PENDAHULUAN
Dalam dunia sekarang ini persaingan dalam dunia bisnis semakin meningkat seiring
berjalannya waktu. Bekerja merupakan suat deu kebutuhan dari seseorang dalam membawa diri
pada suatu keadaan yang lebih memuaskan daripada sebelumnya. Selain itu, seseorang juga
dituntut untuk terus meningkatkan dan mengembangkan kualitas dan potensi dalam kinerja dan
produktivitas di perusahaan guna menjadi tolak ukur keberhasilan dalam bekerja, dan juga
memiliki daya bersaing dengan yang lain dalam peningkatan kerja. Dalam merealisasikan itu,
perusahaan menuntut sumber daya yang terlibat di dalamnya harus mampu mempertahankan
eksistensi perusahaan.
Di antara semua sumber daya yang terlibat menopang perusahaan, sumber daya manusia
memiliki kontribusi yang paling dominan. Manusia selalu berperan aktif dan dominan dalam
setiap kegiatan organinasi karena manusia menjadi perencana, pelaku dan penentu terwujudnya
tujuan organisaasi (Hasibuan 2015). Oleh karena itu, tampak bahwa sulit bagi sebuah
perusahaan untuk beroperasi dengan lancar dan memperoleh sasaran, jika karyawannya tidak
mampu mengeksekusi tugas dan fungsinya dengan baik. Terlebih jika perusahaan memberi
berbagai tuntutan dan tekanan pekerjaan tanpa memperhatikan kepuasan kerja karyawan.
karyawan merupakan upaya yang dapat berdampak besar bagi kelangsungan perusahaan. Hal ini
dikarenakan, karyawan yang puas membawa pengaruh yang positif bagi perusahaan, seperti
yang puas lebih produktif dibandingkan karyawan yang tidak puas bahkan telah menjadi sebuah
1
kepercayaan dasar bagi para manajer selama bertahun-tahun, dimana berbagai riset mulai
membuktikannya (Robbins dan Judge, 2015). Pio (2015) juga mengatakan bahwa kepuasan
kerja dapat menjadi stimulus bagi karyawan untuk melakukan pekerjaan dengan sebaik-baiknya.
Dalam upaya meningkatkan kepuasan kerja, perusahaan ada baiknya untuk menerapkan
work-life balance, karena ini sangat penting bagi perusahaan untuk menyadari bahwa karyawan
tidak hanya menghadapi peran serta masalah dalam pekerjaan, namun juga di luar pekerjaannya.
Singh dan Khanna (2011) menyatakan work-life balance sebagai konsep luas yang melibatkan
penetapan prioritas yang tepat antara “pekerjaan” (karir dan ambisi) pada satu sisi dan
“kehidupan” (kebahagiaan, waktu luang, keluarga dan pengembagan spiritual) di sisi lain.
Kebanyakan orang saat terjun dalam dunia kerja jadi kehilangan keseimbangan dalam hidup
mereka. Semakin tinggi karir mereka atau semakin tinggi bisnis yang dijalankan, maka semakin
sulit bagi mereka untuk menikmati hidup. Akhirnya waktu untuk keluarga dan “me time” jadi
Kepuasan kerja sangatlah penting sebab karyawan dalam sebuah organisasi merupakan
faktor yang paling dominan dalam menentukan berhasil atau tidaknya kegiatan organisasi.
Kepuasan kerja karyawan harus diciptakan sebaik-baiknya agar moral kerja, dedikasi, kecintaan
Pada dasarnya kepuasan kerja merupakan hal yang bersifat individual karena setiap
individu memiliki tingkat tingkat kepuasan yang berbeda-beda sesuai dengan karakteristik yang
berlaku pada dirinya. Masalah kepuasan kerja penting sekali untuk diperhatikan, karena
kepuasan yang tinggi menciptakan suasana kerja yang menyenangkan dan akan mendorong
Kajian terbaru saat ini melaporkan sebanyak 56% pria dan wanita memberi pendapat
bahwa work-life balance merupakan definisi kesuksesan karir yang lebih dari uang, pangakuan,
2
Manado memiliki tingkat pertumbuhan dan persaingan serta budaya, perubahan gaya
kerja, budaya kerja, kebutuhan keluarga, tuntutan pekerjaan, dengan cepat mengambil tempat
yang akhirnya meningkatkan populasi pencari nafkah keluarga dan tanggung jawab, sehingga
antara kehidupan kerja dan kehidupan dalam keluarga terkadang timbul gesekan atau tekanan.
