B. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah mengetahui secara empiris
pengaruh Employee Engagement dan Work-Life Balance terhadap kinerja karyawan
melalui kepuasan kerja di Rumah Sakit Lavalette Malang yang secara rinci dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1. Mendeskripsikan Employee Engagement, Work-Life Balance, kepuasan
kerja, dan kinerja karyawan di Rumah Sakit Lavalette Malang.
2. Menganalisis pengaruh Employee Engagement dan Work-Life Balance
terhadap kepuasan kerja di Rumah Sakit Lavalette Malang.
3. Menganalisis pengaruh Employee Engagement dan Work-Life Balance
terhadap kinerja karyawan di Rumah Sakit Lavalette Malang.
4. Menganalisis pengaruh kepuasan kerja terhadap kinerja karyawan di Rumah
Sakit Lavalette Malang.
5. Menganalisis pengaruh Employee Engagement dan Work-Life Balance
terhadap kinerja karyawan melalui kepuasan kerja di Rumah Sakit
Lavalette Malang.
C. Manfaat Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk dapat bermanfaat bagi penulis secara teoritis dan
praktis sebagai berikut
1. Manfaat Praktis
Penelitian ini dapat memberikan masukan dan informasi yang nantinya dapat
dijadikan pedoman oleh perusahaan baik itu pengelola sumber daya manusia
maupun manajemen dalam menyusun kebijakan dan pengelolaan terutama dari segi
karyawan terkait Employee Engagement dan Work-Life Balance yang berpengaruh
pada kinerja karyawan melalui kepuasan kerja.
2. Manfaat Teoritis
Memberikan tambahan wawasan dan informasi sebagai referensi pada
penelitian-penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan Employee Engagement
dan Work-Life Balance yang berpengaruh terhadap kinerja karyawan melalui
kepuasan kerja.
DEFINISI KONSEPTUAL DAN OPERASIONAL VARIABEL
TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan pustaka ini merupakan dasar perumusan hipotesis beserta teori yang mendasari
hubungan antar variabel dalam menggambarkan pengaruh dari Employee Engagement dan Work-
life Balance terhadap kinerja karyawan dengan kepuasan kerja sebagai variabel moderating.
A. Landasan Teori
organisasi dan dapat tumbuh karena adanya kecocokan antara karyawan dengan visi dan misi
organisasi. Engagement terjadi ketika seseorang secara sadar waspada dan secara emosi
terhubung dengan orang lain. Ketika karyawan sudah terikat (engaged) karyawan memiliki
suatu kesadaran terhadap tujuan perannya untuk memberikan layanannya sehingga membuat
engagement yang tinggi akan merasa nyaman dalam lingkungan kerjanya sehingga
menurunkan keinginan untuk berpindah (Khan dalam Luthans dan Peterson, 2002).
Engagement sebagai sikap positif yang di tunjukkan karyawan terhadap organisasi dan nilai
perusahaan. Seorang karyawan yang terikat (employee engaged) memiliki kesadaran terhadap
bisnis, dan bekerja dengan rekan kerja untuk meningkatkan kinerja dalam perkerjaan untuk
keuntungan organsasi. Kesadaran bisnis yang dimiliki oleh karyawan akan membuatnya
keadaan dimana manusia merasa dirinya menemukan arti diri secara utuh, memiliki motivasi
dalam bekerja, mampu menerima dukungan dari orang lain secara positif, dan mampu bekerja
secara efektif dan efisien di lingkungan kerja. Schaufeli & Bakker (2004) mendefinisikan
Employee Engagement sebagai keadaan pikiran yang positif, memuaskan, sikap pandang yang
Menurut Macey dan Schneider (2008) Employee Engagement memiliki tiga aspek, yaitu:
1. Trait engagement yaitu pandangan positif mengenai kehidupan dan pekerjaan. Meliputi
kepribadian yang proaktif, kepribadian yang dinamis, mempunyai sifat dan afeksi yang
3. Behavioral engagement yaitu perilaku melebihi tugas yang dibebankan atau disebut
perilaku peran ekstra. Meliputi perilaku sukarela, perilaku proaktif atau inisiatif
Menurut Schaufeli & Bakker (2010) menjelaskan Employee Engagement memiliki tiga
aspek, yaitu:
1. Vigor dicirikan dengan energi tingkat tinggi dan fleksibilitas mental saat bekerja,
keinginan untuk menginvestasikan upaya dalam pekerjaan, dan tetap teguh meski
menghadapi berbagai kesulitan. Perilaku yang terbentuk dari aspek ini seperti, mencoba
alternatif lain ketika menghadapi kesulitan saat bekerja, karyawan berusaha menjaga
kualitas hasil kerjanya, dan merasa tertantang ketika diberikan banyak tugas oleh
karyawan.
