BAGI ORGANISASI
Di Susun Oleh :
Mhd. Arsy Eno 71180914016
Anoita Harefa 71180914017
Kurnia Adilah 71180914019
Syuaibar Shiddiq 71190914027
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna , hal ini dikarenakan
kemampuan dan pengalaman kami yang masih dalam keterbatasan . Untuk itu kami
mengharapkan saran dan kritik yang sifat nya membangun , demi kebaikan makalah yang
akan datang
Akhir kata kami sampaikan terima kasih semoga ALLAH SWT meridhai segala
urusan kita aamiin .
PENULIS
BAB I
PENDAHULUAN
Peran motivasi karyawan dalam bekerja sangat penting karena motivasi sangat berhubungan
dengan kinerja, jika motivasi tinggi, kinerja karyawan juga tinggi. Sebaliknya, jika motivasi
rendah, kinerja karyawan juga rendah. Secara umum motivasi mengacu pada mengapa dan
bagaimana seseorang bertingkah laku tertentu. Motivasi adalah proses yang dinamis dimana
setiap orang dapat dimotivasi oleh hal-hal yang berbeda
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut Strauss dan Sayles yang dikutip oleh Nitra Wanatika (2009), menyatakan bahwa
kepuasan kerja penting karena:
1. Mereka yang tidak memperoleh kepuasan kerja dalam bekerja tidak akan mencapai
kematangan psikologis.
2. Orang melakukan aktualisasi diri.
3. Mereka yang gagal mencapai kepuasan kerja dalam pekerjaan menjadi frustasi.
4. Mereka yang menganggur tidak bahagia, orang ingin bekerja bekerja walaupun tidak
perlu.
5. Pekerjaan memegang peranan utama di kehidupan manusia.
6. Kurangnya tantangan dalam pekerjaan yang mengakibatkan kesehatan mental rendah.
7. Kurangnya kepuasan kerja dalam pekerjaan dan kekompakan kerja yang
menyebabkan semangat kerja menurun.
8. Pola kerja dan waktu luang saling mempengaruhi mereka yang pekerjaannya kurang
kreatif.
Dari uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kepuasan kerja dalam hal apapun
sangat penting. Kecenderungan untuk meningkatkan kinerja karyawan dalam perusahaan
tidak akan dapat tercapai tanpa adanya kepuasan kerja karyawan. Selain itu karyawan yang
tidak mencapai tingkat kepuasan kerja tidak akan mencapai kematangan psikolois dalam
dirinya. Mereka cenderung bermalas- malasan dalam bekerja. Kalau karyawan sudah
bersikap demikian maka sulit bagi suatu perusahaan untuk mancapai tujuannya.
Kepuasan kerja (dalam Berry 1998) memiliki implikasi yang sangat penting untuk
kesuksesan organisasi (perusahaan). Organisasi dengan karyawan yang lebbih puas
cenderung menjadi lebih efektif daripada organisasi dengan karyawan yang kurang puas.
Karyawan yang tidak puas lebih besar kemungkinan tidak bekerja. Ketidakpuasan kerja
memastikan karyawan untuk dapat menarik diri dari pekerjaan. Sebaliknya, kepuasan kerja
akan mendorong kehadiran.
Motivasi berasal dari kata latin movere yang berarti dorongan atau menggerakkan.
Secara konkrit motivasi dapat diberi batasan sebagai “ Proses pemberian motif (penggerak)
bekerja kepada para bawahan sedemikian rupa sehingga mereka mau bekerja dengan ikhlas
demi tercapainya tujuan organisasi secara efisien“. Pentingnya motivasi karena motivasi
adalah hal yang menyebabkan, menyalurkan dan mendukung perilaku manusia, supaya mau
bekerja giat dan antusias mencapai hasil yang optimal. Motivasi semakin penting karena
manajer/pimpinan membagikan pekerjaan kepada bawahannya untuk dikerjakan dengan baik
dan terintegrasi kepada tujuan yang diinginkan. Kepuasan kerja adalah sikap emosional yang
menyenangkan dan mencintai pekerjaannya. Sikap ini dicerminkan oleh moral kerja,
kedisiplinan dan prestasi kerja.
Kepuasan kerja dinikmati dalam pekerjaan, luar pekerjaan, dan kombinasi dalam dan
luar
pekerjaan. (hasibuan, 2001 : 202). Keadaan yang menyenangkan dapat dicapai jika sifat dan
jenis pekerjaan yang harus dilakukan sesuai dengan kebutuhan dan nilai yang dimiliki.