Hal itu mengakibatkan kurangnya rasa memiliki dan kemauan lebih untuk memaksimalkan
Sintesa Peninsula Hotel merupakan salah satu Hotel bintang lima di Manado yang
memiliki begitu banyak karyawan. Oleh karena itu, setiap orang harus bisa menyeimbangkan
antara pekerjaan dan juga pribadinya. Semakin pekerja mampu mengerjakan pekerjaannya
dengan baik dan menghasilkan suatu kesuksesan untuk perusahaan, maka perusahaan juga akan
perusahaan.Mengacu pada salah satu penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Kanwar et al.
(2009) mereka menemukan bahwa work-life balance berpengaruh positif terhadap kepuasan
kerja, yakni semakin tinggi work-life balance, semakin tinggi pula kepuasan kerja karyawan.
Inti dari program ini merupakan suatu konsep kecerdasan moral dan motivasi yang akan
menciptakan keseimbangan dalam bekerja, manajemen diri, motivasi diri, dan tanggung jawab.
Agar juga dapat menciptakan kualitas hidup yang lebih baik dimana tercipta raga yang sehat,
pemikiran yang jernih, merasakan kenikmatan hidup, juga karyawan tidak hanya menghabiskan
waktunya hanya untuk pekerjaan saja, tetapi mempunyai kehidupan lain di luar dunia pekerjaan.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah pada
penelitian ini ialah apakah terdapat pengaruh work-life balance terhadap kepuasan kerja
3
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini ialah untuk mengetahui apakah work-life
balance dapat berpengaruh terhadap kepuasan kerja karyawan pada Hotel Sintesa Peninsula
Manado.
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambabh ilmu pengetahuan dalam bidang manajemen sumber
daya manusia.
2. Manfaat Praktis
Bagi perusahaan yang menjadi tempat penelitian diharapkan penelitian ini dapat dijadikan
sebagai referensi atau masukan untuk kebijakan-kebijakan perusahaan, khususnya bagi unit
3. Manfaat Pribadi
Melalui penelitian ini, peneliti diharapkan memperoleh tambahan ilmu pengetahuan dan
pengalaman.
4
BAB II
LANDASAN TEORI
merupakan: “tingkat kepuasan yang berkaitan dengan peran ganda dalam kehidupan seseorang”.
untuk memenuhi pekerjaan dan komitmen berkeluarga mereka, serta tanggung jawab non-
pekerjaan lainnya.
Menurut Robbins dan Coulter (2012) program work-life balance meliputi sumber daya
pada perawatan orang tua dan anak, perawatan kesehatan dan kesejahteraan karyawan, dan
Menurut Clark (2000), work-life balance merupakan kepuasan yang dirasakan individu
dalam memenuhi tuntutan pekerjaan dan keluarga dengan meminimalkan konflik yang mungkin
Work-life balance mengandung tiga unsur penting, yaitu pengaturan total waktu jam kerja,
tanggung jawab dalam mengurus rumah tangga dan pengasuhan anak. Ketika peran keluarga
dilaksanakan dengan baik, maka tempat kerja akan menjadi tempat menyenangkan dan
karyawan cenderung terhindar dari konflik (McDonald, Brown & Bradley, 2005; Gregory &
Milner 2009). Hal ini sejalan dengan yang dikatakan oleh Purohit (2013) bahwa karyawan yang
mampu mengatur jam kerja dan mengurus rumah tangga dengan baik akan memiliki work
5
engagement terhadap organisasi sehingga karyawan akan menampilkan performa kerja yang
terus meningkat.
Work-life balance didefinisikan oleh Departemen Tenaga Kerja New Zealand sebagai
penciptaan budaya kerja yang produktif dimana kemungkinan terjadinya ketegangan antara
pekerjaan dengan bagian lain kehidupan seseorang dapat diminimalisasi (Mariati, 2013)
Lockwood (2003) mendefinisikan work-life balance sebagai suatu keadaan seimbang pada
dua tuntutan dimana pekerjaan dan kehidupan seorang individu adalah sama. Work-life balance
dalam pandangan karyawan adalah pilihan mengelola kewajiban kerja dan pribadi atau tanggung
jawab terhadap keluarga. Sedangkan dalam pandangan perusahaan work-life balance adalah
tantangan untuk menciptakan budaya yang mendukung di perusahaan dimana karyawan dapat
Menurut Frame dan Hartog (2003:4) Work-life balance berarti karyawan dapat dengan
bebas menggunakan jam kerja yang fleksibel untuk menyeimbangkan pekerjaan atau karyanya
dengan komitmen lain seperti keluarga, hobi, seni, studi, dan tidak hanya fokus terhadap
pekerjaannya.
kemampuan individu dalam menyetarakan prioritas, komitmen, serta tanggung jawab terhadap
perannya dalam lingkungan pekerjaan dan di luar pekerjaan, sehingga dapat tercapai kepuasan
yang maksimal antar keduanya. Dimana dengan adanya work-life balance, karyawan dapat
bekerja dan berkontribusi dengan baik pada perusahaan, namun disamping itu tetap dapat
menikmati waktu dan aktivitas di luar pekerjaan, seperti kebersamaan bersama keluarga dan
teman, bersosialisasi, beribadah, memiliki waktu santai, hobi, rekreasi, olahraga, dan lain
sebagainya.
