannya sendiri
menghasilkan nilai bagi oranglain. apabila tujuannya karyawan
Seseorang yang bekerja untuk terpenuhi. Semakin banyak
perusahaan, maka pekerjaan yang tercapainya aspek-aspek tujuan
dilakukan berpengaruh bagi seorang individu akan semakin
produktivitas perusahaan. Perhatian membuat karyawan merasa nyaman
organisasi terhadap kepuasan kerja dengan kondisi yang ada.
karyawan adalah suatu hal yang Beberapa ahli menjelaskan
lazimnya dilakukan karena apabila pengertian kepuasan kerja, yaitu:
karyawan merasakan kepuasan pada a. Luthans (2006): emosi yang
pekerjaannya biasanya cenderung ditimbulkan seseorang dari
lebih disiplin dibanding dengan pekerjaan yang dilakukannya,
karyawan yang memiliki kepuasan baik berwujud positif maupun
kurang, dan biasanya tidak terlibat negatif.
dengan serikat kerja, dan memiliki b. Robbins (2008): sikap yang
hasil kerja yang berprestasi dilakukan seseorang terhadap
dibanding dengan tidak adanya pekerjaannya.
kepuasan. Namun, karyawan akan c. Kreitner (2005): tanggapan
melakukan tindakan berupa emosi seseorang terhadap
ketidakdisiplinan, turn over yang pekerjaan.
tinggi, pengunduran diri lebih awal, d. Davis (1996): sepaket respon
dan karyawan tidak turut bergabung seseorang terhadap
dengan serikat kerja apabila pekerjaannya, baik bersifat
harapannya terhadap pekerjaan tidak positif maupun negaratif.
didapatkan. e. Handoko (2002): kondisi emosi
seseorang terhadap pekerjaan.

30
PEKOBIS Jurnal Pendidikan, Ekonomi dan Bisnis Vol. 4 No. 2 Tahun 2019
P- ISSN: 2503 - 5142
E- ISSN: 2686 - 3235

Kepuasan adalah respon kebutuhan karyawan terpenuhi dari


melalui perasaan dan sikap yang pekerjaan yang dia lakukan.
didapat seseorang dari pekerjaannya. Beberapa alasan lainnya menurut
Respon tersebut dapat mengenai Luthans (2006) adalah kepuasan
menyenangkan atau tidak yang didapatkannya dari gaji yang
menyenangkannya pekerjaannya. diberikan organisasi, pekerjaan itu
Sikap dan perasaan tersebut muncul sendiri, kesempatan untuk
berdasarkan penilaian terhadap mendapatkan promosi pada
pekerjaannya selama bekerja. jabatannya, bagaimana atasan
Locke dan Lathan (1976) berhubungan baik dengan bawahan,
menyebutkan bahawa kepuasan kerja dan bagaimana memberikan
adalah kondisi yang ditimbulkan dari kesempatan untuk dapat menjalin
pekerjaannya. Kenyamanan yang hubungan dengan rekan kerja.
dirasakan dari perspektif karyawan Pekerjaan dapat menjadi berharga
dari pekerjaan atau pekerjaan yang dan mempengaruhi karyawan untuk
pengalaman. Perspektif karyawan dapat menemukan kepuasan.
tentang seberapa jauh kebutuhan Penelitian menunjukkan adanya
dipenuhi karyawan. Menurut hubunganerat dari tingkat
Mitchell dan Larson (1987), profesionalitas sesorang dengan
lazimnya kepuasan kerja dianggap kepuasan yang didapatkan. Intensitas
penting dan dipelajari agar dapat kepuasan diteliti dari profesi yang
menjadi perhatian para pimpinan mereka geluti.
organisasi untuk dapat memberikan Menurut Hariadja (2002),
apa yang dibutuhkan karyawan. tanggung jawab karyawan dalam
Kurangnya kepuasan kerja bekerja bukan hanya menyelesaikan
adalah prediktor berhentinya pekerjaan, namun juga bekerja
karyawan dari tempat kerjanya bukanlah hanya menyelesaikan
(Alexander, et.al., 1997; Jamal, pekerjaannya dengan baik, namun
1997). Karyawan memutuskan untuk terkait dengan berbagai unsur lainnya
mundur dari pekerjaannya dan seperti bagaimana pekerjaan dapat
sebaliknya. Beberapa karyawan akan memberikan kenyamanan untuk
merasa kurang puas kepada melakukan interaksi dalam
pekerjaan apabila ada keterlambatan bersosialisasi dengan rekanan,
gaji. Mereka akan lebih memilih atasan, peraturan yang membatasi
pekerjaan yang memberikan gaji dan tempat kerja yang tidak
tepat pada waktunya. Dari sudut memberikan fasilitas memadai.
pandang tersebut, dapat dinilai Kepuasan seseorang sangatlah
bahwa pekerjaan dimotivasi oleh tergantung pada individu dalam
sifat pekerjaan, dimana ada menyikapi pekerjaan, bagaimana
hubungan sosial dan bagaimana membandingkan antara harapan dan