Kepuasan kerja merupakan :
“Suatu pernyataan rasa senang dan positif yang merupakan hasil penilaian terhadap suatu
pekerjaan atau pengalaman kerja “ (locke, 1995 : 126).
Manusia dalam hal ini pegawai adalah mahluk sosial yang menjadi kekayaan utama bagi
setiap organisasi. Mereka menjadi perencana, pelaksana, dan pengendali yang selalu berperan
aktif dalam mewujudkan tujuan organisasi. Pegawai menjadi pelaku yang menunjang
tercapainya tujuan, mempunyai pikiran, perasaan dan keinginan yang dapat mempengaruhi
sikap-sikap negatif hendaknya dihindarkan sedini mungkin.
Untuk mengembangkan sikap-sikap positif tersebut kepada pegawai, sebaiknya
pimpinan harus terus memotivasi para pegawainya agar kepuasan kerja pegawainya menjadi
tinggi, mengingat kepuasan kerja merupakan bagian dari kepuasan hidup yang bergantung
pada tindakan mana individu menemukan saluran-saluran yang memadai untuk mewujudkan
kemampuan, minat, ciri pribadi nilai-nilainya. Gouzaly (2000 : 257), dalam bukunya
“Manajemen Sumber Daya Manusia” mengelompokkan faktor-faktor motivasi kedalam
kedalam dua kelompok yang dapat menimbulkan kepuasan kerja yaitu, faktor external
(karakteristik organisasi) dan faktor internal (karakteristik pribadi).
Manusia merupakan motor penggerak sumber daya yang ada dalam rangka aktifitas
dan rutinitas dari sebuah organisasi atau perusahaan. Sebagaimana diketahui sebuah
organisasi atau perusahaan, didalamnya terdiri dari berbagai macam individu yang tergolong
dari berbagai status yang mana status tersebut berupa pendidikan, jabatan dan golongan,
pengalaman, jenis kelamin, status perkawinan, tingkat pengeluaran, serta tingkat usia dari
masing - masing individu tersebut, Hasibuan (2000 : 147).
Suatu kenyataan kehidupan organsisasional bahwa pimpinan memainkan peranan
yang amat penting, bahkan dapat dikatakan amat menentukan, dalam usaha pencapaian
tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Memang benar bahwa pimpinan, baik secara
individual maupun sebagai kelompok, tidak mungkin dapat bekerja sendirian. Pimpinan
membutuhkan sekelompok orang lain, yang dengan istilah populer dikenal sebagai bawahan,
yang digerakkan sedemikian rupa sehingga para bawahan itu memberikan pengabdian dan
sumbangsihnya kepada organisasi, terutama dalam cara bekerja yang efisien, efektif,
ekonomis dan produktif.
Dari kenyataan, maka pemberian motivasi dikatakan penting, karena pimpinan atau
manajer itu tidak sama dengan karyawan, karena seorang pimpinan tidak dapat melakukan
pekerjaan sendiri. Keberhasilan organisasi amat ditentukan oleh hasil kerja yang dilakukan
orang lain (bawahan). Untuk melaksanakan tugas sebagai seorang manajer ia harus membagi-
bagi tugas dan pekerjaan tersebut kepada seluruh pagawai yang ada dalam unit kerjanya
sesuai hierarkhi. Seorang pimpinan harus mampu menciptakan suasana yang kondusif,
memberikan cukup perhatian, memberikan penghargaan terhadap prestasi kerja, menjalin
komunikasi yang baik dengan seluruh pegawai. Untuk menciptakan kondisi demikian,
diperlukan adanya usaha-usaha untuk
meningkatkan kualitas dan kepuasan kerja bagi setiap pegawai. Ini dimungkinkan bila
terwujudnya peningkatan motivasi kerja pegawai secara optimal. Sebab bagaimanapun juga
tujuan organisasi/perusahaan, salah satunya adalah untuk meningkatkan kesejahteraan dan
kepuasan kerja pegawai.
Motivasi dan kepuasan kerja memiliki hubungan yang positif. Berdasarkan penelitian
yang dilakukan oleh Herzberg (dalam munandar,2001) motivasi kerja menimbulkan kepuasan
kerja. Hal ini dapat diketauhi diantaranya melalui ciri-ciri pekerjaan tertentu ( contohnya,
besarnya tanggung jawab yang dihayati pada pekerjaan) menimbulkan motivasi yang tinggi
yang menghasilkan kepuasan kerja yang tinggi. Hasil penelitian ini diperkuat dengan teori
pengharapan dari Porter dan Lawler.