2. Dedication mengacu pada keterlibatan yang kuat pada pekerjaan dan mengalami rasa
penting, antusias dan tertantang terhadap pekerjaan. Perilaku yang terbentuk dari aspek
ini seperti, karyawan ikut andil dalam berbagai aktivitas untuk memajukan perusahaan,
karyawan berusaha mengumpulkan tugas sesuai dengan waktu yang ditentukan oleh
3. Absorption dicirikan dengan berkonsentrasi secara penuh dan merasa asyik dengan
pekerjaannya, sehingga waktu terasa berlalu dengan cepat dan sulit melepaskan diri dari
pekerjaan. Pendeknya, karyawan yang terikat memiliki level energi yang tinggi dan
antusias dengan pekerjaan mereka. Perilaku yang terbentuk dari aspek ini seperti,
karyawan merasa senang dalam bekerja dan fokus terhadap pekerjaanya sehingga
waktu bekerja yang dirasakan oleh karyawan tersebut berlalu begitu cepat.
Marciano (dalam Zulkarnain & Hadiyani 2014) menjelaskan ada lima dimensi mengenai
1. Dimensi organisasi yaitu karyawan merasa bangga terhadap perusahaan tempat mereka
2. Dimensi kepemimpinan yaitu karyawan merasakan bahwa atasannya siap sedia untuk
menghadapi pimpinan tertinggi demi kebaikan tim dan organisasi dan mampu
3. Dimensi anggota kelompok yaitu karyawan dapat menghargai rekan kerja, mereka juga
dan memberikan hasil. Semakin tinggi tingkat kesulitan pekerjaan menuntut karyawan
memberikan perasaan bangga. Semakin sejalan tugas seorang karyawan dengan tujuan
5. Dimensi individual yaitu karyawan merasa dihargai, dihormati dan dianggap penting.
Karyawan ingin bekerja pada organisasi yang jujur, diperlakukan secara adil dan
Engagement, yaitu:
diapresiasi, pemberian reward diberikan berdasarkan kinerja dan para atasan secara
daya dan pelatihan yang dibutuhkan karyawan untuk sukses dalam pekerjaan,
3. Supportive feedback (umpan balik yang mendukung) berarti para atasan memberikan
feedback yang spesifik pada waktunya dalam suatu media yang mendukung, tulus, dan
konstruktif, bukan untuk membuat malu atau menghukum
4. Partnering (kemitraan) yaitu karyawan diperlakukan sebagai mitra bisnis dan secara
5. Expectations (harapan) yaitu dimana para atasan menjamin bahwa sasaran, tujuan dan
6. Considerations (perhatian) dimana para atasan, manajer dan anggota tim menunjukkan
rasa tenggang, kepedulian dan perhatian satu sama lain, para atasan secara aktif
7. Trust (rasa percaya), dimana para atasan menunjukkan kepercayaan dan yakin dengan
skill dan kemampuan karyawan sebaliknya karyawan percaya bahwa atasan mereka
akan bekerja dengan tepat melalui mereka, para atasan memenuhi janji dan komitmen
Menurut Saks (2006) Employee Engagement dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor
yaitu:
1. Job Characteristics
Menurut Kahn (dalam Saks, 2006) kebermaknaan psikologis dapat dicapai dari
dapat mendorong karyawan lebih memaknai pekerjaan atau menjadi lebih engaged.