6
1. Time Balance (Keseimbangan Waktu)
Time balance merujuk pada jumlah waktu yang diberikan oleh individu baik bagi pekerjaannya
maupun hal-hal diluar pekerjaan misalnya seperti waktu bagi keluarganya. Keseimbangan waktu
yang dimiliki oleh karyawan menentukan jumlah waktu yang dialokasikan oleh karyawan pada
pekerjaan maupun kehidupan pribadi mereka dengan keluarga, beragam aktivitas kantor,
keluarga atau tempat bersosialisasi lainnya hanya dapat dimiliki karyawan. Keseimbangan
waktu yang dicapai karyawan menunjukan bahwa tuntutan dari keluarga terhadap karyawan
Involvement balance merujuk pada jumlah atau tingkat keterlibatan secara psikologis dan
komitmen suatu individu dalam pekerjaannya maupun hal-hal diluar pekerjaannya. Waktu yang
dialokasikan dengan baik belum tentu cukup sebagai dasar pengukuran tingkat work-life balance
karyawan, melainkan harus didukung dengan jumlah atau kapasitas keterlibatan yang
berkualitas disetiap kegiatan yang karyawan tersebut jalani. Sehingga karyawan harus terlibat
secara fisik dan emosional baik dalam kegiatan pekerjaan, keluarga maupun kegiatan sosial
Satisfaction Balance merujuk pada jumlah tingkat kepuasan suatu individu terhadap kegiatan
pekerjaannya maupun hal-hal di luar pekerjaannya. Kepuasan akan timbul dengan sendirinya
apabila karyawan menganggap apa yang dilakukannya selama ini cukup baik dalam
mengakomodasi kebutuhan pekerjaan maupun keluarga. Hal ini dilihat dari kondisi yang ada
pada keluarga, hubungan dengan teman-teman maupun rekan kerja, serta kualitas dan kuantitas
7
Menurut Schabracq et al. (2003) ada beberapa factor yang mungkin saja mempengaruhi
1. Karakteristik Keperibadian
Hal ini berpengaruh terhadap kehidupan kerja dan di luar kerja. Terdapat hubungan antara tipe
attachment yang didapatkan individu ketika masih kecil dengan work-life balance. Individu
2. Karakteristik Keluarga
Menjadi salah satu asek penting yang dapat menentukan ada tidaknya konflik antara pekerjaan
dan kehidupan pribadi. Misalnya konflik peran dan ambiguinitas peran dalam keluarga dapat
3. Karakteristik Pekerjaan
Meliputi pola kerja, beban kerja dan jumlah waktu yang digunakan untuk bekerja dapat memicu
4. Sikap
Merupakan evaluasi terhadap berbagai aspek dalam dunia sosial. Dimana dalam dalam sikap
Sikap dari masing-masing individu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi work-life
balance.
Singh dan Khanna (2011) merumuskan strategi dalam menciptakan work-life balance,
1. Jam kerja yang fleksibel; menyediakan penyusunan waku yang fleksibel dan dapat
8
2. Kerja paruh waktu; menyediakan lebih banyak kerja paruh waktu dengan jam atau shift yang
3. Jam kerja yang masuk akal; mengurangi waktu kerja yang berlebihan.
4. Akses untuk penanganan anak; meningkatkan akses untuk penanganan anak dengan fasilitas
5. Penyusunan pekerjaan yang fleksibel; menyediakan fleksibilitas yang lebih baik dalam
6. Cuti harian; mengizinkan karyawan untuk miminta dan mengambil cuti dalam waktu harian.
7. Mobilitas pekerjaan; menyediakan mobilitas yang lebih baik untuk karyawan dapat berpindah
dari rumah sakit, tempat kerja, dan layanan kesehatan untuk menemukan penyusunan pekerjaan
8. Keamanan dan kesejahteraan; meningkatkan keamanan, kesejahteraan, dan rasa hormat untuk
9. Akses telepon; memastikan seluruh karyawan dapat menerima telepon atau pesan mendesak dari
keluarga mereka di tempat kerja, dan mendapat akses telepon unutk tetap dapat menghubungi
Menurut Lazer et al. (2010), manfaat dengan diadakannya program work-life balance bagi
2. Meningkatkan produktivitas
Sedangkan bagi karyawan, manfaat program work-life balance adalah sebagai berikut ;
9
1. Meningkatnya kepuasan kerja
Dimensi ini mengacu pada sejauh mana pekerjaan dapat mengganggu kehidupan pribadi
individu. Misalnya, bekerja dapat membuat seseorang sulit mengatur waktu untuk kehidupan
pribadinya.
