Anda di halaman 1dari 12

PENTINGNYA MOTIVASI DAN KEPUASAN KERJA

BAGI ORGANISASI

Di Susun Oleh :
Mhd. Arsy Eno 71180914016
Anoita Harefa 71180914017
Kurnia Adilah 71180914019
Syuaibar Shiddiq 71190914027

Mata Kuliah : PSIKOLOGI INDUSTRI


ProgramStudi : TEKNIK INDUSTRI
Fakultas : TEKNIK

UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA


Semester Genap 2019/2020
Kata Pengantar
Assalamualaikum wr.wb Puji syukur kita panjatkan kehadirat ALLAH SWT , yang
telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua sehinnga kita semua dapat
menyelesaikan tugas makalah ini . Sholawat berangkaikan salam selalu tercurahkan kepada
Nabi kita MUHAMMAD SAW .

Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna , hal ini dikarenakan
kemampuan dan pengalaman kami yang masih dalam keterbatasan . Untuk itu kami
mengharapkan saran dan kritik yang sifat nya membangun , demi kebaikan makalah yang
akan datang

Semoga makalah ini bermanfaat sebagai sumbangsih penulis demi menambah


pengetahuan terutama bagi pembaca umumnya dan bagi penulis khususnya .

Akhir kata kami sampaikan terima kasih semoga ALLAH SWT meridhai segala
urusan kita aamiin .

MEDAN , MARET 2020

PENULIS
BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah


Motivasi merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan oleh pihak
perusahaan bila menginginkan setiap karyawan dapat memberikan andil positif
terhadap pencapaian tujuan perusahaan, karena dengan motivasi seorang karyawan
akan memiliki semangat yang tinggi dalam melaksanakan tugas dan tanggung
jawabnya. Pentingnya motivasi karena motivasi adalah hal yang menyebabkan,
menyalurkan, dan mendukung perilaku manusia supaya mau bekerja giat dan antusias
mencapai hasil yang optimal
1. Menurut Edy Sutrisno, motivasi adalah faktor pendorong seseorang untuk
melakukan suatu aktifitas tertentu, motivasi seringkali diartikan sebagai faktor
pendorong perilaku manusia
2. Sedangkan motivasi kerja ialah faktor pendorong atau daya penggerak untuk
bekerja bagi karyawan dalam sebuah perusahaan. Motivasi kerja dapat memacu
karyawan untuk bekerja keras sehingga dapat meningkatkan produktifitas kerja
karyawan dan akan berpengaruh pada pencapaian tujuan perusahaan.

Peran motivasi karyawan dalam bekerja sangat penting karena motivasi sangat berhubungan
dengan kinerja, jika motivasi tinggi, kinerja karyawan juga tinggi. Sebaliknya, jika motivasi
rendah, kinerja karyawan juga rendah. Secara umum motivasi mengacu pada mengapa dan
bagaimana seseorang bertingkah laku tertentu. Motivasi adalah proses yang dinamis dimana
setiap orang dapat dimotivasi oleh hal-hal yang berbeda
BAB II

PEMBAHASAN

Pentingnya Kepuasan Kerja Bagi Organisasi

Pentingnya kepuasan kerja karyawan terhadap pekerjaannya sangat mempengaruhi


output pekerjaannya. Kepuasan kerja menjadi masalah yang cukup menarik dan penting
karena terbukti besar manfaatnya baik bagi kepentingan individu, perusahaan atau organisasi.
Bagi individu, penelitian tentang sebab-sebab dan sumber-sumber kepuasan kerja
memungkinkan timbulnya usaha-usaha peningkatan kebahagian taraf hidup. Sedangkan bagi
perusahaan atau organisasi, penelitian mengenai kepuasan kerja dilakukan dalam rangka
usaha peningkatan produksi dan pengurangan biaya melalui perbaikan sikap dan tingkah laku
karayawannya (Moh As’ad, 1995).