31
PEKOBIS Jurnal Pendidikan, Ekonomi dan Bisnis Vol. 4 No. 2 Tahun 2019
P- ISSN: 2503 - 5142
E- ISSN: 2686 - 3235

kenyataan yang didapatkannya ketrampilannya. Pekerjaan yang


(Gomes, 2001). tidak memberikan tantangan dapat
Menurut Handoko (2002) menimbulkan rasa jenuh, namun
meyakini bahwa seorang atasan harus diperhatikan juga agar tidak
berkewajiban untuk dapat menimbulkan tekanan pada diri
memperhatikan apa yang seseorang karyawan. Kemudian yang kedua,
peroleh dari pekerjaannya, karena penghargaan yang sesuai. Karyawan
kepuasan kerja karyawan menginginkan agar ada transparansi
menentukan bagaimana perilakunya dalam pembayaran gaji, adil,
selama bekerja. Kepuasan seseorang menginginkan sistem bayaran yang
terhadap pekerjaannya adalah salah adil, berdasarkan pada tuntutan
satu aspek yang dianggap dapat pekerjaan, berbagai ketrampilan yang
mendorong pekerja untuk dapat dimiliki, dan standar upah karyawan,
bersemangat dalam bekerja. memberikan peluang besar pada
Blum (1956), Glimer (1966), munculnya kepuasan.
dan Cougemi & Claypol (1978) Selanjutnya yang ke tiga,
dalam As’ad (2001) menyampaikan kondisi kerja yang mendukung.
bahwa hal-hal seperti psikologis, Karyawan memiliki kondisi nyaman
faktor sosial, faktor fisik, dan faktor dengan lingkungan yang
finansial mempengaruhi kondisi ditempatinya, seperti petataan
persepsi karyawan terhadap ruangan kerja yang rapid an bersih,
pekerjaannya. Menurut Robbins fasilitas dan alat bantu, suhu yang
(2008), kepuasan kerja karyawan baik, dan jauh dari keramaian. Dan
dipengaruhi oleh banyak faktor, yang ke empat adalah kolega yang
antara lain: pekerjaan yang suportif. Individu memiliki
menantang, penghargaan, kondisi kebutuhan social yang tidak dapat
lingkungan kerja dan hubungan membebaskan dirinya untuk
interpersonal. Apabila seseorang bersosialisasi dengan oranglain,
diberi kebebasan dalam maka wajarlah apabila seorang
menggunakan berbagai jenis karyawan berharap untuk dapat
ketrampilan dan kemampuan, memiliki kemudahan dalam
mendapatkan berbagai macam tugas, berinteraksi dengan kehidupan social
wewenang dalam menyelesaikan di tempat kerjanya. Sikap atasan
tugas, dan mendapat feedback dari terhadapnya juga mempengaruhi
hasil kerjanya pada dasarnya akan kondisinya di lingkungan kerja.
memberi kesenangan untuknya. Sikap loyalitas, menghargai
Dengan begitu, karyawan merasa perbedaan, menghargai pendapat satu
lebih tertantang dalam memecahkan dengan yang lainnya, adanya
segala masalah yang dihadapinya keterbukaan, dan solidaritas yang
menggunakan berbagai tinggi diantara karyawan menjadi