Dimensi ini mengacu pada sejauh mana kehidupan pribadi individu mengganggu kehidupan
pekerjaannya. Misalnya, apabila individu memiliki masalah didalam kehidupan pribadinya, hal
Dimensi ini mengacu pada sejauh mana kehidupan pribadi seseorang dapat meningkatkan
performa individu dalam dunia kerja. Misalnya, apabila individu merasa senang dikarenakan
kehidupan pribadinya menyenangkan maka hal ini dapat membuat suasana hati individu pada
Dimensi ini mengacu pada sejauh mana pekerjaan dapat meningkatkan kualitas kehidupan
pribadi individu. Misalnya keterampilan yang diperoleh individu pada saat bekerja,
hari.
10
2.2 Kepuasan Kerja
Setiap orang yang bekerja mengharapkan memperoleh kepuasan dari tempat bekerja. Pada
dasarnya kepuasan kerja merupakan hal yang bersifat individual karena setiap individu memiliki
tingkat kepuasan yang berbeda-beda sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku dalam diri setiap
individu. Semakin babnyak aspek dalam pekerjaan yang sesuai dengan keinginan individu,
Istilah kepuasan kerja (job satisfaction) berkaitan dengan sikap umum seorang individu
terhadap pekerjaannya. Menurut Robbins dan Judge (2015), kepuasan kerja merupakan suatu
perasaan positif tentang pekerjaan, yang dihasilkan dari suatu evaluasi pada karakteristik-
karakteristiknya. Seseorang dengan tingkat kepuasan kerja yang tinggi memiliki perasaan yang
positif mengenai pekerjaannya, sedangkan seseorang dengan level yang rendah memiliki
perasaan negative.
Menurut Spector dalam (Mariati, 2013) kepuasan kerja adalah sikap yang menggambakan
berbagai aspek dari pekerjaannya. Hal ini menyangkut seberapa jauh seseorang menyukai (like)
dan tidak menyukai (dislike) pekerjaannya. Dengan demikian kepuasan kerja lebih muda
Amstrong dalam (Aziri, 2011) mengemukakan bahwa kepuasan kerja berkatan dengan
sikap dan perasaan seseorang terhadap pekerjaannya. Menurutnya, sikap positif dan senang akan
pekerjaan mengindikasi adanya kepuasan kerja. Sebaliknya sikap negative dan tidak senang
Menurut Pio dan Tampi (2018) kepuasan kerja terkait dengan sikap seorang karyawan di
tempat kerja. Salah satu dimensi kepuasan kerja adalah sikap yang terkait dengan emosi,
11
Kepuasan kerja merupakan respon efektif atau emosional terhadap berbagai seni atau
aspek pekerjaan seseorang sehingga kepuasan kerja bukan merupakan konsep tunggal.
Seseorang dapat relatif puas dengan salah satu aspek pekerjaan dan tidak puas dengan satu atau
lebih aspek lainnya. Kepuasan kerja merupakan sikap (positif) tenaga kerja terhadap
pekerjaannya, yang timbul berdasarkan penilaian terhadap situasi kerja. Penelitian tersebut dapat
dilakukan sebagai rasa menghargai dalam mencapai salah satu nilai-nilai penting dalam
pekerjaan.
pada waktu sekarang dan lampau. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat dua unsur
penting dalam kepuasan kerja, yaitu nilai-nilai pekerjaan dan kebutuhan-kebutuhan dasar.
Nilai-nilai pekerjaan merupakan tujuan-tujuan yang ingin dicapai dalam melakukan tugas
pekerjaan. Yang ingin dicapai ialah nilai-nilai pekerjaan yang dianggap penting oleh individu.
Dikatakan selanjutnya bahwa nilai-nilai pekerjaan harus sesuai atau membantu pemenuhan
kebutuhan-kebutuhan dasar.
Berdasarkan beberapa definisi dari para ahli tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa kepuasan kerja adalah reaksi positif, dan rasa suka atau senang terhadap karakteristik-
karakteristik yang terkandung dalam pekerjaan. Dimana jika semakin banyak karakteristik
pekerjaan yang sesuai dengan keinginan karyawan, maka akan mengarah pada kepuasan kerja.