Menurut Strauss dan Sayles yang dikutip oleh Nitra Wanatika (2009), menyatakan bahwa
kepuasan kerja penting karena:

1. Mereka yang tidak memperoleh kepuasan kerja dalam bekerja tidak akan mencapai
kematangan psikologis. 
2. Orang melakukan aktualisasi diri. 
3. Mereka yang gagal mencapai kepuasan kerja dalam pekerjaan menjadi frustasi. 
4. Mereka yang menganggur tidak bahagia, orang ingin bekerja bekerja walaupun tidak
perlu.
5. Pekerjaan memegang peranan utama di kehidupan manusia.
6. Kurangnya tantangan dalam pekerjaan yang mengakibatkan kesehatan mental rendah.
7. Kurangnya kepuasan kerja dalam pekerjaan dan kekompakan kerja yang
menyebabkan semangat kerja menurun.
8. Pola kerja dan waktu luang saling mempengaruhi mereka yang pekerjaannya kurang
kreatif. 

Dari uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kepuasan kerja dalam hal apapun
sangat penting. Kecenderungan untuk meningkatkan kinerja karyawan dalam perusahaan
tidak akan dapat tercapai tanpa adanya kepuasan kerja karyawan. Selain itu karyawan yang
tidak mencapai tingkat kepuasan kerja tidak akan mencapai kematangan psikolois dalam
dirinya. Mereka cenderung bermalas- malasan dalam bekerja. Kalau karyawan sudah
bersikap demikian maka sulit bagi suatu perusahaan untuk mancapai tujuannya.

A. Pengertian kepuasan kerja


Kepuasan kerja merupakan cara seseorang pekerja merasakan pekerjaannya yang merupakan
generalisasi sikap – sikap terhadap pekerjaannya yang didasarkan atas aspek – aspek
pekerjaan yang bermacam – macam. Menurut (Ermita, 2018) Keberhasilan suatu organisasi
dalam mencapai tujuan tidak terlepas dari faktor sumber daya manusianya. Istilah sumber
daya manusia dapat disamakan artinya dengan pegawai atau karyawan, yaitu orang yang
mengerjakan suatu pekerjaan dalam suatu organisasi, baik organisasi yang bergerak dalam
bidang pemerintahan maupun bidang swasta. Setiap pegawai dalam organisasi tentunya
memiliki tugas dan tanggung jawab yang harus dilaksanakan sesuai dengan tuntutan
organisasi atau lembaga. Baik atau buruknya pekerjaan seorang pegawai dapat dilihat dari
kinerjanya.
B. Faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja
1. Pekerjaan itu sendiri (Work It self) Setiap pekerjaan memerlukan suatu keterampilan
tertentu yang sesuai dengan bidangnya masing-masing. Susah tidaknya suatu pekerjaan itu
serta perasaan seseorang bahwa keahliannya dibutuhkan dalam melakukan pekerjaan
tersebut, akan berpengaruh terhadap perusahaan yaitu bias jadi meningkatkan atau
mengurangi kepuasan kerja.
2. Atasan (Supervision) Seorang atasan yang baik berarti ia harusa mau menghargai
pekerjaan bawahannya sendiri. Bagi bawahan, atasan bisa dianggap sebagai figur ayah /ibu
/teman /rekan kerja dan sekaligus sebagai atasannya.
3. Teman sekerja (Workers) Merupakan faktor yang sangat berhubungan erat dengan
hubungan antara pegawai dengan atasannya dan dengan pegawai lain, baik yang sama
maupun yang berbeda jenis pekerjaannya. Bagaimana hubungan yang terjalin akan
mempengaruhi kepuasan kerja.
4. Promosi (Promotion) Merupakan faktor yang berhubungan dengan ada tidaknya
kesempatan untuk memperoleh peningkatan karier selama bekerja dalam sebuah perusahaan.
5. Upah (Pay) Merupakan faktor pemenuhan kebutuhan hidup pegawai yang dianggap layak
atau tidak dalam memenuhi kebutuhan sehari – hari hidupnya.
6. Kedudukan (posisi) Umumnya seseorang yang bekerja pada pekerjaan yang lebih tinggi
akan merasa lebih puas daripada karyawan yang bekerja pada pekerjaan yang lebih rendah.
7. Pangkat (golongan) Pada pekerjaan yang mendasarkan perbedaan tingkat (golongan),
sehingga pekerjaan tersebut memberikan kedudukan tertentu pada orang yang melakukannya.
Apabila ada kenaikan upah, maka sedikit banyaknya akan dianggap sebagai kenaikan
pangkat, dan kebanggaan terhadap kedudukan yang baru itu akan merubah perilaku dan
perasaannya.
8. Umur Dinyatakan bahwa ada hubungan antara kepuasan kerja dengan umur karyawan.
Umur di antara 25 tahun sampai 34 tahun dan umur 40 sampai 45 tahun adalah merupakan
umur-umur yang bisa menimbulkan perasaan kurang puas terhadap pekerjaan yang ia jalani.