32
PEKOBIS Jurnal Pendidikan, Ekonomi dan Bisnis Vol. 4 No. 2 Tahun 2019
P- ISSN: 2503 - 5142
E- ISSN: 2686 - 3235

unsur penting dalam terpenuhi Maslow yaitu penghargaan dan


kepuasn kerja yang positif. aktualisasi diri, sedangkan kebutuhan
Kepuasan kerja seseorang lain masuk ke dalam golongan
berasal dari peandangannya terhadap hygine factor. Faktor yang
pekerjaan yang sedang digelutinya. mempengaruhi kepuasan kerja
Pekerjaan dapat memberikan dampak (satisfier) adalah ability utilization,
negative terhadap dirinya apabila achievement, creativity,
yang dibutuhkan olehnya tidak independence, moral values,
memberikan apa yang diingkan. responsibility, dan recognition.
Kepuasan kerja yang positif timbul Apabila tidak ada faktor satisfier
dari sikap positif atasan terhadapnya. maka akan menyebabkan
Persektif positif berasal dari kondisi ketidakpuasan, sikap tidak memihak,
yang positif pula, begitu pun atau bisa juga puas namun tidak
sebaliknya. Oleh karena itu apabila merasa puas.
seorang manajer menginginkan Golongan hygine factor
karyawan untuk dapat memberikan adalah policies and procedures,
hasil maksimal, maka berikan authority, co-workers, supervision
kesempatan untuk dapat (technical), supervision (human
mengeksplorasi dirinya dan jagalah relations), working conditions,
lingkungannya dan berikan jaminan variety, dan advancement. Apabila
akan adanya kenyamanan. hygine factor tidak terpenuhi, maka
Teori kebutuhan Maslow dapat muncul perasaan tidak puas
dibagi pada dua dimensi berbeda (dissatisfied). Namun ini tidak
oleh Herzberg (Wexley dan Yulk, mempengaruhi kepuasan kerja
1974). Teori ini dikenal sebagai two karyawan. Dipenuhinya hygine
factor theory atau motivator hygine factor membuat karyawan tidak lagi
theory. Two factor theory. Maslow bertempat pada lokasi tidak puas,
membagi kebutuhan fisiologis namun pemenuhan kebutuhan pada
sampai dengan puncak. Tingkatan hygine factor tersebut bukan menjadi
kebutuhan individu terbagi mulai sumber utama kepuasan, namun
dari kebutuhan fisiologis yaitu berada pada posisi netral. Hygine
kebutuhan dasar, kebutuhan rasa factor untuk menghindari
aman, kebutuhan sosial, kebutuhan ketidakpuasan, sedangkan
harga diri, dan kebutuhan aktualisasi pemenuhan satisfier adalah untuk
diri. memastikan adanya kepuasan.
Dalam teori Herzberg Robbins mengartikan
kebutuhan tingkat atas disebut kepemimpinan transaksional sebagai
sebagai motivator atau seringkali "Pemimpin yang memimpin terutama
disebut sebagai satisfier yang dengan menggunakan hubungan
diturunkan melalui teori kebutuhan sosial untuk transaksi" (Robbins,