Pentingnya Pengetauhan Motivasi Dan Kepuasan Kerja Bagi Manajer
Pengetauhan motivasi dan kepuasan kerja penting bagi manajer. Karena motivasi dan
kepuasan kerja mempengaruhi sikap karyawan didalam bekerja, sehingga manajer mampu
mamanajemen organisasi dengan sukses. Kreitner dan Kincki (2004) menunjukkan seberapa
pentingnya implikasi manajer berdasarkan 1000 dari beberapa penelitian yang telah diuji
kolerasinya. Diantaranya adalah korelasi antara kepuasan kerja dengan beberapa variabel
organisasi termasuk didalamnya adalah motivasi.
Secara potensial manajer dapat meningkatkan motivasi dan kepuasan kerja dari
karyawan melalui berbagai usaha. Sesuai dengan meta analisis dari 9 penelitian dan 1.739
pekerja dinyatakan bahwa motivasi memiliki hubungan yang positif dengan kepuasan kerja.
Karena kepuasan kerja dengan pengawasan juga memiliki korelasi signifikan dengan
motivasi manajer.
Disisi lain pengetauhan motivasi dan kepuasan kerja bagi manajer dalam upaya untuk
dapat menekan tingkat kehadiran dari para karyawan. Ketidakhadiran disebabkan tidak
adanya kepuasan kerja yang dapat mempengaruhi motivasi atau sebaliknya. Dengan
meningkatkan kepuasan kerja akan menimbulkan motivasi didalam bekerja, sehingga
manajer mampu menekan ketidakhadiran karyawan. Karena ketidak hadiran sangat
merugikan perusahaan.
Pengetauhan mtivasi dan kepuasan kerja juga penting bagi manajer, untuk
menghindari stress atau tekanan yang diderita karyawan. Stress akan berhubungan dengan
ketidakhadiran, pergantian karyawan dan sebagainya. Kondisi ini juga dapat merugikan
organisasi (perusahaan). Oleh karena itu diharapkan manajer berusaha mengurangi dampak
dari stress dengan meningkatkan kepuasan kerja. Kepuasan kerja akan memberikan motivasi
tersendiri bagi prestasi karyawan.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengetauhan motivasi dan kepuasan kerja
merupakan hal yang sangat penting untuk dapat diperhatikan manajer. Karena motivasu dan
kepuasan kerja yang tidak diperhatikan dan dipenuhi oleh manajer akan berdampak pada
sikap-sikap dari karyawan. Karyawan yang puas dan berkomitmen karena memiliki motivasi
didalam bekerja, menginginkan melakukan hal-hal yang dapat membangkitkan sikap kerja
yang positif. Mereka tentunya akan menghindari ketidakhadiran, perpindahan, stress, dan
sikap-sikap negative lainnya, terutama diantara karyawan yang produktif.
BAB III
KESIMPULAN
Kepuasan kerja itu penting dipelajari dalam kajian perilaku organisasi, karena dengan
mengetahui kepuasan kerja maka akan memudahkan bagi organisasi untuk mengembangkan
organisasinya tersebut. Kepuasan kerja merupakan sebentuk rasa senang terhadap apa yang
telah dikerjakannya, namun kepuasan kerja bersifat subjektif. Kepuasan antara individu satu
dengan individu lainnya cenderung berbeda, karena setiap individu mempunyai kriteria
kepuasan tersendiri dalam mengukur tingkat kepuasan hidupnya, namun kepuasan pegaawai
dalam bekerja dapat dilihat dari bagaimana kinerja pegawai tersebut namun hal tersebut tidak
menjamin pegawai merasa puas karena pada hakikatnya manusia tidak mempunyai rasa puas.
Kepuasan kerja (job satisfaction) mengacu pada keseluruhan sikap yang akan terjadi pada diri
setiap individu secara umum terhadap pekerjaannya. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
kepuasan kerja di antaranya kondisi kerja/lingkungan kerja, peraturan atau budaya organisasi
serta karakteristik organisasi, kompensasi yang memuaskan, efisiensi kerja dan partner kerja.
DAFTAR PUSTAKA
N, we xley Kenneth dkk. 2003. Perilaku Organisasi dan Pesikologi Personalia. Jakarta: PT
Rineka Cipta
P, Ro bbin Stephen. 2002. Prinsip – prinsip Perilaku Organisasi ( edisi kelima). Jakarta:
Erlangga.
Vavis keith dan W Newstrom. 1985. Perilaku dalam Organisasi( jilid 1 edisi ketujuh).
Jakarta: Erlangga.
As’ad, M 2004 Psikologi Industri. Yogyakarta : libery. Edisi Ke-empat.