Sebaliknya, jika semakin sedikit karakteristik pekerjaan yang sesuai dengan keinginan
karyawan, maka mengarahkan pada ketidakpuasan kerja. Kepuasan kerja juga merupakan hasil
karyawan memiliki respon efektif (kepuasan kerja atau ketidakpuasan kerja), yaitu:
12
1. Pekerjaan itu sendiri. Pekerjaan harus memberikan tugas yang menarik kesempatan untuk
4. Pengawasan. Terdapat penyelia yang memiliki kemampuan untuk memberikan bantuan teknis
5. Rekan kerja. Terdapat rekan kerja yang memiliki kepandaian secara teknis dan memberi
Secara umum terdapat 3 teori kepuasan kerja yang sudah dikenal, yaitu discrepancy,
theory, equity theory, dantwo factor theory (Suswanto dan Priansa, 2011). Ketiga teori tersebut
Teori ini pertama kali dipelopori oleh Porter pada tahun 1961. Porter mengukuer kepuasan kerja
dengan menghitung selisih antara apa yang seharusnya dengan kenyataan yang dirasakan.
Apabila yang didapat seseorang ternyata lebih besar daripada apa yang diharapkan maka mereka
akan puas, tetapi sebaliknya jika diperoleh seseorang justru lebih rendah daripada yang
Equity Theory dikembangkan oleh Adam pada tahun 1963. Adapun pendahulu teori ini adalah
Zaleznik pada tahun 1958. Prinsip teori ini adalah bahwa seseorang akan merasa puas atau tidak
puas tergantung apakah ia merasakan adanya keadilan (equity) atau tidak (inequity) atas situasi
tertentu.
13
Two factor theory (Robbins dan Judge, 2015) yang juga dinamakan motivation hygiene theory
(teori motivasi murni) dikembangkan oleh Frederick Hertzberg. Menurutnya lawan dari
mengategorikan kondisi seperti mutu pengawasan, gaji, kebijakan perusahaan, kondisi fisik
kerja, hubungan dengan orang lain, dan keamanan pekerjaan sebagai faktor murni (hygiene
factor). Ketika faktor-faktor itu memadai, orang tidak mungkin tidak puas, tetapi mereka juga
tidak akan puaskan. Hertzberg menyarankan penekanan pada faktor-faktor yang berhubungan
dengan pekerjaan itu sendiri atau dengan hasil yang secara langsung dapat diperoleh dari
tanggung jawab, dan pencapaian. Sayangnya teori ini belum didukung dengan baik dalam
Ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja. Faktor-faktor tersebut
memberikan kepuasan kerja yang berbeda tergantung pada pribadi masing-masing karyawan.
1. Faktor psikologis, merupakan faktor yang berhubungan dengan kejiwaan karyawan, yang
meliputi minat, ketentraman dalam kerja, sikap terhadap kerja, dan keterampilan.
2. Faktor sosial, merupakan faktor yang berhubungan dengan interaksi sosial antar karyawan
3. Faktor fisik, merupakan faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik karyawan, meliputi jenis
pekerjaan, pengaturan waktu dan waktu istirahat, perlengkapan kerja, keadaan ruangan, suhu,
4. Faktor finansial, merupakan faktor yang berhubungan dengan jaminan serta kesejahteraan
karyawan, yang meliputi sistem dan besarnya gaji, jaminan sosial, macam-macam tunjangan,
14
Menurut Kreitner dan Kinicki (2001; 225) ada lima faktor yang mempengaruhi kepuasan
1. Pemenuhan kebutuhan
Kepuasan ditentukan oleh tingkat karakteristik pekerjaan memberikan kesempatan pada individu
2. Perbedaan
perbedaan antara apa yang diharapkan dan apa yang diperoleh individu dari pekerjaannya. Bila
harapan lebih besar dari apa yang diterima, orang akan tidak puas. Sebaliknya individu akan
3. Pencapaian nilai
Kepuasan merupakan hasil dari persepsi pekerjaan memberikan pemenuhan nilai kerja
4. Keadilan
Kepuasan merupakan fungsi dari seberapa adil individu diperlakukan di tempat kerja.
5. Komponen genetik
Kepuasan kerja merupan fungsi sifat pribadi dan faktor geneti. Hal ini menyiratkan perbedaan
sifat individu mempunyai arti penting untuk menjelaskan kepuasan kerja disamping
Menurut Robbins dan Judge (2015), hasil dampak yang spesifik dari kepuasan dan
Sebagaimana kesimpulan beberapa studi, pekerja yang bahagia lebih mungkin merupakan
pekerja yang produktif. Saat kita berpindah dari level individu ke organisasi, kita juga
15
menemukan bahwa organisasi dengan lebih banyak pekerja yang puas cenderung lebih efektif
Kepuasan kerja menjadi penentu utama dari perilaku kewargaan organisasional (organizational
citizenship behavior [OCB]). Pekerja yang puas seharusnya akan kelihatan berbicara positif
mengenai organisasi, membantu yang lain, dan melebihi ekspetasi normal dalam pekerjaannya.