C. Peran manajer dalam kepuasan kerja


Kepuasan kerja pada dasarnya merupakan hal yang bersifat sangat individual. Setiap individu
staff memiliki tingkat kepuasan yang berbeda-beda sesuai dengan keinginan dan sistem nilai
yang dianutnya. Semakin banyak aspek dalam pekerjaannya yang sesuai dengan keinginan
dan sistem nilai yang dianut individu, semakin tinggi tingkat kepuasan yang didapat. Dalam
konteks meningkatkan kepuasan kerja, maka seorang manajer dituntut untuk memberikan
suasana kerja yang baik dan menyenangkan, adanya jaminan/keselamatan kerja sehingga
karyawan akan merasa terpuaskan. Secara empirik, ada hubungan antara kepuasan kerja
dengan produktivitas.
D. Pembahasan
Kesuksesan dalam suatu organisasi tergantung kepada orang - orang yang ada di
dalamnya. Jika orang - orangnya yang bekerja di dalamnya berkinerja bagus, maka kinerja
organisasi tersebut juga akan bagus. Karyawan dengan kepuasan kerja yang tinggi cenderung
akan lebih memiliki kepedulian terhadap organisasi yang ia ada di dalamnya. Sehingga
mereka akan memberikan nilai yang superior kepada para pelanggan melalui layanan terbaik
yang bias dilakukan. Mereka juga cenderung lebih memiliki komitmen tinggi terhadap
organisasi. Sehingga organisasi yang kepuasan kerja karyawannya tinggi akan memiliki
perkembangan yang tinggi dan cepat pula dan tidak banyak kemunduran yang terjadi.
Kemudian, karyawan dengan kepuasan kerja tinggi juga lebih produktif yang tidak hanya
berdampak pada meningkatnya produktivitas individual, tentunya hal ini juga berdampak
positif pada produktivitas organisasi atau perusahaan. Sehingga pada jangka panjang, kinerja
perusahaan juga makin baik dan meningkat.
Hubungan antara kepuasan kerja dengan variabel lain dapat bersifat positif atau
negatif. Kekuatan hubungan mempunyai rentang dari lemah dampai kuat. Menurut Kreitner
dan Kinicki (2001;226) Hubungan yang kuat menunjukkan bahwa atasan dapat
mempengaruhi dengan signifikan variabel lainnya dengan meningkatkan kepuasan kerja.
Beberapa korelasi kepuasan kerja sebagai berikut :
1) Motivasi
Antara motivasi dan kepuasan kerja terdapat hubungan yang positif dan signifikan.
Karena kepuasan dengan pengawasan/supervisi juga mempunyai korelasi signifikan
dengan motivasi, atasan/manajer disarankan mempertimbangkan bagaimana perilaku
mereka mempengaruhi kepuasan pekerja sehingga mereka secara potensial dapat
meningkatkan motivasi pekerja melalui berbagai usaha untuk meningkatkan kepuasan
kerja.
2) Pelibatan
Kerja Hal ini menunjukkan kenyataan dimana individu secara pribadi dilibatkan
dengan peran kerjanya. Karena pelibatan kerja mempunyai hubungan dengan
kepuasan kerja, dan peran atasan/manajer perlu didorong memperkuat lingkungan
kerja yang memuaskan untuk meningkatkan keterlibatan kerja pekerja.
3) Organizational commitment
Mencerminkan tingkatan dimana individu mengidentifikasi dengan perusahaan dan
mempunyai komitmen terhadap tujuannya. Antara komitmen organisasi dengan
kepuasan terdapat hubungan yang siknifikan dan kuat, karena meningkatnya kepuasan
kerja akan menimbulkan tingkat komitmen yang lebih tinggi. Selanjutnya komitmen
yang lebih tinggi dapat meningkatkan produktivitas kerja.
4) Ketidakhadiran (Absenteisme)
Antara ketidakhadiran dan kepuasan terdapat korelasi negatif yang kuat. Dengan kata
lain apabila kepuasan meningkat, ketidakhadiran akan turun.
5) Perasaan stres
Antara perasaan stres dengan kepuasan kerja menunjukkan hubungan negatif dimana
dengan meningkatnya kepuasan kerja akan mengurangi dampak negatif stres.
6) Prestasi kerja/kinerja
Terdapat hubungan positif rendah antara kepuasan dan prestasi kerja. Dikatakan
kepuasan kerja menyebabkan peningkatan kinerja sehingga pekerja yang puas akan
lebih produktif. Di sisi lain terjadi kepuasan kerja disebabkan oleh adanya kinerja atau
prestasi kerja sehingga pekerja yang lebih produktif akan mendapatkan kepuasan.