33
PEKOBIS Jurnal Pendidikan, Ekonomi dan Bisnis Vol. 4 No. 2 Tahun 2019
P- ISSN: 2503 - 5142
E- ISSN: 2686 - 3235

2007, hal.475). Kepemimpinan penghargaan dari atasan, dan


transaksional merupakan jenis demikian pula sebaliknya apabila
kepemimpinan dimana seorang tidak memiliki komitmen terhadap
pemimpin memberikan penghargaan organisasi akan mendapat hukuman
kontingen dan management by dari atasan.
exception (MBE). Penghargaan Teori kepemimpinan
kontingen terhubung dengan kinerja transaksional didirikan atas prinsip
karyawan. Jika karyawan melakukan interaksi antara atasan dengan
sebuah upaya, maka diakui dengan bawahan didasarkan pada negosiasi,
diberi penghargaan. Imbalan yang pertukaran dan dimensi kontrak
karyawan dapatkan pada pemenuhan (Bass, 1985; Bass & Steidlmeier,
target adalah hadiah kontingen. 1998). Pemimpin menggunakan
Pemimpin berkomunikasi dengan hadiah dan aspek hukuman sesuai
karyawan bahwa pekerjaan harus dengan kontrak atau aturan yang
dilakukan dengan usaha yang keras ditetapkan sekolah. Bass dan Avolio
untuk menerima sesuatu yang (2000) mengidentifikasi faktor-faktor
mereka nilai sebagai penghargaan. ini sebagai kontingen reward,
Selanjutnya, pada manajemen-by-exception. Pemimpin
management by exception (MBE) reward Kontinjensi mengklarifikasi
penjelasan dari setiap kesalahan harapan pengikut dan kompensasi
yang terjadi dan dilakukan adanya yang akan mereka terima jika mereka
peringatan sebagai bentuk perbaikan. kinerja mereka memenuhi harapan
Apabila terdapat kesalahan dilakukan perusahaan. Dalam organisasi,
oleh karyawan, maka atasan berhak manajemen dan kepemimpinan
untuk mengambil tindakan. kadang-kadang dilihat sebagai
Kepemimpinan transaksional berarti berbeda (Fairholm, 1994). Namun,
para atasan yang menjadi pengarah sebagian besar peneliti telah
dengan menggunakan hubungan menegaskan bahwa kepemimpinan
social sebagai jembatan untk dapat dan manajemen yang diperlukan
melakukan efisiensi dan efektivitas (Bass, 1985; Fairholm, 1994; Kotter,
anggaran. Dengan diberikan support 1990).
dari atasan, maka akan menambah Robbins (2008) mengatakan
energy seorang karyawan dalam bahwa suatu sikap seseorang yang
bekerja, paham mengenai tugas apa dilakukan atas dasar kewajiban yang
saja harus dilakukan, hasil kerja yang dijalaninya dalam bekerja adalah
harus dicapai, untuk dapat reward wujud dari kepuasan kerja. Oleh
dari hasil kerjanya. Dalam gaya karena itu kepuasan kerja merupakan
kepemimpinan transaksional, issue sentral yang sebaiknya diangkat
karyawan yang daoat menunjukkan oleh seorang atasan untuk dapat
hasil kerja baik akan mendapat mempertahankan karyawan yang

34
PEKOBIS Jurnal Pendidikan, Ekonomi dan Bisnis Vol. 4 No. 2 Tahun 2019
P- ISSN: 2503 - 5142
E- ISSN: 2686 - 3235

berkualitas. Ditunjukkan dari hasil melalui hasil pengisian kuesioner


analisis para ahli bahwa yang diperoleh dari guru sekolah,
kepemimpinan dan manajemen yang sedangkan data sekunder didapatkan
diperlukan (Bass, 1985; Fairholm, dari data-data arsip sekolah. Skala
1994; Kotter, 1990). Berdasarkan likert digunakan untuk kuesioner
hasil pemikiran di atas, diperlukan penelitian. Menurut Ghozali (2006)
analisis lebih lanjut untuk skala likert terdiri dari lima pilihan
mengetahui bagaimana peran gaya jawaban dengan 1 merupakan
kepemimpinan transaksional pada jawaban responden terhadap
guru dan dampaknya di kepuasan pertanyaan sebagai skor terendah dan
yang mereka rasakan. 5 adalah jawaban responden terhadap
Berdasarkan hasil pemikiran pertanyaan yang dianggap sebagai
yang telah disampaikan di atas, dapat skor tertinggi.
disusun hipotesis sebagai berikut: Data primer didapatkan
H1: contingen reward memiliki dengan melalui kuesioner yang
pengaruh positif pada kepuasan diantar kepada guru yang
kerja bersangkutan kemudian diisi
H2: management by exception langsung oleh guru tersebut. Hasil
memiliki pengaruh positif pada pengisian kuesioner kemudian
kepuasan kerja diambil kembali oleh peneliti pada
Penelitian dilakukan dengan waktu yang telah dijanjikan
metode survey dengan menggunakan sebelumnya. Selain itu juga
list pertanyaan diajukan kepada dilakukan wawancara kepada
responden dan melakukan Tanya beberapa guru untuk mendukung
jawab untuk mendapatkan berbagai hasil kuesioner yang telah
data pendukung untuk penelitian. disebarkan. Wawancara yang
Data dikumpulkan dengan dilakukan terhadap beberapa guru
menggunakan menggunakan sebagai data awal yaitu memberi
instrument berupa kuesioner gambaran untuk peneliti sebelum
penelitian untuk mendapatkan data melakukan penelitian dan sebagai
primer. Kuesioner adalah daftar data pendukung dan mempertajam
pertanyaan tertulis yang berkaitan pembahasan hasil penelitian.
dengan variable penelitian tertulis Selanjutnya data diperoleh dari data
yang telah disusun sebagai pedoman sekunder. Data sekunder yaitu data
dalam melakukan penelitian untuk pendukung berupa profil perusahaan
diajukan kepada responden (Sekaran, dan laporan yang diperoleh.
2006). Daftar pertanyaan Analisis data penelitian
menggunakan dua jenis kuesioner menggunakan PLS dengan
yaitu gaya kepemimpinan dan kepemimpinan sebagai variable laten
kepuasan. Data primer didapatkan eksogen dengan indikator pada