Para pekerja dalam pekerjaan jasa sering berinteraksi dengan pelanggan. Pekerja yang puas
Masuk akal bahwa pekerja yang tidak puas cenderung meninggalkan pekerjaannya, tetapi
Hubungan antara kepuasan kerja dan perputaran kerja lebih kuat dibandingkan antara kepuasan
kerja dan absen. Pola kepuasan kerja yang rendah adalah alat prediksi niat untuk keluar dari
pekerjaan. Kesatuan pekerja dengan pekerjaannya dan komunitas dapat membantu menurunkan
Ketidakpuasan kerja dan hubungan antagonis dengan rekan kerja memprediksi beragam perilaku
yang tidak diinginkan organisasi, termasuk penyalahgunaan zat terlarang, mencuri di tempat
kerja, sosialisasi yang kurang, dan keterlambatan. Para peneliti berpendapat bahwa perilaku ini
adalah indicator sebuah sindrom yang lebih luas yang disebut perilaku menyimpang di tempat
kerja.
Dalam suatu organisasi ketidakpuasan kerja dapat ditunjukan melalui berbagai cara, Robins
and Judge juga menerangkan ada 4 respon yang berbeda satu sama lain dalam 2 dimensi yaitu
16
1. Exit
2. Voice
Ketidakpuasan ditunjukkan melalui usaha secara aktif dan konstruktif untuk memperbaiki
keadaan, termasuk menyarankan perbaikan, mendiskusikan masalah dengan atasan, dan berbagai
3. Loyalty
Ketidakpuasan ditunjukkan secara pasif, tetapi optimistik dengan menunggu kondisi untuk
memperbaiki, termasuk dengan berbicara bagi organisasi dihadapan kritik eksternal dan
4. Neglect
buruk, termasuk kemangkiran atau keterlambatan secara kronis, mengurangi usaha, dan
Menurut Kreitner dan Kinicki (2001; 226) hubungan yang kuat menunjukan bahwa atasan
dapat mempengaruhi dengan signifikan variabel lainnya dengan meningkatkan kepuasan kerja.
1. Motivasi
Antara motivasi dan kepuasan kerja terdapat hubungan yang positif dan signifikan. Karena
kepuasan pekerja sehingga mereka secara potensial dapat meningkatkan motivasi pekerja
2. Pelibatan Kerja
17
Hal ini menunjukan kenyataan dimana individu secara pribadi dilibatkan dengan peran kerjanya.
Karena pelibatan kerja mempunyai hubungan dengan kepuasan kerja, dan peran atasan/manajer
4. Organizational commitment
komitmen terhadap tujuannya. Antara komitmen organisasi dengan kepuasan terdapat hubungan
yang signifikan dan kuat, karena meningkatnya kepuasan kerja akan meningkatkan komitmen
yang lebih tinggi. Selanjutnya komitmen yang lebih tinggi dapat meningkatkan produktivitas
kerja.
5. Ketidakhadiran
Antara ketidakhadiran dan kepuasan terdapat korelasi negatif yang kuat. Dengan kata lain
6. Perputaran
Hubungan antara perputaran dengan kepuasan adalah negatif. Dimana perputaran dapat
7. Perasaan stres
Antara perasaan stres dengan kepuasan kerja menunjukan hubungan negatif dimana dengan
8. Prestasi kerja/kinerja
Terdapat hubungan positif rendah antara kepuasan dan prestasi kerja. Dikatakan kepuasan kerja
menyebabkan peningkatan kinerja sehingga pekerja yang puas akan lebih produktif. Di sisi lain
18
terjadi kepuasan kerja disebabkan oleh adanya kinerja atau prestasi kerja sehingga pekerja akan
1. Terhadap Produktivitas
Orang berpendapat bahwa produktivitas dapat dinaikan dengan meningkatkan kepuasan kerja.
Kepuasan kerja mungkin merupakan akibat dari produktivitas atau sebaliknya. Produktivitas
yang tinggi menyebabkan peningkatan dari kepuasan kerja hanya jika tenaga kerja
mempersiapkan bahwa apa yang telah dicapai perusahaan sesuai dengan apa yang mereka
terima (gaji/upah) yaitu adil dan wajar serta diasosiasikan dengan performa kerja yang unggul.