reward dan recognition dari organisasi, mereka akan memiliki rasa kewajiban untuk
Menurut Kahn & May et al (dalam Saks, 2006) hubungan yang didasari
dukungan dan rasa saling percaya dari atasan, serta organisasi, dapat menciptakan rasa
aman secara psikologis. Sebuah studi yang dilakukan oleh Schaufeli dan Bakker (dalam
Saks, 2006) menemukan bahwa dukungan dari orang lain akan mendorong terjadinya
keterikatan. Dua variabel yang menangkap esensi dari dukungan sosial yang dirasakan
kontribusi dan peduli pada kesejahteraan karyawan. Ketika karyawan percaya bahwa
organisasi peduli pada mereka, maka karyawan akan lebih engaged. Perceived
support. Karyawan yang memiliki persepsi dukungan organisasi positif akan memiliki
perfomansi yang meningkat, mengalami reduksi tegangan serta adanya keinginan untuk
organisasi, maka mereka akan terikat terhadap perusahaan. Disisi lain, persepsi yang
(2005), menyatakan bahwa work-life balance merupakan tingkat kepuasan yang berkaitan
dengan peran ganda dalam kehidupan seseorang. Work-life balance umumnya dikaitkan
dengan keseimbangan, atau mempertahankan segala aspek yang ada didalam kehidupan
manusia. Maka dapat disimpulkan bahwa work-life balance adalah suatu bentuk
keseimbangan yang terjadi dalam kehidupan seseorang dimana mereka tidak melupakan tugas
dan kewajibannya dalam bekerja tanpa harus mengabaikan segala aspek dalam kehidupan
pribadinya.
Singh dan Khanna (2011) menyatakan work-life balance sebagai konsep luas yang
melibatkan penetapan prioritas yang tepat antara “pekerjaan” (karir dan ambisi) pada satu sisi
dan “kehidupan” (kebahagiaan, waktu luang, keluarga dan pengembagan spiritual) di sisi lain.
Kebanyakan orang saat terjun dalam dunia kerja jadi kehilangan keseimbangan dalam hidup
mereka. Semakin tinggi karir mereka atau semakin tinggi bisnis yang dijalankan, maka
semakin sulit bagi mereka untuk menikmati hidup. Akhirnya waktu untuk keluarga dan “me
kebutuhan pribadi dan keluarganya sebagai instrumen dalam memberikan perhatian yang
seimbang antara domain kerja (working domain) dengan domain non-kerja (non-working
domain). Hal ini juga selaras dengan pendapat Frame dan Hartog dalam Moedy (2013) yang
memaparkan bahwa work-life balance berarti karyawan dapat dengan bebas menggunakan
jam kerja yang fleksibel untuk menyeimbangkan pekerjaan atau karyanya dengan komitmen
lain seperti keluarga, hobi, seni, dan tidak hanya fokus terhadap pekerjaannya.
penting, yaitu:
1. Waktu
2. Perilaku
Meliputi adanya tindakan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Hal ini
berdasarkan pada keyakinan seseorang bahwa dia mampu mencapai apa yang dia
3. Ketegangan
4. Energi
Meliputi energi yang digunakan untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Energi
merupakan sumber terbatas dalam diri manusia, sehingga apabila individu kekurangan
Menurut Mcdonald dan Breadly (2005), menyatakan bahwa terdapat tiga aspek
1. Keseimbangan Waktu
Berfokus pada keseimbangan waktu yang diberikan pada pekerjaan dan diluar
ketika bekerja dan kegiatan diluar pekerjaan. Hasil yang diharapkan dengan
meningkatkan kepuasan kerja, organisasi waktu menjadi lebih baik dan mengurangi
stres.