35
PEKOBIS Jurnal Pendidikan, Ekonomi dan Bisnis Vol. 4 No. 2 Tahun 2019
P- ISSN: 2503 - 5142
E- ISSN: 2686 - 3235

instrumen penelitian adalah sebagai membentuk variable dianalisis


berikut: menggunakan outer model.
Tabel 1. Indikator gaya Persyaratan yang harus dipenuhi
kepemimpinan transaksional adalah uji validitas dengan
No. Indikator/ variabel teramati menggunakan kriteria convergent
1 Contingen reward validity dan uji reliabilitas
2 Management by exception menggunakan kriteria composite
reliability dan cronbach alpha.
Model yang dibentuk juga Kriteria evaluasi model pengukuran
menggunakan variabel laten endogen adalah dengan syarat Penelitian
sebagai hasil dari adanya pengaruh dilanjutkan dengan tahap penilaian
variabel laten eksogen yaitu inner model (model struktural)
kepuasan kerja dengan indikator dengan melakukan analsiis pada nilai
yang digunakan dalam instrument R2 dan Q2 predictive relevance.
penelitian yaitu:
Tabel 2. Indikator kepuasan kerja HASIL DAN PEMBAHASAN
No. Indikator/ variabel teramati Hasil penelitian dijelaskan
1 Hygine factor oleh: (1) uji model pengukuran untuk
2 Motivator menguji validitas dan reliabilitas; (2)
uji model struktural dan uji hipotesis
Data yang didapatkan peneliti untuk mengetahui hubungan variable
dari hasil pengisian kuesioner satu dengan variable lainnya; (3)
kemudian diinterpretasikan dari data pembahasan hasil penelitian.
kuantitatif skor yang didapatkan. Analisis dilakukan terhadap
Interpretasi sesuai dengan kondisi instrumen untuk menentukan apakah
nyata di lokasi penelitian. dapat digunakan telah dapat
Selanjutnya, data yang didapatkan digunakan sebagai alat pengukuran
kemudian dianalisis menggunakan yang baik. Karakteristik alat ukur
analysis data SEM (Structural yang baik adalah bahwa alat ukur
Equation Modeling). SEM dapat tersebut harus akurat, mudah, dan
digunakan pada model penelitian efisien untuk digunakan. Menurut
dengan hipotesis yang kompleks dan Hair et al. (2013) dan terdapat tiga
memiliki banyak variable. Teknik karakteristik utama untuk
analisis yang diguanakan yaitu PLS mengevaluasi alat ukur, yaitu
(Partial Least Square) sebagai model validitas (validity) atau sahih,
alternatif dari covariance based SEM reliabilitas (reliability) atau andal,
(Ghozali, 2006). dan kepraktisan (practicality).
Penilaian dilakukan dengan Uji validitas dan reliabilitas
dua tahap yaitu outer model dan dilakukan sebagai tahap awal pada
inner model. Bagaimana indicator evaluasi outer model di variabel laten
dengan menggunakan perangkat