Dengan kata lain bahwa performansi kerja menunjukan tingkat kepuasan kerja seorang pekerja,
karena perusahaan dapat mengetahui aspek-aspek pekerjaan dari tingkat keberhasilan yang
diharapkan.
2. Ketidakhadiran
Ketidakhadiran sifatnya lebih spontan dan kurang mencerminkan ketidakpuasan kerja. Tidak
adanya hubungan antara kepuasan kerja dengan ketidakhadiran. Karena ada dua faktor dalam
perilaku hadir yaitu motivasi unutk hadir dan kemampuan unutk hadir.
3. Keluarnya Pekerja
Berhenti atau keluar dari pekerjaan mempunyai akibat akibat ekonomis yang besar, maka besar
dapat diungkapkan dalam berbagai cara misalnya selain dengan meninggalkan pekerjaan,
Menurut Riggio (2005), peningkatan kepuasan kerja dapat dilakukan dengan cara sebagai
berikut:
19
1. Melakukan perubahan struktur kerja, misalnya dengan melakukan perputaran pekerjaan (job
rotation), yaitu sebuah sistem perubahan pekerjaan dari salah satu tipe tugas ke tugas yang
lainnya (yang disesuaikan dengan job description). Cara kedua yang harus dilakukan adalah
dengan pemekaran (job enlargement), atau perluasan satu pekerjaan sebagai tambahan dan
bermacam-macam tugas pekerjaan. Praktik unutk para pekerja yang menerima tugas-tugas
tambahan dan bervariasi dalam usaha untuk membuat mereka merasakan bahwa mereka adalah
dengan berdasarkan pada keahliannya (skill-based pay), yaitu pembayaran dimana para pekerja
digaji berdasarkan performancenya, pencapaian finansial pekerja berdasarkan pada hasil yang
dicapai oleh individu itu sendiri. Pembayaran yang ketiga adalah Gainsharing atau pembayaran
kelompok).
3. Pemberian jadwal kerja yang fleksibel, dengan memberikan kontrol pada para pekerja mengenai
perkerjaan sehari-hari mereka, yang sangat penting untuk mereka yang bekerja di daerah padat,
dimana pekerja tidak bisa bekerja tepat waktu atau untuk mereka yang mempunyai tanggung
jawab pada anak-anak. Compressed work week (pekerjaan mingguan yang dipadatkan), dimana
jumlah pekerjaan perharinya dikurangi sedang jumlah jam pekerjaan perhari ditingkatkan. Para
pekerja dapat memadatkan pekerjaannya yang hanya dilakukan dari hari senin hingga jumat,
sehingga mereka dapat memiliki waktu longgar untuk liburan. Cara yang kedua adalah dengan
sistem penjadwalan dimana seorang pekerja menjalankan sejumlah jam khusus perminggu
(Flextime), tetapi tetap mempunyai fleksibilitas kapan mulai dan mengakhiri pekerjaannya.
dirasakan dapat meningkatkan kepuasan kerja para karyawan, seperti; health center, profit
20
2.3 Hubungan Antar Variabel Work-life Balance dan Kepuasan Kerja
Work-life balance memberikan implikasi yang penting, baik dalam tingkat organisasional
maupun individual. Menurut Scholarios dan Marks dalam (Mariati, 2013), ketika karyawan
diberikan kontrol untuk mengelola potensi konflik yang muncul antara tuntutan pekerjaan dan
Frame dan Hartog dalam (Mariati, 2013) mengemukakan bahwa program work-life
balance membuat karyawan merasa bebas untuk menyeimbangkan antara pekerjaan dan
komitmen lainnya seperti keluarga, kegemaran, seni, jalan-jalan, pendidikan, dan sebagainya,
selain hanya berfokus pada pekerjaan. Hal ini menunjukan bahwa work-life balance dapat
Berdasarka uraian diatas, dapat dilihat keterkaitan antara work-life balance terhadap
kepuasan kerja. Dimana kepuasan kerja sesungguhnya dapat tercapai ketika organisasi
Berikut beberapa penelitian terdahulu yang telah dilakukan sebelumnya, yang terkait
21
terhadap
kepuasan
kerja.
23
mempengaruhi
peningkatan
Kinerja
Karyawan
sebesar 55,2%.
Kompensasi
yang lebih
berpengaruh
terhadap
kinerja
karyawan
dibandingkan
Work-life
Balance.
Pada gambar 1 dapat diihat kerangka pemikiran yang dikembangkan dalam penelitian ini.