Kepuasan kerja (dalam Berry 1998) memiliki implikasi yang sangat penting untuk
kesuksesan organisasi (perusahaan). Organisasi dengan karyawan yang lebbih puas
cenderung menjadi lebih efektif daripada organisasi dengan karyawan yang kurang puas.
Karyawan yang tidak puas lebih besar kemungkinan tidak bekerja. Ketidakpuasan kerja
memastikan karyawan untuk dapat menarik diri dari pekerjaan. Sebaliknya, kepuasan kerja
akan mendorong kehadiran.

Berdasarkan penelitian yang dikutip dalam Robert (2003) diketauhi bahwa di


Chicago, pekerja dengan skor kepuasan kerjayang tinggi mempunyai kehadiran yang jauh
lebih tinggi daripada mereka dengan tingkat kepuasan lebih rendah. Karyawan yang puas
tampaknya akan lebih mungkin berbicara positif tentang organisasi, membantu orang lain,
dan jauh melebihi harapan yang normal dalam pekerjaan mereka. Karyawan yang lebih puas
lebih bangga melebihi tugas mereka sehingga mereka mampu memberikan hal yang positif
bagi organisasi. Hal ini tentunya sangat menguntungkan organisasi terutama dalam bidang
produktif.

Menurut As’ad (2004) organisasi yang menginginkan dan memperhitungkan tentang


produktivitas kerja karyawan, maka masalah kepuasan kerja yang harud diperhitungkan.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kepuasan kerja merupakan hal penting bagi
organisasi karena kepuasan kerja merupakan variabel yang melihat pada tingkah laku yang
produktif bukan sebaliknya yaitu adanya ketidakhadiran kayawan, stress, pemberhentian dan
perilaku negative lainnya.
HUBUNGAN MOTIVASI DAN KEPUASAN KERJA

Motivasi berasal dari kata latin movere yang berarti dorongan atau menggerakkan.
Secara konkrit motivasi dapat diberi batasan sebagai “ Proses pemberian motif (penggerak)
bekerja kepada para bawahan sedemikian rupa sehingga mereka mau bekerja dengan ikhlas
demi tercapainya tujuan organisasi secara efisien“. Pentingnya motivasi karena motivasi
adalah hal yang menyebabkan, menyalurkan dan mendukung perilaku manusia, supaya mau
bekerja giat dan antusias mencapai hasil yang optimal. Motivasi semakin penting karena
manajer/pimpinan membagikan pekerjaan kepada bawahannya untuk dikerjakan dengan baik
dan terintegrasi kepada tujuan yang diinginkan. Kepuasan kerja adalah sikap emosional yang
menyenangkan dan mencintai pekerjaannya. Sikap ini dicerminkan oleh moral kerja,
kedisiplinan dan prestasi kerja.
Kepuasan kerja dinikmati dalam pekerjaan, luar pekerjaan, dan kombinasi dalam dan
luar
pekerjaan. (hasibuan, 2001 : 202). Keadaan yang menyenangkan dapat dicapai jika sifat dan
jenis pekerjaan yang harus dilakukan sesuai dengan kebutuhan dan nilai yang dimiliki.
Kepuasan kerja merupakan :
“Suatu pernyataan rasa senang dan positif yang merupakan hasil penilaian terhadap suatu
pekerjaan atau pengalaman kerja “ (locke, 1995 : 126).
Manusia dalam hal ini pegawai adalah mahluk sosial yang menjadi kekayaan utama bagi
setiap organisasi. Mereka menjadi perencana, pelaksana, dan pengendali yang selalu berperan
aktif dalam mewujudkan tujuan organisasi. Pegawai menjadi pelaku yang menunjang
tercapainya tujuan, mempunyai pikiran, perasaan dan keinginan yang dapat mempengaruhi
sikap-sikap negatif hendaknya dihindarkan sedini mungkin.
Untuk mengembangkan sikap-sikap positif tersebut kepada pegawai, sebaiknya
pimpinan harus terus memotivasi para pegawainya agar kepuasan kerja pegawainya menjadi
tinggi, mengingat kepuasan kerja merupakan bagian dari kepuasan hidup yang bergantung
pada tindakan mana individu menemukan saluran-saluran yang memadai untuk mewujudkan
kemampuan, minat, ciri pribadi nilai-nilainya. Gouzaly (2000 : 257), dalam bukunya
“Manajemen Sumber Daya Manusia” mengelompokkan faktor-faktor motivasi kedalam
kedalam dua kelompok yang dapat menimbulkan kepuasan kerja yaitu, faktor external
(karakteristik organisasi) dan faktor internal (karakteristik pribadi).