2. Keseimbangan Keterlibatan
maupun peran diluar pekerjaan, sehingga dapat menikmati waktu yang ada dan
3. Keseimbangan Kepuasan
mengakomodasi kebutuhan pekerjaan dan diluar pekerjaan dengan baik. Hal tersebut
dapat dilihat dari kondisi keluarga, hubungan antara rekan kerja dan kualitas maupun
Dimensi ini mengacu pada sejauh mana pekerjaan dapat mengganggu kehidupan
pribadi, individu. Misalnya, bekerja dapat membuat seseorang sulit mengatur waktu
Dimensi ini mengacu pada sejauh mana kehidupan pribadi individu mengganggu
kehidupan pribadinya, hal ini dapat mengganggu kinerja individu pada saat bekerja
Dimensi ini mengacu pada sejauh mana kehidupan pribadi seseorang dapat
merasa senang dikarenakan kehidupan pribadinya menyenangkan, maka hal ini dapat
1. Karakteristik Kepribadian
masih kecil dengan work-life balance. Individu yang memiliki secure attachment
insecure attachment.
2. Karakteristik Keluarga
Menjadi salah satu aspek penting yang dapat menentukan ada tidaknya konflik
antara pekerjaan dan kehidupan pribadi. Misalnya konflik peran dan ambigiunitas
3. Karakteristik Pekerjaan
Meliputi pola kerja, beban kerja dan jumlah waktu yang digunakan untuk
bekerja dapat memicu adanya konflik baik konflik dalam pekerjaan maupun konflik
4. Sikap
Dimana dalam sikap terdapat komponen seperti pengetahuan, perasaan-perasaan
kontribusi optimal dari masing-masing individu yang ada pada organisasi berupa kinerja
karyawan. Hal ini dikarenakan kinerja karyawan merupakan salah satu komponen penting
yang dianggap sebagai kriteria utama dalam pengelolaan sumber daya manusia untuk
mencapai tujuan organisasi. Pengukuran dan evaluasi kinerja karyawan pada setiap
yang akurat dan efisien sehingga dapat memberikan rekomendasi kebijakan yang sesuai
2019). Suatu organisasi perusahaan didirikan karena memiliki maksud tertentu yang ingin
dan harus dicapai. Untuk menggapai tujuannya tiap organisasi di pengaruhi perilaku
organisasi. Salah satu aktivitas yang paling banyak di laksanakan dalam organisasi adalah
pekerjaan atau peranan dalam organisasi. Arti kinerja atau performance merupakan
gambaran atas tingkat pencapaian pelaksanaan suatu program aktivitas atau kebijakan
dalam mencapai sasaran, tujuan visi dan misi organisasi yang di tuangkan dalam
Arti kata kinerja berasal dari kata job performance dan di aritkan juga
actualiperformance atau prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang telah di capai
suatu tindakan proses atau cara bertindak atau melakukan tugas organisasi. Moeheriono
(2012) menyebutkan, arti kinerja karyawan atau definisi performance sebagai hasil
kinerja yang dapat diraih oleh seseorang atau kelompok orang dalam suatu organisasi
baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif, sesuai dengan kewenangan, tugas dan
legal, tidak menyalahi hukum dan sesuai dengan moral maupun etika.
visi dan misi organisasi yang di tuangkan dalam perencanaan dan strategi organisasi.
Kinerja sebagai hasil dari fungsi pekerjaan/kegiatan seseorang atau kelompok dalam suatu
kegiatan organisasi yang dipengaruhi oleh berbagai hal guna mencapai tujuan organisasi
dalam waktu tertentu. Fungsi aktivitas atau pekerjaan yang dimaksud yakni pelaksanaan
pekerjaan atau aktivitas seseorng atau kelompok yang menjadi wewenang dan tanggung
ditujukan guna mencapai tujuan organisasi dalam periode tertentu (Tika, 2006).