36
PEKOBIS Jurnal Pendidikan, Ekonomi dan Bisnis Vol. 4 No. 2 Tahun 2019
P- ISSN: 2503 - 5142
E- ISSN: 2686 - 3235

lunak Smartpls. Pada tahap ini, dilanjutkan ke tahap berikutnya yaitu


dilakukan analisis terhadap loading uji terhadap nilai AVE. kriteria
factor. Loading factor dengan nilai di indikator valid adalah memenuhi
bawah 0,7 maka didrop dari model. standar minimal AVE= 0,5.
Pada tahap ini, apabila Tabel 3. Evaluasi Outer Model
indicator peelitian memenuhi syarat Variable AVE Composit R-
minimal loading factor yaitu 0,7 e squar
maka, dapat dikatakan valid. Hasil reliability e
olah data pertama menunjukkan Transact 0,72 0,948
4
terdapat beberapa variable yang
Kepuasa 0,65 0,950 0,829
harus didrop dari penelitian yaitu n kerja 1
sebagai berikut.
Hasil menunjukkan nilai
AVE lebih dari 0,5, maka indicator
valid. Berdasarkan hasil tersebut,
maka analisis data dapat berlanjut ke
tahap uji reliabilitas dengan
Gambar 1. Evaluasi Outer Model melakukan uji terhadap composite
Tahap 1 reliability. Indicator dikatakan valid
apabila memiliki nilai >0,7. Table 3
Berdasarkan hasil analisis menunjukkan hasil bahwa composite
data melalui PLS diketahui terdapat reliability memenuhi kriteria, maka
beebrapa indicator yang belum indicator dikatakan reliabel.
memenuhi kriteria yaitu X10 dan Setelah analisis validitas dan
X21. Oleh karena itu, dilakukan olah reliabilitas dilakukan dengan hasil
data tahap ke dua. yang memenuhi kriteria serta sesuai
dengan tujuannya, maka data hasil
penelitian diproses lebih lanjut
dengan menggunakan paket program
statistik SmartPLS, untuk melakukan
pengujian model struktural, yaitu
untuk menguji hubungan variable
Gambar 2. Evaluasi Outer Model
penelitian satu dengan variable
Tahap 1
lainnya dan uji hipotesis berdasarkan
struktur model penelitian. Gambar 3
Berdasarkan hasil analisis
menunjukkan model struktural,
data penelitian tahap ke dua pada
termasuk di dalamnya nilai path
variable penelitian diketahui
coefficients (β) dan variance explain
indicator penelitian memiliki loading
(R2). Dari output perhitungan setelah
factor lebih dari 0,7. Penelitian
program dijalankan diperoleh nilai

37
PEKOBIS Jurnal Pendidikan, Ekonomi dan Bisnis Vol. 4 No. 2 Tahun 2019
P- ISSN: 2503 - 5142
E- ISSN: 2686 - 3235

R2 kepuasan kerja adalah 0,829, menunjukkan hasil pengaruh positif


maka kepemimpinan kepemimpinan terhadap kepuasan kerja guru.
sebesar 82,9% berperan pada
kepuasan. KESIMPULAN
Pada analisis data Kepuasan adalah salah satu
indikasi bahwa karyawan dapat
menggunakan PLS, variabel yang
dikatakan berpengaruh terhadap bertahan di organisasi tempatnya
variabel lainnya adalah variabel yang bekerja dengan kenyamanan yang
timbul dari tidak adanya jarak antara
memiliki hubungan dengan nilai t-
statistik 1,96 pada level kenbutuhannya dan pemenuhan
kebutuhan yang diberikan oleh
kepercayaan 95% dan path
pekerjaan terhadap dirinya.
coefficient (Beta) pada setiap
Karyawan yang tidak mendapatkan
kemungkinan yang menjadi
kebutuhannya akan menimbulkan
kesimpulan sementara. Nilai t-
perasaan tidak nyaman pada dirinya
statistik ditunjukkan pada gambar
sehingga organisasi harus mampu
berikut ini:
mendiagnosa mana saja aspek yang
menjadi kebutuhan karyawan dalam
memenuhi tugas di organisasi
tempatnya bekerja.
Karyawan yang tidak
memiliki kepuasan kerja akan
cenderung memiliki retensi kerja
Gambar 3. Hasil PLS-SEM Uji
yang tinggi, tidak memperhatikan
Hipotesis
aturan yang ada, memiliki
kemampuan kolaborasi yang kurang
Berdasarkan analisis hasil
baik dengan rekan sekerjanya, dan
penelitian menggunakan PLS,
dapat pula aktif menentang aturan-
diketahui beberapa variabel
aturan dengan melalui cara
berpengaruh terhadap variabel
melibatkan dirinya dalam serikat
lainnya. Untuk menguji hubungan
pekerja, bahkan dapat meningkatkan
antara kedua variable, dilakukan
jumlah absennya.
analisis terhadap nilai t-statistik pada
Sebaiknya dilakukan
gambar 3. Pada analisis data PLS,
diagnose terhadap kebutuhan
variable yang berpengaruh terhadap
karyawan terhadap pekerjaannya.
variable lainnya adalah variable yang
Hasil diagnose dapat digunakan
memiliki nilai t-statistik >1.96.
sebagai salah satu pertimbangan
Berdasarkan hasil olah data PLS
organisasi untuk dapat membantu
pada Gambar 3 ditunjukkan nilai t-
karyawan mencapai kepuasannya.
statistik adalah 38,749.
Apabila kepuasan telah terpenuhi
Kepemimpinan transaksional
maka karyawan dapat semakin