Manusia merupakan motor penggerak sumber daya yang ada dalam rangka aktifitas
dan rutinitas dari sebuah organisasi atau perusahaan. Sebagaimana diketahui sebuah
organisasi atau perusahaan, didalamnya terdiri dari berbagai macam individu yang tergolong
dari berbagai status yang mana status tersebut berupa pendidikan, jabatan dan golongan,
pengalaman, jenis kelamin, status perkawinan, tingkat pengeluaran, serta tingkat usia dari
masing - masing individu tersebut, Hasibuan (2000 : 147).
Suatu kenyataan kehidupan organsisasional bahwa pimpinan memainkan peranan
yang amat penting, bahkan dapat dikatakan amat menentukan, dalam usaha pencapaian
tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Memang benar bahwa pimpinan, baik secara
individual maupun sebagai kelompok, tidak mungkin dapat bekerja sendirian. Pimpinan
membutuhkan sekelompok orang lain, yang dengan istilah populer dikenal sebagai bawahan,
yang digerakkan sedemikian rupa sehingga para bawahan itu memberikan pengabdian dan
sumbangsihnya kepada organisasi, terutama dalam cara bekerja yang efisien, efektif,
ekonomis dan produktif.
Dari kenyataan, maka pemberian motivasi dikatakan penting, karena pimpinan atau
manajer itu tidak sama dengan karyawan, karena seorang pimpinan tidak dapat melakukan
pekerjaan sendiri. Keberhasilan organisasi amat ditentukan oleh hasil kerja yang dilakukan
orang lain (bawahan). Untuk melaksanakan tugas sebagai seorang manajer ia harus membagi-
bagi tugas dan pekerjaan tersebut kepada seluruh pagawai yang ada dalam unit kerjanya
sesuai hierarkhi. Seorang pimpinan harus mampu menciptakan suasana yang kondusif,
memberikan cukup perhatian, memberikan penghargaan terhadap prestasi kerja, menjalin
komunikasi yang baik dengan seluruh pegawai. Untuk menciptakan kondisi demikian,
diperlukan adanya usaha-usaha untuk
meningkatkan kualitas dan kepuasan kerja bagi setiap pegawai. Ini dimungkinkan bila
terwujudnya peningkatan motivasi kerja pegawai secara optimal. Sebab bagaimanapun juga
tujuan organisasi/perusahaan, salah satunya adalah untuk meningkatkan kesejahteraan dan
kepuasan kerja pegawai.
Motivasi dan kepuasan kerja memiliki hubungan yang positif. Berdasarkan penelitian
yang dilakukan oleh Herzberg (dalam munandar,2001) motivasi kerja menimbulkan kepuasan
kerja. Hal ini dapat diketauhi diantaranya melalui ciri-ciri pekerjaan tertentu ( contohnya,
besarnya tanggung jawab yang dihayati pada pekerjaan) menimbulkan motivasi yang tinggi
yang menghasilkan kepuasan kerja yang tinggi. Hasil penelitian ini diperkuat dengan teori
pengharapan dari Porter dan Lawler.
Pentingnya Pengetauhan Motivasi Dan Kepuasan Kerja Bagi Manajer
Pengetauhan motivasi dan kepuasan kerja penting bagi manajer. Karena motivasi dan
kepuasan kerja mempengaruhi sikap karyawan didalam bekerja, sehingga manajer mampu
mamanajemen organisasi dengan sukses. Kreitner dan Kincki (2004) menunjukkan seberapa
pentingnya implikasi manajer berdasarkan 1000 dari beberapa penelitian yang telah diuji
kolerasinya. Diantaranya adalah korelasi antara kepuasan kerja dengan beberapa variabel
organisasi termasuk didalamnya adalah motivasi.
Secara potensial manajer dapat meningkatkan motivasi dan kepuasan kerja dari
karyawan melalui berbagai usaha. Sesuai dengan meta analisis dari 9 penelitian dan 1.739
pekerja dinyatakan bahwa motivasi memiliki hubungan yang positif dengan kepuasan kerja.
Karena kepuasan kerja dengan pengawasan juga memiliki korelasi signifikan dengan
motivasi manajer.
Disisi lain pengetauhan motivasi dan kepuasan kerja bagi manajer dalam upaya untuk
dapat menekan tingkat kehadiran dari para karyawan. Ketidakhadiran disebabkan tidak
adanya kepuasan kerja yang dapat mempengaruhi motivasi atau sebaliknya. Dengan
meningkatkan kepuasan kerja akan menimbulkan motivasi didalam bekerja, sehingga
manajer mampu menekan ketidakhadiran karyawan. Karena ketidak hadiran sangat
merugikan perusahaan.
Pengetauhan mtivasi dan kepuasan kerja juga penting bagi manajer, untuk
menghindari stress atau tekanan yang diderita karyawan. Stress akan berhubungan dengan
ketidakhadiran, pergantian karyawan dan sebagainya. Kondisi ini juga dapat merugikan
organisasi (perusahaan). Oleh karena itu diharapkan manajer berusaha mengurangi dampak
dari stress dengan meningkatkan kepuasan kerja. Kepuasan kerja akan memberikan motivasi
tersendiri bagi prestasi karyawan.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengetauhan motivasi dan kepuasan kerja
merupakan hal yang sangat penting untuk dapat diperhatikan manajer. Karena motivasu dan
kepuasan kerja yang tidak diperhatikan dan dipenuhi oleh manajer akan berdampak pada
sikap-sikap dari karyawan. Karyawan yang puas dan berkomitmen karena memiliki motivasi
didalam bekerja, menginginkan melakukan hal-hal yang dapat membangkitkan sikap kerja
yang positif. Mereka tentunya akan menghindari ketidakhadiran, perpindahan, stress, dan
sikap-sikap negative lainnya, terutama diantara karyawan yang produktif.
BAB III
KESIMPULAN