Menurut (Afandi, 2018) menyatakan kinerja adalah sejauh mana seseorang telah
melaksanakan strategi organisasi dalam mencapai tujuan sesuai dengan perannya dan
Emron Edison, Yohny Anwar (2017) menunjukkan bahwa kinerja adalah hasil dari
proses yang menyelesaikan pekerjaan selama periode waktu tertentu, berdasarkan aturan atau
Tujuan penilaian kinerja atau prestasi kerja karyawan pada dasarnya meliputi
(Veithzal, 2015):
2. Pemberian imbalan yang sesuai, misalnya untuk pemberian kenaikan gaji berkala, gaji
1. Evaluasi tujuan dan saran, dilakukan dengan memberikan umpan balik terhadap
proses perencanaan dalam menetapkan tujuan sasaran kinerja organisasi dimasa yang
akan datang
2. Evaluasi rencana, jka penilaian kinerja yang dicapai tidak sesuai dengan rencana
dihadapi saat proses pelaksanaan yang sesuai harapan seperti kurang kondusif, yang
4. Evaluasi proses kinerja, dengan melakukan penilaian terkait kendala dalam proses
pelaksanaan kinerja. Mulai dari mekanisme kerja yang berjalan sesuai yang
5. Evaluasi pengukuran kinerja, menilai kinerja yang telah dilakukan dan menilai sistem
review dan coaching telah berjalan sesuai dengan metode yang digunakan
6. Evaluasi hasil, apabila terdapat hambatan dan masalah akan dicari faktor
dipengaruhi oleh:
semangat kerja, motivasi kerja, sikap mental dan kondisi fisik pegawai
2. Sarana pendukung, yaitu hal yang berhubungan dengan lingkungan kerja dalam
Terkait kesejahteraan pegawai (upah atau gaji, jaminan sosial, keamanan kerja)
3. Supra sarana yaitu kebijakan sarana pemerintah serta hubungan industrial manajemen.
c. Tanggung jawab dan kerja sama, bagaimana seseorang mampu bekerja dengan
kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang karyawan dalam melakukan
tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang di berikan padanya (Anwar A.A Prabu
Mangkunegara, 2012).
karyawan terhadap target yang telah ditentukan oleh organisasi (Hatane, 2015; Yuniawan
et al., 2020). Penelitian tentang kinerja karyawan telah banyak dilakukan mengingat
pentingnya peran karyawan dalam organisasi, tak terkecuali bagi perbankan. Sebagai
salah satu industri penyedia jasa, kinerja karyawan khususnya dalam memberikan
pelayanan sesuai prosedur dan service level agreement merupakan salah satu hal penting
yang harus diperhatikan (Yuniawan et al., 2020). Karyawan pada sektor perbankan di
Pakistan dipengaruhi oleh gaji dan tunjangan yang diterima, keamanan kerja, dan
dan waktu (Hasibuan, 2017). Kinerja karyawan yaitu hasil kerja yang dihasilkan oleh seorang
karyawan untuk mencapai tujuan yang diharapkan (Mangkunegara, 2017). Selain itu, terdapat
dimensi dan indikator yang yang diukur dalam kinerja karyawan adalah:
1. Kualitas kerja
mencangkup :
c. Jumlah unit
2. Kuantitas Kerja
dengan melihat banyaknya jenis kegiatan yang dilaksanakan dalam satu waktu
yang dapat terlaksana sesuai harapan perusahaan. Indikator dalam dimensi ini
mencangkup:
a. Target Kerja
b. Volume Pekerjaan
c. Jumlah unit
3. Ketepatan Waktu
perasaan positif terhadap pekerjaannya, sementara orang yang tidak puas akan memiliki
perasaan yang negatif tentang pekerjaannya. Sehingga karyawan yang memiliki rasa
kepuasan terhadap pekerjaannya akan berkinerja lebih baik (Stephen P. Robbins, 2015).