38
PEKOBIS Jurnal Pendidikan, Ekonomi dan Bisnis Vol. 4 No. 2 Tahun 2019
P- ISSN: 2503 - 5142
E- ISSN: 2686 - 3235

mudah dalam mendapatkan leadership and organizational


kenyamanan dan emosi positif studies, 11(4), 26-40.
sehingga memiliki semangat kerja George, J.M., & Jones, G.R. (2008).
tinggi untuk dapat lebih produktif Organizational Behavior. New
dalam menyelesaikan kewajibannya, Delhi: Pearson Publication.
mengindari melakukan pelanggaran Greenberg, J., & Baron, R. (2009).
terhadap aturan yang ada, Behavior in Organizations (9th
memudahkan mereka mendapat ide ed.). India: Pearson Prentice
baru dalam pekerjaannya, dan Hall Publication.
meningkatkan loyalitasnya dalam Judge, T. A., & Piccolo, R. F.
bekerja. Apabila kebutuhan telah (2004). Transformational and
dipenuhi dari organisasi, maka Transactional Leadership: A
karyawan tidak akan memiliki alasan Meta-Analytic Test of Their
untuk meninggalkan pekerjannya. Relative Validity. Journal of
Karyawan memiliki Applied Psychology.
kecenderungan ketidakpuasan Luthans, F. (2005). Organizational
apabila pekerjaan tidak dapat Behavior (10thed.).McGraw –
memberikan apa yang diinginkannya. Hill/ Irwin Publication.
Ketidakpuasan dapat meningkatkan Mondy, R. W., &Premeaux, S. R.
intensi karyawan dalam melakukan (1995). Management (7th ed.).
pelanggaran terhadap tugasnya. Englewood-Cliffs-New Jersey:
Ketidakpuasan juga dapat Prentice-Hall.
meningkatkan resiko retensi kerja. Robbins, S. P., Judge, T. A.
Dalam penelitian ini &Sanghi, S. (2007).
dikatahui bahwa kepuasan kerja guru Organizational Behavior. (12th
memiliki pengaruh besar terhadap ed.). India: Pearson: Prentice
kepemimpinan transaksional. Faktor- Hall.
faktor yang membentuk Osborn, Schermerhorn, & Hunt
kepemimpinan transaksional dapat (2008). Organizational Behavior
ditingkatkan untuk dapat menjamin (10thed.). USA: John Wiley &
kepuasan kerja guru. Sons, Inc.
Webb, K. S. (2003). Presidents‟
REFERENSI Leadership Behaviors
Bartol, K., & Martin, D.C. (1994). Associated with Followers‟ Job
Management, 2nd edition, Satisfaction, Motivation toward
published by McGraw- Hill Inc. extra effort, and Presidential.
Barbuto, J. E. (2005). Motivation and Dissertation, University Of
Transactional, Charismatic, and NorthTexas, December, 2003.
Transformational Leadership: A http://digital.library.unt.edu/ark:
Test of Antecedents. Journal of /67531.

39
PEKOBIS Jurnal Pendidikan, Ekonomi dan Bisnis Vol. 4 No. 2 Tahun 2019
P- ISSN: 2503 - 5142
E- ISSN: 2686 - 3235

Williams, C. R. (2009). Principle of


Management (5thed.). USA:
South-Western Cengage
Learning.

40

Anda mungkin juga menyukai