Kepuasan kerja itu penting dipelajari dalam kajian perilaku organisasi, karena dengan
mengetahui kepuasan kerja maka akan memudahkan bagi organisasi untuk mengembangkan
organisasinya tersebut. Kepuasan kerja merupakan sebentuk rasa senang terhadap apa yang
telah dikerjakannya, namun kepuasan kerja bersifat subjektif. Kepuasan antara individu satu
dengan individu lainnya cenderung berbeda, karena setiap individu mempunyai kriteria
kepuasan tersendiri dalam mengukur tingkat kepuasan hidupnya, namun kepuasan pegaawai
dalam bekerja dapat dilihat dari bagaimana kinerja pegawai tersebut namun hal tersebut tidak
menjamin pegawai merasa puas karena pada hakikatnya manusia tidak mempunyai rasa puas.
Kepuasan kerja (job satisfaction) mengacu pada keseluruhan sikap yang akan terjadi pada diri
setiap individu secara umum terhadap pekerjaannya. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
kepuasan kerja di antaranya kondisi kerja/lingkungan kerja, peraturan atau budaya organisasi
serta karakteristik organisasi, kompensasi yang memuaskan, efisiensi kerja dan partner kerja.
DAFTAR PUSTAKA

N, we xley Kenneth dkk. 2003. Perilaku Organisasi dan Pesikologi Personalia. Jakarta: PT
Rineka Cipta
P, Ro bbin Stephen. 2002. Prinsip – prinsip Perilaku Organisasi ( edisi kelima). Jakarta:
Erlangga.
Vavis keith dan W Newstrom. 1985. Perilaku dalam Organisasi( jilid 1 edisi ketujuh).
Jakarta: Erlangga.
As’ad, M 2004 Psikologi Industri. Yogyakarta : libery. Edisi Ke-empat.

Anda mungkin juga menyukai