(X) (Y)
Gambar 1
Kerangka Konseptual
mempengaruhi variabel kepuasan kerja. Jika karyawan merasakan work-life balance, maka
2.6 Hipotesis
masalah penelitian. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada
teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh saat pengumpulan
data.
sebelumnya, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yang dinyatakan dalam kalimat
berikut, “Terdapat pengaruh antara Work-life balance terhadap kepuasan kerja karyawan pada
25
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode survey. Motode
survey adalah metode yang digunakan untuk mendapatkan data dari tempat tertentu, dimana
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan Sintesa
Menurut Sugiyono (2014:81) Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi tersebut. Jumlah sampel dalam penelitian ini diambil dengan
menggunakan rumus Slovin (Sevilla, et all.1960) dengan tingkat kepercayaan 90% (a) = 0,1
N
𝑛=
1 + N(e)2
Keterangan :
N = ukuran populasi
26
n = ukuran sampel
150
𝑛=
1 + 150(0,10)2
150
𝑛=
1 + 150(0,01)
150
𝑛=
2,5
𝑛 = 60
Dalam pelaksanaan penelitian ini terdapat dua jenis variabel yang digunakan, yaitu:
Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab perubahan variabel
terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Work-life Balance (X).
Work-life Balance adalah konsep luas yang melibatkan penetapan prioritas yang tepat antara
”pekerjaan” (karir dan ambisi) pada satu sisi dan “kehidupan” (kebahagiaan, waktu luang,
keluarga, dan pengembangan spiritual) di sisi lain (Singh dan Khanna, 2011).
Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas. Yang menjadi variabel
Kepuasan kerja merupakan suatu perasaan positif tentang pekerjaan, yang dihasilkan dari suatu
27
No Veriabel Indikator Item
Waktu yang cukup untuk
X Keseimbagan pekerjaan, keluarga, dan aktivitas
Work-life Waktu di luar pekerjaan.
Balance Terlibat aktif dalam pekerjaan dan
Keseimbagan
1. (McDonald
Keterlibatan kehidupan pribadi.
dan
Puas dengan pekerjaan, puas
Bradley, Keseimbangan
2015) dengan kehidupan di luar
Kepuasan pekerjaan.
Pekerjaan Itu Kesempatan belajar, kesempatan
Sendiri menerima tanggungjawab,
pekerjaan cocok dengan
kemampuan.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kuesioner
(Angket), yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat
Skala pengukuran variabel menggunakan skala Likert. Jawaban setiap item instrument
yang menggunakan skala Likert menggunakan 5 tingkatan jawaban dengan nilai intervalnya 5-1,
28
4. Tidak setuju, diberi skor :2
Koefisien korelasi digunakan untuk mengetahui hubungan variabel bebas (X) terhadap
Dalam penelitian kuantitatif, analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh
responden terkumpul. Kegiatan dalam analisis data adalah: mengelompokkan data berdasarkan
variabel dan jenis responden, mentabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh responden,
menyajikan data tiap variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan
masalah, dan melakukan penelitian untuk menguji hipotesis yang telah diajukan
(Sugiyono,2014).
Untuk keakuratan dalam analisis data digunakan alat bantu perhitungan, yaitu program
Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisa data dengan cara
Termasuk dalam statistik deskriptif antara lain adalah penyajian data melalui table, grafik,
Berikut ini dikemukakan cara pengujian validitas dan reliabilitas instrument yang akan
1. Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur valid atau tidaknya instrument penelitian. Pengujiannya
sendiri dilakukan dengan membandingkan nilai corrected item – total cprrelation dengan rtabel.
29
Jika nilai corrected item – total correlation lebih besar dari rtabel dan nilai positif, maka data
2. Uji Reliabilitas
Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan
adalah lonsisten atau stabil dari waktu ke waktu (Ghozali, 2011). Pengujian reliabilitas
dilakukan dengan membandingkan crombanch alpha. Jika nilai alpha ≥ 0,6, maka nilai
Analisis regresi linier sederhana adalah hubungan secara linier antara satu variabel
independen (X) dengan variabel independen (Y). Analisis ini untuk mengetahui arah hubungan
antara variabel independen dengan variabeldependen apakah positif atau negatif dan untuk
memprediksi nilai daripenurunan. Data yang digunakan biasanya berskala interval atau rasio.
Y’ = a + Bx
Keterangan:
X = Variabel independen
30
Ho: Tidak ada pengaruh variabel x terhadap variabel y
Dengan level signifikansi 5%, kriteria penolakan atau penerimaan hipotesis adalah sebagai
berikut:
a. Apabila thitung < ttabel, maka Ha ditolak dan Ho diterima. Artinya tidak terdapat variabel
b. Apabila thitung > ttabel, maka Ha diterima dan Ho ditolak. Artinya terdapat pengaruh independen
31