Kepuasan kerja adalah respon perasaan terhadap aspek dalam pekerjaannya melalui hasil
penilaian pekerjaan sebagai rasa menghargai dalam mencapai salah satu nilai yang
penting dalam pekerjaan (Afandi, 2018). Selain itu, kepuasan kerja merupakan perasaan
Perasaan yang berhubungan dengan pekerjaan terkait aspek upah, gaji yang diterima,
promosi, hubungan dengan rekan kerja, penempatan kerja, jenis pekerjaan, struktur
(Mangkunegara, 2017)
dalam bisnis, dapat ditemukan dalam berbagai penelitian psikologi dan perilaku manusia
di awal dan pertengahan abad ke-20. Abraham Maslow, salah satu peneliti terkemuka
pada periode itu mengembangkan serangkaian teori yang terkait dengan kebutuhan
individu dapat didefinisikan dengan daftar hierarki kebutuhan yang perlu dipenuhi
untuk meningkatkan kepuasan hidup; mulai dari kebutuhan dasar seperti kebutuhan
fisiologis dan keamanan, kemudian meluas ke cinta dan kepemilikan dan akhirnya
tingkat kesejahteraan psikologis dan kepuasan kerja yang tinggi, akan melakukan
Karyawan yang puas tidak hanya baik dan efektif tetapi juga efisien
pekerjaan itu.
Hasil yang diterima pekerja tersebut meliputi tingkat gaji dan kesesuaian
3. Pengawasan
4. Kesempatan promosi
kenaikan jabatan
5. Rekan Kerja
6. Kondisi kerja
Kepuasan kerja juga dijadikan indikator dari perbedaan apa yang diinginkan
karyawan dari tempat kerjanya dengan yang diberikan perusahaan. Karyawan menentukan
seberapa senang dari apa yang didapatkan dalam pekerjaan, pemberi kerja, dan
lingkungan kerjanya secara keseluruhan Adapun dimensi dan indikator kepuasan kerja
otonomi dari pekerjaan itu sendiri telah terbukti menjadi dua faktor motivasi
terpenting yang terkait dengan pekerjaan. Indikator untuk dimensi ini adalah:
d. Pencapaian keberhasilan
e. Membuat kemajuan
3. Promosi
a. Tingkat kemajuan
b. Standar promosi
c. Kenaikan jabatan
d. Kenaikan gaji
4. Pengawasan
ini mencangkup :
jawab
Rekan kerja yang ramah dan kooperatif adalah sumber kepuasan kerja
kesulitan
6. Kondisi Kerja
situasi kerja buruk (panas, bising), individu akan merasa lebih sulit untuk
β3
X1 β1
β5
Y1 Y2
β2
X2
β4
X1 : Employee Engagement
X2 : Work-life Balance
Y1 : Kepuasan Kerja
Y2 : Kinerja Karyawan
a. Hipotesis 1
Hipotesis Metodologi : Diduga Employee Engagement dan Work-life Balance
berpengaruh signifikan terhadap Kepuasan Kerja di Rumah Sakit Lavalette
Malang
X1 β1
Y1
X2 β2
Hipotesis Statistik
Y1 = β1X1 + β2X2 + ε1
Ho = β1 = β2 = 0
Ha = β1 ≠ β2 ≠ 0
b. Hipotesis 2
Hipotesis Metodologi : Diduga Employee Engagement dan Work-life Balance
berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Karyawan di Rumah Sakit Lavalette
Malang
X1 β3
Y2
X2 β4
Hipotesis Statistik
Y1 = β3X1 + β4X2 + ε2
Ho = β3 = β4 = 0
Ha = β3 ≠ β4 ≠ 0
c. Hipotesis 3
Hipotesis Metodologi : Diduga Kepuasan Kerja berpengaruh signifikan
terhadap Kinerja Karyawan di Rumah Sakit Lavalette Malang
β5
Y1 Y2
Hipotesis Statistik
Y2 = β5Y1 + ε3
Ho = β5 = 0
Ha = β5 ≠ 0
d. Hipotesis 4
Hipotesis Metodologi : Diduga Employee Engagement dan Work-life Balance
berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Karyawan melalui Kepuasan Kerja di
Rumah Sakit Lavalette Malang
X1 β1
β5
Y1 Y2
β2
X2
Hipotesis Statistik
Ho = β1 = β2 = β5 =0
Ha = β1 ≠ β2 ≠ β5 ≠ 0